• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Multiple Representations. Multiple Representations sendiri berasal dari. bahasa inggris y

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Multiple Representations. Multiple Representations sendiri berasal dari. bahasa inggris y"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Konsep Multiple Representations

Suatu pendekatan pembelajaran dapat berpotensi menghasilkan proses pembelajaran yang efektif. Salah satu pendekatan yang baik adalah dengan

Multiple Representations. Multiple Representations sendiri berasal dari

bahasa inggris y re

cara untuk menyajikan suatu informasi untuk disampaikan kepada orang lain.

Menurut Goldin dalam Ulfarina (2010: 10) mengungkapkan bahwa: representasi adalah sebuah kofigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Representasi juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan obyek dan atau proses.

Sedangkan pernyataan Prain dan Waldrip dalam Ulfarina (2010: 10)

Multiple Representations berarti mempresentasikan ulang konsep

yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya secara verbal, gambar, grafik dan matematik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Multiple Representations adalah suatu cara menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk. Fadillah (2008:1) mengungkapkan bahwa :

(2)

Representasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu representasi internal dan representasi eksternal. Representasi internal dari seseorang sulit untuk diamati secara langsung karena merupakan aktivitas mental dari seseorang dalam pikirannya (minds-on). Tetapi representasi internal seseorang itu dapat disimpulkan atau diduga berdasarkan representasi eksternalnya dalam berbagai kondisi misalnya dari pengungkapannya melalui kata-kata (lisan), melalui tulisan berupa simbol, gambar, grafik, tabel ataupun melalui alat peraga (hands-on).

Dengan kata lain terjadi hubungan timbal balik antara representasi internal dan eksternal dari seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu masalah. Menurut Ainsworth, Labeke, dan Peevers dalam Marlangen (2010: 8), sebelum siswa dapat menyelesaikan masalah, mereka harus memahami terlebih dahulu tugas-tugas kognitif yang terkait dengan representasi, yaitu:

1).Siswa harus memahami suatu representasi (yaitu: mana yang merupakan bentuk dan operator dari suatu representasi). 2) Siswa harus memahami hubungan antara representasi dan

domainnya.

3) Siswa harus menerjemahkan antar representasi

4). Jika representasi dirancang mereka sendiri, siswa perlu memilih dan membangun representasi yang sesuai.

Suatu analisis konseptual tentang pembelajaran Multiple Representations menurut Ainsworth (1999: 133) bahwa :

Multi representasi memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi dan membangun pemahaman. Pertama: Multiple Representations digunakan untuk memberikan presentasi yang berisi informasi pelengkap atau membantu melengkapi proses kognitif. Kedua: satu representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterpretasikan dalam menggunakan representasi yang lain. Ketiga: dapat digunakan untuk menolong siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam. Ketiga fungsi utama tersebut dapat dibagi dalam bagian-bagian yang lebih rinci seperti ditampilkan pada Gambar 2.1.

Constrain Interpretation Complementary Roles FUNCTIONS OF MERs Construct Deeper Understanding Extensio Relation s Abstraction Constrain by Inherent Properties Constrain by Familiarty Complementary Information Complementary Processes

(3)

Gambar 2.1. Fungsi taksonomi Multiple Representations menurut Ainsworth (1999: 134)

Multiple Representations juga berfungsi untuk menggali

perbedaan-perbedaan dalam suatu informasi yang dinyatakan oleh masing-masing representasi. Multiple Representations cenderung digunakan untuk tujuan ini baik pada kasus-kasus dimana representasi tunggal tidak memadai untuk memuat semua informasi tentang suatu konsep, ataupun pada kasus-kasus dimana upaya untuk menggabungkan semua informasi yang relevan ke dalam satu representasi akan mempersulit tugas siswa. Pada setiap kasus, terdapat dua sub bagian pada kategori ini, (a) dimana setiap representasi menyimbolkan aspek-aspek yang unik dari suatu konsep dan menyajikan informasi yang berbeda, dan (b) dimana terdapat tingkat informasi yang berlebihan dibagi oleh dua informasi yang sama-sama unik.

Fungsi utama kedua dari Multiple Representations adalah untuk membantu pembelajar membangun pemahaman yang lebih baik terhadap suatu konsep dengan menggunakan satu representasi untuk membatasi interpretasi mereka terhadap representasi yang kedua. Hal ini dapat dicapai melalui dua cara: pertama, dengan memanfaatkan representasi yang biasa dikenal untuk mendukung interpretasi dari representasi yang kurang baisa dikenal atau

(4)

lebih abstrak. Kedua, dengan menggali sifat-sifat inheren satu representasi untuk membatasi interpretasi representasi kedua.

Fungsi utama ketiga Multiple Representations adalah untuk membangun pemahaman yang lebih dalam. Pada fungsi ini multi representasi dapat digunakan untuk meningkatkan abstraksi, mendukung generalisasi, dan untuk membangun hubungan antar representasi-representasi.

Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan Multi Representations 1). Multi kecerdasan (multiple intelligences)

Menurut teori multi kecerdasan orang dapat memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu siswa belajar dengan cara yang berbeda sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi yang berbeda-beda memberikan kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis kecerdasan.

2). Visualisasai bagi otak

Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat divisualisasikan dan dipahami lebih baik dengan menggunakan represenrasi konkret

3). Membantu mengkonstruksi representasi tipe lain

Beberapa representasi konkret membantu dalam mengkonstruksi pemahaman yang lebih abstrak.

4). Beberapa representasi bermanfaat bagi penalaran kualitatif Penalaran kualitatif sering kali terbantu dengan menggunakan representasi konkret.

(5)

5). Representasi matematik yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif dimana representasi matematik dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif terhadap soal.

Dalam fisika ada beberapa format representasi yang dapat dimunculkan. Format-format tersebut antara lain:

1). Dekripsi verbal

Untuk memberikan definisi suatu konsep, verbal adalah satu cara yang tepat untuk digunakan.

2). Gambar/diagram

Suatu konsep akan menjadi lebih jelas ketika dapat kita representasikan dalam bentuk gambar. Gambar dapat membantu memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat abstrak. Dalam fisika banyak bentuk

diagram yang sering digunakan sesuai konsep, antara lain diagram gerak, diagram benda bebas (free body diagram), diagram garis medan (field

line diagram), diagram rangkaian listrik (electrical circuit diagram),

diagram sinar (ray diagram), diagram muka gelombang (wave front

diagram), diagram keadaan energy (energy state diagram).

3). Grafik

Penjelasan yang panjang terhadap suatu konsep dapat kita

representasikan dalam satu bentuk grafik. Oleh karena itu kemampuan membuat dan membaca grafik adalah keterampilan yang sangat

diperlukan. 4). Matematik

Untuk menyelesaikan persoalan kuantitatif, representasi matematik sangat diperlukan. Namun penggunaan representasi kuantitatif ini akan

(6)

banyak ditentukan keberhasilannya oleh penggunaan representasi kualitatif secara baik. Pada proses itulah tampak bahwa siswa tidak seharusnya menghapalkan semua rumus-rumus atau persamaan-persamaan matematik.

5). Simulasi computer

Untuk beberapa masalah, representasi dengan animasi komputer dapat menerangkan situasi siswa dan membantu mereka memperagakan pemikiran nyata mereka. Representasi ini lebih murah dibandingkan dengan menggunakan alat langsung yang biayanya lebih mahal.

http://paer.rutgers.edu/scientificAbilities/Downloads/FromAssessTasks/Mult Rep.pdf.

Berbagai representasi yang telah disebutkan di atas dapat memudahkan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Seperti dikemukakan oleh Feynman (1965: 1) bahwa: kemungkinan suatu hal adalah sederhana jika kamu dapat mengambarkan dalam beberapa jalan/cara berbeda tanpa mengetahui bahwa kamu sedang menggambarkan hal yang sama.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa berbagai representasi merupakan jalan yang baik untuk siswa memahami suatu pelajaran. Sebab berbagai representasi dapat memunculkan kemampuan-kemampuan lain dari penggabungan banyak penyampaian. Dengan adanya berbagai format representasi yang berbeda yang digunakan sesuai dengan konteks permasalahan yang sedang dihadapi maka penggabungan representasi tersebut saling melengkapi sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep dan menyelesaikan masalah.

(7)

Izsak dan Sherin dalam Marlangen (2010:10) menyatakan bahwa : pengajaran dengan melibatkan multi representasi memberikan konteks yang kaya bagi siswa untuk memahami suatu konsep. Penggunaan multi representasi dapat membantu guru dalam mengidentifikasi tiga dimensi pembelajaran yang terjadi yakni (1) representasi memberi peluang kepada guru untuk dapat menilai pemikiran siswa, (2) representasi memberi peluang kepada guru untuk menggunakan teknik paedagogik yang baru, dan (3) representasi memudahkan guru untuk menjembatani antara pendekatan konvensional dan pendekatan modern.

Pembelajaran fisika menggunakan multi representasi dapat dilakukan dalam dua bentuk, bentuk pertama adalah dalam proses pembelajaran, dan bentuk kedua adalah dalam proses asesmen. Kedua bentuk tersebut hendaknya diterapkan sebagai satu kesatuan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan strategi pembelajaran fisika berbasis Multiple Representations dengan pendekatan Triadic Pedagogical Model (Gambar 2.2) mengacu pada desain

IF-SO Frame Work. Dalam terminologi IF-SO frame work, desain

pembelajaran mengikuti rancangan dan pengembangan berikut:

I: Identify key concept, yaitu mengidentifikasi konsep kunci (key concept) atau batang tubuh atau ide utama dari topik yang akan dipelajari. Hal ini sebagai landasan dalam mengkonstruksi dan mengkreasi mode atau format representasi yang digunakan guru dan siswa di ruang kelas. Setiap representasi dapat membantu siswa untuk memahami dan menggunakan konsep-konsep kunci dalam fisika. Langkah awal adalah

mengidentifikasi konsep-konsep tersebut dengan representasi-representasi yang tepat dan memikirkan bagaimana siswa dapat mengambil manfaat dari representasi-representasi yang disajikan.

(8)

F: Focus on form and functios, yaitu guru memfokuskan pada mode atau format dan fungsi representasi yang bervariasi sesuai dengan ide utama dari topik yang dipelajari. Dengan konsep kunci yang ada dalam pikiran, kita dapat membuat representasi lain yang berfokus pada konsep yang sama. Dari representasi verbal dapat dibuat representasi lain, misalnya gambar, grafik, matematik, atau yang lainnya. Demikian juga sebaliknya, untuk representasi-representasi yang lain.

S: Sequence, guru harus memilih representasi mana yang terlebih dahulu akan disajikan sesuai dengan materi yang akan diajarkan, yang

memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan menjelaskan konsep kunci, memperluas konsep kunci baru, dan memberi kesempatan untuk mengintegrasikan representasi mereka ke dalam bentuk representasi lain. Dengan memberikan beberapa representasi suatu konsep akan

memberikan alternatif kepada siswa untuk memahami konsep tersebut melalui berbagai cara sesuai dengan jenis kecerdasan (menurut teori multi kecerdasan) dan gaya belajar siswa. Selain itu, merepresentasikan konsep dari satu representasi ke representasi lain akan memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih memahami konsep yang bersangkutan. Jika konsepnya abstrak, pembelajaran dapat dimulai dengan visualisasi atau simulasi konsep untuk memacu daya imaginasi dan daya tarik siswa. Siswa akan mengalami kesulitan adaptasi psikologis jika guru langsung menyajikan konsep yang sangat abstrak menggunakan persamaan matematika, karena hal ini akan menimbulkan sejumlah sikap retensi siswa berupa sulitnya belajar fisika. Sequensi yang logis menentukan ketertarikan siswa mempelajari topik fisika dan meningkatkan persepsi

(9)

positif siswa pada topik fisika yang dipelajari dan mempermudah penguasaan konsep.

1) S: Student Representations; Siswa harus memiliki kesempatan untuk memperluas dan menunjukkan belajar. Mereka harus ditantang dan didorong untuk mengkoordinasikan representasi sebagai sarana untuk mengekspresikan pemahaman yang sesuai dan fleksibel. Siswa harus aktif dan eksplorasi dalam menghasilkan, memanipulasi dan memperbaiki representasi. Dalam upaya untuk menunjukkan kompleksitasnya, siswa perlu kesempatan untuk mengekspresikan dan memperpanjang sumber representasional dan pilihan, dan untuk mengintegrasikan mode representasional berbeda untuk

menunjukkan pemahaman konseptual.

2) S:.Student Interest; Aktivitas yang berurutan pada fokus, belajar akan bermakna melalui memperhatikan, tanggung jawab siswa, nilai-nilai kepentingan dan estetika preferensi, dan sejarah pribadi. 3) S: Student Perceptions; persepsi siswa sangat diperlukan dalam

aktivitas sequence untuk memungkinkan siswa membuat hubungan antara aspek objek dan representasi yang mereka buat. Ini bukan untuk menyatakan bahwa semua teori pengetahuan konseptual dalam kelas berbasis sains perseptual, melainkan bahwa beberapa

pembelajaran konseptual dalam ilmu dapat ditingkatkan dengan berfokus pada persepsi siswa yang relevan.

O: On going assessment, guru harus melihat pekerjaan representasi oleh siswa, termasuk tanggung jawab lisan dari topik, sebagai jendela yang sedang berlangsung berharga siswa mengembangkan pemikiran dan

(10)

sebagai bagian dari bukti belajar siswa. Penilaian ini dapat diagnostik, formatif atau sumatif, maupun sejumlah asesmen alternatif, termasuk

self-assessment sangat berguna untuk menggali alasan dan kompetensi siswa

dalam merepresentasikan secara bervariasi konsep fisika yang sama dengan berbagai bentuk bukti berkontribusi terhadap penilaian tentang pengetahuan konseptual siswa dan kapasitas untuk mentransfer

pemahaman terhadap konteks baru dan masalah.

1) O: Opportunities for negotiation; Perlu ada peluang untuk negosiasi antara guru dan siswa untuk mengungkapkan pemahaman makna representasi yang dimaksudkan. Siswa harus didorong untuk

membuat penilaian dari representasi mereka sendiri. Apakah cukup untuk ide-ide mereka pada topik serta fitur dari obyek, dan sejauh mana siswa mencapai tujuan representasional dan mengungkapkan makna yang dimaksudkan?

2) O: On time; siswa harus tepat waktu dalam mengklarifikasi bagian dan tujuan dari representasi yang berbeda. Siswa membutuhkan kesempatan untuk membandingkan konvensi dan improvisasi mereka yang telah digunakan. Memahami penalaran dan organisasi alat representasi ilmu pengetahuan, seperti grafik dan diagram, memungkinkan siswa untuk memahami dan berkomunikasi

mengklaim lebih jelas, dan untuk memahami mengapa representasi tertentu, sering tertanam dalam teks pelengkap, digunakan untuk berbagai tujuan, dan untuk membuat klaim tentang berbagai aspek dari topik.

(11)

Pembelajaran berbasis IF-SO Frame Wook pada

konsep listrik dinamis Mengidentifikasi konsep kunci 1. Memusatkan pada pengetahuan tentang Hukum Ohm 2. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari Fokus pada format dan fungsi Sequence (berurutan) Penilaian Berdasarkan pada:

Konsep awal dan gagasan utama

(12)

Gambar 2.2.Desain Strategi Pembelajaran Berdasarkan IF-SO Frame

Work (Abdurrahman, dkk : 2011 hal 30)

Dari penjelasan mengenai Multiple Representations dapat disimpulkan bahwa Multiple Representations adalah suatu pendekatan atau bentuk pengganti, cara atau proses yang digunakan seseorang untuk

mengkomunikasikan sesuatu atau pengetahuan yang disajikan atau diungkapkan melalui berbagai model (verbal, persamaan matematik, gambar, simulasi, benda nyata dll). Dengan Multiple Representations akan terjadi pengolahan informasi internal dan eksternal untuk membangun suatu pemahaman yang lebih di dalam mengenai suatu pengetahuan dengan menggabungkan berbagai format representasi yang berbeda yang digunakan sesuai dengan konteks permasalahan yang sedang dihadapi.

2. Motivasi Siswa 1. Formatif /Sumatif Format MR: 1. Verbal/tekstual 2. Gambar 3. Grafik 4. Pers. Matematika 1. Representasi Verbal

2. Representasi simulasi (Phet) 3. Representasi Hand On (Eksperimen) 4. Represntasi Gambar 5. Representasi Grafik 6. Representsi Matematika 7. Analogi

(13)

Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang konkrit ataupun abstrak. Keinginan akan sesuatu,

mendorong seseorang untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya. Sukmadinata (2007: 61) mengungkapkan:

Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan.

Sejalan dengan pendapat Sukmadinata, Walker (1967) dalam Rohani (2004: 10) menyatakan bahwa,

Perubahan-perubahan yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik bilamana orang/individu mempunyai motivasi untuk

melakukannya; dan latihan kadang-kadang menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam prestasi.

Suatu aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi. Perubahan suatu motivasi akan merubah pula wujud, bentuk, dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar itu sendiri.

Sardiman (2007: 75) menyatakan:

Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

(14)

Berdasarkan pernyataan Sardiman, dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar tercapai. Thomas M. Risk dalam Rohani (2004: 11)

memberikan pengertian motivasi sebagai berikut:

Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik/pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.

Kemudian Nasution dalam Rohani (2004: 11) mengemukakan: Motivasi anak/peserta didik adalah menciptakan kondisi

sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.

Berdasarkan dua pendapat di atas, satu masalah yang dihadapi guru untuk menyelenggarakan pengajaran adalah memotivasi atau menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Keberhasilan suatu

pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi/dorongan.

Motivasi erat kaitannya dengan suatu tujuan. Munculnya motivasi mempengaruhi adanya kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2007: 85):

1) Mendorong manusia untuk berbuat. 2) Menentukan arah perbuatan.

3) Menyeleksi perbuatan.

Motivasi dapat tumbuh di dalam diri siswa disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri

(15)

(intrinsik) dan faktor yang muncul dari luar diri siswa (ekstrinsik). Hal tersebut diungkapkan oleh Hakim (2000: 30)

Motivasi belajar seseorang dapat dibangkitkan dengan

mengusahakan agar siswa atau mahasiswa memiliki motif intrinsik dan motif ekstrinsik dalam belajar.

Contoh dari faktor intrinsik adalah pemahaman manfaat, minat, bakat, dan pemikiran tentang masa depan. Sedangkan contoh dari faktor ekstrinsik yang dapat menimbulkan motivasi adalah keinginan untuk mendapat nilai yang baik, menjadi juara, lulus ujian, keinginan untuk menang dalam persaingan, keinginan untuk dikagumi, dan lain-lain.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Menurut Sukardi dalam Haikal (2011: 25):

Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Penacapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran.

Hal ini berarti hasil belajar diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Dimyati dalam Haikal (2011: 25):

Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau symbol yang dicapai oleh siswa setelah

(16)

Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan huruf atau kata atau simbol setelah siswa tersebut melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar ini

merupakan suatu ukuran bahwa siswa tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3)

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Bagi siswa, bukti hasil belajar dapat terlihat dari perubahan tingkah laku. Menurut Hamalik (2007: 30-31):

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: 1) Pengetahuan 2) Pengertian 3) Kebiasaan 4) Keterampilan 5) Apresiasi 6) Emosional 7) Hubungan sosial 8) Jasmani

9) Etis atau budi pekerti, dan 10) Sikap

Menurut Kingsley dalam Haikal (2011: 26) bahwa:

Hasil belajar terbagi menjadi 3 macam hasil belajar yaitu: a. Keterampilan dan kebiasaan

b. Pengetahuan dan pengertian c. Sikap dan cita-cita

(17)

Pendapat dari Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom dalam Haikal (2011: 26):

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima prilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku, yaitu persepi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas. Hasil belajar yang diidentifikasi dalam hal ini adalah semua ranah yang ada. Dalam kaitan ini Sodjarto dalam Haikal (2011: 27) mengemukakan pula bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran.

Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar

(18)

kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:

a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar.

b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar siswa (faktor eksternal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus bisa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari dalam dirinya.

B. Kerangka Pemikiran

Secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan menginter-pretasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai

komunikasi. Baik dalam pembicaraan, bacaan maupun tulisan. Berbagai format penyampaian tersebut dapat membantu untuk mengolah informasi yang didapat dan merepresentasikannya dalam pikiran (minds-on) dan

(19)

kemudian disimpulkan dalam bentuk eksternalnya (hands-on). Format representasi yang berbeda tersebut digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Representasi grafik, dapat digunakan untuk mengetahui hubungan dari suatu variabel, untuk

membandingkan dan memperjelas; mengklasifikasi, mengkategorikan, dan menunjukkan hubungan hierarki; ringkasan informasi; menunjukkan hubungan diantara konsep-konsep; atau menunjukkan akibat dalam prosedur. Dengan verbal, siswa mendapatkan informasi tentang definisi dan penjelasan sesuatu sehingga menstimulasi siswa untuk menggunakan penalarannya dan mengambil suatu keputusan dalam menyelesaikan masalahnya. Dengan diagram, siswa dapat mengkaji suatu hubungan, dan dapat menunjukkan persentase sesuatu. Sedangkan dengan persamaan matematik dapat membantu menyelesaikan suatu permasalahan empirik.

Representasi-representasi tersebut saling terkait satu-sama lain. Implikasi yang muncul dari beragam representasi tersebut adalah siswa termotivasi untuk belajar fisika , karena dengan beragam representasi siswa dapat meningkatkan rasa ingin tahu, rasa ingin memahami dan berhasil, dan rasa bekerja sama dengan para siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar dengan motivasi berfungsi untuk menggiatkan semangat belajar menggugah minat siswa agar mau belajar, membantu siswa agar mampu dan mau menemukan serta memilih jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mendukung pencapaian tujuan belajar dan ketika dilakukan pembelajaran siswa mampu memberikan umpan balik/refleksi ragam representasi pula.

(20)

Dari berbagai fungsi representasi tersebut maka seseorang dapat

meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi maka hasil belajarnya juga akan tinggi sedangkan siswa dengan motivasi rendah maka hasil belajarnya juga rendah. Untuk kategori tingkatan motivasi belajar siswa dikelompokkan menjadi siswa dengan motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah berdasarkan nilai rata-rata kelas.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua pendekatan multiple

representations, yaitu Existing multiple representations dan Generate own multiple representations. Existing multiple representations yaitu siswa

menyajikan suatu konsep dengan menggunakan berbagai cara dan bentuk yang sudah ada, dengan kata lain representasi siswa (SR) sangat

tergantung pada representasi guru (TR). Generate own multiple

representations yaitu siswa membuat representasi mereka sendiri untuk

menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan bentuk. Siswa lebih mungkin untuk menggunakan representasi yang ada dari sumber daya dari domain atau pemikirannya sendiri untuk menghasilkan representasi mereka sendiri, dengan kata lain representasi siswa (SR) tidak bergantung pada representasi guru (TR).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran (X), variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa (Q), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (Y). Penerapan pendekatan pembelajaran existing multiple representations dan

pembelajaran Generate own multiple representations pada masing-masing kelas akan meningkatkan hasil belajar siswa pada masing-masing kelas

(21)

tersebut. Ada faktor yang juga mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa yaitu motivasi belajar siswa.

Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran existing multiple representations dan

pembelajaran generate own multiple representations (2) Perbedaan hasil belajar fisika siswa ditinjau dari motivasi belajar siswa (3) interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa dalam

peningkatan hasil belajar fisika siswa.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Keterangan :

= Pengaruh oleh variabel bebas = Pengaruh oleh variabel moderator

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang didukung dengan variabel moderator, maka dapat dijelaskan dengan paradigma pemikiran seperti berikut ini:

Hasil belajar Pendekatan Pembelajaran

Rendah Motivasi Belajar

(22)

Gambar 2.4. Paradigma Pemikiran

Keterangan:

X : Penerapan pendekatan pembelajaran (variabel bebas)

Q : Motivasi Belajar (variabel moderator)

Y : Hasil Belajar (variabel terikat)

RXY : Pengaruh pendekatan pembelajaran (X) terhadap hasil belajar siswa

(Y)

RQ : Pengaruh motivasi belajar (Q) pada proses peningkatan hasil belajar

siswa (Y) dengan penerapan pendekatan pembelajaran (X)

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran existing multiple representations dan pembelajaran

generate own multiple representations.

1

H : Ada perbedaan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

fisika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran existing

X Y

RXY

Q RQ

(23)

multiple representations dan pembelajaran generate own multiple representations.

2. Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika siswa ditinjau dari motivasi belajar siswa.

1

H : Ada perbedaan hasil belajar fisika siswa ditinjau dari motivasi

belajar siswa.

3. Hipotesis Ketiga

O

H : Tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa.

1

H : Ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan motivasi

Gambar

Gambar 2.2.Desain Strategi Pembelajaran Berdasarkan IF-SO Frame Work (Abdurrahman, dkk : 2011 hal 30)
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Keterangan :
Gambar 2.4. Paradigma Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Tata

Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa Pada Pembelajaran.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sahabat MQ/ Majelis Mujahidin meminta polisi tidak asal mencurigai orang/ bercadar/ berjenggot/ bersorban atau bercelana komprang// Sebab hal tersebut/ justru akan

Berdasarkan hasil penelitian, model Markowitz dan Single Index Model dapat digunakan untuk menentukan saham-saham yang membentuk portofolio optimal serta

Pengaruh perputaran total aset terhadap pertumbuhan laba adalah semakin besar perputaran total aset akan menunjukkan efektivitas manajemen perusahaan dalam

Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel demografis yaitu jenis kelamin ( GENDER ) signifikan memengaruhi persepsi mahasiswa terkait etika TI, dimana

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh Sartina Lylys Susiyanti Malau, yang berjudul Pengetahuan Ibu

Pasal 60 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan bahwa Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga