• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi K-Shortest Path Routing pada Jaringan Software Defined Network

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi K-Shortest Path Routing pada Jaringan Software Defined Network"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi K-Shortest Path Routing pada Jaringan Software Defined

Network

Romy Dwi Andika Manullang1, Widhi Yahya2, Dany Primanita Kartikasari3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1manullangromy@gmail.com, 2widhi.yahya@ub.ac.id, 3dany.jalin@ub.ac.id

Abstrak

Software Defined Network (SDN) merupakan pemodelan jaringan yang memisahkan antara control plane dan data plane. Routing jaringan merupakan salah satu bagian dari SDN yang menarik untuk

dilakukan penelitian. Algoritme routing yang paling sering digunakan saat ini adalah algoritme routing

single path, Algoritme ini hanya menggunakan satu jalur saja sebagai media pengiriman data. Hal ini

akan mengakibatkan performa pada jaringan semakin berkurang yang disebut dengan kemacetan jaringan. Dalam penelitian ini algoritme routing yang digunakan yaitu Yen K-Shortest Path. Algoritme ini akan mencari sebanyak K jalur yang diinginkan sebagai media pengiriman data. Algoritme Yen

K-shortest path akan meminimalisir terjadinya kemacetan pada jaringan. Algoritme ini diimplementasikan

menggunakan emulator Mininet dan Ryu controller pada tiga topologi pengujian. Pengujian yang dilakukan untuk mengukur kinerja dari algoritme meliputi convergence time, throughput, packet loss. Data yang didapatkan pada pengujian menggunakan algoritme Yen K-Shortest Path dibandingkan dengan data yang didapatkan menggunakan algoritme Dijkstra dengan metode pengujian yang sama. Serta terdapat pengujian untuk melihat keberhasilan algoritme menggunakan lebih dari satu jalur pada pengujian multipath. Pada pengujian convergence time, algoritme Yen K-Shortest Path mendapatkan rata-rata sebesar 0,01962 detik untuk topologi pertama, dan 0,02409 detik untuk topologi kedua. Berdasarkan hasil pengujian throughput, Algoritme Yen K-Shortest Path mengungguli algoritme Dijkstra dengan peningkatan throughput yang paling tinggi mencapai 176,01 % lebih besar . Untuk hasil pengujian packet loss, Yen K-Shortest Path juga lebih unggul karena memiliki packet loss lebih sedikit dibandingkan dengan algoritme Dijkstra.

Kata kunci: SDN, OpenFlow, Mininet, Ryu, Yen K-Shortest Path, Dijkstra

Abstract

Software Defined Network (SDN) is a network modeling separating control plane and data plane. Network routing is part of SDN that give interest for the research. The most commonly used routing algorithm today is the single path routing algorithm. This algorithm uses only one path as the data transmission medium. This will reduced network performance known as network congestion. In this study we implemented Yen K-Shortest Path as routing algorithm. These algorithm will search for as many K lines as the data transmission medium. The Yen K-shortest path algorithm will minimize network congestion. These algorithms has been implemented using Mininet emulator and Ryu controller in two topology. The tests performed to measure the performance of the algorithm include convergence time, throughput, packet loss. The data obtained in the test using the Yen K-Shortest Path algorithm compared to data obtained using Dijkstra algorithm with the same test method. And there is a test to see the success of the algorithm for using more than one path on multipath testing. In the convergence time test, the Yen K-Shortest Path algorithm gets an average of 0.01962 seconds for the first topology, and 0.02409 seconds for the second topology. Based on the results of throughput testing, the Yen K-Shortest Path algorithm outperformed Dijkstra's algorithm with the highest throughput increase reaching 176.01% larger. For packet loss test results, Yen K-Shortest Path is also superior because it has fewer packet loss than Dijkstra algorithm.

(2)

1. PENDAHULUAN

Software-Defined Networking (SDN) merupakan sebuah teknologi dalam jaringan yang memisahkan antara Control Plane dan

Data Plane. Control Plane berfungsi untuk

mengatur bagaimana suatu paket dikirimkan pada suatu jaringan, sedangkan Data Plane merupakan perangkat yang menjalankan kegiatan penerusan atau pengiriman paket berdasarkan informasi yang diberikan control plane (Kreutz, et al., 2015). Protokol yang digunakan untuk merealisasikan konsep SDN disebut Protokol Openflow. Openflow bertujuan untuk penelitian dan eksperimen protokol jaringan (McKeown et al, 2008). Openflow merupakan protokol yang menjadikan SDN bersifat “open”, dimana tidak harus terikat oleh salah satu vendor jaringan saja. Hal ini membuat SDN menjadi solusi untuk teknologi jaringan masa depan karena dapat digunakan untuk komunikasi berbagai macam vendor jaringan yang berbeda. Selain itu SDN juga menerapkan konsep jaringan yang memilii controller terpusat. Controller ini nantinya akan bertanggung jawab untuk memberikan logika

routing dan forwading pada switch. Teknisi SDN

dapat melakukan berbagai hal di dalam

controller mulai dari pengaturan ataupun monitoring jaringan. SDN digunakan untuk

mengatasi masalah pada jaringan komputer yaitu konfigurasi real-time. Seperti yang diutarakan oleh MPLS (Multi Protocol Label Switching) secara teoritis membahas masalah routing dengan kemampuan traffic engineering (TE). Namun, mekanisme TE tidak diimplementasikan dalam jaringan backbone saat ini karena protokol yang kaku dan tidak memungkinkan konfigurasi ulang real-time jaringan. (Das, 2012).

Algoritme Routing Single Path pada OSPF (Open Shortest Path First), tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan keseluruhan jalur yang ada pada topologi jaringan. Ketika ditemukan jalur antara node satu dan node selanjutnya algoritme akan melakukan perhitungan cost antar node dan jalur yang akan dipilih adalah jalur yang memiliki cost paling rendah. Jalur tersebut dianggap optimal jika dan hanya jika cost dari jalur tersebut lebih kecil atau sama dengan jalur lain yang belum diselidiki. (Nicholson, 1996). Kelemahan dari OSPF ini adalah ketika memilih jalur untuk mengirimkan data, OSPF hanya melihat dari seberapa besar

ukuran kanal Bandwidth tanpa membandingkan adanya kondisi jalur lain yang tingkat kepadatan lalu lintas komunikasi datanya relatif lebih rendah. Padahal semakin tinggi tingkat kepadatan lalu lintas, komunikasi data pada jalur yang memiliki lalu lintas data yang padat akan berakibat tingginya resiko akan kegagalan hubungan komunikasi data tersebut lalu mengakibatkan gagalnya packet data dikirim dikarenakan penurunan kapasitas bandwidth. Penurunan kapasitas bandwidth tersebut dikarenakan terjadinya penumpukan data pada link tersebut atau yang biasa disebut dengan kemacetan jaringan (kongesti). (Lazuardi, 2016). Pemilihan jalur yang hanya menggunakan satu jalur pengiriman saja hanya akan mengakibatkan

bottleneck pada jalur pengiriman yaitu pengurangan performa dari jalur tersebut, oleh karena itu implementasi K-shortest path routing pada software defined network akan memberikan alternatif jalur lain untuk digunakan sebagai media pengiriman sebanyak K- jalur yang diinginkan, metode ini akan mengatasi permasalahan kemacetan pada jaringan. Selain itu, routing biasanya dilakukan untuk memilih jalur terpendek dan tidak ada prioritas diberikan untuk semua jenis lalu lintas.

Berdasarkan permasalahan routing yang telah dijelaskan diatas, maka fokus dari penelitian ini adalah untuk mencoba mengimplementasikan K-Shortest path routing pada Software Defined Network untuk mengatasi kekurangan dari OSPF. Penelitian ini akan menggunakan algoritme Yen untuk mencari beberapa jalur terpendek dan menggunakan parameter delay untuk memilih jalur yang akan digunakan sebagai jalur pengiriman data.

Controller yang digunakan pada penelitian ini

adalah ryu. Ryu merupakan controller dengan basis bahasa pemograman Phyton. Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam perkembangan protokol routing openflow kedepannya.

2. METODOLOGI PENELITIAN

A. Software Defined Network

Software Defined Network (SDN) merupakan arsitektur jaringan yang bekerja dibawah kendali software sebagai kontrol utama. Dalam SDN, dilakukan pemisahan data dan

control plane. Pemisahan ini mendefinisikan

perangkat switch/router yang berada pada data

(3)

forwarding paket data dan memberikan

tangungjawab kepada controller terpusat untuk mengontrol perilaku seluruh jaringan. (B. N. Astuto, 2014). Tujuan dari SDN adalah untuk menyediakan antarmuka terbuka yang dapat mendukung pengembangan software yang dapat mengendalikan konektivitas suatu network resources dan aliran data pada jaringan. Dalam metode jaringan SDN terdapat salah satu protokol yang digunakan untuk menghubungkan antara kontroler dengan switch yaitu protokol

OpenFlow, pada protocol OpenFlow terdapat OpenFlow switch yang berfungsi sebagai switch

dan OpenFlow kontroler yang berfungsi sebagai kontroler. OpenFlow adalah standar pertama mengenai antarmuka komunikasi antara control

layer dan forwarding layer dalam arsitektur SDN.

B. OpenFlow

Openflow merupakan protokol standar pertama untuk komunikasi antara control layer dan forwading/data layer pada arsitektur SDN. Openflow merupakan protokol yang memberikan ijin untuk mengakses dan mengatur

forwading plane pada switch dan router.

Mekanisme kerja protokol openflow adalah ketika sebuah switch OpenFlow menerima paket yang belum terdaftar atau tidak memiliki entri

flow yang cocok, maka switch tersebut akan

meneruskan paket ini menuju Controller.

Controller dapat melakukan drop terhadap paket

tersebut, atau dapat menambahkan entri flow ke tabel flow untuk paket tersebut dan akan mengintruksikan kepada switch untuk meneruskan paker sesuai dengan entri flow yang baru. Ini akan membuat mekanisme komunikasi antara control plane dan data plane yang diatur melalui controller dapat memberikan respon terhadap setiap paket yang datang. (Open Networking Foundation, 2016).

C. Ryu

Ryu merupakan sebuah framework berbasis dari Software Defined Network (SDN) yang diimplementasikan sepenuhnya menggunakan phyton. Ryu menyediakan komponen perangkat lunak dengan API, hal ini membuatnya mudah digunakan para pengembang untuk membuat manajemen jaringan dan kontrol aplikasi baru. (ryu development team, 2017). Pengembangan aplikasi untuk Ryu dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa Python. Ryu mendukung berbagai protokol untuk memanajemen jaringan

antara lain OpenFlow, NetConf, Of-config dll. Kebutuhan atas Ryu sebagai OpenFlow controller adalah karena Ryu mendukung OpenFlow versi 1.0 hingga 1.5.

D. Algoritme Yen K-Shortest Path

K-Shortest Path routing merupakan pengembangan dari algoritme Shortest Path

Routing yang digunakan pada jaringan. Dasar

dari algoritme routing yang digunakan dalam

K-Shortest path routing adalah algoritme routing

pada shortest path routing. K-Shortest Path

Routing digunakan untuk mencari sebanyak

K-jalur yang memiliki cost paling kecil dalam jaringan. K-Shortest path routing termasuk ke dalam mekanisme multipath routing dimana,

K-Shortest path routing mampu menggunakan

lebih dari 1 jalur unruk mengirimkan data, hal ini akan meminimalisir terjadinya kemacetan pada jaringan. Algoritme routing yang digunakan untuk implementasi K-Shortest Path routing salah satunya adalah algoritme Yen. Algoritme Yen merupakan pengembangan dari algoritme Dijkstra, yang digunakan untuk mencari lebih dari satu jalur dalam sebuah topologi

Gambar 1. Pseudocode Algoritme Yen

E. Mininet

Mininet merupakan emulator jaringan open

source yang mendukung protokol openflow.

Mininet menggunakan pendekatan secara virtual terhadap host, router, switch, dan link. Mininet dapat disebut sebagai emulator jaringan virtual yang realistis. Mininet dapat juga digunakan untuk membuat topologi jaringan yang cukup kompleks dengan sumber daya yang sedikit. (Lantz, Heller, & McKeown, 2010). Mininet menggunakan virtualisasi berbasis proses untuk

(4)

menjalankan banyak host dan switch pada satu

kernel OS. Mininet memanfaatkan virtual software switch OpenvSwitch untuk membangun

topologi OpenFlow SDN. Mininet di sini akan digunakan untuk simulasi jaringan SDN dengan berbagai macam topologi.

3. PERANCANGAN DAN ANALISIS

A. Perancangan Sistem

Perancangan Sistem akan dilakukan dengan melakukan simulasi pada aplikasi emulator jaringan bernama mininet yang terdapat

Operating system berbasis linux. Dan menggunakan Ryu sebagai Controller SDN kemudian juga diperlukan perancangan Topologi dan Perancangan Algoritme Routing yaitu Algoritme Yen K-Shortest Path yang nantinya akan dilakukan beberapa pengujian dan dibandingkan dengan algoritme Dijkstra untuk melihat manakah algoritme yang memiliki performa lebih baik pada jaringan Software

Defined Network.

Sistem ini mensimulasikan jaringan berbasis SDN menggunakan Ryu sebagai

controller. Sedangkan untuk bagian jalur data

menggunakan emulator Mininet, Terdapat dua topologi yang diuji untuk menilai keberhasilan algoritme routing yang dilakukan. Secara urut dinotasikan dengan TOPO1 dan TOPO2 yang terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dengan ketentuan cost bernilai 1000 Mb untuk setiap

link antar switch.

Gambar 2. TOPO1

Gambar 3. TOPO2

B. Simulasi dan Analisis

Terdapat beberapa pengujian yaitu pengujian convergence time, throughput, packet

loss dan pengujian multipath.

1) Pengujian Convergence Time

Pengujian convergence time dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan controller untuk membentuk sebuah tabel

routing. Pengujian dilakukan dengan cara

mengirimkan paket Internet Control Message

Protocol (ICMP) dengan menggunakan

command ping dari client menuju server pada

topologi. Setelah mendapatkan reply atau balasan dari server, controller akan menampilkan jalur terpendek dan convergence

time pada topologi tersebut.

Gambar 4. Grafik pengujian convergence time

Pada gambar 4 merupakan rata-rata nilai dari hasil pengujian convergence time dilakukan sebanyak 10 kali pada setiap topologi. Dari hasil yang di dapat untuk setiap topologi, perbedaan

convergence time bertambah seiring dengan

penambahan switch pada topologi. 2) Pengujian Throughput

Pengujian throughput dilakukan untuk mengetahui kecepatan data yang diperoleh untuk mengirimkan paket ke dari client menuju server. Pengujian dilakukan dengan dengan menggunakan aplikasi iperf yang dijalankan pada empat buah host. Satu host bertindak sebagi

server dan satu host yang lain bertindak sebagai client yang akan mengirimkan paket data.

Pengujian dilakukan dengan meningkatkan jumlah koneksi client sebanyak 20 koneksi selama 15 detik. Perlakuan seperti ini dilakukan untuk kedua topologi pengujian. Pada algoritme Yen, diberikan nilai max_k = 3, yaitu setiap host dapat menggunakan 3 jalur berbeda untuk mengirimkan data.

(5)

Gambar 5. Grafik pengujian throughput di TOPO1

Berdasarkan gambar 5 grafik hasil pengujian throughput pada topologi TOPO1,

throughput rata-rata yang diberikan oleh

algoritme Yen lebih besar dibandingkan dengan

throughput yang diberikan oleh algoritme

Dijkstra.

Gambar 6. Grafik pengujian throughput di TOPO2

Berdasarkan gambar 6 grafik hasil pengujian throughput pada topologi TOPO2,

throughput yang diberikan oleh algoritme Yen

lebih besar dibandingkan dengan throughput rata-rata yang diberikan oleh algoritme Dijkstra. Pada pengujian throughput pada TOPO2 hanya terdapat perbedaan kecil antara kedua algoritme, ini disebabkan pada TOPO2 terjadi bottleneck pada saat pengujian menggunakan algoritme Yen K-Shortest path

3) Pengujian Packet Loss

Pengujian packet loss bertujuan untuk melihat besaran packet yang tidak dapat dikirimkan (drop) dari client menuju server. Pengujian paket loss dilakukan dengan UDP

iperf. Pengujian dilakukan dengan membentuk

koneksi UDP antara host 1 yang bertindak sebagai client secara bersamaan kepada host 2 yang bertindak sebagai server. Pengiriman paket UDP dilakukan dengan peningkatan jumlah koneksi dari 15 sampai 45 koneksi, beban transfer diberikan sebanyak 5 MB untuk masing-masing koneksi. Pada algoritme Yen, diberikan nilai max_k = 3, yaitu setiap host dapat

menggunakan 3 jalur berbeda untuk mengirimkan data.

Gambar 7. Grafik pengujian packet loss TOPO1

Pada gambar 7 merupakan rata-rata nilai dari hasil pengujian packet loss untuk topologi TOPO1. Peningkatan jumlah koneksi client tampak tidak begitu berpengaruh pada persentase paket loss baik menggunakan algoritme Yen maupun algoritme Dijkstra. Dari hasil pengujian packet loss ini juga dapat kita ketahui bahwa algoritme Yen memiliki packet

loss lebih rendah dari pada algoritme Dijkstra.

Rata-rata persentase packet loss pada algoritme Yen untuk TOPO1 mencapai 0,179 % dan untuk algoritme Dijkstra 1,009 %.

Gambar 8. Grafik pengujian packet loss TOPO2

Pada gambar 8 merupakan rata-rata nilai dari hasil pengujian packet loss untuk topologi TOPO2. Peningkatan jumlah koneksi client tampak tidak begitu berpengaruh pada persentase paket loss baik menggunakan algoritme Yen maupun algoritme Dijkstra. Dari hasil pengujian packet loss ini juga dapat kita ketahui bahwa algoritme Yen memiliki packet

loss lebih rendah dari pada algoritme Dijkstra.

Rata-rata persentase packet loss pada algoritme Yen untuk TOPO1 mencapai 0,546 % dan untuk algoritme Dijkstra 1,211 %.

4) Pengujian Multipath

Pengujian multipath bertujuan untuk melihat keberhasilan algoritme untuk menggunakan semua jalur yang telah ditemukan. Data yang digunakan untuk pengujian ini adalah

0 100 200 20 Client Mb p s

Thoroughput TOPO1

Yen K-Shortest path Dijkstra

30 32 34 20 Client Mb p s

Thoroughput TOPO2

(6)

data transmisi byte dari tiap path yang telah ditemukan. Untuk melihat pergerakan transmisi data didalam topologi, maka penulis menggunakan aplikasi bernama bwm-ng. Aplikasi bwm-ng dapat memonitor transmisi data berdasarkan port-port yang terdapat dalam

switch. Pengujian dilakukan dengan membentuk

koneksi TCP antara host 1 yang bertindak sebagai client kepada host 2 yang bertindak sebagai server. Pengiriman paket TCP dilakukan selama 30 detik dengan jumlah koneksi sebanyak 15 koneksi. Pada saat kedua host sedang melakukan transmisi paket, aplikasi bwm-ng akan dijalankan untuk mendapatkan nilai transmisi di tiap-tiap port didalam switch. Pada algoritme Yen, diberikan nilai max_k = 3, yaitu setiap host client dapat menggunakan 3 jalur berbeda untuk mengirimkan data.

Gambar 9. Grafik pengujian multipath TOPO1

Pada gambar 9 merupakan nilai dari hasil monitoring menggunakan bwm-ng pada saat sistem sedang melakukan transfer data untuk topologi TOPO1. Setiap jaur yang ditemukan dibedakan berdasarkan port penghubung dalam topologi. Terlihat pada grafik terdapat 3 jalur yang mendapatkan beban transfer pada algoritme Yen, dan pada algoritme Dijkstra

hanya 1 jalur saja yang diberikan beban transfer. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan interval sebanyak 30 kali pada bwm-ng. Aplikasi bwm-ng melakukan monitoring jalur setiap ,5 detik sekali, berarti dengan interval 30 kali hanya membutuhkan waktu 15 detik. Algoritme Yen K-shortest path untuk topologi TOPO1 berhasil menggunakan seluruh jalur yang ditemukan untuk mengirim paket dengan

bandwith diatas 100 MB.

Gambar 10. Grafik pengujian multipath TOPO2

Pada gambar 10 merupakan nilai dari hasil monitoring menggunakan bwm-ng pada saat sistem sedang melakukan transfer data untuk topologi TOPO2. Setiap jaur yang ditemukan dibedakan berdasarkan port penghubung dalam topologi. Terlihat pada grafik terdapat 3 jalur yang mendapatkan beban transfer pada algoritme Yen, dan pada algoritme Dijkstra hanya 1 jalur saja yang diberikan beban transfer. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan interval sebanyak 30 kali pada bwm-ng. Aplikasi bwm-ng melakukan monitoring jalur setiap ,5 detik sekali, berarti dengan interval 30 kali hanya membutuhkan waktu 15 detik.

(7)

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis dari implementasi sistem ini, dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Sistem telah mampu melakukan pencarian sebanyak K-jalur terpendek untuk kedua topologi.

2. Berdasarkan hasil pengujian convergence

time, convergence time meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah switch yang ada pada tiap topologi, meskipun perbedaanya tidak begitu signifikan.

3. Berdasarkan hasil pengujian throughput, algoritme Yen memiliki throughput yang lebih besar dibandingkan dengan algoritme Dijkstra. Namun pertambahan switch dalam topologi sangat berpengaruh terhadap besar dari throughput tersebut.

4. Untuk hasil pengujian dari packet loss banyaknya switch pada setiap topologi tidak terlalu berpengaruh terhadap besarnya persentase packet loss namun pertambahan jumlah koneksi client (flow) mempengaruhi persentase packet loss pada pengiriman data. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa packet loss untuk algoritme Yen lebih kecil dibandingkan algoritme Dijkstra.

DAFTAR PUSTAKA

Astuto, B. N., Mendon¸ca, M., Nguyen, X. N., Obraczka, K., & Turletti, T. 2014. A Survey

of Software-Defined Networking: Past, Present, and Future of Programmable Networks. IEEE Commu nications Society,

Institute of Electrical and Electronics Engineers.

Das, S. (2012). A Unified Control Architecture

for Packet and Circuit Network Convergence. PhD Dissertation, Stanford

Univeristy.

Kreutz, D., Verissimo, P. E., Azodolmolky, S., Ramos, F. M., Rothenberg, C. E., & Uhlig, S. (2015). Software-Defined Networking: A

Comprehensive Survey. Proceedings of the IEEE. IEEE.

Lantz, B., Heller, B., & McKeown, N. (2010). A Network in a Laptop: Rapid Prototyping for Software-Defined Networks. SIGCOMM. New Delhi: ACM

Lazuardi, E. (2016). Metode Pemilihan Jalur

Routing Adaptif Berdasar Kemacetan Jaringan dengan Algoritme Dijkstra Pada OpenFlow Network. Malang: Universitas

Brawijaya.

McKeown, N., Anderson, T., Balakrishnan, H., Parulkar, G., Peterson, L., Rexford, J., . . . Turner, J. (2008). OpenFlow: Enabling

Innovation in Campus Networks. OpenFlow

Nicholson, T. A. J. (1996). Finding the shortest

route between two points in a network.

OXFORD ACADEMIC.

Open Networking Foundation. (2016).

OpenFlow. Diambil kembali dari Open

Networking Foundation : https://www.opennetworking.org/sdn-resources/openflow

ryu development team. (2017). ryu Documentation. Release 4.11

Gambar

Gambar 1. Pseudocode Algoritme Yen
Gambar 3. TOPO2
Gambar 8. Grafik pengujian packet loss TOPO2  Pada  gambar  8  merupakan  rata-rata  nilai  dari  hasil  pengujian  packet  loss  untuk  topologi  TOPO2
Gambar 10. Grafik pengujian multipath TOPO2  Pada gambar 10 merupakan nilai dari hasil  monitoring  menggunakan  bwm-ng  pada  saat  sistem  sedang  melakukan  transfer  data  untuk  topologi  TOPO2

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan komunikasi matematika tulis siswa, subjek yang benar dalam mengajukan masalah berdasarkan informasi verbal dan gambar, mampu menggunakan pernyataan yang

Pengadaan dan pemasangan peralatan Sistem Tata Suara ditempatkan di Ruang Kontrol secara lengkap termasuk pengkabelan dan koneksi meliputi peralatan sesuai diuraikan dalam Gambar

dengan memberikan obat-obatan dengan memberikan obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup yang dapat memperpanjang hidup

6) Pembongkaran tumpatan pada kavitas. Penghalusan akses dan pengangkatan semua bahan pengisi lama dari kamar pulpa merupakan tahap yang paling penting dalam

Sehubungan dengan musim tanam yang sering kali terlambat, baik musim tanam pertama atau rendeng, dan musim tanan kedua atau sadon, maupun tanam pada musim

Bil ki hoş şeylerin en güzeli su ve süslerin en güzeli sürmedir.”130 44- Mukatil Bin Süleyman’dan; “Rasulullah sallallahu aleyhi ve sellem buyıurdu ki; “Her hangi bir

Berdasarkan hasil analisis data lapangan dapat di kemukakan bahwa pada umur responden berpendapat, bahwa :benda benda yang dapat di terima sebagai jaminan fidusia

Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Eksperimen di Kelas