BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245 Kejanggalan Draf Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Tentang Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi
BEM FMIPA Unhas Periode 2017/2018
A. Latar Belakang.
Peraturan Menteri (Permen) Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia tentang Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi dimaksudkan untuk mengganti Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kepmendikbud) Nomor 155/U/1998 Tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK) Di Perguruan Tinggi1. Latar belakang rencana penggantian PUOK tersebut oleh KemeristekDikti, setidaknya terdiri atas empat alasan2:
1. PUOK sudah berusia hampir 20 tahun,
2. Dalam Perjalanannya lebih dari sepuluh tahun terakhir tidak lagi menjadi pedoman oleh mahasiswa dalam berorganisasi (Sudah Tidak efektif).
3. Beberapa Pedoman sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
4. Telah ada upaya dari Belmawa Dikti 10 tahun terakhir untuk membuat Peraturan Menteri yang baru.
Lebih lanjut, kehadiran Permen ini perlu dihadirkan dengan melihat Kepmendikbud 155/U/1998 tidak memiliki kejelasan (sudah tidak berlaku dan belum ada aturan yang mencabutnya) sebab Perguruan Tinggi sekarang tidak lagi dinaungi oleh Mendikbud tapi beralih ke KemenristekDikti. Kedua, karena faktor kebutuhan dan amanah beberapa hasil keputusan Rembuknas Pimpinan bidang Kemahasiswaan se-Indonesia dan adanya lompatan hirarki peraturan di bidang Kemahasiswaan sehingga hanya diatur yang bersifat umum saja. (UU Dikti, PP-Perppu, Permen (tidak ada pengaturan, statuta (tidak semua Perguruan Tinggi mengatur)).
Dr Arman Nefi SH MM, Direktur Kemahasiswaan Universitas Indonesia, pada kegiatan Workshop dan Malam Penganugerahan Bidang Kemahasiswaan, Direktorat Kemahasiswaan, Ditjen Belmawa di Jakarta 6 Desember 2017 menyampaikan materi
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245 “Persiapan uji publik draft peraturan menteri tentang organisasi kemahasiswaan” bahwa kehadiran sebuah peraturan didasarkan pada:
1. Perintah Undang-Undang Dasar 2. Perintah dari suatu Undang-Undang.
3. Terkait dengan pengesahan perjanjian internasional tertentu. (Ratifikasi dll) 4. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi (MK).
5. Terkait dengan pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
Poin 1-4 tidak terpenuhi, sedangkan nomor 5 dapat dijadikan landasan perlunya kehadiran Permen Ormawa yang baru dan sesuai perkembangan ormawa itu sendiri), karena merupakan tuntutan dan kebutuhan yang telah menjadi keputusan dari pimpinan bidang kemahasiswaan se-Indonesia.
Berdasarkan UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 8 ayat (1),jenis peraturan berupa “Peraturan Menteri”diakui keberadaannya sesuai frase
“…peraturan yang ditetapkan oleh… menteri…”3 walaupun tidak disebutkan dengan gamblang.
Jika didasarkan pada kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan, Peraturan Menteri hanya akan dibentuk atas dasar:
1. Atribusi pembentukan peraturan perundang-undangan; dan 2. Delegasi pembentukan peraturan perundang-undangan.
Poin pertama diartikan penciptaan wewenang (baru) oleh konstitusi/grondwet atau oleh pembentuk undang-undang (wetgever) yang diberikan kepada suatu organ Negara, baik yang sudah ada maupun yang dibentuk baru untuk itu4. Misalnya atribusian dalam UUD 1945, berupa Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dan Peraturan Daerah (Perda). Termasuk Peraturan Presiden (Perpres) sesuai UU No. 12/2011.
Poin kedua menjelaskan tentang “Delegasi”, adalah pemindahan/penyerahan
kewenangan untuk membentuk peraturan dari pemegang kewenangan asal yang memberdelegasi (delegans) kepada yang menerima delegasi (delegataris) dengan tanggungjawab pelaksanaan kewenangan tersebut pada delegataris sendiri, sedangkan tanggungjawab delegans terbatas sekali.5
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245
Contoh dari peraturan perundang-undangan delegasi, misalnya tergambar pada Pasal 49 ayat (4) PP No. 53 Tahun 2015 tentang Statuta Universitas Hasanuddin, menegaskan bahwa:
“Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi kemahasiswaan di Unhas diatur dengan Peraturan Rektor”. Dengan demikian peraturan perundang-undangan delegasi adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk atas dasar perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang baru untuk menggantikan peraturan yang lama, selain didasarkan pada perintah aturan yang lebih tinggi juga didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang dibentuk atas dasar kewenangan.6
Mengutip secara langsung dari website hukumonline.com “Istilah “kewenangan”
dalam ketentuan tersebut, tentu saja bukan kewenangan membentuk peraturan melainkan kewenangan pada ranah lain. Misalnya, Menteri melaksanakan kewenangan atas urusan pemerintahan tertentu yang merupakan kekuasaan Presiden. Artinya, apabila Menteri
membentuk Peraturan Menteri tanpa adanya “perintah dari peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi”, Peraturan Menteri tersebut tetap dikategorikan sebagai peraturan undangan. Padahal dalam doktrin tidak dikenal jenis peraturan
perundang-undangan demikian.”7
Jika didasarkan pada uraian diatas, pembentukan peraturan perundang-undangan dalam
hal ini “Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia tentang
Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi” yang masih berbentuk draft, pembentukannya
harus didasarkan pada perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Mengacu pada UU No. 12 tahun 2011 Pasal 7 ayat (1) dijelaskan Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan yang terdiri atas:
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245
Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan diurutkan mulai dari point a hingga g. Sementara untuk Peraturan Menteri sendiri diatur lebih lanjut di Pasal 8 ayat (1). Ini berarti, Pembentukan Permen ini harus diperintahkan oleh aturan yang lebih tinggi termasuk Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP).
Untuk lebih jelasnya mengenai draft Organisasi Kemahasiswaan oleh KemenristekDikti, maka perlu untuk mengecek satu persatu landasan peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuan.
Dasar Peraturan Menteri Riset , Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia tentang Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi meliputi sembilan landasan, diantaranya:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Penjelasan dalam tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500).
5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementrian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8).
6. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kementrian Riset, teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 14). 7. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementrian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019.
8. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1952).
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245
9. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Poin pertama UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara jelas
tidak adanya perintah “delegasi”. Poin kedua UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi paragraf 3 organisasi kemahasiswaan Pasal 77 ayat (5) berbunyi “Ketentuan lain
mengenai organisasi kemahasiswaan diatur dalam statuta perguruan tinggi”. Poin ketiga PP
No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan secara jelas tidak adanya perintah
“delegasi”. Poin keempat PP No. 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
dan Pengelolaan Perguruan Tinggi secara jelas tidak adanya perintah “delegasi”.
Poin kelima Perpres No. 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementrian Negara secara
jelas tidak adanya perintah “delegasi”. Poin keenam Perpres No. 13 Tahun 2015 tentang
Kementrian Riset, teknologi, dan Pendidikan tinggi secara jelas tidak adanya perintah
“delegasi”. Poin ketujuh Keputusan Presiden No. 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementrian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019 secara jelas tidak
adanya perintah “delegasi”. Poin kedelapan PermenristekDikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara jelas tidak adanya perintah “delegasi”. Poin
terakhir PermenristekDikti Nomor 15 tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja
Kemenristekdikti secara jelas tidak adanya perintah “delegasi”.
UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi paragraf 3 organisasi
kemahasiswaan Pasal 77 ayat (5) berbunyi “Ketentuan lain mengenai organisasi kemahasiswaan diatur dalam statuta perguruan tinggi”. Statuta Universitas Hasanuddin diatur
pada Pasal 49 ayat (4) PP No. 53 Tahun 2015, menegaskan bahwa: “Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi kemahasiswaan di Unhas diatur dengan Peraturan Rektor”.
Kedua peraturan perundang-undangan tersebut secara jelas tidak “mendelegasikan”
pengaturan lebih lanjut mengenai organisasi kemahasiswaan akan diatur pada Peraturan menteri. Sementara alasan hadirnya Permen ini hanya didasarkan pada faktor tuntutan dan kebutuhan yang telah menjadi keputusan dari pimpinan bidang kemahasiswaan se-Indonesia, bukan berdasarkan kebutuhan mahasiswa. Sementara Organisasi Kemahasiswaan hadir dengan prinsip dari, oleh, dan untuk mahaswa.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245 B. Kondisi Kekinian Keluarga Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin (KM FMIPA Unhas)
KM FMIPA Unhas adalah organisasi mahasiswa tingkat fakultas di FMIPA Unhas. Dalam perkembangannya, KM ini memiliki Badan Legislatif (Majelis Permusyarawatan Mahasiswa), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan empat Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) diantaranya Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika), Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi), Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) dan Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio).
Maperwa dipimpin oleh Ketua yang dipilih dalam siding umum Maperwa. Sedangkan Bem dipimpin oleh Ketua Umum yang dipilih pada musyawarah Tertinggi KM FMIPA Unhas. Di tingkat HMD, memiliki lembaga eksekutif dan legislatif yang berkoordinasi langsung dengan lembaga tingkat fakultas. Konstitusi terdiri dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) dan Format Pengaderan. Selain itu, di forum tertinggi Musyawarah Besar terdapat Rekomendasi yang bersifat Penting dan mendesak sebagai hasil saran dan masukan dari anggota KM FMIPA Unhas.
Penerimaan anggota termuat dalam prosedur Format Pengaderan. Untuk menjadi anggota harus mengikuti prosesi penerimaan tingkat fakultas bernama Program Reformasi Pola Pikir dan Pola Sikap (Progresif). Tahap selanjutnya mengikuti penerimaan di tingkat HMD, dan pengukuhan oleh Maperwa dalam proses Inaugurasi.
Di KM FMIPA Unhas diatur Skema Alur Pengaderan. Di tahun pertama sebagai anggota akan sepenuhnya menjadi peserta dan panitia pengukuhan (Inaugurasi), tahun kedua sebagai panitia termandat baik tingkat HMD maupun KMF, tahun ketiga sebagai Pengurus HMD, tahun keempat sebagai pengurus BEM Fakultas dan tahun kelima sebagai Maperwa. Secara singkat tiap kepengurusan diisi oleh satu angkatan tertentu, sehingga setiap periode memiliki dinamika tersendiri, Termasuk lama kepengurusan satu periode berbeda-beda.
C. Kejanggalan Draf PermenristekDikti Tentang Ormawa Perguruan Tinggi. a. Kewenangan Organisasi Kemahasiswaan.
Bagian ‘Mengingat’ dalam Peraturan perundang-undangan adalah landasan yang bersifat yuridis bagi pembentukan suatu peraturan perundang-undangan8yang memuat9: dasar kewenangan pembentukan peraturan undangan; dan peraturan
perundang-BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245
undangan yang memerintahkan pembentukan peraturan perundang-undangan. Dari Sembilan dasar hukum yang digunakan dalam pembuatan draf ini tidak ada satu pun yang memerintahkan bahwa organisasi kemahasiswaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Bab I ketentuan umum Pasal 1 ayat (5) “Audit Organisasi Kemahasiswaan adalah
evaluasi terhadap perencanaan dan pengelolaan organisasi yang dilaksanakan oleh Pemimpin
Perguruan Tinggi”. Kata audit jika didasarkan pada KBBI adalah pemeriksaan pembukuan tentang keuangan secara berkala. Pada pasal ini Pemimpin Perguruan Tinggi dapat melakukan evaluasi perencanaan dan pengelolaan organisasi, perencanaan dan pengelolaan dan kerja-kerja organisasi akan mencakup AD/ART, program kerja, susunan kepengurusan dan kelengkapan lainnya yang ditentukan oleh pemimpin perguruan tinggi sesuai pasal 8 ayat 2 di draf ini,
“Pemimpin Perguruan Tinggi adalah Rektor untuk Universitas/Institut…” Pasal 1 ayat (11).
Evaluasi yang dimaksudkan apakah juga akan mencakup audit keuangan? Hal ini belum terjelaskan dalam draf. Bab VII Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan Pasal 11 ayat (3)
“Pemimpin Perguruan Tinggi berwenang melakukan Audit Organisasi Kemahasiswaan untuk
menjaga kualitas Organisasi Kemahasiswaan.” Kualitas secara defenisi diartikan sebagai
tingkat baik buruknya sesuatu. Dasar menentukan baik buruknya Ormawa apakah harus didasarkan pada Audit oleh Pimpinan Perguruan Tinggi ataukah ada maksud yang lain?
Sementara hal ini cenderung akan saling tumpang tindih dengan Bab IV Organisasi
Kemahasiswaan Intra Perguruan Tinggi pasal 7 ayat (3) “Organisasi Kemahasiswaan
Perguruan Tinggi dapat berbentuk dewan perwakilan mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa…”. Saat ini Organisasi kemahasiswaan menerapkan semangat Trias Politica,
Lembaga Eksekutif sebagai pelaksana (BEM) dan fungsi legislatif dilakukan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) bisa juga disebut Maperwa seperti di MIPA Unhas, dan di beberapa universitas kadang sekaligus menjalankan fungsi yudikatif.
Jika pengawasan, evaluasi dan audit bahkan “Setiap kegiatan Kemahasiswaan di
perguruan tinggi harus mendapatkan persetujuan dan dipertanggungjawabkan kepada
Pemimpin Perguruan Tinggi” Bab VIII Kegiatan Kemahasiswaan pasal 13, keseluruhan harus dilaporkan ke Pemimpin Perguruan Tinggi, secara tidak langsung Pemimpin Perguruan Tinggi mengambil alih fungsi dan wewenang lembaga legislatif organisasi kemahasiswaan (DPM) sebagai pengawas eksekutif. DPM selanjutnya akan mempertanggungjawabkan kinerjanya
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245
kepada anggota organisasi yang diwakilinya. Berkat aturan ini, DPM juga harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada Rektor.
Bukan hanya bentuk evaluasi, pembentukan Ormawa pun menjadi kewenangan Pemimpin Perguruan Tinggi sesuai Bab IV Pasal 7 ayat (1) dan “Ketentuan lebih lanjut
mengenai pembentukan dan kepengurusan organisasi kemahasiswaan ditetapkan oleh
Pimpinan Perguruan Tinggi” ayat (5). Untuk sah dan tidaknya Ormawa pun ditetapkan oleh Pemimpin Perguruan Tinggi Pasal 8 ayat (1). Struktur inti juga tidak terlepas dari intervensi
pengaturan, Pasal 7 ayat (4) “Kepengurusan inti organisasi kemahasiswaan Perguruan Tinggi terdiri atas Ketua, Wakil Ketua…”. Sedangkan BEM MIPA Unhas dipimpin oleh Ketua Umum tanpa ditemani Wakil Ketua, dan beberapa organisasi kemahasiswaan menyebut pimpinan organisasinya dengan Presiden BEM, Koordinator Senat Fakultas ataupun Sekretaris Jenderal.
Bagian ‘Menimbang’ dalam suatu peraturan perundang-undangan memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang penulisannya ditempatkan secara berurutan, yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat10.
Huruf C pada draf ini “bahwa Perguruan Tinggi perlu menciptakan hubungan antarperguruan tinggi yang sehat, harmonis, dan bertanggung jawab…” Sehat diartikan sembuh dari sakit berdasarkan pengertian ketiga pada KBBI. Organisasi Kemahasiswaan hari ini sedang dalam kondisi yang baik-baik saja, dan kesehatannya akan terganggu dengan hadirnya draf ini. Harmoni diartikan sebagai suatu keselarasan. Pertanyaannya kemudian, apakah draf ini selaras dengan Organisasi Kemahasiswaan? Sementara segala kerja-kerja organisasi mulai dari pembentukan, pengesahan dan pertanggungjawaban bahkan ancaman sanksi jika Ormawa melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Permen ini dikenakan sanksi yang ditetapkan oleh Pemimpin Perguruan Tinggi, Bab XI Sanksi.
Berdasarkan beberapa kejanggalan pada draf ini, telah menyalahi pengertian ormawa pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) dijelaskan Ormawa sebagai wadah kegiatan mahasiswa untuk mengembangkan bakat, minat, dan potensi, kreatifitas, kepekaan, daya kritis, keberanian, kepemimpinan serta rasa kebangsaan dan tanggungjawab sosial yang terdiri atas organisasi kemahasiswaan intra dan antarperguruan tinggi.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245
Dengan demikian, Ormawa tidak lagi sebagai wadah untuk pengembangan diri mahasiswa. Prinsip organisasi kemahasiswaan bukan lagi dari, oleh, dan untuk mahasiswa. Tapi Organisasi Kemahasiswaan dari, oleh, dan untuk Pemimpin Perguruan Tinggi.
b. Kerja-Kerja Ormawa
Bab III Kedudukan, Fungsi dan Ruang Lingkup Pasal 6 “Ruang lingkup Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan meliputi Kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler”, kokulikuler dijelaskan pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (7) “…kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa secara terprogram atas bimbingan dosen sebagai bagian kurikulum dan dapat diberi bobot setara satu atau dua satuan kredit semester” dan ekstrakulikuler pada ayat (8) “…kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai penunjang kurikulum dan dapat diberi bobot setara
satu atau dua satuan kredit mahasiswa”.
Setiap Ormawa memiliki dinamikanya tersendiri. Cepat lambat terbentuknya kepengurusan yang baru akan disesuaikan dengan kondisi kekinian masing-masing Ormawa. Bab VI Periode Kepengurusan Pasal 10 ayat (1)“Periode kepengurusan setiap Ormawa selama
1 (satu) tahun, dimulai 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember tahun berjalan”. Diatur lebih lanjut di ayat (2) “Kepengurusan yang baru harus sudah terbentuk paling lambat 31 Desember”.
Kondisi di KM FMIPA Unhas, tiap periode kepengurusan berbeda-beda dan Rekomendasi di Musyawarah Besar sebagai forum tertinggi mengatur kapan akan dibukanya Mubes selanjutnya, jika Mubes dibuka maka kerja eksekutif berhenti dan melaporkan kinerjanya. Pembahasan konstitusi (AD/ART, GBHO, Format Pengaderan) berlangsung alot, sehingga terbentuknya kepengurusan yang baru tidak menentu.
Bukan hanya kewenangan Ormawa yang diambil alih Pemimpin Perguruan Tinggi,
Rektor juga “…dapat mengangkattenaga professional yang berasal dari luar perguruan tinggi sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan
kegiatan organisasi kemahasiswaan”Bab VII Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan Pasal 11 ayat (4). Apakah hari ini Ormawa membutuhkan Pembina dari dalam dan luar organisasi. Jika seperti itu tidak ada kreatifitas dan daya kritis dari Ormawa.
Ketika draf peraturan ini ditetapkan maka Permen ini akan men’delegasi’kan kepada
Peraturan Rektor masing-masing perguruan tinggi, Bab XII Ketentuan Penutup Pasal 17 ayat
(1) “Petunjuk pelaksanaan peraturan ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan pemimpin perguruan tinggi”
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245 D. Kesimpulan
Ada beberapa poin yang menjadi kesimpulan mengenai draf PermenristekDikti tentang Organisasi Kemahasiswaan, diantaranya:
1. UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi paragraf 3 organisasi
kemahasiswaan Pasal 77 ayat (5) berbunyi “Ketentuan lain mengenai organisasi kemahasiswaan diatur dalam statuta perguruan tinggi”. Statuta Universitas
Hasanuddin diatur pada Pasal 49 ayat (4) PP No. 53 Tahun 2015, menegaskan
bahwa: “Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi kemahasiswaan di Unhas diatur dengan Peraturan Rektor”. Kedua peraturan perundang-undangan tersebut
secara jelas tidak “mendelegasikan” pengaturan lebih lanjut mengenai organisasi kemahasiswaan akan diatur pada Peraturan menteri. Sementara alasan hadirnya Permen ini hanya didasarkan pada faktor tuntutan dan kebutuhan yang telah menjadi keputusan dari pimpinan bidang kemahasiswaan se-Indonesia, bukan berdasarkan kebutuhan mahasiswa. Sementara Organisasi Kemahasiswaan hadir dengan prinsip dari, oleh, dan untuk mahasiswa.
2. Kondisi kekinian Keluarga Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tidak membutuhkan aturan sesuai yang dijelaskan pada draf Permen ini. 3. Kewenangan dan Independensi Organisasi Kemahasiswaan berdasarkan draf
Permen ini diambil alih secara keseluruhan oleh Pemimpin Perguruan Tinggi Dengan demikian, Ormawa tidak lagi sebagai wadah untuk pengembangan diri mahasiswa. Prinsip organisasi kemahasiswaan bukan lagi dari, oleh, dan untuk mahasiswa. Tapi Organisasi Kemahasiswaan dari, oleh, dan untuk Pemimpin Perguruan Tinggi.
Berdasarkan Uraian tersebut, maka kami Keluarga Keluarga Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Hasanuddin menyatakan sikap MENOLAK ditetapkannya Draf Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Tentang Organisasi Kemahasiswaan Perguruan Tinggi
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245
Catatan Kaki
1 Lihat Bab XII Ketentuan Penutup Pasal 17 Ayat 2 Draf Peraturan Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia tentang Organisasi
Kemahasiswaan Perguruan Tinggi “Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka
Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155/U/1998 Tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku”
2 Power Point persiapan uji publik draft peraturan menteri tentang organisasi
kemahasiswaan, Jakarta 6 Desember 2017 oleh Arman Nefi pada Workshop dan Malam Penganugerahan Bidang Kemahasiswaan, Direktorat Kemahasiswaan, Ditjen Belmawa.
3 Lihat UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 8
Ayat 1“Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.”
4 Lihat A. Hamid S. Attamimmi (1990, hlm. 352) Peranan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara: Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I–Pelita VI, Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana UI, Jakarta, 1990.
5 Ibid. A. Hamid S. Attamimmi: 1990, hlm. 347
6 Lihat UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 8 Ayat
2 “Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan
oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.”
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
Sekretariat : Ruang LFD 108 kampus UNHAS Tamalanrea. Jln Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar. 90245
8 Lihat Maria Farida Indrati Soeprapto. 2007. Ilmu Perundang-undangan Proses dan Teknik
Pembentukannya. Yogyakarta: Kanisius.
9 Lihat Angka 28 Lampiran UU 12/2011
10 Angka 19 Lampiran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
7 Lihat http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5264d6b08c174/kedudukan-peraturan
menteri-dalam-hierarki-peraturan-perundang-undangan diakses pada Rabu, 13 Desember 2017 pukul 04.26 Wita.