• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di pihak lain, kebutuhan akan produk peternakan semakin meningkat dari tahun ke tahun akibat meningkatnya pendapatan masyarakat dan metuasnya kesadara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Di pihak lain, kebutuhan akan produk peternakan semakin meningkat dari tahun ke tahun akibat meningkatnya pendapatan masyarakat dan metuasnya kesadara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAM DI SUMATERA SELATAN

Y . Suci Pramudya'', Subowo') , Wirdahayati RB2) dan Mardianis' ) "Batai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan

2)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat

ABSTRAK

Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), dengan dukungan sumberdaya alamnya, memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan peternakan khususnya ternak sapi yang menjadi komoditas unggulan sektor peternakan . Populasi ternak sap! tahun 2004 (438.666 ekor) mengalaml peningkatkan 4,46 % dibandingkan tahun 2003 (419.937 ekor) . Peningkatan populasi ini tidak seimbang jika dibandingkan dengan pemotongan yang terus meningkat yaitu tahun 2004 sebanyak 56.756 ekor, meningkat 15,3 % dibandingkan tahun 2003 sebanyak 49.223 ekor. Jika keadaan ini terus berlanjut bukan tidak mungkin akan terjadi pengurasan populasi ternak di Sumsel . Disisi lain Sumsel memiliki potensi sumberdaya atom khususnya di beberapa agro-ekosistem seperti :-(a) lahan kering seluas 3,2 juta ha, sudah dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan 1,8 juta ha ., dengan komo'ditas utama adalah karet 928 .182 (52,19 %), kelapa sawit 488 .691 ha (27,48%), kopl 272 .542 ha (15.32%) dan kelapa 50.941 (2,86%) ; (b) lahan sawah irigasi dengan luas tanam padi 83 .637 ha ; (c) lahan sawah pasang surut, luas tanam 147.885 ha; dan (d) lahan sawah rawa lebak, luas tanam 161 .341 ha . Potensi in! gpabila diintegrasikan untuk pengembangan ternak sapi secara terpadu dapat meningkatkan produktivitas lahan substanslal . Dengan memanfaatkan lahan perkebunan sawit dan karet masing-masing dapat ditampung sebanyak 474.030 dan 92 .818 ekor ternak sapi . Sedangkan lahan sawah irigasi, pasang surut don rawa lebak masing-masing dapat menampung sebanyak 117.092 ; 143 .448 ; dan 145.207 ekor ternak sapi . Dengan kata lain, apabila pemanfaatan lahan-lahan potenslal tersebut berintegrast dengan pengembangan ternak sap!, Provinsi Sumsel dapat menyumbang sebanyak 972 .635 ekor ternak sapi yang sepadan dengan jumlah impor sapi dart Australia sebanyak 500 .000 ekorl tahun . Akan tetapi dalam upaya pengembangan peternakan di daerah ini terdapat berbagal masalah antara lain adalah masalah keamanan ternak dan penerapan teknologi . Oleh karena Itu, perlu dicarikan inovasi teknologi dan sistem pengamanan ternak untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat .

Kata kund : Sumber daya, ternak sapi, daya tampung.

PENDAHULUAN

I

eternak sudah merupakan bagian budaya masyarakat Sumsel, kondisi ini tergambarkan dari hash sensus pertanian tahun 2003 hahwa sebanyak 25,91% dari 919 .153 rumah tangga yang hidup di sektor pertanian terlibat dalam berusahatani ternak baik sebagai usaha sampingan, cabang usaha dan usaha pokok . Kontribusi ternak terhadap pendapatan petani sebesar 34,5% dari sektor pertanian atau 28,8% dari total pendapatan petani . Sedangkan sumbangan sektor perternakan terhadap PDRB Sumsel tahun 2004 sekitar 1,65% atau 8,19 % terhadap PDRB sektor pertanian . (Dinas Peternakan Provinsi Sumsel, 2004) .

Provinsi Sumsel, dengan dukungan sumberdaya pertaniannya memiliki potensi hijauan pakan dari limbah pertanian yang sangat besar . Pengembangan peternakan ruminansia khususnya ternak sapi yang menjadi komoditas unggulan sektor peternakan potensial dikembangkan di Provinsi Sumsel . Poputasi ternak sapi di Sumsel tahun 2004 (438 .666 ekor) mengalami peningkatkan 4,46% dibandingkan tahun 2003 (419 .937 ekor) . Sedangkan sasaran Dinas Peternakan Provinsi Sumsel, populasi ternak sapi tahun 2004 adalah 506 .203, sehingga jumtah populasi ternak sapi tahun 2004 hanya mendekati 80% dari sasaran yang ditetapkan . Namun demikian poputasi ini masih sangat berpotensi untuk ditingkatkan . Hat ini tercermin dari dukungan sumberdaya atam, letak geografis Sumsel yang menguntungkan dan adanya jaminan pemasaran yang kondusif bagi usaha peternakan . Dukungan sumberdaya atam dimaksudkan menyangkut ketersediaan pakan bagi pemetiharaan ternak, antara lain : (i) pakan hijauan dari rumput-rumputan yang tersedia sepanjang tahun, (ii) limbah hash

pertanian tanaman pangan, dan (iii) limbah hasil perkebunan .

(2)

Di pihak lain, kebutuhan akan produk peternakan semakin meningkat dari tahun ke tahun akibat meningkatnya pendapatan masyarakat dan metuasnya kesadaran untuk mengkonsumsi daging . Sebagai gambaran bahwa kebutuhan akan daging sapi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun termasuk di Sumsel jumlah pemotongan pada tahun 2004 meningkat 15,3% (56 .756 ekor) dibandingkan tahun 2003 (49 .223 ekor) . Sedangkan poputasi ternak sapi di Sumsel tahun 2004 (438 .666 ekor) hanya mengatami peningkatkan 4,46% dibandingkan tahun 2003 (419 .937 ekor) . Peningkatan pemotongan sapi ini tidak seimbang jika dibandingkan dengan peningkatan populasi sehingga jika keadaan ini terus berlanjut bukan tidak mungkin akan terjadi pengurasan populasi, ternak di Sumsel (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, 2005) . Sedangkan secara nasionat populasi ternak sapi akan semakin

menurun karena jumtah yang dipotong untuk konsumsi lebih banyak daripada produksi bakalan/anakan, sehingga pertumbuhan populasi negatif . Sebagai pembanding, jumlah sapi di Australia sebanyak 26 juta ekor mampu memproduksi 7 juta ekor/tahun (28%) dan '

pertumbuhannya tetap tinggi . Jumlah sapi di Indonesia sebesar 11 juta ekor namun hanya mampu memproduksi sekitar 1,5 juta ekor (14%), sehingga menyebabkan pertumbuhan yang menurun . Sementara itu setiap tahunnya diperkirakan Indonesia membutuhkan tambahan sapi potong sebanyak 500 .000 ekor yang didatangkan dari Australia . Sebanyak jumlah ternak yang diimpor tersebut merupakan potensi pemasaran yang sangat besar bagi usaha peternakan sapi di Indonesia (Bamualim A, 2003) .

Permasalah pengembangan ternak sapi di Sumsel sampai saat ini adalah penyediaan infrastruktur masih sangat terbatas, terutama untuk di wilayah lahan kering dataran tinggi dan tahan rawa . Dengan kondisi ini pengembangan ternak sapi masih banyak mengalami kesulitan . Provinsi Sumsel memitiki witayah ± 2,7 juta ha masing-masing berupa tahan kering dataran tinggi setuas ± 20%, tahan kering dataran rendah seluas ± 50% , dan lahan rawa dengan dengan tuasan t 30 % .

Beberapa masalah mendasar yang masih pertu diatasi di bidang peternakan sapi di wilayah Sumsel yaitu

(a) . Produktivitas ternak masih rendah, hat ini terkait dengan masih rendahnya penguasaan teknologi oteh peternak serta belum optimatnya penggunaan bahan pakan alternatif berbasis sumberdaya lokal akibat lemahnya kegiatan penyuluhan .

(b) . Faktor ketidak pastian keamanan merupakan kendala yang pertu diatasi untuk dapat menarik investor dalam pengembangan usaha budidaya peternakan berskala besar . (c) . Angka kematian ternak yang masih tinggi akibat manajemen budidaya ternak yang masih

konvensional dengan kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan terbatasnya sarana kesehatan ternak .

(d) . Tingkat keberhasilan program Inseminasi Buatan (IB) yang masih sangat rendah akibat kurangnya tenaga profesional balk tenaga ahti maupun tenaga tapang di bidang IB . (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, 2005) .

Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut diatas maka sasaran pembangunan peternakan Sumset saat ini diantaranya adalah : (a) memaksimalkan pemanfaatan sumber daya lokat (spesifik lokasi) ; (b) meningkatkan produktivitas per satuan ternak dan menekan kematian ternak ; dan (c) membuat kebijakan yang mendukung untuk menarik investor menanamkan modatnya di bidang peternakan . Upaya-upaya tersebut diharapkan akan mampu memenuhi permintaan ternak tanpa harus mengurangi populasi ternak, disamping itu juga akan mendorong peningkatan poputasi/produksi ternak, sehingga diharapkan datam lima tahun kedepan (tahun 2009) populasi ternak sapi dapat ditingkatkan menjadi 100 .000 ekor sesuai sasaran program perkembangan populasi ternak sapi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 642 .374 ekor . (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, 2005) .

Sehubungan dengan hat tersebut, maka tulisan ini mencoba menganatisis potensi pengembangan ternak sapi metalui pemanfaatan sumberdaya atam yang terdapat di Provinsi Sumsel. .

ProsidingPeternakan2006

(3)

POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAM

Kebijakan pengembangan pertanian saat ini lebih berorientasi pada peningkatan pendapatan petani melatui kegiatan usahatani yang terintegrasi antar sub sektor, sehingga datam petaksanaannya bersifat terpadu dan sating menguntungkan . Oleh karena itu pembangunan pertanian di Sumatera Selatan kedepan tetap berorientasi pada konsep agribisnis berbasis iptek, berwawasan lingkungan dan sumberdaya lokal serta ` L ;ee ;^nambungan, yaitu melatui penerapan pola usahatari terpa& de n gan sub sektor Lainnya (perkebunan, tanaman pangan dan peternakan) (Pemerintah Daerah Sumatera Selatan, 2005) . Hat ini merupakan suatu langkah efisiensi usaha serta membuka petuang baru untuk menghasilkan produk secara ekonomis .

Provinsi Sumsel merupakan salah satu daerah penghasit utama tanaman pangan dan ' perkebunan . Luas area[ tanaman padi yang berupa Lahan sawah irigasi 83 .637 ha, pasang surut 147 .885 ha, rawa lebak 161 .341 ha, dan tadah hujan 120 .313 ha, yang merupakan andatan utama bagi produksi beras di Sumsel (Oesman, S, 2005) . Selain itu berdasarkan rencana umum tata ruang wilayah, Provinsi Sumsel memiliki kawasan budidaya perkebunan setuas 3,2 juta ha dan yang sudah dimanfaatkan 1,8 juta ha . Sebagian besar (83 %) merupakan perketunan rakyat dan sisanya perkebunan mitik negara dan swasta dengan komoditas utama adalah karet 928 .182 (52,19 %), kelapa sawit 488 .691 ha (27,48%), kopi 272 .542 ha (15 .32%) dan kelapa 50 .941 (2,86%) (Pemerintah Daerah Sumatera Selatan, 2005) . Dengan potensi yang dimitiki ini, maka Sumatera Selatan mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan hasit peternakannya .

Potensi Pengembangan Ternak Sapi di

Lahan Sawah

Sumatera Selatan mempunyai berbagai agro-ekosistem tahan pertanaman padi yaitu Lahan sawah pasang surut, rawa Lebak dan irigasi serta tadah hujan . Kawasan Lahan sawah ini sangat potensiat untuk pengembangan ternak, hat ini dikarenakan tanaman padi mempunyai Limbah jerami dan dedak padi yang potensial untuk pakan ternak khususnya ternak besar . Hasit limbah dedak padi ± 10-15% dari berat gabah sedangkan jerami padi ± 150 % dari produksi padi . Menurut Diwyanto, K dan E . Masbulan (2001), bahwa dalam satu hektar sawah irigasi teknis setiap kati panen mampu menghasitkan jerami sekitar 6-10 ton (berat segar saat panen, bergantung musim) dan jumlah ini dapat digunakan untuk pakan 1-2 ekor sapi dewasa sepanjang tahun .

Luas Lahan sawah irigasi di Sumsel 83 .637 ha dengan intensitas tanam 200-300 % setahun, rata-rata produksi padi 4,3 ton/ha/panen . Limbah padi yang tersedia adalah dedak padi ± 0,54 ton/ha/panen dan jerami padi 6,45 ton/ha/panen . Kemampuan pakan ternak dalam hat ini jerami padi dapat menampung minimal 1,4 ekor sapi per hektar sawah per panen, sehingga potensi pengembangan Lahan sawah irigasi, satu kali musim panen untuk usaha peternakan adalah 117 .092 ekor ternak sapi .

Luas Lahan sawah rawa lebak di Sumsel 161 .341 ha dengan intensitas tanam 100 % setahun, produksi rata-rata 2,76 ton/ha, limbah padi yang tersedia adatah limbah dedak padi yaitu ± 0,345 ton/ha dan jerami padi 4,14 ton/ha/panen . Dengan demikian potensi lahan rawa sebagai produsen ternak sebenarnya sangat besar . Dengan tuas Lahan sawah rawa lebak 161 .341 ha, kemampuan pakan ternak dalam hat ini jerami padi dan hijauan yang tersedia setempat dapat menampung minimal 0,9 ekor sapi atau kerbau per hektar . Sehingga potensi

pengembangan Lahan rawa untuk usaha peternakan adatah 145 .207 ekor Sapi .

Lahan pasang surut di Sumset adalah Lahan yang tata airnya dipengaruhi oleh pasang dan surutnya air taut . Karakteristik Lahan dibagi atas 3 yaitu Lahan potesial (pH diatas 4), Lahan bergambut (pH 4,1) dan tahan sulfat masam (pH 3,7) . Interusi air asin biasanya terjadi pada

(4)

bulan Juni sampai bulan September, sehingga sisa waktu yang ada ± 9 bulan dapat dimanfaatkan untuk pertanaman padi sawah dua kali . Penanaman pertama pada musim hujan (MH) mutai akhir kemarau bulan September sampai Januari dan pertanaman padi ke dua pada musim kemarau (MK) mulai bulan Pebruari sampai awal Juni .

Luas Lahan sawah pasang surut potensial di Sumatera Selatan 147 .885 ha dengan intensitas tanam 200 % setahun, rata-rata produksi padi 2,95 ton/ha/panen . Limbah padi yang tersedia adalah dedak padi ± 0,369 ton/ha/panen dan jerami padi 4,4 ton/ha/panen . Kemampuan pakan ternak datam hat ini jerami padi dan hijauan yang tersedia di tempat dapat menampung minimal 0 .97 ekor sapi per hektar sawah . Sehingga potensi pengembangan Lahan sawah pasang surut satu kali musim panen untuk usaha peternakan sapi adatah 143 .448 ekor ternak sapi .

Potensi Pengembangan Ternak Sapi di Lahan Perkebunan

Provinsi Sumsel memiliki kawasan budidaya perkebunan seluas 3,2 juta ha dan yang sudah dimanfaatkan 1,8 juta ha . Sebagian besar (83 %) merupakan perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan milik negara dan swasta dengan komoditas utama adalah karet 928 .182 (52,19 %), kelapa sawit 488 .691 ha (27,48%), kopi 272 .542 ha (15 .32%) dan kelapa 50 .941 (2,86%) (Pemerintah Daerah Sumatera Selatan, 2005) . Walaupun terdapat berbagai jenis tanaman perkebunan namun yang potensial sebagai sumber pakan sapi adatah tanaman kelapa sawit dan karet .

Hubungan antara perkebunan dan peternakan sapi dewasa ini di Sumsel dapat dikatakan masih sangat minim . _Dengan perkataan lain bahwa potensi Lahan perkebunan yang cukup Luas tersebut, belum banyak dimanfaatkan untuk usaha peternakan yang dapat meningkatkan pendapatan usaha perkebunannya . Sebenarnya cukup banyak keuntungan pemeliharaan ternak di bawah tanaman perkebunan antara lain :

(i) Ternak dapat memanfaatkan hijauan yang tumbuh di bawah tanaman perkebunan, baik melalui penggembalaan maupun cut and carry .

(ii) Ternak dapat berfungsi sebagai penghasil pupuk organik dan pemberantas tanaman gulma di Lahan perkebunan .

(iii) Limbah hasit perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan yang berkualitas tinggi .

(iv) Di beberapa perkebunan, ternak digunakan sebagai sumber tenaga kerja pengangkut hasil perkebunan .

(v) Produksi daging ternak yang dipelihara di bawah naungan lebih tinggi daripada yang digembatakan di alam terbuka .

(vi) Ternak sebagai tambahan penghasilan bagi usaha perkebunan .

Pengembangan Ternak Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit

Pengembangan pola integrasi ternak sapi potong dan kelapa sawit merupakan salah satu alternatif usaha untuk mendukung pengembangan usaha agribisnis industrial di pedesaan, dalam integrasi ini akan terjadi efek sinergisme yang sating menguatkan satu sama lainnya dibandingkan dijalankan secara terpisah . Hat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kebun kelapa sawit dapat dijadikan sumber pakan sapi (rumput alam, daun dan pelepah sawit) sebagai sumber pakan hijauan, dan Limbah pabrik berupa Lumpur sawit (kadar protein kasar 14,58%) dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi . Sedangkan ternak sapi menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik dan tenaga kerja untuk membantu mengangkut hasil panenan buah sawit . Semetara itu ternak sapi juga dapat berfungsi sebagai pemberantas gulma di lahan perkebunan .

Untuk mengetahui potensi daya dukung pakan di perkebunan ketapa sawit,

BPTP Sumatera Setatan (2005) telah melakukan pengkajian potensi daya dukung pakan yang terdiri

Prosiding Peternakan 2006

(5)

rumput yang tumbuh di antara tanaman kelapa sawit (daun dan pelepah), limbah tanaman kelapa sawit dan limbah industri pengotahan kelapa sawit (lumpur/solid sawit) . Hasil pengkajian bahwa : (a) potensi rumput yang ada di lahan perkebunan kelapa per hektar per tahun 3 .888 kg dapat menampung 0,4 ekor sapi sepanjang tahun ; (b) daun ketapa sawit 15 .750 kg dapat menampung 1,7 ekor sapi sepanjang tahun, (c) petepah kelapa sawit rata-rata menghasilkan pelepah 7 .312,5 kg per hektar, dapat menampung 0,8 ekor sapi sepanjang tahun ; dan (d) lumpur sawit jumlahnya 3% dari total produksi TBS . Dalam satu hari satu pabrik sawit di lokasi pengkajian, memproduksi 330 ton TBS, Lumpur sawit 9 .900 kg . Apabila dalam satu hari ternak sapi rata-rata menghabiskan 5 - 10 kg, maka lumpur sawit yang dihasilkan 1 buah pabrik dapat menampung 1320 ekor ternak sapi .

Dari data potensi hijauan pakan di kebun kelapa sawit tersebut di atas maka apabila potensi tersebut digabungkan dalam satu ha kebun kelapa sawit rata-rata dapat menampung 0,97 ekor sapi . Sedangkan luas areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan 488 .691 ha, sehingga berpotensi untuk pengembangan ternak sapi sebanyak 474 .030 ekor . Seekor sapi dewasa menghasilkan kompos 2 ton/tahun, serhingga jumlah bahan organik yang dapat disumbangkan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit sebanyak 948 .060 ton/tahun .

Untuk limbah Lumpur sawit, di Sumatera Selatan terdapat 19 unit pabrik pengotah kelapa sawit (CPO) dengan kapasitas 1 .890 TBS per jam, biasanya dalam satu hari beroperasi selama 10 jam . Apabila semua pabrik ini menghasilkan limbah Lumpur sawit maka produksi lumpur sawit 21 .546 ton per hari, dapat menampung ternak sapi 287 .466 ekor . Biasanya Lumpur sawit oleh pabrik hanya dibuang begitu saja atau digunakan sebagal pupuk sawit . Petani belum memanfaatkan sebagai pakan ternak sapi karena belum mengetahui manfaatnya . Sedangkan pelepah sawit yang dapat digunakan sebagai pakan sapi adalah petepah yang telah dikupas kulitnya dan dibuang bagian luarnya yang keras . Kurang lebih hanya 1/3 bagian saja yang dapat digunakan sebagai pakan sapi . Berikut ini disajikan komposisi kandungan gizi limbah

kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai pakan ternak (Tabel 1) . Tabel 1 . Komposisi kimiawi beberapa hasilsampinganperkebunan kelapa sawit .

Bahan Komposisi gizi Bahan kering (%) Protein Kasar(%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) BETN (%) Abu (%) GE (Mkal/Kg) ME (Mkat/Kg)

Pengembangan Ternak Sapi di Perkebunan Karet

Pengembangan pola integrasi ternak sapi potong dan karet juga merupakan salah satu atternatif usaha untuk mendukung pengembangan usaha agribisnis industrial di pedesaan . Hat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kebun karet dapat dijadikan sebagai sumber pakan hijauan yaitu rumput atam maupun rumput tanam sebagai tanaman seta atau rumput yang di tanam sebagai pengendali erosi . Apabila dihitung luasan areal yang potensial digunakan untuk merumput atau pengembangan tanaman , rumput adalah seluas 10% untuk lahan karet . Potensi ini apabila dimanfaatkan dengan optimal, dalam satu hektar kebun karet dapat menampung satu ekor ternak setara ternak sapi (Bamualim A , 2003) .

Was lahan perkebunan karet di Sumatera Selatan 928 .182 ha, dengan potensi yang ada diperkirakan dapat menampung sekitar 92 .818 ekor sapi . Pemanfaatan lahan perkebunan karet sebagai sumber pakan hijauan secara optimal hanya sampai tanaman karet belum

Bungkil inti sawit Lumpur sawit Pelepah Daun Serat perasan buah Batang 88-93 84-92 85-90 85-87 86-92 88-92 16-18 12-15 4,0-5,0 13-15 4,0-5,8 1,6-3,2 13-17 12-17 38-40 - 42-48 36-39 2,0-3,5 12-14 2,0-3,0 3,0-3,4 3,0-5,8 0,6-1,0 52-58 40-46 - - 29-40 51-54 3,0-4,4 19-23 3,2-3,6 3,8-4,2 6,0-9,0 2,8-3,2 4,1-4,3 3,8-4,1 - 5,0-5,5 4,0-4,6 4,3-4,6 2,8-3,0 2,9-3,1 2,5-2,7 - 1,8-2,2 2,0-2,5

(6)

menghasilkan (TBM) atau tanaman sampai berumur 3 tahun . Pada kebun karet berumur lebih dari tiga tahun pertumbuhan rumput kurang optimal, karena sudah ternaungi oleh pohon karet . Oleh karena itu perlu dicari varietas rumput yang tahan naungan untuk dikembangkan di lahan perkebunan karet umur lebih dari 3 tahun . Menurut Bamuali, A (2003) bahwa terdapat berbagai varietas tanaman hijauan makanan ternak (HMT) yang tahan naungan dan dapat ditanam di bawah tanaman perkebunan .antara lain adalah : (a) tanaman rumput = Guinea grass ; Brachiaria spp ; Carpet grass; (b) tanaman legum = Calopogonium, Centrocema dan Pueroria spp . Selain itu tanaman legume perdu yang tahan pangkas dapat di tanam secara siq-saq double row sejajar kontur sebagai tanaman pengendali erosi dan sewaktu-waktu dapat dipangkas untuk pakan ternak sapi, seperti tanaman legume perdu Flamingia Congesta.

KESIMPULAN

Potensi pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumsel dengan menerapkan pota pembangunan peternakan yang terintegrasi dengan sub sektor lainnya serta memperhatikan permasalahan yang ada dapat menyumbangkan ternak sapi sebanyak 972 .635 ekor sepadan dengan perkiraan jumtah impor sapi sebanyak 500 .000 ekor/tahun . Jumlah tersebut merupakan penjumlahan dari perhitungan daya tampung ternak sapi dari masing-masing sub sektor sesuai luas tanamnya, yaitu :

1 . Potensi pengembangan ternak sapi di lahan sawah : (a) irigasi teknis, luas tanam 83 .637 ha dapat menampung 117 .092 ekor ternak sapi . ; (b) sawah rawa lebak, luas tanam 161 .341 ha, dapat menampung 145 .207 ekor sapi ; (c) sawah pasang surut, luas tanam 147 .885 ha dengan, dapat menampung 143 .448 ekor ternak sapi .

2 . Potensi Pengembangan ternak di lahan perkebunan kelapa sawit dengan Was tanam Selatan 488 .691 ha, dapat menampung 474 .030 ekor sapi .

3 . Potensi pengembangan ternak sapi di lahan perkebunan karet dengan Was tanam 928 .182, dapat menampung sekitar 92 .818 ekor sapi .

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim, A . 2003 . Potensi pengembangan peternakan di Sumatera Selatan . Makalah

disampaikan dalam Acara Pengukuhan Pengurus Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Sumatera Selatan, Palembang 23 Mei 2003 . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan .

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Selatan . 2001 . Gross regional domestic product of South Sumatera 2000. Palembang .

Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan . 2005 . Laporan Tahunan 2004 .

Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan . 2005 . Potensi dan peluang investasi agribisnis peternakan menunjang Sumatera Selatan lumbung pangan tahun 2009 .

Diwyanto K dan E . Masbulan . 2001 . Pengembangan sistem agribisnis peternakan ramah lingkungan . Pusat Penetitian dan Pengembangan Peternakan .

Pemerintah Daerah Sumatera Selatan . -2005 . Agenda Sumatera Selatan sebagal lumbung pangan . Pemda Provinsi Sumatera Selatan .

Pramudyati YS, Mardianis, NP Sri Ratmini, Muzhar, Renta UN, Didin R, 2005 . Laporan akhlr pengkajlan sistem lntegrasl sawit-sap t di Sumatera Selatan . Batai Pengkajian Teknologi Pertanain Sumatera Selatan .

Oesman Syahrial . 2005 . Upaya menuju Sumatera Selatan sebagal lumbung pangan mendukung revitalisasi pertantan, perikanan dan kehutanan (PPRK) . Paparan Gubernur

Prosiding Peternakan 2006

(7)

Sumatera Selatan di hadapan Wakil Presiden Republik Indonesia di Jakarta tanggal 11 Juli 2005 . Pemda Provinsi Sumatera Selatan .

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pada proses perumusan Mahkamah Konstitusi, lebih tepatnya pada Perubahan Ketiga tidak terjadi perdebatan yang detail serta perumusan itu berjalan dengan

6 Pemeliharaan Berkala Jalan Lingkungan Griya Bestari 1 Pkt Kota Tanjungpinang 800,000,000.00 APBD e-proc Belanja Jasa Konsultansi/ Belanja Jasa Konsultansi Pengawasan. 7

Derajat diferensiasi pada karsinoma invasive tipe tidak spesifik dinilai berdasarkan penggabungan skor penilaian tiga karakteristik tumor yaitu formasitubulus,

Dari model, untuk parameter yang umum digunakan di lapangan dan konduktivitas listrik lapisan permukaan tanah yang biasa ditemukan, pengukuran atas suatu medium paruhruang homogen

- Interaksi menunjukkan sebuah konsep tentang komunikasi yang terjadi antara pengguna yang termediasi oleh media baru dan memberikan kemungkinan – kemungkinan baru

Data dianalisis menggunakan pendekatan analisis wacana dengan memanfaatkan metode deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mengetahui jenis dan peranan

sebuah aplikasi berbasis webservice dengan menggunakan model prediksi dari algoritma random forest untuk melakukan klasifikasi terhadap pengajuan kredit yang

Suku cadang dan peralatan yang memenuhi kreteria aset tetap adalah suku cadang utama dan peralatan siap pakai yang diperkirakan akan digunakan oleh entitas selama lebih