Kaidah Fiqih Penentuan Hukum Halal-Haram dalam
Makanan
March 5, 2011 at 9:44pm Last edited : 25th March, 2011 Oleh : Nanung Danar Dono
PhD student di College of Medical, Veterinary, & Life Sciences, Univ. Glasgow, Scotland, UK
Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk memilih makanan yang halal serta menjauhi makanan haram. Rasulullah SAW. bersabda :
"Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah baik tidak menerima kecuali hal-hal yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mu'min sebagaimana yang diperintahkan kepada para rasul”. Allah berfirman: "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".
Dan firman-Nya yang lain: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu" Kemudian beliau mencontohkan seorang laki-laki, dia telah menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut serta berdebu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit: “Yaa Rabbi! Yaa Rabbi!” Sedangkan ia memakan makanan yang haram, dan pakaiannya yang ia pakai dari harta yang haram, dan ia meminum dari
minuman yang haram, dan dibesarkan dari hal-hal yang haram, bagaimana mungkin akan diterima do'anya". (HR Muslim no. 1015)
KAIDAH FIQIH HALAL-HARAM :
Ada beberapa kaidah fiqih yang dipakai para ulama dalam menentukan status kehalalan suatu jenis hewan, yaitu :
Kaidah Pertama : Semua jenis makanan (daging) hukumnya halal, kecuali ada dalil yang mentakhsiskannya (secara khusus menyebutkan pengharamannya).
Kaidah Kedua : Makanan halal memberikan pengaruh baik dan makanan haram memberikan pengaruh buruk (madhorot) bagi manusia yang memakannya.
Kaidah Ketiga : Hukum halal-haram ditetapkan karena ada sebabnya (Al hukmu yadluru ma’al illati).
Kaidah Keempat : Segala penyerupaan (mendekat-dekati) dengan bahan haram maka diharamkan (al washilatu ila haromin haromun).
Kaidah Kelima : Tidak ada hubungannya antara halal-haram suatu daging dengan anggapan (buruk) suatu kaum (Arab).
Kaidah Keenam : Setiap jenis hewan buas (karnivora) yang bertaring dan berkuku tajam adalah haram dimakan.
Kaidah Ketujuh : Meskipun bertaring dan berkuku tajam, namun apabila ia adalah binatang jinak (herbivora) maka tidak diharamkan.
Kaidah Kedelapan : Setiap jenis hewan yang diperintahkan agama untuk dibunuh, maka dagingnya haram.
Kaidah Kesembilan : Setiap jenis hewan yang dilarang dibunuh, maka dagingnya haram. Kaidah Kesepuluh : Setiap jenis hewan yang hidup di laut, maka ia halal dimakan (baik ditemukan dalam keadaan hidup maupun telah mati).
Kaidah Kesebelas : Setiap jenis hewan pemakan kotoran (bangkai dan najis), maka dagingnya haram dimakan (jallaalah).
Kaidah Kedua belas : Dalam keadaan terpaksa, semua jenis makanan haram dapat menjadi halal.
PENJELASAN :
1. SEMUA MAKANAN HALAL, KECUALI YANG DIHARAMKAN 1.1 Bangkai :
Yaitu hewan yang mati bukan karena disembelih atau diburu. Macam-macam bangkai : Al-Munkhaniqoh yaitu hewan yang mati karena tercekik baik secara sengaja atau
tidak.
Al-Mauqudhah yaitu hewan yang mati karena dipukul dengan alat/benda keras hingga mati olehnya atau disetrum dengan alat listrik.
Al-Mutaraddiyah yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat tinggi atau jatuh ke dalam sumur sehingga mati.
An-Nathihah yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.
1.2 Darah :
Yaitu darah yang mengalir (QS. 2:173, 5:3, 6:145, dll.). Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah
mengatakan: "Pendapat yang benar, bahwa darah yang diharamkan oleh Allah adalah darah yang mengalir”.
Syaikh Dr. Shahih Al-Fauzan (Al-Mulakhas Al-Fiqhi 2/461) mengatakan bahwa tidak ada satupun ulama' yang mengharamkan darah yang diam (yang menempel pada daging).
Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair. Diceritakan bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu apabila seorang diantara mereka merasa lapar, maka dia mengambil sebilah alat tajam yang terbuat dari tulang atau sejenisnya, lalu digunakan untuk memotong unta atau hewan yang kemudian darah yang keluar dikumpulkan dan dibuat makanan/minuman.
1.3 Daging Babi :
Babi baik peliharaan maupun liar, jantan maupun betina. Dan mencakup seluruh anggota tubuh babi sekalipun minyaknya. Tentang keharamannya, telah ditandaskan dalam al-Qur'an, hadits dan ijma' ulama.
1.4 Sembelihan untuk selain Allah Swt. :
Yakni setiap hewan yang disembelih dengan selain nama Allah hukumnya haram, karena Allah mewajibkan agar setiap makhluk-Nya disembelih dengan nama-Nya yang mulia. Oleh karenanya, apabila seorang tidak mengindahkan hal itu bahkan menyebut nama selain Allah baik patung, taghut, berhala dan lain sebagainya , maka hukum sembelihan tersebut adalah haram dengan kesepakatan ulama.
Belalang :
1. Ibnu Abu Aufa ra. berkata: “Kami berperang bersama Rasulullah SAW. sebanyak tujuh kali, kami selalu makan belalang”. (Muttafaq „Alaihi).
Kuda dan khimar ahliyyah (keledai jinak)
1. Dari Jabir ra. berkata: "Rasulullah melarang pada perang khaibar dari (makan) daging khimar dan memperbolehkan daging kuda". (HR Bukhori no. 4219 dan Muslim no. 1941)
2. Dari Jabir ra. berkata: "Pada perang Khaibar, mereka menyembelih kuda, bighal dan khimar. Lalu Rasulullah melarang dari bighal dan khimar dan tidak melarang dari kuda.” (Shahih. HR Abu Daud (3789), Nasa'i (7/201), Ahmad (3/356), Ibnu Hibban (5272), Baihaqi (9/327), Daraqutni (4/288-289) dan Al-Baghawi dalam Syarhu Sunnah no. 2811).
3. Dari Atha' ra. bahwa beliau berkata kepada Ibnu Juraij : "Salafmu biasa memakannya (daging kuda)". Ibnu Juraij berkata : "Apakah beliau sahabat Rasulullah?” Jawabnya : “Ya.” (HR. Bukhari-Muslim; Subulus Salam (4/146-147) oleh Imam As-Shan'ani).
4. Asma‟ ra. berkata : “Kami menyembelih kuda pada jaman Rasulullah SAW. dan memakan dagingnya. Pada saat itu, kami telah berada di Madinah.” (HR. Bukhary-Muslim).
Keterangan : Khimar adalah sejenis kuda yang dipakai sebagai alat angkut barang-barang.
Kelinci dan sejenisnya
Dari Anas bin Malik ra. berkata : “Kami mencari kelinci di Marr az-Zahran dan aku pun mendapatkannya. Lalu aku bawa kelinci itu kepada Abu Thalhah ra., beliau pun
menyembelihnya dan mengirimkan daging paha kelinci tersebut kepada Rasulullah SAW., dan beliau pun menerimanya” (HR. Bukhary-Muslim)
2. MAKANAN HALAL MEMBERIKAN PENGARUH BAIK DAN MAKANAN HARAM MEMBERIKAN PENGARUH BURUK
Jika Allah melarang kita mengkonsumsi bangkai, darah, daging babi, khamr, dll itu tentu karena bahan-bahan tersebut (secara fisiologi/medis) bisa merusak kesehatan kita.
3. AL HUKMU YADLURU MA’AL ILLATI
Hukum dalam Syari‟at Islam ditetapkan karena ada sebab-sebab yang melatarbelakanginya.
4. AL WASHILATU ILA HAROMIN HAROMUN
Segala penyerupaan (mendekat-dekati) dengan bahan haram maka diharamkan
5. TIDAK ADA HUBUNGANNYA ANTARA HALAL-HARAM SUATU DAGING DENGAN ANGGAPAN (BURUK) SUATU KAUM
Ad-dhab, bagi yang merasa jijik darinya (lihat video : http://www.youtube.com/watch?v=VrV4Nm1dQ5s atau
http://www.youtube.com/watch?v=JHP8rZaz2cc&feature=related)
1. Dari Ibnu Abbas ra. dari Khalid bin Walid ra. bahwa : Beliau pernah masuk bersama Rasulullah SAW. ke rumah Bunda Maimunah (salah satu istri Kanjeng Nabi SAW). Di sana telah dihidangkan daging dhab panggang (binatang pemakan tanaman, mirip dgn biawak). Rasulullah SAW. berkehendak untuk mengambilnya. Sebagian wanita berkata : “Khabarkanlah pada Rasulullah tentang daging yang hendak beliau makan!”, lalu mereka pun berkata : “Wahai Rasulullah, ini adalah daging dhab!”
Serta merta Rasulullah mengangkat tangannya (tidak jadi menyantap). Aku (Khalid bin Walid) bertanya : “Apakah daging ini haram wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab : "Tidak, tetapi hewan ini tidak ada di kampung kaumku sehingga akupun merasa tidak enak (merasa jijik) memakannya!” Khalid berkata : Lantas aku
mengambil dan memakannya sedangkan Rasulullah melihat. (HR. Bukhari no. 5537 dan Muslim no. 1946).
2. Hadits Abdullah bin Umar secara marfu' (sampai pada Nabi). "Dhob, saya tidak memakannya dan saya juga tidak mengharamkannya." (HR. Bukhari no.5536 dan Muslim no. 1943)
Kesimpulan : Apabila kita jijik terhadap suatu makanan (biawak, cacing, belut, bekicot, dll.), maka kita tidak boleh memakannya.
6. SEMUA BINATANG BUAS (YANG BERTARING DAN BERKUKU TAJAM) DIHARAMKAN
1. Dari Abu Hurairah, Nabi SAW. bersabda: "Setiap binatang buas yang bertaring adalah haram dimakan" (HR. Muslim no. 1933). Hadits mutawatir menurut Imam Ibnu Abdil Barr dalam At-Tamhid (1/125) dan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam I'lamul Muwaqqi'in (2/118-119).
2. Dari Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah melarang dari setiap hewan buas yang bertaring dan berkuku tajam." (HR Muslim no. 1934)
3. Abi Tsa‟labah ra. berkata : “Sesungguhnya Rasulullah SAW. melarang untuk memakan daging binatang buas yang bertaring” (HR. Bukhary dan Muslim). 4. Imam Ahmad berkata : “Setiap binatang yang menggigit dengan taringnya, maka ia
termasuk binatang buas!”
5. Dari Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah melarang dari setiap hewan buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam." (HR Muslim no. 1934)
6. Imam Ibnu Abdil Barr juga mengatakan dalam At-Tamhid (1/127): "Saya tidak melihat adanya persilangan pendapat di kalangan ulama kaum muslimin bahwa kera tidak boleh dimakan dan tidak boleh dijual karena tidak ada manfaatnya. Dan kami tidak mengetahui seorang ulama'pun yang membolehkan untuk memakannya. Demikian pula anjing,gajah dan seluruh binatang buas yang bertaring. Semuanya sama saja bagiku (keharamannya). Dan hujjah adalah sabda Nabi saw bukan pendapat orang....".
Hukum Daging Anjing dan Kucing :
1. Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Bila seekor anjing minum dari wadah milik kalian, maka cucilah 7 kali”.
2. Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sucinya wadah kalian yang dimasuki mulut anjing adalah dengan mencucinya 7 kali salah satunya dengan
3. Bahwasanya Rasulullah SAW. diundang ke rumah suatu kaum, lalu baginda
memenuhi undangan tersebut, kemudian baginda diundang ke rumah satu kaum yang lain namun tidak beliau penuhi. Lalu ditanya kepada Baginda Nabi kenapa? Baginda menjawab: "Sesungguhnya pada rumah si fulan itu ada anjing." Lalu dikatakan kepada baginda: "Dalam rumah si fulan (undangan pertama) ada kucing”. Baginda menjawab: "Sesungguhnya kucing tidak najis." (HR. Al-Daruquthni dan Al-Hakim).
Hukum memelihara anjing :
1. Abu Hurairah ra. berkata : Rasulullah SAW. bersabda: "Barangsiapa memelihara anjing -kecuali anjing penjaga ternak, anjing pemburu, atau anjing penjaga tanaman-pahalanya akan dikurangi satu qirath setiap hari." (Muttafaq „Alaihi).
Satu qiroth itu kira-kira tumpukan emas sebanyak & setinggi bukit Uhud.
Hukum berburu dengan anjing :
1. 'Adiy Ibnu Hatim ra. berkata : Rasulullah SAW. bersabda: "Jika engkau melepaskan anjingmu (untuk berburu), maka sebutlah nama Allah padanya. Bila ia menangkap buruan untukmu dan engkau mendapatkannya masih hidup, maka sembelihlah. Bila engkau mendapatkannya telah mati dan anjing itu tidak memakannya sama sekali, maka makanlah. Bila engkau menemukan anjing lain selain anjingmu, sedang buruan itu telah mati, maka jangan engkau makan sebab engkau tidak mengetahui anjing mana yang membunuhnya. Apabila engkau melepaskan panahmu, sebutlah nama Allah. Bila engkau baru menemukan buruan itu setelah sehari dan tidak engkau temukan selain bekas panahmu, makanlah jika engkau mau. Jika engkau
menemukannya tenggelam di dalam air, janganlah engkau memakannya." (Muttafaq „Alaihi; lafadznya menurut Muslim).
BURUNG YANG BERKUKU TAJAM
1. Ibnu Abbas ra. Menambahkan : "Dan setiap burung yang mempunyai kaki penerkam (kuku yang tajam)." (HR. Muslim)
2. Imam Al-Baghawi berkata dalam Syarh Sunnah (11/234): "Demikian juga setiap burung yang berkuku tajam seperti burung garuda, elang, dan sejenisnya". 3. Imam Nawawi berkata dalam Syarh Shahih Muslim 13/72-73: "Dalam hadits ini
terdapat dalil bagi madzab Syafi'i, Abu Hanifah, Ahmad, Daud dan mayoritas ulama tentang haramnya memakan binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam."
7. MESKIPUN BERTARING DAN BERKUKU TAJAM, NAMUN JIKA IA BUKAN BINATANG BUAS, MAKA TIDAK DIHARAMKAN
Binatang yang bertaring dan berkuku tajam, tapi bukan binatang buas (misal: herbivora)
1. Dari Ibnu Abi Ammar berkata: “Aku pernah bertanya kepada Jabir tentang musang, apakah ia termasuk hewan buruan ?” Jawabnya: "Ya". Lalu aku bertanya: “Apakah boleh dimakan?” Beliau menjawab: “Ya!”. Aku bertanya lagi : “Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah?” Jawabnya: “Ya!” (Shahih. HR. Abu Daud (3801), Tirmidzi (851), Nasa'i (5/191) dan dishahihkan Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al- Baihaqi, Ibnu Qoyyim serta Ibnu Hajar dalam At-Talkhis Habir (1/1507).
Catatan : Musang adalah binatang pemakan kopi, bukan pemakan ayam. Terkadang orang keliru menyamakan musang dengan kucing liar (Jawa : belacan, garangan)
8. SETIAP HEWAN YANG DIPERINTAHKAN AGAMA UNTUK DIBUNUH, MAKA DAGINGNYA HARAM
1. Dari Aisyah ra. berkata: Rasulullah bersabda: “Lima hewan fasik (hayyawan al-fawwasik) yang hendaknya dibunuh, baik di tanah halal maupun haram yaitu ular, tikus, anjing hitam." (HR. Muslim no. 1198 dan Bukhari no. 1829 dengan lafadz "kalajengking: gantinya "ular").
2. Rasulullah SAW. bersabda : “Ada 5 macam binatang fawwasik yang hendaknya dibunuh di tanah halal maupun di tanah haram, yaitu : rajawali, burung gagak, tikus, kalajengking, dan anjing gila!” (HR. Bukhary-Muslim).
3. Dari Ummu Syarik ra. berkata bahwa : “Nabi memerintahkan supaya membunuh
tokek / cecak" (HR. Bukhari no. 3359 dan Muslim 2237).
Imam Ibnu Abdil Barr berkata dalam At-Tamhid (6/129)" Tokek/cecak telah disepakati keharaman memakannya".
1. Rasulullah SAW. bersabda : “Bunuhlah ular!” (HR. Bukhary-Muslim)
Imam ibnu Hazm mengatakan dalam Al-Muhalla (6/73-74): "Setiap binatang yang
diperintahkan oleh Rasulullah supaya dibunuh maka tidak ada sembelihan baginya, karena Rasulullah melarang dari menyia-nyiakan harta dan tidak halal membunuh binatang yang dimakan" (Lihat pula Al-Mughni (13/323) oleh Ibnu Qudamah dan Al-Majmu' Syarh Muhadzab (9/23) oleh Nawawi).
9. SETIAP JENIS HEWAN YANG DILARANG DIBUNUH, MAKA DAGINGNYA HARAM
1. Dari Ibnu Abbas ra. beliau berkata: “Rasulullah melarang membunuh 4 hewan, yaitu : semut, tawon, burung hud-hud dan burung surad." (HR Ahmad (1/332,347), Abu Daud (5267), Ibnu Majah (3224), Ibnu Hibban (7/463) dan dishahihkan Baihaqi dan Ibnu Hajar dalam At-Talkhis 4/916).
2. Imam syafi'i dan para sahabatnya mengatakan: "Setiap hewan yang dilarang dibunuh berarti tidak boleh dimakan, karena seandainya boleh dimakan, tentu tidak akan dilarang membunuhnya." (Lihat Al-Majmu' (9/23) oleh An Nawawi).
3. Dari Abdur Rahman bin Utsman Al-Qurasyi ra. mengisahkan bahwasanya : “Seorang tabib pernah bertanya kepada Rasulullah tentang kodok/katak dijadikan obat, lalu Rasulullah melarang membunuhnya.” (HR Ahmad (3/453), Abu Daud (5269), Nasa'i (4355), Al-Hakim (4/410-411), Baihaqi (9/258,318) dan dishahihkan Ibnu Hajar dan Al-Albani).
4. Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata: “Rasulullah SAW. melarang membunuh shurod (burung Suradi), kodok, semut, dan burung hud-hud!” (HR. Ibnu Majah; shahih). 5. Dari Ibnu Umar ra. beliau berkata : “Janganlah kalian membunuh katak, karena bunyi
yang dikeluarkan katak adalah merupakan tasbih!”
10. SEMUA JENIS HEWAN YANG HIDUP DI LAUT (IKAN) HALAL DIMAKAN 1. Firman Allah Swt. : “Dihalalkan bagi kalian hewan buruan laut dan makanan (yang
berasal) dari laut.” (QS. Al-Maa`idah: 96)
2. Dari Ibnu Umar berkata: "Dihalalkan untuk kalian 2 bangkai dan 2 darah. Adapun 2
bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang 2 darah yaitu hati dan limpa." (Shahih.
Lihat Takhrijnya dalam Al-Furqan hal 27 edisi 4/Th.11)
3. Rasululah juga pernah ditanya tentang air laut, maka beliau bersabda: "Laut itu suci airnya dan halal bangkainya." (Sahih; HR. Daraqutni: 538).
4. Rasulullah ditanya tentang air laut, maka jawab beliau : “Dia (laut) adalah pensuci airnya dan halal bangkainya”. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah; dishahihkan oleh Imam Al-Bukhary).
5. Syaikh Muhammad Nasiruddin Al--Albani berkata dalam Silsilah As-Shahihah (no.480): "Dalam hadits ini terdapat faedah penting yaitu halalnya setiap bangkai hewan laut sekalipun terapung di atas air (laut)?”. Beliau menjawab: "Sesungguhnya yang terapung itu termasuk bangkainya.”
11. SETIAP HEWAN PEMAKAN KOTORAN, MAKA DAGINGNYA HARAM DIMAKAN
Setiap jenis hewan jallaalah (pemakan kotoran : bangkai dan najis), dagingnya haram dimakan
1. Dari Ibnu Umar ra. berkata: “Rasulullah melarang dari jalalah unta untuk dinaiki!” (Sahih, HR. Abu Daud no. 2558).
2. Dalam riwayat lain disebutkan: “Rasulullah melarang dari memakan jallalah (binatang pemakan kotoran) dan memerah susunya." (HR. Abu Daud : 3785, Tirmidzi: 1823 dan Ibnu Majah: 3189).
3. Dari Amr bin Syu'aib ra. dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rasulullah melarang dari keledai jinak dan jalalah, menaiki dan memakan dagingnya. "(HR Ahmad (2/219) dan dihasankan Al-Hafidz dalam Fathul Bari 9/648).
Al-Jalalah yaitu setiap hewan baik hewan berkaki empat maupun berkaki dua yang makanan pokoknya adalah kotoran-kotoran seperti kotoran manusia/hewan dan sejenisnya (Fathul Bari; 9/648).
Ibnu Abi Syaiban dalam Al-Mushannaf (5/147/24598) meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau mengurung ayam yang makan kotoran selama tiga hari. (Sanadnya shahih
sebagaimana dikatakan Al-Hafidz dalam Fathul Bari 9/648).
Al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (11/254) juga berkata: "Kemudian menghukumi suatu hewan yang memakan kotoran sebagai jalalah perlu diteliti. Apabila hewan tersebut memakan kotoran hanya bersifat kadang-kadang, maka ini tidak termasuk kategori jalalah dan tidak haram dimakan seperti ayam dan sejenisnya...".
Catatan : Materi kajian ini telah disampaikan pula dalam Kajian Halal-Haram online melalui streaming www.radiopengajian.com dalam 7 sesi siaran, mulai 5 Februari sd. 12 Maret 2011. Rekamannya tersedia dan bisa didownload.
BAB KEDUA. MAKANAN, PAKAIAN DAN RUMAH
2.1 Makanan dan Minuman
SEJAK dahulukala umat manusia berbeda-beda dalam menilai masalah makanan dan
minuman mereka, ada yang boleh dan ada juga yang tidak boleh. Lebih-lebih dalam masalah makanan yang berupa binatang. Adapun masalah makanan dan minuman yang berupa tumbuh-tumbuhan, tidak banyak diperselisihkan. Dan Islam sendiri tidak mengharamkan hal tersebut, kecuali setelah menjadi arak, baik yang terbuat dari anggur, korma, gandum ataupun bahan-bahan lainnya, selama benda-benda tersebut sudah mencapai kadar memabukkan. Begitu juga Islam mengharamkan semua benda yang dapat menghilangkan kesadaran dan melemahkan urat serta yang membahayakan tubuh, sebagaimana akan kami sebutkan di bawah.
Adapun soal makanan berupa binatang inilah yang terus diperselisihkan dengan hebat oleh agama-agama dan golongan.
2.1.1 Menyembelih dan Makan Binatang Dalam Pandangan Agama Hindu
Ada sementara golongan, misalnya Golongan Brahmana (Hindu) dan Filsuf yang
mengharamkan dirinya menyembelih dan memakan binatang. Mereka cukup hidup dengan makanan-makanan dari tumbuh-tumbuhan. Golongan ini berpendapat, bahwa menyembelih binatang termasuk suatu keganasan manusia terhadap binatang hidup. Manusia tidak berhak untuk menghalang-halangi hidupnya binatang.
Tetapi kita juga tahu dari hasil pengamatan kita terhadap alam ini, bahwa diciptanya
binatang-binatang itu tidak mempunyai suatu tujuan. Sebab binatang tidak mempunyai akal dan kehendak. Bahkan secara nalurinya binatang-binatang itu dicipta guna memenuhi
(khidmat) kebutuhan manusia. Oleh karena itu tidak aneh kalau manusia dapat memanfaatkan dagingnya dengan cara menyembelih, sebagaimana halnya dia juga dapat memanfaatkan tenaganya dengan cara yang lazim.
Kita pun mengetahui dari sunnatullah (ketentuan Allah) terhadap makhluknya ini, yaitu: golongan rendah biasa berkorban untuk golongan atas. Misalnya daun-daunan yang masih hijau boleh dipotong/dipetik buat makanan binatang, dan binatang disembelih untuk makanan manusia dan, bahkan, seseorang berperang dan terbunuh untuk kepentingan orang banyak. Begitulah seterusnya.
Haruslah diingat, bahwa dilarangnya manusia untuk menyembelih binatang tidak juga dapat melindungi binatang tersebut dari bahaya maut dan binasa. Kalau tidak berbaku hantam satu sama lain, dia juga akan mati dengan sendirinya; dan kadang-kadang mati dalam keadaan demikian itu lebih sakit daripada ketajaman pisau.
2.1.2 Binatang yang Diharamkan Dalam Pandangan Yahudi dan Nasrani
Dalam pandangan agama Yahudi dan Nasrani (kitabi), Allah mengharamkan kepada orang-orang Yahudi beberapa binatang laut dan darat. Penjelasannya dapat dilihat dalam Taurat (Perjanjian Lama) fasal 11 ayat 1 dan seterusnya Bab: Imamat Orang Lewi.
Dan oleh al-Ouran disebutkan sebagian binatang yang diharamkan buat orang-orang Yahudi itu serta alasan diharamkannya, yaitu seperti yang kami sebutkan di atas, bahwa
diharamkannya binatang tersebut adalah sebagai hukuman berhubung kezaliman dan kesalahan yang mereka lakukan.
Firman Allah:
"Dan kepada orang-orang Yahudi kami haramkan semua binatang yang berkuku, dan dari sapi dan kambing kami haramkan lemak-lemaknya, kecuali (lemak) yang terdapat di punggungnya, atau yang terdapat dalam perut, atau yang tercampur dengan tulang. Yang demikian itu kami (sengaja) hukum mereka. Dan sesungguhnya Kami adalah (di pihak) yang benar." (al-An'am: 146)
Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi. Sedangkan orang-orang Nasrani sesuai dengan ketentuannya harus mengikuti orang-orang Yahudi. Karena itu Injil menegaskan, bahwa Isa a.s. datang tidak untuk mengubah hukum Taurat (Namus) tetapi untuk menggenapinya.
Tetapi suatu kenyataan, bahwa mereka telah mengubah hukum Taurat itu. Apa yang diharamkan dalam Taurat telah dihapus oleh orang-orang Nasrani --tanpa dihapus oleh Injilnya-- mereka mau mengikuti Paulus yang dipandang suci itu dalam masalah halalnya semua makanan dan minuman, kecuali yang memang disembelih untuk berhala kalau dengan tegas itu dikatakan kepada orang Kristen: "Bahwa binatang tersebut disembelih untuk
berhala."
Paulus memberikan alasan, bahwa semua yang suci halal untuk orang yang suci, dan semua yang masuk dalam mulut tidak dapat menajiskan mulut, yang dapat menajiskan mulut ialah apa yang keluar dari mulut.
Mereka juga telah menghalalkan babi, sekalipun dengan tegas babi itu diharamkan oleh Taurat sampai hari ini.
2.1.3 Menurut Pandangan Orang Arab Jahiliah
Orang-orang Arab jahiliah mengharamkan sebagian binatang karena kotor, dan sebagiannya diharamkan karena ada hubungannya dengan masalah peribadatan (ta'abbud), karena untuk bertaqarrub kepada berhala dan karena mengikuti anggapan-anggapan yang salah (waham). Seperti: Bahirah, saaibah, washilah dan ham. Yang menjelaskannya telah kami sebutkan di atas.
Tetapi di balik itu, mereka banyak juga menghalalkan beberapa binatang yang kotor (khabaits), seperti: Bangkai dan darah yang mengalir.
2.1.4 Islam Menghalalkan Yang Baik
Islam datang, sedang manusia masih dalam keadaan demikian dalam memandang masalah makanan berupa binatang. Islam berada di antara suatu faham kebebasan soal makanan dan extrimis dalam soal larangan. Oleh karena itu Islam kemudian mengumandangkan kepada segenap umat manusia dengan mengatakan:
"Hai manusia! Makanlah dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang terang-terangan bagi kamu." (al-Baqarah: 168)
Di sini Islam memanggil manusia supaya suka makan hidangan besar yang baik, yang telah disediakan oleh Allah kepada mereka, yaitu bumi lengkap dengan isinya, dan kiranya manusia tidak mengikuti kerajaan dan jejak syaitan yang selalu menggoda manusia supaya mau mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan Allah, dan mengharamkan kebaikan-kebaikan yang dihalalkan Allah; dan syaitan juga menghendaki manusia supaya terjerumus dalam lembah kesesatan.
Selanjutnya mengumandangkan seruannya kepada orang-orang mu'min secara khusus. Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman! Makanlah yang baik-baik dari apa-apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta bersyukurlah kepada Allah kalau betul-betul kamu berbakti
yang disembelih bukan karena Allah. Maka barangsiapa dalam keadaan terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka tidaklah berdosa baginya, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Belas-kasih." (al-Baqarah: 172-173)
Dalam seruannya secara khusus kepada orang-orang mu'min ini, Allah s.w.t. memerintahkan mereka supaya suka makan yang baik dan supaya mereka suka menunaikan hak nikmat itu, yaitu dengan bersyukur kepada Zat yang memberi nikmat. Selanjutnya Allah menjelaskan pula, bahwa Ia tidak mengharamkan atas mereka kecuali empat macam seperti tersebut di atas. Dan yang seperti ini disebutkan juga dalam ayat lain yang agaknya lebih tegas lagi dalam membatas yang diharamkan itu pada empat macam. Yaitu sebagaimana difirmankan Allah:
"Katakanlah! Aku tidak menemukan tentang sesuatu yang telah diwahyukan kepadaku soal makanan yang diharamkan untuk dimakan, melainkan bangkai, atau darah yang mengalir, atau daging babi; karena sesungguhnya dia itu kotor (rijs), atau binatang yang disembelih bukan karena Allah. Maka barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun dan Maha Belas-kasih." (al-An'am: 145)
Dan dalam surah al-Maidah ayat 3 al-Quran menyebutkan binatang-binatang yang diharamkan itu dengan terperinci dan lebih banyak.
Firman Allah:
"Telah diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, binatang yang disembelih bukan karena Allah, yang (mati) karena dicekik, yang (mati) karena dipukul, yang (mati) karena jatuh dari atas, yang (mati) karena ditanduk, yang (mati) karena dimakan oleh binatang buas kecuali yang dapat kamu sembelih dan yang disembelih untuk berhala." (al-Maidah: 3) Antara ayat ini yang menetapkan 10 macam binatang yang haram, dengan ayat sebelumnya yang menetapkan 4 macam itu, samasekali tidak bertentangan. Ayat yang baru saja kita baca ini hanya merupakan perincian dari ayat terdahulu.
Binatang yang dicekik, dipukul, jatuh dari atas, ditanduk dan karena dimakan binatang buas, semuanya adalah termasuk dalam pengertian bangkai. Jadi semua itu sekedar perincian dari kata bangkai. Begitu juga binatang yang disembelih untuk berhala, adalah semakna dengan yang disembelih bukan karena Allah. Jadi kedua-duanya mempunyai pengertian yang sama. Ringkasnya: Secara global (ijmal) binatang yang diharamkan itu ada empat macam, dan kalau diperinci menjadi sepuluh.
2.1.5 Diharamkan Bangkai dan Hikmahnya
1) Pertama kali haramnya makanan yang disebut oleh ayat al-Quran ialah bangkai, yaitu binatang yang mati dengan sendirinya tanpa ada suatu usaha manusia yang memang sengaja disembelih atau dengan berburu.
Hati orang-orang sekarang ini kadang-kadang bertanya-tanya tentang hikmah diharamkannya bangkai itu kepada manusia, dan dibuang begitu saja tidak boleh dimakan. Untuk persoalan
ini kami menjawab, bahwa diharamkannya bangkai itu mengandung hikmah yang sangat besar sekali:
a) Naluri manusia yang sehat pasti tidak akan makan bangkai dan dia pun akan
menganggapnya kotor. Para cerdik pandai di kalangan mereka pasti akan beranggapan, bahwa makan bangkai itu adalah suatu perbuatan yang rendah yang dapat menurunkan harga diri manusia. Oleh karena itu seluruh agama Samawi memandangnya bangkai itu suatu makanan yang haram. Mereka tidak boleh makan kecuali yang disembelih, sekalipun berbeda cara menyembelihnya.
b) Supaya setiap muslim suka membiasakan bertujuan dan berkehendak dalam seluruh hal, sehingga tidak ada seorang muslim pun yang memperoleh sesuatu atau memetik buah melainkan setelah dia mengkonkritkan niat, tujuan dan usaha untuk mencapai apa yang dimaksud. Begitulah, maka arti menyembelih --yang dapat mengeluarkan binatang dari kedudukannya sebagai bangkai-- tidak lain adalah bertujuan untuk merenggut jiwa binatang karena hendak memakannya.
Jadi seolah-olah Allah tidak rela kepada seseorang untuk makan sesuatu yang dicapai tanpa tujuan dan berfikir sebelumnya, sebagaimana halnya makan bangkai ini. Berbeda dengan binatang yang disembelih dan yang diburu, bahwa keduanya itu tidak akan dapat dicapai melainkan dengan tujuan, usaha dan perbuatan.
c) Binatang yang mati dengan sendirinya, pada umumnya mati karena sesuatu sebab; mungkin karena penyakit yang mengancam, atau karena sesuatu sebab mendatang, atau karena makan tumbuh-tumbuhan yang beracun dan sebagainya. Kesemuanya ini tidak dapat dijamin untuk tidak membahayakan, Contohnya seperti binatang yang mati karena sangat lemah dan kerena keadaannya yang tidak normal.
d) Allah mengharamkan bangkai kepada kita umat manusia, berarti dengan begitu Ia telah memberi kesempatan kepada hewan atau burung untuk memakannya sebagai tanda kasih-sayang Allah kepada binatang atau burungburung tersebut. Karena binatang-binatang itu adalah makhluk seperti kita juga, sebagaimana ditegaskan oleh al-Quran.
e) Supaya manusia selalu memperhatikan binatang-binatang yang dimilikinya, tidak
membiarkan begitu saja binatangnya itu diserang oleh sakit dan kelemahan sehingga mati dan hancur. Tetapi dia harus segera memberikan pengobatan atau mengistirahatkan.
2.1.6 Haramnya Darah Yang Mengalir
2) Makanan kedua yang diharamkan ialah darah yang mengalir. Ibnu Abbas pernah ditanya tentang limpa (thihal), maka jawab beliau: Makanlah! Orang-orang kemudian berkata: Itu kan darah. Maka jawab Ibnu Abbas: Darah yang diharamkan atas kamu hanyalah darah yang mengalir.
Rahasia diharamkannya darah yang mengalir di sini adalah justru karena kotor, yang tidak mungkin jiwa manusia yang bersih suka kepadanya. Dan inipun dapat diduga akan
berbahaya, sebagaimana halnya bangkai.
Orang-orang jahiliah dahulu kalau lapar, diambilnya sesuatu yang tajam dari tulang ataupun lainnya, lantas ditusukkannya kepada unta atau binatang dan darahnya yang mengalir itu
dikumpulkan kemudian diminum. Begitulah seperti yang dikatakan oleh al-A'syaa dalam syairnya:
Janganlah kamu mendekati bangkai
Jangan pula kamu mengambil tulang yang tajam
Kemudian kamu tusukkan dia untuk mengeluarkan darah.
Oleh karena mengeluarkan darah dengan cara seperti itu termasuk menyakiti dan melemahkan binatang, maka akhirnya diharamkanlah darah tersebut oleh Allah s.w.t Salah satu karakteristik utama yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuan berbicara, berfikir dan berkreativitas. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang luar biasa. Dengan pemikirannya, manusia bisa menemukan hukum alam dan
menguasainya.
Kemunculan agama Islam dengan turunnya wahyu kepada Muhammad Rasulullah Saw, menyebabkan umat manusia mengenali prinsip baru yang memperbaiki kehidupannya. Allah Swt memberikan aturan yang meliputi perintah dan larangan. Tentu saja ada hikmah yang tersembunyi ketika Allah Swt melarang manusia melakukan perbuatan tertentu. Sejatinya, larangan itu demi kepentingan manusia sendiri, karena perbuatan tersebut jika dilakukan akan menimbulkan kerugian maupun hilangnya kesempurnaan manusia. Sebagaimana kisah Nabi Adam as di surga.
Kita mengambil pelajaran berharga dari kisah Nabi Adam dan Siti Hawa. Allah Swt menciptakan Nabi Adam dan memerintahkan malaikat bersujud kepadanya. Hal ini menunjukkan kemuliaan manusia, dan kedudukan tinggi di alam semesta ini. Namun apa yang menyebabkan Nabi Adam dan Siti Hawa akhirnya harus keluar dari surga dan turun ke bumi ?
Dosa Nabi Adam yang merupakan dosa pertama umat manusia adalah memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah Swt. Nabi Adam dan Siti Hawa tergoda rayuan setan untuk
memakan buah terlarang. Derajat keutamaan spiritual mereka turun dan akhirnya menjalani kehidupan di bumi akibat memakan buah terlarang itu.
Nabi Adam dan Siti Hawa keluar dari surga, dan kehilangan kedudukan sebelumnya. Mereka menerima kerugian akibat kesalahannya sendiri.
Allah Swt melarang manusia melakukan sejumlah perbuatan. Salah satunya adalah melarang memakan makanan dan minuman haram. Islam sangat memperhatikan masalah ini. Ajaran Islam menjelaskan kemudaratan sejumlah makanan yang dilarang tersebut. Islam menilai
makanan haram menimbulkan dampak negatif bagi mental dan spiritual manusia. Allah Swt sangat mencintai orang yang meninggalkan makanan haram.
Makanan dan minuman adalah sarana penting untuk melanjutkan kehidupan. Allah Swt dalam al-Quran menyerukan manusia untuk mengkonsumsi makanan yang bersih dan sehat. Dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 88, Allah Swt berfirman,
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah karuniakan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.
Dalam berbagai ayat al-Quran, Islam secara jelas melarang sejumlah makanan. Allah Swt mengharamkan sejumlah daging untuk dikonsumsi manusia seperti daging anjing dan babi. Selain itu, ajaran Islam juga melarang memakan darah dan bangkai serta sejumlah makanan dan minuman yang menyebabkan kematian misalnya minuman keras.
Pengertian haram tersebut tidak hanya terbatas pada jenis makanan yang haram. Lebih dari itu, Islam sangat memperhatikan cara yang dipergunakan manusia untuk mendapatkan makanan tersebut, apakah melalui cara-cara halal ataukah sebaliknya dengan cara haram. Islam sangat menghargai pendapatan yang diperoleh melalui usaha dan kerja keras. Allah Swt mencintai orang yang mencari sesuap nasi dengan keringat kerja kerasnya. Sebaliknya Islam melarang pendapatan yang diperoleh dengan cara-cara haram seperti mencuri dan merampas hak orang lain. Bahkan jika makanan halal paling enak sekalipun termasuk haram, jika diperoleh dengan cara-cara yang dilarang dalam ajaran Islam. Makanan tersebut tidak boleh dikonsumsi dan mengakibatkan kerusakan mental dan spiritual menusia.
Sejumlah ilmuwan menemukan dampak makanan bagi moral dan mental manusia. Seorang pemikir Iran, Dr. Paknejad, mengatakan, para pakar medis menemukan peran hormon bagi moral. Para ilmuwan menilai sumber tindakan moral manusia dipengaruhi oleh hormon yang diperoleh dari makanan dan minuman. Para ilmuwan menyebut gizi berhubungan erat dengan hormon badan dan makanan. Dengan demikian, gizi berpengaruh besar terhadap karakter moralitas manusia.
Dalam berbagai hadis disebutkan bahwa memakan daging binatang buas meningkatkan karakter buas dalam diri manusia. Selain itu memakan daging babi menyebabkan
meningkatnya sifat ketidaksetiaan bagi pasangan yang berpindah dari babi kepada manusia.
Berbagai ayat al-Quran menjelaskan keutamaan melakukan tindakan baik disamping
ayat 51 "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini selain menyinggung makanan yang halal dan sehat, juga mengaitkan hubungan khusus antara tindakan terpuji dengan makanan yang halal.
Islam memandang makanan haram merusak jasmani dan mental manusia. Kini, pakar medis memperingatkan dampak destruktif sejumlah makanan dan minuman haram seperti daging babi dan minuman keras. Contohnya penyakit cacing akibat mengkonsumsi daging babi. Cacing tersebut tidak akan mati pada derajat tertinggi sekalipun. Kemudian bertelur secara luas di dalam daging babi yang dikonsumsi manusia
Dampak buruk alkohol telah kita ketahui bersama. Pakar medis mengatakan, "Alkohol meningkatkan resiko penyakit kanker hati, tenggorokan, payudara dan mulut. Minuman beralkohol merusak lapis pelindung lambung dan menurunkan kemampuan badan menyerap makanan." Di sisi lain konsumsi minuman keras juga berpengaruh negatif terhadap
kemampuan berpikir manusia. Orang yang mabuk akan melakukan berbagai kejahatan, bahkan membunuh sekalipun. Orang yang mengkonsumsi alkohol bukan hanya merusak masyarakat, bahkan menyebabkan kerusakan fisik dan mental generasi mendatang. (IRIB Indonesia)
Salah satu karakteristik utama yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuan berbicara, berfikir dan berkreativitas. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang luar biasa. Dengan pemikirannya, manusia bisa menemukan hukum alam dan
menguasainya.
Kemunculan agama Islam dengan turunnya wahyu kepada Muhammad Rasulullah Saw, menyebabkan umat manusia mengenali prinsip baru yang memperbaiki kehidupannya. Allah Swt memberikan aturan yang meliputi perintah dan larangan. Tentu saja ada hikmah yang tersembunyi ketika Allah Swt melarang manusia melakukan perbuatan tertentu. Sejatinya, larangan itu demi kepentingan manusia sendiri, karena perbuatan tersebut jika dilakukan akan menimbulkan kerugian maupun hilangnya kesempurnaan manusia. Sebagaimana kisah Nabi Adam as di surga.
Kita mengambil pelajaran berharga dari kisah Nabi Adam dan Siti Hawa. Allah Swt menciptakan Nabi Adam dan memerintahkan malaikat bersujud kepadanya. Hal ini menunjukkan kemuliaan manusia, dan kedudukan tinggi di alam semesta ini. Namun apa yang menyebabkan Nabi Adam dan Siti Hawa akhirnya harus keluar dari surga dan turun ke bumi ?
Dosa Nabi Adam yang merupakan dosa pertama umat manusia adalah memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah Swt. Nabi Adam dan Siti Hawa tergoda rayuan setan untuk
memakan buah terlarang. Derajat keutamaan spiritual mereka turun dan akhirnya menjalani kehidupan di bumi akibat memakan buah terlarang itu.
Nabi Adam dan Siti Hawa keluar dari surga, dan kehilangan kedudukan sebelumnya. Mereka menerima kerugian akibat kesalahannya sendiri.
Allah Swt melarang manusia melakukan sejumlah perbuatan. Salah satunya adalah melarang memakan makanan dan minuman haram. Islam sangat memperhatikan masalah ini. Ajaran Islam menjelaskan kemudaratan sejumlah makanan yang dilarang tersebut. Islam menilai makanan haram menimbulkan dampak negatif bagi mental dan spiritual manusia. Allah Swt sangat mencintai orang yang meninggalkan makanan haram.
Makanan dan minuman adalah sarana penting untuk melanjutkan kehidupan. Allah Swt dalam al-Quran menyerukan manusia untuk mengkonsumsi makanan yang bersih dan sehat. Dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 88, Allah Swt berfirman,
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah karuniakan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.
Dalam berbagai ayat al-Quran, Islam secara jelas melarang sejumlah makanan. Allah Swt mengharamkan sejumlah daging untuk dikonsumsi manusia seperti daging anjing dan babi. Selain itu, ajaran Islam juga melarang memakan darah dan bangkai serta sejumlah makanan dan minuman yang menyebabkan kematian misalnya minuman keras.
Pengertian haram tersebut tidak hanya terbatas pada jenis makanan yang haram. Lebih dari itu, Islam sangat memperhatikan cara yang dipergunakan manusia untuk mendapatkan makanan tersebut, apakah melalui cara-cara halal ataukah sebaliknya dengan cara haram. Islam sangat menghargai pendapatan yang diperoleh melalui usaha dan kerja keras. Allah Swt mencintai orang yang mencari sesuap nasi dengan keringat kerja kerasnya. Sebaliknya Islam melarang pendapatan yang diperoleh dengan cara-cara haram seperti mencuri dan merampas hak orang lain. Bahkan jika makanan halal paling enak sekalipun termasuk haram, jika diperoleh dengan cara-cara yang dilarang dalam ajaran Islam. Makanan tersebut tidak boleh dikonsumsi dan mengakibatkan kerusakan mental dan spiritual menusia.
Sejumlah ilmuwan menemukan dampak makanan bagi moral dan mental manusia. Seorang pemikir Iran, Dr. Paknejad, mengatakan, para pakar medis menemukan peran hormon bagi
moral. Para ilmuwan menilai sumber tindakan moral manusia dipengaruhi oleh hormon yang diperoleh dari makanan dan minuman. Para ilmuwan menyebut gizi berhubungan erat dengan hormon badan dan makanan. Dengan demikian, gizi berpengaruh besar terhadap karakter moralitas manusia.
Dalam berbagai hadis disebutkan bahwa memakan daging binatang buas meningkatkan karakter buas dalam diri manusia. Selain itu memakan daging babi menyebabkan
meningkatnya sifat ketidaksetiaan bagi pasangan yang berpindah dari babi kepada manusia.
Berbagai ayat al-Quran menjelaskan keutamaan melakukan tindakan baik disamping
mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan bersih serta sehat. Surat al-Mukminun ayat 51 "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini selain menyinggung makanan yang halal dan sehat, juga mengaitkan hubungan khusus antara tindakan terpuji dengan makanan yang halal.
Islam memandang makanan haram merusak jasmani dan mental manusia. Kini, pakar medis memperingatkan dampak destruktif sejumlah makanan dan minuman haram seperti daging babi dan minuman keras. Contohnya penyakit cacing akibat mengkonsumsi daging babi. Cacing tersebut tidak akan mati pada derajat tertinggi sekalipun. Kemudian bertelur secara luas di dalam daging babi yang dikonsumsi manusia
Dampak buruk alkohol telah kita ketahui bersama. Pakar medis mengatakan, "Alkohol meningkatkan resiko penyakit kanker hati, tenggorokan, payudara dan mulut. Minuman beralkohol merusak lapis pelindung lambung dan menurunkan kemampuan badan menyerap makanan." Di sisi lain konsumsi minuman keras juga berpengaruh negatif terhadap
kemampuan berpikir manusia. Orang yang mabuk akan melakukan berbagai kejahatan, bahkan membunuh sekalipun. Orang yang mengkonsumsi alkohol bukan hanya merusak masyarakat, bahkan menyebabkan kerusakan fisik dan mental generasi mendatang. (IRIB Indonesia)
Pembaca PusatHalal yang dirahmati Allah, mungkin sebagian dari kita belum menyadari betapa besar akibat dan pengaruh dari mengkonsumsi makanan Haram. Yang dimaksud makanan Haram adalah makanan yang asal sifatnya memang diharamkan, ataupun makanan halal yang diperoleh dengan cara haram. Pasti ada alasan yang kuat mengapa Allah
mengharamkan sesuatu, seperti halnya menghalalkan sesuatu. Yang jelas sebagai seorang mukmin kita harus yakin bahwa Allah menginginkan yang terbaik bagi kita dengan syariatNya.
Disamping konsekwensi dari hukum Allah, sebagian ulama juga berpendapat bahwa makanan yang kita makan akan mempengaruhi prilaku kita. Sebelum terlambat, mari kita luangkan waktu untuk merenungi betapa dahsyatnya pengaruh dan dampak buruk dari mengkonsumsi makanan haram bagi Anda dan keluarga seperti diterangkan di bawah ini.
[B]Dampak Langsung[/B]
[B]1. [/B][B]Tidak Diterima Amalan-nya[/B]
Rasulullah saw bersabda, "Ketahuilah bahwa suapan haram jika masuk ke dalam perut salah satu dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari." (HR At-Thabrani).
[B]2. [/B][B]Tidak Terkabul Doa-nya[/B]
Sa'ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullan saw, "Ya Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul." Rasulullah menjawab, "Wahai Sa'ad, perbaikilan makananmu, maka doamu akan terkabulkan." (HR At-Thabrani).
Disebutkan juga dalam hadis lain bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, "Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!" Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?" (HR Muslim).
[B]3. [/B][B]Mengikis Keimanan Pelakunya[/B]
Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum khamr termasuk seorang mukmin." (HR Bukhari Muslim).
Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya." (HR At Tirmidzi).
[B]5. [/B][B]Mengeraskan Hati[/B]
Imam Ahmad ra pernah ditanya, apa yang harus dilakukan agar hati mudah menerima kesabaran, maka beliau menjawab, "Dengan memakan makanan halal." (Thabaqat Al Hanabilah : 1/219).
At Tustari, seorang mufassir juga mengatakan, "Barangsiapa ingin disingkapkan tanda-tanda orang yang jujur (shiddiqun), hendaknya tidak makan, kecuali yang halal dan mengamalkan sunnah," (Ar Risalah Al Mustarsyidin : hal 216).
[B]Dampak Tidak Langsung[/B]
[B]1. [/B][B]Haji dari Harta Haram Tertolak[/B]
Rasulullah saw bersabda, "Jika seorang keluar untuk melakukan haji dengan nafaqah haram, kemudian ia mengendarai tunggangan dan mengatakan, "Labbaik, Allahumma labbaik!" Maka yang berada di langit menyeru, "Tidak labbaik dan kau tidak memperoleh kebahagiaan! Bekalmu haram, kendaraanmu haram dan hajimu mendatangkan dosa dan tidak diterima." (HR At Thabrani)
[B]2. [/B][B]Sedekahnya Ditolak[/B]
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mengumpulkan harta haram, kemudian
menyedekahkannya, maka tidak ada pahala, dan dosa untuknya." (HR Ibnu Huzaimah)
Dalam kitab Sya'bul Imam disebutkan, " Barangsiapa yang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham di antaranya uang haram, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama pakaian itu dikenakan." (HR Ahmad)
[B]4. [/B][B]Silaturrahim-nya Sia-sia[/B]
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mendapatkan harta dari dosa, lalu ia dengannya bersilaturahim (menyambung persaudaraan) atau bersedekah, atau membelanjakan (infaq) di jalan Allah, maka Allah menghimpun seluruhnya itu, kemudian Dia melemparkannya ke dalam neraka. Lalu Rasulullah saw bersabda, " Sebaik-baiknya agamamu adalah al-wara' (berhati-hati)." (HR Abu Daud).
Ternyata begitu dahsyat akibat dari mengkonsumsi makanan haram bagi diri dan keluarga kita. Tegakah anda jika istri anak dan keturunan kita terkontaminasi makanan haram - yang sengaja atau tidak - kita nafkahkan pada mereka, sehingga menanggung dampak seperti diterangkan diatas?
Untuk itu, marilah kita membekali diri kita dengan pengetahuan yang memadai sekaligus mewaspadai lingkungan sekitar kita dan asal-usul harta dan makanan yang kita makan dan nafkahkan pada keluarga.
Jangan jadikan alasan bahwa kita tidak tahu, karena Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mencari Ilmu dan berusaha sekuat tenaga menjaga diri kita dari api neraka… Jangan juga kesulitan membedakan yang halal dan haram menjadi kendala, karena justru usaha kita ini akan membuahkan cinta Allah ….
[I]Sesungguhnya Allah Ta‟ala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal. (HR. Ad-Dailami)[/I]
Silahkan cermati apa saja yang di Halalkan dan apa saja yang di haramkan Allah berdasar Al-Qur‟an dan Hadist pada artikel kami yang lain berjudul: [B]Makanan dan Minuman Halal dan haram Menurut Al‟Quran dan Hadist. [/B]
[B](Sumber : Hidayatullah.com dengan penambahan dan penyesuaian redaksi seperlunya)[/B]
Bahan Haram Dalam Obat
Obat adalah produk farmasi yang terdiri dari bahan aktif dan bahan farmaseutik (bahan pembantu eksipien). Jadi dalam satu obat bisa terbuat lebih dari 2 sampai 3 bahan. Perkembangan teknologi proses pembuatan obat kini semakin maju dan membuat kita sebagai konsumen tidak menyadari akan kandungan bahan obat yang ada dipasaran.
Sumber bahan aktif obat dan bahan farmaseutik bermacam-macam. Bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba, bahan sintetik kimia, bahkan dari virus yang dilemahkan atau bahan yang berasal dari manusia.
Baik bahan aktif maupun bahan farmaseutik memiliki titik kritis kehalalan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya perkembangan teknologi proses pembuatan dan produksi obat yang semakin maju. Selain itu adanya juga kecenderungan khasiat yang diklaim sang produsen, obat hanya akan efektif jika menggunakan bahan tertentu saja.
Perhatikan Bahan Aktif Obat
Titik kritis bahan aktif obat bisa dimulai dari asal muasal bahan aktif tersebut. Contoh bahan aktif obat yang berasal dari hewan adalah protein, asam amino, vitamin, mineral, enzim, asam lemak dan turunannya, khondroitin, darah, serum, plasma, hormon hingga karbon aktif. Jika berasal dari hewan, maka hewannya harus hewan halal bukan hewan haram. Sebab bisa saja sebagian bahan seperti protein, karbon aktif, khondroitin, asam lemak, dan mineral berasal dari babi, seperti tulang, kulit, lemak hingga jeroannya. Jika berasal dari hewan halal maka proses
penyembelihannya pun harus sesuai dengan syariat Islam.Bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari mikroba. Bahan aktif obat yang berasal dari mikroba tidak sepenuhnya bisa dimanfaatkan langsung oleh produsen. Untuk mendapatkan bahan aktif dari mikroba tersebut diperlukan tahapan proses fermentasi. Pada
proses tersebut diperlukan bahan-bahan media. Contohnya adalah pada pembuatan vaksin. Media pembiakan inilah yang mesti dikritisi, sebab sering menggunakan bahan media yang berasal dari protein hewan, bisa dari babi maupun hewan lainnya. Belum lagi penggunaan bahan pasca fermentasi seperti karbon aktif, yang diketahui bisa berasal dari tulang hewan.
Bahan aktif lain yang marak digunakan dalam industry obat-obatan adalah bahan aktif yang berasal dari manusia. Seperti keratin rambut manusia untuk pembentukan sistein. Maupun placenta manusia untuk obat-obatan, seperti obat luka bakar dan yang lainnya. Beberapa metode kedokteran bahkan menggunakan ari-ari atau placenta ini untuk obat leukemia, kanker, kelainan darah, stroke, liver hingga diabetes dan jantung.
Placenta itu adalah ari-ari, yang sangat berguna pada bayi saat berada di dalam rahim ibu. Pasalnya, melalui organ ini janin memperoleh zat makanan dan
kebutuhan hidup yang lainnya. Lantas bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan sintetik kimia. Jangan senang dulu, bahan aktif ini bisa saja bersinggungan atau terkontaminasi dengan bahan farmaseutik (penolong) yang mesti dipertanyakan juga asal-usulnya. Contohnya penggunaan alkohol untuk
mengisolasi bahan aktif dari tumbuhan tersebut seperti alkaloid, glikosida dan bahan lainnya. Bahan yang berasal dari tumbuhan ini bisa juga melalui proses fermentasi yang menghasilkan alkohol, seperti sari mengkudu dan yang lainnya.
Sama halnya dengan bahan aktif yang berasal dari tumbuhan, bahan sintetik juga mesti diperhatikan bahan campurannya. Bisa saja bahan penolong, dan
campurannya bercampur atau terkontaminasi bahan yang tidak jelas kehalalannya. Waspadai Bahan Tambahan Pembuatan Obat
Banyak obat menggunakan bahan farmaseutik sebagai bahan tambahan agar
khasiat obat bisa diserap oleh tubuh. Namun sayang tidak semua bahan farmaseutik itu jelas status kehalalannya. Bahan farmaseutik terdiri dari 28 macam bahan,
seperti yang tercantum di dalam tabel di bawah ini.
Bahan Pengasam Bahan pembasah Bahan penjerap Bahan aerosol Bahan pengawet Antioksidan Bahan pendapar
Bahan Pengkhelat Bahan pengemulsi Bahan pewarna Bahan perisa Bahan pelembab Bahan pelembut
Bahan dasar salep
Bahan pengeras
Bahan pemanis
Bahan pensuspensi
Bahan penghancur tablet
Bahan pengisi tablet
Bahan penyalut
Bahan pelincir tablet
Bahan perekat tablet
Bahan pelumas
Bahan pengkilap
Bahan pengisotonis larutan
Pelarut/pembawa
Bahan enkapsulasi
Pengganti udara
Dari ke 28 jenis bahan farmaseutik tersebut terdapat beberapa bahan yang memiliki titik kritis kehalalan. Yakni bahan pengemulsi, bahan pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet, bahan pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut dan bahan
enkapsulasi.
Bahan tersebut memiliki titik kritis kehalalannya sebab bisa saja berasal dari bahan haram dan najis seperti babi, alcohol, organ manusia maupun bahan hewani lain yang tidak jelas asal-usul maupun proses penyembelihannya.
Selain yang disebutkan di atas, kita juga mesti mengkritisi kehalalan obat dalam dari bentuk sediannya obatnya. Contohnya adalah obat berbentuk tablet. Bahan yang mesti diwaspadai dalam proses
pembuatan obat berbentuk tablet sering digunakan bahan magnesium stearat, monogliserida yang berasal dari turunan lema. Demikian juga dengan obat berbentuk serbuk dan kaplet, penggunaan laktosa dalam proses produksi obat serbuk adalah yang mesti diperhatikan, dimana enzim hewani bisa saja berperan dalam pembuatan laktosa ini. Termasuk juga penggunaan bahan pewarna. Cangkang kapsul pun mesti diperhatikan, sebab sebagian besar bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kapsul mempergunakan gelatin. Seperti diketahui, bahwa gelatin bisa berasal dari tulang maupun kulit hewan, seperti babi, sapi maupun ikan.
Tidak berhenti sampai di sini saja, obat berbentuk cair atau liquid juga mesti diperhatikan. Terutama penggunaan etanol atau alkohol dan flavor (perasa) yang digunakan. Sebab bisa saja flavor tersebut terbuat dari bahan penyusun (ingredient)
dan pelarut yang tidak jelas kehalalannya.
Obat berbentuk pil dan injeksi (suntik) juga sama, bahan penyusun obat seperti gliserin yang bisa saja berasal dari turunan lemak juga mesti diperhatikan. Termasuk juga penggunaan bahan gelatin yang banyak digunakan. Demikian halnya
penggunaan protein darah manusia dalam obat injeksi. Etanol dan gliserin pun dapat digunakan dalam obat-berbentuk suntik tersebut. Contoh lain adalah Insulin yang bisa berasal dari pankreas babi, atau lovenox (obat injeksi anti penggumpalan darah) yang juga bisa berasal dari babi.
Oleh karena itu, kita sebagai konsumen mesti juga cermat dalam memilih obat-obatan. Sebab bukan hanya ingin mendapatkan kesembuhan semata, namun juga ridha dari Allah SWT. Bertanya dan mencari tahu bisa menjadi salah satu cara untuk menghindari kita dari obat-obatan yang tidak jelas kehalalannya. APR & Ah (jurnal halal)
Seiring dengan perkembangan teknologi pangan, banyak produk pangan yang bahan -bahannya semula halal namun setelah melalui proses produksi produk yang dihasilkan
menjadi tidak halal atau pun diragukan kehalalannya. Hal ini disebabkan karena dalam proses produksi tersebut bahan-bahan halal itu mendapat bahan tambahan yang bertujuan untuk menjadikan produk tersebut tampil lebih baik.
Berikut ini kami rangkum beberapa bahan maupun produk makanan yang perlu diwaspadai kehalalannya yang kami rangkum dari majalah Jurnal Halal dan kabarislam.com:
[B]I.[/B][B]Bahan-bahan Yang Meragukan atau Perlu Dikritisi[/B]
[B]Terigu[/B]
Terigu yang memang berasal dari gandum pada dasarnya halal. Namun bahan baku berbagai makanan olahan ini oleh produsen diberi bahan tambahan agar menjadi produk yang lebih baik. Salah satu bahan yang ditambahkan ke terigu adalah [I]L-sistein (hidroklorida)[/I]. Sesuai fungsinya sistein digunakan untuk memperbiki sifat-sifat gandum, bahan-bahan ini dapat melunakkan gluten. Sehingga adonan lebih lembut dan volume pengembangannya lebih besar.
Bahan sistein perlu dicermati kehalalannya, karena bisa diperoleh dari rambut manusia. Namun Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa bahwa setiap bagian tubuh manusia haram dikonsumsi. Sistein bisa pula berasal dari bulu bebek dan harus dipastikan bebek ini disembelih secara Islam, sehingga halal. Bahan sistein juga bisa berasal dari produk
mikrobial, namun harganya lebih mahal. Konsumen hanya perlu berhati-hati terhadap terigu impor, karena semua produk terigu lokal sudah disertifikasi halal.
[B]Roti[/B]
Roti ternyata memiliki titik kritis keharaman yang perlu dicermati. Selain titik kritis terigu, bahan lain yang perlu dicermati adalah pengembang roti seperti soda kue, [I]baking
powder[/I], atau ragi ([I]yeast/gist[/I]).
Ragi merupakan jasad renik (mikroorganisme) jenis [I]saccaromyces cerevisiae[/I]. Jika ada air dalam jumlah yang cukup dan ada gula sebagai sumber makanan bagi ragi, maka ragi tersebut akan dapat tumbuh, dan sekaligus mengubah gula menjadi karbondioksida dan senyawa beraroma. Karbondioksida tersebut akan tertahan di dalam gluten. Alhasil adonan pun mengembang.
Hal yang perlu diperhatikan adalah ragi yang banyak dijual di pasar swalayan, yakni ragi instan. Ragi ini berbentuk kering dan biasanya mendapat bahan tambahan berupa anti gumpal atau [I]anticaking agent, [/I]guna mencegah penggumpalan ragi kering tersebut selama disimpan. Antigumpal E542 (edible bone phosphate) berasal dari tulang hewan; E570 (asam stearat) dan E572 (magnesium stearat)..
Asam stearat secara industri dapat diperoleh dari hewan atau tanaman. Sedangkan
magnesium stearat berbahan dasar asam stearat. Selain itu bahan pengembang yang menjadi perhatian adalah asam tartarat atau tartaric acid. Tartaric acid bersifat syubhat, karena selain bisa berasal dari bahan kimia sintetik, juga berasal dari hasil samping minuman keras. Jika berasal dari hasil samping minuman keras, berarti haram.
Bahan lain yang perlu diwaspadai adalah [I]shortening[/I] yang memang berasal dari lemak, bisa nabati bisa juga hewani. Dari hewani yang paling rawan berasal dari lemak babi
([I]lard[/I]). Kemungkinan berikutnya adalah lemak sapi ([I]tallow[/I]), yang harus dipastikan adalah sapinya disembelih secara Islam.
Bahan lain yang perlu mendapat perhatian adalah [I]dough[/I] [I]conditioner[/I], yang berfungsi melembutkan adonan, mengembangkan adonan, atau bisa juga memperpanjang umur simpan. Multifungsi bahan tersebut karena hadirnya beberapa bahan sekaligus yakni L-sistein, tepung kedelai, asam askorbat, lemak, gula, pengawet dan [I]emulsifier.[/I] Karena
kehadiran L-sistein, lemak dan emulsifier, maka status [I]dough conditioner[/I] menjadi syubhat.
[B]Margarin[/B]
Makanan lain yang perlu dicermati titik keharamannya adalah margarin, yang bahan pemurniannya digunakan bahan [I]adsorben[/I] (penyerap kotoran dan warna) untuk proses [I]dekolorisasi[/I] atau [I]bleaching ([/I]pemucatan). Bahan yang digunakan dapat berupa [I]ble-aching earth, [/I] dapat juga berupa arang aktif. Arang aktif bisa berasal dari kayu atau tempurung kelapa, atau tulang. Tulang tersebut bisa saja tulang babi atau tulang sapi yang tidak disembelih secara Islam.
Titik kritis haram berikutnya terletak pada bahan tambahan. Margarin berasal dari minyak/lemak tanaman, namun untuk pembuatannya perlu ditambah bahan lain seperti pengemulsi, vitamin, perisa ([I]flavor[/I]), pewarna, pengawet, dan lain-lain. Bahan-bahan itulah yang perlu dikritisi.
Teknologi telah memungkinkan untuk dapat mencampurkan air dengan lemak secara homogen dan tak terpisahkan dengan cara menambahkan bahan yang disebut pengemulsi atau [I]emulsifier. [/I]Bahan pengemulsi merupakan mono atau digliserida yang berasal dari proses hidrolisis lemak hewani ataupun nabati.Bila berasal dari lemak hewani dapat saja berasal dari lemak babi, atau lemak sapi yang disembelih tidak dengan syariat Islam. Atau, kalaupun dari lemak nabati, proses hidrolisis untuk menghasilkan pengemulsi dapat saja menggunakan enzim yang berasal dari bahan-bahan yang haram, seperti enzim lipase yang berasal dari pankreas babi.
Bahan-bahan lain yang perlu diwaspadai adalah perisa atau [I]flavor [/I]yang merupakan bahan kompleks yang memberikan cita rasa dan aroma tertentu. Bahan-bahan dasar dari flavor dapat berasal dari senyawa-senyawa kimia sintetis atau bahan-bahan alami tanaman dan hewan) yang dapat saja berasal dari bahan-bahan yang haram
Untuk memperkaya nilai gizinya, margarin sering ditambahi bahan-bahan suplemen seperti vitamin, di mana sebagian merupakan produk fermentasi yang untuk menjaga kestabilannya terkadang dilakukan pelapisan dengan gelatin.
Gelatin berasal dari hewan, bisa babi atau sapi yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Untuk memastikan bahwa margarin tersebut halal, pilihlah margarin yang telah bersertifikat MUI.
[B]Keju[/B]
Keju adalah produk olahan susu, di mana susu adalah sumber protein hewani yang halal. Namun ketika sudah menjadi keju, maka produk olahan susu ini menjadi syubhat hukumnya hingga dipastikan bahwa produk keju tersebut menjadi aman dari segi kehalalannya. Syubhat, adalah kondisi belum terdapatnya keputusan hukum atas status kehalalan suatu bahan, zat, atau produk. Untuk konteks produk keju, harus ada upaya atau aktivitas untuk membuktikan sehingga status kehalalannya menjadi jelas.
Produk keju, terbuat dari susu dan bahan tambahan lainnya seperti kultur bakteri, enzim dan perwarna. Bahan-bahan tambahan tersebut harus diteliti sumbernya, terutama enzim dan kultur bakteri. Enzim rennet yang biasa digunakan dapat berasal dari hewan ataupun diproduksi secara mikrobial. Jika berasal dari hewan maka sumber hewan dan proses penyembelihannya harus menjadi fokus utama dari penelusuran kehalalannya. Sedangkan jika diproduksi secara mikrobial, maka harus jelas media yang digunakan untuk pertumbuhan dan produksinya.
[B]Bumbu Dapur [/B]
Ada banyak merek bumbu peyedap masakan beredar di pasaran. Namun, yang patut
dicermati adalah penyedap rasa Monosodium Glutamat atau Mononatrium Glutamat (MSG). Bahan ini adalah produk mikrobial yang pertumbuhan bakterinya bisa saja melalui media yang haram. Beberapa merek sudah medapat sertifikat halal dari MUI, karena menggunakan bahan-bahan yang dipastikan halal.
Dalam kelompok bumbu dapur terdapat angciu dan kecap. Angciu adalah sejenis arak yang dipakai untuk tumisan masakan, dan bahan ini jelas haram. Sedangkan bahan tambahan kecap berasal dari bahan nabati yakni kedelai yang pada dasarnya halal. Namun proses pembuatan kecap melalui berbagai tahapan dan melibatkan bahan-bahan tambahan.
Dalam proses pembuatan kecap, kedelai difermentasi dalam dua tahap, tahap fermentasi koji dan fermentasi moromi. Pada fermentasi koji, kedelai yang sudah direbus ditambahi kapang
yakni sejenis jamur dan dibiarkan beberapa hari. Sedangkan fermentasi moromi prosesnya lebih alami, sebab kedelai yang sudah ditumbuhi jamur direndam dalam larutan garam pekat.
Ada kecap yang dalam tahap akhir fermentasinya ditambahi [I]yeast[/I], yakni [I]starter [/I]yang digunakan pada pembuatan minuman keras. Sehingga kecap yang dihasilkan akan mengandung alkohol sekitar dua persen. Meski dilakukan perebusan alkohol ini tidak hilang dan biasanya tersisa sekitar 1,6 persen. Jika menilik fatwa MUI, kandungan alkohol di atas satu persen saja sudah cukup menjadikannya khamar atau minuman keras.
Saat ini sudah banyak kecap yang bersertifikat halal, yang harus diwaspadai adalah kecap impor dari China dan Jepang yang biasanya ditambahi [I]mirin[/I], yakni campuran sake dan gula yang beraroma lebih manis.
[B]II.[/B][B]Bahan-bahan Berstatus HARAM[/B]
Beberapa produk dan atau bahan baku ([I]ingredient[/I]) penyusun produk makanan, obat, dan kosmetika tersebut di antaranya adalah:
[B]Angciu.[/B]
Angciu sering sekali dipakai dalam mengolah [I]seafood[/I] (makanan hasil laut), c[I]hinese food [/I](masakan cina), [I]japanese food[/I] (masakan jepang), bakmi ikan, bakso ikan, dll. Ang ciu ini bermanfaat untuk menghilangkan bau amis pada masakan ikan, sekaligus mampu mempertahankan aroma ikannya. Istilah dalam bahasa Inggris untuk ang ciu ini adalah [I]red wine[/I] dan dalam bahasa Indonesia berarti anggur merah/arak merah. Oleh karena
merupakan arak ([I]wine[/I]), maka dipastikan ang ciu ini haram dikonsumsi oleh orang Islam. Produk lain yang memiliki fungsi mirip ang ciu adalah arak putih, arak mie, dan arak gentong.
[B]Emulsifier E471. [/B]
Emulsifier banyak jenisnya. Yang cukup terkenal dan sering dipakai adalah Lesitin dan E-number (Exxx). Telah diketahui oleh banyak ilmuwan di bidang peternakan, bahwa E471 adalah emulsifier yang berasal dari babi.
Hal ini insya Allah dapat diketahui (dianalisis) dengan menggunakan analisis PCR. Analisis ini cukup efektif dalam mendeteksi kandungan babi dalam suatu bahan. Hampir dapat dipastikan apabila suatu bahan makanan mengandung babi, maka tidak akan dapat lolos karena yang dideteksi adalah DNA babi.
[B]Lesitin. [/B]
Lesitin merupakan salah satu bahan pengemulsi makanan. Bahan ini dapat berasal dari bahan nabati (tumbuhan) dan dapat pula dari bahan hewani. Bahan nabati yang paling sering dipakai dan disukai karena kualitasnya adalah kedelai, sehingga digunakan istilah [I]Soy Lechitine[/I] atau [I]Soya Lechitine[/I] ([I]Soja Lechitine[/I]). Bahan hewani yang paling sering
dipergunakan adalah dari babi. Di samping karena kualitasnya yang paling baik, juga karena harganya relatif murah.
Hasil produk makanan yang menggunakan lesitin babi sangat bagus, rasanya gurih, nikmat, teksturnya lembut/ lunak, dll. Oleh karena teknologi makanan ([I]bakery[/I], dll) sudah sedemikian maju, maka apabila lesitin yang dipakai oleh suatu perusahaan berasal dari kedelai, maka mereka tidak akan mau ambil risiko produknya tidak akan laku dijual (dihindari konsumen [LINK=http://www.kabarislam.com]Muslim[/LINK] dan para vegeterian).
Untuk itu, apabila mereka menggunakan kedelai, maka akan langsung mencantumkan identitas „kedelai‟ untuk mendampingi lesitin. Sehingga berhati-hatilah bila kita menjumpai suatu produk yang hanya ditulis „lesitin‟ saja, tanpa embel-embel soja, soy, atau soya, karena bisa jadi lesitin tersebut berasal dari babi.
[B]Rhum. [/B]
Rhum adalah salah satu derivat alkohol yang dapat digolongkan dalam kelompok khamar. Rhum sering sekali terlibat dalam proses pembuatan roti ([I]bakery[/I]).
Jenis rhum yang paling sering dipergunakan adalah rhum semprot dan rhum oles(Toffieco, Jamaica[B], [/B]dll). Rhum amat sering pula dipakai dalam pembuatan roti Black Forest. Di toko bahan roti, nama rhum ini sedemikian harum, seharum baunya yang menyengat,
sebagaimana umumnya bahan lain yang berasal dari alkohol. Oleh karena termasuk dalam kategori khamar, maka umat Islam dilarang menggunakan rhum ini.
[B]Lard. [/B]
Lard adalah istilahkhusus dalam bidang peternakan untuk menyebutkanlemak babi. Bahan ini sering sekali dimanfaatkan dalam proses pembuatan kue/rotikarena mampu membuat roti/kue menjadi lezat, nikmat, renyah, lentur, dll.
Oleh karena merupakan bahan yang berasal dari babi, maka secara otomatis lard ini dihukumi haram. Di Australia, salah seorang dosen senior di Fakultas Peternakan UGM pernah
menemukan tulisan lard dengan huruf Arab. Akan tetapi, tentunya meskipun ditulis dengan huruf Arab, tidak serta merta menjadi lard ini halal.
[B]Kuas Bulu Putih (Bristle). [/B]
BPS melaporkan bahwa pada periode Januari – Juni 2001, Indonesia mengimpor “[I]Boar Bristle dan Pig/Boar Hair[/I]” sejumlah 282,983ton atau senilai $ USD 1.713.309. Apa yang menarik?
Sekadar tahu, Anping adalah perusahaan yang memiliki sejarah 400 tahun dalam memproses bristle dan bulu ekor hewan. Perusahaan ini merupakan pusat distribusi terbesar bulu ekor hewan di utara Cina. Disebutkan, sekitar 50.000 orang lebih yang bergabung dalam proses produksinya dan memiliki lebih dari 1.000 [I]workshop[/I] yang menyebar di berbagai negara. Kata kunci yang menunjukkan identitas kuas putih ini adalah tulisan [B]Bristle[/B] pada gagang kuas, yang dalam Kamus Webster berarti pig hair (bulu babi).
Berdasarkan hasil survei Tim Jurnal Halal, maka untuk membedakan apakah bulu kuas yang kita pergunakan berasal dari bulu/rambut babi atau yang lain dilakukan dengan cara yang sangat mudah dan sederhana. Bulu binatang mengandung suatu protein yang disebut keratin. Keratin merupakan salah satu kelompok protein yang dikenal sebagai protein serat.
Sebagaimana halnya protein, maka rambut/bulu yang mengandung keratin saat dibakar akan menimbulkan bau yang khas. Bau khas tersebut sama ketika kita mencium aroma daging yang dipanggang.
Sementara bila kuas itu terbuat dari ijuk, sabut, atau plastik, maka pasti tidak akan
mengeluarkan aroma spesifik selain bau abu pembakaran. Ketika dibandingkan dengan sapu ijuk dibakar jelas sekali terdapat perbedaan bau yang sangat kentara.
Karena terbuat dari bulu babi, maka kuas tersebut najis, sehingga bila dipergunakan untuk mengoles roti, maka roti tersebut terkena najis. Singkatnya, benda najis hukumnya haram dimakan.
[B]Alkohol (dan Derivatnya) dalam Obat.[/B]
Beberapa macam obat ([I]influenza[/I]) yang tercatat menggunakan alkohol atauderivatnya (turunannya, seperti : ethanol, dll) adalah Vicks : Vicks Formula 44, OBH : OBH Combi Plus, Woods, Benadryl, Actifed, Tonikum Bayer.
[B]Urine dan Organ Dalam. [/B]
Komisi Fatwa MUI Pusat mengeluarkan Fatwa Munas No. 2 Tgl. 30 Juli 2000 pada Munas VI – Majelis Ulama Indonesia Tahun 2000 di Jawa Barat bahwa urine, keringat, darah, dan organ tubuh yang telah keluar dari tubuh manusia haram dikonsumsi. Selain itu, seluruh organ tubuh manusia haram dipakai dalam pembuatan makanan, obat, dan kosmetika.
[B]Daging dan Jeroan Impor. [/B]
Hati-hati ketika membeli produk daging beku di supermarket (mall, dll). Sebelum membeli daging, hendaklah kita tanyakan pada penjual (penjaga/pramuniaganya), dari manakah daging beku tersebut berasal.
Pemerintah Swizerland tidak mengizinkan penerapan syariat Islam maupun Yahudi dalam penyembelihan ternak. Untuk itu, karena ternak (sapi, kambing, dll) tidak disembelih sebagaimana syariat Islam, maka daging tersebut menjadi haram dimakan.
Lain hal dengan New Zealand (Selandia Baru). Di negara tersebut syariat Islam dalam penyembelihan telah ditegakkan. Namun sayangnya, seringkali jeroannya tidak terawasi dengan baik dan sering bercampur dengan produk haram.
[B]Cokelat Impor.[/B]
Ketika kita mendapatkan oleh-oleh cokelat dari teman yang pulang dari luar negeri terkadang kita sering terlalu senang dan kurang berhati-hati. Tanpa membaca [I]ingredients[/I]-nya (bahan baku), maka kita sering langsung menyantapnya. Tentunya bukan cokelatnya yang diharamkan! Akan tetapi, seringkali di beberapa negara di Eropa dan Amerika, produsen pembuat cokelat sering mencampurkan alkohol, [I]brandy[/I], dll. Padahal kesemuanya itu jelas termasuk dalam kelompokkhamar yang diharamkan bagi umat Islam[B][I].[/I][/B]Untuk itu, apabila kita temukan dalam daftar ingredients-nya ada bahan yang haram, maka selaku umat Islam yang taat pada Syariat Islam, maka makanan tersebut harus kita tinggalkan (tidak kita santap).
[B]Roti Black Forest.[/B]
Mutiara Dahlia, M.Kes, dosen program Tata Boga Universitas Negeri Jakarta, dalam resep standarnya, penggunaan rhum memang tak dapat dielakkan. Black Forest merupakan jenis kue yang menggunakan rhum dalam kadar paling tinggi dibandingkan jenis kue lainnya, yaitu sekitar 50 cc.
[B]Plasenta dalam Kosmetik. [/B]
Kosmetik La-Tulipe produksi PT. Rembaka – Sidoarjo, Jawa Timur dan Musk by Alyssa Ashley menggunakan plasenta manusia. Plasenta (organ dalam) manusia haram dipergunakan sebagai bahan kosmetika (lihat Bab Urine dan Organ Dalam).
[B]Lain-Lain[/B]
Selain bahan- bahan makanan di atas ada juga bahan- bahan makanan tambahan yang biasanya dipakai untuk pembuatan kue, minuman dan lain lain.