• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kata konsumsi berasal dari bahasa inggris Consumption yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS. Kata konsumsi berasal dari bahasa inggris Consumption yang berarti"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Konsumtif

Kata “konsumsi” berasal dari bahasa inggris Consumption yang berarti “memanfaatkan atau menikmati sesuati yang bersifat mateiral maupun non material”. Mary Douglas dan Baraon Isherwood berpendapat bahwa konsumsi merupakan proses sosial, sebagai bagian dari intergral dari sistim yang di pakai sosial yang dipakai untuk bertindak dan menjadi bagian dari kebutuhan sosial untuk berhubungan dengan orang lain melalui perantara benda-benda. Mereka berdua menyabutkan ada tiga alasan mengapa seseorang membeli suatu barang, yaitu (1) untuk memenuhi kebutuhan materi, (2) untuk memenuhi kebutuhan psikis dan (3) untuk penampilan atau display. Dua alasan pertama, alasanya pada pemenuhan kebutuhan sebagai individu, yaitu makan, berpakaian, berlibur atau rekreasi. Sementara alasan ketiga lebih berkaitn dengan tuntutan masyarakat.1

Konsumsi bukanlah semata-mata urusan belanja atau pengambil alihan benda-benda untuk menjadi milik pribadi, tetapi merupakan pembelian identitas. Hal ini dijuntukan melalui pilihan-pilihan yang mereflesikan diri, selera , image mengenal tubuh dan pembedaan sosial.2dengan mengkonsumsi sebuah barang yang dibutuhkan bukan lagi atas dasar kebutuhan melaikan penegasan identitas terhadap masyarakat luas, juga sarana komunikasi secara simbolis melalui

1

Susanto, Budi (Editor); Penghiburan Masa lalu dan budaya hidup masa kini indonesia. KANISIUS,

Yogyakarta. 2005. Hal 65

2

(2)

konsumsi barang tersebut. Persoalan identitas menjadi penting bagi masyarakat modern sebagai sesuatu yang di anggap sebuah pembuktian diri akan sebuah keberadaan dalam lingkungan yang ada.

Seorang sosiolog inggris, Robert Boccock, berpendapat bahwa sebuah identitas adalah proses meniru dan menggunakan barang-barang (pakaian, sepatu, musik populer, dan olahraga yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok pemusik, penyanyi atau orahragawan tertentu. Membahas konsumerisme tidak lepas kaitanya dengan porsoalan identitas karena persoalan representasi identitaslah yang menjadi lokus utama aktivitas konsumsi individu mereka tidak hanya menkonsumsi nilai guna dari prosduk yang di belinya, tetapi juga nilai simbolik yang dimunculkan lewat produk tersebut dan dapat menegaskan posisinya di masyarakat.3

Pola konsumsi dari para Clubber dengan dugem sebagai gaya hidup merupakan salah satu dari pola konsumsi simbolik, para clubber melakukan dugem dengan tujuan awalnya memperoleh kesenangan dan penyegaran bagi pikiran mereka yang telah terisi penuh dengan berbagai masalah kehidupan. Namun pada perkembanganya nilai-nilai guna dan fungsional dari dugem berubah kearah nilai simbolik. Sebagian besar Clubber melakukan dugem dengan tujuan menunjukan keberadaan kelas didalam maupun diluar masyarakat, dengan kata lain aktivitas Clubbing merupakan sebuah sarana untuk menunjukan kelas atau kedudukan dalam masyarakat.

3 Ibid. hal, 82-83

(3)

Proses konsumsi simbolik merupaka proses pemaknaan lain terhadap suatu barang dan jasa. Berdasarkan proses konsumsi maka dapat di lihat bahwa bahwa konsumsi juga dapat bersifat citra ( image ) dimana citra yang di pancarkan oleh suatu produk ( seperti pakaian dan makanan ) merupakan alat ekspresi dari kelompok yang mampu menegaskan keberadaanya dan identitasnya.4 Makna lain yang di timbulkan dari pola konsumtif terjadi tidak dengan sendirinya, pembentukan dalam hal pola konsumsi simbolik dapat dilakukan dalam berbagai hal. Pengaruh kekuatan promosi dan iklan yang dilakukan oleh sebuah produsen bukan hanya sanggup membuat kebutuhan yang terpendam muncul kepermukaan melaikan, lebih dari itu dia dapat menciptakan kebutuhan semu yang di ciptakan yang dipaksakan dari luar dan tidak ada hubungan dengan kebutuhan real seserorang.5

Media merupakan salauran yang berpengaruh dalam distribusi kebudayaan Global yang secara langsung mempengaruhi gaya hidup. Iklan cenderung untuk membentuk pasar baru dan mendidik kaum muda untuk menjadi konsumen.6 Keadaan masayarakat kota yang di beri kemudahan akses tehnologi infomasi merupakan daktor pendorong dari timbulnya kunsumerisme dalam masyarakat kota, kemajuan teknologi informasi merupakan bagian penting dari proses mempromosikan pola hidup konsumtif.

4 Liyansyah , Muhhamad. “Dugem Gaya Hidup Para Clubbers”. Skripsi, 2009. Universitas Sumatra Utara.

Hal 16

5 Ibid. hal, 99 6 Ibid hal. 101

(4)

Praktek konsumsi yang kita lakukan setidaknya merupakan cermianan dari siapa diri kita, barang apa yang kita beli, kendaraan ap yang kita pakai, dan pakaian bagaimana yang kita gunakan, setidaknya menentukan siapa diri kita dan bagaimana posisi kita dalam masyarakat atau kelompok dan orang-orang di sekeliling kita.7 Dengan praktek konsumsi pula kita dapat melihat perbedaan dalam masyarakat melalui cara mereka mengkonsumsi barang untuk memperoleh indetitas mereka dalam strata sosialnya, dengan kata lain sesuatu kemlompok masyarakat terbedakan dengan kelompok masayarakat lain berdasarkan atas objek konsumsi.

2.2 Fenomenologi

Fenomenologi secara esensial merupakan perspektif modern tentang manusia dan dunianya. Gerakan filsafat sangat dekat berhubungan dengan abad 20. Perspektif ini seperti semua gerakan-gerakan filsafat lainnya dapat ditelusuri dari naskah-naskah kuno dan yang lebih penting lagi berakar dari filsafat skolastik abad pertengahan. Meskiun demikian, para teori fenomenologi, ada umumnya berkiblat pada karya-karya Edmund Husserl sebagai titik pijakan (point of departure), dan Husserl mengulangi apa yang menjaadi perhatian Rene Descrates dan filsafat sebelumnya sebagai permulaan perspektif fenomenologi secara meyakinkan.8

7 Lihat Clemmer, dalam Susanto Budi , Penghiburan masa lalu budaya hidup masa kini di indonesia.

KANISIUS, Yogyakarta. 2005. hal . 86

8 Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial (Dari Klasik hingga Postmodern), Jogjakarta: Ar-Ruzz Meia,

(5)

Memahammi realitas sosial dari sudut pandang dan presfektif yang murni di tunjukan secara alami oleh objek kajian merupakan paradigma dasar untuk memahami teori fenomenologi. Fenomenologi merupakan perspektif sosiologi yang concern pada kehidupan sehari-hari selain interaksionisme simbolik, dramaturgi, teori labeling, ethnometodologi, sosiologi eksistensial, dan sosiologi postmodern. Di antara persepektif-perspektif teoritis tersebut terdapat ide yang sama, yakni dengan mempertahankan integritas fenomena. Peneliti harus mencurahkan waktu dengan anggota masyarakat yang ditelitinya untuk memperoleh sebuah pemahaman tentang bagaimana pandangan kelompok dan menjelaskan kehidupan sosial tempat anggota masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Peneliti tidak boleh menyertakan asumsi teoritis dalam studinya akan tetapi menderivikasikan ide-ide yang berasal dari anggota masyarakat. Jadi, seluruh sosiologi kahidupan sehari-hari menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam, atau keduanya dan juga penalaran induktif untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan meminimalkan distorsi dari fenomena yang ditelitinya.9

Fenomenologi memfokuskan studinya pada masyarakat berbasis makna yang dilekatkan oleh anggota. Apabila filsafat Edmund Husserl yang memfokuskan pada pemahaman fenomena dunia, fenomenologi yang diterapkan dalam sosiologi, khususnya Alfred schutz (1962) yang bekerja sama dengan teori yang memegang tegu pragmatisme Med, dan menjelaskan mengenai sosiologi kehidupan sehari-hari. Schutz dan Mead keduanya memfokuskan pada proses

9 Ibid. Hal 137

(6)

sosiaisasi yang menjadi “cadangan pengetahuan umum” (common stock of knowledge) dari anggota masyarakat, kemampuan mereka berinteraksi (perspektif resiprositas), dan relevansi pemahaman makna yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. 10

Dalam hal ini teori Fenomenologi sangat relevan digunakan untuk kajian-kajian sosiologis mengenai fenomena dan realitas sosial, bagaimana dengan teori fenomenologi akan di dapat senuah gambaran realitas dari sebuah fenomena tertentu yang timbul dari prilaku masyarat itu sendiri. Dengan demikian penjelasan-penjelasan akan timbul dari proses memahami fenomena dari apa yang di lihat secara langsung.

2.2 Gaya Hidup

Menurut pandangan David Chaney gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dan orang lain. Gaya hidup tergantung pada kultural yang masing-masing merupakan gaya, tatakrama, cara menggungakan barang dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu individu dan kelompok, namun bukanlah suatu pengalaman sosial, akan tetapi lebih cenderung kepada seperangkat praktik dan sikap-sikap yang masuk akal dalam konteks tertentu.11 Penulis dalam hal ini memfokuskan penelitian pada fenomena Clubbing dan kecenderungan mereka lebih memilih kehidupan malam sebagai ajang ekspresi diri.

10 Ibid hal-136

11

Chaney, David, Lifestyles sebuah pengantar komperhensif. Yogyakarta: lembaga penerbit jalasutra. 1996. Hal:13-14

(7)

Gaya hidup yang dipahami David Chaney sebagai proyeksi refleksi dan penggunaan fasilitas konsumen secara sangat kreatif. Refleksi dalam artian bahwa perlu keterbukaan yang tidak terbatas dalam makna-makna gaya hidup dalam konteks apapun. Cara khusus yang dipilih seseorang untuk mengekspresikan diri, tak disangsikan merupakan bagian dari usahanya mencari gaya hidup pribadi. Gaya hidup merupakan cara terpola dalam menginfestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik, tetapi ini juga bahwa gaya hidup merupakan cara bermain dengan identitas. Dengan cara-cara tersebut gaya hidup berkaitan dengan kompetensi simbolik , Chaney mengemukakan gaya hidup sebagai pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup membantu memahami apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern.12

Gaya dalam hal ini menjadi faktor penting dalam mendefinisikan diri karena gaya adalah suatu ajalan untuk menghadirkan diri dan jalan untuk menilai orang lain. Apa yang ditawarkan oleh pasar merupakan suatu yang sangat penting dalam proses mendefinisikan diri.13

Selanjutnya Menurut Adler faktor yang menentukan gaya hidup seseorang sebagian besar ditentukan oleh inferioritas-inferioritas khusus, entah khayalan atau nyata yang dimiliki orang. Gaya hidup merupakan kompensasi dari suatu inferioritas khusus. Apabila anak memiliki kelemahan fisik, maka gaya hidupnya

12 Ibid. Hal 92-93

13

Susanto, Budi (Editor); Penghiburan Masa lalu dan budaya hidup masa kini indonesia. Yogyakarta:

(8)

akan berwujud melakukan hal-hal yang akan menghasilkan fisik yang kuat. Sementara itu, faktor pembentuk gaya hidup menurut teori Bordieu dicerminkan dalam sebuah 3 rangkaian atau lingkup proses sosial yang lebih panjang atau luas, yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik gaya hidup, sistem tanda, dan selera Sementara itu, penggolongan gaya hidup mengukur hal-hal sebagai berikut:

a. Bagaimana orang-orang menghabiskan waktu luang dalam suatu kegiatan atau aktivitas.

b. Apa yang paling menarik atau paling penting bagi mereka dalam lingkungannya ketika itu.

c. Pendapat dan pandangan mereka mengenai mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. 14

Menurut Adler faktor yang menentukan gaya hidup seseorang sebagian besar ditentukan oleh inferioritas-inferioritas khusus, entah khayalan atau nyata yang dimiliki seseorang. Gaya hidup merupakan kompensasi dari suatu inferioritas khusus. Ketiga Subjek memiliki inferioritas atau kelemahankelemahan yang berbeda, tetapi tidak terdapat data yang menyatakan gaya hidup ketiga Subjek merupakan kompensasi dari inferioritas tersebut. Jadi, teori mengenai inferioritas adalah faktor yang menentukan gaya hidup seseorang tidak sesuai dengan penelitian ini.

14

Dimitri, Nindyastari, Gaya Hidup Remaja yang Melakukan Clubbing, Skripsi: Universitas Gunadarma, 2008. Hal: 3

(9)

2.3 Clubbing

Clubbing menurut Longman Dictionary of Contemporary English didefinisikan sebagai pergi ke klub malam secara reguler. Terdapat beberapa ciri dari para pelaku clubbing atau mereka yang pantas menyandang status sebagai seorang clubbers diantaranya sebagai berikut.

a. Mereka dapat dipastikan mempunyai kelompok masyarakat di tempat mereka berkumpul. Biasanya kelompok tersebut mempunyai kekhasan, orang-orang yang mapan dan jelas jati dirinya. Di Jakarta, kebanyakan clubbers adalah orangorang yang profesional dibidangnya. Kalangannya beragam dari seorang pengusaha, artis, model, perancang, seniman.

b. Mereka mempunyai wawasan yang luas dan lingkup pergaulan yang juga luas. c. Mereka biasanya adalah orang-orang apresiatif. Mempunyai pengetahuan mengenai selera makan, selera pergaulan, dan mengerti bagaimana cara untuk menampilkan diri karena mereka tidak hanya sekedar berkumpul di kafe atau restoran untuk makan saja, tetapi juga ingin memperhatikan orang lain dan diperhatikan orang lain.

d. Mereka sering menghadiri pesta-pesta yang unik dan khas, acara-acara berkelas dan yang sedang populer.

Para clubber biasanya adalah orang yang menyenangkan untuk diajak bergaul karena mereka sudah masuk dalam lingkup pergaulan yang beragam dan masa kini.15 Dapat dikatakan bahwa para Clubber identik dengan kalangan

15 Dimitri, Nindyastari, Gaya Hidup Remaja yang Melakukan Clubbing, Skripsi: Universitas Gunadarma,

(10)

menengah keatas yang menginginkan kesenangan dan kebahagian melalui aktifitas clubbing tersebut.

Menurut Perdana, mayoritas para clubbers adalah para generasi muda yang memiliki status sosiol-ekonomi yang cukup baik. Ini terlihat dari kebutuhan-kebutuhan material yang menopang aktivitas clubbing yang jelas membutuhkan dana ekstra. Mulai dari pemilihan pakaian yang bermerek, properti, kendaraan, hingga perangkat clubbing itu sendiri.16

Selain itu menurut Susanto, konsumen atau para pelaku clubbing itu tidak hanya para generasi muda yang notabennya sebagai pelajar dan mahasiswa, para eksekutif muda, pengusaha-pengusaha sukses, bahkan ibu rumah tangga ada juga yang menjadi para pelaku clubbing. Seorang remaja melakukan clubbing ada kemungkinan besar karena terinspirasi akan kehidupan para selebritis, orang-orang terkenal, orang-orang-orang-orang yang bekerja di bidang intertainmen dalam memperoleh kesenangan. Clubbing dipandang oleh individu sebagai gaya hidup yang modern. Mereka sampai rela menghabiskan waktu dan uang hingga berapa pun demi membayar tarif masuk dan makanan, minuman yang mengandung alkohol dan non-alkohol yang mereka nikmati saat clubbing. Mungkin juga mereka melakukan clubbing untuk mendapatkan perhatian dari orang tua yang tidak memberikan perhatian tetapi hanya memberikan kebebasan kepada anak, kerena mereka merasa kesepian dan kurang perhatian dari orang tua sehingga mereka melakukan kegiatan clubbing untuk mendapatkan kebutuhan berafiliasi.17

16 Tiska, Sri Yola. Hubungan antara kesepian dan kebutuhan afisiliasi pada remaja akhir yang senang

Clubbing, Skripsi. Universitas Gunadarma. 2009. Hal: 4-5

(11)

Dijelaskan bahwa hampir semua kalangan melakukan ektivitas Clubbing dengan berbagai alasan dan motif-motif tertentu mereka lebih memiih aktivitas Clubing.

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran hasil jarak lompat jauh.. Pelaksanaan tes

Program kerja ini bertujuan agar warga Desa Krompeng dapat mengetahui tentang Bank Sampah, sehingga dengan adanya Bank Sampah dapat mengurangi sampah plastik

Dalam hal perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan, termasuk perlindungan terhadap bahaya atau risiko bencana alam bagi penduduk Kabupaten Bantul, maka

Jika pantulan itu terjadi pada ujung bebas, maka gelombang pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap,

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pemantauan konsentrasi PM 2.5 , CO 2 , dan O 3 , serta dilengkapi dengan sensor untuk mengukur parameter meteorologi

Penelitian ini mengungkap sejumlah penemuan dan terobosan yang dilakukan oleh Mursi seperti; pembukaan pintu perbatasan di Gaza bagi warga Palestina yang ingin memasuki Mesir,

Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas, dapat menyebar kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar limfa.Penyebab yang timbul adalah factor

Pada penelitian ini telah dilakukan studi mengenai modifikasi struktur permukaan pelat aluminium dengan bubuk besi menggunakan metoda mechanical alloying (MA) yang bertujuan