• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

UMUM

Dalam bab ini akan dibahas tentang dasar teori yang dipergunakan dalam perencanaan pengembangan Dermaga Jamrud Utara di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Perlu diketahui bahwa Dermaga Jamrud Utara ini merupakan dermaga General Cargo yang struktur dermaga lamanya menggunakan pondasi caisson.

2.2 PERHITUNGAN STRUKTUR EKSISTING

Dalam perhitungan Struktur eksisting ini hanya digunakan perhitungan stabilitas eksternal saja.

Perhitungan stabilitas eksternal pondasi Caisson meliputi kontrol terhadap guling (Overturning), geser (Horizontal Displacement), kelongsoran (Sliding), penurunan (Settlement) dan daya dukung (Bearing

Capacity). Output dari perhitungan stabilitas eksternal tersebut berupa Safety Factor (SF).

Safety factor (SF) adalah angka keamanan terhadap suatu kontrol

stabilitas, dalam hal ini adalah kontrol stabilitas pondasi Caisson terhadap guling, geser, kelongsoran, penurunan dan bearing capacity. Pada umunya besarnya angka keamanan adalah > 1,5. Apabila hasil perhitungan didapat < 1,5 maka suatu struktur tersebut dapat dikatakan tidak aman, sehingga harus dilakukan suatu perencanaan ulang.

(2)

qo(t/m2)

ql

Gambar2.1 Gaya – gaya yang bekerja pada Caisson

2.2.1 Perhitungan Guling (Overturning)

SF = g MomenGulin an MomenPenah   6 4 5 3 4 2 3 1 1 2 1 . . h E h E h E h E h H d P d W SF      

2.2.2 Perhitungan Geser (Horizontal Displacement)

H E E E E G SF      4 3 2 1 dengan G = (P + W) tan 

2.2.3 Perhitungan Kelongsoran (Sliding)

penggerak Momen penahan Momen SF

proses perhitungan menggunakan program STABLE, untuk cross

(3)

2.2.4 Perhitungan Penurunan (Settlement) St = Si + Sc dengan Si = Cf q B E v * * 1 2 ; Sc =          log 1 ' 1 * o o e H Cc  

2.2.5 Perhitungan Daya Dukung (Bearing Capacity)

aisson luasdasarC W P ql SF / ) (   dengan C Nc D Nq L B N B L B ql . 1 0,2 .' . ' 2 .' 2 , 0 1                     Keterangan :

Ka = Koefisien tekanan tanah aktif = 

     2 ' 45

tan2 0  atau dari

tabel-tabel

γsat = Berat volume tanah jenuh air (t/m3)

γ’ = Berat volume tanah efectif (t/m3), dengan γ’ = γsat - γw

γw = Berat volume air(t/m3)

’ = Sudut geser dalam tanah efectif (……0)

 = Sudut kontak geser antara dasar Caisson dan tanah

(……0).

E = Modulus young v = Koefisien poisson

B = Lebar pondasi

Cf = Koefisien bentuk pondasi

Si = Immedeately settlement Sc = Consolidation settlement Cc = Cpresion index

H = Tebal lapisan compresible

eo = Angka pori awal

σo’ = Tegangan efektif overbourden

(4)

2.3 BANGUNAN ATAS

maga

gan yang dipakai adalah perletakan

an momen akibat beban terbagi rata : 2.3.1 Perencanaan Plat Der

2.3.1.a Perhitungan Momen Plat

Asumsi perhitungan-perhitun jepit elastis. - Perhitung Mlx = Mtx = + 0.001 . q . lx2 . x Mly = Mty = + 0.001 . q . lx2 . x d

ly = momen lentur plat per satuan panjang di

Mtx, Mty panjang di

q lat (t/m1).

ng

x 971

Perhitungan momen akibat beban terpusat

imana :

bentang pendek plat

entang pendek (m) imana :

Mlx, M

lapangan arah bentang lx, ly (tm). = momen lentur plat per satuan tumpuan arah bentang lx, ly (tm). = beban total terbagi rata pada p

Lx = ukuran bentang terkecil plat, bentang ya

memikul plat dalam satu arah (m). = koefisien pada tabel 13.3.2 PBI 1 -

d

lx =

ly = bentang panjang plat bx = ukuran beban w arah b

by ly = + + a4 M 1x + a2x + a3 bx l a x bx lx by ly

(5)

by = ukuran beban w arah bentang panjang

Mx = momen positif maksimum arah bentang pendek

w = beban terpusat (ton)

, a3 rgantung dari lx/ly dan

ada beban terpusat yang bergerak, penulangan didimensi ang ini tidak tergantung pada tempat beban dan My = momen positif maksimum arah bentang panjang

(m)

a1, a2 , a4 = koefisien yang te

derajat jepit masing- masing sisi (Tabel VI KBI Ir. Sutami)

P

berdasarkan momen maksimum yang didapat, diambil tetap sepanj seluruh pelat (tepi-tepi).

Lebar pembesian

ditentukan dengan rumus-rumus sebagai berikut :

lx by bx by bx C Sx(0.4 0.4 0.2 0.3 . . ly lx ly lx . 1

Sx = lebar jalur dimana pembesian menahan momen My harus dipasang lx ly lx by bx ly by lx bx C Sy (0.4 . . . 3 . 0 4 . 0 2 . 0 1  

Sy = lebar jalur dimana pembesian menahan momen Mx harus dipasang lx ly lx by bx ly by lx bx C Six(0.6 . . . 1 . 0 1 . 0 1 . 0 2   

Six = lebar jalur dimana pembesian menahan momen Miy harus dipasang lx ly lx by bx ly by lx bx C Siy (0.6 . . . 1 . 0 1 . 0 1 . 0 2  

Siy = lebar jalur dimana pembesian menahan momen Mix harus dipasang

(6)

C1 dan C2 = koefisien yang tergantung pada keadaan derajat jepit

dan sisi plat

C1 = 0 , jika kedua sisi sejajar lx ditumpu bebas

C1 = 0.1 , jika kedua sisi sejajar ly dijepit dan lainnya ditumpu

bebas

C2 = 0 , jika kedua sisi sejajar lx ditumpu bebas

C2 = 0.1 , jika kedua sisi sejajar ly dijepit dan lainnya ditumpu

bebas

2.3.1.b Distribusi Beban Pelat Pada Balok

Plat yang membebani balok harus didistribusikan terlebih dahulu sesuai dengan area yang dipikul, distribusi beban pelat dermaga dan trestle terbagi atas :

Ly Lx Beban Segitiga : P’ = ½ .P. ½ .lx = ¼ p lx Beban Pelat q ( t/m2, Kg/m2) P = ½ q lx A B q eq P = ½ q lx P’ P P” VA VB

(7)

VA = VB = P’ = ¼ p lx Mmax = VA. ½ lx – P’. 1/3. (1/2 lx) = 1/4.p.lx – ½ lx – ¼ .p.lx.1/6lx = ¼ .p.lx.1/3lx = 1/12. p. lx = 1/12. ½ .q.lx2 = 1/24 .q lx3 Mmax eq = Mmax 1/8. q eq.lx2 = 1/24.q lx3 qeq = 2/3.p

Sehingga untuk beban segitiga : Q eq = 2/3.P = 2/3 p.q.lx = 1/3 .q.lx Beban Trapesium : A B q eq P = ½ lx VA P P P P VB ½ lx ly - lx ½ lx P’ = ½ .p.1/2 .lx = ¼ .lx.p = ¼ .lx.1/2 .q.lx = 1/8 .q.lx2 P” = ½ .p.(ly-lx) = ½ .q.lx.(ly-lx)

Mmax = Va.1/2 .ly – P’{1/2 .(ly-lx) + 1/3 .1/2 .lx} – P”.1/4 .(ly-lx)

Va = Vb = P’ + P” = ¼ .lx.P + ½ .p.(ly-lx) = ¼ .lx.P + ½ .p.lx – ½ .p.(ly-1/2lx) = ½ .p.ly – ½ .p.lx = ½ .P.(ly-1/2.lx)

Mmax = ½ 1/2.lx). ½ ly – ¼ .P.lx{1/2 .(ly-lx) + ½ lx} – ½

.P.(ly-lx).1/4 .(ly-1/2.lx))

= ¼ .P.ly(ly-1/2.lx) – ¼ .P.lx.(ly-1/2.lx) – 1/8 .P’.(ly-1/2.lx)2 Mmax ed = 1/8 .qeq.ly2 = ¼ .P.lx.(1/2ly-1/3.lx) – 1/8.P.ly2 – 1/8

.P’.ly.lx

+ 1/12 .P.lx2 – 1/8 .P’.ly2 + ¼ .ly.lx – 1/8 .P’.lx2

2 = 1/8 .P.ly2 – 1/24 .P.lx2

Mmax ed = 1/8 .qeq ly2

(8)

qeq = P{1- 2

3 ly 2 1 lx }

Jadi untuk beban trapesium :

eq = P{1- 2 2 3 1 ly lx } = ½ .q.lx{1- 22 3 1 ly lx q } .3.1.c Penulangan Plat

Perhitungan tulangan pada plat berdasarkan PBI 1971 :

2 Ca = b bx nxM h , dengan : '  b nx a o '     Amin = au  12

dimana : M beban kerja

egi, lebar badan

– ½ Ф tulangan )

1.1.1 ( 6400

= momen lentur akibat

B = lebar penampang balok pers penampang balok T

H = tinggi manfaat penampang

( ht – selimut beton – Ф sengkang

n = angka ekivalen antara satuan luas dengan satuan luas beton ( PBI 1971 – Pasal 11.1.3 )

Eb = modulus elastisitas beton berdasarkan PBI 1971

pasal 1 'bk (kg/cm2)) ,untuk beban mati

Ea beton menurut PBI 1971 pasal

( 2,1 x 106 (kg/cm2)) = modulus elastisitas 10.9.1

(9)

σ’bk = mutu beton (kg/cm2), PBI 1971 tabel 4.2.1

σ’a = tegangan tarik baja yang diijinkan, PBI 1971 tabel

tarik baja yang diijinkan, PBI 1971 tabel 10.4.1

rbesar sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan sebagai berikut:

10.4.1 ( σ’a = 0.33 σ’bk)

σ’b = tegangan

Apabila τb + τ’b > τbm , maka ukuran penampang harus dipe

τb + τ’b < τbm eng : τb = d an xht bx D 8 7 xht b D 2  τ’b = , b ht     45 , 0 26 3 untuk ht > b dimana :

τ’b ngan geser punter beton akibat beban

τbm

gan geser, menurut PBI 1971 tabel 10.4.2

untuk menghitung tulangan geser berdasarkan PBI 1971 (rumus 11.7.4).

τs + τ’m > τt

D = gaya lintang

Mt = momen puntirakibat beban kerja

τb = tegangan lentur beton akibat beban kerja

= tega kerja

= tegangan geser beton yang diijinkan untuk balok dengan tulan

Sebagai tulangan geser dipakai sengkang dengan luas efektif As dan jarak As dan tulangan miring dengan luas efektif Am. Perumusan yang digunakan

(10)

b a As s a s    , b a Cos Sin A m a m m      . (  Dimana :

τb = tegangan geser yang dapat dikerahkan oleh sengkang

τm = tegangan geser yang dapat dikerahkan oleh miring

Ф = sudut kemiringan tulangan miring terhadap sumbu

memanjang Balok

2.3.1.d Kontrol Retak

Lebar retak maksimum untuk beton di luar bangunan yang tidak terlindungi dari hujan dan terik matahari langsung, kontinu berhubungan air dan tanah atau berada dalam lingkungan agresif adalah 0,01 cm

Lebar retak pada pembebanan tetap akibat beban kerja, PBI 1971 pasal 10.7.3 dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :

6 5 4 3. ).( ) 10 (     C C C D C x W p a p    

dimana : w = lebat retak yang terjadi (cm)

α = koefisien yang tergantung pada jenis batang

tulangan 1,2 untuk batang polos

ωp, C3, C4, C5 = koefisien retak yang diambil dari

table 10.7.3 PBI 1971 c = tebal penutup beton

d = diameter batang polos, yang harus diganti dengan diameter pengenal dp menurut PBI 1971 pasal

3.7.4 apabila dipakai batang yang diprofilkan A = luas tulangan tarik(cm2)

σa= tegangan tarik baja yang bekerja ditempat retak

(kg/cm2)

h = tinggi manfaat (cm)

bo= lebar balok persegi atau lebat balok T (cm) y = jarak garis netral terhadap tepi yang tertekan (cm)

(11)

2.3.2 Perencanaan Balok Dermaga

Langkah – langkah perencanaan balok meliputi :

1) Seperti perencanaan plat lantai yang telah diuraikan diatas, penentuan lay out tipikal harus ditetapkan terlebih dahulu.

2) Dihitung pembebanan akibat distribusi beban plat pada balok. 3) Dengan bantuan program bantu SAP 2000, akan diperoleh

besarnya momen pada balok tersebut

4) Perhitungan penulangan balok dilakukan setelah besarnya momen diperoleh dari langkah no.3, dilanjutkan dengan perhitungan kontrol dimensi balok, perencanaan tulangan geser dan kontrol retak balok tersebut.

2.3.3 Perencanaan Balok Fender

Langkah – langkah perencanaan balok meliputi :

1. Seperti perencanaan plat lantai yang telah diuraikan diatas, penentuan lay out tipikal harus ditetapkan terlebih dahulu. 2. Analisa balok fender seperti perhitungan balok kantilever

dengan gaya tumbukan kapal pada ujung balok fender sebagai kondisi paling kritis sebagai beban.

3. Pada perhitungan momen, posisi perletakan balok (e), diasumsikan berada pada bidang sejajar poer bagian atas karena diasumsikan tidak monolit dengan poer.

4. Perhitungan penulangan balok dilakukan setelah besarnya momen diperoleh dari langkah no.3, dilanjutkan dengan perhitungan tulangan utama dan geser serta kontrol retak balok tersebut.

2.4

BANGUNAN BAWAH

Pada bagian ini, perencanaan meliputi pemilihan tiang pancang, perhitungan daya dukung, kontrol kekuatan bahan dan kalendering.

(12)

2.4.1 Pemilihan Tiang Pancang

Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan tiang pancang yang dipergunakan di struktur bangunan bawah dermaga adalah

 Diusahakan dengan harga yang termurah

 Kemampuan menembus lapisan tanah keras tinggi, untuk menghindari terjadinya tekuk.

 Mampu menahan pemancangan / pemukulan yang keras, agar

tidak hancur ketika pemancangan berlangsung.

Dalam Tugas Akhir ini, jenis tiang pancang yang dipergunakan adalah tiang pancang baja. Dengan kriteria pemilihan sebagai berikut :

Tabel 2.1 – Kriteria Pemilihan Tiang Pancang

Beton Baja Kayu N-Nilai SPT maksimal

yang dapat ditembus

2 Ked. Pemancangan Terbatas Bebas Terbatas 3 Berat Tiang Cukup ringan Lebih ringan Ringan 4 Mobilisasi Mudah Mudah Mudah

Relatif sulit karena terlalu bnyk sambungan Semakin panjang Relatif mudah karena Semakin panjang

semakin sulit cukup ringan semakin sulit Relatig mudah Relatig mudah Relatif sulit yaitu dengan pengelasan dengan pengelasan dengan sambungan baut 8 Harga tiang Cukup murah mahal mahal

Cukup mahal karena lebih murah karena Cukup mahal karena dihitung berdasar berat dihitung berdasar volume dihitung berdasar berat

cukup murah mahal karena perlu cukup murah proteksi anti karat

11 ketahanan thd korosi baik kurang baik baik

ada,yaitu ujung tiang retak Hampir tidak ada ada,yaitu ujung tiang retak pecah saat pemancangan pecah saat pemancangan Momen mak. Yang Terbatas, dari data WIKA Relatif besar terbatas mampu dipikul Piles bahwa ukuran maks.

f 60 cm kelas C Mmaks 29 tm

Tiang Pancang Spesifikasi

No

< 50 > 50 < 50

Relatif mudah Relatif mudah Pelaksanaan 5 1 7 10 12 13 9 6

Faktor kesalahan teknis Pengangkatan Tiang

Penyambungan

Biaya transportasi

Biaya pemeliharaan

2.4.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang

Perhitungan Daya Dukung Tanah untuk hasil soil test SPT

dipergunakan perumusan dari Metode LUCIANO DECORT (Daya Dukung

Pondasi Dalam, Dr. Ir. Herman Wahyudi):

(13)

dimana :

Ql = daya dukung tiang maksimum

Qp = resistance ultimate di ujung tiang

Qs = resistance ultimate akibat lekatan lateral Qad = SF QL Qp = qp.Ap = (Np K).Ap Qs = qs.As = s s A x N . 1 3      Dimana :

K : koefisien karakteristik tanah

Np : harga rata-rata SPT disekitar 4B diatas hingga 4B

dibawah dasar pondasi

qp : tegangan diujung tiang

Ap : luas penampang di ujung tiang = ¼  D2

As : keliling tiang x panjang tiang yang terbenam = .D.L

Ns : harga rata-rata sepanjang tiang yang terbenam

dengan batasan 3  N  50 qs : tegangan lekatan lateral (t/m2)

SF : angka keamanan

2.4.3 Kekuatan Bahan

Kontol bahan yang dilakukan meliputi kontrol terhadap tegangan, gaya horizontal, tekuk.

Berdasarkan Buku “Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi” oleh Suyono Sosrodarsono, Perumusan yang dipergunakan sebagai berikut :

o Kontrol Lendutan y = EI zf e Hu 12 ) (  3 

, untuk fixed-headed pile. dimana :

(14)

Hu = gaya horizontal maksimum yang diterima

tiang

E = Elastic modulus dari material tiang pondasi I = momen inersia tiang pancang

o Kontrol Tekuk

Tekuk dapat terjadi pada tiang pancang saat tiang pancang mencapai tanah keras lapisan pertama. Oleh karena itu, perlu dilakukan kontrol tekuk terhadap tiang pancang dengan perumusan sebagai berikut :

Hu = 2 x Mu / ( e + Zf) , untuk kondisi ujung tiang fixed dengan : Mu = σ x z

dimana : σ = Tegangan tiang

z = Modulus Elastisitas tiang Zf = Kedalaman titik jepit tiang

2.4.4 Kalendering

Berdasarkan Buku “Daya Dukung Pondasi Dalam” oleh Dr.Ir.Herman Wahyudi, Perumusan yang dipergunakan adalah formula dari Hiley sebagai berikut : p p W W W n W x c S H W Qu     2 2 . .  , Ru sf R  1 . dimana :

Qu = Daya Dukung Ultimate (Ton)

W = Berat Pemukul

H = Tinggi jatuh pada ram

S = Penurunan tiang rata-rata pada 3 set terakhir dengan

10 pukulan di setiap setnya (cm).

α = efesiensi of hammer

n = coefisien of restitution

(15)

C = Total temporary compression (C1 + C2 + C3) = 17 mm

C1 = Temporary compression of cushion (pile head & cap)

C2 = Temporary compression of pile

Referensi

Dokumen terkait

Diwakili oleh Pimpinan Perusahaan ( Komisaris Utama /Komisaris atau Direktur Utama / Direktur ) PT,CV dan Ketua Koperasi golongan kecil / besar yang berminat sebagai

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Semarang dari 12 sampel depot air minum isi ulang diperoleh hasil bahwa

MENGEMBANGKAN SIKAP TOLERANSI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu

a. Bharatayuda sebagai simbol pertarungan/pergulatan etika baik dan buruk dalam diri manusia: Peperangan dalam diri manusia adalah hakekatnya perang saudara, karena apabila

Didorong oleh permintaan akan kebutuhan tenaga kerja bidang alas kaki dengan keahlian pada masing-masing spesifikasi pada proses pembuatan alas kaki, maka skema ini disusun

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh hasil akurasi data training adalah 81.00% yang artinya bahwa klasifikasi data training pasien kanker payudara menggunakan

A high performance liquid chromatography method (HPLC) was developed for the determination of oxytetracycline (OTC) residues in fishes.. OTC was extracted from

Pada hari ini Selasa tanggal Dua puluh delapan bulan Juli tahun Dua ribu lima belas, kami selaku Kelompok Kerja Badan Layanan Pengadaan (BLP) Pekerjaan Konstruksi