• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

93

HUBUNGAN PERSEPSI IBU BALITA TENTANG PENGETAHUAN, SIKAP, MOTIVASI, TANGGUNG JAWAB, DAN DISIPLIN DENGAN KINERJA DOKTER DAN PERAWAT DALAM MELAYANI ANAK BALITA DI

POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANGOLOMBIAN

KECAMATAN TOMOHON SELATAN KOTA TOMOHON Selvie Karlina Klartje Korompis* Jootje M.L. Umboh** Joy A. M. Rattu*

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Pelayanan di Indonesia dapat dikatakan berjalan sangat pelan dalam menunaikan tugas organisasinya seperti di rumah sakit maupun instansi lainnya sehingga negara berkembang seperti negara kita ini tidak mampu maju bersaing dalam hal pelayanan dengan negara-negara lainnya. Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S. Namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain : dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Permasalahan ini masih ditemui pada tahun 2013. (Anonim, 2013) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi ibu balita tentang pengetahuan, sikap, motivasi, tanggung jawab, dan disiplin dengan kinerja dokter dan perawat dalam pelayanan kesehatan balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon. Penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon, dan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai September 2015. Besar jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu sebanyak 84 responden. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang pengetahuan dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon, Tidak ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang sikap dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon, Ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang motivasi dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon, Tidak ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang tanggung jawab dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon, dan Ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang disiplin dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon.

Kata kunci: Persepsi Ibu Balita, Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Tanggung Jawab, Disiplin, Kinerja Dokter Dan Perawat

ABSTRACT

Services in Indonesia can be said to be running very slowly in the duty organization such as in hospitals and other institutions that a developing country like our country is not able to go forward to compete in terms of services with other countries. A visit to the Posyandu toddler associated with the indicator D / S. However, there are some obstacles encountered associated with a visit to the Posyandu toddler. These problems include: operating funds and infrastructure to drive the Posyandu activities, the level of knowledge and ability of the officer cadre in growth monitoring and counseling, family and community level of understanding of the benefits of IHC, as well as the implementation of cadre development. This problem still encountered in 2013. (Anonymous, 2013) This study aims to analyze the relationship between perceptions of mothers of knowledge, attitudes, motivation, responsibility, and discipline with the performance of doctors and nurses in the health service in Posyandu toddler Pangolombian sub-district Puskesmas South Tomohon Tomohon. This research is quantitative research. This research was conducted in Puskesmas Posyandu Pangolombian South Tomohon Tomohon sub district, and was implemented in June 2015 to September 2015. Large number of samples examined in this study as many as 84

(2)

94

respondents. Based on the results of the study it can be concluded that There is a link between the perception mothers about their knowledge with the performance of doctors and nurses in Posyandu Puskesmas Pangolombian District of Tomohon South Tomohon, There is no correlation between the perception of mothers about the attitude with the performance of doctors and nurses in IHC Work Area PHC Pangolombian District of Tomohon South Tomohon, there is a correlation between the perception of mothers of motivation with the performance of doctors and nurses in Posyandu puskesmas Pangolombian District of Tomohon South Tomohon, there is no correlation between the perception of mothers on the responsibility with the performance of doctors and nurses in IHC Puskesmas Pangolombian South Tomohon Tomohon sub district, and There is a relationship between perceptions of mothers of discipline with the performance of doctors and nurses in Puskesmas Posyandu Pangolombian South Tomohon Tomohon sub district.

Keywords: Perception Mother Toddler, Knowledge, Attitude, Motivation, Responsibility, Discipline, Performance Doctors And Nurses

Keywords: Perception Mother Toddler, Knowledge, Attitude, Motivation, Responsibility, Discipline, Performance Doctors And Nurses

PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat menuju kemandirian untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Peran serta masyarakat sangat mutlak diperlukan terutama dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara perorangan atau menyeluruh.

Kesehatan adalah hak asasi manusia sebagaimana tersurat dalam pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Mencapai salah satu unsur kesejahteraaan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan

dan daya saing bangsa, serta pembangunan nasional.

Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S. Namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain : dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Permasalahan ini masih ditemui pada tahun 2013. (Anonim, 2013)

Berdasarkan profil Puskesmas Pangolombian tahun 2014 jumlah balita di lima kelurahan adalah 535 balita yang terdiri dari kelurahan Tondangouw 185 balita, Pangolombian 113 balita, Walian I 113 balita, Walian II 61 balita, Uluindano 63. Hasil kunjungan balita yang datang ke posyandu selama 1 (satu) tahun terakhir dari hasil rekapitulasi kunjungan

(3)

95 khususnya balita yakni pada tahun 2014 diperoleh sebanyak 476 balita. Ini berarti masih ada balita yang tidak datang berkunjung ke posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan kesehatannya.

Permasalahan pelayanan kesehatan di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon meliputi waktu pelayanan sebelum dilakukan pemeriksaan terlalu lama sehingga pasien merasa jenuh. Petugas posyandu yang meliputi kader kesehatan dan tenaga kesehatan (petugas Imunisasi, Gizi, KIA/KB, Dokter, Perawat) Puskesmas Pangolombian terlalu sibuk dengan kesibukannya masing-masing tanpa berpikir harus mengutamakan pasien terlebih dahulu.

Ketersediaan tenaga dokter di Puskesmas Pangolombian tidak memungkinkan untuk secara rutin melakukan pelayanan kesehatan di posyandu balita di setiap kelurahan. Hal ini disebabkan karena tenaga dokter yang ada masih kurang dan melakukan tugas jaga di rawat jalan, rawat inap, puskesmas pembantu, posyandu lansia. Dengan tidak adanya dokter di posyandu mengakibatkan tidak adanya tanggapan atau respon dan jawaban atas keluhan pasiennya.

Pelayanan perawat di posyandu tidak selalu seluruhnya ditanggapi keluhan penyakitnya. Perawat tidak terlalu serius melayani kebutuhan pasien yang datang

kepadanya. Ada sebagian perawat yang tidak terampil dalam melayani pasiennya seperti menyuntik, mengukur tekanan darah ibu, menimbang bayi, dan lainnya. Selain itu, perawat tidak memberikan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukannya.

Ketersediaan sarana medis dan obat-obatan di Posyandu tidak tersedia seluruhnya sehingga pasien harus ke Puskesmas Pangolombian untuk mengambil obat. Pelayanan pengambilan obat di apotik Puskesmas Pangolombian menjadi sangat lama karena pasien dari posyandu harus mendaftar kembali dan menunggu antrian untuk dilayani.

Pelayanan administrasi petugas posyandu agak berbelit-belit penjelasan kepada pasien seperlunya saja. Penyelesaian administrasi menjelang pulang selalu terlalu lama menunggu. Sikap dan perilaku petugas administrasi tidak memberikan respon atau tanggapan balik kepada pasien menjelang pasien pulang.

Hasil uraian di atas menunjukkan adanya kinerja perawat dan dokter yang kurang akan pelayanan pada anak balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang hubungan persepsi ibu balita tentang pengetahuan, sikap, motivasi, tanggung jawab, dan disiplin dengan kinerja dokter dan perawat dalam

(4)

96 pelayanan kesehatan balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, yang bersifat observational dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon, dan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai September 2015. Populasi penelitian adalah balita yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon yang berjumlah sebanyak 535 anak dari hasil laporan rekapitulasi selama 1 (satu) tahun. Responden dalam penelitian ini adalah orangtua yakni ibu yang memiliki balita tersebut karena merupakan orang terdekat sebagai wakil asuh balita tersebut di dalam lingkungan rumah tangga. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi balita yang bertempat tinggal di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian yang sesuai dengan hasil perhitungan rumus Slovin atau Taro Yamane. Adapun sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : a. Ibu yang mempunyai anak balita

berumur 1-5 tahun.

b. Responden dapat berkomunikasi.

c. Telah menerima pelayanan kesehatan di posyandu selama lebih dari 1 kali kunjungan.

Kriteria eksklusi:

a. Ibu balita yang tidak bersedia diwawancarai

Bukan penduduk tetap di wilayah kerja puskesmas Pangolombian

Besar jumlah sampel yang diteliti dalamm penelitian ini yaitu sebanyak 84 responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Hasil penelitian umur pasien diperoleh pada umur 21-30 tahun memiliki nilai frekuensi tertinggi, dan pada umur 41-50 tahun memiliki nilai frekuensi terendah. Penelitian ini sejalan yang dilakukan Malomis (2016) mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Target Kinerja Individu Perawat Berdasarkan Indeks Kinerja Individu (IKI) di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado dimana dari 106 responden diperoleh sebesar 74,53% merupakan responden dari kelompok umur >30 tahun. Andriani (2012) mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Di Desa Dalam Pelaksanaan Program jaminan Persalinan Di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012, bahwa dari 137 responden diperoleh sebesar 58,4% merupakan responden dari kelompok umur

(5)

97 32-41 tahun. Supartini (2004) mengatakan bahwa umur orang tua mempengaruhi pola asuh anak, apabila terlalu muda atau tua tidak akan menjalankan peran serta secara optimal karena diperlukan fisik dan psikososial mendukung dari berbagai segi aspek manapun dalam menyeimbangkan sifat orang tua. Nursalam (2006) mengatakan bahwa umur 20-30 tahun merupakan umur yang cukup matang dalam perkembangan jiwa seseorang dan secara fisik juga mempunyai stamina yang baik untuk menghasilkan suatu hasil kerja yang baik. Hasil kemampuan seseorang sering dihubungkan dengan umur, sehingga semakin cukup umur seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hubungan antara umur dengan kinerja, kemungkinan akan menjadi masalah yang lebih penting karena alasan adanya asumsi bahwa kinerja menurun dengan bertambahnya usia.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa jenis kelamin pasien yang tertinggi didapatkan pada perempuan. Purba (2011) memperoleh hasil wawancara dengan pasien di Ruang Inap Rumah Sakit Bethesda GMIM Tomohon dengan jenis kelamin terbanyak pada perempuan sebesar 82% dari 100 responden. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malomis (2016) bahwa dari 106 responden diperoleh sebesar 87,74% memiliki jenis kelamin terbanyak pada perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasedum (2016) juga menemukan bahwa jenis kelamin terbanyak diperoleh pada perempuan sebesar 93,9% dari 49 responden.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pendidikan pasien yang tertinggi didapatkan pada penyelesaian atau tamatan studi SMU. Penelitian ini sejalan dengan Pua (2011), diperoleh bahwa pendidikan akhir terbanyak pada studi SMU sebesar 88,6% dari 35 responden. Sengkey (2011) menyatakan bahwa pendidikan terakhir diperoleh pada studi SMU sebesar 90,2% dari 51 responden. Purba (2011) juga menyimpulkan hal yang sama melalui hasil penelitiannya bahwa pendidikan terakhir diperoleh pada studi SMU sebesar 55% dari 100 responden yang diteliti. Yuniarta (2011) menyatakan bahwa umur, pendidikan, dan pekerjaan serta pendapatan sangat berkaitan erat dengan kebutuhan pencarian pelayanan kesehatan yang terkait dengan persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dan hubungan antara pasien dengan petugas kesehatan.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pekerjaan pasien yang tertinggi didapatkan pada pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Marsoaly, dkk., (2011) berpendapat bahwa pekerjaan tertinggi diperoleh pada Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 93,7% dari 95 responden yang diteliti. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pua (2011)

(6)

98 bahwa pekerjaan pasien yang tertinggi diperoleh pada Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 82,9% dari 35 responden. Sengkey (2011) juga menyimpulkan pekerjaan yang sama yakni pekerjaan yang paling terbanyak dalam penelitiannya adalah IRT sebesar 74,5% dari 51 responden yang ditelitinya. Yuniarta (2011) menyatakan bahwa pekerjaan mempengaruhi responden dalam mempersepsikan harapan dan kepuasan responden akan pelayanan kesehatan. Pasien yang bekerja dengan tingkat pendidikan menengah, berpengaruh terhadap wawasan dan pola pemanfaatan pelayanan kesehatan, juga mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku responden terhadap kesehatan dan kebutuhan serta keinginan akan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pendapatan mencerminkan tingkat sosial ekonomi seorang responden. Hal ini sangat berpengaruh terhadap daya beli seseorang responden. Daya beli pasien akan berpengaruh terhadap persepsi pasien akan harapan atau keinginannya dan kepuasannya terhadap pelayanan kesehatan.

Gambaran Faktor Pengetahuan Dokter dan Perawat

Hasil penelitian variabel pengetahuan menunjukkan bahwa dari 84 responden yakni pasien yang memiliki anak balita yang setuju dengan pendapat pengetahuan baik lebih tinggi, sedangkan

variabel pengetahuan yang tidak baik dari pernyataan pasien yang memiliki anak balita lebih rendah. Penelitian yang dilakukan Sengkey (2011) menunjukkan bahwa sebesar 84,3% dari total 51 responden dalam penelitian tersebut menilai baik pada pengetahuan perawat di Instalasi Rawat Darurat Medik Badan Layanan Umum RSUP. Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2012) dengan menggunakan metode Purposive Sampling dengan pendekatan Cross Sectional Study di Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2012 menemukan bahwa dari 137 responden ternyata yang berpartisipasi sebanyak 74 responden (54,0%) menilai baik terhadap pengetahuan perawat lebih banyak.

Hasil penelitian variabel sikap menunjukkan bahwa dari 84 responden yakni pasien yang memiliki anak balita setuju dengan pendapat sikap baik lebih tinggi, sedangkan variabel sikap dari pernyataan responden yakni pasien yang memiliki anak balita berpendapat sikap tidak baik yang lebih rendah. Hasil penelitian Nasedum (2016) bahwa dari total 49 responden yang menjawab sikap kinerja perawat baik sebesar 71,43%. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sengkey (2011) diperoleh hasil bahwa dari 51 responden kebanyakan yang menjawab sikap kinerja perawat di rumah sakit baik sebesar 80,4%. Penelitian oleh

(7)

99 Pasuhuk (2015) juga memperoleh dari 63 responden juga kebanyakan memilih sikap kinerja perawat baik sebesar 54%.

Hasil penelitian variabel motivasi menunjukkan bahwa dari 84 responden yakni ibu balita yang memiliki anak balita setuju dengan pendapat motivasi di posyandu tersebut baik lebih tinggi, sedangkan variabel motivasi dari pernyataan responden yakni ibu balita yang memiliki anak balita berpendapat motivasi di posyandu tidak baik yang lebih rendah. Sebagian pasien merasa motivasi dokter dan perawat di posyandu baik dikarenakan mendapatkan respon yang cukup cepat meskipun pasien yang datang berobat diposyandu sangat banyak dan membuat para tenaga dokter dan perawat kerja kewalahan. Penelitian yang dilakukan oleh Pasuhuk (2015), menemukan jumlah responden yang menilai motivasi kerja perawat baik sebesar 55,6% dari total 63 responden. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011), menemukan bahwa jumlah responden yang menilai baik pada variabel motivasi yaitu sebesar 69% dari 100 responden. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Pinontoan (2016), menemukan bahwa responden yang menilai motivasi baik sebesar 88,1% dari 59 responden.

Hasil penelitian variabel tanggung jawab menunjukkan bahwa dari 84 responden yakni ibu balita yang memiliki

anak balita setuju dengan pendapat tanggung jawab baik dengan kinerja dokter dan perawat yang lebih tinggi, sedangkan variabel tanggung jawab dari pernyataan responden yakni ibu balita yang memiliki anak balita berpendapat tidak ada tanggung jawab dinyatakan pasien lebih sedikit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011), menemukan sejumlah sampel sebanyak 63 responden yang menilai baik pada variabel tanggung jawab jauh lebih banyak daripada responden yang menilai tanggung jawab yang tidak baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden yang menilai baik pada variabel tanggung jawab yaitu sebesar 72% dari total 100 responden. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sengkey (2011), menyimpulkan bahwa dari 51 responden kebanyak memilih tanggung jawab baik sebanyak 40 responden (78,4%).

Hasil penelitian variabel disiplin menunjukkan bahwa dari 84 responden yakni ibu balita yang memiliki anak balita lebih setuju dengan pendapat ada disiplin terhadap mutu pelayanan kepada anak balita lebih tinggi, sedangkan variabel disiplin dari pernyataan responden yakni ibu balita yang memiliki anak balita berpendapat tidak disiplin dalam memberikan pelayanan lebih rendah. Hasil penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Nasedum (2016) menemukan bahwa variabel disiplin pada responden yang

(8)

100 menjawab disiplin baik diperoleh sebanyak 38 responden (77,6%), sedangkan yang menjawab tidak baik sebanyak 11 responden (22,4%). Pua (2011) juga menyimpulkan penelitian yang sama dimana dihasilkan variabel disiplin kinerja dokter di puskesmas sebanyak 27 responden (77,1%) dari 35 responden memilih baik. Penelitian oleh Sengkey (2011) juga menemukan hasil yang sama melalui total 51 responden diperoleh disiplin kinerja dokter yang baik sebesar 64,7%.

Hasil penelitian variabel kinerja dokter dan perawat menunjukkan bahwa dari 84 responden yakni ibu balita yang memiliki anak balita setuju dengan pendapat kinerja dokter dan perawat baik terhadap mutu pelayanan kepada ibu balita yang memiliki anak balita lebih tinggi, sedangkan variabel kinerja dokter dan perawat yang tidak baik dari pernyataan responden yakni ibu balita yang memiliki anak balita berpendapat kinerja lebih rendah. Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon harus terus melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja dari tahun ke tahun, sehingga angka peningkatan mutu pelayanan terhadap kinerja dokter dan perawat pada balita yang datang berkunjung ke posyandu dapat meningkat demi kemajuan dan kelancaran kinerja puskesmas. Penelitian yang dilakukan oleh Sengkey (2011) bahwa dari 51 responden

yang diteliti diperoleh sebesar 72,6% responden lebih memilih kinerja perawat adalah baik di Instalasi Rawat darurat Medik Badan Layanan Umum RSUP. Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Penelitian lain dilakukan Pinontoan (2016) juga menyimpulkan bahwa dari 59 responden lebih memilih kinerja perawat baik sebesar 94,9%; dan penelitian Malomis (2016) diperoleh juga bahwa sebesar 72,64% dari 106 responden memilih kinerja perawat di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado merasa lebih baik.

Hubungan Antara Persepsi Ibu Balita tentang Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Tanggung Jawab, dan Disiplin dengan Kinerja Dokter dan Perawat

a. Hubungan Antara Persepsi Ibu Balita Tentang Pengetahuan Dengan Kinerja Dokter dan Perawat

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memilih pengetahuan dokter dan perawat di posyandu baik. Dari jumlah isi keseluruhan, bahwa sebesar 41,7% memilih pengetahuan dokter dan perawat di posyandu tidak baik dimana sebesar 15,5% pasien merasa kinerja tidak baik dan sisanya sebesar 26,2% merasa kinerja baik, sedangkan sebesar 58,3% dari total responden memilih pengetahuan dokter dan perawat baik dimana sebesar 11,9% diantaranya merasa kinerja tidak baik, dan sebesar 46,4% merasa kinerja baik. Hasil

(9)

101 penelitian ini membuktikan ada hubungan pengetahuan dengan kinerja dokter dan perawat dimana nilai signifikan sebesar 0,048 (p<0,05). Hal ini dikarenakan sebagian besar pengetahuan dokter dan perawat dinyatakan pasien hampir tidak ada pengalaman ilmu atau pengetahuan dalam melayani pasien yakni anak balita.

Penelitian Sengkey (2011), bahwa ditemukan adanya pengaruh pengetahuan kinerja perawat, dimana hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi variabel pengetahuan diperoleh < 0,05 (p=0,013).

Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2012) di Kabupaten Lampung Barat, dengan metode eksploratory

research dengan pendekatan cross

sectional study ditemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kinerja perawat dengan nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja perawat.

Salah satu faktor yang berhubungan terhadap suatu kinerja adalah kemampuan. Perawat maupun dokter dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan standar profesi yaitu batasan kemampuan. Setiap kompetensi dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan dasar, keterampilan tambahan yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam melakukan kegiatan asuhan keperawatan dan kedokteran. Maka dari itu, dalam

melaksanakan profesinya, perawat maupun dokter harus memiliki Standar Kompetensi Dokter Indonesia (Anonim, 2011).

Notoatmodjo (2007b), mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu dari seseorang terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Pengetahuan juga merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan.

b. Hubungan Antara Persepsi Ibu Balita Tentang Sikap Dengan Kinerja Dokter dan Perawat

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memilih sikap dokter dan perawat di posyandu baik. Dari jumlah isi keseluruhan, bahwa sebesar 40,5% responden memilih sikap dokter dan perawat di posyandu tidak baik dimana sebesar 11,9% pasien berpendapat kinerja tidak baik dan sisanya sebesar 28,6% berpendapat kinerja baik, sedangkan sebesar 59,5% dari total responden memilih sikap dokter dan perawat baik dimana sebesar 15,5% responden berpendapat kinerja tidak baik, dan sebesar 44,0% berpendapat kinerja baik. Hasil penelitian ini membuktikan tidak ada hubungan sikap dengan kinerja dokter dan perawat dimana nilai signifikan sebesar 0,924 (p>0,05). Persepsi pasien bahwa

(10)

102 sikap pelayanan dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon kurang baik terutama dalam hal prosedur penerimaan pasien dan penyelesaian pengobatan pada anak balita yang tidak begitu handal dalam sikap senyum dan pelayanan kelembutan terhadap anak bayi mereka dimana pelayanan harus cepat-cepat. Hal ni dikarenakan jumlah pengunjung atau pasien yakni anak balita beserta ibu asuh mereka sangat banyak, sedangkan tenaga dokter dan perawat berjumlah sangat terbatas sehingga untuk melayani keramah-tamahan sangat tidak mungkin dilayani dengan pelan. Hal ini akan membuat pasiennya akan terasa jenuh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sengkey (2011) menghasilkan bahwa tidak ada pengaruh sikap dengan kinerja perawat dalam melayani pasiennya dalam penelitian ini, dimana hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan pada variabel sikap berada di atas 0,05 (p = 0,072).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasuhuk (2015), dengan metode observasi analitik dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling yaitu sebanyak 63 pasien menemukan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja perawat dimana hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,045, dimana nilai p<0,05, sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja perawat dan baik tidaknya mutu pelayanan akan menyebabkan tinggi rendahnya loyalitas pasien.

Seperti diketahui bahwa sikap merupakan salah satu dari lima dimensi kinerja. Tjiptono (2006) mengatakan bahwa sikap yang baik dari pelayanan seseorang mencerminkan kepribadian kinerja dalam menunjang mutu pelayanan. Hal ini sangat menentukan loyalitas pelanggan atau konsumen untuk kembali. Sikap yang baik dari seorang kinerja tentunya dapat menunjang kemajuan institusi tersebut dan meningkatkan mutu layanan.

Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nasedum (2016) di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Mala Kabupaten melonguane, dengan menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan cross sectional study dan sampel yang digunakan sebanyak 49 responden menemukan bahwa terdapat kenaikan tingkat kinerja perawat setelah dilakukan pelaksanaan training dan pelatihan peningkatan kompetensi perawat dan tenaga medis termasuk dokter, dimana diperoleh adanya hubungan sikap dengan kinerja perawat dengan nilai signifikan sebesar 0,020 (p<0,05).

c. Hubungan Antara Persepsi Ibu Balita Tentang Motivasi Dengan Kinerja Dokter dan Perawat

(11)

103 Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memilih motivasi di posyandu berjalan baik. Dari jumlah isi keseluruhan, bahwa sebesar 48,8% memilih tidak ada motivasi dokter dan perawat di posyandu melayani dimana sebesar 17,9% pasien berpendapat kinerja tidak baik dan sisanya sebesar 31,0% berpendapat kinerja baik, sedangkan sebesar 51,2% dari total responden memilih ada motivasi dokter dan perawat melayani di posyandu dimana sebesar 9,5% diantaranya berpendapat kinerja tidak baik, dan sebesar 41,7% berpendapat kinerja baik. Hasil penelitian ini membuktikan ada hubungan motivasi dengan kinerja dokter dan perawat dimana nilai signifikan sebesar 0,009 (p<0,05). Penilaian pasien mengenai tidak adanya motivasi dokter dan perawat melayani dikarenakan adannya keraguan dalam mengambil tindakan. Hal tersebut membuat para tenaga dokter dan perawat merasa bimbang dan ragu dalam mengambil keputusan yang tepat.

Padahal dari hasil penelitian Putri (2014), dalam rangka meningkatkan loyalitas dapat dilakukan dengan cara menambahkan nilai apa yang ditawarkan, menambahkan nilai dapat dilakukan dengan cara seperti meningkatkan kecepatan pelayanan.

Penelitian Pinontoan (2016) pada penelitiannya mengenai Hubungan Antara Motivasi, Kompetensi, Supervisi, dan

Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Irina C RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado, menemukan bahwa adanya hubungan motivasi dengan kinerja perawat, dimana hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi variabel motivasi yang di bawah 0,05 (p = 0,036).

Purba (2011) di Rumah Sakit Bethesda GMIM Tomohon Kota Tomohon dengan menggunakan metode penelitian observasi analitik dengan pendekatan cross sectional study dan sampel yang digunakan sebanyak 100 responden, mengenai analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat, juga menyimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikansinya sebesar 0,009 (p<0,05).

Persepsi pasien bahwa motivasi pelayanan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon kurang inisiatif terutama dalam hal prosedur penerimaan pasien dan penyelesaian administrasi, karena terlalu sibuk dengan kesibukan masing-masing dan terlalu lama berpikir terhadap keputusan yang akan diambil saat genting, sehingga pasien merasa kecewa dengan menunggu pelayanan terlalu lama.

d. Hubungan Antara Persepsi Ibu Balita Tentang Tanggung Jawab Dengan Kinerja Dokter dan Perawat

(12)

104 Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden berpendapat tanggung jawab dokter dan perawat di posyandu berjalan baik. Dari jumlah isi keseluruhan, bahwa sebesar 38,1% menyukai tanggung jawab dari posyandu dimana sebesar 13,1% pasien berpendapat kinerja tidak baik dan sisanya sebesar 25,0% berpendapat kinerja baik, sedangkan sebesar 61,9% dari total responden memilih ada tanggung jawab di posyandu dimana sebesar 14,3% diantaranya berpendapat kinerja tidak baik, dan sebesar 47,6% berpendapat kinerja baik. Hasil penelitian ini membuktikan tidak ada hubungan antara tanggung jawab dengan kinerja dokter dan perawat dimana nilai signifikan sebesar 0,381 (p>0,05). Penilaian pasien mengenai tidak adanya tanggung jawab dokter dan perawat melayani dikarenakan dokter dan perawat tidak mampu mengambil keputusan secepatnya tanpa adanya kebijakan yang baik dari pimpinan. Semuanya harus dikonsultasikan secara bersama-sama. Bilamana pengambilan keputusan dalam mengambil tindakan secara cepat tanpa adanya persetujuan seluruh pihak akan berakibat fatal dan merusak citra nama posyandu.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indiraswari dan Damayanti (2012), ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara jaminan pada pelayanan dengan kepuasan kunjungan pasien di

Poliklinik Rawat Jalan dengan nilai signifikansi sebesar 0,028 (p<0,05). Indiraswari dan damayanti (2012) juga menyimpulkan bahwa mutu pelayanan yang baik dikaitkan dengan kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan atau kesegaran, lingkungan perawatan yang menyenangkan, dan keramahan petugas.

Penelitian Sengkey (2011) mengenai Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Motivasi Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat Darurat Medik Badan Layanan Umum RSUP. Prof. DR. R.D. Kandou Manado menemukan tidak adanya hubungan tanggung jawab dengan kinerja perawat, dimana hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi variabel tanggung jawab sebesar 0,609 (p>0,05).

Berbeda dengan hasil penelitian Purba (2011), yang dilakukan terhadap 100 responden menemukan adanya hubungan tanggung jawab dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda GMIM Tomohon, dimana hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi variabel tanggung jawab sebesar 0,021 (p<0,05).

Tanggung jawab yang dilakukan para tenaga dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon merupakan sangat berat, dimana kesibuka para dokter dan

(13)

105 peraweat dalam melayani para pengunjung yakni pasiennya khususnya anak balikta dari ibu yang datang berkunjung ke posyandu sangat banyak. Pasien merasa suatu tanggung jawab harus dipenuhi seluruhnya sesuai pemenuhan hati mereka, namun disisi lain jumlah tenaga para dokter dan perawat tidak sebandung dengan kinerja produktivitas yang ada, sehingga persepsi pasien selalu menyalahkan keberadaan dokter dan perawat yang tidak mampu melaksanakan kewajibannya dengan baik. Padahal, seluruh dokter dan perawat sudah berusaha melaksanakan seluruh kemampuan, tenaga, dan pikiran mereka dalam melayani pasiennya meski semuanya itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan keinginan pasien.

Indiraswari dan Damayanti (2012), menyatakan bahwa tanggung jawab yang baik secara signifikan selain meningkatkan kepuasan pasien akan pelayanan, juga akan mempengaruhi penilaian pasien akan variabel yang lainnya, sehingga adanya tannggung jawab yang baik merupakan sebuah keharusan dalam sebuah industri kesehatan.

Dalam organisasi yang baik, wewenang dan tanggung jawab telah didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang-tindih tugas. Masing-masing karyawan dan staf yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi haknya dan tanggung jawabnya dalam

rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja karyawan dan staf tersebut. Kinerja karyawan dan staf akan dapat terwujud bila karyawan dan staf mempunyai komitmen dengan organisasinya dan ditunjang dengan disiplin kerja yang tinggi (Sutrisno, 2011). e. Hubungan Antara Persepsi Ibu Balita

Tentang Disiplin Dengan Kinerja Dokter dan Perawat

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memilih disiplin dokter dan perawat di posyandu baik. Dari jumlah isi keseluruhan, bahwa sebesar 47,6% memilih disiplin dokter dan perawat di posyandu baik dimana sebesar 13,1% pasien berpendapat kinerja tidak baik dan sisanya sebesar 34,5% berpendapat kinerja baik, sedangkan sebesar 52,4% dari total responden tersebut memilih disiplin dokter dan perawat di posyandu bertindak baik dimana sebesar 14,3% diantaranya berpendapat kinerja tidak baik, dan sebesar 38,1% berpendapat kinerja baik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan disiplin dengan kinerja dokter dan perawat dimana nilai signifikan sebesar 0,000 (p<0,05).

Kedisiplinan seorang dokter dan perawat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya kadangkala terlalaikan. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa

(14)

106 hal yang memungkinkan terjadinya ketidak disiplinan. Salah satu faktor utama ketidaksiplinan pada dokter dan perawat adalah keterlambatan dalam pelayanan kepada pasien yang disebabkan dokter maupun perawat selalu kelelahan dalam menjalankan tugas dan terlalu sibuk dengan urusan lain yang belum terselesaikan sehingga urusan utama yang harus diselesaikan terlewati. Hal tersebut membuat tugas utama tertinggal dan menimbulkan ketidak disiplinan dalam menjalankan tugas. Disisi lain, jumlah tenaga dokter dan perawat sangat terbatas untuk melayani pasien yang datang berkunjung diposyandu. Hal tersebut membuat salah persepsi pada pendapat pasien tentang ketidakdisiplinan dokter dan perawat.

Hasil penelitian yang dilakukan Sengkey (2011) terhadap responden sebanyak 51 responden, dalam penelitiannya di Instalasi Rawat Darurat Medik Badan Layanan Umum RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin dengan kinerja perawat dimana nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,021 (p<0,05). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasedum (2016), ditemukan adanya hubungan antara disiplin dengan kinerja perawat dimana nilai signifikansi 0,012 (p<0,05) di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Mala Kabupaten Melonguane.

Sejalan dengan penelitian Pua (2011) yang dilakukan pada kinerja dokter di puskesmas Kabupaten Minahasa Selatan juga menyimpulkan hal yang sama yaitu dari sebanyak 35 responden ditemukan adanya hubungan antara disiplin dengan kinerja dokter yang datang berkunjung di puskesmas dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (p<0,05).

Pendapat Muninjaya (2011) bahwa pentingnya dimensi disiplin dalam memberikan pelayanan yang bermutu. Sutrisno (2011), menyatakan bahwa disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan dan staf terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Masalah disiplin para karyawan dan staf yang ada di dalam organisasi baik atasan maupun bawahan akan member corak terhadap kinerja organisasi. Kinerja organisasi akan tercapai, apabila kinerja individu maupun kinerja kelompok ditingkatkan. Untuk itu diperlukan inisiatif dari para karyawannya dalam melaksanakan tugas.

Faktor Yang Dominan Berhubungan dengan Kinerja Dokter dan Perawat

Hasil uji analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Sebelum dilakukan uji regresi logistik ditentukan variabel bebas yang bermakna dengan nilai signifikansi p < 0,05 dalam uji hubungan dengan variabel terikat dalam uji analisis bivariat yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan

(15)

107 uji analisis bivariat dari kelima variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, motivasi, tanggung jawab, dan disiplin, dihasilkan 3 (tiga) variabel bebas yang bermakna yaitu pengetahuan, motivasi, dan disiplin yang memiliki nilai signifikan atau nilai p<0,05, sehingga ketiga variabel bebas tersebut dapat dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Variabel bebas yang bermakna akan masuk dalam kriteria, kemudian diuji analisis multivariat dengan nilai p<0,25. Hasil analisa mendapati bahwa variabel motivasi memiliki nilai p<0,25. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa variabel motivasi merupakan variabel yang paling dominan dengan nilai OR (Odds Ratio) 14,731 kali terhadap kinerja dokter dan perawat baik dibandingkan kinerja yang tidak baik terhadap mutu pelayanan kepada pasien yakni ibu yang memiliki anak balita.

Penelitian Pasuhuk (2015) mendapatkan bahwa variabel motivasi merupakan variabel paling dominan pengaruhnya terhadap kinerja perawat. Sejalan dengan penelitian Purba (2011) juga menyimpulkan penelitian yang sama dimana variabel motivasi merupakan paling dominan pengaruhnya dengan kinerja perawat yang datang berkunjung Di Rumah Sakit Bethesda GMIM Tomohon. Hurriyati (2005), menyatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan bagi pasien tidak lepas dari rasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang diterima, dimana mutu

yang baik dikaitkan dengan kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan atau kesegaran, kecepatan pelayanan, lingkungan perawatan yang menyenangkan, keramahan petugas, kemudahan prosedur, kelengkapan alat, obat-obatan, dan biaya yang terjangkau. Setelah mendapatkan pelayanan, pelanggan akan memberikan reaksi terhadap hasil pelayanan yang telah diberikan. Apabila pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan atau keinginan pelanggan maka akan menimbulkan kepuasan pelanggan, namun sebaliknya apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan atau keinginan pelanggan maka akan menimbulkan ketidakpuasan pelanggan atau keluhan pelanggan. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan penilaian berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pasien merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan.

Selanjutnya Priansa (2014) menyatakan bahwa pegawai dan staf yang mempunyai sifat positif terhadap suatu pekerjaan akan rela untuk ikut dan terlibat dalam kegiatan tersebut, serta akan berupaya seoptimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, dan pegawai staf akan merasa terdorong untuk melakukan suatu kegiatan kalau kegiatan tersebut merupakan

(16)

108 kegiatan yang sesuai dengan minat yang ditekuninya setiap hari.

Hasil penelitian di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon menunjukkan bahwa persepsi responden dipengaruhi oleh penilaian responden mencakup pengetahuan, sikap, motivasi, tanggung jawab, dan disiplin. Namun secara bersama-sama, penilaian responden terhadap pengetahuan, sikap, tanggung jawab, dan disiplin tidak terlalu kelihatan pengaruhnya. Meski begitu, upaya perbaikan terhadap kinerja dokter dan perawat di posyandu maupun kedisiplinan petugas cukup penting untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Beberapa responden lainnya dapat mempunyai penilaian yang berbeda dalam melihat suatu obyek yang sama.

Putra (2011) menemukan pada penelitiannya bahwa faktor pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan. Faktor lain yang ikut menentukan persepsi ialah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian, dan pengalaman hidup individu (Yuniarta, 2011).

Disadari atau tidak bahwa salah satu kelemahan pelayanan di birokrasi pemerintah adalah kurangnya mengedepankan aspek pelayanan prima

seperti yang banyak dilakukan oleh sektor privat atau swasta, dimana aspek professional dan etika dijalankan secara berbarengan, sehingga akan tampak sikap dan perilaku perhatian ramah, sopan, murah senyum, dan penuh perhatian. Masyarakat ditempatkan bukan hanya sebagai penerima pelayanan mengikuti kemauan atau motivasi yang memberikan pelayanan, tetapi masyarakat ditempatkan sebagai pelanggan atau consumer menjadi penentu kualitas pelayanan yang diberikan (Munir, 2000).

Pendapat pasien, kadang-kadang petugas kurang adanya motivasi dalam pelayanan primanya. Hal tersebut dikarenakan petugas hanya menyibukkan dengan dirinya masing-masing tanpa ada perhatian inisiatif terhadap pasien yang datang berkunjung ke posyandu ini. Pasien juga merasa kebingungan akan proses awal harus mulai dari mana dengan harus menunggu terlalu lama, dimana petugas kesehatan hanya menyibukkan kepentingan mereka yang lebih diutamakan. Padahal, masalah kepentingan hidup dan sehat lebih diutamakan kepada pasien daripada kepentingan urusan administrasi pribadi, sehingga inilah menjadi persepsi yang kurang baik dalam memotivasi kepada pasien yang datang berkunjung di posyandu.

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan terhadap kinerja dokter dan perawat di Posyandu

(17)

109 Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon, diperlukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan mutu pelayanan yang meliputi lima dimensi mutu pelayanan yaitu perhatian, sikap, motivasi, tanggung jawab, dan disiplin secara terpadu dan sumber daya manusia yang berkualitas.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang pengetahuan dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon.

2. Tidak ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang sikap dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon.

3. Ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang motivasi dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon.

4. Tidak ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang tanggung jawab dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon.

5. Ada hubungan antara persepsi ibu balita tentang disiplin dengan kinerja dokter dan perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon.

SARAN

1. Perlu adanya peningkatan motivasi terhadap kinerja dokter dan perawat di setiap unit bagian dan lainnya melalui pemberian penghargaan atau reward, atau pemberian sangsi, sehingga mutu pelayanan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon semakin meningkat.

2. Perlu adanya pembagian jadwal dokter dan perawat yang di atur dan ditetapkan sesuai dengan ketersediaan waktu pemberi layanan serta pengawasan dalam pelaksanaannya.

3. Perlu adanya peningkatan pelayanan khususnya mampu memberikan perhatian yang tinggi terhadap kebutuhan pasien yang datang berkunjung di posyandu. Hal ini berimplikasi pada kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh tenaga dokter maupun perawat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon. Perlu adanya intensitas perhatian terhadap kebutuhan pasien baik itu dalam pelayanan

(18)

110 alat, memberikan informasi, pengawasan maupun pemberian perlakuan yang baik terhadap pasien. Hal ini akan berimplikasi baik terhadap peningkatan kepuasan pelayanan pasien khususnya anak balita yang datang berkunjung berobat di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Y. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Di Desa Dalam Pelaksanaan Program Jaminan Persalinan Di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.Program Studi Kebidanan Komunitas. Universitas Indonesia. Depok.

Anonimous.

2013.

Peningkatan

Kepuasan Pasien Di Sektor

Pemenuhan Pelayanan Kepada

Seluruh

Jajaran

Instansi

Kesehatan. Depkes RI 2013.

Jakarta.

Hurriyati, R. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Indiraswari, T., dan N.A. Damayanti, 2012. Upaya Peningkatan Kunjungan Poliklinik Rawat Jalan Berdasarkan Analisis Brand Image dan Customer Value. Jurnal Administrasi Kebijakan

Kesehatan. Vol. 10 (2). Hal. 118-122.

Malomis, M. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Target Kinerja Individu Perawat Berdasarkan Indeks Kinerja Individu (IKI) Di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Tesis. Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Marsoaly, S., dan B.S. Lampus. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Desa Di Desa Siaga Kota Ternate. Jurnal Ikatan Kesehatan Masyarakat Unsrat. Vol. 1 (2). Hal : 72-79.

Muninjaya, A.A.G. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Penerbit EGC. Jakarta.

Munir, H.A.S. 2000. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Edisi Ke-3. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Nasedum, I.R. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan KInerja Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Mala Kabupaten Melonguane. Tesis. Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Notoatmodjo, 2007. Manajemen Kesehatan dalam Organisasi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

(19)

111 Nursalam. 2006. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Penerbit Standar Profesi Bidan. Surabaya.

Pasuhuk, W.F. 2015. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan, Pengalaman, Supervisi, Motivasi, dan Sikap Dengan Kinerja Bidan Puskesmas Di Kabupaten Minahasa Tenggara. Tesis. Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Priansa, D.J. 2014. Perencanaan dan Pengembangan SDM. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Pua, N.C. 2011. Hubungan Antara Disiplin, Motivasi, dan Kepemimpinan Dengan Kinerja Dokter Puskesmas Di kabupaten Minahasa Selatan. Tesis. Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Purba, E. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda GMIM Tomohon. Tesis. Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Putra, P.T.W. 2011. Pengaruh Kualitas Jasa dan Kepuasan Konsumen Terhadap Rekomendasi Dari Mulut Ke Mulut Pada Rumah Sakit Anak dan Ibu Permata Hati Klungkung. Tesis. Program

Pascasarjana. Universitas Udayana. Bali.

Sengkey, J.F. 2011. Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Motivasi Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat Darurat Medik Badan Layanan Umum RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Tesis. Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Supartini, 2004. Tata Cara Asuh Orang Tua Dalam Pelayanan. Penerbit Obor. Jakarta.

Sutrisno, E. 2011. Budaya Organisasi. Penerbit Kencana. Jakarta.

Tjiptono, F. 2006. Manajemen Pelayanan Jasa. Penerbit Andi. Yogyakarta. Yuniarta, E. 2011. Analisis Tingkat

Pendidikan Pasien Terhadap Kepuasan Layanan Di Bagian Bedah RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang. Media Medika Muda. Vol. 1 (1). Hal. 1-12.

Referensi

Dokumen terkait

 Premium  Solar  Pertamax  Pertamax Plus  Bio Pertamax Banyaknya kandungan CO yang dihasilkan dari tiap jenis kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang digunakan

1 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif dan alumni di jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Antasari Banjarmasin angkatan

Lebih lanjut, Jawaher menjelaskan bahwa apabila semua bentuk kerjasama itu dan dilakukan secara intens maka diharapkan anak-anak tunagrahita mampu secara perlahan

Proses penambahan fonem terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku, proses penambahan fonem terdapat 2 kata dasar.. Dan

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat

Pengujian kedua menggunakan turbin aliran silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 24 yang dibuat dari pipa dibelah, runner yang digunakan ini adalah runner yang dibuat

Pada Tabel 3 terlihat bahwa ransum yang tertampung dalam tempat minum untuk bentuk tempat pakan yang relatif letaknya jauh dari tempat minum dengan jenis rasum kering (Tipe I vs

Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi pemasaran berdasarkan bauran pemasaran, yaitu (1) strategi produk dengan melakukan modifikasi