• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberantasan Caplak Sapi, Boophilus microplus (Canestrini) Dengan Pestisida Dan Masalah Resistensi Yang Diakibatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberantasan Caplak Sapi, Boophilus microplus (Canestrini) Dengan Pestisida Dan Masalah Resistensi Yang Diakibatkan"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

bab balajarnya itu merupakan tanda taqwa pada-Nya, menca-rinya merupakan ibadah. menelaahnya sebagai bertasbih

(memahasucikan Allah), menyelidikinya adalah sebagai jihad, mengajarkan kepada orang yang belum mengetahuinya sebagai

sedekah, menyampaikan kepada ahlinya adalah kebaktian" (Hu I adz) •

(2)

PEMBERANTASAN CAPLAK SAPI,

Boophilus micropfus

( CANESTRINI) DENGAN PESTIS IDA

DAN MASALAH RESISTENSI YANG D1AKIBATKANNYA

S K R I P S I

oleh

IWAN SOFWAN

B 16.0794

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN eOGOR

(3)

IWAN SOFWAN. Pemberantasan Caplak Sapi, Boophilus microp-Ius (Canestrini) Dengan Pestisida Dan Masalah Resistensi Yang Diakibatkannya (Di bawah bimbingan SINGGIH H. SIGIT).

Masalah parasit yang kerap kali terdapat pada sapi a-dalah caplak. Caplak sapi tersebar hampir di seluruh dunia. Ia selain merupakan vektor beberapa penyakit, juga ia dapat menimbulkan gangguan yang lain, yaitu menghisap darah induk

semang.

Penanggulangan utama terhadap serangan caplak pada sa-pi adalah secara kimiawi dengan menggunakan pestisida. Me-nurut Barnett (1961), pestisida yang pertama kali digunakan

secara 1uas adalah garam arsenat. Selanjutnya digunakan pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu nikotin dan pirethrum. Dengan perkembangan teknologi, pestisida asal tumbuhan ini ditinggalkan pemakaiannya dan diganti de-ngan bahan organik dari golode-ngan hidrokarbon berkhlor

se-perti DDT, dieldrin, BHC, toxaphen, khlordan dan aldrin. Namun penggunaan DDT saat ini tidak dibenarkan untuk hewan berproduksi, karena pengaruh residu DDT tetap ada dan

ber-tahan lama di dalam jaringan tubuh hewan. Bahan organik 1ainnya adalah dari golongan organofosfat dan karbamat. Go1ongan organofosfat merupakan senyawa yang kini paling banyak digunakan, karena tidak adanya bahaya residu pada

daging atau air susu.

(4)

ping", penyemprotan dengan tangan, "backrubber", kan tung bubuk gantung pestisida dan "jetting".

Narnun, pestisida pada penggunaannya untuk mernberantas caplak, selain dampaknya yang positif, dapat pula menirnbul-kan galur baru caplak yang resisten terhadap pestisida yang digunakan. Dewasa ini sedikitnya terdapat 14 galur caplak baru yang resisten, baik terhadap golongan anorganik maupun terhadap golongan organik seperti hidrokarbon berkhlor, or-ganofosfat dan karbamat. Galur baru caplak tersebut antara lain Ridge land, Hackay, Ingham, Biarra, Bajool, Gracemere,

Mt. Alford dan Tully di Australia; St. Catherine, St. Ann, Manchester, St. Elizabeth, Claredon dan Hanover di Jamaika.

(5)

(CANESTRINI) DENGAN PESTISI DA

DAN MASALAH RESISTENSI YANG DIAKIBATKANNYA

.oleh .IWAN SOFV/AN

. NRP : B16. 0794

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar DOKTER HEWAN

. pada

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogar

FAKULT,\S KEOOKTERAN HEWA:[ INSTITUT PERTANIAN BOGaR

(6)

JUDUL SKRIPSI

NAHA セャahasiswa@

NOHOR POKOK

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

PD1BERANTASAN CAPUK SAPI, Boophilus microplus (CANESTRINI) DENGAN PESTISIDA

DAN MASALAH RESISTENSI YANG DIAKIBATKAN-NYA

I WAN SOFW Ai'!

B16. 0794

Disetujui.

Bogor, セ@ • • •

- 8' -

• • • • ("13 • • S-• • • •

,

(7)

Penu1is di1ahirkan di Serang pada tangga1 10 Pebruari 1960 dari ayah Haji 11uharnmad Suarie dan ibu Chasbiah. Pe-nu1is merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pada akhir tahun 1972 penu1is menamatkan pendidikan di Seko1ah Dasar I'legeri V, tahun 1975 tamat Seko1ah Hene -ngah Pertama rTegeri II dan perte-ngahan tahun 1979 menamat-kan pendidimenamat-kan di ileko1ah l'Ienengah Atas Negeri yang kesemua nya berdomisi1i di Serang, Banten.

(8)

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Assalaamualaikum Warohma tullah 'Nabarokaatuh. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat

Allah S.W.T. yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dokter hewan pada Fakultas Kedokteran Hevran, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Singgih H. Sigit sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan bimuingan hingga terlaksananya tulisan ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis tujukan pada Abah dan Ibu penulis, serta adik-adik tersa-yang atas segala pengorbanan materiil dan spirituil se-hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Juni 1985 Wassalam

(9)

Halaman DAFTAR GAMBAR

ix DAFTAR LAMPIRAN

x I. PENDAHULUAN 1 II. BIOLOGI CAPLAK SAPI

3

2.1.

Daur hidup 3

2.2.

Induk semang

7

I I I . USAHA penゥャャセggulangan@

8

3.l.

Sejarah penggunaan pestisida 8

3.2.

Cara pemberantasan

11

3.2.1.

"Dipping"

11

3.2.2.

Penyemprotan dengan tangan 11

3.2.3.

"Backrubber" 12

3.2.4.

Kantung bubuk gantung pestisida 12

3.2.5.

"Jetting" 13

3.3.

Beberapa macam pestisida yang dipakai

dewasa ini 13

3.4.

Strategi pemberantasan 16

IV. DAHPAK NEGATIF YANG DIAKIBATKANNYA •

18

4.1.

Hekanisme resistensi 18

4.1.1.

f1ekanisme resistensi secara

biokimiawi dan faali . 18

4.1.2.

Hekanisme resistensi secara

genetis 20

4.2.

Status resistensi 20

DAFTAR PUSTAKA • • • • • • • • 24

(10)

DAFTAR GAM BAR

No. Ha1aman

Teks

(11)

No.

1.

2.

5.

Grafik respon kematian beberapa galur caplak

e.

micronlus pada beberapa konsentrasi dari beberapa macam senyawa organofosfat • • • Tabel LC

50 (%3konsentrasi セ@ 95% fiducial

limit x 10) dari beberapa macam pestisida pada larva

e.

micronlus umur 2-3 minggu

dari tiga tempat di Jamaika • • • • • Tabel LC50 (%3konsentrasi セ@ 95% fiducial

limit x 10) dari beberapa macam pestisida Dada larva

e.

microplus umur

2-3

minggu

dari tiga tempat di Jamaika • • • • • Tabel resistensi terhadap beberapa macam

pestisida pada beberapa galur Jamaika dari

e.

microplus dibandingkan dengan galur lokal St. Catherine dan dengan galur Yeerongpilly

dari Australia • • • • • • • • •

Kepekaan beberapa terhadap beberapa dipakai • • •

galur caplak yang resisten macam pestisida yang umum

• • • • • • • •

6.

Perbandingan besar faktor resistensi pada larva lima galur

e.

microplus dari galur yang resisten terhadap enam senyawa

organofosfat.

• • • • • •

7. Persentase kematian pada dua galur

e.

microplus pada bermacam-macam pestisida secara murni

dibandingkan dengan penambahan

Halaman 29 30 30 31 32 33

[image:11.559.75.503.135.576.2]
(12)

Dalam upaya meletakkan kerangka dasar menuju lepas landas pembangunan dengan terwujudnya swasembada pangan, subsektor peternakan memegang andil yang tak kalah penting dibanding dengan sektor lainnya.

Usaha peternakan sapi yang merupakan salah satu kom-ponen usaha peternakan umumnya, sedang giat-giatnya dikem-bangkan pemerintah. Melalui proyek bantuan International

Funds for Agricultural Development (IFAD), Asian Develop-ment Bank (ADB) dan Bantuan Presiden (3anpres), sapi-sapi

disebar luaskan kepara petani ternak dan masyarakat umum. l-1asalah parasit yang kerap kali terdapat pada sapi adalah caplak. Caplak sapi Boophilus micronlus (Canestri-nl) tersebar di Australia, Amerika Selatan, Afrika Selatan

dan Asia. Ia merupakan vektor Babesia bigemina, セN@ bovis dan Ananlasma セ。イァゥョ。ャ・@ (Lapage,

1956).

Seekor caplak be-tina dewasa dapat menghisap darah sebanyak

0,3

mililiter sehari (Ralph,

1982),

sedangkan kerugian ekonomi yang pernah terjadi di Queensland, Australia ditaksir mencapai

$ A.

16.933.070

(Seddon,

1967).

Penanggulangan utama terhadap serangan caplak pada sapi adalah secara kimiawi dengan menggunakan pestisida.

(13)

disangsikan lagi gejala resistensi ini telah menjadi

peng-,

hambat usaha manusia untuk menghasilkan protein hewani, berupa daging dan susu.

(14)

BIOLOGI CAPLAK SAPI

2.1. Daur hidup

Caplak sapi merupakan caplak berumah satu, yaitu mu-1ai dari stadium larva sampai dewasa hidup pada satu ekor induk semang. Stadium kehidupan caplak ini terdiri dari

stadium parasitik yaitu kehidupan di tubuh hewan dan sta-dium non-parasitik yaitu kehidupan di luar tubuh hewan. Kehidupan pada stadium parasitik dimulai dari saat larva menempel pada tubuh hewan sampai caplak dewasa jenuh darah

jatuh dari tubuh hewan, sedangkan stadium non-parasitik dimulai dari saat caplak dewasa jenuh darah jatuh dari he-wan sampai stadium larva generasi berikutnya sebelum

me-nempel pada tubuh hewan.

Caplak betina dewasa yang sudah jenuh darah akan ja-tuh dari tubuh hewan ke tanah dan untuk selanjutnya mema-suki stadium non-parasitik sebagai persiapan untuk berte-lure Jatuhnya caplak jenuh darah umumnya terjadi pada pa-gi hari antara pukul 6 sampai 10 (Hitchcock, 1955). Ia kemudian akan bergerak mencari tempat yang terlindung, se-perti di din ding kandang, bawah batu, dahan kering atau sela-sela rumput. Tiga sampai empat hari kemudian caplak bertelur selama kurang lebih satu minggu. l'Ienurut Seddon

(15)

selesai masa bertelurnya maka caplak tersebut akan menge-ring dan mati.

Telur akan men etas menjadi larva dalam waktu kurang lebih

3

minggu setelah diletakkan. Larva mempunyai

3

pa-sang kaki. Pada waktu keluar dari telur, larva tersebut berwarna kuning pucat dan gerakannya lambat. Setelah ku-rang lebih 1 minggu larva bergerak sangat aktif menuju ujung-ujung rumput atau tanaman lain mengumpul menanti in-duk semang lewat. Mengumpulnya larva pada ujung tumbuhan merupakan suatu adaptasi caplak agar dapat berpindah

seca-ra cepat ke induk semang (Treverrow, 1980). Bilamana ada sapi berjalan melalui'rumput tersebut, larva akan berpindah ke tubuh sapi menjalani stadium parasitik.

Selanjutnya larva akan mencapai tempat yang disenangi nya yaitu di daerah inguinal, lipat paha, leher, dada dan daerah yang berbulu lebat. Beberapa hari kemudian, larva menghisap darah dan membesar dengan warna yang lebih coklat Setelah kenYang, larva akan berganti kulit menjadi nimfe

dalam waktu rata-rata 5,5 hari (4,5-13,1 hari). Nimfe akan menghisap darah sampai kenyang dan berganti kulit lagi

men-jadi imago dengan waktu rata-rata 8,4 hari (7,9-8,4 hari). Akhirnya imago akan menghisap darah sampai kenyang, kemu-dian akan jatuh dari tubuh hewan dalam waktu rata-rata 16,4 hari (14,5-22,4 hari) (Hitchcock, 1955).

Caplak jantan menghisap darah lebih sedikit, karena ,I

(16)

beti-na. Se1ama me1ekat pada induk semang, waktunya 1ebih ba-nyak digunakan untuk merayap mencari cap1ak betina untuk mengadakan kopu1asi.

5

Untuk 1ebih je1asnya bagan daur hidup cap1ak sa pi ini dapat di1ihat pada gambar 1 di bawah ini.

・セ@

セD@

セ@

vセca@

$

rU8

カセ@

1

セ@ セ@

セ@ セ@ セ@

セ@ セ@

セ@

セ@

セ@ 0

セ@ j

セ@

セ@ セ@ セ@

セ@ セ@ ffl

E

セ@ 0

セ@ セ@ 3

..

\

-

>

1

セ@

?

Q

セ@

[image:16.564.73.501.183.624.2]

セセOMMMMMMMMMMMMMM

(17)

Daya tahan hidup larva non-parasitik bervariasi. Me-nurut Harley (1966) selama 10-22:..minggu padadaerah dengan

curah hujan setinggi 25 inci, 14-22 minggu pada daerah ngan curah hujan 40 inci dan 15-26 minggu pada daerah de-ngan curah hujan 80 .inci.

Daya tahan larva juga dipengaruhi oleh suhu dan kelem-baban nisbi. Hasil percobaan Gede (1976) di セゥァ。@ daerah menunjukkan bahwa di Jakarta (suhu rata-rata 26,9

°c

dan kelembaban nisbi rata-rata 80%) adalah 3,8 minggu (minimum 3 minggu dan maksimum 4 minggu), di Cipanas (suhu rata-rata 19,4

°c

dan kelembaban nisbi rata-rata 83%) adalah 3,2

minggu (minimum 2 minggu dan maksimum 4 minggu) dandi

Bo-o .

gor (suhu rata-rata 25 C dan kelembaban nisbi rata-rata 84%) adalah 6,2 minggu (minimum 4 minggu dan maksimum 7 minggu) •

Wiyoso (1976) melakukan pengamatan pada tiga macam tanaman, masing-masing rumput jarum (Chrysopogon 。」ゥ」オセ@

latus), alang-alang (Imperata cylindrica) dan stilo (Stylo-santhes sundaica) di tiga daerah yaitu Tambun (suhu rata-rata 27

°c

dan kelembaban nisbi 75%) ュ・ョオョェオセセ。ョ@ day a ta-han hidup larva rata-rata berturut-turut 4,4 minggu, 2,6 minggu dan 3,2 minggu; Cisarua (suhu rata-rata 19

°c

dan kelembaban nisbi 88%) rata-rata berturut-turut 10,4 minggu, 7,2 minggu dari'8,2 minggu.
(18)

kehi-1angan air dengan cara absorbsi air dari udara selama pe-riode kelembaban ョゥウ「セ@ tinggi.

Adapun mengenai daya tahan hidup caplak jantan dila-porkan oleh yMセッュウッョ@ et al. (1980) adalah 42 hari, dan dila-porkan pula bahwa seekor caplak jan tan mampu berkopulasi dengan 11 ekor caplak betina.

2.2.· Induk semang

Heskipun sapi merupakan induk semang yang paling se-sUai, namun resistensinya dari ras yang satu ke ras lain-nya menunjukkan ketidak samaan. Riek (1966) dan Robert

(1968) melaporkan bahwa bangsa sapi Asia umumnya dianggap 1ebih resisten terhadap caplak daripada bangsa sapi Eropa. Penilaian ini diperoleh berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Johnson dan Bancroft (dalam Ralph, 1982) berikut ini: 1. Adanya kecenderungan terserang ringan pada bangsa sapi

Asia, semen tara bangsa sapi Eropa terserang parah.

2. Kegagalan pada sebagian besar caplak betina menjadi caplak yang jenuh darah pada bangsa sapi Asia diban-ding pada bangsa sapi Eropa dalam kondisi yang sarna.

3. Adanya peningkatan dalam waktu yang diperlukan oleh caplak betina dalam menyelesaikan daur hidupnya.

(19)

3.1.

Sejarah penggunaan pestisida

Da1am usaha me1indungi induk semang dari berbagai ke-rugian akibat gigita'n cap1ak, te1ah digunakan beberapa pes-tisida yang dinyatakan mampu untuk membunuh cap1ak sapi dengan baik.

Pestisida yang pertama kali digunakan secara luas

a-dalah garam arsenat. Nenurut Barnett (1961) garam arsenat merupakan salah satu bahan kimia termurah yang mampu mem-bunuh caplak sapi pada semua stadium, dan garam arsenat ini dipakai dengan cara "dipping". Kekuatan larutan arsenat yang digunakan tergantung pada jarak waktu "dipping". Na-mun demikian dianjurkan konsentrasi yang digunakan tidak melebihi 0,24%. Setiap negara mempunyai standar pemakaian tertentu yang tergantung pada kepekaan cap1aknya. Amerika Serikat menetapkan 0,22%, sedangkan di Australia, Jamaika dan beberapa negara di Amerika Selatan menetapkan 0,20%. Larutan arsenat pada ku1it induk semang akan mere sap secara merata dan kekuatannya di dalam bak "dipping" sangat stabil,

hanya saja yang perlu dipertimbangkan adalah residunya. Dalam waktu dua hari induk semang sudah depat terinfestasi kembali.

(20)

un-9 tuk mengatasi caplak yang telah resisten terhadap larutan arsenat. Pirethrum digunakan karena dapat membunuh semua stadium caplak. Percobaan secara in vitro menunjukkan bah-wa larva yang resist en terhadap arsenat, BRG dan DDT tidak resisten terhadap pirethrum (Whitehead dalam Barnett, 1961). Namun karena tidak mempunyai daya residual, maka pemakaian-nya terbatas hapemakaian-nya untuk disemprotkan.

Dengan berkembangnya teknologi, bahan kimia asal エオュセ@

buhan ini ditinggalkan pemakaiannya dan diganti dengan ba-han organik dari golongan hidrokarbon berkhlor sepertiDDT, BHG, toxaphen, khlordan, dieldrin dan aldrin. Hidrokarbon berkhlor bekerja pada syaraf dan merupakan racun kontak. Secara kimiawi relatif sukar bereaksi dan merupakan perse-nyawaan yang stabil. Sifat khas senyawa golongan ini ada-lah daya residualnya yang dapat bertahan lama tanpa menim-bulkan iritasi, seperti diketahui akibat gigitan caplak a-kan menimbula-kan luka-luka kecil, dan jika larutan "dipping" mengiritasi, maka keadaan "stress" akan diperhebat. Di

(21)

pengaruh residu DDT tetap ada dan bertahan lama di da1am jaringan tubuh hewan. Di Indonesia DDT hanya digunakan un-tuk hal khusus seperti pemberantasan malaria. Bahan orga-nik lainnya ada1ah dari golongan organofosfat. Organofos-fat merupakan senyawa yang pada saat ini paling banyak di-gunakan, karena tidak adanya bahaya residu pada daging atau air susu. Organofosfat rnempunyai day a kerja yang bersifat

sistemik, dan bartindak sebagai pengganggu sistem enzim yang bekerja da1am penghantaran rangsangan syaraf arthropo-da, yaitu kho1inesterase. Ka1au terjadi hambatan pada sis-tem enzim tersebut akibat adanya organofosfat, maka terja-dilah penimbunan asetilkholin, sehingga perarnbatan rangsa-ngan syaraf tidak dapat terjadi atau mengakibatkan perpan-jangan kerja asetilkho1in. Di da1am tubuh hewan, organo-fosfat cepat terurai menjadi persenyawaan yang tidak toksik. Yang termasuk golongan ini adalah antara lain coumaphos, malathion, ethion dan diazinon.

Dewasa ini sete1ah cap1ak sapi menunjukkan sifat resi§ ten terhadap senyawa organofosfat, CSIRO terlibat di dalam penanggu1angan dan penyelidikan terhadap jenis pestisida baru yang berpotensi dari golongan karbamat. Karbamat

se-perti ha1nya organofosfat, merupakan pestisida antikho1in-esterase yang bersifat sistemik. Pestisida baru dari golo-ngan karbamat tersebut dikena1 sebagai khlorphenamidine

a-tau dengan nama dagangnya Spike(R) dan Fundex(R) (Woodruff,

(22)

3.2.

Cara pemberantasan

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan caplak"yang menyerang sapi, antara lain dengan cara "dip-ping", penyemprotan dengan tangan, "backrubber", kantung bubuk gantung pestisida dan "jetting".

Berikut ini diuraikan secara singkat cara pemberanta-san tersebut.

3.2.1.

"Dipping"

"Dipping" adalah suatu cara mencelupkan ternak pada kolam "dip" yang berisikan pestisida. Pestisida yang di-gunakan harus bersifat sistemik. Menurut Seddon (1967)

"dipping" adalah suatu cara yang cepat dan praktis terutama untuk peternakan sapi dalam jumlah besar, akan tetapi

ber-dasarkan percobaan yang dilakukan pada tahun 1957 di aセウエイF@

lia terbukti bahwa dengan cara ini bagian kepa1a sapi tidak basah. Un tuk melengkapi peker jaan "dipping", maka harus dibantu dengan membasahi kepalanya, misalnya dengan cara penyernprotan.

3.2.2.

Penyemprotan dengan tangan
(23)

3.2.3.

"Backrubber"

"Backrubber" adalah suatu cara pemberantasan terhadap infestasi ektoparasit, biasanya digunakan pada sapi-sapi padang. Sapi-sapi tersebut akan menggosokkan punggungnya pada alat "backrubber" yang terbuat dari bahan karung goni yang digulung pada rantai besi. Karung tersebut dibasahi atau dicelupkan ke dalam larutan pestisida yang bersifat sistemik, selanjutnya karung direntangkan di an tara dua

tiang dan dipasang pada tempat tertentu. Gulungan karung goni harus dipasang melengkung agar hewan dapat menggosok-kan tubuhnya pada alat tersebut. Sapi-sapi akan belajar mengobati dirinya sendiri secara teratur apabila "backrub-ber" ditempatkan di daerah yang sering dikunjungi sapi-sa-pi, misalnya daerah dekat tempat makanan, garam jilat dan tempat minum.

3.2.4.

Kantung bubuk gantung pestisida

Kantung bubuk gantung pestisida adalah suatu kantung yang berisi bubuk pestisida yang digantung, sehingga apa-bila sapi yang dilewatkan di bawahnya menyinggung kantung bubuk itu maka bagian muka, kepala dan punggungnya akan

tertaburi bubuk pestisida. Kantung bubuk pestisida digan-tungkan di tempat sapi-sapi sering berkumpul, sehingga sapi sapi tersebut mengobati sendiri. Tempat menggantung dapat

(24)

3.2.5. "Jetting"

"Jetting" adalah suatu cara pemberantasan infestasi caplak·dengan penyemprotan memakai tekanan tinggi seperti pada pemadam kebakaran. Tekanan berkisar antara 35,1 sam-pai 70,2 hg/cm2 ke arah kulit punggung sapi, dan cairan a-kan mengalir ke sisi badan sapi. Cara ini sudah lama di-gunakan di USA, kurang lebih sejak 20 tahun yang lalu. Pemakaian dengan cara ini lebih berdaya guna untuk sapi-sa-pi yang berbulu relatif tebal.

3.3. Beberapa macam pestisida yang dipakai dewasa ini Pestisida yang dewasa ini banyak dipakai untuk pembe-rantasan caplak adalah golongan organofosfat, karena tidak adanya bahaya residu pada hasil hewan seperti air susu dan daging. Disamping organofosfat, juga golongan organokarba-mat, namun demikian di beberapa negara masih ada yang meng-gunakan pestisida golongan lain, misalnya dari bahan orga-nik sintetik berasal dari tumbuhan.

Di bawah ini disajikan laporan beberapa pemakaian pes-tisida yang termasuk golongan organofosfat, karbamat, se-nyawa organik sintetik dari tumbuhan dan kombinasi

(25)

dikhlorfenthion (Haxanema(R)), malathion, dikhlorvos (seba-gai Marex Super-IOOR atau Nuvan R) dan parathion (Paramer M-50R).di tiga desa dekat Port Blair, Andaman, India

dipe-roleh kematian kurang lebih 90% populasi caplak pada konseu trasi 0,125 dan 0,25%, dan dapat melindungi hewan dari in-festasi kembali untuk selama 10 hari. Penggunaan nimidan

500 p.p.m. yang dilakukan di Monteria, Colombia terhadap

populasi caplak dewasa menurunkan 92,656 dari populasi dua hari setelah hewan disemprot, dan meningkat menjadi 93,3% pada hari ke-19. Caplak betina kenyang darah yang dikenai-nya pada konsentrasi yang sarna meletakkan telurdikenai-nya 87,9%

lebih kecil daripada caplak betina yang tidak mendapat per-lakuan. Adapun sisa pestisida yang masih tertinggal, masih efektif selama kurang lebih delapan hari (Betacourt et al.,

1980). Dalam Livestock International (1980) penggunaan propetamphos dengan cara semprot an tara 0,6 sampai 1,05 g

a. i. tiap hewan pada sa pi di Afrika Selatan dan Nikaragua menghasilkan kematian

12.

microu1us hampir 100% pada hari ke-2, ke-4 dan ke-6 setelah perlakuan. Penggunaan couma-phos (Davey et セL@ 1982) yang dilakukan di Texas tahun 1980 dengan cara "dipping" dapat menurunkan index

reproduk-si sebesar 95,9% pada konsentrareproduk-si 0,06% dan 100% pada 0,12% pada hari ke-7 setelah perlakuan pertama. ャセ・ョオイオエ@ laporan Kosshy (1982) pada tahun 1979-1980 di Tamil, Nadu, India

(26)

popu-lasi dalam 2-3 hari.

Roulston (dalam Woodruff, 1972) telah melakukan suatu percobaan terhadap pestisida baru dari persenyawaan karba-mat. Pestisida tersebut dikenal sebagai khlorphenamidine atau dengan nama dagangnya SpikeR dan FundexR• Pada konserr

trasi 0,0015% khlorphenamidine mampu membunuh lebih dari 60% caplak pada sapi yang terinfestasi dan pada konsentrasi 0,22% mampu membunuh 94%.

Di labora torium G.ueensland, Australia 99% isolat

l2..

microplus dari galur Biarra, Nackay, Mt. Alford, DDT-re-sistant dan Ulan berhasil diberantas dengan pestisida dQri golongan pirethroid sintetik yaitu cyhalotrine dengan kon-sentrasi 0,007%. Pada percobaan lapang dengan cara "dip_ ping" pada konsentrasi cyhalotrine yang sarna telah dipero-leh perlindungan minimum selama tujuh hari terhadap infes-tasi kembali (Stubbs et al., ,982).

Di Argentina telah dilakukan pengujian terhadap ins tar nimfe kedua dan caplak betina kenyang darah terhadap

pesti-sida dagang (BaydipR) yang mengandung campuran 16% couma-phos dengan 1,6% flumethrine. Sediaan tersebut di larutkan sampai masing-masing 400 p.p.m. dan 30 p.p.m., dan setiap

hewan di semprot dengan 20 liter suspensi tersebut. Per-lakuan diu lang setelah 9 hari. Pada hari ke-2, ke-5 dan ke-9 setelah hari pertama perlakuan, diperoleh prosentase kematian masing-masing sebesar 91,19; 98,11 dan 99,64.

(27)

infestasi nimfe kembali selama 12 hari, sedangkan caplak betina kenyang darah dihilangkan dari tubuh sapi dan mati tiga ja.m setelah disemprot beberapa jam tanpa sempat berte-lur lebih dahulu (Romano, 1981).

3.4. Strategi pemberantasan

Adanya suatu strategi yang khusus dalam pemberantasan caplak diharapkan dapat membantu mengatasi masalah infesta-sinya. Di negara tropis di mana dalam setahun hanya terda-pat dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau, diduga popu-lasi caplak meningkat pada musim kemarau, karena telur yang diletakkan di tanah atau rerumputan akan banyak yang mene-tas menjadi larva dibandingkan pada waktu musim hujan, hal mana telur akan terbawa air. Waktu pemberantasannya dapat dilakukan pada saat jumlah populasi mulai meningkat, yaitu pada awal musim kemarau sampai menjelang musim hujan. Di Indonesia sampai saat ini belum ada data tentang jadwal pemberantasannya.

Di negara dengan empat musim strategi pemberantasan エ・セ@

hadap caplak telah banyak dirumuskan. Hal-hal yang mengun-tungkan dari kenyataan alami adalah bahwa populasi caplak pada akhir musim panas dan musim gugur tinggi, sedangkan pada akhir musim dingin dan musirn semi rendah. Pernberanta-san yang dilakukan di Queensland, Australia dengan cara "dipping" setiap 21 hari selama musirn gugur dapat mengharn-bat pertumbuhan caplak betina dengan cukup memuaskan.

(28)

jumlah populasi caplak yang akan bertahan hidup di musim gugur. Sedikitnya tiga kali perendaman dalam waktu 21 hari di musim gugur dapat mengontrol populasi caplak secara ber-hasil guna dan ekonomis (Woodruff, 1972).

(29)

Dengan makin menjamurnya jenis-jenis pestisida pada penggunaannya untuk memberantas caplak, selain dampaknya yang positif, dapat pula menimbulkan galur baru caplak yang

resisten terhadap pestisida yang digunakan. Resistensi di-definisikan sebagai pengembangan kemampuan dalam suatu ga-lur caplak untuk tahan terhadap dosis toksik yang dapat me-matikan pada sebagian besar individu populasi normal jenis caplak yang sama (WHO Expert Committee on Insecticide, da-lam Stone,

1972).

4.1.

Mekanisme resistensi

Mekanisme terjadinya resistensi pada caplak terhadap pestisida dapat dilihat dari berbagai sudut, diantaranya adalah dari sudut biokimiawi, faali dan genetis. Di baViah ini dipaparkan secara singkat bagaimana mekanisme tersebut berlangsung.

4.4.1.

f1ekanisme resistensi secara biokimiawi dan faali

Mekanisme terjadinya resistensi terhadap pestisida secara biokimiawi dan faali telah diselidiki oleh Wharton dan Roulston (dalam Stone,

1972).

Hereka menyatakan bahwa resistensi arthropoda terhadap suatu bahan kimia disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor berikut a. Kurangnya penetrasi melalui integumen atau kurangnya
(30)

19

b. Bertambahnya penumpukan atau pengeluaran racun yang

ti-dak berubah.

c. Berkurangnya sifat racun dari bahan kimia yang diguna-kan, yang memerlukan perubahan di dalam tubuh artropo-da untuk menjadi racun yang tepat atau cocok.

d. Berkurangnya reaktivitas atau kepekaan racun, karena tempat yang vital dari sistem biokimiawi dan faalinya dilumpuhkan dan dibuat tidak aktif.

e. Meningkatnya detoksikasi di dalam tubuh artropoda de-ngan cara menghancurkan metabolisme pemasukan racun sebelum mencapai tempatnya atau target organ.

Mekanisme (a) dan (b) tidak pernah menunjukkan peranan pen-tingnya terhadap resistensi pada :§.. microplus. Hekanisme

(c) diduga mempunyai potensi yang sangat penting terutama pada ketahanan senyawa organofosfat, yang perubahannya

(31)

di-iringi oleh berkurangnya aktifitas asetilkholin esterase.

4.1.2.

Mekanisme resistensi secara genetis

Sedikit diketahui mengenai genetika dari caplak, te-tapi secara sitogenetik telah dipelajari cukup terperinci. Jumlah diploid khromosom ada 21-28. Pada

&.

microplus

2n=21 (jantan) dan 2n=22 (betina). Jenis kelamin caplak ini ditandai dengan simbol XX-XO (Oliver, dalam Stone, 1972) •

Walaupun tidak ada data percobaan ten tang pertukaran bahan-bahan genetik oleh khromosom yang sama (pindah ウゥセN@

lang), terdapat data sitologi dalam bentuk pengamatan pada khromosom khiasmata yang telah dilaporkan pada sejumlah

spesies. Diduga bahwa

&.

microplus menyesuaikan diri de-ngan pola yang umum terjadi pada khiasmata (Stone, 1972).

Namun diakui bahwa perkembangan resistensi ini ber-langsung relatif lama, sebagai contoh ketahanan terhadap arsenat terjadi 50 tahun setelah pemakaian pertama

(\'inar-ton dan Rouls(\'inar-ton, 1977) dan 7 tahun terhadap ethion (-Brun et ale, 1983).

4.2.

Status resistensi

Dewasa ini hampir di seluruh dunia telah timbul cap-lak yang resisten terhadap berbagai golongan pestisida yang ada. Sedikitnya terdapat 14 galur caplak baru yang

(32)

organo-fosfat dan organokarbamat. Galur caplak baru tersebut an-tara lain Ridgeland, Mackay, Ingham, Biarra, Bajool, Grace-mere, Mt. Alford dan Tully di Australia; St. Catherina,

St. Ann, Manchester, St. Elizabeth, Claredon dan Hanover di Jamaica.

Resistensi セN@ microplus terhadap pestisida golongan anorganik telah dilaporkan di Afrika Selatan berdasarkan percobaan secara "in vitro" terhadap larva yang belum meng-hisap darah dan caplak betina kenyang darah. Hasil perco-baan menunjukkan bahwa 57 dari 64 isolat lapangan resisten terhadap arsenat (Baker et al., 1979).

Resistensicaplak ini terhadap golongan organofosfat telah dilaporkan dari hampir seluruh negara di dunia. Sua-tu penelitian yang dilakukan Roulston et al.,(1981) dari tahun 1976 sampai 1977 di Queensland, Australia menunjuk-kan terdapatnya resistensi tersebut.' Caplak yang resisten

terhadap organofosfat yang di uji tersebut adalah galur Biarra, Ridgeland, Tully dan Mt. Alford. Namun terhadap organofosfat seperti amidin, khlordimeform, khlorometiuron atau amitraz semua caplak tidak ada yang resisten. Pada penelitian ini caplak yang digunakan sebagai standar ada-lah dari galur Yeerongpilly. Perincian tentang tingkat re-sistensinya disajikan pada lampiran 1.

(33)

khlorpyrifos (Dursban(R)), juga terhadap senyawa organofos-fat yang lain sepertiumbethion, ethion, khlorfenvinphos

(Supona (R)) dan pyrimithat (Perez et a1., 1980).. Namun ti-dak dilaporkan sampai os§ber?pa jauh .. tingi3;:ilt, perkembangannya. Di Afrika Selatan, 8 dari

55

isolat caplak lapangan resis-ten terhadap dioxathion. Caplak yang lain resisten terha-dap benoxaphos, diazinon, carbophenothion, dicrotophos, e-thion, feni troe-thion, . quil1 trofos, 'khlorpyriphos, bromophos-ethyl dan amitraz (Baker et al., 1979). Resistensi terha-dap ethion di Brazil ditunjukkan pada konsentrasi 1200 p.p.m., sedangkan terhadap khlorfenvinphos pada konsentra-si 1000 p.p.m. (Branco et セL@ 1982).

Rawlins dan Mansingh (1978) mengatakan bahwa populasi caplak di Jamaica telah mengalami resistensi terhadap se-dikitnya 26 pestisida. Pestisida tersebut adalah dari

go-longan hidrokarbon berkhlor, organofosfat dan karbamat. Perinciannya dapat dilihat pada lampiran 2,

3

dan

4.

Resistensi terhadap golongan hidrokarbon berkhlor, se-lain di Jamaica, telah dilaporkan pula terjadi di Australia dan Afrika Selatan. Di Australia, resistensi caplak ini terjadi terhadap dieldrin dan DDT (Roulston et al., 1981).

Di Afrika Selatan, resistensi terjadi selain pada kedua se-nyawa tersebut, juga resistensi telah terjadi terhadap

lin-dan (Baker et al., 1979).

(34)

23

senyawa golongan karbamat, yaitu terhadap carbaryl.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa penggunaan pestisida pada pemberantasan caplak sapi telah menimbulkan dampak yang negatif. Boleh dikatakan, satu-satunya dampak negatifnya yang berarti adalah resistensi. Resistensi

セN@ microplus telah meluas ke seluruh penjuru dunia, kemung-kinan telah terjadi pula di Indonesia, mengingat pemakaian

(35)

Artache, C. C. P., Arregui, L. A. and Laranja, R.

1979.

(Behavior of chloromethiuron "in vitro"). Boletion do Instituto de Pesquisas Veterrinarias Desiserio Fi-namor. No.

4:5-11.

Santana do Livramento,

333,

Rio Grande do Sul, Brazil. Dalam Rev. Appl. Entomol. Se-ries B.

1979. 67(7).

Baker, J. A. F., Jordan, J. O. and Robertson, W. O.

1979.

Ixodicidal resistance in Boophilus micronlus (Canes-trini) in the Republic of South Africa and Transkei. J. South Africa Vet. Ass.

50(4):296-301.

Dalam Rev.

Appl. Entomol. Series B.

1981. 69(4).

Barnett, S. F.

FAO Rome.

1961.

106

hal. The control of ticks on livestock. Betacourt, E. A., Parra,

G.

D. and Angel, C. A.

1980.

Evaluation of effectiveness of the acaricide Nimidane for the control Boonhilus microflus. Revista Institu-to Colombiana Agropecuaria.

13 2):257-361.

Monteria, Colombia. Dalam Rev. Appl. Entomol. Series B.

1981.

690) •

Branco, F. de P. J. A., Pinheiro, A da C. and Ribeiro, J. B. R.

1982.

(Mixture of Nimidane with ethion or with chlorfenvinphos for the control of the tick, Boouhilus micronlus resistant to organophosphate). l'listura de Nimidane com ethion on com chlorfenvinuhos on controle de carapato, Boouhilus microulus resistante a organo-fosforados. Brasilia, Brazil. Dalam Rev. Appl. Ento-mol. Series B.

1982.

70

(12) •

Brown, A. W. A.

1969.

Farm chemicals. Sept., Nov. Stone, B. F.

1972.

The genetics of resistance ticks to acaricides. Austral. Vet. J.

48(6).

Dalam by Brun, L.

0.,

Wilson, J. T. and Daynes, P.

1983.

Ethion

resistance in the cattle tick (Boouhilus microulus) in New Caledonia. Tropical Pest Nanagement.

29(1):

16-22.

Dalam Rev. Appl. Entomol. Series B.

1982.

70(4).

Devay,

R. B.

1982.

Control of Boouhi1us microplus tick

on cattle with a flowable formulation of coumaphos.

J. Econ. Entomol.

75(2):228-231.

Dalam Rev. Appl. Entomol. Series B.

1982. 71(2).

(36)

25 Harley, K. L.

s.

1966. Studies on the survival of the

non parasitic stages of the cattle tick in three

climatically dissimilar districs of North Queensland. Austral. J. Agric. Res. 17:387-410.

hゥエ」ィ」ッセォL@ L. F. 1955.

of the cattle tick, Zool. 3:145-155.

Studies on the parasitic stages Boophilus microplus. Austral. J. Kartasanjaya, S. 1982. Dampak negatif penggunaan

pestisi-da. Warta Balai Industri Semarang. Th. I. No.1. Khan, M. H. 1980. Field test in Port Blair with some

newer insecticides for the control of cattle tick Boophilus microplus. Indian Vet. J. 57(1):27-31. Indian Veterinary Research Institute, Regional Centre, Port Blair, Nセ、。ュ。ョ@ Is, India. Dalam Rev. Appl. Ento-mol. Series B. 1981. 69(10).

Kosshy, T. J. 1982. Zolone as 11(4) :217-219. Department ry College, Hadras-600007, Entomol. Series B. 1983.

an acaricide cheiron. of Parasitology, Veterina-India. Dalam Rev. Appl.

7lCl) •

Lapage, G. 1956. Honnig's veterinary helminthology and entomology. Bailliere, Tindall and Cox. 7 and 8

Hen-rietta Street. Convent-Garden, London.

Livestock International. 1981. Propetamphos for the con-trol of ticks. 9(3):8. Dalam Rev. Appl. Entomol. Series B. 1982. 70(4).

Perez, A., Harti, V. J. K. and Bulman, G. 1-1. 1980. Deter-mination and study of a new Argentinian organophospho-rus resistant strain of Boophilus microplus from Santo Tome, Corrientes Province. Revista Militar de Veteri-naria. 26(123):275-276, 278-280, 282-283. Departe-mento de Patologia Animal, CICV, niTA, Buenos Aires,

Argentina. Dalam Rev. Appl. Entomol. Series B. 1982. 70(4).

Ralph, W. 1982. Strategic dipping for tick control in northern Australia. Rural research. No. 116.

Ralph, VI. 1983. A model for tick control. Rural research.

No. 119.

(37)

Rawlins, S. C. and Hansingh, A. 1981. Susceptibility of ergorged adults of the cattle tick, Boophilus microo-lus (Canestrini) to acaricides. Insect science and its application. 1(4):377-378. Department of Zoolo-gy, 'Nest Indies University, Kingston 7, Jamaica. J. Econ. Entomol. 71(6).

Riek, R. F. 1965. The cattle tick and tick fever. Austral. Vet. J. 41:211-216.

Robert, J. A. 1968. Acquisition by the host to the cattle tick, Boophilus microplus. 54:657-662.

of resistance J. Parasi tol. Romano, A. 1981. The acti vi ty against Ixodes of a new

acaricide based on organophosphorus insecticide (cou-maphos) together with a synthetic pyrethroid (flumeth-rin) tested against different developmental etages of Booohilus microplus (Canestrini). Gaceta Veterinaria. 43(365):870-877. Dalam Rev. Appl. Entomol. Series B. 1983. n(3).

Roulston, W. J., Wharton, R. H., Nolan, J., Kerr, J. D., Wilson, J. T., Thomson, P. G. and Scholtz, M. 1981. A survey for resistance in cattle ticks to acaricides. Austral. Vet. J. 57(8):362-371.

Seddon, H. R. tralia. Health.

1967. Diseases of domestic animals in Aus-Tick and mite infestation. Servo Publ. Dept. Austral. Vet. Hyg. 7. 165 hal.

Soenardi. 1977. Impak ekonomi pemberantasan hama penyakit tanaman dalam produksi. Aspek pestisida di Indonesia. Lembaga Pusat Penelitian Bogor. Ed. khusus 3.

Stone, B. F. 1972. The genetics of resistance by ticks to acaricides. Austral. Vet. J. 48(6).

Stubbs, V. K., Wilshire, C. and Webber, L. G. 1982. Cyha-lothrin a novel acaricidal and insecticidal synthetic pyrethroid for the control of the cattle tick (Boophi-lus microo(Boophi-lus) and the buffalo fly (Haematobia irri-tans exigua). Austral. Vet. J. 59(5):152-155. Aus-tralian cattle tick research station, D'Aguilar,

Queensland 4517, Australia. Dalam Rev. Appl. Entomol. Series B. 1983. 71(3).

(38)

27 Treverrow, N. L. 1980. A possible function of aggregation

of the cattle tick Boophilus microplus (Canestrini) (Acarina:Ixodidae). Gen. Appl. Entornol. 12:3-4. Wharton, R. H. and Roulston, W. J. 1977. Acaricide

resis-tance in Boophilus rnicronlus. In Workshop on hernopa-rasites. 17-22 Harch. 1975. Cali, Colombia. Dalarn Rev. Appl. Entornol. Series B. 1979. 67(6).

Wiyoso, K. D. 1979. Studies on the length of survival of the preparasitic stages of cattle tick larvae, Boonhi-lus micronBoonhi-lus (Canestrini) on di different stimulated pasture conditions. seヲオセeoMbiotrop@ Intern. Rep.

25 hal.

(39)
(40)

29

Lampiran 1. Grafik respon kematian beberapa galur cap-lak セN@ microulus pada beberapa konsentrasi dari berbagai macam senyawa organofosfat.

,=.

Lセ@

"' TULLY

'lOCH"'"

W » "'''CIIA'

>- " .... u."

..

セ@

0

:z:

>-" IlUeG!l"'.!)S

W

!

" オセ@ ..

Q CiI'l.t,Ct:UERIE

"

"' !fOG ... U '

..

TULLY I, • •

セ@ セ@ IUOGft...o.HOS

••

·

:z: セ@ I.' •

>- » (lIU.Cflolt:M

"

..

>< .... cx .. ,.

..

0

Q セ@ B .... _ ..

..

WCXIHT AlR)fIO

" ,.,

M'

.

""'" 1.3 •

.,

" '''OClU ... OS 1.3 •

0 GII .. CfU(II( •. :1 •

:z: セ@

>

..

---

..5 •

>-

..

::;

,.

" =c, .,

.

;! :J ... CK",. "

.

0

"

a: u

.,-

u

·

0

,.

セ@ ,.,

"' TUI.I.' "

.

" lItO ... 1.1 •

セ@ セ@ ... CK ... ' l . l ·

..

JUDGEl ... OS 1.2 •

0

"

.

""'" "

.

z

..

>

,.

G""COIVIIIE I.' .'

U 11.11"'."

."

I,IQUHT ALfOI'lO

'"

·

..

..

,

nru.. 1.0 •

.,

" liIIOC£UNOS U •

0

loUC ... " "

.

..

セ@

a: <toG ... ",.0 •

> »

iiBBセGB@ "

.

..

a:

..

-"

.

g "

:z: GIOtA.CfWf.II(

..

"

UOUNT ALFOIIO

'"

"

",

..

LセL@ ,

..

PERCENTAGE IN OLIVE OIL

Sumber Roulston, W. J.

tance in cattle J.

, et al. ticks to

" . ,

DISCRlMINATlNG CONCENTPATION

[image:40.558.63.521.64.664.2]
(41)

, I

Lampiran 2.

Acarkid.:s AllYl.},!;;ub Bromophos C;u-bal},i (hloruuMronn Cbl(1rfen\Lnphos cィャッイーセョイッウ@ cィ{ッイーセGョイッウ@ m<:thyl Coum.lpnos Crolotyphos Diulnon Dicofol Dicrolophos Dimttho:uc d[ッセjエィゥッョ@ Fcnilrolhion lodoitnphos Lindane :-tal.:d ppDDT セエョエィッ。ャエ@ _ィッセーィ。ュャ、ッョ@

Pinmiphos ethyl Pirimlphos ITlI!lhyt Promtcm

ProPO:\IJC

Trichlorph<ln

Tabel LC50 Hセ@ konsentrasi セ@ 95% fiducial limit x 10) dari beberapa macam pesti-sida pada larva セN@ microplus umur 2-3 minggu dari 3 tempat di Jamaica.

Lew. セ@ 9Stt-fiducial linur.s x 10l for e:k;h tick SIr.lln

51. Catherine St. Ann !-bncho:stcr

LC14 x 10' Slope LCM x 10' Slope LC .. x J!Y Slope

13.5.1:::0.02 3.87 SPNPW]oNセ@ 3.38 297 ooセoN@ 7

'"

424.60=1.90 I. ... RQiNjセォoNSP@ 4.34

20.92.:: 10.6 1.80 S.50::::0.Q..& 8.97 2..1 81::-;.53 1.77 0$.81:::0.07 L"S 1...1):::108 0.39 31000::::61.40 039

5S.·H:::O.19 ·US 525.40:::193.80 0.97 58.98::::0.19 7.0S

6389:-::0.2.7 5.13 1.31 :::0.96 0.34 17.73:::0.07 ャNNセァ@

50.07 :::0.25 Z.71 85.39::::0.001 3.24

\9-1 ... tO:::O.70 " 02 110.40:::0.10 3.S9 98.02:::0.24 SNセ@

12.20:::0.02 3.7-1 6.47::;0.01- 3.00 9, \"::;0.03 [0.05 11.99:::0.06 2.79 24.84:::0.01 7.05 11.07::;0.02 3.15 11-11.00::: 12.00 2.63 4110.00=6.00 3.15

2062=0.01

,

.

.,..

8.88=0.02. 3.17 1 !.J9=0.03 3.63

3.29=0.07 2.12 3.50=0.08 3.28 3.54::0.04 2.51 313.10::0.10 13.02 178.00::0.10 6.03 298 :O::O.:!O 9.31

25.53=0.02

'.09

I3S J(l: 10.SO U3 \7.0,::0.01 4.12 193.80=0.30 3.73 [ 17,00::0.10 3.67

56.16=22.5 0.53 SNFNャZZRNセ@ OA7 827,00:: 10.00 0.98 0..012=0.06 1.86 2.95::0.002 6.56 0,%::0.02 I.,"

13263)0= 2.10 3.05 909. 10= '-SO 3.1J<j 486.J()::2.20 3.'" 86.60::: 18.16 2.21 QVSNYPZZZlセP@ 6.0<1

セNsS]oNPS@ 2.37 14.55:::0.001

".

11 .. セVZZPNPR@ 3A7 19.68::0.02 5.55 41,69::0.11 1.80 57.6-\.=0.21 2.60

0.'12:;0.01 2.31 3.08=0.01 3.82 セNRPZPNPi@ 7.68 0.26:::0.001 4.2!i 0.65::0.001 '.00

21.15=0.06 2,49 16.64:0.02 3.53

Sumber Rawlins, S. C. , ·and Nansingh, A. 1978.

Lampiran 3.

A.:ariddes .... lIyxycatb Bromophos Carbaryl Chlordimdonn ChJodenvinpbos Chlorpyrifos Chlorpyn(os m.:thyl Coumaphos cイッエッセIGーィッウ@ Diazinon Dicoiol Dk:colopho5 DimethoalC:: Dio:uthlon Fenltrolhion lodofenphos lindane:: N;!jed ",DDT Phentooau:. f'hospharl\1don Pirimiphos ethyl Pirimlphos methyl Promc<:atb Propo(ur Tric:hlorphon

Tabel LC50 (%3konsentrasi セ@ 95% fiducial limi t x 10) dari beberapa macam pesti-sida pada larva セN@ microplus umur 2-3 minggu dari 3 tempat di Jamaica.

l.C)I : 95<;(, fiduc:iallimits 10l' fOf exb lick strain

St. Eliubelh Oarendon Hano\'Cf

ャNcセク@ 10' Slope l.CN x 10' Slop< l.CNx tOl' Slope 2.20=0.004 3.56 2-14.40=53.60 0.95

-106.90: 1.00 ·4.17 322.70=0.05 3.28 471,40:::3.60 2.02 8.12=0.004 6.57 10.92:0.02 4.65 6.14::0.01 10.24 0.09'::.0.05 0.79 2249.00: 1678.0 0.'" 10.18:::3.93 5.73 28.47:0.58 1.51 37.63=0.26 ].62 105.70::4,20

I.'"

61.94:::0.01 4.73 42.23:0.<>9 4.25 25.55:::0.72 1.10 55.18:::0.16 3.13 218.47:::0.40 2.98

182.30=0 . ..t.O 3.10 105.90:::0.30 2.98 124.90:::1.30 7 .... 5.33:0.92 2.90 514.00:::83.26 0.12 2437:::0.38 L50 9.33:0.06 3.30 18.38:::0.03 7.00 20.50:::0.02 5.73 4357.0:19.00 2.01 ..$1-10.0.:::5.00 2.21

19AI:::O.IO 2.99 19.80=0.06 2.93 2957:::0.11 2.55 U8=0.2! 1.16 3.28:::011 2.29 ..$.59=0.OJ "3 239.05:0.\0 10.12 234.90:::0.\0 7.30 \97.-10=0.20 5.11

7.59:0.01 4.69 66.10=:;0.95 1.99 296. [0=52.90 1.09 192.90:::8.20 1.52 ..14.4.30:::0.10 6.66

7\4.30:::J6.80 1.62 1.77::0.11 0.36 155.10:::7.60 0.77 1.J1:::0.oo2 3.21 3.01=0.30 4.98 3.12:::0.001 US 157).00::: 1.00 4.76 12\0.00::: 1.00 '.09 1027.00:::1.00 ..$.36

204.30: 1 . .;0 5.58 256.90:::0.)0 4.95

10.07=0.01 3.11 IL!I:::0.02 2.68 17A1:::0.03 3.14 26.54:::0.02 '.09

23.13:::0.20 1.15 1889.00:::323.3 0.61 1.67:::0.01 •. 72 8.91:::0.12 J.19 0.65=0,001 ..$.89 0.57:0.001 6.79 38 . .12.:::0.15 I." 57.81:0.13 4.31

[image:41.570.65.468.53.684.2] [image:41.570.68.447.54.348.2]
(42)

31

Lampiran

4.

Tabel resistensi terhadap beberapa macam pestisida pada berbagai galur Jamaica dari

fl..

microplus dioandingkan dengan galur

10-kal st. Catherine dan dengan galur Yeerong pilly dari Australia.

RC'lOlI>C ャ\セ」ョ。」エᄋ@ ... .uI'CC 1ft cBBセ@ "".,ft

A

__

51. ClIhc-nM

" -

wセ@ ... セN@

'" SI. rJlUI>nII H _ """-

'A_

..-aGuケセBLLBSエィ@

,

" [1.1 Zl

Br"",,'f'/In'O 12.11

"' uセ@

" 12.S\

..

, !l.1n

" ,l.'JI

" f) 41

...

'!J> " I!.S\ l.' ('.2)

ャBセイエ^@ ... 1 [1l.11

" ヲャセ@ 51

"' f" 21 OJ 041

"' ヲセ@ 1)

•.

,

cJ セi@

"'

LNセ@

" jセ@ 2\

,.

110.71

t'lll<",l!"",rl'Al セNQ@ \11> セ@ IU n 02

.,

.&6It.!' lId

HBィャBイエBBセGョーィュ@ all '" a.ll L' /l.11

'" iセzi@ ョセ@ {Ill

" C411

..•

LLセ@

,,'

II:,

,.,

,1.'"

cィャLLLLLセBィ@ .... OM '" Illn 0.7 fl."1

"'"

(0.1i

" ,J "I

"' II",) 11.1 (t.", H.' II l'

" ,)11

cGィセGヲjBGiイオLLL@ mcdIyt

"

" "

"

(',,,,,",pI\<"

,

'" n

"'

'21b

"' f) 0) H.' I2JI

"' iJ セi@

•..

12 Itl 0.' ''-'Z

"'

Illlt '.1 !un

C .. ""HJ"ft<" • [II» " n!) .., (1,7)

,.,

,0.9)

..

, (o.n 2.0 f).JI U.I

...

セ@ l.1 0'" 2.0 (l.JI

0, ... II til

"' LLセ@ L. II It) l.' (2.11

..

(O.BI

,.,

lUI L' 11.51

..

, ,I "" U 1:'11

l>i.,:.,I,I/

,

..

"

l6

"

O ... ·M''f'hroI; 12.1"1

..

オセ@

" II :1

"' un '" fDI

" f) III

'" !>M

" "II :43 1M II

th .. o<;''''_ 11 7) " 1!.1ll

" ".11

...

(I セi@

'" elll

" .2.'" '" "n

"

,10)) 11'-1 ()t fll

!l.uulh ..

• '",:1 '"

..

セ@ H' 0'"

...

cl .• ' "

..

J] セャ@ ,

.•

c2.61

" U.II

"'

f:.!1 L.

r.

I)

BLLGBGセセmGGG@ , In'!,

" ,061 '-' 12.111

"

c.71

"' 10 }I

'" IHUI

" lUI

..

,051 Ll 11.11

iLNjBiセiGサGnB@ ,

..

'" '-' ,

.

l ... 11121

'" HiBセNi@ 0.111 ,OMI 0.' 17.») 12.1 HU.'1I :

..

mm O.oJ

..

"

'3.0 AQBBNセQ@ 0.' (1,",

N.""

• nil)

" 10 1, .'" ,1)11 l.l If! セI@

"

1041

" In RI

"

.. n

" ,,) セL@ 10.11 'I.U rr llUr

,

,1 'II

" tUn 0.: ,0.'

"'

11.'1

" alii "

..

II.·'

"

""

01 " セi@ ",

""

,,,,,,,,.,,,-

..

'" 7/ L' nA,

"

.171 " 11.oll " t i l l

iBGセB@ , .n'lI

" f2.111

"

...

,

.•

IL"

"

,,,,I,

i'lnn"r/M'" セGGGyi@ , -

..,

"

,.,

l:}

ャセョエiBBBGセBBGGGG@ , L'

..

.}.J

"'

BGセ@

..

,. III .II

..

,1m "

"

.') ANセ@

...

12.7 LLセ@

..

NセNB@

"'''1''''''' T ... "".qoho ..

,

."

!11 lit

,.

• ,11)1

'" co セi@

" lUI 2.7 LLセ@

" 1061 Sumber Rawlins, S. C. , and Nansingh, A.

1978.

[image:42.564.66.499.81.528.2]
(43)

Lampiran

5.

:

(

Kepekaan beberapa galur caplak yang resisten terhadap beberapa macam pestisida yang umum dipakai.

Strain 01 catHe tick

l

1 Acaricide Aidgefands Biarra Mackay MI. Alford Gracemere

dloxalhion (Bercotox)

diazinon (Neocldal)

carbophenOlhion (Dagadip)

crotoxyphos (Ciodrin, Parazon)

coumaphos

(Asl::ltol) ethicn

Oursban

bromophos ethyl + chlorienvinphos

(Nexagan)

phosmet

(prolate)

cart-aryl (Sevin)

chlorphenam'ldine (Spike)

0 ,

susceptible セZセセセセセセウゥセセ。ョ」・@ QQセQIIセサLIQQQAL@ resistant

.&

enhanced

セ@ increased dosage \\)))},),) t.!i!j[if イBL^ェウエ[ZILLセN・@ . '

-:-'---=---=---=--_..:...;

Sumber 'Noodruff, B. J.

(44)

Lampiran

6.

:

Perbandingan besar faktor resis-tensi pada larva lima galur

セ@ 0 ;:; セ@ w u

,

,

セ@

セ@

.;115. '; -ッョ[[A[[[MZLZセセゥZZM

:fl)-; o

Gr,,,_,·,,,,·,, ""

. Dlld."""l\.

: 0 MI AlI""1 ,A)

エ^RU\セMセセセセGZZセセセ@ ____ .

i

I

QRセ⦅l⦅@

---.

,

.'5-....---, :

I

"t ! ,

H(.(l.\M , .[1101.1

11., .• ":1>".,, ("""'.>1,1 •• ,-, I Ih"",

B. microplus dari galur yang re-sisten terhadap enam senyawa organofosfat •

Extremelly high

I Very high

1

Ii

In

I

Ii

! /1 High

: !- i ij

Nセ@

II,

,.,

セセ@

, , I i ]

I .

iii

I

i

iii

t40derate

: i

' l il ! ' H

IW

Slight

'i(',PAM f,{'8M.I ii(,S"""

... ,_"'f" イGLLNLセᄋGNG@ .,1.

( • • - - - T" ______ • ...1

rllU' "'llMI,;Al <.,

Sumber Stone, B. F. resistance by Austral. Vet.

1972. The genetics ticks to acaricides.

J. 48 (6)

(45)

Lampiran

7.

pセイウ・ョエ。ウ・@ kematian pada dua

galur ]2. mi'croplus pada ber-rnacam-macam pestisida secara rnurni dibandingkan dengan penambahan chlorphenarnidine.

percentage tick mortality

_._c_a_ri_ci_d_. __________ セo@ W 100

bromophos-ethyl o-os coumaphos 0-025 diazinen 0-05 dioxathion 0-075 Dursban 0·25

ethio" O· 75

Promecarb O· 75 Bayer 6896 0-3

Sumber

1 ZセJBAGjャャ@ Biarra strain

J. " MセBZサセ@ Mackay strain

..3 chlorpnenamidine qセ、・セ@

Woodruff, B. J.

kills resistant in CSIRO.

1972.

tick.

"

(46)

"Belajarlah ilmu pengetahuan semata-mata karena Allah, se-bab balajarnya itu merupakan tanda taqwa pada-Nya, menca-rinya merupakan ibadah. menelaahnya sebagai bertasbih

(memahasucikan Allah), menyelidikinya adalah sebagai jihad, mengajarkan kepada orang yang belum mengetahuinya sebagai

sedekah, menyampaikan kepada ahlinya adalah kebaktian" (Hu I adz) •

(47)

( CANESTRINI) DENGAN PESTIS IDA

DAN MASALAH RESISTENSI YANG D1AKIBATKANNYA

S K R I P S I

oleh

IWAN SOFWAN

B 16.0794

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN eOGOR

(48)

IWAN SOFWAN. Pemberantasan Caplak Sapi, Boophilus microp-Ius (Canestrini) Dengan Pestisida Dan Masalah Resistensi Yang Diakibatkannya (Di bawah bimbingan SINGGIH H. SIGIT).

Masalah parasit yang kerap kali terdapat pada sapi a-dalah caplak. Caplak sapi tersebar hampir di seluruh dunia. Ia selain merupakan vektor beberapa penyakit, juga ia dapat menimbulkan gangguan yang lain, yaitu menghisap darah induk

semang.

Penanggulangan utama terhadap serangan caplak pada sa-pi adalah secara kimiawi dengan menggunakan pestisida. Me-nurut Barnett (1961), pestisida yang pertama kali digunakan

secara 1uas adalah garam arsenat. Selanjutnya digunakan pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu nikotin dan pirethrum. Dengan perkembangan teknologi, pestisida asal tumbuhan ini ditinggalkan pemakaiannya dan diganti de-ngan bahan organik dari golode-ngan hidrokarbon berkhlor

se-perti DDT, dieldrin, BHC, toxaphen, khlordan dan aldrin. Namun penggunaan DDT saat ini tidak dibenarkan untuk hewan berproduksi, karena pengaruh residu DDT tetap ada dan

ber-tahan lama di dalam jaringan tubuh hewan. Bahan organik 1ainnya adalah dari golongan organofosfat dan karbamat. Go1ongan organofosfat merupakan senyawa yang kini paling banyak digunakan, karena tidak adanya bahaya residu pada

daging atau air susu.

(49)

ping", penyemprotan dengan tangan, "backrubber", kan tung bubuk gantung pestisida dan "jetting".

Narnun, pestisida pada penggunaannya untuk mernberantas caplak, selain dampaknya yang positif, dapat pula menirnbul-kan galur baru caplak yang resisten terhadap pestisida yang digunakan. Dewasa ini sedikitnya terdapat 14 galur caplak baru yang resisten, baik terhadap golongan anorganik maupun terhadap golongan organik seperti hidrokarbon berkhlor, or-ganofosfat dan karbamat. Galur baru caplak tersebut antara lain Ridge land, Hackay, Ingham, Biarra, Bajool, Gracemere,

Mt. Alford dan Tully di Australia; St. Catherine, St. Ann, Manchester, St. Elizabeth, Claredon dan Hanover di Jamaika.

(50)

FEMBERANTASAN CAPLAK SAPI, Boophilus microplus (CANESTRINI) DENGAN PESTISI DA

DAN MASALAH RESISTENSI YANG DIAKIBATKANNYA

.oleh .IWAN SOFV/AN

. NRP : B16. 0794

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar DOKTER HEWAN

. pada

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogar

FAKULT,\S KEOOKTERAN HEWA:[ INSTITUT PERTANIAN BOGaR

(51)

JUDUL SKRIPSI

NAHA セャahasiswa@

NOHOR POKOK

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

PD1BERANTASAN CAPUK SAPI, Boophilus microplus (CANESTRINI) DENGAN PESTISIDA

DAN MASALAH RESISTENSI YANG DIAKIBATKAN-NYA

I WAN SOFW Ai'!

B16. 0794

Disetujui.

Bogor, セ@ • • •

- 8' -

• • • • ("13 • • S-• • • •

,

(52)

Penu1is di1ahirkan di Serang pada tangga1 10 Pebruari 1960 dari ayah Haji 11uharnmad Suarie dan ibu Chasbiah. Pe-nu1is merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pada akhir tahun 1972 penu1is menamatkan pendidikan di Seko1ah Dasar I'legeri V, tahun 1975 tamat Seko1ah Hene -ngah Pertama rTegeri II dan perte-ngahan tahun 1979 menamat-kan pendidimenamat-kan di ileko1ah l'Ienengah Atas Negeri yang kesemua nya berdomisi1i di Serang, Banten.

(53)

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Assalaamualaikum Warohma tullah 'Nabarokaatuh. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat

Allah S.W.T. yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dokter hewan pada Fakultas Kedokteran Hevran, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Singgih H. Sigit sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan bimuingan hingga terlaksananya tulisan ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis tujukan pada Abah dan Ibu penulis, serta adik-adik tersa-yang atas segala pengorbanan materiil dan spirituil se-hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Juni 1985 Wassalam

(54)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR GAMBAR

ix DAFTAR LAMPIRAN

x I. PENDAHULUAN 1 II. BIOLOGI CAPLAK SAPI

3

2.1.

Daur hidup 3

2.2.

Induk semang

7

I I I . USAHA penゥャャセggulangan@

8

3.l.

Sejarah penggunaan pestisida 8

3.2.

Cara pemberantasan

11

3.2.1.

"Dipping"

11

3.2.2.

Penyemprotan dengan tangan 11

3.2.3.

"Backrubber" 12

3.2.4.

Kantung bubuk gantung pestisida 12

3.2.5.

"Jetting" 13

3.3.

Beberapa macam pestisida yang dipakai

dewasa ini 13

3.4.

Strategi pemberantasan 16

IV. DAHPAK NEGATIF YANG DIAKIBATKANNYA

18

4.1.

Hekanisme resistensi 18

4.1.1.

f1ekanisme resistensi secara

biokimiawi dan faali . 18

4.1.2.

Hekanisme resistensi secara

genetis 20

4.2.

Status resistensi 20

DAFTAR PUSTAKA • • • • • • • • 24

(55)

No. Ha1aman Teks

(56)

No.

1.

2.

5.

DAFTAR LAMPI RAN

Grafik respon kematian beberapa galur caplak

e.

micronlus pada beberapa konsentrasi dari beberapa macam senyawa organofosfat • • • Tabel LC

50 (%3konsentrasi セ@ 95% fiducial

limit x 10) dari beberapa macam pestisida pada larva

e.

micronlus umur 2-3 minggu

dari tiga tempat di Jamaika • • • • • Tabel LC50 (%3konsentrasi セ@ 95% fiducial

limit x 10) dari beberapa macam pestisida Dada larva

e.

microplus umur

2-3

minggu

dari tiga tempat di Jamaika • • • • • Tabel resistensi terhadap beberapa macam

pestisida pada beberapa galur Jamaika dari

e.

microplus dibandingkan dengan galur lokal St. Catherine dan dengan galur Yeerongpilly

dari Australia • • • • • • • • •

Kepekaan beberapa terhadap beberapa dipakai • • •

galur caplak yang resisten macam pestisida yang umum

• • • • • • • •

6.

Perbandingan besar faktor resistensi pada larva lima galur

e.

microplus dari galur yang resisten terhadap enam senyawa

organofosfat.

• • • • • •

7. Persentase kematian pada dua galur

e.

microplus pada bermacam-macam pestisida secara murni

dibandingkan dengan p

Gambar

Tabel LC50 (%3konsentrasi セ@limit x e. 10) dari beberapa
Gambar 1. : Daur hidup cap1ak セN@
Grafik respon kematian beberapa galur cap-lak microulus pada beberapa konsentrasi
Tabel LC50 Hセ@limit x 10)
+7

Referensi

Dokumen terkait

peluang untuk mengajak pemain pasar terlibat langsung dan memberikan pelayanan lebih baik untuk kaum

Bakteri yang digunakan yakni Bacillus licheniformis menghasilkan enzim khitinase dan enzim protease dengan sifat deproteinasi dimana enzim tersebut mendegradasi

41 DEXA MEDICA CEFRATAM serbuk injeksi 42 Dexa Medica CEFOPERAZONE. SULBACTAM serbuk injeksi

Ada banyak fakta yang menunjukkan bahwa sebum berperan dalam patogenesis penyakit ini, antara lain: sebum itu komedogenik, sebum menyebabkan inflamasi ketika disuntikkan ke

Dalam ilmu komputer dan teori informasi Algoritma Levenshtein-distance adalah salah satu metode untuk pengolahan string, dimana Levenshtein-distance digunakan untuk mengukur

dilakukan pada tanggal 23 dan 25 februari tentang tingkat kecemasan pra operasi di paviliun mawar RSUD Jombang, bahwa dari 10 orang responden yang akan

sistematis melalui pengumpulan data awal, perancangan, pengembangan model awal. Tahap awal, dengan penelitian survei yang akan dilakukan kajian empiris tentang: 1) motivasi

Jenis penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan subjek penelitian di kelas IV terdiri dari 30 siswa yang terdiri 14 laki-laki dan 16 perempuan. 2) Adapun