• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

594

PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI SEGIEMPAT

Sri Indriati Hasanah dan Ukhti Raudhatul Jannah Universitas Madura

E-mail: najwa_kurnadi@yahoo.com

Abstrak: Penelitian yang dilaksanakan di kelas VII-F SMP Negeri 5 Pamekasan pada materi segi empat disebabkan beberapa hal yaitu : (1) siswa kurang paham bagian-bagian mana yang merupakan panjang, lebar, tinggi, sisi, maupun diagonal dll. (2). proses pembelajaran matematika yang masih bersifat abstrak tanpa mengaitkan permasalahan matematika dengan kehidupan sehari-hari, (3) siswa tidak berani mengemukakan ide/gagasan pada guru, (4) guru masih dominan dalam proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dan dilakukan selama dua siklus. Kesimpulan dari penelitian adalah kinerja siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan penggunaan metode mind mapping semakin baik pada tiap siklusnya dimana siklus I skor rata-rata persentase nilai 64,47% dengan nilai cukup, dan mind mapping pada siklus II skor rata-rata persentase nilai 78,00% dengan nilai baik.. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan metode mind mapping dapat membantu siswa dalam memahami materi tersebut dan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran matematika.

Kata kunci : Segiempat, Mind Mapping

Mempelajari matematika membu-tuhkan simbol-simbol agar ide-ide atau konsep dapat dikomunikasikan dengan baik. Banyaknya simbol yang digunakan terkadang membuat siswa kurang memahami konsep dalam matematika. Selain itu juga dapat mengakibatkan siswa berpikir negatif dan menganggap matematika merupakan materi ajar yang sulit. Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang menarik dan tepat yang dapat membangun minat terhadap belajar matematika, sehingga matematika bukan lagi mata pelajaran yang menjenuhkan melainkan pelajaran yang ringan dan menyenangkan.

Berdasarkan hasil penelitian Indriyani (2010:3), tingkat pemahaman konsep yang ditunjukkan oleh kemampuan

siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal secara tepat, menerapakan konsep-konsep, mendefi-nisikan, menemukan sifat-sifat dari konsep dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep masih tergolong rendah.

Secara umum kesalahan proses pembelajaran yang menyebabkan kesulitan- kesulitan bagi siswa dalam satu pokok bahasan pada matematika disebabkan beberapa hal, yaitu: 1) proses pembelajaran matematika yang masih bersifat abstrak tanpa mengaitkan permasalahan matematika dengan kehi-dupan sehari-hari, 2) motivasi belajar matematika siswa yang masih lemah karena ketidaktahuan mereka akan tujuan mempelajari matematika, 3) siswa tidak berani mengemukakan ide/gagasan pada guru, 4) guru masih dominan dalam proses

(2)

pembelajaran. Kemungkinan-kemungkinan ini seharusnya menjadi perhatian yang lebih bagi para pendidik dalam menyampaikan pelajaran matematika. (Handoko, 2007:3)

Pemahaman yang kompre-hensif tentang matematika akan memungkinkan guru menye-lenggarakan pendidikan lebih baik. Adapun kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memahami konsep segiempat disebabkan oleh beberapa hal: (1) siswa kurang paham bagian-bagian mana yang merupakan panjang, lebar, tinggi, sisi, maupun diagonal dll. (2) karena sulit mencari media yang dapat menggambar segiempat secara tepat sehingga segiempat terpaksa di gambar seperti bentuk persegi panjang dan persegi, sehingga hanya nampak terdapat panjang dan lebar saja (Handoko, 2007:2).

Sedangkan hasil temuan peneliti di SMPN 5 Pamekasan pada kelas VII F yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah dalam memahami materi segiempat, yaitu: (1) siswa kurang paham bagian-bagian mana yang merupakan panjang, lebar, tinggi, sisi, maupun diagonal dll. (2). proses pembelajaran matematika yang masih bersifat abstrak tanpa mengaitkan permasalahan mate-matika dengan kehidupan sehari-hari, (3) siswa tidak berani mengemukakan ide/gagasan pada guru, (4) guru masih dominan dalam proses pembelajaran. Untuk itu, perlu adanya suatu perubahan baru agar hasil belajar meningkat. Salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran mind mapping yang akan menjadikan siswa menarik untuk belajar dan memahami materi segiempat dengan baik.

Mind mapping merupakan suatu

metode pembelajaran yang mengembang-kan kemampuan otak kiri dan otak mengembang-kanan dengan menggambarkan hal-hal yang bersifat umum kemudian baru ke hal-hal

yang bersifat khusus dalam sebuah peta.

Mind mapping memberikan kebebasan

pada setiap siswa untuk mengkonstruksi ide atau konsep siswa sendiri sehingga mudah untuk dipahami

(http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29 /model-pembelajaran-mind-mapping/).

Dalam metode pembelajaran mind mapping ini, guru membentuk kelompok

siswa yang heterogen beranggotakan 2 - 3 orang siswa. Kemudian menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga dengan kelompok lainnya (Amri, 2010:182).

Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam penggunaan metode mind

mapping pada materi segiempat kelas VII

F SMP Negeri 5 Pamekasan Tahun Pelajaran 2011/2012.

KAJIAN PUSTAKA

A.

Metode Pembelajaran Mind

Mapping

1. Definisi Metode Mind Mapping ( Peta Pikiran )

Metode Mind Mapping pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Tony Buzan pada awal 1970-an. Para ahli mengemukakan definisi tentang mind

mapping diantaranya sebagai berikut.

1. Menurut Tony Buzan (2009:3) dalam bukunya “ Buku Pintar Mind Map “,

mind mapping adalah suatu cara

mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakkan pikiran-pikiran.

2. Menurut Sutanto Windura (2008 :257) dalam buku memori dan pembelajaran,

Mind Mapping merupakan metode

pencatatan yang dapat mengakomodir untuk keseluruhan dari suatu topik, kepentingan, serta hubungan relatif

(3)

antar masing-masing komponen dan mekanisme perhubungannya.

3. Menurut Porter dan Hernacki (2008:152-159), Mind Mapping juga dapat disebut dengan peta pemikiran.

Mind Mapping juga merupakan metode

mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman. Mind Mapping meng-gunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau Mind

Mapping pada dasarnya menggunakan

citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan pada otak.

Jadi berdasarkan pendapat di atas penulis mengambil definisi Mind Mapping adalah metode pencatatan yang didapat mengakomodir untuk keseluruhan dari suatu topik, kepentingan, serta hubungan relatif antar masing-masing komponen dan mekanisme perhubungannya.

2. Manfaat Mind Mapping

Mind Mapping sangat bermanfaat

dalam proses belajar, diantaranya :

a. Menurut De Porter dan Hernacki, manfaat peta pikiran adalah:

1) Mind mapping bersifat fleksibel, yakni memu-dahkan siswa dalam mengingat kembali suatu subyek pelajaran.

2) Memusatkan perhatian siswa 3) Meningkatkan pemahaman dan

memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti intinya.

4) Menyenangkan dan tidak membosankan, karena mind mapping menggunakan perpaduan

antara tulisan, gambar, dan warna yang sekaligus dapat memaksi-malkan fungsi otak kanan dan kiri yang merupakan kunci dari belajar efektif.

5) Peta pikiran dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam memahami suatu konsep dan mengembangkan suatu ide, karena

peta pikiran dapat menghubungkan antara satu ide dengan ide lainnya dengan memahami konteksnya. Sehingga dapat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi.

b. R. Teti Rostikawati dalam sebuah artikel online berjudul “Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning: Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa”, menyatakan penggunaan catatan mind mapping yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

3. 7 Langkah dalam Membuat

Mind Mapping

Buzan ( 2005 : 14 ), sarana dan prasarana untuk membuat Mind

Mapping adalah :

a. Kertas kosong tak bergaris. b. Pena dan pensil warna. c. Otak.

d. Imajinasi.

Buzan ( 2009 : 15-16 ), membuat

Mind Mapping membutuhkan imajinasi

atau pemikiran, adapun cara pembuatan

Mind Mapping adalah :

1) Mulailah dari TENGAH kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

2) Gunakan GAMBAR atau FOTO untuk ide sentral anda. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik,

(4)

membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.

3) Gunakan WARNA. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan!

4) HUBUNGKAN

CABANG-CABANG UTAMA ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat. Penghubung cabang-cabang utama akan menciptakan dan menetapkan struktur dasar atau arsitektur pikiran kita. Ini serupa dengan cara pohon mengaitkan cabang-cabangnya yang menyebar dari batang utama. Jika ada celah-celah kecil di anatara batang sentral dengan cabang-cabang utama atau di antara cabang-cabang utama dengan cabang dan ranting yang lebih kecil, alam tidak akan bekerja dengan baik! Tanpa hubungan dalam mind map anda, segala sesuatu (terutama ingatan dan pembelajaran!) akan berantakan. Jadi buat hubungan!

5) Buatlah garis hubungan yang MELENGKUNG, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.

6) Gunakan SATU KATA KUNCI SETIAP GARIS. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada

mind map. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri. Bila menggunakan kata tunggal, setiap kata ini akan lebih bebas dan karenanya lebih bisa memicu ide dan pikiran baru. Kalimat atau ungkapan cenderung menghambat efek pemicu ini. Mind Map yang lebih memiliki banyak kata kunci seperti tangan yang semua sendi jarinya bekerja mind map yang memiliki kalimat atau ungkapan adalah seperti tangan yang semua jarinya diikat oleh belat kaku.

7) Gunakan GAMBAR. Mengapa? karena seperti gambar sentral setiap gambar bermakna seribu kata. Jadi bila kita hanya mempunyai10 gambar di dalam Mind Map kita, Mind Map kita sudah setara dengan 10.000 kata catatan.

Pembuatan Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan kreativitas yang tinggi. Variasi dengan huruf capital, warna, garis bawah atau simbol – simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan Mind Mapping yang telah dibuat akan lebih mengesankan.

(5)

4. Indikator Mind Mapping

Menurut Tony Buzan ( 2009 : 6 ), indikator Mind Mapping sebagai berikut: a. Merencanakan

b. Berkomunikasi c. Menjadi lebih kreatif d. Menyelesaikan masalah e. Memusatkan perhatian

f. Menyusun dan menjelaskan pikiran – pikiran

g. Mengingat dengsn lebih baik h. Belajar lebih cepat dan efesien dan i. Melatih “ gambar keseluruhan “

5. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Mind Mapping

Langkah-langkah pembelajaran metode Mind Mapping diatas, sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru mengemukakan konsep / permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternative jawaban dan memberikan contoh sesuai mind

mapping yang telah dibuat.

c. Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok berpasangan dua sampai tiga orang secara heterogen.

d. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil diskusinya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil diskusinya.

e. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kirannya belum dipahami siswa.

f. Kesimpulan. g. Penutup.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil tes akhir tindakan yang diperoleh siswa dari tindakan I dan tindakan II mengalami peningkatan cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang materi segiempat Telah meningkat. Pada tindakan I jumlah hasil belajar keseluruhan siswa memperoleh skor 64,47% dan pada tindakan II jumlah hasil belajar keseluruhan siswa memperoleh skor 78%.

b. Dari hasil observasi guru terhadap

subjek penelitian di dalam satu kelompk bahwa dalam pembelajaran dengan penggunaan metode mind

mapping siswa menunjukkan pada

kategori baik dan sangat baik. Hanya saja pada tindakan I, Debora kurang bisa memberikan ide-idenya dan kurang berpartisipan pada kelompoknya karena mungkin tidak terbiasa dengan pembelajaran seperti ini. Tetapi pada tindakan II, Debora mulai terlihat aktif.

c. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran dengan penggunaan metode mind mapping menjadi lebih menyenangkan bagi siswa. Serta keterlibatan guru semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh hasil observasi aktivitas guru siklus I 91%, siklus II 92%. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa silus I 89%, siklus II 92%.

d. Hasil wawancara terhadap subjek

penelitian menunjukkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran sangat positif dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi juga sangat baik. ketiga subjek penelitian senang mengikuti pembelajaran dengan penggunaan metode mind mapping,

(6)

siswa bisa aktif dan mengemukakan ide-idenya.

Adapun temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah:

1. Motivasi Belajar

Siswa yang telah siap belajar baik secara fisik dan mental akan belajar lebih banyak daripada siswa yang tidak siap. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1988:107) bahwa belajar harus menyadari betapa pentingnya menimbulkan motivasi belajar peserta didik, sebab peserta didik yang diberi motivasi belajar akan lebih siap daripada peserta didik yang tidak diberi motivasi belajar.dengan demikian, menciptakan minat belajar siswa sangat penting untuk pencapaian hasil belajar. Untuk itu, pencapaian hasil belajar siswa di dalam pembelajaran ini meningkat. Walaupun ada beberapa siswa di dalam pembelajaran ini yang tidak dapat menjawab pertanyaan guru ketika memberikan motivasi. Memotivasi siswa dalam belajar juga sebagai pendorong bagi siswa untuk mempelajari materi segiempat (Jajargenjang,Belah ketupat,Layang-layang dan Trapesium).

2. Pembentukan Kelompok

Pada pembelajaran ini, masing-masing anggota kelompok saling memberikan bantuan dan masukan dalam meningkatkan pemahamannya tentang suatu konsep. Anggota kelompok yang kurang mampu bertanya kepada anggota kelompok yang lebih mampu mengenai hal-hal yang belum dipahami. Sedangkan siswa yang lebih mampu telah bertambah pemahamannya melalui proses menjelaskan kepada anggota yang kurang mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat kennedy & Tipps (dalam Djuita, 2005:94) bahwa kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah akan memaksimalkan proses belajar karena masing-masing siswa

mempunyai kemampuan awal yang berbeda. Hal ini didukung oleh pendapat Vygotsky (Cobb,1996) bahwa menekankan pelajaran pada pentingnya interaksi sosial dengan orang lain yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem secara kultural telah berkembang dengan baik. Oleh karena itu, pembelajaran ini dapat berjalan dengan baikdan lancar karena siswa telah saling memberikan ide-idenya sesuai dengan kemampuannya.

3. Aktivitas Guru dan Siswa di dalam Proses Pembelajaran

1) Aktivitas guru

Peran guru sangatlah penting di dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran ini, guru lebih berperan dalam membantu siswa di dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky (Slavin,1997) tentang

Scaffolding bahwa pemberian sejumlah

bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya. Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. 2) Aktivitas siswa

Peran siswa di dalam pembelajaran ini adalah saling bekerja sama dalam memanipulasi pembuatan

mind mapping dan memberikan ide untuk

menyelesaiakan setiap soal yang terdaat pada Lembar Kerja (LKS). Hal tersebut sesuai dengan konsep Vygotsky (Slavin, 1997) tentang Zone Of Proximal Development (ZPD) bahwa jarak antara

(7)

didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan teman sejawat yang lebih mampu.

PENUTUP Kesimpulan

Hasil penilaian mind mapping yang dibuat siswa dalam pembelajaran Keliling dan luas bangun segiempat diperoleh: mind

mapping pada siklus I skor rata-rata

persentase nilai 64,47% dengan nilai cukup, dan mind mapping pada siklus II skor rata-rata persentase nilai 78,00% dengan nilai baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan, dan Akhmadi, Khoiru. 2010.

Konstruksi Pengembangan Pem-belajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Buzan,Tony.2006. Buku Pintar Mind

Map.Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Hadi, Sutrisno. 2007. Metodologi Research

Jilid 1. Yogyakarta: Andi

Hudojo, Herman.1988. Mengajar Belajar

Matematika.Malang : JICA-Universitas Negeri Malang. Indriyani, Dwi, Ria.2010. Penerapan

Strategi Pembelajaran Mind Mapping dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Teorema Phytagoras. Skripsi tidak

diterbitkan. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Muham-madiyah Surakarta.

Kurniawati, Dwi, Dhida.2010. Pengaruh

Metode Mind Mapping dan Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Penge-tahuan Sosial Pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Surakarta tahun

Pelajaran 2009/2010. Skripsi tidak

diterbitkan. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Muham-madiyah Surakarta.

Kusrini, dkk. 2008. Contextual teaching

and learning matematika Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawi-yah. Jakarta : Pusat

Pembukuan Departemen

Pendidikan Nasi-onal.

Mawasid, Handayani, Nurtesti.2009.

Model Pembelajaran Mind Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-sifat Bangun Ruang Siswa Kelas V SD Negeri Tunggulsari II. Skripsi

tidak diterbitkan. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Muham-madiyah Surakarta. Nuharini,Dewi, dkk. 2008. Matematika

Konsep dan Aplikasinya Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsana-wiyah. Jakarta : Pusat

Pembukuan Departemen

Pendidikan Nasional.

Ratumanan, Tanwey, Gerson. 2002.

Belajar dan Pembelajaran.

Surabaya: UNESA University Press.

(8)

Turmudi, dkk. 2003.Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer.

Bandung. Uni-versitas Pendidikan Indonesia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan,

Pendekatan Kuan-titatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta Trianto. 2010. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progre-sif.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengalokasian lahan RTH sebaiknya menggunakan lahan pemerintah yang belum digunakan atau diberdayakan sesuai dengan pedoman, selain itu harus memperhatikan

Dengan demikian tindakan dari aktor, masyarakat Melayu Palembang yang melaksanakan tradisi Ruwahan merupakan suatu tindakan dimana pada diri aktor tersebut terdapat

Begitu luasnya pengaruh Implementasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), kualitas sumber daya manusia, penerapan standar akuntansi, internal audit dan

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya sebuah pergeseran pemikiran tentang Maqasid Syariah menurut pemikiran Jasser Auda yang saat ini dikenal dengan Maqasid Syariah

sudah matang. Makanan ini akan bersifat merugikan bagi manusia.. Ada dua jenis toksin yang merupakan hasil pencemaran makanan oleh. bakteri atau secara

Larutan untuk uji selektivitas dibuat dengan cara menimbang dengan saksama sejumlah 2,5 gram sampel minyak goreng sawit yang sama pada uji presisi (mengandung vitamin A

Hasil dari penelitian ini, bisa memberikan gambaran mengenai keseimbangan hidup dalam bekerja yang dibenahi dengan baik akan muncul suatu kepuasan kerja, motivasi, dan komitmen

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng