• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ulmi Fadillah, s.ked - Halusinasi Auditorik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ulmi Fadillah, s.ked - Halusinasi Auditorik"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT

HALUSINASI AUDITORIK LAPORAN KASUS

GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)

DISUSUN OLEH Ulmi Fadillah Juniar

C11110156

PEMBIMBING dr. Izak Yesaya Samay

SUPERVISOR

dr. Theodorus Singara, Sp.KJ(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

REFERAT DAN LAPORAN KASUS OKTOBER 2013

(2)

2 HALUSINASI AUDITORIK

A. PENDAHULUAN

Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra dan terjadi dalam keadaan sadar/bangun. Dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik.Halusinasi merupakan salah satu jenis gangguan persepsi. Persepsi merupakan proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus sensori. Definisi lain persepsi adalah daya mengenal objek, kualitas atau hubungan serta perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca indera mendapat rangsangan. Jadi persepsi dapat terganggu oleh gangguan otak (karena kerusakan otak, keracunan obat halusinogenik), oleh gangguan jiwa atau pengaruh lingkungan sosiobudaya. Gangguan persepsi di antaranya halusinasi, ilusi, depersonalisasi,dan derealisasi. Halusinasi sendiri terbagi menjadi beberapa macam di antaranya halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran, halusinasi penciuman, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi kinestetik, halusinasi visceral, halusinasi hipnopompik, halusinasi histerik dan formication.1,2 Pada referat ini yang akan dibahas adalah salah satu jenis halusinasi yaitu halusinasi auditorik.

B. DEFINISI

Halusinasi auditorik adalah persepsi suara tanpa diidentifikasi eksternal rangsangan juga dikenal sebagai paracusia, Halusinasi pendengaran didefiniskan persepsi suara yang palsu. Digambarkan sebagai kata-kata internal atau suara-suara yang tidak diketahui asalnya dan menurutnya nyata di dunia luar. Seseorang yang memiliki halusinasi merasa yakin bahwa objek yang di dengarnya adalah sebuah realita.1,3

C. EPIDEMIOLOGI

Halusinasi pendengaran adalah persepsi yang salah pada suara. Ini adalah bentuk halusinasi pendengaran yang paling umum. Prevalensi AHS lebih besar dari yang diharapkan. Dalam sampel 18.572 warga masyarakat usia di atas 18 tahun, antara 2% dan 3% mengatakan mereka telah mengalami halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria dan prevalensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Sebuah studi yang mempelajari

(3)

3 prevalensi halusinasi auditorik pada orang tua melaporkan bahwa 32,8% dari kelompok usia ini mengalami halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran paling sering ditemukan dan merupakan gejala yang sering berulang pada pasien dengan skizofrenia, dengan prevalensi 75 % pada populasi tersebut. Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (skizofrenia). Banyak halusinasi auditorik menonjol di dalam gangguan kejiwaan. Telah diperkirakan bahwa sekitar 75% dari orang dengan skizofrenia mengalami halusinasi pendengaran. Halusinasi auditorik juga relatif umum dalam gangguan bipolar (20% sampai 50%), juga terdapat pada depresi berat dengan psikotik (10%), dan gangguan stres pasca trauma (40%). 4,10

D. ETIOLOGI

Adapun dari aspek biologis yang di mana terjadi gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan saraf - saraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri. Ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan halusinasi pendengaran yang non psikotik di alam. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti kokain, LSD dan ganja juga dapat menyebabkan halusinasi pendengaran. Keluarga, pengasuh dan lingkungan seseorang sangat mempengaruhi respons psikologis, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup. Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. Gangguan organik yang biasanya menyebabkan halusinasi pendengaran yaitu dengan adanya gangguan pendengaran itu sendiri. Meskipun dapat disebabkan oleh gangguan neurologis seperti epilepsi atau penyebab non psikotik seperti stres yang berlebihan, halusinasi pendengaran yang paling sering terlihat pada pasien dengan skizofrenia. Kebanyakan orang yang menderita skizofrenia atau menderita depresi bipolar juga menunjukkan gejala halusinasi pendengaran. Oleh karena halusinasi pendengaran cukup signifikan dalam mendiagnosis kondisi ini. Pasien skizofrenia yang sering mengalami halusinasi tersebut tidak dapat mengenali bahwa "suara" mereka

(4)

4 mendengar tidak nyata. Penelitian telah menunjukkan bahwa halusinasi pendengaran disebabkan oleh gangguan pada sel-sel saraf dan terkait erat dengan penggunaan dopamin sebagai neurotransmitter6,11

E. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrana timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.8

Telinga merupakan indera pendengaran, terbagi atas beberapa bagian yaitu: telinga luar, tengah, dan dalam.

Telinga Luar merupakan bagian paling luar dari telinga.terdiri dari :

1. Daun telinga / Pinna/ Aurikula, merupakan daun kartilago yang menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani).

(5)

5 2. Membran timpani (gendang telinga) merupakan perbatasan telinga bagian luar

dengan tengah. Berbentuk kerucut, dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada permukaan internal. Memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan gelombang bunyi secara mekanis.

Gambar.1 Pembagian Telinga

Telinga Tengah, terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis facialis) tulang temporal terdiri dari :

1. Tuba Eustachius, menghubungkan telinga tengah dengan faring. Normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap. Berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. Bila tuba membuka suara akan teredam.

2. Osikel auditori (tulang pendengaran) terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill), Stapes (sanggurdi) atau biasa disingkat MIS. Berfungsi sebagai penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta vestibule

3. Otot membantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada tinggi (peredam bunyi). M. stapedius apabila berkontraksi maka stapes menjadi kaku yang menyebabkan suara dapat dipantulkan. M. tensor timpani berfungsi menegangkan gendang telinga menyebabkan suara teredam

Telinga dalam, berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal. Terdiri dari :

Labirin tulang merupakan ruang berliku berisi perilimfe. Labirin tulang terdiri dari 3 bagian:

(6)

6

 Vestibular yang merupakan bagian sentral labirin tulang. Fungsinya menghubungkan koklea dengan saluran semisirkular.

 Saluran semisirkularis

o S. semisirkular anterior (superior) dan posterior mengarah pada bidang vertical di setiap sudut kanannya.

o S. semisirkular lateral

 Koklea, membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor pendengaran cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi berada di bagian depan.8

Gambar.2 Neurotransmitter dengan lokasi diskrit pada otak

Dopamin (bahasa Inggris: dopamine, prolactin-inhibiting factor, prolactin-inhibiting hormone, prolactostatin, PIF, PIH) adalah salah satu sel kimia dalam otak berbagai jenis hewan vertebrata dan invertebrata, sejenis neurotransmiter (zat yang menyampaikan pesan dari satu saraf ke saraf yang lain) dan merupakan perantara bagi biosintesis hormon adrenalin dan noradrenalin. Dopamin juga merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsi utamanya sebagai hormon ialah menghambat pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis (lobus anterior hipofisis).

(7)

7 Ada 4 jalur utama dopamine.

1. Jalur mesolimbik memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel didaerah ventral tegmental batang otak terminal akson daerah limbic seperti nucleus acumben. Jalur ini di duga sangat berperan terhadap perilaku emosional, khususnya halusinasi audiotorik dan delusi. Hiperaktivitas dari jalur ini secara hipotesis diduga berperan penting terhadap timbulnya gejala positif psikosis. 2. Jalur mesokortikal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel ke daerah ventral tegmental batang otak (berdekatan dengan badan sel mesolimnbic) kedaerah korteks cerebri. Gangguan pada jalur ini di duga berperan terhadap timbulnya gangguan kognitif dan timbulnya gangguan gejala negative psikosis.

3. Jalur nigrostriatal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel substansia nigra batang otak yang menuju ke ganglia basal atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari ekstrapiramidal yang berfungsi mengontrol gerakan motorik. Gangguan ini menyebabkan pergerakan seperti penyakit Parkinson. 4. Jalur taberoinfindibular menghubungkan nucleus arkuatus dab neuron preifentikuler ke hipotalamus dan pituitary posterior. Dopamine yang dirilis oleh neuron-neuron ini secara fisiologis menghambat sekresi prolaktin.12

F. GAMBARAN KLINIS / MANIFESTASI KLINIS

Seseorang yang mengalami halusinasi auditorik akan menampakkan gejala seperti akan mendengar suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,Tetapi paling sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara – suara bising atau mendengung. Bunyi barang- barang atau siulan. 1,7

(8)

8 G. DIAGNOSIS

Halusinasi pendengaran lebih menonjol pada gangguan jiwa. Berdasarkan etiologi halusinasi pendengaran banyak terjadi pada penderita skozifrenia, halusinasi juga relatif umum dalam gangguan bipolar dalam depresi besar dengan psikotik dan gangguan stres pasca trauma. Tidak semua halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan penyakit mental, Banyak orang yang tidak mengalami gangguan jiwa sering terjadi gejala halusinasi pendengaran. Berbagai gangguan otak organik juga berhubungan dengan halusinasi, termasuk lobus temporal, epilepsi, delirium, demensia, lesi otak fokal, neuroinfeksi, seperti virus ensefalitis, dan serebral tumors. Intoksikasi atau penarikan dari zat-zat seperti alkohol, kokain, dan amfetamin juga berkaitan erat dengan halusinasi pendengaran.6

Skizofrenia (F.20) merupakan salah satu penyakit yang mempunyai karakteristik yang khas pada halusinasi. Skizofrenia dalam pedoman diagnosis gangguan jiwa dimasukkan adalah deskripsi sindrom dengan variasi beberapa penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetic, fisik, dan sosial budaya. Gangguan persepsi yang utama pada skizofrenia adalah halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan. Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif.

Adapun pedoman diagnostik pada skizofrenia menurut PPDGJ adalah sebagai berikut (harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas)

1. Thought of echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya

Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)

(9)

9 Thought of broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya

2. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar

Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar

Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar

Delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat

3. Halusinasi auditorik

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau,

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.5 Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini harus selalu ada secara jelas

o Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saha, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over values ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus

o Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan, yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme

o Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor

o Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya

(10)

10 kinerja social: tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

- Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setia[ fase nonpsikotik prodromal)

- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan secara social.5

Sedangkan menurut DSM IV kriteria diagnosis untuk skizofrenia

A. Terdapat gejala khas : Dua ( atau lebih ) berikut, masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati)

B. ( 1 ) delusi ( 2 ) halusinasi

( 3 ) bicara kacau (contoh : sering melantur atau inkoherensi) ( 4 ) tingkah laku tidak teratur atau katatonik

( 5 ) gejala negatif , yaitu , afektif merata, alogia , atau avolition

Catatan : hanya dibutuhkan satu gejala kriteria A bila wahamnya bizar atau halusinasinya terdiri atas suara yang terus menerus memberi komentarterhadap perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap

B. Disfungsi sosial/okupasional. Selama satu porsi wajtu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri yang berada jauh di bawah tingkatan yang telah dicapao sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja, kegagalan mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau okupasional yang diharapkan) C. Durasi: tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah berhasil diobati) yang memenuhi Kriteria A (yaitu gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala

(11)

11 prodromal atau residual. Selama periode gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala negatif saja atau dua atau lebih gejala yang terdaftar dalam Kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah

D. Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif. Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan baik karena (1) tidak ada episode depresif, manik atau campuran mayor yang terjadi secara bersamaan dengan gejala fase aktif: maupun (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya rekatif singkat disbanding durasi periode aktif dan residual

E. Eksklusi kondisi medis umum/zat. Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat contoh obat yang disalhgunakan, obat medis atau kondisi umum F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive. Jika terdapat riwayat gangguan autisyik atau gangguan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia terdapat selama setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah berhasil diobati).9

Diagnosis banding dalam hal ini adalah diagnosis yang mempunyai gejala yang seruopa yaitu gejala halusinasi audotorik. Menurut etiologi halusinasi auditorik sekitar 20- 50 % pada gangguan bipolar cenderung menunjukkan gejala seperti ini.

Gangguan depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)

Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.

Pedoman diagnostik gangguan depresif berat dengan gejala psikotik 1. Episode depresif berat yang memenuhi kriteria F.32.2

2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau olfaktorik biasanya

(12)

12 berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.

3. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham atau halusinasi yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).5

H. PENATALAKSANAAN

A. TERAPI

Psikoterapi suportif yang membantu penderita yaitu psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan penderita ke masyarakat. Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong penderita bergaul dengan orang lain, agar supaya pasien mampu berinteraksi dan tidak berupaya untuk mengasingkan diri.1

B. PENGOBATAN

Untuk pengobatan pada pasien dengan gejala halusinasi pendengaran, secara teoritis halusinasi auditori dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan dopamine dalam otak. Obat neuroleptic atau obat anti psikosis efektif untuk mengobati halusinasi pendengaran. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia sering digunakan untuk halusinasi pendengaran.10

I. PROGNOSIS

Dalam beberapa kasus halusinasi pendengaran yang disebebakan oleh skizofrenia atau beberapa penyakit mental lainnya dapat dikontrol oleh pengobatan dan terapi dan memberikan hasil yang cukup baik.6

J. KESIMPULAN

Halusinasi pendengaran didefiniskan persepsi suara yang palsu. Digambarkan sebagai kata-kata internal atau suara-suara yang tidak diketahui asalnya dan menurutnya nyata di dunia luar. Seseorang yang memiliki halusinasi merasa yakin bahwa objek yang di dengarnya adalah sebuah realita.

(13)

13 Untuk pengobatan pada pasien dengan gejala halusinasi pendengaran, secara teoritis halusinasi auditori dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan dopamine dalam otak. Obat neuroleptic atau obat anti psikosis efektif untuk mengobati halusinasi pendengaran. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia sering digunakan untuk halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran lebih menonjol pada gangguan jiwa. Berdasarkan etiologi halusinasi pendengaran banyak terjadi pada penderita skozifrenia halusinasi juga relatif umum dalam gangguan bipolar dalam depresi besar dengan psikotik dan gangguan stres pasca trauma. Tidak semua halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan penyakit mental, Banyak orang yang tidak mengalami gangguan jiwa sering terjadi gejala halusinasi pendengaran. Berbagai gangguan otak organik juga berhubungan dengan halusinasi, termasuk lobus temporal, epilepsi, delirium, demensia, lesi otak fokal, neuroinfeksi, seperti virus ensefalitis, dan serebral tumors. Intoksikasi atau penarikan dari zat-zat seperti alkohol, kokain, dan amfetamin juga berkaitan erat dengan halusinasi pendengaran. Dalam beberapa kasus halusinasi pendengaran yang disebebakan oleh skizofrenia atau beberapa penyakit mental lainnya dapat dikontrol oleh pengobatan dan terapi dan memberikan hasil yang cukup baik

(14)

14 DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press.

2. Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29,Jakarta:EGC

3. Ali, Shaid. 2011. Hallucinations: Common features and causes. Nashville: Department of Psychiatry and Behavioral Sciences Meharry Medical College

4. Nicolson, Stephen E. 2006. Persistent Auditory Hallucinations That Are Unresponsive to Antipsychotic Drugs. ajp.psychiatryonline.org : 163:7

5. Maslim R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya

6. Wafers, Flavie. 2010. Auditory Hallucinations in Psychiatric Illness. (http://www.psychiatrictimes.com)

7. Kern, Bryan. 2010. A Look at Auditory Hallucinations. State University of New York at Oswego

8. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

9. DSM IV-TR. (2000). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM IV-TR). Washington DC: American Psychiatric Association.

10. Musiek, Frank, MB, Tee. 2007. Auditory hallucinations: An audiological perspective. The Hearing Journal

11. Bhuyan, Rimlee. 2011. Auditory Hallucinations. www.buzzle.com/articles/auditory-hallucinations.html

12. Goldstien, Menek, & Ariel Y. Deutch, Dopaminergik mechanismein the pathogenesis of scizofrenia, The FASEB Journal [serial Online], 1992 [cited 2009 Jan 20];2413.

(15)

15 BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

STATUS PASIEN

Nama Dokter Muda : Ulmi Fadillah Juniar

(16)

16 LAPORAN KASUS 1. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S Umur : 26 tahun Agama : Islam Suku : Bugis Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani

Alamat : Kelling, Desa Ajangpulu, Kecamatan Cina Kabupaten Bone

2. LAPORAN PSIKIATRIK

RIWAYAT PENYAKIT (Alloanamnesis pada tanggal 31 Oktober 2013) A. Keluhan Utama

Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang

 Keluhan dan Gejala

Pasien pertama kali masuk rumah sakit karena mengamuk yang dialami sejak 8 bulan yang lalu. Pasien mengamuk kemudian berkelahi dan menampar apabila ada keinginannya yang tidak terpenuhi. Pasien mengamuk tidak setiap hari, mengamuk apabila ada yang mau mengganggui. Namun setelah mengamuk, pasien merasa bersalah dan menyesal terhadap apa yang dilakukannya. Pasien merasa dendam pada semua orang, seakan-akan semua mengganggu dirinya. Akibatnya pasien pernah dipasung selama dua setengah bulan oleh keluarganya. Pasien merupakan pribadi yang mudah tersinggung dan emosional. Makan dan tidur tidak teratur. Selain itu, pasien sering mendengar bisikan-bisikan sebelum masuk rumah sakit. Bisikan tersebut berupa suara dari sepupunya mengenai kegagalan pernikahan pasien. Setelah diautoanamnesis, pasien mengaku tidak pernah lagi mendengar suara-suara bisikan selama di

(17)

17 rumah sakit karena menurut pasien, rajin minum obat 3 kali sehari. Pasien selalu beranggapan bahwa pamannya bisa membaca pikirannya dan merasa hal itu terjadi sampai sekarang. Menurut pasien, hanya dia seorang yang bisa dibaca pikirannya oleh pamannya.

 Hendaya/disfungsi

Hendaya Pekerjaan (+) Hendaya Sosial (+) Hendaya waktu senggang (+)

 Faktor stressor psikososial Kegagalan pernikahan Tn. S

 Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya

Tidak ditemukan hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis sebelumnya

C. Riwayat gangguan sebelumnya 1. Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat trauma (+)

Pasien pernah mengalami kecelakaan motor dan mendapat luka jahitan dua tahun yang lalu

Infeksi (-) Kejang (-)

2. Riwayat penggunaan NAPZA

Pasien merupakan seorang perokok aktif dan pernah mengkonsumsi narkoba jenis shabu shabu selama merantau di Malaysia namun berhenti setelah kembali ke kampung halaman

(18)

18 D. Riwayat kehidupan pribadi

a. Riwayat pre natal dan perinatal

Pasien lahir pada tanggal 1 Desember 1987 lahir secara normal ditolong oleh dukun. Informasi lain tidak diketahui.

b. Riwayat masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangannya pasien sama seperti anak seusianya c. Riwayat masa kanak-kanak akhir

Pasien bersekolah di SD namun tidak tamat d. Riwayat dewasa

o Riwayat pekerjaan :

Sehari-hari Tn. S bekerja sebagai Petani. Tahun 2001 Pasien pernah bekerja di perkebunan sawit di Malaysia selama 6 bulan.

o Riwayat pernikahan :

Pasien menikah 1 kali pada tahun 2006 namun berpisah pada tahun 2008 ketidak cocokan dengan istri dan mertuanya dan mempunyai 1 orang anak laki-laki yang berumur 6 tahun.

o Riwayat kehidupan beragama Tn. S memeluk agama islam

E. Riwayat kehidupan berkeluarga

 Pasien anak ke 2 dari 3 bersaudara ♀,♂,♂

 Pasien telah menikah 1 kali namun bercerai dan memiliki 1 orang anak laki-laki

 Hubungan dengan keluarga kurang baik

 Tidak ada riwayat keluarga yang menderita dengan penyakit yang sama

F. Situasi sekarang

Pasien tinggal dengan keluarga yaitu ayah ibu dan adik.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

(19)

19 3. AUTOANAMNESIS ( 6 November 2013)

DM : Assalamu alaykum pak perkenalkan saya Ulmi dokter muda yang bertugas di sini, Silahkan duduk pak

P : Waalaikum salam, iya dok. Terima kasih, perkenalkan saya Tn. S DM : Berapa umurnya pak?

P : 25 tahun

DM : Dari mana asalnya pak? P : Dari Bone dok

DM : Bagaimana perasaan bapak hari ini ? P : Perasaan saya biasa-biasa saja

DM : Baik pak, sebelumnya mohon maaf mengganggu. bersedia kita berbincang- bincang sebentar?

P : Iya dok.

DM : Bapak tau di mana bapak berasa sekarang ? P : Tahu dok, Rumah sakit Dadi

DM : Sudah 6 hari ya di sini?

P : Iya betul dok, dari tanggal 31 oktober saya dibawa ke sini. Oktober bulan 10 dok DM : Siapa yang membawa bapak ke Rumah sakit ?

P : Kepala Desa dan Bapak saya dok DM : Mengapa bapak dibawa kesini ?

P : Karena saya mengamuk dok. Biasa saya seperti mau memukul, saya tidak tahu kenapa bisa mengamuk.

DM : Mengapa bisa bapak mengamuk?

P : Saya kurang tahu dok, tapi kalau sudah mengamuk saya selalu menyesal DM : Mengamuk seperti apa bapak?

P : Marah-marah, biasa memukul

DM : Tapi bapak tahu, siapa yang biasa bapak pukul ? P : Tahu dok, si Ammang

DM : Siapa itu si Ammang?

P : Orang satu kampung saya dok

(20)

20 P : Karena si Ammang pernah mengancam bapak saya. Si Ammang mau membunuh

bapak saya jadi saya ingin membalasnya DM : Mengapa diancam?

P : Karena saya mau dinikahkan sama sepupu satu kali saya. Dan saya tidak suka, lalu si Ammang mengancam bapak saya

DM : Selain memukul dan marah-marah, apakah bapak pernah membunuh? P : Tidak pernah dok

DM : Bapak sadar dengan apa yang bapak perbuat?

P : Saya sadar dok, saya mengamuk dan setelah mengamuk saya menyesal dok karena saya tahu itu perbuatan yang salah

DM : Bapak pernah mendengar bisikan-bisikan ? P : Dulu pernah, sekarang tidak

DM : Bisikan seperti apa ?

P : Pernah saya dengar Nur itu tidak pernah diperkosa sama sepupuku tapi saya tidak percaya

DM : Maksudnya?

P : Dulu saya mau dinikahkan dengan Nur, tapi saya tidak mau karena dia selingkuh. Padahal sudah dikasih naik uang 40 juta dan Andrianto sepupu satu kali saya yang dapat dia. Suara yang saya dengar mengatakan bahwa Nur tidak selingkuh. DM : Suara yang kita dengar dari siapa?

P : dari sepupu saya yang di Bone

DM : Bapak pernah dengar ada suara-suara bisikan yang bapak tidak lihat siapa yang berbicara?

P : Pernah dok, seperti saya dituduh suka masuk ke kampung cewek-cewek DM : Bapak tahu siapa yang berbicara seperti itu?

P : Tahu dok, laki-laki sambil marah-marah

DM : Sampai sekarang masih ada terdengar suara-suara?

P : Sudah tidak ada dok, karena di sini saya rajin minum obat DM : Sudah tidak pernah dengar ada suara-suara?

P : Sudah tidak pernah dok

(21)

21 P : Tidak dok tidak pernah

DM : Apakah bapak pernah merasa diancam ? P : Tidak dok

DM : Apakah bapak pernah merasa mempunyai kekuatan? P : Tidak dok

DM : Apakah bapak merasa dikontrol oleh pikiran? P : Tidak dok

DM : Apakah bapak merasa pernah curiga dengan seseorang karena ingin melukai, membunuh ?

P : Tidak ada dok

DM : Apakah ada seseorang yang bapak benci? P : Ada dok, Andrianto sepupu sekali saya DM : Sampai sekarang masih benci?

P : Sekarang tidak dok, Sudah baik DM : Lalu si Ammang ?

P : Sudah tidak dok, karena dia sudah datang ke rumah dan dia sudah baik DM : Masih sering terbayang-bayang rasa benci?

P : Sudah tidak dok karena saya berpikir masih banyak perempuan di dunia

DM : Bapak pernah merasa bahwa ada seseorang yang bisa baca pikirannya bapak? Atau bapak bisa membaca pikiran orang?

P : Saya tidak bisa membaca pikiran orang. Tapi pikiran saya bisa dibaca oleh Adik Bapak saya

DM : Baca seperti apa pak?

P : Setiap saya berbicara pasti dia tahu apa yang ingin saya bicarakan DM : Apakah om pak S bisa membaca pikiran semua orang?

P : Tidak dok, hanya saya.

DM : Apakah bapak pernah melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat dari orang lain? P : Tidak dok

DM : Apakah bapak pernah merasa melihat tali jemuran itu tapi tiba-tiba berwujud seperti ular?

(22)

22 DM : Apa pendidikan terakhir bapak ?

P : SD dok, tapi tidak tamat DM : Bapak tahu menghitung ? P : Tahu dok

DM : Baik pak, kalau 100 – 7 ? P : 93

DM : Kemudian dikurangi 7 lagi? P : 86 dok

DM : Bapak bersaudara berapa orang ? P : 3 orang dok, saya anak ke 2

DM : Bisa ulangi apa yang saya katakan 8 40 8 0 1 P : Susah dok

DM : Baik kita coba 4 angka 1 3 7 6 P : 4 1 3 7 6

DM : Bapak tahu perbedaan sepeda dan motor ?

P : Tahu dok, sepeda tidak ada minyaknya. Motor ada minyaknya dan ada oli sampingnya.

DM : Apa bakat bapak? Keterampilan apa yang bapak bisa kerjakan?

P : Saya bisa memasak dok, karena saya perantau. Saya di Malaysia dok, saya menombak sawit 6 bulan. Saya bisa masak sayur sawi itu masakan paling enak. Saya bisa masak sayur kacang panjang

DM : Bapak biasa mandi di mana?

P : Di kamar mandi di dalam sini dok, mandi sendiri. Kalau kamar mandi di sebelah sana itu kotor sekali, banyak kotorannya. Tidak pernah dibersihkan

DM : Bapak kalau misalnya ada dompet di jalan, biasanya bapak akan melakukan apa ? P : Yang saya lakukan, dompet saya ambil dan kasih teman lalu tanyakan siapa yang

punya. Kalau bukan teman saya, saya telepon nomor yang ada di dompet

DM : Bapak, kalau ada orang yang mengamuk di tengah jalan menurut bapak itu perbuatan yang baik atau tidak?

P : Tidak dok, karena itu menghalangi perjalanan orang. Dan itu merupakan perbuatan yang tidak baik

(23)

23 DM : Bapak sadar kalau bapak sakit?

P : iya dok, betul. Saya sadar bahwa saya sakit. Di sini saya selalu makan obat 3 kali sehari. Saya pernah di pasung dok 2 bulan 17 hari. Biasa mengamuk dok, Kamis malam pasung saya dilepas, minum susu dan jam 4 saya langsung di bawa ke rumah sakit dadi. Dok saya ingin pulang dok. bisa tidak ?

DM : Bapak tunggu saja keluarga bapak menjenguk dulu ya. P : Iya dok

DM : Bapak sudah menikah?

P : Sudah dok, tapi cerai. Makanya saya mau dinikahkan dengan sepupu satu kali saya yang namanya Nur itu.

DM : Maaf ya bapak, kalau boleh tahu mengapa bapak bisa bercerai?

P : Karena saya ingin hidup mandiri dan punya rumah sendiri bersama istri saya. Tapi mertua saya melarang.

DM : Bagaimana dengan istri bapak?

P : Dia juga tidak mau, makanya saya cerai DM : Tahun berapa cerai ?

P : tahun 2008 bulan 8 DM : Bapak punya anak?

P : Punya dok, 1 anak laki-laki sudah berumur 6 tahun. Sekarang SD kelas 1 DM : Bapak perokok?

P : iya saya perokok

DM : Bapak pernah pakai narkoba ?

P : Pernah dok shabu-shabu waktu di Malaysia tapi sudah berhenti sejak balik ke kampung karena barangnya susah dapat disini dan tidak ada uang untuk membeli DM : Bapak masih ingat siapa nama saya?

P : Hehehe sudah lupa dok

DM : Nama saya Ulmi, baik bapak terima kasih atas waktunya selamat beraktifitas P : Iya dok.

(24)

24 4. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum 1. Penampilan

Seorang pria, wajah sesuai umur, kulit sawo matang, kuku tidak terawat, perawakan tinggi kurus, memakai baju biru dan berpakaian kurang rapi.

2. Kesadaran : Berubah 3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : Cukup Tenang

4. Pembicaraan : Lancar, intonasi suara biasa 5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan afektif (Mood), perasaan, empati, dan perhatian 1. Mood : Eutimia

2. Afek : Appropriate

3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan 4. Perhatian : Baik

C. Fungsi Intelektual

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dam kecerdasan : Sesuai taraf pendidikan 2. Daya konsentrasi : Baik

3. Orientasi (waktu, tempat dan orang)

Waktu : Baik

Tempat : Baik

Orang : Baik

4. Daya Ingat

Daya ingat jangka segera : Terganggu Daya ingat jangka pendek : Terganggu Daya ingat jangka panjang : Baik 5. Pikiran abstrak : Baik 6. Bakat kreatif : Memasak 7. Kemampuan menolong diri : Baik

sendiri

D. Gangguan persepsi

(25)

25 Pasien seperti merasa ada bisikan-bisikan dari seorang laki-laki yang mengomentari dirinya

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada 4. Derealisasi : Tidak ada E. Proses Berpikir

1. Arus pikiran

Produktivitas : Cukup

Kontinuitas : Koheren dan relevan Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi pikiran

Preokupasi : Tidak ada

Gangguan isi pikir : Terdapat gangguan isi pikir berupa thought of withdrawal di mana pasien merasa pamannya bisa membaca pikirannya

F. Pengendalian impuls : Baik G. Daya nilai

Norma sosial : Baik Uji daya nilai : Baik Penilaian realitas : Baik H. Tilikan (insight)

Tilikan derajat 6, pasien merasakan bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT Keadaan Umum

Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 92x/menit Pernapasan : 22x/menit Suhu : 36,6o C

(26)

26 Status Internus

Kepala : Posisi sentral, penonjolan (-) Konjungtiva : Anemis (-) Ikterus (-)

Hidung : Epistaksis (-)

Mulut : Kering (-), lidah kotor (-), hiperemis (-)

Status Neurologis

Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5) Pupil : Bulat

Reflex Cahaya : +/+

6. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien pertama kali masuk rumah sakit karena mengamuk yang dialami sejak 8 bulan yang lalu. Pasien mengamuk kemudian berkelahi dan menampar apabila ada keinginannya yang tidak terpenuhi. Pasien mengamuk tidak setiap hari, mengamuk apabila ada yang mau mengganggui. Namun setelah mengamuk, pasien merasa bersalah dan menyesal terhadap apa yang dilakukannya. Pasien merasa dendam pada semua orang, seakan-akan semua mengganggu dirinya. Akibatnya pasien pernah dipasung selama dua setengah bulan oleh keluarganya. Pasien merupakan pribadi yang mudah tersinggung dan emosional. Makan dan tidur tidak teratur. Selain itu, pasien sering mendengar bisikan-bisikan sebelum masuk rumah sakit. Bisikan tersebut berupa suara dari sepupunya mengenai kegagalan pernikahan pasien. Setelah diautoanamnesis, pasien mengaku tidak pernah lagi mendengar suara-suara bisikan selama di rumah sakit karena menurut pasien, rajin minum obat 3 kali sehari. Pasien selalu beranggapan bahwa pamannya bisa membaca pikirannya dan merasa hal itu terjadi sampai sekarang. Menurut pasien, hanya dia seorang yang bisa dibaca pikirannya oleh pamannya.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan Seorang pria, wajah sesuai umur, kulit sawo matang, kuku tidak terawat, perawakan tinggi kurus, memakai baju biru dan berpakaian kurang rapi. Kesadaran berubah, saat diwawancara pasien tampak cukup tenang, verbalisasi spontan, intonasi biasa, mood eutimia, afek appropriate dan empati

(27)

27 tidak dapat dirabarasakan, terdapat riwayat gangguan persepsi sebelum masuk rumah sakit berupa halusinasi pendengaran dan adanya gangguan isi pikir yaitu thought of withdrawal. Pasien menganggap isi pikirnya bisa dibaca oleh pamannya sendiri. Pengendalian impuls baik dan daya nilai baik. Tilikan (insight) derajat 6 (pasien sadar kalau dirinya sakit dan perlu pengobatan) dan hasil wawancara dalam taraf dapat dipercaya.

7. EVALUASI MULTIAKSIAL

 Aksis 1

Berdasarkan dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu pasien sering mengamuk, memukul orang-orang disekitarnya. Hal ini dapat menimbulkan penderitaan (distress) bagi diri pasien sehingga dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa. Dari pemeriksaan status mental, ditemukan hendaya berat dalam menilai realita, berupa adanya riwayat halusinasi pendengaran dan gangguan isi pikir thought of withdrawal sehingga pasien dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa psikotik. Dari pemeriksaan status interna dan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut, tidak ditemukan adanya kelainan yang berarti sehingga pasien dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa non organik.

Dari hasil alloanamnesis didapatkan pasien mempunyai riwayat halusinasi pendengaran mendengar bisikan-bisikan yang membicarakan tentang dirinya dan mempunyai gangguan isi pikir berupa thought of withdrawal di mana pasien merasa bahwa isi pikirannya bisa dibaca oleh pamannya. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III didiagnosa sebagai , Skizofrenia YTT (F 20.9)

 Aksis II :

Pasien mudah tersinggung dan emosional

 Aksis III :

Tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik

 Aksis IV :

Ditemukan adanya faktor stressor yaitu kegagalan pernikahannya.

 Aksis V :

(28)

28 8. DAFTAR PROBLEM

Organobiologik

Tidak ditemukan kelainan fisik. Namun diduga ada ketidak seimbangan neurotransmitter sehingga memerlukan farmakoterapi.

Sosiologik

Ditemukan hendaya sosial, pekerjaan dan waktu senggang sehingga membutuhkan sosioterapi

Psikologik

Ditemukan adanya gangguan psikologik sehingga membutuhkan psikoterapi untuk memperbaiki daya tahan mental dan kemampuan beradaptasi.

9. PROGNOSIS DUBIA ET BONAM 1. Faktor pendukung

 Adanya dukungan dari keluarga.

 Tidak ada kelainan organobiologik yang bermakna.

 Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama

 Stressor jelas 2. Faktor penghambat  Onset muda 10.RENCANA TERAPI  Farmakoterapi Risperidon 2mg 2 x 1/2  Psikoterapi : a. Ventilasi

(29)

29 Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaaan sehingga pasien merasa lega dan keluhannya berkurang.

b. Konseling

Memberi penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.

c. Sosioterapi

Memberi penjelasan kepada pasien, keluarga pasien, dan orang-orang disekitarnya sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan yang membantu.

11.FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, efektivitas terapi, serta memantau kemungkinan terjadinya efek samping obat yang diberikan.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan HBKB di Jakarta Pusat tepatnya di jalan Suryopranoto menyimpulkan bahwa pemantauan kualitas udara pada saat HBKB menunjukkan hasil yang tidak terlalu

Materi yang akan di bahas pada penelitian ini adalah melihat kesesuaian dari taman kota di Bandar Lampung untuk di sesuaikan dengan RPTRA sehingga peneliti dapat

o Siswa menganalisis data hasil percobaan untuk menyimpulkan sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya (larutan elektrolit dan larutan non- elektrolit).. o

[r]

Result of runway rigid pavement design thickness using CBR, LCN and FAA method at Ahmad Yani International Airport of.

Pendekatan filsafat, sosiologi dan sejarah dalam gagasan Syari’ati sangat kental, tetapi yang penting dicatat di sini adalah bahwa teori-teori sosial Barat dikuasainya

Kendala yang dialami guru yakni proses pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran yang di samapaikan guru sehingga pelajaran yang di sampaikan tidak hanya di sampaikan

Sebagai bagian dari sistem informasi manajemen, perpustakaan juga harus dapat memberikan laporan-laporan yang dapat menjadi bahan keputusan manajemen organisasi?. Investasi