• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURANWALIKOTASURAKARTA NOMOR 1-C TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAANRETRIBUSI PELAYANANPASAR DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA WALIKOTASURAKARTA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURANWALIKOTASURAKARTA NOMOR 1-C TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAANRETRIBUSI PELAYANANPASAR DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA WALIKOTASURAKARTA,"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA SURAKARTA

PERATURANWALIKOTASURAKARTA

NOMOR 1-C TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAANRETRIBUSI PELAYANANPASAR

Menimbang

Mengingat

DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA WALIKOTASURAKARTA,

a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Daerah Kota "3urakarta Nomor 9 tahun 2011 tentang Retribus~ Daerah, dipandang perlu menetaFkan pedoman pada Bab III Retribusi Jasa Umum Bagian Kesembilan Retribusi Pelayanan Pasar, agar jelas dalam pelaksanaannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar;

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 45);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Neg¥a Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang -Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tnmbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan B'arang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe~erintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Te,hun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 l'fomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indopesia Nomor 4855);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Remberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan P~ak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Nef'gara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, ambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

9. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata KeIja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata KeIja Perangkat Daerah Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2011 Nomor 14);

10. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 8);

11. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 1);

(3)

MEMUTUSKAN:

12. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 7);

13. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2011 ·tentang Retribusi Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2011 Nomor 7);

Menetapkan: PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PADABAB III RETRIBUSI JASA UMUM BAGIANKESEMBlLANRETRIBUSIPELAYANANPASAR.

BAB I

KETENTUANUMUM Pasal1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Surakarta.

2. Walikota adalah Walikota Surakarta.

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menu rut asas otonumi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T un 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggar Pemerintahan Daerah.

5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, dan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD)dengan nama dan dalam bentuk apa pun, frrma, kongsi, kopera i, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

6. Dinas adalah Dinas 'Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.

7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. 8. 'Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai yang diberi tugas tertentu

dibidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

9. Kas Umum Daerah yang selanjutnya disebut Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Walikota untuK menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.

10. Pasar Tradisional Daerah yang selanjutnya disebut pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjualan lebih dari 1 (satu) yang dibangun dan dikelola Pemerintah Daerah dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan pelataran yang dimiliki / dikelola oleh

(4)

pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat/koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual bell barang dagangan melalui tawar menawar.

11. Klasifikasipasar adalah penggolonganpasar menurut jenis pasar yang dimasukkan dalam kelas pasar sesuai dengan kriteria penilaian yang

ditentukan. .

12. Kelas Pasar adalah tingkatan pasar yang telah ditentukan berdasarkan .kriteria penilaian pasar.

13. Kriteria pasar adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan pasar.

14. Kartu Tanda Pengenal Pedagang dan selanjutnya disingkat KTPPadalah kartu tanda pengenal yang diberikan oleh dinas kepada pedagang sebagai bukti pengakuan terhadap orang yang beraktifitas dan menggunakan pasar tertentu sebagai tempat melakukan kegiatan usaha.

15. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

16. Retribusi pelayanan pasar adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin pelayanan pasar yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang atau Badan.

17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu.

18. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

19. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh KepalaDaerah.

20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

21. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

22. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai perhimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

(5)

BAB II

NAMA,OBJEK, SUBYEKDAN GOLONGANRETRIBUSI

Pasa12

(1) Atas pelayanan yang diberikan bagi setiap orang atau badan yang memperoleh jasa pelayanan pasar dipungut Retribusi Pelayanan Pasar. (2) Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pelayanan

penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dike lola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.

(3) Subyek Retribusi adalah orang pribadi dan Badan yang memperoleh fasilitas pelayanan pasar.

(4) Retribusi pelayanan pasar termasuk golongan retribusi pelayanan umum.

(5) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dike lola oleh BUMN,BUMD, dan pihak swasta.

BAB III

TATACARAiPENGELOLAAN Pasa13

Setiap penempatan pelataran, los, kios di pasar tradisional/ sederhana harus mendapatkan ijin tertulis dari Dinas, atas nama Walikota.

BABIV RETRIBUSI Bagian Kesatu Masa Retribusi

Pasal4

(1) Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan fasilitas pasar.

(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

Bagian Kedua

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 5

(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas letak, rona tempat, kelas pasar, luas tempat dasaran, alokasi beban biaya yang dipikul untuk menyelenggarakan fasilitas pasar.

(6)

(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan sebagai berikut:

NO DASAR URAIAN

1 2 3

a. Letak 1. Terjangkau;

2. Kurang terjangkau;

3. Sangat Kurang Terjangkau.

b. Zona Tempat Ketentuan-ketentuan yang

mengatur pemanfaatan ruang pada pasar dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rind

pada tata ruang pasar.

c. Kelas Pasar lolA 2. I B 3. II A 4. II B 5. III A 6. III B d. Luas Tempat Dasaran 1.> 11.000 m2 2. > 3.500 m2 3. > 2.000 m2 4. > 1.000 m2 5. < 1.000 m2

e.

Fasilitas Pasar 1. Lengkap Sekali

2. Lengkap

3. Kurang Lengkap

Bagian Ketiga

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal6

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Pasar ditetapkan

berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri dari pelataran, los, kios, letak, zona tempat, kelas pasar, jangka waktu pemakaian, dan pemakaian daya listrik lingkungan.

Pasal 7

(1) Besarnya tarif retribusi untuk los, kios per m2/hari adalah 0,1 %0 (noI

koma satu per mil) dari Taksiran NilaiTempat Dasaran (TNTD).

(2) TNTDsebagaimana .dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam Lampiran yang

menjadi bagian tak terpisahkan dengan Peraturan Walikota ini .

.

(7)

Pasal8

Besarnya tarif retribusi untuk pelataran adalah :

Pasar Kelas I :Rp. 500/m2/hari.

Pasar Kelas II : Rp. 300/m2/hari. Pasar Kelas III :Rp. 200/m2/hari.

BABV

TATACARAPEMUNGUTAN,TATACARAPEMBAYARANDAN,

SANKSIADMINISTRASI Bagian Kesatu

Tata Cara Pemungutan Pasal9

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain

yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat berupa karcis atau kanu

.

(3) Petugas dan/atau pejabat yang menerima pembayaran retribusi wajib menyetorkan hasil penerimaan retribusi ke Kas Daerah 1 x 24jam.

Bagian Kedua Tata Cara Pembayaran

Pasall0

(1) Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai/lunas di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang

tetapkan dengan menggunakan SSRD, SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bendel 17 dan bendel 26.

Pasalll

(1) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(2) Penyetoran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan secara teratur dan berturut-turut.

Bagian Ketiga

Karcis dan Kartu Retribusi Pasal12

(1) Karcis dan kartu retribusi pelayanan pasar sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (2) sebelum dipergunakan harus diperporasi atau

diberi tanda pengesahan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan

(8)

(2) Ketentuan format Karcis sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (2)

sekurang-kurangnya memuat : nomor seri dan/ atau nom or urut, dasar hukum, logo Pemerintah Kota Surakarta, nama Dinas, nominal tarif retribusi.

(3) Ketentuan format kartu sebagaimana dimaksud pad a pasal 9 ayat (2)

sekurang kurangnya memuat : nomor urut, dasar hukum, logo Pemerintah Kota Surakarta, nama dinas, nama dan kelas pasar, nama wajib retribusi, nomor kios/los, luas dasaran, tanggal, bulan, tahun, nominal tarif retribusi.

BABYl

PENAGIHANRETRIBUSI Bagian Kesatu

Surat Tagihan Retribusi Pasal 13

(1) Walikota dapat menerbitkan STRDjika:

a. retribusi dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; dan b. wajib retribusi dikenakan sanksi administratif berupa bunga

dan/atau denda.

(2) Jumlah kekurangan retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi f!.dministratif berupa bunga sebesar 2 % (dua per sen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya retribusi.

Bagian Kedua Tata Cara Penagihan

Pasal 14

(1) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar ditagih dengan menggunakan STRD. (2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didahului dengan Surat Teguran.

(3) SKRD, STRD, Surat Keputusan Pembetulan, dan Surat Keputusan Keberatan, yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan retribusi dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

(9)

BAB VII TATACAM PENGURANGAN,KERINGANANDAN PEMBEBASANRETRIBUSI Bagian Kesatu Umum Pasal15

(1) Walikota berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dapat memberikan

pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan diberikan dengan melihat

~emampuan Wajib Retribusi.

Bagian Kedua

Tata Cara Pemberian Keringanan Dengan Angsuran dan Penundaan Pembayaran Retribusi

Pasal16

(1) Walikota atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi

persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada

Wajib Retribusi mengangsur atau menunda pembayaran retribusi,

dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(2) Persyaratan yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah dalam hal Wajib Retribusi mengalami kesulitan likuiditas,

sehingga Wajib Retribusi tidak akan mampu memenuhi kewajiban

retribusi pada waktunya.

(3) Permohonan Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (I),

harus diajukan secara tertulis paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum

jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang

mendukung permohonan, serta :

a. jumlah pembayaran retribusi yang dimohon untuk diangsur, masa

angsuran, dan bt:sarnya angsuran; atau

b. jumlah pembayaran retribusi yang dimohon untuk ditunda dan

jangka waktu penundaan.

(4) Persyaratan yang mendukung permohonan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) sebagai berikut :

a. surat permohonan pengangsuran atau penundaan ditandatangani

oleh Wajib Retribusi;

b. fotocopy KTPPidan

c. fotocopy STRD.

(5) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilampaui

dalam hal Wajib Retribusi mengalami keadaan di luar kekuasaan Wajib

Retribusi sehingga Wajib Retribusi tidak mampu melunasi utang

(10)

Pasal 17

(1) Angsuran atas utang retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16

ayat (3) dapat diberikan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan sejak

diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran

Retribusi dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

bulan, untuk permohonan angsuran atas utang retribusi berupa pajak

yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1).

(2) Penundaan atas utang retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasa! 16

ayat (3) dapat diberikan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan sejak

diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Retribusi untuk permohonan penundaan atas utang retribusi berupa

retribusi yang masih harns dibayar sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 16 ayat (1).

Pasal 18

(1) Besarnya pembayaran angsuran atas utang retribusi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) ditetapkan dalam jumlah utang

retribusi yang sarna besar untuk setiap angsuran.

(2) Besarnya pelunasan atas penundaan utang retribusi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) ditetapkan sejumlah utang retribusi

yang ditunda pelunasannya.

(3) Bunga yang timbul akibat angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung berdasarkan saldo utang retribusi.

(4) Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Retribusi pada setiap tanggal jatuh tempo angsuran, jatuh tempo penundaan, atau pada tanggal pembayaran.

Pasal 19

(1) Setelah mempertimbangkan alasan dan bukti pendukung yang

diajukan oleh Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16

ayat (3) huruf a, Walikota atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan

keputusan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal

diterimanya permohonan.

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :

a. menyetujui jumlah angsuran retribusi danlatau masa angsuran atau lamanya penundaan sesuai dengan permohonan Wajib Retribusi;

b. menyetujui jumlah angsuran retribusi dan/atau masa angsuran atau lamanya penundaan sesuai dengan pertimbangan Walikota atau pejabat yang ditunjuk; atau

c. menolak permohonan Wajib Retribusi.

(3) Apabilajangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) telah terlampaui dan Walikota atau pejabat yang ditunjuk tidak

menerbitkan suatu keputusan, permohonan disetujui sesuai dengan

permohonan Wajib Retribusi, dan Surat Keputusan Persetujuan

(11)

Penundaan Pembayaran Retribusi harus diterbitkan paling lama 5 (lima) hari keIja setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari keIja tersebut berakhir.

(4) Dalam hal permohonan Wajib Retribusi disetujui, Walikota atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Retribusi.

Dalam hal permohonan Wajib Retribusi ditolak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, Walikota menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Angsuranj Penundaan Pembayaran Retribusi.

(5)

Bagian Kedua

Tata Cara Pengurangan Dan Pembebasan Retribusi Pasal20

(1) Walikota atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dapat memberikan pengurangan dan pembebasan retribusi. (2) Pengurangan dapat diberikan kepada Wajib Retribusi:

a. karena kondisi tertentu objek retribusi yang ada hubungannya dengan subjek retribusi; atau

b. dalam hal untuk kepentingan daerah terkait dengan program investasi dan promosi daerah.

(3) Pengurangan danjatau pembebasan dapat diberikan kepada Wajib Retribusi dalam hal teIjadi force majeur yaitu bencana alam, kebakaran, dan kerusuhan.

(4) Kondisi tertentu objek retribusi yang ada hubungannya dengan subjek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah objek retribusi yang Wajib Retribusinya mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.

(5) Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, gunung meletus, banjir, angin topan, dan tanah longsor.

(6) Ketentuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:

a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Walikota dengan disertai alasan-alasan yangjelas;

b. melampirkan dokumen : 1) fotokopi KTPP;

2) fotocopi STRD;

3) surat keterangan keadaan force majeur Wajib Retribusi dalam hal objek retribusi terkena bencana alam, kebakaran, dan kerusuhan. (7) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diajukan

selambat-Iambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak terjadinya bencana alam, kebakaran, dan kerusuhan.

(12)

Pasal21

Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 diberikan kepada

Wajib Retribusi atas Retribusi yang terutang yang tercantum dalam STRD. Pasal22

Pengurangan dan pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20

dapat diberikan:

a. maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen) dari Retribusi yang terutang

dalam hal kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat

(2); atau

b. maksimal sebesar ~OO%(seratus persen) dari Retribusi yang terutang

dalam hal objek retribusi terkena bencana alam, kebakaran, dan

kerusuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3).

BABVIII PENUTUP

Pasal23

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan 1m sepanjang menyangkut teknis pelaksana, diatur lebih lanjut oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota

Surakarta.

Pasal24

Pera~turan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan

Pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatan dalam Berata

daerah Kota Surakarta

Diundangkan di Surakarta

pada tan ~ JA~U~\ ~O\~

. ~IN

~o,

~

SURAKARTA,

(13)

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTASURAKARTA NOM OR \-C iAl1lJTi ~Old -TANGGAL : ; jA\'\v~i .9.01~ PENETAPAN KELAS PASAR DAN TAKSlRAN NILAI TEMPAT DASARAN PASAR

KIOS LOS

NO PASAR KELAS

(Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)

1 2 3 4 5 1. Singosaren IA 6.000.000 3.100.000 2. Klewer IA 4.600.000 1.870.000 3. Legi lA 3.100.000 1.870.000 4. Nusukan IA 3.100.000 1.870.000 5. Gede IA 3.100.000 1.870.000 6. Harjodaksino IB 2.875.000 1.720.000 7. Jongke IE 2.875.000 1.720.000 8. Notoharjo IB 2.875.000 1.720.000 9. Gading llA 1.975.000 1.400.000 10. Ngarsopuro lIA 1.975.000 1.400.000 11. Sidodadi IlA 1.975.000 1.400.000 12. Purwosari IlA 1.975.000 1.400.000 13. Kadipol0 IlA 1.975.000 1.400.000 14. Ledoksari IlA 1.975.000 1.400.000 15. Mojosongo IlA 1.975.000 1.400.000 16. Rejosari IlA 1.975.000 1.400.000 17. Turisari llA 1.975.000 1.400.000 18. Depok lIA 1.975.000 1.400.000

19. Pucang Sawit IIA 1.975.000 1.400.000

20. Ayu IlA 1.975.000 1.400.000

21. Pan ggungrej a IlA 1.975.000 1.400.000

22. Cinderamata lIA 1.975.000 1.400.000 23. Triwindu lIB 1.825.000 1.320.000 24. Kembang lIB 1.825.000 1.320.000 25. Kabangan lIB 1.825.000 1.320.000 26. Jebres lIB 1.825.000 1.320.000 27. Tanggul lIB 1.825.000 1.320.000 28. Ayam lIB 1.825.000 1.320.000 29. Kliwon lIB 1.825.000 1.320.000 30. Mebel lIB 1.825.000 1.320.000 31. Penumping lIB 1.825.000 1.320.000 32. Elpabes IlIA 1.250.000 900.000

(14)

1 2 3 4 5

~3. Ngernplak IlIA 1.250.000 900.000

34. Bangunharjo IlIA 1.250.000 900.000

35. Sidornulyo IlIA 1.250.000 900.000

36. Sangkrah IlIA 1.250.000 900.000

37. Buah Jurug IlIA 1.250.000 900.000

38. Tunggulsari IlIA 1.250.000 900.000

39. Mojosongo P I1IB 1.050.000 750.000

40. Joglo I1IB 1.050.000 750.000

41. Barnbu I1IB 1.050.000 750.000

42. Ngurnbul I1IB 1.050.000 750.000

43. Besi Tua I1IB 1.050.000 750.000

Referensi

Dokumen terkait

Selama proses persalinan di Rs Arofah terdapat penyulit yaitu selama kala I kontraksi tidak teratur dan lemah sehingga dilakukan Oksitosin Drip dan pada saat proses

(3) Persetujuan Prinsip dan Izin Tetap bagi Perusahaan Kawasan Industri yang penanaman modalnya dilakukan dalam rangka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Dalam tingkatan ini, tipe sistem yang digunakan dinamakan sistem pendukung bagi eksekutif (ESS) atau seringkali disebut dengan Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu sistem

Dari definisi-definisi di atas dapat dikemukakan bahwa pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang dan jasa,

Berdasarkan hasil perhitungan statistik didapatkan hasil signifikansi variabel secara simultan adalah 0,018 dimana hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih kecil

P.6/ Menhut-I I / 2007 tentang Rencana Kerja, Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem Dalam Hutan Alam Pada Hutan

Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta perubahannya dan mengacu kepada Dokumen Pengadaan serta berdasarkan Berita Acara

Unduh audio pelajaran gratis di NHK