• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Bangunan-bangunan/Monumen 1. Pura Puseh Bale Agung 2. Klenteng Tridharma/Ling Gwan Kiong 3. Vihara Brahma Amara;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "a. Bangunan-bangunan/Monumen 1. Pura Puseh Bale Agung 2. Klenteng Tridharma/Ling Gwan Kiong 3. Vihara Brahma Amara;"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

151 Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks

Dari survei yang dilakukan di kabupaten Buleleng ini, selain sumber daya arkeologi, Kabupaten ini juga memiliki berbagai macam budaya lokal baik dalam bentuk bangunan/monumem-monumen yang meliputi, kesenian, seni lukis, dan kerajinan tradisional, antara lain:

a. Bangunan-bangunan/Monumen 1. Pura Puseh Bale Agung.

Pura ini terletak di Desa Adat Julah, Kecamatan Tejakula. Secara geografis berada pada 08° 06’ 53,7” S dan 115° 17’ 58,1” E dengan ketinggian 60,5 m dari muka laut.

Bangunan Pura yang bercorak tradisonal, cirri khasnya pada bagian gapura paduraksa di halaman jeroan dan jaba tengah. Bangunan pelinggih dan meru sudah diganti baru pada tahun 2011. Di salah satu rumah penduduk bernama Bapak Nengah Mudana masih terdapat bangunan rumah tradisional berbahan batubata mentah (popol) dan penggunaan lesung batu (4 bh) yang masih digunakan hingga sekarang

2. Klenteng Tridharma/Ling Gwan Kiong

Terletak di pelabuhan Buleleng, Singaraja pada koordinat 8°06ˈ13,41" Lintang Selatan dan 115°05ˈ22,91" Bujur Timur. Bangunan klenteng dibangun pada tahun 1873, pernah direhab pada tahun 1970 dan 2003. Bangunan induk masih asli sesuai bangunan semula. Dewa utama yang dipuja yaitu Tan Hu Tin Jin. Atap bangunan Klenteng dan gapura berbentuk ekor walet.

3. Vihara Brahma Amara;

Berada pada08 12 41,1 Lintang Selatan dan 114 58 27,0 Bujur Timur

Terletak di Desa Banjar Tegeha, 18 km arah barat Singaraja. 2 km ke selatan dari jalan raya Singaraja-Seririt. Wihara ini terletak di kaki bukit menghadap ke

(2)

152 laut. Brahmavihara-Arama lebih dikenal dengan nama Wihara Buddha Banjar merupakan vihara buddha yang terbesar di Bali . Areanya cukup luas. Dari tempat ini dapat melihat pemandangan Laut Bali Utara yang membentang dari arah timur sampai ke barat karena letaknya di daerah perbukitan, hal ini menjadikan vihara buddha ini memiliki daya tarik yang kuat untuk wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Tugu yang mengesankan adalah lonceng kuil yang besar, sumbangan dari Thailand , fanel-fanel yang mencerminkan cerita budha, dan juga patung budha. Memberikan tempat ideal bagi mereka yang mencari tempat untuk meditasi.

Foto 83. Vihara Brahma Amara

4. Catuspatha Puri Buleleng, Kota Singaraja

Berada pada08° 07’ 28.1” S dan 115° 05’ 49.2” E, Catuspatha merupakan

(3)

153 perempatan agung (besar) yang merupakan ciri landscape tradisional Bali yang dianggap sebagai acuan (pusat) yang selalu berdekatan dengan puri (keraton). Perempatan agung merupakan arah menuju caturdesa (empat desa pendukung yang merupakan satu kesatuan) yang sesuai dengan 4 arah mata angin utama

5. Tugu Singa Ambara Raja Kabupaten/Kota : Buleleng

Secara geografis terletak pada garis lintang 08° 07’ 29,6” S dan 115° 05’ 34,2” ESinga Ambara Raja merupakan lambang Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng, berupa singa bersayap dengan salah satu kaki depannya

memegang "jagung gembal". Simbol berbentuk singa bersayap yang merupakan symbol Kota Singaraja ini kemudian dibangun dalam bentuk tugu di depan Kantor Bupati Buleleng dengan beton bertulang menghadap ke arah utara

(4)

154 dengan sayap yang terentang seolah hendak terbang. Tugu ini selanjutnya menjadi "Landmark" kota Singaraja karena bentuknya yang unik, dalam pengertian tidak ada duanya di dunia ini. Lokasinya yang berada di perempatan jalan yang sering dilalui wisatawan, menyebabkan tugu ini telah menjadi daya tarik yang cukup besar untuk daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng.Lokasi Tugu Singa Ambara Raja adalah di depan Kantor Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buleleng, di pertigaan jalan Veteran, Jalan Pahlawan dan Jalan Ngurah Rai.

6. Patung Sapi Gerumbungan

Terdapat di Desa Antasari Kota Singaraja, pada08° 06’ 54,9” S dan 115° 04’ 46,0” E. Sapi Berumbung merupakan kesenian balap sapi tradisional yang berasal dari desa Gerokgak. Dilaksanakan pada saat pasca panen sebagai hiburan masyarakat. Patung ini digambarkan dua buah orang yang mengendarai pacuan dengan 2 ekor sapi yang gagah.

Foto 86. Patung sapi gerumbungan

7. Monumen I Gusti Anglurah Pandji Sakti, Kota Singaraja

Berada pada08° 07’ 27.9” Lintang Selatan dan 115° 05’ 48.5” Bujur Timur. Merupakan Monumen I Gusti Anglurah Pandji Sakti (Raja Buleleng) yang sedang menaiki kuda.

(5)

155 Pada bagian depannya terdapat gajah yang merupakan simbol pasukan gajah yang diberikan oleh Raja Surakarta. Pada dinding pembatas sebelah barat dan utara terdapat relief yang menceritakan tentang proses pemberian gajah berikut pengawalnya (pawang) yang menjadi salah satu pasukan perang dan sejarah terkait peperanganya. Monumen ini diresmikan pada 30 Desember 2005 oleh Bupati Buleleng Drs. Putu Bagiada. M.M.

Foto 87: Patung Panji Sakti

8. Monumen Yudha Mandalatama

Terletak di Pelabuhan Buleleng, Singaraja pada koordinat 08°06’12,9” S dan 115°05’21,3”E. Bangunan ini merupakan monument perjuangan Ki Panji Sakti yang mengorbankan semangat peperangan melawan Belanda (Pemerintah Hindia Belanda) untuk menolak penjajahan. Monument ini diresmikan pada 17 Agustus 1987 oleh Bupati Buleleng Drs. I Nyoman Tastera.

Foto 88. Monumen Yudha Mandalatama

b. Kerajinan Tradisonal

Usaha kerajinan adalah suatu pilar perekonomian yang masih eksis menyangga kehidupan sebagian masyarakat Kabupaten Buleleng. Dengan

(6)

156 demikian sektor kerajinan sampai sekarang masih tetap diusahakan sebagai mata pencaharian, baik dilakukan secara perorangan, maupun kelompok.

Dalam bentuk usaha, ada yang dilakukan secara tradisional perorangan, kelompok masyarakat atau dengan manajemen yang lebih baik dalam bentuk perusahaan perorangan maupun asosiasi. Makin majunya dunia usaha serta taraf kehidupan masyarakat produsen maupun konsumen, tak pelak menuntut pencitraan bentuk-bentuk kerajinan, sehingga kerajinan dapat berkembang begitu dinamis.

Pada penelitian ini beberapa pengrajin yang sementara ini telah didapat antara lain:

1. Perajin Emas dan perak.

Objek : Perajin Emas dan Perak

Katagori : Budaya Lokal

KOORDINAT : Spot 1A E = 115º 05’ 58,8” S = 08º 07’ 54,4” Spot 1B E = 115º 06’ 01,5” S = 08º 08’ 02,6” Ketinggian : 108 mdpl

Lingkungan alam : Permukiman

Bentang lahan : Dataran rendah

Lokasi administrasi : Desa Bratan, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng

Cara tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4.

Deskripsi objek : Kerajinan emas an perak ini merupakan home industri. Motif ukirannya sering disebut dengan istilah sed bima. Jenis kerajinan yang umum dibuat berupa perhiasan antara lain cincin, kalung, gelang dll, juga ada alat-alat untuk upacara antara lain nampan.

Pemilik objek : Komang Sukemi

Jumlah pegawai : 2 orang (suami dan istri)

Pemanfaatan : pehiasan, nampan an bokor dijual sebagai produk home industry

(7)

157 Keterangan tambahan : Sepanjang jalan Singaraja-Sukaraja terdapat sebuah desa Beratan yang merupakan sentra industri rakyat terutama perak dan emas. Hingga sekarang masih terdapat beberapa industry rakyat yang masih bertahan terlihat dari papan nama yang terpampang di pinggir jalan. Layanan paling mudah yaitu sepuh hingga pembuatan model tertentu dapat dikerjakan di industry rakyat tersebut.

Hasil industri yang dihasilkan yaitu dulang, bokor, cincin, gelang, asesoris, dll. Pemasaran hasil kerajinannya dilakukan dengan cara dijual di rumah maupun diambil oleh para pedagang keliling desa / kampung. Di kawasan ini pernah diadakan pembinaan tehadap para perajin, namun tidak sesuai

Foto 89. Pengrajin emas dan perak Komang Sukemi

dengan spesialisasi para perajin. Misalnya perajin yang diundang khusus emas dan perak akan tetapi materi pembinaannya berupa budidaya mutiara atau lainnya.

Pembuatan dilakukan dengan memukul dan memanaskan, dibentuk secara perlahan baik itu pengukiran maupun pemahatan. Sebagian besar tidak menggunakan perak murni karena harganya mahal sehingga menggunakan

(8)

158 material kuningan kemudian disepuh dengan perak tetapi hasilnya hampir mirip.

Nara Sumber/informan : 1. Nama : Komang Sukemi

Umur : 37 tahun

Alamat: Desa Bratan, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng Status : Perajin emas dan perak

2. Nama : Nyoman Sweden

(9)

159

2. Pengrajin gamelan/gong

Objek : Perajin Gamelan Surya Nada

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : E = 115º 10’ 21,6” danS = 08º 08’ 25,6”

Ketinggian : 223 mdpl

Lingkungan Alam : Perbukitan

Bentang lahan : Permukiman

Cara tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4. Setelah sampai pinggr jalan, masuk gang dengan jalan sedikit naik sejauh 50 meter.

Deskripsi objek : Desa Sawan memiliki banyak perajin gong salah satunya yaitu Made Suanda yang merupakan pemilik usaha gong Suryanada. Keahlian ini diperoleh secara turun temurun. Usaha tersebut sudah dirintis sejak orang tuanya tetapi dalam bentuk peralatan pertanian. Sebelum tahun 1998 mengalami tenaga pemanas manual (pompa tenaga manusia/tradisional) untuk memanaskan logam tetapi sejak tahun 1998 menggunakan listrik untuk memudahkan pengerjaan.

Proses pembuatan gamelan dapat diuraikan sebagai berikut:

- Pada awalnya harus mempersiapkan musa (kowi) untuk melebur tembaga atau besi yang akan dijadikan bahan tersebut.

- Setelah terlebur maka dicetak menjadi lempengan-lempengan cakram sesuai ukuran yang dikehendaki menurut ukuran yang ingin dibuat.

- Kemudian dipanaskan dan ditempa berulang-ulang hingga membentuk pipih, tetapi untuk membentuk bulatan tengah pada gong diletakkan di batu khusus yang bagian tengahnya cekung (menyerupai lumpang batu tetapi dengan lubang yang kecil dan dangkal).

- Setelah ditempa berkali-kali dan sudah terbentuk maka dilanjutkan dengan mengatur nada yang dikeluarkan. Setiap jenis gamelan atau perangkat tertentu memiliki suara yang berbeda sehingga disesuaikan dengan fungsi alat tersebut. Jika suaranya kurang tepat maka ditempa lagi dan dicoba berulang-ulang hingga mendapatkan suara yang diinginkan.

- Pengerjaan tersebut biasa dilakukan bersamaan perbagian (bukan berurutan) karena memerlukan keefesienan waktu dan lebih mudah.

(10)

160

Foto 91.

Pengrajin gamelan/gong, Desa Sawan,Kecamatan sawan

Pemilik objek/kawasan : Made Suanda

Jumlah pegawai : 5 orang yang memiliki kemampuan yang

berbeda-beda

Pemanfaatan : Dijual sebagai produk home industry

(11)

161 Sawan Kab. Buleleng

Keterangan tambahan : Bahan yang digunakan meliputi 2 jenis yaitu besi dan perunggu. Pengadaan besi dilakukan dengan cara membeli di toko. Bahan ini banyak dijual di toko-toko di Buleleng dan sekitarnya. Sementara bahan perunggu harus beli dan didatangkan dari Surabaya. dan pernah juga dari negara Perancis.

Harga seperangkat peralatan gamelan lengkap bisa mencapai 200 juta rupiah. Nara sumber/informan :

1. Nama : Made Suanda (35 tahun)

Alamat : Desa Sawan, Banjar Kawanan, Kec. Sawan, Kab. Buleleng Status : Perajin gamelan

2. Nama : Nyoman Armada (32 tahun)

Alamat : Desa Sawan, Banjar Kawanan, Kec. Sawan, Kab. Buleleng Status : Pengantar tamu

3. Pengrajin Tenun Cakcak Ketut Landri

Objek : Pengrajin Tenun Cakcak

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : E = 115º 17’ 11,6” dan S = 08º 07’ 34,7”

Ketinggian : 380 mdpl

Lingkungan alam : Perbukitan

Bentang Lahan : Permukiman

Cara Tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4. Setelah sampai pinggir jalan, masuk gang dengan jalan naik sekitar 20 meter.

Diskripsi objek : Kerajinan tenun yang ada di kawasan ini sering disebut dengan istilah tenun cak-cak. Penyebutan dengan istilah ini berkaitan erat engan bunyi alat yang dipakai untuk menenun kain. Alat tenun tersebut pada saat dipakai berbunyi cak-cak. Bahan dasar yang dipakai untuk menenun diperoleh dengan cara membeli di pasar. Pada umumnya bahan dasar untuk menenun dibuat dari kapas yang diproduksi di Bali sendiri. Terkait dengan pewarnaan tenun dibuat dari bahan dasar sesuai dengan warnanya.

(12)

162 Misalnya: warna kuning berasal dari bahan kunyit, sedangkan warna merah dibuat dari bahan kunyit yang dicampur dengan kapur. Zaman dahulu pewarnaan masih menggunakan pewarna alam sebagai contoh warna kuning berasal dari kunyit dan warna merah berasal dari kunyit ditambah dengan kapur sirih (pamor) tetapi sekarang telah menggunakan pewarna pabrik (kain) yang dapat dibeli di toko-toko. Warna kain sembiran yang popular yaitu hitam, merah, dan kuning.

Untuk satu kain selendang dapat diselesaika antara 7 hari hingga 12 hari, sedangkan untuk kain yang lebar, tinggal menyambung dua selendang dengan variasi yang sesuai dengan selera.

Pemakaian kain ini pada saat galungan dan kuningan sehingga sebagian besar mereka akan menggunakan pakaian tradisional untuk laki-laki menggunakan kain diselempangkan dan menggunakan endek di bawahnya, sedangkan perempuan mengalungkan kain yang kecil dan menggunakan endek bagian bawahnya.

Pemilik objek/kawasan : Ketut Landri

Pemanfaatan : Dijual sebagai produk home industry

Fasilitas : Kurang

Lokasi asministrasi : Desa Pakraman Sembiran, Banjar Dukuh,

Kec. Tejakula, Kab. Buleleng

Keterangan tambahan : Perajin ini (Ketut Landri) di Banjar Dukuh

pada saat sekarang merupakan satu-satunya yang masih bertahan. Pembinaan untuk menghidupkan kembali tenun cagcag di kalangan generasi muda tetapi gagal karena lebih banyak yang bekerja di luar daerah terutama Denpasar. Penyebabnya adalah hasil yang didapat dari menenun sangat kecil dan tidak sebanding dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan. Sebagai perbandingan, selendang dengan harga Rp. 200.000,- diselesaikan dalam waktu 1 minggu. Untuk itu diusulkan adanya regenerasi agar budaya menenun di daerah ini tidak hilang dan punah.

Nara Sumber :

(13)

163 Alamat : Desa Pakraman Sembiran, Banjar Duku, Kec. Tejakula, Kab. Buleleng

Status : Perajin tenun

Foto 92. Perajin tenun Ketut Landri, desa Sembiran, Kecamatan Semiran

4. Pengrajin Tenun Surya Indigo

Objek : Perajin Tenun Surya Indigo

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : 08° 06’ 35,3” S dan 115° 17’ 37,8” E

Ketinggian : 72,5 m dpl

Lingkungan alam : Pemukiman

(14)

164

Cara Tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4.

Deskripsi objek : Tenun tradisional ini dimulai tahun 2005 dan berkeinginan mempertahankan tradisi leluhur yang hamper punah terutama pembuatan kain tradisional Pacung yang didominasi oleh garis-garis dengan corak khas merah dan biru tua. Pewarnaan dilakukan secara tradisional dengan memanfatkan tanaman-tanaman

Pemanfaatan : Dijual sebagai produk home industry

Lokasi administrasi : Desa Pacung,

Kecamatan Tejakula, Kab. Buleleng

(15)

165

5. Sentra Kerajinan Tenun “Berdikari”

(16)

166

Objek : Perajin Tenun “Berdikari”

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : 08° 06’36,3 ” S dan 115° 05’ 04,2” E

Ketinggian : 90 m dpl

Lingkungan alam : Pemukiman

Bentang Lahan : Dataran rendah

Cara Tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4.

Deskripsi objek : Tenunan bahan sutera dengan motif kombinasi

Pemanfaatan : Dijual sebagai produk home industry

Pemilik : Ni Nyoman Sujani (orang tua dari I

Made Pasek ) Lokasi administrasi : Jl. Dewi Sartika No. 42. Sisingamangaraja

6. Pengrajin Kayu Seseh

Objek : Perajin Nyiur Indah

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : E = 115º 07’ 29,9” dan S = 08º 08’ 25,0”

Ketinggian : 206 mdpl

Lingkungan alam : Perbukitan

Bentang Lahan : Pedataran

Cara tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4. Setelah sampai pinggir jalan, masuk gang sekitar 30 meter.

Deskripsi objek : Kegiatan usahanya dimulai sejak tahun 1996. Pada awalnya kerajinan yang dibuat adalah benda-benda yang tergolong kecil, misalnya asbak, vas bunga, mangkok dll. Merupakan pengusaha dan perajin kayu kelapa, kayu mangga, batok kelapa, kayu kamelina (khusu mebel). Hasil karyanya dijual hingga ke Lampung, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. Seniman ini pernah pameran ke Jakarta dan

(17)

167 Yogyakarta (lewat Dinas Perindustrian). Sedangkan penjualan lewat pribadi yaitu datang kerumah. Selain itu ada APIK (Asosiasi Pengrajin Industri Kecil). Assosiasi ini mengambil barang ke pengusaha untuk pameran dan ada sebagian yang dijual. Salah satu produknya Pajegan yaitu tempat sesaji yang diletakkan di atas kepala. Jenis produk yang lain adalah tempat sumpit, tempat tissue, tempat alat tulis, tempat bumbu pawon, tempat lilin, hiasan ruangan dari pelepah kelapa, nampan, kap lampu, tempat CD, vas tinggi, talam dll.

Pemilik objek : Gde Merte Sariade

Jumlah pegawai : 20 orang

Pemanfaatan : Dijual sebagai produk home industry

Fasilitas : cukup

Lokasi adm : Desa Petandaan, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng Keterangan tambahan : Perajin ini yang dimulai pada tahun 1996 awalnya hanya dengan 4 tenaga kerja. Bahannya dari kayu kelapa dan produknya hanya berupa tempat lilin. Kemudian pada tahun 2002 beralih ke kayu mangga dan hasilnya berupa alat-alat upacara. Dewasa ini tenaga yang dipekerjakan berjumlah 20 orang yang terbagi dalam: pembubut ada 4 orang, pemotong kayu ada 1 orang, pengamplas ada 12 orang, dan finishing ada 3 orang.

Narasumber/informan : Nama : Gde Merte Sariade Umur : 45 tahun

Alamat : Desa Petandaan, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng Status : Perajin kayu kelapa

(18)

168

Foto 95. Aneka macam barang berbahan kayu kelapa

7. Pengrajin Tudung Saji

Objek : Perajin Daun Lontar

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : E = 115º 07’ 22,9” S = 08º 09’ 01,1”

Ketinggian : 192 mdpl

Lingkungan : Pemukiman

Bentang lahan : Perbukitan

Cara tempuh` :Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4

Objek pendamping : Terdapat seniman lain, antara lain seniman seni lukis Deskiripsi objek : Tudung saji ini berbahan lontar dan

(19)

169 manik- manik yang disulam sehingga terlihat berwarna menarik. Beberapa lontar diberi warna hijau atau merah sehingga memberikan garis-garis yang berbeda

Pemilik objek : Made Rejeki

Pemanfaatan : digunakan untuk wadah dan tutup

sesajen/banten

Lokasi administrasi : Desa Nagasepaha, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng

Keterangan tambahan : Pemilik usaha bernama Ni Wayan Sri Rejeki yang sudah membuat tudung saji sejak buyutnya. Bahan berasal dari daun lontar yang dibeli di pasar Karang Asem. Sistem pemasarannya ada dua, yaitu dijual sendiri di warung milik pribadi maupun lewat koperasi.

Nara sumber/Informan :1. Nama : Made Rejeki Umur : 53 tahun

Alamat : Desa Nagasepaha, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng

2. Nama : Ni Luh Jelik (65 th) Umur : 65 tahun

Alamat : Desa Nagasepaha, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng

(20)

170

Foto 97. Pengrajin Lontar di Rumah Ni Luh Jelik (65 th)

8. Pengrajin Inka

Objek : Perajin Inka Nyoman Sutame

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : E = 115º 17’ 07,5” S = 08º 07’ 35,3”

Ketinggian : 182 mdpl

Lingkungan alam : Pemukiman

Bentang lahan : Perbukitan

Cara tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4. Rumah perajin ini terletak di pinggir jalan desa.

Deskripsi objek : Perajin Inka, bokor, dan dulang berbahan lidi lontar diproduksi oleh Nyoman Sutama(65 th). Produk yang dibuat berdasarkan pesanan karena tidak memiliki modal yang lebih sehingga jumlahnya sangat terbatas dan tidak memiliki stok. Lidi lontar banyak diminati pembeli karena memiliki bahan yang lebih kuat jika dibandingkan dengan lidi

kelapa, sehingga dapat awet atau tahan lama,

Pemilik objek : Nyoman Sutama

Jumlah pegawai : 2 orang (suami dan istri)

Pemanfaatan : wadah sesaji, alas makan yang dijual

sebagai produk home industry Lokasi administrasi : Desa Pakraman Sembiran, Banjar

Kawanan, Kec. Tejakula, Kab. Buleleng Keterangan tambahan :Kegiatan yang dilakukan perajin ini

merupakan kerjasama antara pemilik modal (penyetor bahan dasar yaitu daun lontar) dengan pemilik tenaga (pengrajin). Hasil dari penjualan kerajinan ini dibagi berdua

(21)

171 antara perajin dengan pemilik bahan dasar (pemodal). Secara teknis pembuatan kerajinan ini diurutkan sbb:

- Dimulai dengan membersihkan daun lontar untuk diambil lidinya. - Lidi direndam air selama setengah hari (12 jam).

- Proses selanjutnya adalah menganyam lidi.

- Setelah jadi (bentuk piring dll), benda tersebut dipernis. Pemakaian pernis ini dimaksudkan agar lebih indah dan mudah dibersihkan jika selesai dipakai.

Hasil yang dicapai adalah setiap satu orang dapat menyelesaikan 20 piring selama 1 hari (dengan catatan lidi sudah bersih tinggal menganyam saja). Satu inka dijual dengan harga Rp3500,- hingga Rp4000,-.

NARA SUMBER / INFORMAN :

Nama : Nyoman Sutama Umur : 65 tahun

Alamat : Desa Pakraman Sembiran, Banjar Kawanan, Kec. Tejakula, Kab. Buleleng

Status : Perajin piring lidi (inka) Foto :

(22)

172

9. Pesta Kesenian Buleleng (Pameran)

Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 26 hingga 28 Mei 2012 yang menyuguhkan berbagai macam kegiatan antara lain pameran kerajinan rakyat dan lukisan, lomba-lomba dan pementasan kesenian tradisional.

Kegiatan dikelola oleh Pemda Buleleng. Kerajinan yang ditampilkan antara lain kerajinan perak, kerajinan bambu, kerajinan bokor, kerajinan kain batik ikat, kerajinan kalung kerang, kerajinan lukis kaca, dll.

.

(23)

173

Foto 99. Berbagai aneka kerajinan pada pesta Kesenian Buleleng, di Buleleng

10. Pengrajin angklung

(24)

174

C

c. Seni

Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.

Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermakna kematian dan mawar merah yang berarti cinta).

1. Pesta Kesenian Bali Kabupaten Buleleng

Pesta ini berlokasi di Pelabuhan lama Buleleng dan dilakukan dalam rangka perlombaan seluruh kesenian Bali di Denpasar. Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 26 hingga 28 Mei 2012 yang menyuguhkan berbagai macam kegiatan antara lain pameran kerajinan rakyat dan lukisan, lomba-lomba dan pementasan kesenian tradisional. Kerajinan yang ditampilkan antara lain kerajinan perak, kerajinan bambu, kerajinan bokor, kerajinan kain batik ikat, kerajinan kalung kerang, kerajinan lukis kaca, dll. Kegiatan dikelola oleh Pemda Buleleng.

2. Tari Bumbung

Kesenian ini dilakukan di Pelabuhan Lama Buleleng. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Pesta Kesenian Bali (PKB) yang akan diselenggarakan di denpasar sekitar bulan Juli. Merupakan tarian muda mudi masyarakat Buleleng. Tari bumbung dimainkan oleh dua kelompok yang berbeda, salah satunya berasal dari Desa Suwug yang memang sudah sering mengikuti kegiatan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diselenggarakan di Denpasar.

(25)

175 Sambutan masyarakat sangat antusias menyaksikan pertunjukan tersebut.

Tari Joged Bumbung merupakan tari pergaulan yang sangat populer di Kabupaten Buleleng dan Bali umumnya. Tari ini memiliki pola gerak yang agak bebas, lincah dan dinamis, yang diambil dari Legong maupun kekebyaran dan dibawakan secara improvisatif. Biasanya dipentaskan pada musim sehabis panen, hari raya dan hari penting lainnya. Tari ini biasa dilakukan berpasangan, laki-laki dan perempuan dengan mengundang partisipasi penonton.

Foto 101. Tari Joged Bumbung

(26)

176

Foto 102 . Tari Semut Balang

Tari ini dilakukan oleh anak2 Banjar Alassari dalam rangka Pekan Kesenian Buleleng

4. Tari Gong Kebyar

Tari kekebyaran merupakan tarian yang dilakukan secara perorangan/tunggal, duet, trio bahkan berkelompok. Tari-tarian ini dikelompokkan sebagai kekebyaran bukan hanya karena diiringi dengan gamelan Gong Kebyar, namun karena gerakan yang dinamis dan bernafar kebyar.

Foto 103. Tari Gong Kebyar

5. Panji Sumirang

(27)

177

6. Pura Dalem Beji

Untuk meningkatkan pariwisata di wilayah Kabupaten Buleleng, baik PEMDA maupun masyarakat setempat, di Pura Beji – Sangsit ini sering mengadakan acara sendratari yang dibawakan oleh para artis lokal Buleleng.

Foto 105. Sendratari tari yang diadakan di jaba tengah Pura Beji – Sangsit, dibawakan oleh para artis/ penari asli dari wilayah Buleleng (Courtesy Dinas Kebudayaab Buleleng)

Pada sendratari tersebut umumnya dilengkapi dengan seperangkat komplit musik gamelan.

Foto 106. Pemain musik gamelan pengiring sendratari yang diadakan Di Jaba tengah Pura Beji – Sangsit

(Courtesy Dinas Kebudayaab Buleleng)

Kegiatan tersebut biasanya dilakukan bukan di bagian suci (jeroan), akan tetapi pada area Jaba Tengah, seperti yang terlihat pada foto-foto di bawah ini

(28)

178 (Courtesy Dinas Kebudayaab Buleleng). kegiatan semacam ini sebenarnya umum terlihat pada hampir di seluruh pura di Pulau Bali (Bali Selatan, Tengah, maupun Utara).

Biasanya sendra tari ini diadakan pada sore hari menjelang malam, dan malamnya ditutup dengan tarian khas Bali, yaitu tari Kecak. Hal ini memperlihatkan bahwa, meskipun pura adalah suatu areal suci keagamaan, sewaktu-waktu akan berfungsi juga sebagai ajang sosial dan ekonomis.

7. Tari Trunajaya.

Menurut Bp. Nyoman Suma Argawa tari ini berasal dari Kecamatan Jagaraga yang diciptakan dengan gerakan-gerakan yang dinamis.

8. Tari megoa-goakan.

Tarian ini biasa dilakukan menjelang Hari Raya Nyepi, Meurut Bp. Suma Argawa, taria-tarian ini sudah biasa dilakukan pada hari-hari besar, seperti Hari peringatan nasional sebagai ajang promosi daerah. Tarian ini dikemas dengan cerita-cerita Panji Sakti yang berisikan nilai-nilai patriotis. Tarian ini merupakan salah satu “Trade Mark” nya Kabupaten Buleleng

Foto 107. Tari megoa-goakan di kabupaten Buleleng

9. Tari Topeng

Topeng berarti penutup muka. Tari ini merupakan sebuah tarian yang menggunakan penutup muka yang terbuat dari kayu. Kadang-kadang penutup muka dapat diganti dengan kain, kertas atau bahan lainnya dan bentuknyapun bermacam-macam. Ada yang berbentuk wajah dewa-dewi,

(29)

179 manusia, binatang, setan dan lai-lain. Tari ini dilakukan dalam bentuk sendra tari yang semua pelakunya menggunakan topeng dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah.

Foto 108. Keluarga seniman pelukis, penari dan pengrajin Ketut Roni Sigiana

10. Seniman Nyoman Suma Agawa

Objek : Pelukis, pengukir dan penari

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : 08° 04’ 54,5” S dan 115° 09’ 44,0” E

(30)

180

Lingkungan : Pemukiman

Bentang lahan : Perbukitan

Cara tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4

Objek pendamping : Membuat topeng

Deskripsi objek :salah satu pelaku seni yang ditemukan yaitu Bapak Nyoman Suma Argawa di Kecamatan Sawan. : Beliau seorang seniman serba bisa: pelukis, pematung (membuat Topeng), penabuh, dan penari, mengukir/memahat/ membuat kreasi topeng ditambah keahlian menari membuat beliau sering diundang ke seantero dunia, seperti, Belanda/Eropa dan Asia. Hasil karya beliau terutama hasil lukisnya banyak diminati oleh orang asing dan orang Indonesia.Hasil Karya beliau sekarang banyak disimpan pada Galerry beliau yang diberi nama Gallery Suma Argawa.

Pemilik objek : Nyoman Suma Argawa

Pemanfaatan : Pendidikan, Koleksi untuk pameran dan

dijual bagi yang berminat

Lokasi administrasi :Desa Bungkulan, Kec. Sawan, Kab.

Buleleng 1. Seni Lukis

2. Seni ukir/pahat

3. Seni Musik

Foto 109. Seni lukis, seni ukir dan seni musik oleh Nyoman Suma Argawa

(31)

181

11. Seniman I Ketut Santosa

Objek : Pelukis Kaca I Ketut Santosa

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : E = 115º 07’ 21,1” S = 08º 08’ 58,7”

Ketinggian : 181 mdpl

Lingkungan alam : Perbukitan

Bentang lahan : Perbukitan

Cara tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan

kendaraan roda 4

Objek pendamping : Terdapat seniman lain, antara lain seniman seni lukis dan perajin daun lontar.

Deskripsi objek : Untuk lukisan kaca ini media yang dipilih ada beberapa yaitu toples, kaca, piring, paper glas (mika), dan gelas. Secara teknis proses pembuatan seni lukis kaca dapat diuraikan sebagai berikut: - Membuat sket atau pola dari kertas.

- Sket ini ditempel ke kaca lalu dilukis dengan memakai tinta Cina. - Membuat garis pakai pen.

- Kegiatan berikutnya adalah memberi warna dengan cat minyak. - Kegiatan terakhir melukis pada bagian belakang atau bagground.

Pemilik objek : I Ketut Santosa

Pemanfaatan : Pendidikan dan dijual

Lokasi administrasi : Dusun Delod Margi, Desa Nagasepaha, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng

Keterangan tambahan : Ketut Santosa merupakan keturunan langsung Jero Dalang Diah yuang telah meletakkan dasar pertama lukis kaca gaya tradisional di Nagasepaha. Demikian juga dengan Ketut Sentosa sejak tahun 2009 mulai meletakkan dasar seni lukis kaca kritik social walaupun tidak meninggalkan seni lukis wayang tradisonal yang sebagai pijakan awalnya.

Pada awalnya motif yang dikembangkan (1927) adalah berciri klasik. Akan tetapi generasi berikutnya yaitu sejak tahun 2000 mulai dikembangkan dengan tema sosial, budaya, politik, kartun. Pengembangan tema lukisan tersebut

(32)

182 didasarkan atas riset dari Undiksa yang berusaha menciptakan ketertarikan yang lebih umum (global).

Meskipun demikian motif klasik tetap dipertahankan. Studio milik I Ketut Santosa ini sudah beberapa kali menjadi ajang PKL, salah satunya dari siswa UNIKSA Jurusan Seni Rupa di Singaraja dan juga ISI Denpasar. Hasil dari kerajinan ini telah digemari oleh wisatawan manca negara antara lain:

- Perancis (terutama menggemari tema / motif Hari Raya Nyepi dan erotis). - Belanda (terutama menggemari tema klasik atau budaya.

- Jerman (terutama menggemari tema klasik).

Begitu juga dengan wisatawan lokal terutama dari Bali sendiri dan sekitarnya, Jkarta dan Yogyakarta. Beliau sering diundang oleh Dinas Perindustrian untuk mengadakan pameran di Denpasar, begitu juga di Jakarta (8 kali) dan Yogyakarta (1kali).Melalui pameran ini secara tidak langsung merupakan ajang penjualan hasil karyanya. Harga yang ditawarkan berkisar antara 1 hingga 4 juta rupiah.

Untuk mempertahankan seni lukis kaca ini, I Ketut Santosa telah mengkader salah satu putranya yang bernama Made Wijana. Selain itu I Ketut Santosa juga diminta untuk mengajar di sekolah. Terdapat 2 sekolah yang meminta dirinya untuk memberikan pelajaran ekstra kurikuler. Kedua sekolah tersebut adalah SDN I Nagasepaha dan SMP III Sukasada. Selain kedua sekolah tersebut sebetulnya masih ada beberapa sekolah yang meminta dirinya untuk mengajar. Akan tetapi karena terbatasnya waktu maka baru 2 sekolah saja yang dapat tertangani. Nara Sumber/informan :

Nama : I Ketut Santosa (42 tahun)

Alamat : Dusun Delod Margi, Desa Nagasepaha, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng

Status : Pelukis Foto :

(33)

183

Foto 110. Pelukis kaca I Ketut Santosa (kiri) dan sang kakek Jero Dalang Diah (kanan) beserta karya-karyanya

4. Pelukis Samudrawan

(34)

184

Katagori : Budaya Lokal

Koordinat : E = 115º 07’ 21,1” S = 08º 09’ 02,1”

Ketinggian : 187 mdpl

Lingkungan : Perbukitan

Bentang lahan : Pedataran

Cara tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan kendaraan roda 4. Setelah sampai pinggr jalan, masuk gang sekitar 50 meter.

Objek pendamping : Terdapat seniman lain, antara lain seniman seni lukis dan perajin daun lontar.

Deskripsi objek : Seorang seniman serba bisa terutama lukis dan patung. Di rumahnya terdapat ruang kerja yang terdapat banyak koleksi lukisan, sket, dan wayang kulit karya Jero Dalang Diah bahkan dibingkai rapi walaupun ada beberapa yang belum terbingkai. Karya-karya tersebut

bergabung dengan karyanya menjadi satu dalam satu ruang tersebut

Pada awalnya karakter seni lukisnya beraliran klasik. Namun kemudian berkembang aliran kontemporer, meskipun yang lama tidak ditinggalkan. Media yang digunakan untuk melukis adalah kain dengan cat minyak dan cat air. Samodrawan merupakan salah satu pelukis yang sangat kreatif. Terbukti bahwa akhir-akhir ini Samodrawan mengembangkan seni lukis dengan kulit kulit bawang putih. Ide ini muncul pada saat yang bersangkutan pergi ke pasar. Di lokasi ini (pasar) Samodrawan melihat banyak limbah / sampah yang cukup banyak. Salah satu limbah yang ada adalah kulit bawang putih. Melalui pengamatan ini muncullah ide untuk melukis dengan kulit bawang putih. Oleh karena seni lukis kulit bawang putih ini masih tergolong baru, maka hasil karyanya belum akan dijual. Hingga saat ini baru ada 5 lukisan kulit bawang putih. Yang bersangkutan merencanakan untuk mengadakan pameran tunggal. Karena salah satu syaratnya adalah mempunyai lukisan sebanyak 60, maka keinginan tersebut belum terlaksana. Selain seni lukis, Samodrawan juga bergerak di bidang seni patung. Tekait dengan pemasaran hasil karyanya dilakukan dengan 2 cara yaitu dipajang di rumah dan melalui pameran. . Penjualan karya selama ini dititipkan di beberapa galeri lukisan yang ada di Gianyar sehingga harga sangat tergantung pada pemilik galeri lukisan.

(35)

185 Pameran sudah dilakukannya sejak tahun 2002. antara lain di Lombok, Manado, Jakarta, maupun beberapa kota di kawasan Bali. Berikutnya terkait dengan patokan harga yang diberikan terhadap hasil karyanya dilakukan dengan cara melalui galery. Galery akan menentukan harga lukisan berdasarkan jam terbang (yunior/senior/pemula) dan ketenarannya. Selain seni lukis pada kanvas, seniman ini juga mengembangkan seni lukis kaca. Lukis kaca ini telah ditekuni sejak tahun 1991.

Lokasi administrasi : Desa Nagasepaha, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng

Keterangan tambahan : Seniman ini di masa mendatang ingin mengembangkan seni lukis dan seni patung secara bersama-sama. Di dalam melukis tidak mengenal istilah hari baik dan hari jelek. Jika ada ide langsung dituangkan dalam kanvas. Secara umum kegiatan melukis sudah dijalani sejak masih duduk di bangku sekolah SMA di Batubulan, Kabupaten Gianyar. Setelah SMA meneruskan di UNDIKSA (Universitas Pendidikan Ganesa) di Singaraja. Orang tua Made Samudrawan juga seorang perajin tudung saji yang berbahan daun lontar yang dijahit dan diberi hiasan manik-manik. Dilokasi ini juga terdapat keluarga I Gede Suparadana dan anaknya Ketut Roni Sigiana yang merupakan keluarga penari. Sering mengadakan pertunjukkan tari antara lain tari Sidakarya atau tari topeng lainnya

Nara sumber/informan :

Nama : I Ketut Samudrawan Umur : 35 tahun

Alamat : Desa Nagasepaha, Kec. Buleleng, Kab. Buleleng Status : Pelukis serba bisa

(36)

186

Foto 111. Hasil Karya lukisan kulit bawang oleh Ketut Samudrawan

d. Adat dan Tradisi

1. Upacara Melarung.

Objek : Melarung

Katagori : Adat dan Tradisi

Koordinat : S 00˚27 39.8“ E 100˚ 36’28.7”

Elevasi (dpl) : 3 m dpl

Lokasi administrasi : Pelabuhan Sangsit

Bentang lahan : Pedataran

Cara tempuh : Untuk sampai ke lokasi bisa dengan kendaraan roda 4.

Objek pendamping : Tempat ibadah agama Buddha.

Deskripsi objek : Upacara melarung yaitu upacara melarungkan abu jenazah setelah di aben ke laut. Upacara Ngaben sangat terkenal bagi wisatawan. Menurut orang Bali, orang yang meninggal sebaiknya dibakar atau diaben agar lima unsur penyusun badan kasarnya cepat kembali dan menyatu dengan asalnya. Upacara pembakaran mayat atau Ngaben adalah waktu yang sangat bahagia teutama bagi anak-anak-anak yang telah dewasa. Dengan melakukan upacara gaben terhadap rang tua, anak-anak tersebut merasa lega

(37)

187 karena berasil memperlihatkan salah satu pernyataan terimakasih kepada orang tuanya. Tidak semua orang yang meninggal dibakar. Mayat diletakkan pada sebuah menara. Tinggi menara dipengaruhi oleh varna dari orang yang meninggal. Menara yang paling tingi adalah menara untuk orang dari golongan Bramana, yang lebih rendah adalah menara untuk golongan Ksatria da Wesia, lalu menara yang paling rendah adalah untuk golongan Sudra. Menara itu kemudian dibawa ke tempat yang sudah dipersiapkan sebelum dikubur. Angota keluarga da penduduk setempat mengiringi menara dengan diiringi leh seperangkat gamelan. Ditempat pembakaran, mayat diletakkan di alam sebuah bangunan yang berbentuk binatang, misalnya lembu, kemudian menara dan bangunan yag berisi mayat dibakar.

(38)

188

Foto 113. Melarung di Pura Segara, Pelabuhan Buleleng

2. Upacara Piodalan

Upacara Piodalan pura, yaitu upacara yang dilakukan untuk peringatan dibangunnya pura yang dilaksanakan 6 bulan sekali atau setahun sekali. Upacara biasanya dilakukan pada pura-pura khayangan 3 (pura desa-puseh, pura dalem dan balai agung)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data yang diperoleh selama dalam penelitian ini yang mencakup hasil dari siklus I dan siklus II, semua mengalami peningkatan baik kemampuan guru

Saya tidak akan merokok atau mengambil mana – mana jenis dadah atau bahan yang memabukkan yang boleh mendatangkan kemudaratan semasa di dalam tempoh pengajian saya di

A.24 Apakah implementasi kebijakan pengelolaan aset di DPKAD Kota Tangerang sudah sesuai dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota yang

1  Sukardi   FT  Model Pembelajaran Kewirausahaan\Untuk Pendidikan Formal Dan Nonformal; Potret  Komitmen Terhadap Konsep Pendidikan.  PPS  2 

Jarak genetik digunakan untuk melihat kedekatan hubungan genetik antar individu badak Sumatera dan spesies badak lain melalui penggunaan analisis perhitungan Pairwie Distance

Jenis tindakan medis yang akan diberikan Dokter / Drg / Petugas Pelaksana Tindakan Pemberi Informasi..

Clark (1996), mengemukakan bahwa dalam mengantisipasi atau meminimalkan perubahan-perubahan dan ancaman-ancaman pengembangan pulau-pulau kecil, maka sangat diperlukan identifikasi

Untuk membuat sebuah program aplikasi dengan Visual Basic .NET 2008, yang harus Anda lakukan adalah membuat sebuah project, menambah form ke dalam project apabila