• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL MODIFIKASI PERMAINAN SEPAKBOLA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR. Oleh DWI SUPRIYANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL MODIFIKASI PERMAINAN SEPAKBOLA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR. Oleh DWI SUPRIYANTO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 58 PENGEMBANGAN MODEL MODIFIKASI PERMAINAN

SEPAKBOLA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Oleh

DWI SUPRIYANTO

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu model modifikasi permainan sepakbola yang efektif dan dapat diterima untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Siswa Sekolah Dasar (SD).

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan model modifikasi permainan sepakbola untuk siswa SD. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan: 1) mendesain draf produk awal, 2) validasi ahli, 3) uji coba skala kecil, 4) revisi tahap I, 5) uji coba skala luas dan 6) revisi tahap II (revis terakhir). Subjek penelitian adalah siswa kelas V (lima) SD Negeri 3 Branti Raya 29 siswa, SD Negeri 3 Candimas 32 siswa, dan SD Negeri 2 Branti Raya 44 siswa. Subjek penelitian adalah 105 siswa. Validasi ahli dilakukan oleh 1 (Satu) orang ahli Pendidikan Jasmani dan 3 (tiga) orang guru pendidikan jasmani di SD. Uji coba skala kecil dilakukan terhadap 26 siswa dan uji coba skala luas dilakukan terhadap 105 siswa. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, observasi dan pengukuran. Data berupa penilaian mengenai kualitas produk, saran untuk produk, dan hasil perhitungan denyut nadi siswa. Teknis analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif persentasi untuk mengungkapkan asek psikomotor, afektif dan kognitif, serta persentasi rata-rata kenaikan peningkatan denyut nadi.

Hasil penelitian ini adalah berupa: 1) permainan sepakbola gawang holahop. 2) Hasil uji efektivitas produk di SD Negeri 3 Branti, SD Negeri 2 Branti, dan SD Negeri 3 Candimas didapatkan hasil rata-rata kenaikan denyut nadi berkisar 50,25 %. 3) Hasil uji keterterimaan produk pada aspek psikomotor, afektif dan kognitif mendapatkan rata-rata 87,62%.

Disimpulkan bahwa Pengembangan model modifikasi permainan sepakbola untuk SD menghasilkan suatu produk modifikasi permainan sepakbola gawang holahop yang efektif dan dapat diterima dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka disarankan bagi guru penjas di sekolah dasar dapat menggunakan produk model modifikasi sepakbola gawang holahop, dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan Kesehatan. Karena permainan sepakbola gawang holahop dapat mengefektifkan proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Kata Kunci: Permainan Sepakbola gawang holahop modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

(2)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 59 A. Pendahuluan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian intergral dari pendidikan secara umum keberadaannya serta ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Penjasorkes memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas. Penjasorkes adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Sebab penjasorkes merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya yang diselenggarakan di sekolah baik dari jenjang pendidikan dasar sampai sek

Olah menengah. Menurut Suparman (1994: 10) ”pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang”. Dalam pendidikan, selain memberikan pengetahuan tentang pendidikan jasmani juga memberikan konstribusi kemampuan keterampilan gerak jasmani, baik permainan maupun kegiatan olahraga lainnya.

Menurut Suparman (1997: 8) ”tujuan pendidikan jasmani adalah membantu siswa meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani”. Tujuan pendidikan jasmani ini dapat tercapai jika pendidikan diselenggarakan di sekolah-sekolah dan dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya. Manfaatnya dari pendidikan yaitu untuk membuat siswa tidak mengalami kelelahan berarti dalam melakukan aktivitas jasmani dan masih memiliki cadangan energi untuk melakukan aktivitas yang lain. Oleh karena itu, pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah harus mengacu pada kurikulum pendidikan jasmani dan kesehatan sehingga tercapai tujuan pendidikan jasmani.

Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani diperlukan suatu proses yang disebut proses kegiatan belajar. Belajar adalah suatu proses. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. ”Tujuan yang dicapai adalah hasil dan bukti adanya perubahan tingkah laku dari proses belajar” (Oermar Hamalik 2007: 29).

Berdasarkan prasurvei yang telah peneliti laksanakan pada tanggal 19 April sampai 1 Mei 2008 di tiga Sekolah Dasar yaitu: Sekolah Dasar Negeri 3 Branti, Sekolah Dasar Negeri 2 Branti, dan Sekolah Dasar Negeri 3 Candimas. Secara emperis hasil pengamatan diketahui bahwa proses pembelajaran khususnya materi sepakbola kurang mendapatkan respon yang baik dari siswa. Sebab pada proses pembelajaran sepakbola ditemui beberapa hal, diantaranya: 1) alat-alat yang digunakan masih sesuai dengan yang aslinya dan bola kaki yang digunakan tidak sesuai dengan jumlah murid yang ada, contohnya bola masih menggunakan

(3)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 60 bola yang standar, 2) siswa putri kurang aktif mengikuti permainan sepakbola sebab ada perbedaan gender antara siswa laki-laki dan siswa putri sehingga siswa laki-laki lebih dominan bermain sepakbola dari pada siswa putri, siswa putri lebih dominan untuk duduk dan melihat, 3) peraturan sepakbola yang digunakan sesuai dengan peraturan baku dalam permainan sepakbola, 4) pembelajaran permainan sepakbola yang diberikan oleh guru pendidikan jasmani dari segi pemanasan maupun inti masih belum dikemas dalam bentuk modifikasi, sehingga sebagian siswa merasakan lelah, jenuh, bosan, dan malas untuk bergerak. Jika dilihat dari prasurvei di atas maka kegiatan belajar mengajar (KBM) di tiga sekolah dasar di kecamatan Branti maka tidak sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum. Untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran khusunya sepakbola maka dengan mengukur denyut nadi sebelum melakukan akitvitas dan sesudah melakukan aktivitas. Siswa yang aktif mengikuti proses pembelajaran, akan memiliki peningkatan denyut nadi setelah melakukan aktivitas sedangkan siswa yang kurang aktif mengikuti pembelajaran maka tidak memiliki peningkatan denyut nadi yang berarti.

Berdasarkan hasil perhitungan denyut nadi siswa ketika pembelajaran permainan sepakbola, masih di jumpai siswa yang tidak mengalami peningkatan denyut nadi yang berarti maksudnya sebelum aktivitas dan sesudah aktivitas peningkatan denyut nadi hanya beberapa persen saja. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan rata-rata hasil perhitungan denyut nadi siswa sebelum mengikuti pembelajaran dan sesudah materi pembelajaran permainan sepakbola di tiga Sekolah Dasar. Berikut ini adalah tabel rata-rata perhitungan denyut nadi siswa kelas V sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran permainan sepakbola, sebagai berikut:

Tabel 1 : Rata-rata perhitungan denyut nadi siswa kelas V sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran permainan sepakbola.

No Nama Sekolah Jumlah siswa Rata-rata DN permenit sebelum pembelajaran Rata-rata DN permenit sesudah pembelajaran 1. SDN 3 Branti 29 84,36 106,2 2. SDN 3 Candi Mas 45 78,43 104,65 3. SDN 2 Branti 32 77 99,2 Jumlah 106 239,79 310,05

Rata-rata Denyut Nadi 79,93 103,35

Salah satu tujuan pembelajaran permainan sepakbola adalah untuk pengembangan keterampilan siswa dan peningkatan serta pemeliharaan kesegaran jasmani siswa. Menurut Djoko Pokik Irianto (2004:23) menyatakan bahwa

(4)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 61 “takaran/intensitas latihan kebugaran adalah 60 % - 90 % dari denyut nadi maksimal, dengan waktu 20-60 menit. Denyut nadi maksimal diperoleh dari 220 - umur”. Untuk itu, intensitas latihan bagi siswa IV, V, dan VI dalam mengikuti pembelajaran permainan sepakbola di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut : Tabel 2 : Intensitas latihan dalam pembelajaran permainan sepakbola bagi

siswa kelas IV, V, VI Sekolah Dasar.

No Kelas Rata-rata Usia Denyut Nadi maksimal

Intensitas latihan yang diajukan

1. Siswa kelas IV 10 210 126 – 189 (DN permenit) 2. Siswa kelas V 11 209 125 – 188 (DN permenit) 3. Siswa kelas VI 12 208 124 – 187 (DN permenit)

Berdasarkan rata-rata hasil penghitungan denyut nadi siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran permainan sepakbola, dapat disimpulkan bahwa: Untuk kelas V sekolah dasar kenaikan denyut nadi sebesar 29 % dari denyut nadi maksimal.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran permainan sepakbola yang diberikan oleh guru untuk kelas V (lima) Sekolah Dasar kurang efektif dan kurang menumbuhkan siswa agar aktif untuk bergerak sehingga peningkatan kesegaran jasmani rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan upaya yang nyata untuk membuat siswa mengikuti pembelajaran permainan sepakbola khususnya di Sekolah Dasar agar siswa merasa senang, tidak bosan atau jenuh dan tidak ada perbedaan gender dalam mengikuti pembelajaran sepakbola, serta membuat siswa aktif dalam bergerak sehingga dapat menunjang peningkatan keterampilan serta peningkatan kesegaran jasmani. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan model atau modifikasi pembelajaran permainan sepakbola yang sesuai dengan Sekolah Dasar untuk kelas V (lima).

B. Kajian Pustaka

Hakekat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar Pengertian pendidikan jasmani, olaharaga dan kesehatan merupakan bagian intergral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. ”Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun

(5)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 62 sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangkan memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”. (Syarifuddin 1987: 10). Selain itu menurut suparman (1994: 10) ”pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmnai, olahraga dan kesehatan merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas dan pengembangan jasmani. Pengembagan jasmani meliputi pengembangan mental, sosial, emosional, yang selaras, serasi, dan seimbang sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. C. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Dalam Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan untuk Sekolah Dasar (2006) bahwa pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih

2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar

4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis

6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan

7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar bisa memaksimalkan belajar adalah dengan mengorganisir permainan. Menurut Yoyo Bahagia (2000: 32) menyatakan ada tiga (3) pertimbangan yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam mengorganisir permainan agar siswa belajar secara maksimal diantaranya: 1) organisasi harus berhubungan dengan permainan yang sebenarnya, 2) formasi pembelajaran merupakan formasi yang paling baik untuk memaksimalkan siswa dalam belajarnya, dan 3) kemajuan belajar dapat digambarkan melalui perubahan situasi permainan yang statis ke dinamis (permainan yang sebenarnya).

(6)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 63 Sasaran atau tujuan pembelajaran untuk peningkatan kesehatan fisik, perkembangan psikis dan emosional harus diperhatikan. Menurut Mary Duquin (1988) yang dikutip oleh Siedentop (2004: 15) menyarankan bahwa pengalaman yang didapat dalam pendidikan olahraga agar dapat meningkatkan kesehatan fisik, perkembangan psikis dan emosisonal harus dapat menciptakan suasana sebagai berikut: 1) menyenangkan dan nyaman bagi para peserta, 2) memberikan tujuan yang aman untuk mengembangkan keterampilan aktivitas, 3) membantu perkembangan sinsivitas moral dan kepedulian, 4) mewujudkan kesenangan dan keindahan keterampilan gerak, 5) melatih semangat kreativitas, petualangan dan penemuan, dan 6) menginspirasi sebuah perasaan dalam kelompok.

Dari paparan di atas, maka tujuan penjas-orkes adalah mengembangkan keterampilan, meningkatkan pertumbuhan fisik, Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis, serta memahami konsep tentang aktivitas jasmani dan olahraga.

D. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (2006: 243) bahwa Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.

5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

(7)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 64 pendidikan jasmani merupakan pengalaman belajar yang bersifat mendidik”. Khususnya melalui pendidikan jasmani dapat dibagi menjadi empat kelompok sebagai berikut :

1) Pembentukkan gerak

a. Memenuhi keinginan untuk bergerak

a. Menghayati ruang, waktu, dan bentuk, termasuk perasaan irama. b. Mengenal kemungkinan gerak diri sendiri.

c. Memiliki keyakinan gerak dan perasaan sikap (kinestetik) d. Memperkaya kemampuan gerak.

2) Pembentukkan prestasi

a. Mengembangkan kemampuan kerja optimal melalui pengajaran ketangkasan.

b. Belajar mengarahkan diri untuk mencapai prestasi. Misalnya dengan pembinaan kemampuan, konsentrasi, keuletan.

c. Menguasai emosi.

d. Belajar mengenal keterbatasan dan kemampuan diri.

e. Membentuk sikap yang tepat terhadap nilai yang terdapat dalam sehar-hari, dan olahraga.

3) Pembentukkan sosial

a. Mengakui dan menerima peraturan dan norma bersama. b. Belajar bekerjasama menerima pemimpin dan memimpin.

c. Belajar bertanggung jawab, berkorban, dan memberikan pertolongan. d. Mengembangkan pengakuan terhadap orang lain, sebagai diri pribadi dan

rasa hidup bermasyrakat.

e. Belajar mengenal dan menguasai bentuk kegiatan pengisi waktu luang secara aktif.

4) Pertumbuhan

a. Meningkatkan syaraf untuk mampu melakukan gerak dengan baik dan berprestasi optimal.

b. Meningkatkan kesehatan atau kesegaran jasmani termasuk kemampuan bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan kebiasaan hidup sehat.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, pembentukan gerak, pembentukan prestasi, pembentukan sosial, pertumbuhan, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

(8)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 65 E. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah

Dasar.

Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan merupakan proses pendidikan. Maka tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui gerak insani. pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Mempunyai tujuan pendidikan jasmani yang selaras dengan tujuan pendidikan, yang bertujuan untuk perkembangan aspek fisik, intelektual, emosial, sosial, dan moral (Lutan dan Suherman, 1999: 1).

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak terlepas dari peran aktif seorang guru. Tujuan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam proses belajar adalah pemahaman tentang konsep kebugaran jasmani dan aktivitas jasmani untuk mencapai keadaan sehat. Di sekolah-sekolah sudah mulai memperhatikan tujuan tersebut seperti melalui pengalaman praktik pembinaan kebugaran jasmani. Menurut Lutan (2002: 3) ada tiga keuntungan yang dapat diraih melalui pembinaan jasmani antara lain :

1. Sekolah terdiri dari anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang sehingga sangat memungkinkan dicapai perubahan yang nyata yang dapat diamati oleh guru penjasorkes.

2. Penerapan strategi pembinaan yang menekankan pemerataan dan partisipasi penuh dari setipa anak memungkinkan anak-anak usia sekolah meraih keuntungan dari program pembinaan.

3. Program pembinaan kebugaran sangat strategis diluncurkan melalui program pendidikan jasmani atau lingkup kurikul lainnya di lingkungan sekolah.

Untuk penyelenggaraan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar maka memerlukan suatu pedoman peyelenggaraan. Menurut Lutan (2002: 16) ada 9 pedoman pokok penyelenggaraan program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar, antara lain :

1) Pengembangan kebugaran disertai dengan perkembangan keterampilan. 2) Tidak menggunakan pelaksanaan tugas atau semacam bentuk latihan

untuk menghukum anak, misalnya karena terlambat datang ke sekolah, atau membuat kesalahan seperti melanggar peraturan.

3) Melaksanankan penilaian dengan lebih memperhatikan proses bukan semata-mata hasil.

4) Tidak menyudutkan posisi program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebagai kegiatan yang berdampak negatif terhadap mata pelajaran lainnya yang dinilai tak berprestasi.

5) Pemberian bantuan kepada siswa untuk mencapai patokan yang diinginkan.

(9)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 66 7) Penyajian program kebugaran jasmani harus berakomodasi dalam

program dengan memenuhi kaidah kesehatan.

8) Memberikan dorongan semangat, dan menghindari ungkapan yang bersifat mencemooh seseorang.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar di lengkapi serangkaian pengalaman-pengalaman dan mematuhi sembilan pokok pedoman penyelenggaraan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar. Untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman yang dapat memacu motivasi siswa maka perlu adanya belajar yang efektif. Belajar yang dapat membuat anak merasa senang dan tanpa mengalami beban dalam belajar.

2.1 Pengembangan Model

Untuk menetukan hakekat model dalam penelitian ini, diperlukan beberapa istilah pengertian tentang model. Menurut Udin S. Winataputra (2005: 3) menyatakan bahwa model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Dalam pengertian model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Dalam pengertian model diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi tempat kita hidup. Dalam konteks penelitian ini istilah model digunakan untuk menunjukan pengertian yang pertama yaitu sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan kegiatan. Lebih lanjut menurut Gagne, Briggs yang dikutip oleh Hari Amirullah Rachman (2004: 43) mengatakan bahwa model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, pemilihan media dan evaluasi.

Berdasarkan pendapat tentang pengertian model di atas, maka terkait dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan pengembangan model modifikasi permainan sepakbola adalah suatu kerangka konseptual tentang modifikasi permaian sepakbola yang disusun secara sistematis dan dirancang serta dikembangkan untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran permainan sepakbola.

Prosedur Pengembangan

Borg dan Gall (1983) mengatakan pada dasarnya prosedur penelitian dan pengembangan terdiri dari dua tujuan utama, yaitu mengembangkan produk (sebagai fungsi pengembangan) dan menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan (fungsi validasi). Dalam prosedur pengembangan ada 5 (lima langkah prosedur pengembangan yang gunakan, yaitu:

(10)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 67 a. Analisis permasalahan proses pembelajaran permainan sepakbola di

Sekolah Dasar.

b. Analisis permainan sepakbola di Sekolah Dasar. 2) Mengembangkan produk awal.

a. Analisis tujuan dan karakteristik permainan sepakbola di Sekolah Dasar. b. Analisis karakteristik siswa Sekolah Dasar kelas V (lima).

c. Mengkaji literatur tentang prinsip-prinsip pengembangan modifikasi permainan sepakbola.

d. Menetapkan Prinsip-prinsip untuk pengembangan model modifikasi permainan sepakbola.

e. Menetapkan tujuan, isi, dan strategi pengelolaan pembelajaran. f. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran

g. Menyusun produk awal model modifikasi pembelajaran permainan sepakbola.

3) Validasi ahli

Produk awal model modifikasi pembelajaran permainan sepakbola kelas V (lima) sebelum di uji cobakan dalam uji skala kecil perlu dilakukan validasi oleh para ahli yang sesuai dengan bidang penelitian ini. Dalam penelitian model modifikasi pembelajaran permainan sepakbola melibatkan 1 (satu) orang ahli yang berasal dari dosen dan 3 (tiga) orang guru penjas Sekolah Dasar.

4) Uji coba lapangan

Uji coba lapangan dilakukan untuk mendapatkan tanggapan serta revisi produk, sehingga dapat menghasilkan produk akhir yang berupa model modifikasi pembelajaran permainan sepakbola bagi siswa Sekolah Dasar kelas V (lima). Uji coba dilakukan dalam uji skala kecil dan uji skala luas. 5) Revisi produk

Revisi produk dilakukan untuk memperbaiki produk sebelum akhirnya produk digunakan. Revisi dilakukan berdasarkan masukan-masukan dari para ahli dan guru penjas.

F. Hasil Pengembangan

Berdasarkan langkah-langkah penelitian pengembangan untuk menghasilkan produk yang telah dilakukan, maka didapatkan produk akhir yang berupa model modifikasi permainan sepakbola yang sesuai bagi siswa Sekolah Dasar kelas V (lima).

Sepak Bola Gawang Holahop

Pengertian Sepak Bola Gawang Holahop

Sepakbola gawang holahop adalah suatu permainan sepakbola yang menggunakan holahop sebagai gawangnya, holahop dipegang oleh 2 pemain yang

(11)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 68 dapat bergerak bebas kesamping kanan atau kiri. Holahop yang digunakan dalam permainan ini mempunyai garis diameter 1 meter dan mempunyai ketebalan 1-2cm.

Di dalam bermain sepakbola gawang holahop menggambungkan pemain putra dan pemain putri untuk bermain bersama tanpa membedakan gender. Pemain Sepakbola gawang holahop masing-masing regu disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada di sekolah. Permainan sepakbola gawang holahop dimainkan dalam dua babak dengan durasi waktu (2x 15 menit) dengan waktu istirahat 5 menit di antara dua babak tersebut. Mencetak gol ke gawang holahop teman sendiri merupakan tujuan dari regu. Suatu regu dinyatakan sebagai pemenang apabila dapat memasukkan bola ke gawang teman sendiri lebih banyak dibandingkan bola yang masuk ke gawang lawan

Sejarah Sepak Bola Gawang Holahop

Permainan sepakbola termasuk dalam permainan bola besar. Permainan yang sangat menarik dan disukai oleh anak-anak. Permainan sepakbola ini terdaftar dalam proses pembelajaran yang ada disekolah dan tercantum dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan standar kompetensi mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan kompetensi dasar mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi permainan bola besar, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran.

Berdasarkan prasurvei yang telah peneliti laksanakan pada April - Mei 2009 di tiga Sekolah Dasar (SD) yaitu: SD Negeri 3 Branti, SD Negeri 2 Branti, dan SD Negeri 3 Candimas. Secara emperis hasil pengamatan diketahui bahwa proses pembelajaran khususnya materi sepakbola kurang mendapatkan respon yang baik dari siswa. Sebab pada proses pembelajaran sepakbola ditemui beberapa hal, diantaranya: 1) alat-alat yang digunakan masih sesuai dengan yang aslinya dan bola kaki yang digunakan tidak sesuai dengan jumlah murid yang ada, contohnya bola masih menggunakan bola yang standar, 2) siswa putri kurang aktif mengikuti permainan sepakbola sebab ada perbedaan gender antara siswa laki-laki dan siswa putri sehingga siswa laki-laki lebih dominan bermain sepakbola dari pada siswa putri, siswa putri lebih dominan untuk duduk dan melihat, 3) peraturan sepakbola yang digunakan sesuai dengan peraturan baku dalam permainan sepakbola, 4) pembelajaran permainan sepakbola yang diberikan oleh guru pendidikan jasmani dari segi pemanasan maupun inti masih belum dikemas dalam bentuk modifikasi, sehingga sebagian siswa merasakan lelah, jenuh, bosan, dan malas untuk bergerak. Jika dilihat dari prasurvei di atas maka kegiatan belajar mengajar (KBM) di tiga sekolah dasar di kecamatan Branti maka

(12)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 69 tidak sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum.

Melihat situasi di atas maka peneliti ingin mengembangkan suatu model pembelajaran permainan sepakbola. Permainan ini dinamakan permainan sepakbola gawang holahop. Permainan ini digunakan untuk siswa kelas V (lima) sebab kelas V (lima) akan memperlajari tentang bagaimana cara menendang dengan kaki bagian dalam, punggung, kura-kura kaki serta diajarkan untuk mengontrol bola dengan baik dan melakukan permainan sepakbola dengan mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi permainan bola besar, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran.

Teknik-Teknik Dasar Sepak Bola Gawang Holahop 1. Teknik tanpa bola (teknik badan)

Teknik badan adalah cara pemain menguasai gerak tubuhnya dalam permainan, yang menyangkut cara berlari, cara melompat, dan cara gerak tipu badan.

2. Teknik dengan bola

Beberapa latihan yang menggunakan bola: a. Teknik menendang bola

Menendang merupakan faktor terpenting dan utama dalam permainan sepak bola. Oleh karena itu, seorang pemain yang hendak menendang bola harus dapat mengukur sejauh manakah tendangannya dapat dicapai dan ke arah manakah bola itu akan dituju.

b. Teknik menahan bola

Ada tiga macam jalan bola, yang masing-masing memerlukan cara sendiri untuk menahannya. Pertama bola menelusuri tanah (Ground ball), kedua bola memantul (Boncing ball), dan ketiga bola tinggi. Teknik bola antara lain : 1) Menahan bola menyusur tanah dengan kaki bagian dalam dan dengan telapak kaki, 2) Menahan bola memantul dengan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, telapak kaki, dengan perut, 3) menahan bola di udara (tanpa jatuh ke tanah) dengan kaki bagian dalam, paha, dada, kepala dan penggung kaki.

c. Teknik menggiring bola (dribbling)

Pada umumnya dribbling dilakukan dengan tiga cara, yaitu, yaitu: 1) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam, 2) Menggiring bola dengan kaki bagian luar, 3) Menggiring bola dengan punggung kaki.

Jika di lihat di sekolah-sekolah Dasar pemain sepakbola selalu diajarkan dalam setiap materi pembelajaran. Permainan sepakbola ini diajarkan 2 sampai 3 kali pertemuan setiap persemesternya. Di mulai dari kelas 1 (satu) sampai kelas VI (enam).

(13)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 70 Diskripsi permainan Sepak Bola Gawang Holahop

Jumlah Pemain dan Pergantian Pemain

1) Pertandingan ada dua regu yang masing-masing terdiri atas 30 pemain disesuaikan dengan jumlah murid yang ada disekolah..

2) Pemain dapat bertukar posisi dengan penjaga gawang holahop yang dilakukan secara berpasangan, asalkan mendapatkan persetujuan wasit sewaktu pertandingan sedang berhenti atau bola mati.

d. Durasi Pertandingan

Pertandingan berlangsung 2 x 15 menit diselingi waktu istirahat 5 menit. Durasi pertandingan tidak dihitung dalam kasus :

1) Pergantian pemain.

2) Pemain cidera dan harus dibawa ke luar lapangan. 3) Kasus lainnya.

Berikut ini adalah bentuk lapangan permainan sepakbola gawang holahop : Permainan Sepakbola Gawang Holahop

40 M 3.60 10 M 20 M 40 -50 M 20 -40 M 10 M Gambar 1. Lapangan Sepakbola yang di Variasi

: Pemain Putra : Pemain Putri : Gawang Holahop

(14)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 71 Ukuran Lapangan

Ukuran lapangan dengan panjang 40 meter dan lebar 10 meter, dengan kotak bersyarat antara 10 -20 meter. Diameter lapangan gawang holahop 3.60 m. Tidak ada kotak terlarang dalam model ini.

e. Peraturan Permainan

1) Untuk jumlah pemain disesuaikan dengan jumlah murid setiap kelasnya. Jumlah pemain dan perbedaan pemain putra dan putri tidak menjadi patokan yang mutlak, dalam hal ini disesuaikan dengan kondisi siswa disekolah masing-masing.

2) Lebar lapangan dengan menggunakan ukuran 40 x 20 m.

3) Untuk bola tidak menggunakan bola yang stándar tetapi menggunakan bola plastik.

4) Gawang yang digunakan sebanyak 4 gawang holahop yang ditempatkan pada posisi garis tepi belakang. Setiap regu memiliki 2 gawang holahop. Diameter holahop 1 meter dan tebal 1-2 cm. Pembawa gawang holahop dilakukan secara berpasang-pasangan siswa putra dan siswa putri yang keduanya saling memegang holahop atau siswa putra dengan siswa putra atau sebaliknya putri dengan siswa putri. Pembawa gawang adalah teman dari pemain penyerang. Jika pemain penyerang akan memasukkan bola ke gawang holahop maka pemain penjaga gawang holahop dapat mencari posisi termudah untuk dimasukkan bola kegawang holahop. Penjaga gawang holahop dapat bergesar ke kanan dan ke kiri dan tidak diperkenankan maju atau pun mundur.

5) Menggunakan 2 wasit yang disebut wasit 1 dan wasit 2. Dalam hal ini wasit dapat menggunakan siswa sebagai wasit. Wasit ditempatkan dengan pembagian wilayah lapangan yang jika ditarik garis membentuk diagonal lapangan.

6) Prosedur Pelaksanaan

a. Tendangan kick off dilakukan seperti pertandingan sepakbola pada umumnya. Permainan ini menggunakan 1 bola. Masing-masing tim berusaha memasukkan bola ke gawang lawannya.

b. Kedua siswa yang berperan sebagai gawang bergerak, menempatkan diri sejajar/sepanjang dengan garis gawang/berada di atas garis gawang, dengan menyesuaikan posisi/tempat bermain dari timnya yang membawa bola.

c. Tidak ada tendangan pinalti jika terjadi pelanggaran maupun handsball tetapi terjadi tendangan langsung ke gawang holahop jika pelanggaran

(15)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 72 terjadi di luar kotak bersyarat. Jika pelanggaran atau handsball terjadi di dalam kota terlarang maka terjadi lemparan ke dalam.

d. Tidak ada tendangan sudut, jika bola keluar di akhir garis tepi maka terjadi lemparan kedalam.

e. Setiap bola masuk ke dalam gawang holahop maka nilai yang diperoleh 1. f. Tim yang mendapatkan jumlah total nilai terbanyak dari hasil

memasukkan bola dalam waktu 2 x 15 menit sebagai tim yang memenangkan pertandingan.

G. Pembahasan

Berdasarkan langkah-langkah penelitian pengembangan untuk menghasilkan produk yang telah dilakukan, maka didapatkan produk akhir yang berupa model modifikasi materi permainan sepakbola gawang holahop. Penggunaan produk model modifikasi materi permainan sepakbola gawang holahop telah memberikan dampak atau pengaruh terhadap peningkatan denyut nadi 50,25 %.

Respon siswa terhadap aspek psikomotor setelah menggunakan produk model modifikasi materi permainan sepakbola gawang holahop menunjukkan sbahwa dari 105 siswa, yang termasuk dalam kategori baik faktor psikomotor siswa yang menjawab ”Ya” 86,67 % dan siswa yang menjawab ”Tidak” 13,43%. Dilihat dari hasil respon siswa pada aspek psikomotor setelah menggunakan model permainan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa dapat menggunakan model permainan sepakbola. Disamping itu siswa terpacu dan termotivasi untuk bergerak dalam bermain sepakbola. Siswa dapat melakukan berbagai gerakan dalam menendang, menggiring, lemparan ke dalam, sehingga secara otomatis dapat meningkatkan teknik dasar bermain sepakbola bahwa 105 siswa

Respon siswa terhadap aspek kognitif setelah menggunakan produk model modifikasi materi permainan sepakbola gawang holahop menunjukkan bahwa 105 siswa di dapatkan siswa yang menjawab ”Ya” 87,62% dan siswa yang menjawab ”Tidak” 12,38%. Dilihat dari hasil respon siswa pada aspek kognitif setelah menggunakan model modifikasi permainan sepakbola gawang holahop dapat meningkatkan aspek kognitif. Siswa dapat mengetahui dan memahami tentang cara bermain dan peraturan permainan sepakbola gawang holahop serta manfaat yang diperoleh dari bermain sepakbola gawang holahop. Disamping itu, siswa dapat memunculkan ide yang kreatif serta berpikir kritis, untuk memecahkan masalah ketika dalam bermain sepakbola, seperti: Bagaimana cara mengatur taktik dan strategi supaya timnya dapat mencetak gol ke gawang holahop sendiri.

(16)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 73 Respon siswa terhadap aspek afektif setelah menggunakan produk model modifikasi materi permainan sepakbola gawang holahop menunjukkan bahwa persentasi siswa dari 105 siswa, yang menjawab ’Ya” 88,57% dan siswa yang menjawab ”Tidak” 11,43 %. Dilihat dari hasil respon siswa aspek afektif setelah menggunakan model permainan sepakbola gawang holahop di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menampilkan sikap yang baik. Hal ini dapat dilihat dalam sikap saling kerjasama sesama teman dalam sebuah tim, misalnya kerjasama antara siswa yang menjadi gawang holahop dengan siswa yang menjadi penyerang. Sikap sportivitas juga ditunjukkan siswa ketika timnya mengakui keunggulan tim lawan yang memenangkan pertandingan. Disamping itu, siswa juga bertanggung jawab atas posisi yang ditempati ketika bermain sepakbola dan disiplin menjaga pemain lawan ketika menguasai bola.

Berdasarkan hasil gambaran responden siswa terhadap aspek psikomotor, kognitif dan afektif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan model modifikasi permainan sepakbola gawang holahop memberikan pengaruh yang baik terhadap aspek psikomotor, afekif, dan kognitif. Hal ini juga didasarkan pada sedikitnya persentasi jawaban tidak pada aspek psikomotor, afekif, dan kognitif.

H. Kesimpulan dan Saran Simpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Hasil dari penelitian ini adalah bentuk suatu model modifikasi permainan sepakbola gawang holahop di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

2) Permainan sepakbola gawang holahop dapat diterima untuk pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar.

3) Permainan sepakbola gawang holahop efektif untuk pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Dasar dengan rata-rata peningkatan denyut nadi 50,25%.

5.1. Saran

Model modifikasi permainan sepakbola sebagai produk yang telah dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif penyampaian materi permainan sepakbola untuk siswa kelas V (lima). Beberapa saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan keperluan pemanfaatan produk adalah: 1) Bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan Sekolah Dasar dapat

mencoba menggunakan model ini di sekolah, dalam pembelajaran permainan sepakbola.

2) Peneliti mengharap berbagai masukan bagi para pengguna, untuk penyempurnaan model lebih lanjut apabila masih diperlukan perbaikan.

(17)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 74 3) Bagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Dasar

diharapkan dapat mengembangkan model-model permainan sepakbola gawang holahop yang menarik lainnya untuk digunakan dalam pembelajaran permainan sepakbola.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Mahendra. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakart: Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Luar Biasa, Bagian Proyek Pendidikan Kesehatan Jasmani Pendidikan Luas Biasa.

Aip Sjarifuddin. (1984). Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: CV. Baru. Suparman.

Arif Subiyanto. (2007). Latihan Dasar Andal Sepakbola Remaja. Jakarta. Macana Jaya Cemerlang.

(1998). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta Rineka Cipta.

Borg, Walter R. dan Gill, Meredith, Damien. 1993. Educational Research: An Introduction Fourth Edition. New York: Longman Inc

Danny Mielke. (2007). Dasar-dasar Sepakbola. Pakar Raya

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2004). Undang-Undang Pendidikan Nasional Indonesia No. 2 tahun 2003 Bab IV. Jakarta.

Djoko Pekik Irianto. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset

Eddy Suparman. (1997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: PT. Angkasa Bandung.

Gusril. (20004). Effektvitas Ancangan Modifikasi Olahraga ke dalam Penjas Jurnal Nasional Penjas dan Ilmu Keolaharagaan. Volum 3, Nomor I, April

Mahmud Yunus. (1990). Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.

Mudjiono dan Dimyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinieka Cipta.

(18)

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 1 Tahun 2012 75 Oemar Hamalik. 2007. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara

Rusli Lutan. (2002). Menuju Sehat Bugar. Jakarta Pusat. Dirjen Olahraga, Depdikbud.

Siedentop, Darky, e al. (2004). Complete Guide to Sport Education. USA: Human Kinetics

Toho Cholik Mutakhir. (2002). Gagasan-gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Surabaya: UNESA.

Yudha dan Husdarta. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Biodata Penulis

Nama : Dwi Supriyanto.

Tempat, Tanggal lahir : Kembang Tanjung 18 Oktober 1985 Pendidikan : S1 STKIP Dharma Wacana

S2 Pendidikan Olahraga UNNES Semarang Studi Lanjut S3 di UNNES Semarang

Pengalaman Pekerjaan : Guru SDN 02 Kembang Tanjung

Sebagai staf pengajar STKIP Dharma Wacana Metro Lampung

Gambar

Tabel 1  :  Rata-rata  perhitungan  denyut  nadi  siswa  kelas  V  sebelum  dan  sesudah mengikuti pembelajaran permainan sepakbola

Referensi

Dokumen terkait

pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian ( attention )

[r]

melaui Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Landak adalah ASLI dan BENAR. Jika dikemudian hari ditemui bahwa data/dokumen yang saya

Pelaksanaan kegiatan PPM dalam bentuk pelatihan seni tradisional bagi masyarakat sekitar kampus UNY Karangmalang ini juga mengindikasikan keberhasilan, yaitu sambutan

Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene Organ Reproduksi Wanita pada Anak Sekolah di Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo; Sumiyati Andayaning Tias;

Hal ini dapat dilihat dari jarangnya permintaan kepada advokat oleh aparat penegak hukum baik polisi maupun jaksa untuk memberikan bantuan hukum ketika ada klien

Drdido

Sehubungan dengan Evaluasi Harga untuk pekerjaan Pengadaan Peralatan Jaringan Komputer Dan Perlengkapannya Pada Kegiatan Penyelenggaraan Jaringan Fiber Optic Antar Dinas/Instansi