• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KRECEK DI KELURAHAN SEGOROYOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KRECEK DI KELURAHAN SEGOROYOSO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KRECEK

DI KELURAHAN SEGOROYOSO

Erni Ummi Hasanah Puri Widowati

Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra

Abstract

This study will analyze the productivity of labor in the ‘krecek’ household industry in Kalurahan Segoroyoso Pleret Bantul District. Defining labor productivity could theoretically be reviewed through the two points of view of productivity in management is effective, efficient and quality. This means that goods and services these products have the quality (good), cost (efficient / low), delivery (fast), the results of a safe product and process safe products (no accidents), while economic productivity is the ratio between output than input per particular time unit. This means that the output must be greater than the input. With a system’s approach, the factors that affect the productivity of employees can be grouped into three aspects: (1) related to the quality and physical capabilities of employees, (2) Means of support and (3) Supra means.

The main conclusions obtained in this study is that of several variables such as age, work experience, gender and a significant positive effect on labor productivity while variable levels of education and no significant negative effect on labor productivity in domestic industries in Kalurahan Segoroyoso district Pleret Bantul regency.

Key words: labor productivity, the household industry

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Lincolin Arsyad, 1997). Adapun usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sadono Sukirno, 2003). Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi

adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, lebih-lebih bagi Negara berkembang terutama Indonesia, dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Pembangunan tenaga kerja secara penuh mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi sosial jangka panjang.

Pembangunan di bidang ekonomi sangat berkaitan dengan perkembangan di sektor industri, oleh karena itu banyak

negara berkembang mengalihkan

kekuatan ekonominya dari sektor agraria ke sektor industri, terutama industri rumah tangga. Pembangunan sektor industri

(2)

merupakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dengan kata lain, pembangunan nasional yang diarahkan pada sektor industri akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mendorong pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produksi yang dihasilkan sendiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan dari barang-barang luar negeri dan sekaligus juga meningkatkan lapangan pekerjaan.

Pembangunan industri diupayakan mengembangkan potensi yang ada, yaitu melalui pemanfaatan sumberdaya alam dan pemanfaatan sumber daya yang ada secara optimal. Pembangunan industri selain meningkatkan pertumbuhan juga menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Di kabupaten Bantul terdapat banyak industri kecil dan industri rumah tangga, salah satunya industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul. Industri rumah tangga ini mampu memberikan tambahan pendapatan bagi penduduk sekitar dan juga dapat menampung penduduk yang

menganggur dengan menyediakan

lapangan pekerjaan. Sebagian besar penduduk di kelurahan Segoroyoso bekerja pada industri tersebut.

Tenaga kerja atau karyawan menjadi faktor penting dalam perindustrian. Ada dua alasan yang dapat menjelaskan mengenai pentingnya tenaga kerja. Dalam arti sesungguhnya manusialah yang mampu menciptakan produk, bukan mesin atau barang.

Hansen dan Mowen (1997) menyatakan, produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien. Menurut Nurdin Kaimuddin (1996) ada faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas, yaitu faktor supra sarana yang meliputi kemampuan manajemen,

hubungan industrial dan kebijaksanaan pemerintah. Selain itu, juga ada faktor manusia yang menjadi sangat penting. Produktivitas tenaga kerja manusia tergantung pada kemampuan (fisik, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman) dan kemauan (ethos kerja, mentalitas, dan motivasi). Analisis ini diarahkan kepada kemampuan dengan meneliti pengaruh pendidikan, pengalaman, serta umur (yang mewakili kemampuan fisik).

Banyak cara untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut. Hill dalam Indrawati dan Llewelyn (1999) menghitung nilai tambah untuk beberapa ukuran industri.

Menurut Simanjuntak (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja diukur dengan pendekatan sistem antara lain (1) terkait dengan kualitas dan kemampuan fisik karyawan (2) Sarana pendukung dan (3) Supra sarana. Peningkatan produktivitas tenaga kerja di industri dipengaruhi oleh faktor dari perusahaan (upah, teknologi, dst) maupun dari latar belakang tenaga kerja itu sendiri (usia, pendidikan, pengalaman kerja, jenis kelamin).

2. Perumusan Masalah

a. Apakah faktor-faktor pendidikan, usia, pengalaman kerja dan jenis kelamin mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek

di kelurahan Segoroyoso,

kecamatan Pleret, kabupaten Bantul?

b. Faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap produkti-vitas tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul?

(3)

3. Batasan Masalah

Pembatasan dan pengertian variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Produktivitas diproksi dengan produksi per orang

Produksi per orang merupakan produksi yang dihasilkan oleh setiap tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek dalam waktu per hari yang dinilai dengan uang dan dihitung dengan upah (Rp). Upah atau pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek biasanya berbeda-beda, tergantung dengan jumlah produksi yang dihasilkannya.

b. Usia (tahun)

Umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik tenaga kerja. Usia muda, produksi yang dihasilkan besar. Usia tua produktivitasnya menurun (Simanjutak, 2001:48).

c. Pendidikan (tahun)

Pendidikan memberikan penge-tahuan untuk pelaksanaan tugas. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat produktivitas tenaga kerja (Simanjuntak, 1998 : 39).

d. Pengalaman bekerja (bulan)

Pengalaman kerja membuat pekerja lebih tekun, telaten dan berkualitas. Berkaitan juga dengan latihan kerja dan ketrampilan dalam menggunakan alat kerja (Arfida, 2003: 37).

e. Jenis kelamin

Variabel ini akan menjelaskan jenis kelamin responden yang akan diukur dengan skala dummy:

1 = jika jenis kelamin laki-laki; 0 = jika jenis kelamin perempuan

TINJAUAN TEORI A. Industri

1. Pengertian industri

Menurut undang-undang No 5 tahun 1984 tentang perindustrian, yang dimaksud dengan “industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah menjadi bahan baku, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk perekayasaan industri”.

Sedangkan menurut BPS

mengelompokkan industri menjadi empat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diperkerjakannya yaitu: a. Perusahaan atau industri besar

memperkerjakan 100 orang atau lebih,

b. Perusahaan atau industri sedang memperkerjakan 20 sampai 99 orang,

c. Perusahaan atau industri kecil memperkerjakan 5 sampai 19 orang,

d. Industri kerajinan rumah

tangga yaitu industri yang memperkerjakan kurang dari tiga orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar) (Lincolin Arsyad, 1997:342).

2. Penggolongan industri menurut departemen perindustrian

Menurut departemen perindustrian, industri dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Industri dasar

Meliputi industri mesin dan logam dasar serta industri kimia dasar.

b. Industri kecil

Termasuk didalamnya adalah industri pangan, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, kerajinan umum dan logam.

(4)

c. Industri hilir

Meliputi industri mengolah sumberdaya hutan, hasil pe-rtambangan dan mengolah sumberdaya pertanian.

3. Industri kecil

Industri kecil mempunyai ciri-ciri antara lain teknologi menengah dan padat karya serta memperkerjakan 5 orang sampai dengan 19 orang (Lincolin Arsyad, 1997:342).

4. Industri pedesaan

Yang dimaksud dengan industri pedesaan yaitu:

a. Berbentuk industri rumah tangga dengan tenaga kerja kurang lebih 1 sampai dengan 5 orang.

b. Kebanyakan tenaga kerjanya diperoleh dari kalangan keluar-ganya.

c. Teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional dan sangat sederhana.

d. Pemasaran hasil industri tidak berdasarkan hasil promosi atau iklan.

e. Bahan dasar umumnya didapat dari pedesaan setempat dan sekitarnya (Mubyarto, 1987:14). f. Struktur industri kecil indonesia

berdasarkan eksistensi dinamis-nya.

5. Berdasarkan eksistensi dinamisnya

dan kerajinan rumah tangga indonesia dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Industri lokal

Menggantungkan hidupnya

kepada pasar setempat yang terbatas, serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha sangat kecil dan bersifat sub sistem. Target pemasaran sangat terbatas ,menggunakan sarana transportasi yang sederhana. Pemasaran hasil industrinya

ditangani sendiri maka peranan pedagang perantara kurang menonjol.

b. Industri sentra

Adalah kelompok industri ber-skala kecil, membentuk kawasan produksi dari kumpulan unit usaha produk yang sama atau sejenis. Target pemasarannya lebih luas dari industry lokal, peranan pedagang perantara cukup menonjol.

c. Industri mandiri

Adalah kelompok industri dengan sifat-sifat industri kecil, namun telah menyerap dan mengadaptasi teknologi produksi yang cukup canggih. Pemasaran hasil produksi kelompok ini relative tidak tergantung pada pedagang perantara (Irsan Azhari Saleh, 1991:50).

Berdasarkan definisi dan ciri yang dijelaskan diatas maka industri Krecek dalam penelitian ini termasuk sebagai industri rumah tangga, industri pedesaan yang berbentuk kerajinan rumah tangga, berkategori industri sentra.

B. Produktivitas

Pada hakekatnya produktivitas adalah pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan.Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan perusahaan digolongkan dalam tiga kelompok (Simanjuntak, 1997).a) Menyangkut kualitas dan kemampuan fisik.b) Sarana pendukung c)Supra sarana

(5)

Gambar 1

Konsep peningkatan produktivitas Menurut Terry (1996), Hinrich and John R, (1995).produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara apa yang dihasilkan dengan apa yang dimasukkan. produktivitas rasio antara pengeluaran dengan masukan

Berbagai macam pendekatan

Produktivitas antara lain: pendekatan faktorial (Hinrichs, 1995), pendekatan organisasi (Kopelmen, 1996), pendekatan teknik (Mundell, 1995), pendekatan kualitas (Adam Jr., 1995).

1. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua pengrajn krecek yang ada di kelurahan Segoroyoso,

kabupaten Bantul, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

b. Sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode secara acak sederhana (simple random sampling). Jika ukuran populasi diketahui dengan pasti, maka rumus slovin (1960) dibawah ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang digunakan, yaitu:

Keterangan: N= ukuran sampel N= ukuran populasi

e = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir. Batas kesalahan yang ditolerir: 1%, 2%, 3% atau 10%.

Dalam penelitian ini e = 9% karena keterbatasan penelitian. Maka diperoleh nilai N sebagai berikut:

130= –––––––––– 1 + 130.9%2

= 63,32 = 63

Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 63 pekerja.

2. Metodologi pengumpulan data

a. Metode wawancara

Dengan cara bertanya langsung kepada responden.

b. Metode dokumentasi

Digunakan untuk memperoleh data sekunder seperti arsip, laporan serta surat-surat yang ada.

c. Metode kuesioner

Memberikan daftar pertanyaan kepada para responden.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN Sumber: Simanjuntak, 1985 SUPRA SARANA Kebijakan Pemerintah • Hubungan industrial • Manajemen • KARYAWAN Pendidikan • Pelatihan • Etos kerja • Motivasi kerja • Sikap mental • Fisik • SARANA PENUNJANG LINGKUNGAN KERJA Keselamatan dan • Kesehatan Kerja Sarana Produksi • Tehnologi • SARANA PENUNJANG KESEJAHTERAAN Upah • Jamsostek • Security •

(6)

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul, Yogyakarta.

4. Sumber data a. Data primer

Dari wawancara langsung,

jawaban kuesioner atau

angket yang diberikan kepada responden.

b. Data sekunder

Data terkait berasal dari kantor kelurahan Segoroyoso, BPS dan Dinas Perindustrian.

5. Metode analisis data a. Analisis kualitatif

Yaitu analisis yang didasarkan pada pemikiran secara teori untuk memberikan gambaran mengenai kesesuaian antara kenyataan penelitian dengan teori.

b. Analisis kuantitatif

Bentuk hubungan fungsional antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan penjelas (X). secara matematis hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Y= f (X1,X2,X3,X4)

Dimana:

Y : produktivitas diproksi produksi per orang (Rp)

X1 : usia (tahun)

X2 : tingkat pendidikan (tahun) X3 : pengalaman bekerja (bulan) X4 : jenis kelamin

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah:

Analisis regresi linier berganda

Untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dependen variabel dan independen variabel.

Persamaan regresinya:

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e

Dimana:

Y : produktivitas diproksi produksi per orang (Rp)

a : nilai konstanta b1 : koefisien regresi usia

b2 : koefisien regresi tingkat pendidikan b3 : koefisien regresi pengalam kerja b4 : koefisien regresi jenis kelamin X1: usia (tahun)

X2: tingkat pendidikan X3: pengalaman bekerja (tahun) X4: jenis kelamin

1 = jika laki-laki; 0 = jika perempuan e : faktor pengganggu

b1,b2,b3,b4 : nilai koefisien regresi

Berdasarkan variabel-variabel di atas dan diketahui adanya kesatuan yang berbeda, maka variabel-variabel tersebut harus menggunakan double-logarithmic. Model ini lebih sering digunakan dalam analisis permintaan tetapi juga dapat digunakan untuk bidang produksi. Salah satu keunggulan dari model ini adalah bahwa semua parameter merupakan elastistasnya dari masing-masing variabel. Sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

LnY=a+b1lnX1+b2lnX2+b3lnX3+b4lnX4+e

Dimana:

Ln Y = produksi per orang dalam persen

a = konstanta

Ln X1 = nilai variabel usia dalam persen Ln X2 = nilai variabel tingkat pendidikan dalam

persen

Ln X3 = nilai variabel pengalaman bekerja dalam persen

Ln X4= nilai variabel jenis kelamin dalam persen

e = faktor pengganggu b1,b2,b3,b4 = nilai koefisien regresi

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan model Double Log. Untuk membuktikan hipotesis maka peneliti menggunakan variabel usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan jenis kelamin untuk mendeteksi pengaruh produktivitas tenaga kerja yang dihitung dengan upah dalam waktu perbulan pada industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul.

Adapun spesifikasi model yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ln Y=a+b1lnX1+b2lnX2+b3lnX3+b4lnD+e Dimana:

Ln Y = Produktivitas diproksi dengan produksi per orang

a = konstanta

Ln X1 = nilai variabel usia

Ln X2 = nilai variabel tingkat pendidikan Ln X3 = nilai variabel pengalaman bekerja Ln X4 = n ilai variabel jenis kelamin e = faktor pengganggu b1,b2,b3,b4 = nilai koefisien regresi

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa besarnya konstanta adalah 5,378, koefisien usia pengrajin adalah 0,134, koefisien tingkat pendidikan adalah -0,070, koefisien pengalaman bekerja adalah 0,128 dan koefisien regresi variabel Dummy jenis kelamin pengrajin adalah 0,057.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 5,378 ,096 56,176 ,000 LnX1 ,134 ,063 ,187 2,128 ,038 ,327 ,269 ,181 ,929 1,077 LnX2 -,070 ,062 -,099 -1,124 ,266 ,005 -,146 -,095 ,930 1,076 LnX3 ,128 ,017 ,677 7,687 ,000 ,694 ,710 ,653 ,929 1,077 D ,057 ,019 ,270 3,086 ,003 ,190 ,376 ,262 ,944 1,059

a. Dependent Variabel: LnY

Sumber : hasil regresi dengan SPSS 18.0

Maka model yang dibentuk dalam persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Ln Y = 5,378+0,134X1- 0,070X2 + 0,128X3 + 0,057D

(56,176) (2,128) (-1,124) (7,687) (3,0860)

Persamaan di atas bermakna sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (a)= 5,378. Apabila nilai dari semua variabel bebas yaitu usia pengrajin, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan jenis kelamin pengrajin di daerah obyek penelitian tidak mengalami perubahan atau dianggap konstan maka produktivitas tenaga kerja yang dinilai dengan upah di daerah tersebut sebesar 216,589 yang berasal dari antiln 5,378.

2. Nilai koefisien usia (b1)=0,134. Setiap penambahan 1 persen usia

pengrajin sementara variabel

independen lainnya tetap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja akan meningkat sebesar 0,134 persen.

3. Nilai koefisien tingkat pendidikan (b2)=-0,070. Meskipun tingkat pendidikan naik 1 persen sementara variabel independen lainnya tetap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja menurun sebesar 0,070 persen. Tabel 1

(8)

4. Nilai koefisien pengalaman bekerja (b3)=0,128. Jika pengalaman pengrajin bertambah 1 persen, sementara variabel independen lainnya tetap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja meningkat sebesar 0,128 persen.

5. Nilai koefisien jenis kelamin (b4)=0,057. Setiap penambahan 1 persen pengrajin baik laki-laki ataupun perempuan, sementara variabel independen lainnya tetap, maka tingkat produktivitas tenaga kerja meningkat sebesar 0,057 persen.

A. UJI NORMALITAS

Uji normalitas yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah uji Jarque Bera, Untuk menguji normalitas, dapat digunakan formula Jarque Berra (JB test) sebagai berikut:

S2 (K - 3)2

JB = n ––– + –––––––– 6 24

Dimana:n

n : jumlah sampel yang S : skewnes ( kemencengan) K : kurtosis ( keruncingan) Ketentuan dalam uji normalitas yaitu • Apabila JB ≤ X2 (α,2) berarti Ho

diterima dan data yang diteliti

termasuk dalam data yang

berdistribusi normal.

• Apabila JB ≥ X2(α,2) berarti Ho

ditolak dan data yang diteliti bukan termasuk data yang berdistribusi normal.

Dengan menentukan kriteria

pengujian menggunakan α=0,05, diperoleh nilai X2 (0,005,2) = 5,9915 dan nilai

JB 2,898. Sehingga dapat disimpulkan 2,898 ≤ 5,9915 yang berarti Ho diterima dan data yang diteliti termasuk dalam distribusi normal.

B. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. UJI SECARA INDIVIDU

Untuk mengetahui signifikasi dari masing-masing variabel telah ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

Ho:Ha= 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Ho:Ha≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

kriteria pengujian dalam uji t ini yaitu Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak, berarti tiap-tiap variabel independent secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.

Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima, berarti tiap-tiap variabel independen secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tabel 2

Hasil uji normalitas Descriptive Statistics

N Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error

Unstandardized Residual 63 .397 .302 2.381 .595

Valid N (listwise) 63

(9)

Berdasakan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh tabel 1 maka dapat di interpretasikan sebagai berikut:

a. Usia pengrajin

Dengan menggunakan tingkat

signifikan 5% (α=0,05) dan derajat kebebasan (df)= n-k =63-4 = 59, maka t tabel yang diperoleh sebesar ±1,671. Sedangkan perhitungan pada analisis regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 2,128. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (2,128 > 1,671). Hal ini berarti variabel usia pengrajin mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara usia pengrajin dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.

b. Tingkat pendidikan

Dengan menggunakan tingkat

signifikan 5% (α=0,05) dan derajat kebebasan (df)= n-k =63-4 = 59, maka t tabel yang diperoleh sebesar ±1,671. Sedangkan perhitungan pada analisis regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar -1,124. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (-1,124 < 1,671). Hal ini berarti variabel tingkat pendidikan pengrajin mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan pengrajin dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.

c. Pengalaman bekerja

Dengan menggunakan tingkat

signifikan 5% (α=0,05) dan derajat kebebasan (df)= n-k =63-4 = 59, maka t tabel yang diperoleh sebesar ±1,671. Sedangkan perhitungan pada analisis regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 7,687. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (7,687 > 1,671). Hal

ini berarti variabel pengalaman bekerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara pengalaman bekerja dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.

d. Jenis kelamin pengrajin

Dengan menggunakan tingkat

signifikan 5% (α=0,05) dan derajat kebebasan (df)= n-k =63-4 = 59, maka t tabel yang diperoleh sebesar ±1,671. Sedangkan perhitungan pada analisis regresi berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 3,086. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel (3,086 > 1,671). Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara pengrajin laki-laki dan perempuan terhadap produktivitas tenaga kerja. Dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja sehingga dapat diartikan ada perbedaan produktivitas antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki mampu menghasilkan lebih banyak dibandingkan dengan wanita.

2. UJI KESELURUHAN (UJI F)

Uji F merupakan pengujian variabel independen secara serempak untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Ho:b1=b2=b3=0, berarti secara simultan tidak ada pengaruh yang simultan antara variabel

independen terhadap

variabel dependen

Ho:b1≠b2≠b3≠0, berarti secara simultan ada pengaruh yang simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen kriteria pengujian dalam uji F ini yaitu

(10)

Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak, berarti perubahan variabel independen secara bersama-sama akan mempengaruhi variabel dependen.

Apabila F hitung < F tabel Ho diterima, berarti perubahan variabel independen secara bersama-sama tidak mempngaruhi variabel-variabel dependen.

Dengan berpedoman pada df=n-k-1di peroleh f tabel yaitu sebesar 2,75. sedangkan F hitung sebesar 20,188 dengan taraf signifikasi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel yang nilainya 2,75. Maka Ho di tolak dan akan menerima Ha, dengan demikian dapat disimpulkan variabel usia pengrajin, pengalaman bekerja dan jenis kelamin pengrajin berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek di kelurahan Segoroyoso, kecamatan Pleret, kabupaten Bantul.

C. UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2)

Analisis in dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar pengukuran variabel bebas mampu menjelaskan setiap setiap perubahan variabel terikat. Menurut hasil perhitungan spss adalah sebagai berikut:

Dari hasil regresi dengan me-nggunakan SPSS18.0 dapat diketahui besarnya koefisien detrminasi (R) yaitu sebesar 0,582. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang di gunakan Tabel 3

Hasil uji F ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,385 4 ,096 20,188 ,000a

Residual ,277 58 ,005

Total ,662 62

a. Predictors: (Constant), D, LnX3, LnX2, LnX1 b. Dependent Variabel: LnY

Sumber : hasil regresi dengan SPSS 18.0

Tabel 4 Hasil uji determinan

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2 ChangeSig. F dimension 0 1 ,763a ,582 ,553 ,06906 ,582 20,188 4 58 ,000 1,784

a. Predictors: (Constant), D, LnX3, LnX2, LnX1 b. Dependent Variabel: LnY

(11)

dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 58,2 persen, sedangkan sisanya 41,8 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.

D. UJI ASUMSI KLASIK

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji autokorelasi, uji multikoleniaritas, dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji multikolenieritas

Dalam penelitian ini untuk

mendapatkan terjadi multikolinieritas dengan menggunakan uji Klein yaitu VIF (Variance Infation Factor)

Hipotesis yang digunakan dalam uji multikolenieritas adalah Ho:VIF<10 atau TOLj =1 atau mendekati

1, artinya tidak terdapat multikolenieritas.

Ho:VIF<10 atau TOLj ≠1 atau mendekati 0, artinya terdapat multikolenieritas.

Atau dengan menggunakan pedoman besarnya VIF (Varian Infaction Faktor) dan Toleran suatu model regresi yang bebas multikolenieritas

a. Mempunyai angka VIF disekitar angka 1

b. Mempunyai angka TOL mendekati angka 1

Variabel Dependen Variabel Independen Tol VIF Keterangan

Ln Y

Ln X1 0,93 1,08 Tidak ada multikolenieritas

Ln X2 0,93 1,08 Tidak ada multikolenieritas

Ln X3 0,93 1,08 Tidak ada multikolenieritas

D 0,94 1,06 Tidak ada multikolenieritas

Sumber : hasil regresi dengan SPSS 18.0

Dari Tabel 5 dapat diketahui nilai VIF secara keseluruhan kurang dari 10 dan nilai Tol keseluruhan mendekati angka 1, sehingga dapat disimpulkan hasil regresi ini tidak terdapat multikolenieritas.

2. Uji autokorelasi

Yaitu menguji apakah ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada uji t dan kesalahan pada t-1. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson statistik. Ketentuan dalam uji pengujian Durbin Watson

• Ho ditolak dengan ketentuan bila d≤DL, berarti terdapat autokorelasi positif dalam model

• Ho ditolak dengan ketentuan d≥4-DL, berarti terdapat autokorelasi negatif dalam model

• Ho diterima dengan ketentuan bila Du≤d≤4-Du

• uji Durbin Watson tidak tidak menghasilkan kesimpulan jika DL≤d≤Du atau 4-Du≤d≤4-DL

Untuk menguji penyakit asumsi ini maka terlebih dahulu ditentukan nilai kritis Du dan Dl berdasarkan jumlah observasi dari variabel independen. Dari hasil penelitian dengan menggunakan SPSS 18.0 diperoleh Dw 1,784 dengan menggunakan signifikan α=5% dan k=4 dengan jumlah sampel 63 maka diperoleh nilai durbin lower (dl)= 1,471 Tabel 5

(12)

dan 4-dl=2,529, durbin upper (du)=1,731 dan 4-du=2,269. Pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson menghasilkan 1,731≤1,784≤2,269, yang berarti Ho diterima.

3. Uji heteroskedastisitas

Ketentuan dalam uji heteroske-dastisitas yaitu

• Apabila (Sig. (2-tailed)) ≥ α (5%) berarti dalam penelitian tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi linier.

• Apabila (Sig. (2-tailed)) ≤ α (5%) berarti dalam penelitian terdapat heteroskedastisitas pada model regresi linier.

Berdasarkan tabel 6. pada kolom residual dapat dilihat bahwa nilai signifikan (Sig. (2-tailed)) masing masing variabel independen di atas 5% sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat Heteroskedastisitas pada model regresi linier.

Correlations

usia pendidikan pengalaman JK Residual

Spearman’s rho usia Correlation Coefficient 1.000 -.129 .307 * -.122 .016 Sig. (2-tailed) . .313 .015 .342 .900 N 63 63 63 63 63 pendidikan Correlation Coefficient -.129 1.000 .124 .251 * .171 Sig. (2-tailed) .313 . .332 .047 .180 N 63 63 63 63 63 pengalaman Correlation Coefficient .307 * .124 1.000 -.015 .057 Sig. (2-tailed) .015 .332 . .910 .655 N 63 63 63 63 63 JK Correlation Coefficient -.122 .251 * -.015 1.000 .134 Sig. (2-tailed) .342 .047 .910 . .294 N 63 63 63 63 63 Residual Correlation Coefficient .016 .171 .057 .134 1.000 Sig. (2-tailed) .900 .180 .655 .294 . N 63 63 63 63 63

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

KESIMPULAN DAN REKOMEN-DASI

1. Kesimpulan a. Usia pengrajin

Pada variabel usia pengrajin terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek. Usia muda mencerminkan fisik yang kuat sehingga mampu bekerja cepat sehingga output yang di hasilkan juga meningkat, dan sebaliknya

b. Tingkat pendidikan

Pada variabel tingkat pendidikan terdapat pengaruh yang tidak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri rumah tangga krecek. Pelatihan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produktivitas yang baik.

c. Pengalaman pengrajin

Pada variabel pengalaman bekerja terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Tabel 6

(13)

produktivitas tenaga kerja karena akan menjadi lebih telaten dan berkualitas. Semakin banyak pengalaman upah ataupun pendapatan juga meningkat.

d. Jenis kelamin pengrajin

Pada variabel jenis kelamin terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenga kerja. Pada jenis kelamin pria umumnya tingkat produktivitas lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari beberapa variabel: usia, pengalaman, jenis kelamin berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja sedangkan pada variabel tingkat pendidikan tidak signifikan dalam mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di sektor industri rumah tangga Krecek di Kalurahan Segoroyoso Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.

2. Rekomendasi

Menggunakan bahan baku yang se-efisien mungkin dengan modal yang minimal dan menghasilkan produksi yang se-maksimal mungkin.

Dengan adanya signifikansi variabel usia, pendidikan, pengalaman bekerja dan jenis kelamin pengrajin maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pada tenaga kerja industri rumah tangga krecek.

Dengan ketatnya persaingan di pasar, persaingan yang sehat menunjukkan kualitas yang lebih baik dan memanfaatkan pengalaman yang telah didapatkannya.

Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan propinsi DIY harus benar-benar dan mampu menangani setiap permasalahan yang ada, misalnya dengan pemberian modal usaha, perluasan daerah pemasaran dan

penyediaan sarana dan prasarana bagi pengrajin.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 1997. Statistik Indonesia 1996. Jakarta. Djarwanto, Ps., dan Subagyo., P. 2000,

Statistik Induktif, BPFE, Yogyakarta.

Hansen dan Moven., 2000, Akuntansi Manajemen (terjemahan), Jilid 2, edisi 4., Jakarta, Erlangga Hill, H. 1990. Indonesia Industrial

Transformation Part I. Bulletin of Indonesian Eco-nomics Studies. Vol.26, No. 2. Agustus, pp. 75-120.

Indrawati dan Richard Von Llewelyn.

1999. Pengujian Model

Regresi untuk Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja: Kasus Industri Kecil di Jawa Tengah. Akses online Juni 2011 website: http://

puslit.petra.ac.id/ journals/

management/

Mubyarto., 1984, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta. Nurdin, Kaimudin., 1999, Pengaruh

sistem pengupahan terhadap produktivitas Kerja karyawan produksi (studi Kasus di Perusahaan rokok Retjo Pen-tung Tulungagung), Disertasi, Universitas Merdeka Malang, Tidak dipublikasikan.

Saleh, Irsan Azhari, 1986, Industri

Kecil Sebuah Tinjauan

dan Perbandingan, LP3ES, Jakarta.

(14)

Simanjuntak. J.P., 1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Soeratno dan Lincolin Arsyad. 1993. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Yog-yakarta: UPP AMP YKPN.

Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Mana-jemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan. Jember: Graha Ilmu.

Gambar

Tabel 2 Hasil uji normalitas Descriptive Statistics
Tabel 3 Hasil uji F

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, kegiatan PPL dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang diawali dengan observasi kelas, proses pengidentifikasian lingkungan belajar dan

Hasil temuan ini juga dapat menjelaskan bahwa semakin baik ketarampilan manajerial kepala sekolah yang didukung dengan motivasi kerja para guru yang tinggi, maka

Warna tangkai daun tua : Bagian atas hijau kekuningan dengan becak merah ungu di bagian pangkal bagian bawah hijau kekuningan dengan becak merah ungu di bagian pangkal Warna batang

miss-communication. Jika proses ini tetap dijalankan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dimana pelayanan pemerintah yang lamban terhadap masalah kebersihan

ini adalah untuk menganalisis pengaruh kelemahan sistem pengendalian intern.. dan temuan kepatuhan secara parsial dan simultan terhadap opini audit atas. laporan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Selain itu, dalam drama serial &#34;PATRIOT&#34; menunjukkan bahwa di kehidupan nyata ini ada sosok-sosok patriot dengan karakter positif yang bisa ditiru dan

Dalam frase ini verba intransitif tipe modifikatif sebagai hulu dan diikuti oleh adverbial sebagai tambahan, karena hulu sebagai pusat atau inti dalam frase