• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Hse Dan Csr Perusahaan Pertambangan Dan Migas Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kegiatan Hse Dan Csr Perusahaan Pertambangan Dan Migas Di Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN HSE DAN CSR PERUSAHAAN

PERTAMBANGAN DAN MIGAS DI INDONESIA

---MAKALAH---

UNTUK MEMENUHI TUGAS MAKALAH SEMESTER III

MATA KULIAH TEKNIK MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

Oleh

Muhammad Bima Perkasa Alam

270110130032

Kelas D

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Kegiatan HSE Dan CSR

Perusahaan Pertambangan Dan Migas Di Indonesia, mata kuliah Teknik

Manajemen Kewirausahaan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Jatinangor, 11 Oktober 2014

Muhammad Bima Perkasa Alam NPM: 270110130032

(3)

ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Penulisan ... 2 BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Health, Safety, and Environment (HSE) ... 3

2.1.1 Peran HSE ... 5

2.1.2 Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) ... 6

2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 8

2.2.1 Manfaat CSR Bagi Masyarakat ... 9

2.2.2 Manfaat Bagi Perusahaan Pertambangan dan Migas ... 9

BAB III PENUTUP ... 11

3.1 Kesimpulan ... 11

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam membangun suatu perusahaan pertambangan dibutuhkan berbagai macam kebijakan dan komitmen yang dapat mendukung majunya suatu perusahaan tersebut. Hal-hal kecil tidak bisa dianggap sepele. Persoalan dimana perusahaan dimana dibangun akan berpengaruh pada perkembangan suatu perusahaan. Dengan memikirkan semua persoalan yang terbesar hingga yang terkecil sekalipun akan berpengaruh pada kemajuan suatu pertambangan.

Semua ini tidak terlepas dari pencapaian yang ingin diraih. Oleh karena itu dibutuhkan keselamatan dan kesejahteraan, baik itu dalam masyarakat perusahaan atau pun masyarakat disekitar pembangunan perusahaan pertambangan itu sendiri. Keselamatan dalam bekerja sangat vital. Dalam pembangunannya segala macam risiko akan keselamatan perlu diperhatikan agar semua dapat berjalan dengan lancar.

Keselamatan bekerja sangat diperlukan mengingat pekerjaan di dunia pertambangan bisa dikatakan cukup “keras”. Jika menghiraukan hal ini dipastikan suatu pertambangan akan tidak aman sebab setiap hari akan ada saja yang celaka. Sehingga terciptalah suatu divisi Health, Safety. and Environment yang akan dibahas dalam makalah ini.

Selain itu permasalahan kebijakan mengenai kesejahteraan sosial dalam masyarakat dalam perusahaan dan masayarakat luar di lingkungan sekitar perusahaan. Sebab itulah terbentuk divisi Corporate Social Responsibility yang akan dibahas juga dalam makalah ini.

(5)

2 1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan HSE? 2) Apa yang dimaksud dengan CSR?

3) Apa peran HSE dan CSR dalam pertambangan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1) Mengerti maksud dan tujuan terbentuknya HSE dan CSR 2) Mengerti peran HSE dan CSR dalam dunia pertambangan

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Health, Safety, and Environment (HSE)

HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan, manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program HSE disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE Migas.

HSE bukan merupakan suatu standard. Namun dalam menerapkan HSE kita perlu mengadopsi beberapa standard. Untuk sektor minyak dan gas, beberapa standard tentang HSE yang dapat dipakai adalah :

 API RP 750, tentang Process Safety Management

 OSHA CPR 119.10. 110, tentang Process Safety Management

 OHSAS 18001, tentang Occupational Health and Safety

 Kepmenaker tentang SMK3

 NFPA, National Fire Protection Association

 NEC, National Electrical Code

 LSC, Life Safety Code

HSE distrukturkan secara sistematis sebagai sebuah sistem manajemen sebuah organisasi untuk mencapai tujuan, sasaran dan visinya dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja serta Lingkungan. Sebagai sebuah sistem, maka ini adalah panduan dan aturan main bagi semua jajaran baik tim manajemen maupun pekerja dan sub lini organisasi yang ada dalam organisasi/perusahaan.

(7)

4

Beberapa perusahaan mengintegrasikan sistem manajemen HSE ini dengan Sistem Manajemen Sekuriti (Security) dan/atau Mutu (Quality). Bahkan ada yang mengintegrasikan dengan semua aspek, spt. HR, Finance, Marketing dll, sehingga terkadang nama sebuah sistem tidak lah terlalu penting, karena yang essential adalah refleksi dari sistem itu sendiri dalam implementasinya.

Sebagai sebuah sistem manajemen modern, maka dokumentasi untuk panduan dan pengimplementasian harus disusun dan disahkan untuk digunakan. Jenis dan tipe dokumen-dokumen tersebut tergantung dari ukuran organisasi, jenis usaha, kompleksitas proses yg terlibat dalam organisasi tersebut, tetapi paling tidak secara umum dokumen-dokumen tersebut adalah :

 Kebijakan HSE dan/atau Sekuriti dan/atau Mutu

 Proses-proses yang diperlukan untuk operasional perusahaan dan pengendaliannya.

 Prosedur-prosedur yang dibutuhkan untuk mendukung point 2

 Panduan/guideline

 Form-form isian yang berguna untuk kerangka pencatatan sebuah aktifitas atau bukti pencapaian sebuah proses tertentu.

Untuk hal di atas, sudah ada standard-standard International/National HSE seperti:

 ISO 14001 untuk Sisten Manajemen Environment

 OHSAS 18001 untuk Occupational Health and Safety.

 OSHA untuk Occupational Health and Safety

 K3 untuk Occupational Health and Safety (standard Depnaker – Indonesia)

(8)

5

Di beberapa Perusahaan besar dan Perusahaan Oil & Gas, fungsi HSE ditempatkan di- leher Direktur atau Dir.Utama, tujuannya agar HSE tidak memihak ke-salah satu fungsi dalam suatu organisasi / independent.

Di beberapa perusahaan HSE ini disebut pula SHE dibawah divisi QHSE. Karena yang diutamakan adalah Safety First. Jadi SHE merupakan singkatan dari Safety, Health and Environment dengan motto "Safety 4 Business" dimana divisi QHSE langsung dibawah kontrol Direktur.

Untuk dasar landasan HSE biasanya mengacu pada aturan sistem K3LH yang dikeluarkan oleh Kemnaker dengan gabungan beberapa aturan yang dikeluarkan oleh holding.

2.1.1 Peran HSE

Penerapan aspek Health, Safety and Environment (HSE) secara sempurna adalah keniscayaan bagi perusahaan berkelas dunia. Bagi suatu perusahaa, komitmen tinggi perusahaan terhadap HSE terwujud dalam dukungan semua pihak dalam membudayakan HSE di lingkungan kerja pada setiap kegiatan operasinya. Dalam upaya mencapai HSE Operating Excellence, suatu perusahaan pertambangan sebagai induk perusahaan mengeluarkan kebijakan HSE agar terlaksananya sistem pengelolaan HSE yang terintegrasi dengan kegiatan operasi yang aman, andal, efisien dan berwawasan lingkungan. Kebijakan tersebut menghimbau agar seluruh manajemen lini maupun para pekerja agar bersungguh-sungguh dalam:

 Memberikan prioritas pertama untuk aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan.

 Mengidentifikasi potensi bahaya dan mengurangi resikonya serendah mungkin untuk mencegah terjadinya insiden.

 Menggunakan teknologi terbaik untuk me-ngurangi dampak dari kegiatan operasi terhadap manusia, aset dan lingkungan.

 Menjadikan kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan dalam penilaian dan penghargaan terhadap semua pekerja.

(9)

6

 Meningkatan kesadaran dan kompetensi pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan benar dan aman.

 Menciptakan dan memelihara harmonisasi hubungan dengan stakeholder di sekitar kegiatan usaha untuk membangun kemitraan yang saling menguntungkan.

Setiap perusahaan menyadari bahwa setiap kegiatan usaha terutama di bidang energi berpotensi menimbulkan dampak/risiko bahaya yang dapat berakibat negatif atau fatal terhadap pekerja, aset, dan lingkungan hidup. Berbagai usaha terus dilakukan untuk meminimalisasi dampak-dampak tersebut. Selain itu perusahaan juga terlibat secara aktif dalam mensosialisasikan prinsip-prinsip HSE demi meningkatkan kepedulian pekerja dan pekarya terhadap aspek HSE.

2.1.2 Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3)

Dunia usaha saat ini mulai disibukkan dengan adanya sejumlah persyaratan dalam perdagangan global, yang tentu akan menambah beban bagi industri. Persyaratan tersebut adalah kewajiban melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 87. Persyaratan ini sebenarnya sebuah kewajiban biasa, bukan beban yang harus ditanggung setiap perusahaan. Kewajiban karena seharusnya sudah diperhitungkan sebagai investasi perusahaan. Dianggap sebagai beban karena belum seluruh perusahaan melakukannya.

Kemajuan teknologi kian berkembang pesat, namun di sisi lain turut menjadi penyebab masalah pada keselamatan dan kesehatan kerja. Masalah ini harus sesegera mungkin diatasi, karena cepat atau lambat dapat menurunkan kinerja dan produktivitas suatu perusahaan baik pada sumber daya maupun elemen lainnya. Oleh karena itu sangat penting bagi suatu perusahaan untuk menerapkan. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05.MEN/1996.

(10)

7

Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi stuktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. SMK3 adalah standar yang diadopsi dari standar Australia AS4801 ini serupa dengan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001, standar ini dibuat oleh beberapa lembaga sertifikasi dan lembaga standarisasi kelas dunia. SMK3 merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan yang ada dan berlaku yang berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. SMK3 merupakan sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai sehingga kesesuaian terhadapnya menjadi obyektif. SMK3 digunakan sebagai patokan dalam menyusun suatu sistem manajemen yang berfokus untuk mengurangi dan menekan kerugian dalam kesehatan, keselamatan dan bahkan properti.

Diharapkan melalui penerapan sistem ini perusahaan dapat memiliki lingkungan kerja yang sehat, aman efisien dan produktif. SMK3 bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab dan potensi kecelakaan kerja sebagai acuan dalam melakukan tindakan mengurangi risiko. Selain itu, penerapan SMK3 membantu pimpinan perusahaan agar mampu melaksanakan standar K3 yang merupakan tuntutan masyarakat nasional dan internasional.

Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efeketif, karena SMK3 mempunyai elemen-elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam suatu organisasi atau perusahaan.Sistem Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa system itu dapat berperan dan berfungsi dengan baik serat berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.

(11)

8 2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan.

Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena :

1) Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat setempat.

2) Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang. 3) Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan

CSR yang dirancang oleh korporat.

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:

1) Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan masyarakat sekitarnya.

2) Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan. 3) Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya

(12)

9 4) Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik

5) Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya. 2.2.1 Manfaat CSR Bagi Masyarakat

CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat, ini akan sangat tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan CSR membutuhkan dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa harus melakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat ini. Di tengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia, pemerintah harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melalui CSR (Corporate Social Responsibilty). Pemerintah bisa menetapkan bidang-bidang penanganan yang menjadi fokus, dengan masukan pihak yang kompeten. Setelah itu, pemerintah memfasilitasi, mendukung, dan memberi penghargaan pada kalangan bisnis yang mau terlibat dalam upaya besar ini. Pemerintah juga dapat mengawasi proses interaksi antara pelaku bisnis dan kelompok-kelompok lain agar terjadi proses interaksi yang lebih adil dan menghindarkan proses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap yang lain.

Intinya manfaat CSR bagi masyarakat yaitu dapat mengembangkan diri dan usahanya sehingga sasaran untuk mencapai kesejahteraan tercapai.

2.2.2 Manfaat Bagi Perusahaan Pertambangan dan Migas

 Meningkatkan Citra Perusahaan

Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.

(13)

10

 Memperkuat “Brand” Perusahaan

Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan.

 Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan

Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.

 Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya

Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama.

 Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan

 Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.

(14)

11 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Keselamatan kerja di pertambangan dan migas adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja . HSE merupakan hal penting yang tidak bisa di pisahkan dari kehidupan sehari hari, setiap gerakan yang kita lakukan selalu bersangkutan dengan namanya HSE, HSE atau K3L (Keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan) di indonesia masih bisa dibilang belum terlalu familiar dan hanya di lakukan di beberapa perusahan besar milik pemerintah ataupun swasta.

Demikian juga dengan CSR sangat dibutuhkan dalam perusahaan pertambangan ataupun. Dengan adanya CSR masalah kesejahteraan sosial dalam dunia usaha pertambangan yang meliputi masalah internal maupun eksternal akan ter-maintainance dengan baik.

(15)

12 DAFTAR PUSTAKA http://elzendal.blogspot.com/2014/09/hse-dan-kehidupan-sehari-hari.html http://beritaid.blogspot.com/2011/05/manfaat-csr-bagi-perusahaan.html http://ramadhanaga.blogspot.com/2013/10/pengertian-csr-manfaat-bagi-masyarakat.html http://seputar-mahasiswa.blogspot.com/2013/10/pengertian-csr-manfaat-csr-dan_3763.html http://www.pertagas.pertamina.com/Komitmen/HSE/tabid/91/language/id-ID/Default.aspx http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/04/apa-itu-hse.html http://sheronggolawe.blogspot.com/

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2012) dengan menggunakan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI pada

Nilai standar deviasi variabel growth 0.175 dan nilai mean sebesar 0.013 yang dimana ada beberapa perusahaan pertambangan batu bara yang memiliki hasil perhitungan

LEVERAGE , PROFITABILITAS, DAN GROWTH TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR) PERUSAHAAN STUDI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI (BURSA

10 “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Disisi lain nilai likuiditas suatu perusahaan pertambangan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dikarenakan pengelolaaan aset lancar yang dimiliki oleh

Bank  X beradaptasi dan melakukan  praktik kebijakan  bisnis  dan  investasi  yang  mendukung  tujuan  sosial  untuk  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat 

Pasal 51 Peraturan Pemerintah Repulbik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN. DI BEI