• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR AGRONOMI PEMBIAKAN VEGETATIF.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DASAR AGRONOMI PEMBIAKAN VEGETATIF.doc"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

.ACARA VI

PEMBIAKAN VEGETATIF

A.

PENDAHULUAN

A.1 LATAR BELAKANG

Metode dalam memperbanyak tanaman sangat banyak macamnya. Mulai dari yang sedehana sampai yang rumit. Perbanyakan tanaman bisa digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

1. Perbanyakan secara vegetatif. 2. Perbanyakan secara generatif.

3. Perbanyakan secara vegetatif – generatif.

Dalam perbanyakan tanaman secara generatif, bahan yang digunakan adalah biji. Akan tetapi, tanaman baru yang berasal dari biji bersifat sering menyimpang dari induknya. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada perbanyakan generatif ini, maka orang mulai memindahkan perhatiannya pada perbanyakan secara vegetatif.

Pembiakan dapat terjadi secara alamiah maupun dibuat oleh manusia. Banyak cara pembiakan vegetatif dilakukan. Pemilihan cara ini tergantung pada jenis tanaman dan tujuan dari pembiakannya.

Reproduksi juga dikenal dengan reproduksi aseksual dan perkembangan atau perbanyakan vegetatif. Reproduksi vegetatif dapat terjadi secara alami dan juga dilakukan secara buatan manusia. Perkembangbiakan tanaman secara buatan pada umumnya dapat dilakukan dengan memisahkan sebagian dari tubuh tanaman induk, maka bagian itu dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Bila tanaman dikembangkan maka akar atau kuncup liar yaitu akar atau kuncup yang tumbuh dari tempat yang tidak tumbuh biasanya berkembang.

(2)

A.2 TUJUAN

Untuk mempelajari berbagai macam pembiakan vegetatif pada berbagai tanaman.

A.3 TEORI DASAR

Perbanyakan tanaman secara generatif-vegetatif adalah perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan generatif yaitu dengan pesemaian biji, kemudian setelah tumbuh menjadi bibit tanaman tersebut disambung atau diokulasi dengan tanaman yang kita kehendaki. Kedua tanaman yang disatukan masing-masing mempunyai keunggulan.

Pembiakan secara vegetatif mempunyai beberapa kebaikan, antara lain: 1. Sifat dalam yang baik dapat diturunkan pada tanaman yang baru. 2. Dapat dilakukan pada tanaman yang tidak dapat menghasilkan biji. 3. Cepat menghasilkan buah.

4. Biaya yang diperlukan lebih murah.

5. Dapat dipakai untuk menggabungkan sifat-sifat yang baik dari perakaran dan batang dari suatu tanaman, yaitu dengan cara okulasi dan enten.

Maksud dan tujuan dari pembibitan vegetatif ini ialah:

1. Mendapatkan tanaman-tanaman yang serupa dengan induknya (mempertahankan sifat induknya).

2. Memperbaiki sifat tanaman, misalnya resistensinya terhadap penyakit akar (pada enten dan okulasi)

3. Cepat berbuah (mempergenjah)

4. Mendapatkan tanaman yang pendek (drawfing)

Ada beberapa cara yang telah dilakukan dalam pembibitan vegetatif, diantaranya ialah:

1. Dengan umbi, misalnya kentang, bawang merah, bawang putih, gladiol, dahlia dan lain sebagainya.

2. Dengan tunas samping (anakan) seperti pada bawang daun, pisang, nanas, dan tunas sulur (runner) seperti pada arbei.

(3)

3. Dengan cangkokan, misalnya jambu air, mangga dan lain-lain.

4. Dengan stek, misalnya pada kobis tunas, cocor bebek, mawar liar dan lain-lain.

5. Dengan penyambungan (enten dan okulasi), dengan maksud memperbaiki sifat tanaman, misalnya pada rambutan, alpokat, tomat dan lain-lain.

6. Dengan perundukan (layering) misalnya pada apel liar, arbin, dan lain-lain.

7. Dengan kultur meristem dan kultur jaringan.

Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan stek. Stek adalah potongan daun atau batang yang mempunyai satu mata atau lebih. Salah satu mata tersebut diharapkan mampu membentuk batang. Perbanyakan secara stek dapat dilakukan dengan cara stek batang, stek mata, stek daun dan stek akar.

Okulasi sering disebut juga dengan menempel, oculatie (Belanda) atau

budding (Inggris). Perbanyakan tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan

jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik daripada induknya. Okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai buah lezat diambil matanya untuk ditempelkan pada batang pokok dan juga dikenal dengan sebutan batang bawah.

A.4 TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan. Bahan yang digunakan adalah hasil perkawinan antara tepung sari (bunga jantan) dan kepala putik (bunga betina). Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan mengambil bagian dari tanaman, misalnya batang, daun, umbi, spora dan lain-lain. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan mulai dari cara yang paling sederhana seperti stek, cangkok,

(4)

merumduk, dan lain-lain, hingga yang paling rumit misalnya perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan. Perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan ini memerlukan kecermatan dan ketelitian tinggi dan harus dilakukan di laboratorium dalam keadaan steril (Widarto, 1996).

Tujuan utama dari pembiakan tanaman secara vegetatif adalah untuk mencapai pertambahan jumlah dan untuk memelihara sifat-sifat penting dari tanaman. Pembiakan aseksual, dasar-dasar dari pembiakan vegetatif, memungkinkan tanaman memulihkan dirinya dengan regenerasi jaringan-jaringan dan bagian yang hilang. (Harjadi : 1979).

Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetatif antara lain, bahan-bahan heterosigous dapat dilestarikan tanpa pengubahan, pembiakan vegetatif lebih mudah dan lebih cepat dilaksanakan. Pembiakan vegetatif dapat digunakan untuk melestarikan klon-klon yang tak berbiji (Harjadi, 1979).

Pembibitan secara vegetatif ini hanya dilakukan pada tanaman-tanaman yang sulit diperbanyak dengan biji, dan kalau dapat mangadakan pemisahan sifat sebagai akibat sifatnya yang menyerbuk silang, misalnya kentang, bawang, rambutan dan lain sebagainya.

Stek adalah mengusahakan perakaran dari bagian-bagian tanaman (cabang, daun atau akar) yang mengandung mata tunas dengan memotong dari induknya untuk ditanam. Pada umumnya sebelum ditanam stek-stek ini disemaikan dulu pada medium stek yang terdiri dari campuran pasir dan sekam dengan perbandingan 3:1.

Cara menyemaikan stek batang adalah sebagai berikut: 1. Cabang pilihan dipotong sepanjang 10 – 15 cm.

2. Beberapa daun disisakan untuk merangsang pertumbuhan akar, dapat 2 lembar daun utuh atau 4 lembar daun yang dipotong dan ditinggalkan separuhnya.

3. Pangkal batang stek dimasukkan ke dalam bubuk atau cairan perangsang pertumbuhan akar.

(5)

4. Batang-batang setelah disemaikan dalam pot atau kantung plastik lalu diselubungi plastik bening atau dapat juga pot-pot itu dimasukan ke dalam kotak kayu yang berpenutup kaca bening.

5. Dalam waktu 2 – 4 minggu kemudian umumnya tanaman telah berakar. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya tunas baru atau apabila tanaman dicabut, media akan terikut.

B.

BAHAN DAN ALAT

B.1 BAHAN

1. Bahan tanaman (tanaman durian, lada rambat dan lada perdu). 2. Pasir atau tanah.

3. Rotoone F 4. Air 5. Pupuk kandang B.2 ALAT 1. Polybag 2. Alat penyiram 3. Plastik pembungkus 4. Pisau atau silet 5. Tali rafia 6. Penggaris

7. Gunting pangkas 8. Kertas label 9. Karet gelang

(6)

C.

PROSEDUR KERJA

1. Stek Nilam.

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Tanah dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1, kemudian masukan kedalam 45 polybag.

c. Tanah tanpa pupuk kandang dimasukkan kedalam 45 polybag.

d. Pada tanaman nilam, dipotong dari 2 ruas untuk distek, kemudian bagian ujung yang akan ditanam dalam tanah, direndam pada perlakuan yaitu: dalam larutan hormon Rootone F (auksin) 30 batang dan air kelapa 30 batang selama ± 5 menit.

e. Tanam cabang nilam yang akan distek pada media tanah tanpa pupuk dan dengan pupuk yang telah disiapkan.

2. Stek Lada.

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Tanah dimasukan kedalam 60 polybag.

c. Pada tanaman lada perdu, dipotong dari cabang buah atau sekunder atau tersier 2 ruas untuk distek, kemudian bagian ujung yang akan ditanam dalam tanah, direndam dalam larutan hormon Rootone F (auksin) sebanyak 15 dan air kelapa sebanyak 15 ± 5 menit.

d. Pada tanaman lada rambat, dipotong pada bagian cabang yang akan digunakan kemudian bagian ujung yang akan ditanam dalam tanah, direndam dalam larutan hormon Rootone F (auksin) sebanyak 15 dan air kelapa sebanyak 15 ± 5 menit dan disisihkan 2 – 3 daun.

e. Tanam cabang lada perdu dan lada rambat yang akan distek pada tanah yang telah disiapkan.

(7)

3. Okulasi Durian.

a. Bahan dan alat disiapkan.

b. Siapkan tanaman yang akan dijadikan batang bawah. c. Siapkan tanaman yang akan dijadikan calon batang atas.

d. Pada tanaman durian yang akan diokulasi (batang bawah), batangnya dikerat sampai pembuluh tapis tampak, selebar ± 0,5 – 1 cm dengan panjang ± 2 cm.

e. Ambil pucuk entris dari tanaman batang atas yang ada mata tunasnya.

f. Selipkan mata entris pada bagian ujung lidah yang tersisa pada batang bawah yang dikerat.

g. Seluruh bidang tempelan tersebut dibungkus dengan cara melilitkan pita plastik.

h. Setelah dililitkan dengan pita plastik, batang ditutup dengan plastik (dibuat seperti payung) agar batang yang diokulasi terlindungi.

i. Periksa keberhasilan okulasi 15 – 21 hari setelah penempelan dengan membuka pita plastik pengikat. Jika entris berwarna hijau bila dikorek dengan kuku, menandakan okulasi berhasil.

D.

HASIL PENGAMATAN

1. Nilam

Perlakuan (tanpa pupuk)M1 (pupuk kandang)M2 (non ZPT)P1 (air kelapa)P2 (Rootone F)P3 Pertambahan tunas (bh) 2,54 d 2,34 d 1,98 b 2,5 b 2,58 a Persen hidup (%) 80,3 d 85,56 e 77,78 b 81,58 b 89,42 a Panjang akar (cm) 9,06 d 7,93 d 9,8 a 7,34 a 8,29 a Jumlah akar 6,40 d 6,36 d 7,14 a 5,26 b 6,73 ab

(8)

(bh) Saat tumbuh tunas (hari) 6,43 d 7,33 d 7,15 a 6,36 a 7,11 a Panjang tunas (cm) 2,41 d 2,40 d 2,45 a 2,32 a 2,44 a 2. Lada

Lada Rambat dengan Rootone F Lada

Ke-Jumlah tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 - - - 1 1 1 2 2 3 2 2 3 2 - - - 1 2 2 3 2 3 2 1 3 - - - 1 1 - - 2 - 3 2 - 1 - 1 4 - - - 1 2 - 1 2 - 1 2 - 1 5 - - - 1 - 2 1 3 2 1 - 1 2 6 Mati 7 Mati 8 - - - 1 2 2 1 - 1 2 2 1 9 - - - 1 - 2 1 2 3 2 1 1 2 10 Mati 11 - - - 1 2 1 - 1 2 2 3 2 12 Mati 13 Mati 14 - - - 1 - - 2 2 1 - 1 2 2 15 Mati

Persentase tumbuh = Jumlah tanaman hidup x 100% = 9 x 100% = 60% Jumlah tanaman semua 15

Lada Rambat tanpa Rootone F Lada

Ke-Jumlah tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Mati 2 Mati 3 - - - 1 - 2 1 1 2 2 3 2 2 4 - - - 1 1 2 2 2 1 2 2 1 5 - - - 1 - 2 2 1 1 2 2 3 2 6 - - - 1 - - 1 2 2 - 1 - 2 2 1 7 Mati 8 - - - 1 - 2 2 1 1 - 2 1 1 9 - - - 1 - - 2 - 1 - - 2 2 10 Mati 11 - - - 1 2 - - 1 2 2 - 1 12 Mati 13 - - - 1 - - 2 2 1 - 1 -

(9)

-14 Mati

15 - - - 2 - - 1 - 1 1 2 2 1

Persentase tumbuh = Jumlah tanaman hidup x 100% = 9 x 100% = 60% Jumlah tanaman semua 15

Lada Perdu dengan Rootone F Lada

Ke-Jumlah tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Mati 2 Mati 3 - - - - 1 1 1 2 2 1 - - 1 2 2 4 - - - 1 1 2 2 1 1 - 2 1 5 - - - 2 2 1 - - 1 2 2 6 Mati 7 - - - 1 - - 1 2 2 1 1 - -8 - - - 1 1 2 2 3 2 1 1 -9 Mati 10 - - - 1 1 - - 2 2 1 1 -11 Mati 12 - - - - 1 - - 1 2 2 1 - - 1 1 13 Mati 14 Mati 15 - - - 1 - - 2 2 1 - 1 - 1

Persentase tumbuh = Jumlah tanaman hidup x 100% = 8 x 100% = 53,33% Jumlah tanaman semua 15

Lada Perdu tanpa Rootone F Lada

Ke-Jumlah tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 - - - 1 - - 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 Mati 3 Mati 4 - - - 1 1 1 - 2 2 1 - 2 1 5 - - - - 1 1 - - 2 1 - 1 1 2 1 6 - - - 2 - - 1 - - 1 - 2 1 7 Mati 8 - - - 1 - - 1 - 2 2 - -9 - - - 1 1 1 - - 2 2 - -10 Mati 11 - - - 1 1 2 1 - 1 2 2 1 12 - - - 1 - - 1 - 2 2 - 1 1 2 2 13 Mati 14 - - - - 1 - - 2 1 1 2 2 1 1 1 15 Mati

(10)

Persentase tumbuh = Jumlah tanaman hidup x 100% = 9 x 100% = 60% Jumlah tanaman semua 15

Lada Rambat tanpa Rootone F Lada

Ke-Panjang tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Mati 2 Mati 3 - - - 0,3 - 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 4 - - - 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 5 - - - 0,3 - 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 6 - - - 0,2 0,3 0,3 - 0,3 - 0,4 0,5 0,5 7 Mati 8 - - - 0,2 - 0,3 0,3 0,4 0,4 - 0,5 0,5 0,5 9 - - - 0,3 - - 0,3 - 0,4 - - 0,5 0,5 10 Mati 11 - - - 0,3 0,3 - - 0,4 0,4 0,4 - 0,5 12 Mati 13 - - - 0,2 - - 0,3 0,3 0,4 - 0,5 - -14 Mati 15 - - - 0,3 - - 0,4 - 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5

Lada Rambat dengan Rootone F Lada

Ke-Panjang tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 - - - 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 2 - - - 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 3 - - - 0,2 0,2 - - 0,4 - 0,4 0,4 - 0,5 - 0,5 4 - - - 0,3 0,3 - 0,3 0,4 - 0,4 0,4 - 0,5 5 - - - 0,3 - 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 - 0,5 0,5 6 Mati 7 Mati 8 - - - 0,3 0,3 0,4 0,4 - 0,4 0,5 0,5 0,5 9 - - - 0,3 - 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 10 Mati 11 - - - 0,4 0,4 0,5 - 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 12 Mati 13 Mati 14 - - - 0,3 - - 0,5 0,5 0,5 - 0,6 0,6 0,6 15 Mati

(11)

Lada Perdu tanpa Rootone F Lada

Ke-Panjang tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 - - - 0,3 - - 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,6 2 Mati 3 Mati 4 - - - 0,3 0,3 0,4 - 0,4 0,4 0,4 - 0,5 0,5 5 - - - - 0,4 0,4 - - 0,4 0,4 - 0,5 0,5 0,6 0,6 6 - - - 0,3 - - 0,4 - - 0,6 - 0,6 0,6 7 Mati 8 - - - 0,4 - - 0,4 - 0,4 0,5 - -9 - - - 0,4 0,4 0,4 - - 0,5 0,5 - -10 Mati 11 - - - 0,3 0,3 0,4 0,4 - 0,5 0,5 0,6 0,6 12 - - - 0,2 - - 0,3 - 0,3 0,4 - 0,4 0,5 0,5 0,5 13 Mati 14 - - - - 0,3 - - 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 15 Mati

Lada Perdu dengan Rootone F Lada

Ke-Panjang tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Mati 2 Mati 3 - - - - 0,6 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6 - - 0,6 0,7 0,7 4 - - - 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,5 - 0,6 0,6 5 - - - 0,3 0,3 0,3 - - 0,3 0,3 0,4 6 Mati 7 - - - 0,5 - - 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 - -8 - - - 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 -9 Mati 10 - - - 0,5 0,5 - - 0,6 0,6 0,6 0,6 -11 Mati 12 - - - - 0,4 - - 0,5 0,5 0,5 0,5 - - 0,6 0,6 13 Mati 14 Mati 15 - - - 0,5 - - 0,5 0,5 0,5 - 0,6 - 0,7

(12)

Lada Rambat dengan Rootone F Lada

Ke-Saat kemunculan tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 - - -          2 - - -         3 - - -   - -  -   -  -  4 - - -   -   -   -  5 - - -  -      -   6 Mati 7 Mati 8 - - -     -     9 - - -  -         10 Mati 11 - - -    -      12 Mati 13 Mati 14 - - -  - -    -    15 Mati

Lada Rambat tanpa Rootone F Lada

Ke-Saat kemunculan tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Mati 2 Mati 3 - - -  -         4 - - -          5 - - -  -         6 - - -  - -    -  -    7 Mati 8 - - -  -     -    9 - - -  - -  -  - -   10 Mati 11 - - -   - -    -  12 Mati 13 - - -  - -    -  - -14 Mati 15 - - -  - -  -     

(13)

Lada Perdu dengan Rootone F Lada

Ke-Saat kemunculan tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Mati 2 Mati 3 - - - -       - -    4 - - -       -   5 - - -    - -    6 Mati 7 - - -  - -      - -8 - - -         -9 Mati 10 - - -   - -     -11 Mati 12 - - - -  - -     - -   13 Mati 14 Mati 15 - - -  - -    -  - 

Lada Perdu tanpa Rootone F Lada

Ke-Saat kemunculan tunas pada pengamatan

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 - - -  - -          2 Mati 3 Mati 4 - - -    -    -   5 - - - -   - -   -     6 - - -  - -  - -  -   7 Mati 8 - - -  - -  -   - -9 - - -    - -   - -10 Mati 11 - - -     -     12 - - -  -   -     13 Mati

(14)

14 - - - -  - -         15 Mati

Panjang Akar Tanaman Lada

No Perdu / RambatJenis Lada Perlakuan

Rootone F Tanpa Rootone F 1 Perdu 1). 8 cm 2). 7 cm 3). 8,5 cm 1). 8 cm 2). 7,5 cm 3). 6,8 cm 2 Rambat 1). 8,2 cm 2). 7,6 cm 3). 8 cm 1). 8,5 cm 2). 7,8 cm 3). 7,2 cm 3. Okulasi.

a). Pengamatan I (pertama).

Tanaman Perlakuan ∑ Tanaman yang dibuat ∑ Tanaman yang berhasil

Durian Okulasi 5

-Prosentase keberhasilan okulasi tanaman durian :

= 100% dibuat yang Tanaman berhasil yang Tanaman x   = 100% 0% 5 0  x

E.

PEMBAHASAN

1. Stek

Stek adalah perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. (Wudianto : 1992). Bahan untuk membuat stek hanya sedikit, tetapi mampu memperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Selain itu, tanaman yang dihasilkan mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan telah mempunyai akar, batang dan daun dalam waktu yang relatif singkat.

(15)

Nilam adalah jenis tanaman berakar serabut, mempunyai panjang akar sekitar 10-35 cm dan kedalaman akar antara 10-30 cm. Tanaman nilam cukup peka terhadap kebutuhan air, maka faktor musim akan sangat menentukan berhasil-tidaknya mengusahakan tanaman ini. Oleh karena itu, waktu tanam diusahakan pada musim hujan. Penanaman yang terlalu dangkal akan menyebabkan tanaman mudah roboh. Oleh karena itu, stek bibit yang masuk tanah paling tidak dua buku.

Dari hasil perhitungan nilam dengan menggunakan costat atau metode statistik (metode Duncan pada taraf 5%) didapatkan:

1) Pertambahan tunas pada media tanpa pupuk dan dengan pupuk kandang tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh.

2) Pertambahan tunas pada perlakuan menggunakan non ZPT, air kelapa dan Rootone F menunjukkan perbedaan yang nyata, didapat hasil yang paling bagus yaitu pada perlakuan dengan menggunakan Rootone F yaitu 2,85; kedua dengan air kelapa 2,5 dan ketiga dengan non ZPT 1,98

3) Persen hidup pada media tanpa pupuk dan dengan pupuk kandang berbeda nyata atau memberikan pengaruh, didapat hasil yang paling bagus yaitu pada media pupuk kandang 85,56 sedangkan media tanpa pupuk 80,3.

4) Persen hidup pada perlakuan menggunakan non ZPT, air kelapa dan Rootone F menunjukkan perbedaan yang nyata, didapat hasil yang paling bagus yaitu pada perlakuan dengan menggunakan Rootone F yaitu 89,42; kedua dengan air kelapa 81,58 dan ketiga dengan non ZPT 77,78

5) Panjang akar pada media tanpa pupuk dan dengan pupuk kandang tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh.

6) Panjang akar pada perlakuan menggunakan non ZPT, air kelapa dan Rootone F tidak ada perbedaan yang nyata.

7) Jumlah akar pada media tanpa pupuk dan dengan pupuk kandang tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh.

8) Jumlah akar pada perlakuan menggunakan non ZPT, air kelapa dan Rootone F menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, didapat hasil yang

(16)

paling bagus yaitu pada perlakuan dengan menggunakan non ZPT yaitu 7,14; kedua dengan Rootone F 6,73 dan ketiga dengan air kelapa 5,26

9) Saat tumbuh tunas pada media tanpa pupuk dan dengan pupuk kandang tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh.

10) Saat tumbuh tunas pada perlakuan menggunakan non ZPT, air kelapa dan Rootone F tidak ada perbedaan yang nyata.

11) Panjang tunas pada media tanpa pupuk dan dengan pupuk kandang tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh.

12) Panjang tunas tunas pada perlakuan menggunakan non ZPT, air kelapa dan Rootone F tidak ada perbedaan yang nyata.

Lada

Stek yang dilakukan pada praktikum adalah stek pada tanaman lada perdu dan lada rambat. Ciri-ciri dari lada perdu adalah ruas lebih panjang, akarnya berjumlah sedikit dan mempunyai tunas yang berwarna hijau. Adapun ciri-ciri lada rambat adalah ruas lebih pendek, jumlah akar lebih banyak serta warna dari tunas adalah keunguan. (AAK : 1988).

Pada stek batang, batang yang dipilih harus berwarna kehijauan sebab mengandung nitrogen dan karbohidrat yang tinggi sehingga dapat mempercepat proses terbentuknya akar. Sedangkan pemotongan stek, sebaiknya dilakukan di dalam air agar jaringan pembuluh pada stek yang baru dipotong terisi oleh air sehingga memudahkan penyerapan zat makanan.

Untuk mempercepat pertumbuhan akar pada teknik pembiakan vegetatif dengan stek, dapat dibantu dengan menggunakan ZPT. Rootone F merupakan ZPT yang berbentuk tepung. Tetapi, ZPT yang digunakan dalam praktikum berbentuk cairan Rootone F. Perlakuan dengan Rootone F pada lada perdu dengan tanaman disungkup memberikan 53,33 % keberhasilan, hal ini dapat dilihat adanya tunas berwarna merah di atas ruas batang dengan panjang akar 8,5 cm. Pada tanaman lada rambat dengan perlakuan menggunakan Rootone F menghasilkan 60% tumbuh, panjang akar yang dihasilkan 8 cm. Perlakuan tanpa Rootone F pada lada perdu dengan tanaman disungkup memberikan 60 % keberhasilan, dengan panjang akar 6,8 cm. Pada tanaman lada rambat dengan perlakuan tanpa Rootone

(17)

F menghasilkan 60% tumbuh, panjang akar yang dihasilkan 7,2 cm.

Perbedaan antara perlakuan tanaman yang disungkup dan yang tidak disungkup disebabkan oleh peranan dari daun. Daun akan melakukan proses asimilasi dan hasil asimilasi dapat mempercepat pertumbuhan akar. Tetapi jumlah daun yang terlalu banyak justru akan menghambat pertumbuhan akar stek, sebab daun juga melakukan proses penguapan yang cukup besar. Dengan adanya sungkup, proses penguapan dapat dikurangi.

Pada stek yang tidak berhasil dapat diketahui dengan tidak keluarnya tunas, walaupun sudah diusahakan adanya tambahan perlakuan seperti pemberian Rootone F, kemungkinan karena kurang baik atau kurang lancarnya aktivitas meristem apikal, sebab pada meristem apikal primordia daun akan terbentuk dan banyak rangsangan hormonal yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan semua bagian tanaman berikutnya. Selain itu, ada kemungkinan udara masuk ke dalam jaringan pembuluh, sehingga penyerapan air dan zat-zat makanan akan dipersulit atau dihalangi oleh adanya rongga udara tersebut.

2. Okulasi

Okulasi sering juga disebut dengan menempel. Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya ialah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik daripada induknya. Bermacam-macam jenis buah-buahan yang bisa diokulasi. Jenis tanaman seperti jeruk, alpukat, rambutan, durian, jambu biji dan mangga sangat mudah diokulasi dengan baik.

Secara garis besar, pekerjaan okulasi terdiri dari atas pengirisan batang pokok, pengambilan dan penyisipan mata, pengikatan tempelan, pelepasan ikatan dan pemotongan batang pokok.

1. Mengiris batang pokok.

Irisan pada batang pokok dapat dibuat dengan bentuk huruf T. Irisan dibuat pada bagian kulit yang halus kurang lebih pada batang 20 cm di atas permukaan tanah dan dengan kedalaman irisan setebal kulit batang.

(18)

2. Mengambil mata.

Pengambilan mata dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu segi empat, sayatan dan bulatan. Bentuk segi empat dapat diperoleh dengan mengiris secara horisontal 1,5 cm di atas dan di bawah mata, kemudian ujung-ujungnya kita hubungkan sehingga membentuk segi empat.

Jika cara pengambilan bentuk segi empat sulit dilakukan maka kita dapat membentuk bentuk sayatan. Panjang sayatan sekitar 3 cm dan mata tunas terletak di tengah-tengah sayatan. Jika dalam penyayatan terikut kayunya, maka kayu tersebut harus dibuang dengan hati-hati agar kambiumnya tidak terpegang. Dalam hal ini yang dipegang adalah tepinya sehingga kambiumnya tidak rusak.

3. Penyisipan mata tunas.

Mata tunas yang kita peroleh kita sisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah kita iris tadi. Dalam penyisipan atau penempelan, mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempal pada kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan.

4. Mengikat tempelan.

Cara megikat tempelan dapat menggunakan pita plastik polivinil klorida. Ukuran dari pita plastik yang digunakan umumnya panjang 20 cm, lebar 1,5 cm dan tebalnya 0,1 mm. Cara mengikat adalah sebagai berikut : Ikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistem genting. Hal yang perlu diperhatikan mata tempelan jangan diikat terlalu erat sehingga akan mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan. Mata ini dapat saja tidak diikat, tetapi bahayanya bila kena hujan dapat membusuk.

5. Membuka sayatan.

Setelah dua minggu dari waktu pengikatan perlu dilakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lalu mata tempelnya dilihat. Apabila warna mata tempelan itu berwarna

(19)

hijau-kemerahan atau hitam berarti tidak berhasil atau mata tempelannya telah mati. Tetapi, jika mata tempelan masih kelihatan hijau-segar dan sudah melekat dengan batang pokok, ini pertanda bila okulasi berhasil.

6. Memotong batang pokok.

Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, langkah selanjutnya adalah memotong batang pokok. Cara mengambil mata tunas untuk okulasi. Mata tunas biasanya terletak pada ketiak daun.

Pada saat kulit bawah maupun batang dikelupas dari kayunya berarti sel dalam kambium sedang membelah secara aktif. Pada tahap inilah okulasi dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi mudah atau sulitnya pelepasan kulit kayu adalah curah hujan, pengairan, ketinggian tempat dan lain sebagainya. Pada saat curah hujan tinggi atau pengairan yang cukup, pada umumnya tanaman mudah dilepas kayunya.

Hasil okulasi yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah tidak berhasil. Hal ini dapat diamati dari mata entris yang berwarna cokelat dan sudah menjamur. Kemungkinan penyebab terjadinya ialah berasal dari mata tunas, sebab pokok keberhasilan dalam okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Dalam penempelan atau penyisipan mata tunas, diusahakan jangan sampai ada kotoran yang menempel pada kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan.

Kemungkinan kedua adalah dalam membuat irisan. Irisan tidak boleh terlalu dalam, diusahakan setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dapat melukai bagian kayunya sehingga mengakibatkan kegagalan okulasi. (Wudianto :

1992).

Perlu diketahui pula, bahwa dalam membuat irisan dilakukan pada batang dengan tinggi ± 20 cm di atas permukaan tanah. Tindakan ini dilakukan untuk menghindari tempelan irisan dari percikan air dari tanah pada waktu hujan atau disiram.

(20)

F.

KESIMPULAN

1. Pembiakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek, menempel (okulasi), penyambungan dan cangkok.

2. Stek mampu menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak dan mempunyai persamaan umur, ukuran tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta dalam waktu singkat mampu menumbuhkan akar, batang dan daun.

3. Pada stek nilam yang paling bagus adalah dengan menggunakan perlakuan dengan rootone F, media tanah tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi pertumbuhan tanaman.

4. Stek lada yang paling bagus adalah dengan perlakuan rootone F, ditandakan dengan panjang akar.

5. Okulasi dapat dilakukan dengan baik yaitu pada saat kulit batang bawah maupun atas mudah dikelupas dari kayunya.

6. Inti keberhasilan dalam okulasi adalah pada saat penyisipan mata tunas. 7. ZPT (Rootone F) mampu mempercepat pertumbuhan akar pada tanaman

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1989. Bercocok Tanam Lada. Kanisius : Yogyakarta.

Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta : PT. Gramedia.

Widarto, L . 1996. Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung,

Okulasi dan Kultur Jaringan. Yogyakarta : Kanisius.

Wudianto, Rini. 1992. Membuat Stek, Cangkok Dan Okulasi. Jakarta : Penebar Swadaya.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol. Hubungan antara aplikasi dengan area fungsi bisnis adalah dalam hal pengolahan dan penggunaan aplikasi

Sampelpada penelitian ini berupa 3 jenis ekstrak Gambir yang diperoleh dari Sumatera Barat dan persyaratan mutu berdsarkan Farmakope Herbal dan Pedoman persyaratan ekstrak

Berdasarkan hasil pengamatan RPP yang dilakukan oleh tiga kolaborator, penyusunan RPP siklus I memperoleh nilai 63 dengan kategori baik. Sedangkan penilaian proses

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait perbanyakan vegetatif stek akar kalapi dengan konsentrasi larutan Rootone-F yang lebih tinggi, dan dengan persentase stek

Hasil pengujian mendapatkan bahwa variabel Ketergantungan daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas pelaporan keuanganPemda, Hal ini berarti bahwa

Pengaruh Pemberian ZPT Rootone-f dan Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Lada (Piper nigrum).. Jurnal

Kegiatan pelatihan In Service Training 2 (IN-2) program keahlian ganda ini diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan tenaga Kependidikan Bidang

• Kapasitas saluran samping tetap dalam kondisi baik karena dapat mengalirkan semua debit banjir outflow dengan baik tanpa adanya overtoping meskipun terjadi