• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengapa Kartini, bukan Cut Nyak Dhien?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengapa Kartini, bukan Cut Nyak Dhien?"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mengapa Kartini, bukan Cut Nyak Dhien?

http://lintasgayo.co/2015/04/20/mengapa-kartini-bukan-cut-nyak-dhien

Oleh : Win Wan Nur

Pasca reformasi, terutama sejak maraknya media

sosial. Menjelang 21 April, kita biasa menyaksikan maraknya gugatan bahkan hujatan kepada Kartini dalam kapasitasnya sebagai pahlawan nasional pejuang emansipasi wanita.

Bukan kebetulan bersamaan dengan munculnya fenomena ini sentimen kesukuan dan agama dalam masyarakat Indonesia juga meningkat eskalasinya.

Menurut para penolak status kepahlawanan atau pengistimewaan Kartini , ada banyak wanita Indonesia lain yang berasal dari pelosok nusantara yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan seorang Kartini.

Contohnya Rohana Kudus, pahlawan perempuan asal Minang sudah menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang beliau terbitkan sendiri. Bukan hanya melalui surat.

Atau Dewi Sartika yang mendirikan sekolah di pasundan yang membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia Belanda.

Atau Martha Tiahahu, Pejuang perempuan asal Desa Abubu di Pulau Nusalaut Maluku. Atau Malahayati, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan dan terutama Cut Nyak Dien, salah seorang tokoh pejuang wanita paling terkenal. Seorang Pejuang wanita yang tidak pernah mau tunduk kepada Belanda yang sepanjang hidupnya tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.

Mengapa Kartini?

Biasanya semua pertanyaan ini dijawab sendiri oleh penggugat dengan sebuah simplikasi, itu karena Kartini orang Jawa.

Dalam balutan sentiment agama, ada yang mengatakan penokohan sosok Kartini adalah konspirasi Yahudi. Kartini yang dipandang sebagai representasi Islam abangan khas Jawa

(2)

2

dimuncukan untuk menepikan pahlawan-pahlawan wanita seperti Cut Nyak Dhien yang lain-lain yang notabene beragama Islam secara kaffah.

Tapi ada satu fakta terang benderang yang entah dilupakan, tidak diketahui atau sengaja dikaburkan oleh para pembenci Kartini ini.

Dengan segala hormat kepada semua pahlawan wanita yang namanya disebutkan di atas, tidak satupun dari mereka yang secara spesifik mengangkat dan menyuarakan penindasan yang dialami wanita di Indonesia, yang mendapat diskriminasi dan perlakuan tidak adil hanya karena mereka berjenis kelamin perempuan. Hanya Kartini yang melakukan itu yang beliau tuangkan dalam surat-suratnya.

Cut Nyak Dhien, tak bisa dipungkiri adalah salah seorang pejuang perempuan terhebat yang dimiliki negeri ini. Tapi konteks perjuangan beliau adalah mengusir Belanda dari Aceh, bukan berjuang untuk membebaskan perempuan dari diskriminasi dan perlakuan tidak adil dari masyarakatnya.

Di Aceh, tempat Cut Nyak Dhien lahir, tumbuh, besar dan kemudian mendapatkan reputasinya. Kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin bukanlah sesuatu yang aneh. Bahkan jauh sebelum era Cut Nyak Dien, sebelum Belanda datang ke Indonesia. Kerajaan Aceh sudah memiliki banyak Ratu yang menjadi pemimpin negara. Aceh sudah pernah mengangkat seorang perempuan bernama Laksamana Malahayati sebagai Panglima Angkatan Laut. Di Gayo yang terletak di wilayah tengah kerajaan Aceh, masyarakat mengenal sosok Datu Beru , seorang perempuan yang menyandang jabatan sebagai seorang diplomat.

Rohana Kudus apalagi, lahir sebagai perempuan minang, tempat di mana perempuan begitu diistimewakan. Bukan perempuan, justru seharusnya laki-lakilah yang menuntut hak yang setara.

Latar belakang ini sangat kontras dengan yang dihadapi Kartini. Dia lahir dan besar dalam suasana feodal yang kental di mana kaum perempuan mendapat diskriminasi yang luar biasa. Tidak bisa leluasa mengembangkan sisi intelektualitasnya sebagaimana laki-laki. Tapi hebatnya meski tumbuh dalam suasana penuh tekanan seperti itu, Kartini tetap mampu tumbuh menjadi sosok yang kritis. Yang bisa dengan jernih melihat dan menggambarkan dengan tepat situasi yang dialami kaumnya dan menyuarakannya.

Bayangkan bagaimana menderitanya Kartini, perempuan dengan intelektualitas seperti itu, dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa cita-citanya untuk mengembangkan

(3)

3

intelektualitasnya lebih jauh harus kandas karena dipaksa menikah muda. Hanya karena dia secara kebetulan terlahir sebagai perempuan.

Situasi ini bukan hanya dialami oleh Kartini, melainkan juga dialami oleh jutaan perempuan Indonesia di masanya. Inilah yang disuarakan Kartini melalui surat-suratnya. Dewi Sartika, benar beliau mendirikan sekolah tapi beliau tidak secara spesifik mengangkat dan membedah persoalan yang dialami kaum perempuan dan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Kalau dipadankan ke dalam dunia penemuan, ibaratnya beliau adalah Edison, bukan Newton.

Tapi meskipun fakta ini sudah diterangkan dengan jelas, masih juga banyak yang menggugat. Bahwa Kartini tidak pernah benar-benar berjuang.

Gugatan seperti ini sangat mungkin muncul karena dangkalnya cara pandang mayoritas dari kita penduduk negeri ini.

Kalau kita perhatikan secara umum, di negeri ini ide biasanya kurang dihargai, bahkan kadang dianggap tidak bernilai. Dalam masyarakat kita, sesuatu baru baru dianggap ada harganya kalau manfaatnya sudah terlihat nyata secara fisik.

Di mata kita, proyek MCK yang nyata dipandang lebih jelas manfaatnya bagi rakyat dibanding proyek studi kelayakan Tenaga Listrik panas bumi, karena yang terlihat hanya bisa menghasilkan setumpuk kertas dan catatan. Bahwa kemudian catatan itu bisa digunakan untuk mengundang investor untuk membangun pembangkit listrik, yang akan menyelesaikan permasalah energy dan membangkitkan industri di daerah. Itu adalah sesuatu yang terlalu jauh untuk bisa dibayangkan.

Dalam Novel legendarisnya Nineteen Eighty Four, George Orwell menyindir masyarakat seperti ini dengan mengatakan “mereka seperti semut, hanya melihat hal yang kecil-kecil, hal yang besar luput (dari penglihatan mereka)”.

Dalam cara pandang seperti inilah banyak dari kita menilai Kartini.

Dalam pandangan kaum anti Kartini, Cut Nya Dien, Kemala Hayati dan para pahlawan lain yang berada di garis terdepan menghalau penjajah. Jelas dan nyata perjuangannya. Dan hasilnya jelas, Indonesia merdeka. Sementara kartini, apa yang sudah dia perbuat secara nyata?.

Mereka gagal melihat, kalau sosok Kartini di Indonesia sebenarnya persis seperti sosok Mary Wolstonecraft yang menyuarakan kegelisahan dan perasaan tertindas perempuan

(4)

4

Inggris di masa revolusi Industri dalam bukunya A Vindication of the Rights of Woman yang terbit pada tahun 1792.

Sebagaimana Kartini dengan surat-suratnya. Melalui ide dan pemikirannya yang dituangkan dalam buku ini, Mary Wolstonecraft membangkitkan kesadaran masyarakat tentang adanya ketidak adilan yang diterima kaum perempuan.

Inilah yang membuat seorang Mary Wolstonecraft dikenang sebagai tokoh pejuang hak perempuan. Bukan Victoria sang ratu Inggris atau Jean d’Arc (Joan of Arc) dari Orleans yang memimpin pasukan Perancis berjuang untuk membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris. Sebagaimana Cut Nyak Dhien yang memimpin pasukan Aceh untuk membebaskan negerinya dari penjajahan Belanda.

Kalau kita mau jujur, jangankan di masa lalu, bahkan sampai sekarang pun belum ada perempuan Indonesia yang bisa sedemikian kencang menyuarakan ketertindasan kaumnya sebagaimana dilakukan oleh Kartini.

Lebih konyol lagi, dalam gugatan terhadap kepahlawanan Kartini ini. Ada yang tidak menerima bahwa ide yang dituangkan dalam surat menyurat dengan bangsa penjajah adalah sebuah bentuk perjuangan. Karena menurutnya korespondensi dengan warga Belanda saja sudah merupakan bentuk pengkhianatan.

Ini adalah pandangan yang sangat aneh, kalau korespondensi dengan warga Belanda saja sudah dianggap pengkhianatan. Lalu bagaimana dengan yang dididik oleh Belanda, yang bersekolah di negeri Belanda, makan diberi Belanda, bergaul dengan Belanda?.

Kalau itu semua dianggap sebagai bentuk pengkhianatan, bukankah Soekarno, Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwono, Agus Salim , Syahrir, Tan Malaka, Mohd Roem, Hoesni Thamrin dan semua pahlawan pergerakan dan para pendiri bangsa ini yang seluruhnya menerima pendidikan Belanda juga harus dikategorikan sebagai Pengkhianat?. Apakah mereka semua juga perlu kita buang statusnya sebagai pahlawan Nasional?.

Tapi begitulah, kebencian memang membutakan mata dan mematikan nalar.

Lalu kemudian ada pula yang menggugat, kalaupun memang Kartini berperan seperti itu. Mengapa si perempuan Jawa ini harus diistimewakan, kenapa sekarang ketika perempuan sudah boleh bersekolah, sudah boleh berkarir seperti laki-laki. Hari lahirnya masih saja diistimewakan dan diperingati setiap tahun?.

(5)

5

perjuangannya dengan terusirnya Belanda dari Indonesia. Rohana Kudus, Dewi Sartika juga sudah tuntas dengan tidak masalahnya perempuan bersekolah dan berkarir.

Tapi Kartini, yang beliau lawan adalah kepicikan masyarakat, yang sampai hari ini di banyak tempat di negara ini masih bersikap diskrimitatif terhadap perempuan. Bahkan tahun 1992 Fakultas Teknik Unsyiah. Mahasiswa tercerdas di angkatan kami dari jurusan Teknik Kimia, terpaksa putus kuliah karena dipaksa kawin oleh orang tuanya. Hanya karena dia perempuan.

Artinya, perjuangan Kartini belum tuntas, perjuangan terhadap diskriminasi terhadap perempuan masih terus berlanjut, karena itulah semangat KARTINI harus terus digelorakan dan diperingati.

Indonesia secara umum dan Gayo secara khusus masih membutuhkan sosok-sosok perempuan seperti Kartini, yang terus tanpa lelah berjuang untuk membela hak-hak kaum perempuan dari sikap diskriminatif masyarakat yang didominasi oleh nilai-nilai patriarki.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “Analisis Struktur Musik Kompang Dalam Upacara Mengantar Pengantin Di Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, Riau”.. Di Sungai Guntung kompang mempunyai

Salah satu upaya PPPPTK Penjas dan BK dalam merealisasikan program peningkatan kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dan Guru Bimbingan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data dalam penelitian mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, kompetensi dan komitmen terhadap kinerja pegawai pada

Setelah peneliti mengkaji secara mendalam hasil penelitian ini kemudian didukung dengan teori para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa, Perilaku Aparatur Sipil

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja II Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2016 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :..

mengemukakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan, diantaranya Purwanto (2012) dan Adriani (2013).. Berangkat dari adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya, penelitian

Certificat phytosanitaire et déclaration additionnelle d’inspection en cours de croissance constatant l’absence de tout maladie (Voir aussi B. Riz (oryza spp.) Semences en

Billy delivers the command using bald on record strategy because at the time Carl insists his son, Jody, to go with him but Jody does not want to go with his father and it makes