• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Batu Kapur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Batu Kapur"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

70

Karakterisasi Sifat Fisika Batu Kapur Di Desa Labaha

Kecamatan Watopute Kabupaten Muna

La Hamimu, Hasria, Jahidin Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Haluoleo

Abstract

Telah dilakukan penelitian Karakterisasi Sifat Fisika Batu Kapur di Desa Labaha Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sifat fisika batu kapur. Penelitian dilakukan pada lima titik sampel batu kapur. Parameter yang menjadi objek analisis laboratorium adalah specifit grafity, kerapatan, kekerasan, kadar air , angka pori, porositas dan derajat kejenuhan batu kapur. Melalui Hasil uji laboratorium dan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai rata- rata specifit grafit (Gs) adalah 2,14, kerapatan batu kapur untuk kondisi lepas diperoleh hasil rata-rata 28,41 %, kekerasan diperoleh hasil impact tes rata- rata 25,254%, pengujian angka pori rata- rata 0,98, porositas rata-rata 49,63%, dan nilai rata-rata derajat kejenuhan Sr = 8,11%.

Kata kunci : Batu kapur, Mineral, Muna, Sifat fisik, Watopute Abstract

Physical properties of lime stone in Labaha village of Watopute sub distric Muna regency have been characterized. The purpose of the research was the setermonation of the physical properties of limestone. Laboratory test used five samples of limestone. Parameters that bcoming as analysis object of laboratory were specific gravity, bulk density, impact test, moisture content, void ratio, porosity and also degree of saturation from limestone. The result laboratorytest and calculation show that the average of specific gravity (Gs) is 2.14, the average of bulk density for solid condition is 1.14 gr/cm3 , and the average of moisture content is 28.41%. while, the average result of impact test is 25.254%, the average result rate void ratio is 0.98, the average result of porosity is 49.63%, and the average result of degree of saturation is 8.11%. Keywords : Limestone, Mineral, Muna, Physical Properties, Watopute

1. PENDAHULUAN

Provinsi Sulawesi Tenggara banyak mengandung bahan tambang dan sumber energi yang merupakan potensi dan sumber pendapatan daerah (PAD). Pada tahun 1983 Departemen Pertambangan dan Energi Sulawesi Tenggara telah melakukan survei bahan galian dan sumber energi di daerah Moramo, Wawonii dan Pulau Muna. Kemudian pada tahun 1986 di lanjutkan penelitian di daerah Kabupaten Muna, Kabupaten Kendari, dan Kabupaten Kolaka. Dari hasil survei yang dilakukan diketahui bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki bahan galian seperti biji nikel, aspal, batu gamping, dolomite, pasir kuarsa, minyak bumi dan batu kapur.

Beberapa jenis tambang di atas telah diolah, seperti nikel di daerah Pomalaa, Lasolo, Lasusua, Pakue dan Pulau Kabaena

yang dikelolah PT. Antam dan PT. Inco. Aspal di Buton di kelola oleh PT. Sarana Karya. Diantara bahan galian tersebut ada yang belum diolah secara optimal dan efektif, salah satunya adalah batu kapur.

Di Desa Labaha Kecamatan Watopute Kabupaten Muna terdapat lahan batu kapur yang cukup luas. Batu kapur di desa ini belum diolah secara efisien, sehingga pemanfaatannya belum maksimal. Selama ini hanya digunakan secara tradisional untuk bahan bangunan dan kapur pertanian.

Penggunaan batu kapur sekarang ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya. Penggunaan tersebut diantaranya merupakan bahan baku penting yang digunakan dalam berbagai industri kertas, industri cat, dan industri semen. Selain itu dapat juga digunakan sebagai bahan bangunan, bahan

(2)

lapisan pondasi pengerasan jalan, campuran aspal, di sektor pertanian, pembuatan karbit dan lain- lain [6].

Melihat besarnya potensi batu kapur yang ada di Sulawesi Tenggara khusunya di Desa Labaha Kecamatan Watopute Kabupaten Muna, maka perlu dilakukan penelitian terhadap batu kapur tersebut. Penelitian yang dilakukan yaitu berupa karakterisasi sifat- sifat fisika batu kapur yang meliputi specifit grafity, kerapatan, kekerasan, kadar air, angka pori, porositas, dan derajat kejenuhan. Dengan mengetahui sifat- sifat fisika tersebut maka pihak industri dapat memanfaatkan batu kapur tersebut sesuai dengan komposisi dari sifat- sifat fisika tersebut

2. DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Umum Batu Kapur dan Kegunaannya

Batu kapur merupakan mineral karbonat, dapat terjadi dari penguapan langsung air laut atau melalui binatang yang dipisahkan oleh air laut untuk membuat cangkang. Selain itu, batu kapur juga terdiri dari sisa-sisa organik misalnya rumah kerang [13].

Batu kapur yang mengandung magnesium, lempung dan pasir merupakan unsur yang mengendap bersama- sama pada saat proses pengendapan sehingga unsur- unsur tersebut disebut sebagai pengotor. Pengotor ini memberikan klasifikasi jenis batu kapur, apabila pengotornya magnesium maka batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai batu kapur dolomite (CaMg(CO3)2), begitu juga jika pengotornya lempung maka batu kapur tersebut disebut batu kapur lempungan., serta jika pengotornya pasir maka tersebut disebut batu kapur pasiran. Persentase unsur- unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap karakteristik batu kapur seperti warna, kerapatan, kekerasan, specific gravity dan lain- lain [6].

Pada umumnya batu kapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, dan secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang ada di alam terjadi secara organik. Batu kapur jenis ini berasal dari pengendapan cangkang kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, serta berasal dari kerangka binatang kerang. Batu kapur yang terbentuk secara mekanik

bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batu kapur yang terjadi secara organik. Yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batu kapur yang terjadi karena kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.

Tabel 1 Spesifikasi dan Kegunaan Batu Kapur Sifat fisik Nilai

karakterisasi spesifikasi Kegunaan Specific Gravity 2,07- 2,19 2-2,7 Digunakan pada industri cat Kerapatan

(1,01-1,21)gr/cm3 gr/cm(1-3) 3 Sebagai lapisan pondasi atas untuk jalan (0-2) gr/cm3 Untuk campuran beton Kadar air (24,52-32,87)% < 60% Penting untuk mesin pengolahan batu kekerasan (20,27-35,92)% < 50% Sebagai lapisan pemadatan pertama pada jalan raya Angka pori 0,89- 1,04 0-6 Untuk pemadatan lapisan jalan porositas (40-50) % Untuk pondasi

bawah lapisan pengerasan jalan > 98% Untuk bendungan Derajat kejenuhan (6,04-9,83)% (1-10) % Untuk pengerasan jalan (3-9) % Untuk menstabilkan tanah berpasir 2.2. Sifat- Sifat Fisika Batu Kapur

Sifat fisika mineral- mineral karbonat hampir sama satu dengan lainnya, maka tidak mudah untuk mengidentifikasinya. Karakteristik fisika yang menjadi acuan yang dapat diukur dan dibandingkan secara teoritis meliputi : warna, specific gravity, kerapatan, kekerasan, kandungan air, porositas, angka pori, dan derajat kejenuhan yang uraiannya sebagai berikut.

a. Warna

Warna batu kapur di pengaruhi oleh unsur- unsur pengotornya yaitu mulai dari yang berwarna putih susu, abu-abu muda, coklat bahkan hitam. Warna kemerah- merahan biasanya disebabkan oleh adanya unsur mangan dan warna kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsur organik [6].

(3)

b. Specific Gravity

Specific gravity suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara massa material kering yang volumenya sama dengan volume bahan dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Untuk mengetahui besarnya specific gravity bahan dari butiran bahan tersebut digunakan persamaan sebagai berikut :

𝐺𝑠 = 𝑚𝑠

𝑚𝑠−(𝑚1−𝑚2)....(1)

dimana : Gs = specific gravity ms = Massa

solid (gram), m1,m2 = massa butiran yang terendam dengan volume sama (gram)

c.Kerapatan (Bulk Density)

Kerapatan merupakan rasio/ perbandingan antara massa material dengan volume material tersebut, dengan persamaan sebagai berikut :

𝜌 = 𝑚2−𝑚1

𝑉 ...(2)

dimana : m1 = massa mould (gram), V = Volume mould (cm3), m2 = massa mould+massa sampel (gram). Kerapatan material ditentukan oleh massa jenis rata-rata dari mineral penyusun dan kemungkinan adanya pori antar butiran, yang mana semakin rapat butiran suatu batuan, maka akan semakin tinggi kerapatannya. Jadi kerapatan material dipengaruhi oleh ukuran butir [16].

d.Kadar Air (Moisture Content)

Dalam ilmu fisika kadar air didefinisikan sebagai rasio/ perbandingan massa air dalam material dengan massa butirannya, dengan persamaan sebagai berikut :

𝑤 = 𝑚𝑤

𝑚𝑠 𝑥100%....(3)

dimana w = kadar air/moisture content (%), mw = massa air (gram), ms = massa solid (gram). Berdasarkan persamaan ini kadar air merupakan variabel bebas, karena w konstant untuk kondisi butiran batuan dalam keadaan lunak (steady-state.) Secara teori kadar air alami untuk sebagian besar batuan biasanya dibawah 60% [2].

e.Angka Pori (Void Ratio)

Angka pori didefinisikan sebagai rasio/ perbandingan antara volume void dari suatu material/ bahan dengan volume solid dari bahan, dengan persamaan sebagai berikut :

𝑒 = 𝑉𝑣

𝑉𝑠...(4)

dimana : e = angka pori, Vv = volume void (cm3), Vs = volume solid (cm

3 ) f.Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan merupakan rasio antara volume air dan volume void dalam material dengan persamaan sebagai berikut :

𝑆𝑟 = 𝑉𝑤 𝑉𝑣

𝑥 100 % … . . (5)

dimana : Sr = derajat kejenuhan (%), Vw = volume cair (cm3), Vv = volume void (cm

3 ). Apabila material dalam kondisi kering (tidal mengandung air) maka derahat kejenuhan 0% dan apabila pori-pori terisi penuh oleh air maka derajat kejenuhan 100%, oleh karena itu batas- batas nilai Sr yang mungkin adalah 0≤Sr(%) ≤100 [10].

g. Kekerasan

Kekerasan adalah ketahanan atau kekuatan yang dimiliki material untuk tidak hancur atau pecah oleh pengaruh mekanis seperti tumbukan dan benturan, ketahanan material terhadap penghancuran diperiksa dengan pengujian impact dengan persamaan sebagai berikut :

𝑖𝑚𝑝𝑎𝑐𝑡𝑡𝑠 = 𝑚𝐴−𝑚𝐵

𝑚𝐴 x 100%...(6)

dimana : mA = massa material (gram), mB = massa material hancur (gram)[7]

h.Porositas (Porosity)

Porositas merupakan rasio/ perbandingan antara volume void dengan volume bahan seluruhnya, dengan persamaan sebagai berikut :

𝑛 = 𝑉𝑣

𝑉𝑡 𝑥 100%....(7)

dimana : n = porositas (%), Vv = volume void (cm3), Vt = volume total (cm3). Dalam perhitungan teknik nilainya sebagai desimal, tetapi dalam geoteknik dinyatakan dalam persen [10].

3. METODOLOGI

Anomali Sampel batu kapur diambil di Desa Labaha Kecamatan Watopute sebanyak lima titik sampel dengan jarak antar titik sampel 1 meter. Adapun langkah- langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(4)

a. Pengukur specific gravity Batu Kapur Piknometer 500ml dalam kondisi bersih dan kering ditimbang sebagai mp. Kemudian dimasukan sampel batu kapur yang lolos ayakan 4 mesh dan ditimbang sebagai mps. Setelah itu menambahkan air dalam piknometer, lalu didihkan pada tungku listrik selama 20 menit, kemudian didinginkan dalam densikator selama 24 jam. Selanjutnya memasukan air kedalam piknometer sampai penuh dan ditimbang sebagai m2.. Piknometer

dibersihkan dan dikeringkan kemudian memasukan air dan ditimbang sebagai mpa.

 Selanjutnya menghitung nilai ms dengan cara : ms= mps- mP dan m1= ms+ mPa

 Kemudian menghitung nilai specific gravity dengan menggunakan persamaan (1).

b. Pengukur Kerapatan Batu Kapur

 Menimbang massa mould sebagai m1 ,Selanjutnya memasukan sampel batu

kapur yang telah lolos ayakan 3/8 mesh dan ditimbang sebagai m2

 Untuk kerapatan padat ini dilakukan pemadatan untuk tiga lapisan. Pertama memasukan sampel kedalam mould sebanyak 1/3 bagian lalu ditumbuk sebanyak 25 kali. Cara yang sama juga dilakukan pada lapisan 2 dan 3.Kemudian mengukur diameter dan tinggi muold untuk menghitung volume mould.

Kemudian menghitung nilai kerapatan dengan persamaan (2).

c. Pengukuran Kadar Air Batu Kapur

 Menimbang massa thin box sebagai mt ,.Kemudian memasukan sampel batu

kapur yang telah lolos ayakan 4 mesh, lalu di timbang sebagai mts dan dikeringkan

dalam oven dengan suhu konstant (110±5)0C selama 24 jam. Setelah itu dikeringkan dan dimasukkan kedalam densikator untuk didinginkan selama 24 jam, lalu timbang sebagai ms

 Selanjutnya menghitung massa sampel (m1) dengan cara : m1= mts+ mt

dan mw dengan cara : mw = m1 – ms

 Kemudian menghitung nilai kadar air menggunakan persamaan (3)

d. Pengukur Kekerasan Batu Kapur

 Menimbang massa soul sebagai m1 dan

memasukan sampel yang telah lolos ayakan ke dalam mould setinggi 1/ 3 bagian, lalu ditumbuk sebanyak 25 kali. Demikian pula untuk lapisan 2 dan 3, kemudian menimbang mould yang berisi sampel tersebut sebagian m2

 Setelah itu dimasukkan pada mould mesin impact tes dan ditumbuk sebanyak 15 kali dan di tuang kedalam ayakan 8 mesh.

 Hasil yang lolos dari ayakan tersebut disimpan dalam talam, kemudian ditimbang sebagai m3.Setelah itu kita

timbang talam dalam keadaan kosong sebagai m4

 Selanjutnya menghitung nilai mA dengan

cara mA : m2 –m1 dan nilai mB dengan cara

mB :m3 –m4

 Kemudian menghitung nilai kekerasan menggunakan persamaan (6).

e. Pengukur Angka Pori, Porositas, Derajat Kejenuhan Batu Kapur

Untuk pengukuran angka pori, porositas dan derajat kejenuhan prosedurnya sama, yaitu sebagai berikut :

 Menimbang massa mould sebagai m1 dan

memasukan sampel yang telah lolos ayakan kemudian ditimbang sebagai m2

 Setelah itu dimasukkan mould tersebut ke dalam oven untuk di keringkan dan didinginkan dalam densikator selama 24 jam dan ditimbang sebagai m3

 Selanjutnya menghitung nilai m4 dengan

cara m4 : m2 –m1 dan m5 dengan cara m5 :m3

–m1

 Kemudian menghitung volume solid (Vs) dengan cara Vs= m5/ Gs,volume volid (Vv)

dengan cara : Vv = Volume volid – volume solid (Vs)danvolume air (Vw), dengan cara : (Vw)= m4 –m5

 Setelah itu menghitung nilai angka pori mengunakan persamaan (4),menghitung nilai porositas dengan persamaan (7) dan menghitung nilai derajat kejenuhan dengan menggunakan persamaan (5).

(5)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan karakterisasi sifat Fisika batu kapur di Desa Labaha Kecamatan Watopute Kabupaten Muna dengan

pengambilan lima titik sampel, diperoleh nilai rata-rata dan standar deviasi seperti yang disajikan pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Nilai Rata-rata Standar Deviasi Sifat-sifat Fisika Batu Kapur di Desa Labaha Kecamatan Watopute Kabupaten Muna Sampel Specific Gravity Kerapatan Lepas (g/cm3) Kerapatan Padat (g/cm3) Kekerasan % Kadar Air (%) Angka Pori (e) Porositas % Derajat Kejenuhan % A 2,19 1,01 1,21 22,19 29,65 1,04 51,02 6,04 B 2,17 1,02 1,05 20,27 24,52 1,04 51,17 7,60 C 2,07 1,06 1,15 25,41 32,87 0,97 49,18 9,53 D 2,16 1,07 1,19 22,48 30,46 0,97 49,40 7,57 E 2,15 1,09 1,10 35,92 24,57 0,89 47,29 9,83 Rata- rata 2,15 1,052 1,14 25,254 28,18 0,98 49,63 8,11 Standar deviasi 0,046 0,038 0,065 6,23 3,725 0,083 1,577 1,566

Adapun karakterisasi sifat fisika batu kapur berdasarkan analisis data dan tabel diatas, diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Warna

Batu kapur yang ada di desa Labaha Kecamatan Watupute Kabupaten Muna umumnya berwarna putih susu sehingga batu kapur tersebut cocok untuk bahan pemutih yang dipakai dalam produksi kertas yakni untuk pemutih pulp,pengisi,pelapis, dan Pengkilap [6].

b. Spesific Gravity Batu Kapur

Nilai rata-rata spesefic gravity adalah 2,14 dengan standar deviasi 0,046. Nilai yang terendah adalah 2,07 dan yang tertinggi adalah 2,19. Berdasarkan nilai tersebut, maka batu kapur yang ada di Desa Labaha dapat dimanfaatkan pada industri cat. Secara teori specific Grafity batu kapur untuk industri cat adalah 2-2,7 [9]. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai campuran aspal untuk jalanan, karena nilai specific Grafitynya kecil, maka mempunyai volume yang besar sehingga cocok untuk campuran aspal jalan [6].

c. Kerapatan Batu Kapur

Nilai rata-rata kerapatan batu kapur adalah 1,14 gr/cm3 dengan standar deviasi 0,065. Kerapatan padat batu kapur diperoleh nilai terendah yaitu 1,05 gr/cm3 dan nilai yang tertinggi yakni 1,21 gr/cm3. Berdasarkan nilai tersebut, maka batu kapur yang diteliti dapat

digunakan untuk bahan pencampur beton dengan spesifikasi 0-2 gr/cm3. Untuk campuran beton semakin tinggi kerapatannya maka daya tahannya semakin rendah, demikian pula sebaliknya[10]. Selain itu, dapat pula digunakan sebagai lapisan pondasi atas untuk jalan, karena syarat kerapatan batu kapur untuk lapisan pondasi atas adalah 1 gr/cm3-3 gr/cm3, dan nilai kerapatan yang diperoleh memenuhi syarat tersebut.[14]

d. Kadar Air Batu Kapur

Nilai rata-rata kadar air adalah 28,41% dengan standar deviasi 3,725.Nilai kadar air yang tertinggi adalah 32,87% dan yang terendah sebesar 24,52%. Secara teori kadar air alami untuk sebagian besar batuan berada di bawah 60%, jadi nilai-nilai kadar air di atas memenuhi standar kadar air untuk batuan. Pengetahuan nilai kadar air suatu material sangat penting karena pada pengolahan batuan, hal ini akan mempengaruhi efektifitas mesin pengolahan batu yang sangat sensitif terhadap kelembaban dan kandungan air [2]

e. Kekerasan Batu Kapur

Nilai rata-rata kekerasan batu kapur sebesar 25,254% dengan standar deviasi 6,23. Nilai kekerasan batu kapur yang tertinggi adalah 35,92% dan yang terendah 20,27%. Nilai ini apabila digunakan sebagai lapisan pondasi, pemadatan jalan, atau bangunan memenuhi spesifikasi yang baik yakni <50%. Semakin tinggi presentase kekerasanyya, maka

(6)

daya tahannya akan semakin baik, demikian sebaliknya[6]

f. Angka Pori Batu Kapur

Nilai rata-rata angka pori batu kapur sebesar 0,98 dengan standar deviasi 0,083. Sedangkan nilai angka pori tertinggi adalah 1,04 dan yang terendah adalah 0,89. Nilai angka pori (e) biasanya dinyatakan dalam desimal, jadi nilai-nilai di atas sesuai syarat batas yang mungkin bagi e untuk batuan karbonat yang berkisar 1,1-1,6 [2]. Pada pengujian angka pori batu kapur terjadi pelepasan udara sehingga terjadi pemampatan udara dan air. Kerena nilai angka pori yang diperoleh pada karakterisasi batu kapur Desa Labaha adalah 0,89-1,04, sehingga nilai-nilai tersebut memenuhi syarat untuk pemadatan lapisan jalan yaitu 0-6.

g. Porositas Batu Kapur

Nilai rata-rata porositas adalah 49,63% dengan standar deviasi 1,577 Nilai porositas batu kapur yang tertinggi adalah 51,17%, dan yang terendah adalah 47,29%. Nilai pororsitas ( n ) biasanya dinyatakan dalam %. Dan nilai-nilai diatas memenuhi batas-batas yang mungkin bagi n yakni 0<n(%)<100. Hal ini mendeskripsikan bahwa antara volume void dan volume total material sangat kecil. Nilai porositas ini sangat penting untuk memanfaatkan batu kapur tersebut sebagai kapur pertanian, yakni dengan mengetahui porositas, maka pola pemupukan tanaman pada areal tertentu dapat ditakar secara cermat oleh para pengguna pada lahan pertanian [10]. Nilai porositas di atas dapat juga digunakan untuk pondasi bawah lapisan pengerasan jalan karena berada pada rentang 40-50%, sedangkan untuk nilai porositas diatas 98% dapat digunakan untuk bendungan. Jadi semakin tinggi nilai porositas batu kapur tersebut kualitasnya semakin baik dan semakin rendah porositasnya maka kualitasnya semakin buruk [9]

h. Derajat Kejenuhan

Hasil pengujian derajat kejenuhan diperoleh nilai rata-rata 8,11% dengan standar deviasi 1,566. Nilai yang terendah adalah 6,04% dan yang tertinggi yakni 9,83%. Pada pengujian derajat kejenuhan batu kapur, variabel yang diamati adalah perbandingan antara volume void dan volume air sehingga

yang menjadi titik acuan adalah seberapa nilai volume batuan yang mengandung fase pori yang terisi oleh fase air. Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka batu kapur yang ada di Desa Labaha dapat digunakan untuk penstabilan tanah berpasir karena mempunyai nilai derajat kejenuhan 3%-9%. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai lapisan pengerasan jalan karena nilai yang diperoleh memenuhi standar kejenuhan batu kapur untuk pengerasan jalan yaitu 0-10% [14].

5. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : warna batu kapur yang di amati berwarna putih susu, nilai rata-rata specific gravity 2,14, kerapatan lepas 1,052 gr/cm3 dan kerapatan padat 1,14 gr/cm3, kekerasan batu kapur antara 20,27%-35-92% dengan rata-rata 25,,254%, dan rata-rata nilai kadar airnya 28,41%. Adapun rata-rata angka pori batu kapur adalah e = 0,8, dan nilai rata-rata porositas adalah n = 49,63% serta nilai rata-rata derajat kejenuhan Sr = 8,11%.

Daftar Pustaka

[1]. Adjad, 1999. Bahan Galian Industri : Batu Kapur, Jurnal Departemen Pertambangan Indonesia

[2]. Bowles, H., 1995. Geoteknis, Erlangga, Jakarta.

[3]. Carr donal dan Rooney,1985 . Limestome and Dolomit Industrial Mineral, March.

[4]. Crishtopherson R.W., 2002. Geosystem, Prentice Hall Inc, New Jersey .

[5]. Harjowigeno, S., 1996. Klasifikasi Pedogenesis, Pustaka Jaya, Jakarta.

[6]. Haryadi, 2000. Bahan Galian Industri : Batu Kapur, Jurnal Departemen Pertambangan Indonesia

[7]. Hendri , 1991. Dasar – Dasar Ilmu Tanah, Gajah Mada University Pres, Yogyakarta. [8]. Ilman 2004. Analisa Komposisi CaO dan MgO

Hasil Kalsinasi Batu Gamping Koral Dari Daerah Gonda Lama, Lapanda dan Wabula Kecamatan Pasar Wajo Kabupaten Buton, Skripsi Fakultas MIPA Unhalu, Kendari [9]. Lars, 1998. Kompaksi Urukan Tanah dan

Batuan dengan Getaran, Bina Aksara, Jakarta. [10]. Madyanti , 1992. Mekanika Tanah, Edisi IV,

Erlangga, Jakarta.

[11]. Munir, M., 1995. Geologi dan Minerologi Tanah, Pustaka Jaya, Jakarta.

[12]. Pettijohn , f,j., 1992. Sedimentary Rock, Prentice Hall Inc, New Jersey.

(7)

[13]. Plumer dan Geary, 1991. Physical Geology, Fith edition Wm.c Brown Publisher, USA. [14]. Roning, 2004. Pengujian Batu Material

Gamping Madampi Sebagai Bahan Perkerasan Jalan Raya , Skripsi Fakultas Teknik Unhalu, Kendari.

[15].Suhendar, 1999. Bahan Galian Industri : Batu Kapur, Jurnal Departemen Pertambangan Indonesia

[16]. Veorhoef,1995. Geologi Untuk Teknik Sipil, Erlangga, Jakarta.

Gambar

Tabel 1 Spesifikasi dan Kegunaan Batu Kapur
Tabel 2. Nilai Rata-rata Standar Deviasi Sifat-sifat Fisika Batu Kapur di Desa Labaha Kecamatan Watopute  Kabupaten Muna  Sampel  Specific  Gravity  Kerapatan Lepas (g/cm 3 )  Kerapatan Padat  (g/cm 3 )  Kekerasan %  Kadar Air (%)  Angka Pori (e)  Porosita

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penggunaan batu kapur dapat diterapkan pada campuran laston lapis aus gradasi kasar tetapi dengan penambahan batu kapur yang tinggi cenderung menurunkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kadar Aspal Optimum, stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFA, dan MQ pada campuran aspal beton AC-BC yang menggunakan batu

Penambangan batu kapur yang ada di Desa Bedoyo sudah berlangsung sekitar kurang lebih 20 tahunan dimana sudah banyak gunung kapur yang ditambang baik yang sudah habis di

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “ Karakterisasi Batu Opal, Batu Pirus Dan Batu Satam Dengan XRD, SEM-EDS Dan KEKERASAN’’ guna melengkapi persyaratan

Telah dilakukan penelitian tentang karakterisasi Batu Opal, Batu Pirus, Batu Satam dengan XRD, SEM-EDS dan Kekerasan.. Kata kunci : (Batu Opal, Batu Pirus, Batu Satam,

Batu bara peringkat lebih tinggi yang bernilai kalor lebih dari 6000 kkal/kg kurang baik untuk membakar kapur dengan teknik batu bara halus tanpa campuran kayu dalam tungku

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan campuran batu kapur dan kapur padam sebagai bahan aditif pada adukan

Komposisi yang baik untuk gypsum, batu kapur, dan terak putih dalam pembuatan semen putih adalah komposisi pada sampel 1, yaitu gypsum 7%, batu kapur 4%, dan terak putih 89%.. Semua