• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DEBT COVENANT, TINGKAT KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN RISIKO LITIGASI TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DEBT COVENANT, TINGKAT KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN RISIKO LITIGASI TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DEBT

COVENANT, TINGKAT KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN,

DAN RISIKO LITIGASI TERHADAP KONSERVATISME

AKUNTANSI

Deffa Agung Nugroho, Siti Mutmainah

1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT

This research was aimed to examine empirically: (1) the influence of managerial ownership structure to accounting conservatism, (2) the influence of debt covenance to accounting conservatism, (3) the influence of a company’s financial distress to accounting conservatism, (4) the influence of litigation risks to accounting conservatism. Independent variables used in this study are managerial ownership structure, debt covenance, a company’s financial distress, litigation risks. The dependent variable used in this study is accounting conservatism that measured by Earnings/accrual measures model Givoly and Hayn.

Samples of this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) period 2008-2010. Data collected by purposive sampling method. Number of samples in this research is 140 firms. This study used multiple regression for data analysis.

The results of the research as follow: (1) the managerial ownership structure positive not significant influence to accounting conservatism, (2) the debt covenance positive not significant influence to accounting conservatism,(3) the a company’s financial distress negative significant influence to accounting conservatism, (4) the litigation risks positive significant influence to accounting conservatism.

Key words: Accounting Conservatism, Managerial Ownership Structure, Debt Covenance, Litigation Risks.

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pihak investor dalam mengelola sumber daya perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan harus dibuat berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Laporan keuangan yang disajikan harus bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan membutuhkan informasi keuangan antara lain, investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan, Paragraf ke 7 (Revisi 2009) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi, asset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan kepada setiap perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan. Perusahaan memilih metode akuntansi sesuai dengan kondisinya. Untuk mengantisipasi kondisi perekonomian yang tidak stabil maka

1 Deffa Agung Nugroho, Siti Mutmainah

(2)

2

perusahaan harus berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Tindakan kehati-hatian yang dilakukan oleh perusahaan biasanya dilakukan dengan cara mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Suwardjono (2005) menyatakan bahwa tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Tindakan kehati-hatian ini sering disebut sebagai konservatisme akuntansi. Para kreditur mendesak agar laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip konservatisme, karena untuk menetralisir perusahaan yang terlalu optimistis dalam melaporkan keuangannya (Sari dan Adhariani, 2009). Perusahaan melaporkan laporan keuangan yang telalu optimistis untuk menarik calon investor baru agar menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut setelah melihat laporan keuangan yang memiliki laba yang tinggi.

Banyak pihak yang mendukung dan menolak konsep konservatisme, karena bagi mereka laporan keuangan yang disajikan dengan menggunakan prinsip konservatisme akan mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi risiko perusahaan (Haniati dan Fitriany, 2010). Mayangsari dan Wilopo (2002) menyatakan bahwa konservatisme merupakan konsep akuntansi yang kontroversial dan membuktikan bahwa konservatisme akuntansi memiliki relevansi nilai, yang berarti akuntansi bermanfaat dalam memprediksi kondisi keuangan di masa mendatang.

Watts (2003) sebagai pendukung konservatisme lainnya berpendapat bahwa konservatisme merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya. Para pemegang saham mempunyai harapan agar manajemen bertindak atas kepentingan mereka. Untuk itu dibutuhkan pengawasan seperti pemeriksaan laporan keuangan serta pembatasan keputusan yang dapat diambil manajemen. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengawasan tersebut disebut sebagai biaya agensi.

Hendriksen dan Breda (1997) menyatakan beberapa argumen yang mendukung dan menolak konservatisme. Argumen yang mendukung konsep konservatisme antara lain, konservatisme dari akuntan penting untuk mengimbangi optimisme berlebihan dari manajer dan pemilik, penilaian lebih saji laba lebih berbahaya daripada kurang saji laba (konsekuensi kebangkrutan lebih serius dari pada keuntungan), untuk mengurangi risiko (risiko membayar pajak, risiko diawasi pemerintah dan para analis sekuritas, risiko pembayaran dividen yang tinggi untuk investor). Argumen yang menolak salah satunya adalah tidak dapat diinterpretasikan dengan tepat dan bertentangan dengan tujuan pengungkapan semua informasi yang relevan.

Konservatisme akuntansi disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah ukuran perusahaan, risiko perusahaan, rasio konsentrasi, intensitas modal, dan rasio leverage (Sari dan Adhariani, 2009), struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik, litigasi, pajak dan politik, growth, debt covenant (Widayati, 2011), tingkat kesulitan keuangan perusahaan (Setyaningsih, 2008), risiko litigasi (Juanda, 2007). Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah struktur kepemilikan manajerial, debt covenant, tingkat kesulitan keuangan perusahaan, dan risiko litigasi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi? (2) Apakah debt covenant berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi? (3) Apakah tingkat kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi? (4) Apakah risiko litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi?.

Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut manfaat dari penelitian ini adalah: (1) Bagi akademisi, untuk mengetahui hasil analisis tentang pengaruh struktur kepemilkan manjerial, debt

covenant, tingkat kesulitan keuangan perusahaan dan risiko litigasi pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Indonesia (2) Bagi praktisi bisnis, membantu manajer dalam pengambilan keputusan apakah menggunakan konservatisme akuntansi atau tidak.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Teori signaling menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa

(3)

3

mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Dalam praktiknya, manajemen menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti tidak mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada masa yang akan datang

(Fala, 2007).

Kusuma (2006) menyatakan bahwa tujuan teori signaling kemungkinan besar membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan keuangan. Manajer berusaha menginformasikan kesempatan yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Sebagai contoh, karena manajer sangat erat kaitannya dengan keputusan yang berhubungan dengan aktivitas investasi maupun operasi perusahaan, otomatis para manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai prospek peruasahaan masa datang. Oleh karena itu, manajer dapat mengestimasi secara baik laba masa datang dan diinformasikan kepada investor atau pemakai laporan keuangan lainnya.

Watts (2003) menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik atau relatif permanen merupakan salah satu ciri dari konservatisme akuntansi, sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisme akuntansi menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Penman dan Zhang (2002) dalam Fala (2007) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi mencerminkan kebijakan akuntansi yang permanen. Secara empiris penelitian mereka menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan akuntansi konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan metode akuntansi atau perubahan estimasi.

Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor diharapkan dapat menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi.

Teori akuntansi positif menjelaskan bahwa manajer memiliki insentif atau dorongan untuk dapat memaksimalkan kesejahteraannya. Teori ini didasarkan pada bagian bahwa manajer, pemegang saham adalah rasional dan mereka berusaha untuk memaksimumkan utilitas mereka, yang secara langsung terkait dengan kemakmuran mereka.Teori akuntansi positif memprediksi bahwa manajer mempunyai kecenderungan menaikkan laba untuk menyembunyikan kinerja buruk. Kecenderungan manajer untuk menaikkan laba dapat didorong oleh adanya empat masalah pengontrakan yaitu informasi asimetrik, masa kerja terbatas manajer, kewajiban terbatas manajer, dan asimetri pembayaran (asymmetric payoff) (Watts, 2003a). Pemegang saham dan kreditur berusaha menghindari kelebihan pembayaran kepada manajer dengan meminta penyelenggaraan akuntansi yang konservatif (Watts, 2002; 2003a). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manajer cenderung menyelenggarakan akuntansi liberal, tetapi kreditur (dalam kontrak utang) dan pemegang saham (dalam kontrak kompensasi) cenderung meminta manajer menyelenggarakan akuntansi konservatif.

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Konservatisme Akuntansi

Struktur kepemilikan manajerial yang semakin tinggi atas saham yang ada dalam perusahaan akan mendorong manajer cenderung memilih akuntansi yang konservatif. Perasaan memiliki manajer terhadap suatu perusahaan tersebut membuat manajer tidak hanya memikirkan bonus yang akan didapatkan apabila labanya tinggi tetapi manajer lebih mementingkan kontinuitas perusahaan dalam jangka panjang sehingga manajer tertarik untuk mengembangkan perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan persentase kepemilikan saham perusahaan maka manajerial akan semakin konsen terhadap persentase kepemilikannya sehingga kebijakan yang diambil semakin konservatif dan sebaliknya, jika kepemilikan manajerial rendah maka manajer cenderung kurang konservatif atau cenderung melaporkan laba yang lebih tinggi, karena akan membawa keuntungan bagi manajer yang diterima melalui komisi sesuai dengan besarnya laba (teori akuntansi positif). Hal tersebut yang mendorong manajer melaporkan laba lebih besar (Suaryana, 2008).

(4)

4

Pernyataan dari Suaryana (2008) mengindikasikan bahwa jika manajer memiliki kepemilikan saham yang besar, maka manajer akan lebih cenderung melaporkan laba secara konservatif karena rasa memiliki manajemen terhadap perusahaan cenderung lebih besar sehingga manajemen cenderung berkeinginan untuk memperbesar perusahaan dengan menggunakan cadangan tersembunyi yang dapat meningkatkan jumlah investasi. Nilai pasar perusahaan akan lebih besar dari nilai buku karena nilai aset diakui perusahaan dengan nilai paling rendah. Oleh karena itu pasar dan investor akan menilai positif akan hal ini.

H1: Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.

Pengaruh Debt Convenant Terhadap Konservatisme Akuntansi

Dalam teori akuntansi positif Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan tiga hipotesis yaitu, bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Debt covenant hypothesis menyatakan bahwa ketika perusahaan mulai mendekati terjadinya pelanggaran terhadap perjanjian hutang, maka manajer perusahaan akan berusaha untuk menghindari terjadinya perjanjian hutang tersebut dengan memilih metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Pelanggaran terhadap perjanjian hutang dapat mengakibatkan timbulnya suatu biaya serta dapat menghambat kerja manajemen, sehingga dengan meningkatkan laba (melakukan income

increasing) manajemen berusaha untuk mencegah atau setidaknya menunda hal tersebut.

Dalam menyikapi adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang telah jatuh tempo, manajer akan berupaya menghindarinya dengan memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya, seperti menstransfer laba periode mendatang ke periode berjalan, karena hal tersebut dapat mengurangi risiko ’default’. Hal ini tentu bertentangan dengan konsep konservatif ditunjukan dengan tindakan pengakuan pendapatan lebih awal (menstransfer laba periode mendatang ke periode berjalan) yang seharusnya tidak cepat mengakui pendapatan melainkan segera mengakui adanya beban.

Untuk mengidentifikasi debt covenant adalah dengan menggunakan proksi dari tingkat

leverage. Leverage merupakan perbandingan utang jangka panjang terhadap total asset yang

dimiliki perusahaan. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari dan Adhariani (2009) menunjukkan bahwa debt

covenant yang diproksikan dengan leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio leverage, semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan prosedur yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

H2: Debt covenant berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.

Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Konseravatisme

Akuntansi

Teori akuntansi positif memprediksi bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi. Jika perusahaan mengalai kesulitan keuangan, manajer sebagai agen dapat akan dianggap melanggar kontrak. Kondisi keuangan yang bermasalah diakibatkan oleh kualitas manajer yang buruk. Keadaan tersebut dapat memicu pemegang saham melakukan penggantian manajer, yang kemudian dapat menurunkan nilai pasar manajer dipasar tenaga kerja. Ancaman tersebut dapat mendorong manajer menurunkan tingkat konservatisme akuntansi.

Pada perusahaan yang tidak mempunyai masalah keuangan, manajer tidak menghadapi tekanan pelanggaran kontrak sehingga manajer menerapkan akuntansi konservatif untuk menghindari kemungkinan konflik dengan kreditur dan pemegang saham. Oleh karena itu, tingkat kesulitan keuangan yang semakin tinggi akan mendorong manajer untuk mengurangi tingkat konservatisme akuntansi, dan sebaliknya (Lo, 2005). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eka Suprihastini dan Herlina Pusparini (2007) menunjukkan bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

H3: Tingkat kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap konservatisme

(5)

5

Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Konservatisme Akuntansi

Lingkungan hukum yang berlaku pada suatu wilayah tertentu mempunyai dampak yang signifikan terhadap kebijakan diskresioner manajer dalam melaporkan keuangannya (Ball et al. 1999 dan 2000). Manajer akan melakukan penyeimbangan antara kos litigasi yang akan timbul dengan keuntungan yang akan diperoleh karena akuntansi agresif.

Pada lingkungan hukum yang sangat ketat, kecenderungan manajer untuk melaporkan keuangan secara konservatif semakin tinggi. Pada lingkungan hukum yang longgar dorongan untuk melaporkan keuangan secara konservatif akan berkurang (Francis et al. 1994). Hal yang hampir sama, Ball et al. (2000) menyatakan bahwa pada negara common law yang di dalamnya penyedia modal tergantung pada laporan publikasian, tuntutan pengungkapan yang tepat waktu lebih tinggi daripada di negara code law yang konsekuensi hukum dan aturan pengungkapan informasi kepada publik relatif rendah.

Berbagai peraturan dan penegakan hukum yang berlaku dalam lingkungan akuntansi, menuntut manajer untuk lebih mencermati praktik-praktik akuntansi agar terhindar dari ancaman ketentuan hukum. Tuntutan penegakan hukum yang semakin ketat inilah akan berpotensi menimbulkan litigasi bila perusahaan melakukan pelanggaran sehingga akan semakin mendorong manajer untuk bersikap hati-hati dalam menerapkan akuntansinya. Demikian juga, bagi akuntan yang menyiapkan maupun yang memeriksa laporan keuangan akan cenderung lebih konservatif. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lasdi (2009) menunjukkan bahwa risiko litigasi berpengaruh postif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

H4: Risiko litigasi berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.

METODE PENELITIAN

Variable Penelitian

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Konservatisme akuntansi adalah konsep yang mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani, 2009). Watts (2003) menyatakan terdapat tiga ukuran konservatisme yaitu Earning/stock return relation measures, Earnings/accrual measures,

Net asset measures. Untuk mengukur konservatisme dengan menggunakan Earnings/accrual measures ada tiga model yaitu model Givoly dan Hayn (2000), model Zhang (2007) dan Kasnik

(1999).

Dalam penelitian ini menggunakan pengukuran Earnings/accrual measures model Givoly dan Hayn (2000). Dwiputro (2009) dalam tulisannya menjelaskan bahwa Givoly dan Hyan memfokuskan efek konservatisme pada laporan laba rugi selama beberapa tahun. Mereka berpendapat bahwa konservatisme menghasilkan akrual negatif yang terus menerus. Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi. Semakin besar akrual negatif maka akan semakin konservatif akuntansi yang diterapkan. Hal ini dilandasi oleh teori bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengguanaan biaya.

Penelitian ini menggunakan akrual, yaitu selisih antara net income dan cash flow. Selain itu, Givoly dan Hayn (2002) dalam Sari dan Adhariani (2009) membagi akrual menjadi dua, yaitu

operating accrual dan non operating accrual. Apabila akrual bernilai negatif, maka laba

digolongkan konservatif, yang disebabkan laba lebih rendah dari cash flow yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu. Persamaan untuk menghitung operating accrual adalah sebagai berikut:

OAit = ΔACCRECit + ΔINVit + ΔPREPEXPit – ΔACCPAYit – ΔTAXPAYit

Keterangan:

OAit = operating accrual perusahaan i pada tahun t

ΔACCRECit = perubahan piutang perusahaan i pada tahun t ΔINVit = perubahan persediaan perusahaan i pada tahun t

ΔPREPEXPit = perubahan biaya dibayar dimuka perusahaan i pada tahun t ΔACCPAYit = perubahan utang usaha perusahaan i pada tahun t

(6)

6

Dalam penelitian ini konservatisme akuntansi diukur dengan non operating accrual dengan persamaan sebagai berikut:

NOA = TA-OA

TA = (net income + depreciation) – cash flow operational

Keterangan:

NOA = non operating accrual

TA = total akrual perusahaan i pada tahun.

Variabel struktur kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajerial dari seluruh jumlah saham perusahaan yang dikelola akhir tahun 2008-2010. Variabel debt covenant diproksikan dengan rasio leverage. Leverage merupakan perbandingan total utang terhadap total asset yang dimiliki perusahaan. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak tertagihnya suatu utang (Sunarto, 2002). Rasio leverage digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan (dalam hal ini asset) dalam melunasi semua hutangnya. Variabel tingkat kesulitan keuangan diukur dengan dengan menggunakan model Ohlson (1980) sebagai berikut:

SPO= [ 1 + exp (-Yit)]-1

Dengan:

Yit= -1,320 + -0,407SIZEit + 6,030TLTAit - 1,430WCTAit + 0,076CLCAit – 2,370NITAit –

1,830FUTLit + 0,285INTWOit – 1,720ENEGit – 0,521CHINit + € Keterangan:

SPO = skor prediksi kebangkrutan model Ohlson (1980) yaitu probabilitas bahwa suatu

perusahaan akan mengalami kebangkrutan pada tahun yang akan datang.

SIZE it = log aktiva pada perusahaan i tahun t.

TLTA it = (utang total/aktiva total) pada perusahaan i tahun t.

WCTA it = (modal kerja/aktiva total) pada perusahaan i tahun t.

CLCA it = (utang lancar/aktiva total) pada perusahaan i tahun t.

NITA it = (laba bersih/aktiva total) pada perusahaan i tahun t.

FUTL it = (arus kas operasi/utang total) pada perusahaan I tahun t.

INTWO it = variabel dummy, 1 jika laba bersih adalah negatif, dan 0 untuk sebaliknya.

OENEG it = variabel dummy, 1 jika utang total lebih besar dari pada aktiva total.

CHIN it = (laba bersih tahun t – laba bersih t-1) / jumlah nilai absolut laba bersih tahun t

ditambah nilai absolut laba bersih tahun t-1.

Nilai cut-off yang digunakan adalah 0,038 (Ohlson, 1980). Jika SPO di atas 0,038 dikategorikan sebagai perusahaan bermasalah keuangan dan jika di bawah 0,038 dikategorikan sebagai perusahaan tidak bermasalah keuangan. Dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel dummy, melainkan menggunakan Ohlson (1980).

Variabel risiko litigasi diukur dengan melakukan analisis faktor (component factor

analysis) terhadap variabel-variabel: (1) beta saham dan perputaran volume saham, keduanya

merupakan proksi volatilitas saham; (2) likuiditas dan solvabilitas, keduanya merupakan proksi dari risiko keuangan; (3) ukuran perusahaan yang merupakan proksi dari risiko politik. Adapun tahapan pengukuran risiko litigasi adalah sebagai berikut:

1. Menghitung beta (BETA), perputaran saham (TURNOV), likuiditas (LIK), leverage (LEV), ukuran perusahaan (UKR) dengan rumus:

RETit = α + β RMit + ei

TURNOVit= Rata2 VOLit/LBShit

LIKit = hutang jangka pendek/ aktiva lancar LEVit = hutang jangka panjang/total aktiva UKRit = LogNatural Total aktiva

Dalam hal ini:

RETit = return saham perusahaan i pada perioda t α = intersep atau return bebas risiko

β = beta saham perusahaan i pada perioda t RMit = return pasar pada perioda t

(7)

7

TURNOVit = turnover atau perputaran volume saham Rata2 VOLit = rata-rata volume saham

LBShit = jumlah saham beredar

LIKit = likuiditas perusahaan i selama periode t LEVit = leverage perusahaan i selama periode t UKRit = ukuran perusahaan i selama periode t

2. Kelima variabel tersebut dikomposit dengan melakukan component factor analysis untuk menentukan indeks risiko litigasi. Nilai indeks yang tinggi menunjukkan risiko litigasi tinggi, demikian sebaliknya untuk nilai indeks yang rendah.

Penentuan Sampel

Sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Perusahaan manufaktur dipilih karena prinsip konservatisme timbul akibat adanya komponen akrual yang dapat diatur oleh perusahaan, contohnya persediaan, pengembangan dan riset, depresiasi yang dimana komponen akrual tersebut terdapat dalam perusahaan manufaktur. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan sampel yang memiliki kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2008-2010.

2. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember.

3. Perusahaan yang menjadi obyek penelitian harus memiliki struktur kepemilikan manajerial.

Metode Analisis

Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut:

KONSi, t= α0 + α1 SKMi,t + α2 DCi,t + α3 TKKi,t + α3 RKi,t + ei,t

Keterangan:

KONSi,t : konservatisme akuntansi diukur dengan ukuran berbasis akrual.

SKMi,t : struktur kepemilikan manajerial perusahaan i pada periode t.

DCi,t : debt covenant perusahaan i pada periode t.

TKKi,t : tingkat kesulitan keuangan perusahaan i pada periode t.

RKi,t : risiko litigasi perusahaan i pada periode t.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2010, dengan kriteria pemlihian sampel sebagai berikut:

Tabel 1

Kriteria pengambilan sampel

No. Keterangan Jumlah Perusahaan

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010

146 perusahaan 2. Laporan keuangan selama tahun 2008-2010 yang

tidak dapat diakses dan diperoleh

(12 perusahaan)

3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan

keuangan per 31 Desember 2008-2010

134 perusahaan 4. Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan

manajerial

(94 perusahaan) 5. Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial

(sampel penelitian)

40 perusahaan

(8)

8

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 perusahaan, dengan periode pengamatan selama 3 tahun berturut-turut. Dalam penelitian ini menggunakan data dalam bentuk

pooled cross sectional yaitu dengan menggabungkan data cross section selama 3 tahun

berturut-turut. Jadi dengan sampel sebanyak 40 perusahaan maka data penelitian secara pooled cross section akan berjumlah 120.

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std Deviasi

Kepemilikan Manajerial 120 0,01 27,23 6,3557 7,85048 Debt Covenant 120 0,0413 4,7997 0,508160 0,5350997 Tingkat Kesulitan Keuangan 120 -1,11835 0,76193 0,1324149 0,19051188 Risiko litigasi 120 -1,1368 4,5267 -0,078883 0,7544556 Konservatisme Akuntansi 120 -7156763 26078178,0 967336,6 3754484,229

Rata-rata kepemilikan manajerial yang diukur dengan besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar di perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 6,3557 %, dengan nilai minimum sebesar 0,01 %, dan nilai maksimum sebesar 27,23 %. Hal ini mengindikasikan bahwa kepemilikan manajerial dari perusahaan yang dijadikan sampel adalah sangat kecil, karena rata-rata kurang dari 10. Perusahaan yang memiliki manajerial yang lebih besar akan lebih insentif dalam memonitor kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer, sehingga bisa berperan dalam membatasi perilaku manajer yang kurang kurang baik, seperti tindakan manajer memanipulasi laba melalui manajemen laba bisa terkendali dan konservatisme akuntansi bisa lebih baik. Nilai standar deviasi sebesar 7,85048 lebih besar dari rata-rata sebesar 6,3557, maka dapat diartikan bahwa penyebaran data kepemilikan manajerial adalah tidak merata, karena perbedaan data satu dengan data yang lainnya tinggi.

Rata-rata debt covenant dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 0,508160 artinya setiap Rp 1 aktiva digunakan untuk menjamin hutang sebesar Rp 0,058160 sehingga masih ada sisa aktiva sebesar Rp 0,49184. Nilai maksimum dari debt covenant adalah sebesar 4,7997 dan nilai minimum dari debt covenant adalah sebesar 0,0413. Nilai standar deviasi sebesar 0,5350997 lebih besar dari rata-rata sebesar 0,508160, maka dapat diartikan bahwa penyebaran data debt covenant adalah tidak merata, karena perbedaan data satu dengan data yang lainnya tinggi.

Rata-rata tingkat kesulitan keuangan yang diukur dengan menggunakan model Ohlson adalah sebesar 0,132. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata perusahaan bermasalah keuangan, sebab rata-rata 0,132 > 0,038 (batas kateogori perusahaan mengalami masalah keuangan). Nilai minimum sebesar 1,11835 dan nilai maksimum adalah sebesar 0,76193. Nilai standar deviasi sebesar 0,1905 lebih besar dari rata-rata sebesar 0,1324, maka dapat diartikan bahwa penyebaran data tingkat kesulitan keuangan adalah tidak merata, yaitu perbedaan data satu dengan data yang lainnya terlalu tinggi.

Rata-rata risiko litigasi yang diukur dengan menggunakan faktor-faktor litigasi seperti beta saham, volatilitas saham, likuiditas saham, dan solvabilitas dengan (component factor analysis) adalah sebesar -0,0788, hal ini dapat diartikan bahwa risiko litigasi perusahaan yang dijadikan sampel adalah tinggi. Nilai minimum sebesar -1,1368 dan nilai maksimum adalah 4,5267. Nilai standar deviasi sebesar 0,7544 lebih besar dari rata-rata sebesar -0,0788, maka dapat diartikan bahwa penyebaran data risiko litigasi adalah tidak merata, yaitu perbedaan data satu dengan data yang lainnya terlalu tinggi.

Rata-rata konservatisme akuntansi dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 967.336,6, dengan nilai minimum sebesar -7156763, dan nilai maksimum sebesar 26.078.178. Nilai standar deviasi sebesar 3.754.484 lebih tinggi dari rata-rata sebesar

(9)

9

967.336,6, maka dapat diartikan bahwa penyebaran data konservatisme akuntansi adalah tidak merata, yaitu perbedaan data satu dengan data yang lainnya terlalu tinggi.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan secara parsial dengan menggunkan uji t, hasil uji t adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis

Variabel Beta t hitung Sig

Kepemilikan Manajerial 0,093 1,009 0,316

Debt Covenant 0,089 0,889 0,376

Tingkat Kesulitan Keuangan -0,203 -2,241 0,027

Risiko litigasi 0,385 3,899 0,000

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012

Pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dibuktikan

dengan nilai beta 0,093 dan nilai signifikasi 0,316 > 0,05. Dengan demikian H1 ditolak,

sehingga hipotesis yang menyatakan struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif

terhadap konservatisme akuntansi adalah ditolak. Kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Kondisi ini terjadi karena kepemilikan

manajerial dalam penelitian ini terlalu kecil, yaitu rata-rata 6,3557, sehingga kurang

berperan dalam pengambilan keputusan tentang manajemen perusahaan, termasuk di

dalamnya konservatisme akuntansi. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah,

maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan

menurun. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat

menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan

manajemen. Sehingga permasalahan keagenen diasumsikan akan hilang apabila seorang

manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik. Hasil ini mendukung penelitian

Widayati (2011), yang memberikan bukti bahwa kepemilikan manajerial tidak berpangaruh

terhadap konservatisme akuntansi. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Safiq (2010), yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan

terhadap konservatisme akuntansi, dengan alasan Kepemilikan manajemen terhadap saham

perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara

pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenen diasumsikan

akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa debt covenant berpengaruh negatif

signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dibuktikan dengan nilai beta 0,089

dan nilai signifikasi 0,376 < 0,05. Dengan demikian H2 ditolak, sehingga hipotesis yang

menyatakan debt covenant berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi adalah

ditolak. Kondisi ini terjadi karena perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi dianggap

sebagai perusahaan yang memiliki konservatisme akuntansi yang tinggi, sebab perusahaan

dengan hutang yang tinggi bisa saja karena dipercaya oleh kreditur, karena perusahaan

tersebut dapat menyelesaikan pembayaran hutangnya. Perusahaan tersebut menggunakan

hutangnya untuk tambahan modal atau biaya operasi perusahaan, sehingga bisa

menghasilkan laba yang berguna untuk membayar hutang dan tidak melakukan

pelanggaran perjanjian hutang.

Hasil penelitian mendukung penelitian Sari dan Adhariani (2009), dan Widayati (2011) yang menyatakan bahwa debt covenant tidak berpenagruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

(10)

10

Hasil ini tidak mendukung teori akuntansi positif yang dikemukakan oleh Watss dan Zimmerman (1986), yang menyatakan ketika perusahaan mulai mendekati terjadinya pelanggaran terhadap perjanjian hutang, maka manajer perusahaan akan berusaha untuk menghindari terjadinya perjanjian hutang tersebut dengan memilih metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Pelanggaran terhadap perjanjian hutang dapat mengakibatkan timbulnya suatu biaya serta dapat menghambat kerja manajemen, sehingga berusaha untuk mencegah atau setidaknya menunda hal tersebut. Kontrak hutang jangka panjang merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjamnan dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti pinjaman tambahan, atau membiarkan modal kerja dan kekayaan pemilik berada dibawah tingkat yang terlah ditentukan, yang semuanya menurunkan keamanan atau menaikan risiko bagi kreditur yang telah ada. Kontrak ini di dasarkan pada teori akuntansi positif, yakni hipotesis Debt Covenant, yang menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran hutang, manajer memiliki kesenderungan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan sehingga konservatisme akuntansi adalah menurun. Namun hasil ini tidak mendukung penelitian Mayangsari dan Wilopo (2002) yang menyatakan bahwa debt

covenant berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Pegujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa tingkat kesulitan keuangan

berpengaruh negatif signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dibuktikan

dengan nilai beta -0,203 dan nilai signifikasi 0,027 < 0,05. Dengan demikian H3 diterima,

sehingga hipotesis yang menyatakan tingkat kesulitan keuangan berpengaruh negatif

terhadap konservatisme akuntansi adalah diterima, artinya apabila tingkat kesulitan

keuangan semakin meningkat, maka konservatisme akuntansi semakin menurun. Kondisi

ini terjadi karena rasio tingkat kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak

memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya. Kondisi keuangan

yang bermasalah diakibatkan oleh kualitas manajer yang buruk. Keadaan tersebut dapat

memicu pemegang saham melakukan penggantian manajer, yang kemudian dapat

menurunkan nilai pasar manajer di pasar tenaga kerja. Ancaman tersebut dapat mendorong

manajer menurunkan tingkat konservatisme akuntansi. Pada perusahaan yang tidak

mempunyai masalah keuangan, manajer tidak menghadapi tekanan pelanggaran kontrak,

sehingga manajer menerapkan akuntansi konservatif untuk menghindari kemungkinan

konflik dengan kreditur dan pemegang saham, oleh karena itu tingkat kesulitan keuangan

yang semakin tinggi akan mendorong manajer untuk mengurangi tingkat konservatisme.

Hasil penelitian ini mendukung teori akuntansi positif yang memprediksi bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan dapat mengurangi tingkat konservatisme akuntansi, jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, manajer sebagai agen dapat akan dianggap melanggar kontrak dan lebih berhati-hati dalam melakukan akuntasi keuangan yang konservatif. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Lo (2005), Setyaningsih (2008), yang menyatakan tingkat kesulitan keuangan berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Suprihastini dan Pusparini (2007), yang menyatakan tingkat kesulitan keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Pengujian Hipotesis keempat menunjukkan bahwa risiko litigasi berpengaruh positif signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dibuktikan dengan nilai beta 0,385 dan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Dengan demikian H4 diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan risiko ligitasi berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi adalah diterima, artinya apabila risiko litigasi semakin meningkat, maka konservatisme akuntansi semakin meningkat. Kondisi ini terjadi karena risiko litigasi diartikan sebagai resiko yang melekat pada perusahaan yang memungkinkan terjadinya litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang merasa dirugikan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan meliputi kreditur, investor dan regulator. Risiko litigasi bisa timbul dari pihak kreditur maupun investor. Dari sisi kreditur litigasi dapat timbul karena perusahaan tidak menjalankan operasinya sesuai dengan kontrak yang disepati, seperti tidak mampu dalam membayar hutang yang telah diberikan kreditur. Dari sisi investor litigasi dapat timbul karena pihak perusahaan menjalankan operasi yang akan berakibat pada kerugian bagi pihak investor yang tercermin dari pergerakan harga saham dan

(11)

11

volume saham. Dengan kondisi ini, maka pihak manajer akan menyeimbangkan antara risiko litigasi yang timbul dengan keuantungan yang akan diperoleh karena akuntansi yang konservatif.

Berbagai peraturan dan penegakan hukum yang berlaku dalam lingkungan akuntansi, menuntu manajer untuk lebih mencermati praktik-praktik akuntansi agar terhindar dari ancaman ketentuan hukum. Tuntutan penegakkan hukum yang semakin ketat inilah akan berpotensi menimbulkan litigasi bila perusahaan melakukan pelanggaran, sehingga akan semakin mendorong manajer untuk bersikap hati-hati dalam menerapkan akuntansinya. Hasil ini mendukung teori akuntansi positif yang menyatakan pada lingkungan hukum yang sangat ketat, kecenderungan manajer untuk melaporkan keuangan secara konservatif yang semakin tinggi. Hasil ini juga mendukung penelitian Lasdi (2008), yang menyatakan resiko ligitasi tinggi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Juanda (2007), yang menyatakan risiko litigasi tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

2. Debt covenant berpengaruh positif tidak signifikan terhadap konservatisme akuntansi. 3. Tingkat kesulitan keuangan berpengaruh negatif signifikan terhadap konservatisme

akuntansi.

4. Risiko litigasi berpengaruh positif signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Keterbatasan

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang masih perlu menjadi bahan revisi penelitian selanjutnya, yaitu pemilihan sampel hanya menggunakan perusahaan manufaktur, dengan sampel sebanyak 40 perusahaan. Nilai koefisien determinasi yang ditunjukan dengan nilai

adjusted R square adalah sebesar 0,239 relatif kecil.

Saran

Dengan mempertimbangkan hasil analisis, kesimpulan dan keterbatasan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memberikan saran untuk penelitian berikutnya:

1. Pihak investor bisa menggunakan variabel tingkat kesulitan keuangan dan risiko litigasi untuk melihat apakah perusahaan melakukan kebijakan akuntansi yang konservatif atau tidak, sebelum investor akan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

2. Penelitian selanjutnya bisa menambah variabel penelitian seperti pertumbuhan penjualan, besarnya cost politis, keberadaan komite audit, dan porsi komisaris independen agar lebih bisa menjelaskan konservatisme akuntansi.

3. Penelitian selanjutya menggunakan semua jenis perusahaan di BEI, supaya diperoleh sampel yang lebih banyak.

(12)

12

REFERENSI

Agung, Suaryana. 2008. “Pengaruh Pemoderasi Pertumbuhan Laba Terhadap Hubungan

Antara Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Dengan Profitabilitas Pada

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta”. Skripsi.

Universitas Udayana.

Ball, R., Robin A., and Wu Y. 2000. Incentives Versus Standard: Properties of Accounting

Income in Four East Asian Countries, and Implication for Acceptance of IAS.

Working Paper. University of Chicago.

Fala, Dwi Yana Amalia S. 2007. “ Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian

Ekuitas Perusahaan Dimoderasi oleh Good Corporate Governance”.

Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar

Francis, J., D. Philbrick and K. Schipper. 1994, Shareholder Litigation and Corporate

Disclosures, Journal of Accounting Research, 32, 2, 137-164.

Givoly, D. dan Hayn, C. 2002. “Rising Conservatism: Implication for Financial Analysis.”

Financial Analists Journal, 56-74.

Haniati, Sri dan Fitriany. 2010. “Pengaruh Konservatisme Terhadap Asimetri Informasi

Dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme.”

Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Hendriksen E. and M. Van Breda. 1997. Accounting Theory, 5th edition, Irwin,

Homewood, IL.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Juanda, Ahmad. 2007. “Pengaruh Risiko Litigasi Dan Tipe Strategi Terhadap Hubungan

Antara Konflik Kepentingan Dan Konservatisma Akuntansi”. Simposium

Nasional Akuntansi X. Makasar.

Kusuma, Hadri. 2006. “Dampak Manajemen Laba Terhadap Relevansi Informasi

Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta.

Lasdi, Lodovicus. 2008. “Pengujian Determinan Konservatisma Akuntansi”. Jurnal

Akuntansi Kontemporer, Januari 2009, 1-20.

Lo, Eko Widodo. 2005. “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Terhadap Konservatisme

Akuntansi”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.

Mayangsari, S. dan Wilopo. 2002. “Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan

Discretionary Accruals: Implikasi Model Feltham-Ohlson (1996)”. Jurnal

Riset Akuntansi Indonesia, September 2002, 291-310.

Safiq, Muhamad. 2010. “Kepemilikan Manajerial, Konservatisme Akuntansi, dan Cost Of

(13)

13

Sari, Cynthia dan Desi Adhariani. 2009. “Konservatisme Akuntansi dan Faktor- Faktor

Yang Mempengaruhinya”. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.

Setyaningsih, Hesti. 2008. “Pengaruh Tingat Kesutitan Keuangan Perusahaan Terhadap

Konservatisme Akuntansi”. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Januari 2008,

62-74.

Sunarto, 2002. “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage Terhadap ReturnSaham

Perusahaan Manufaktur Di BEJ”. Gema Stikubank. Edisi 33;No 3 Hal. 63-82

Suprihastini, Eka dan Herlina Pusparini. 2007. “ Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan

dan Tingkat Hutang Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode

2001-2005”. Jurnal Riset Akuntansi Aksioma, Juni 2007, 80-92.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Watts, R.L dan J.L Zimmerman. 1986. “Positive Accounting Theory.” New Jersey:

Prentice-Hall, Inc.

Watts, R.L 2002. “Conservatism In Accounting.” Working Paper. University of Rochester.

Watts, R.L 2003. “Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications.”

Working Paper. University of Rochester.

Widayati, Endah. 2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan

Perhadap Konservatisme Akuntansi”. Skripsi. S1 Akuntansi UNDIP.

Gambar

Tabel 2 Statistik Deskriptif
Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Perjalanan ‘Abd al-Ra’ūf yang cukup panjang dalam menuntut ilmu di Timur Tengah tidak menjadikannya sebagai tokoh yang datang ke Nusantara dengan membawa tradisi

Kecelakaan Kerja sebagai yang dijelaskan berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki,

keputusan yang diperoleh ini, dapatlah dinyatakan di sini bahawa kesemua serbuk pelopor bahan LSC yang disediakan melalui kaedah sol-gel dengan bantuan surfaktan

Puji syukur kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia- Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ ANALISIS PENGARUH PROMOTION

Selain itu penelitian ini juga membuktikan bahwa kompetensi, independensi, akuntabilitas, motivasi, fee audit secara parsial mempengaruhi kualitas audit,

Pertama dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh sebagian deskripsi pemilihan bahasa pada masyarakat dwibahasa di Indonesia, khususnya deskripsi tentang

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

Namun, hal yang menarik dalam Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang tersebut adalah ketika suatu instansi pemerintah daerah dipimpin oleh seorang perempuan. Terlepas