BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman Mesir kuno, orang-orang Mesir telah banyak memanfaatkan batuan kapur, diantaranya adalah untuk memplester bangunan tempat tinggal mereka. Sampai zaman modern sekarang pun, kapur masih digunakan pemanfaatannya untuk memplester bangunan. Perkembangan ini secara tidak langsung memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan akan bahan baku dan penolong bagi perkembangan sektor industri yang merupakan industri hilir. Stabilitas politik yang baik di indonesia telah memacu pengembangan sektor industri, konstruksi dan pertanian ketingkat yang lebih baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperkirakan prospek pasar untuk komoditas pasar cukup cerah.
Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain : kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit (FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang
berkomposisi kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai industri kapur baik cara pembuatan, jenis-jenis, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan industri kapur, maka dibuatlah makalah yang berjudul “Industri Kapur”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sejarah perkembangan industri kapur?
3 Apa saja bahan baku pembuatan kapur? 4 Bagaimana proses pembuatan kapur ? 5 Apa saja jenis-jenis produk kapur?
6 Apa saja manfaat produk yang dihasilkan dari industri kapur? 7 Berapa kapasitas produk yang dihasilkan pada industri kapur di
Indonesia?
8 Apa keunggulan dan kelemahan pada industri kapur?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui sejarah perkembangan industri kapur 2. Memahami proses pembuatan kapur
3. Mengetahui jenis-jenis produk industri kapur
4. Mengetahui manfaat produk yang dihasilkan dari industri kapur 5. Mengetahui jumlah kapasitas produk yang dihasilkan industri kapur di
Indonesia
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah perkembangan industri kapur
Kapur termasuk bahan bangunan yang penting, di Indonesia kapur ini juga sudah lama dikenal sebagai bahan ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain : kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit (FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya.
2.2 Sifat & Kualitas Kapur CaO:
Berat molekul 56,08
Titik leleh 2843 K
Ca(OH)2:
Berat Molekul 74,10
Titik Leleh 853 K
Kualitas :
High Calcium Lime 90% CaO
Low Magnesium Lime 5 – 25% MgO
Dolomitic Lime 25 – 45% MgO
Adapun sifat dari batu kapur adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Bentuk : Keras, Kompak, sebagian berongga.
Gambar yang tertera di bawah ini merupakan batuan kapur ketika berada pada tahap awal pembentukannya.Malang Selatan merupakan daerah yang bertopografi karst dengan berbagai gejalanya.Daerah yang batuan induknya berupa batuan sedimen, yakni batuan kapur ini terletak antara sungai Brantas sebagai batas sebelah utara hingga pesisir selatan yang berhadapan langsung dengan samudera Indonesia/samudera Hindia. Lautan terbuka inilah yang kemudian mengahantarkan adanya erosi marin pada pegunungan kapur hingga membentuk pesisir klif, hingga pesisirnya bergerak mundur. Pada daerah pesisir itu pulalah banyak ditemukan bentukan tahap awal dari batuan kapur.Ketika air laut pasang surut, batuan itu nampak indah dikitari air laut yang jernih berlandaskan endapan pasir putih, ditingkahi ganggang laut.
Gambar di atas merupakan contoh kecil dari adanya singkapan di daerah karst di Malang Selatan.Stratigrafi batuannya menunjukkan adanya horison tanah yang tipis, bersinggungan langsung dengan batuan induknya, batuan kapur. Lubang yang terlihat pada bagian kanan bawah gambar tersebut menunjukkan adanya proses pelapukan kimia sedang berlangsung. Pembentukan gua-gua kapur pada tahap awal mulai terjadi.
Pegunungan kapur yang ada di Malang Selatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian jalur pegunungan kapur yang memanjang arah barat--timur dari rangkaian pegunungan kapur di bagian selatan pulau Jawa. Pegunungan tersebut sering dikenal dengan nama pegunungan Kidul.
Gambar di atas merupakan bentuk pemanfaatan batuan kapur oleh penduduk setempat.Batuan kapur yang kurang baik, berwarna kusam, biasanya
digunakan untuk pondasi bangunan atau untuk pengeras jalan.Menurut seorang pengajar sebuah perguruan tinggi di Surabaya bahwa batuan kapur yang berkualitas baik, banyak mengandung CaCo3 adalah batuan kapur yang
berwarna putih bersih. Batuan yang demikian ini baik untuk dijadikan bahan mentah/bahan baku pada industri pembakaran gamping, bahkan juga
Cara penambangan yang banyak dilakukan adalah penambangan terbuka dan/atau dengan membuat lubang-lubang menganga mirip gua
(penambangan tertutup).Cara penambangan apapun hendaknya harus sangat mempertimbangkan keselamatan penambang itu sendiri, di samping juga memperhatikan aspek lingkungan hidup.
2.2 Macam-macam Kapur
Kapur tohor (CaO) adalah hasil dari pemanasan batuan kapur, yang dalam perdagangan dapat dijumpai bermacam-macam hasil pembakaran kapur ini, antara lain :Kapur tohor / quick lime ( CaO): yaitu hasil langsung dari pembakaran batuan kapur yang berbentuk oksida-oksida dari kalsium atau magnesium.
a. Kapur padam / hydrated lime(Ca(OH)2))
Adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan
mengeluarkan panas.Digunakan terutama untuk bahan pengikat dalam adukan bangunan.
Proses “slaking” adalah reaksi CaO dengan air, sebagai berikut :
CaO(p) +H2O Ca(OH)2(p) H=15,9 kcal
Hasilnya dapat berupa serbuk halus (proses kering) atau berupa “slurry’ dalam air (proses basah).
Proses kering yang paling sederhana adalah dengan menyirami lapisan bongkah-bongkah kapur tohor setebal 15-20 cm di atas lantai
Pencampuran air dengan kapur tohor sebaiknya dilakukan dengan disertai membalik-balikan bongkah-bongkah tersebut dan dilakukan penyiraman ulang. Bongkahan itu akan pecah menjadi serbuk kapur padam
pengadukan yang baik, dan pemisahan-pemisahan kasar yang mengendap akan lebih mudah dilakukan.
b. Kapur Udara
Kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.
c. Kapur hydraulik
Disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan
pengotor- pengotor.Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan menambahkan air ataupun membiarkannya di udara terbuka, pada reaski ini timbul panas.
2.3Proses pembuatan kapur
Proses pembuatan kapur tohor dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Pembakaran batu kapur dalam tungku batch
2. Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln
3. Proses kontinu dengan menggunakan tungku putar (rotary kiln). A. Proses dengan menggunakan Tungku Pendam (Tungku Batch)
Tungku pendam sistem berkala berbentuk silinder yang terpendam dalam tanah dengan sedikit bagian terbuka untuk pelaksanaan proses pembakaran adalah penampang tungku pendam berkapasitas 60 ton batu kapur.
Dinding tungku pendam dibuat dari susunan batu kuarsa (batu gongsol) atau jenis batu kali tertentu; dapat juga dibuat dari batu bata biasa. Batu bata tidak tahan terhadap api reduksi sehingga dinding dari batu bata mudah rusak.
Pemasukan bahan bakar dilakukan dari bukaan pada dinding yang berhubungan dengan bukaan tempat juru bakar melakukan tugasnya memasukkan bahan bakar. Bahan bakar masuk ke dalam rongga di dalam tungku yang dibuat dari susunan batu kapur yang akan dibakar.
2. Susunan Batu Kapur
Penyusunan batu kapur di dalam tungku pendam merupakan langkah penting untuk terlaksananya proses pembakaran yang efisien dan merata ke seluruh umpan batu kapur yang akan dibakar sehingga seluruhnya
terkalsinasi menjadi kapur tohor.
Di bagian dasar disusun batu kapur berukuran besar 20- 30 cm x 30-40 cm. Susunan ini berfungsi sebagai fondasi untuk menopang susunan batu kapur selanjutnya sampai ke bagian atas tungku.
Industri pembakaran kapur termasuk industri yang padat energi karena 50-60% biaya produksinya merupakan biaya energi.
Untuk tungku berisi 100 ton batu kapur memerlukan 50 ton kayu pinus yang baik (10 truk) untuk pembakaran selama 9-10 hari.
Fondasi ini harus cukup kuat dan stabil pada temperatur tinggi
(1000-1200°C) sampai proses pembakaran selesai yaitu sekitar 3-10 hari masing-masing untuk kapasitas 20 dan 100 ton batu kapur. Untuk ini sifat fisik batu kapur yang digunakan pada suhu tinggi harus sudah diketahui.
Semakin ke atas, batu kapur yang disusun semakin kecil ukurannya dan susunan dibuat semakin ke tengah dan akhirnya bertemu pada ketinggian ± 1/3 tinggi umpan dari dasar tungku atau 1- 2 m. Terbentuklah sebuah rongga berbentuk setengah bola.Lubang pengapian dari luar tungku tembus ke dalam rongga ini. Karena bentuk yang demikian mengakibatkan terciptanya turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran ini,
setelah suhu meningkat. Kondisi ini cukup ideal untuk proses pembakaran batu bara halus.
Dengan penambahan batu bara penggunaan kayu dapat berkurang paling sedikit setengahnya dan setiap ton batu bara dapat menggantikan 8-10 ton kayu bakar. Kemudian di permukaan tumpukan batu kapur tersebut ditutup dengan batu kapur kecil-kecil berukuran 2- 3 cm setebal 5 cm guna
menahan laju panas yang keluar. Selanjutnya proses pembakaran dapat dimulai.
Susunan Batu Kapur di DalamTungku (dilihat dari atas) 2. Teknik Pembakaran
mengganggu draft (tarikan) sehingga pembakaran kurang lancar, banyak menghasilkan jelaga yang mengganggu proses pembakaran selanjutnya.
Jika unggun batu kapur sudah hampir kering, draft sudah cukup kuat, api dapat semakin dibesarkan. Setelah api besar dan stabil, batubara halus dapat dimasukkan. Ukuran butir batu bara halus adalah 30 mesh dan cara
pemasukannya adalah dengan mengalirkannya ke dalam pipa yang ditiup blower.
Untuk tungku pendam berkapasitas 40 ton batu kapur, dapat digunakan blower 3 inci 440 watt dan pipa untuk peniupan 4 - 5 inci.
Batu bara halus masuk ke pipa peniupan dari pipa pengumpan. Pemasukan batu bara halus ke pipa pengumpan untuk kemudian ditiupkan ke dalam ruang bakar dilakukan dengan sistem pengumpan.
Sistem pengumpan dapat berupa pengumpan ulir (screw feeder) dengan kecepatan yang dapat diatur atau dapat juga secara manual.
Cara manual dapat dilakukan dengan menyediakan meja dengan lubang di salah satu sudutnya untuk menyalurkan batu bara di atas meja dengan mendorong batu bara ke dalam pipa pengumpan dengan tangan melalui lubang tersebut.
Cara lain dengan menyediakan bejana diatas pipa pengumpan, kemudian aliran batu bara halus diatur dengan kran pada pipa pengumpan. Untuk memperlancar aliran batu bara dapat dilakukan dengan memasang kawat menembus bukaan pada kran dan kawat diputar dengan sebuah motor listrik.
Turbulensi tercipta karena draft yang kuat dari unggun kapur dan udara luar masuk ke dalam rongga melalui lubang pengapian yang sempit. Kondisi ini sangat membantu proses pembakaran batu bara sehingga batu bara dengan cepat terbakar dan kayu terbakar lebih lambat.
Setiap pemasukan satu ton batubara dapat mengurangi penggunaan kayu bakar sebanyak 8 - 9 ton.Kecepatan pemasukan batubara antara 40 - 60 kg/jam. Kayu bakar juga terus ditambahkan sehingga api dari kayu dan batu bara berimbang dan dicapai efisiensi pembakaran yang maksimum.
Sketsa Susunan Pengumpan Batu Bara Halus
Penggunaan Pengumpan Batu BaraHalus untuk Pembakar Kapur
kayu yaitu sekitar 2/3-nya. Untuk perbandingan, dibawah ini adalah hasil pembakaran 36 ton batu kapur.
Pembakaran dihentikan setelah seluruh muatan batu kapur telah
terkalsinasi.Hal ini dapat diketahui dengan mengukur suhu sekitar 5 cm di bawah permukaan batu kapur.Setelah temperatur bertahan 2 - 3 jam pada 900°C atau lebih maka batu kapur telah terkalsinasi.
Dapat juga dilihat dari penurunan permukaan batu kapur di dalam tungku.Setelah terkalsinasi volume produk CaO menyusut sehingga permukaan batu kapur menurun 40 - 80 cm, tergantung kapasitas tungku dan sifat batu kapur yang dibakar.Trayek suhu pembakaran kapur dengan kombinasi batu bara-kayu terlihat dalam gambar.
Batu bara muda berkalori rendah, kurang dari 5500 kkal/kg, kurang efektif untuk digunakan membakar kapur dengan teknik ini. Batu bara ini baik untuk membakar kapur tanpa campuran kayu dalam tungku pendam yang dimodifikasi atau tungku tegak dengan pembakar siklon.
Api di Bagian Atas Tungku pada Temperatur 9000C
Urutan pengolahan batu gamping (CaCO3) :
1. Transportasi dari tambang ke penggilingan, biasanya dengan kereta api industri.
2. Penghancuran dan pengaturan besar butil dalam pemecahan rahang atau giratori.
3. Pengayaan untuk memisahkanberbagai ukuran (misalnya, batuan 10 sampai 20 cm berarti bahwa batuan yang ukurannya lebih kecil dari 10 cm dan lebih besar dari 20 cm telah dikeluarkan).
4. Batu-batu besar diangkut dengan gerobak ke tanur vertikal (shaft kiln). 5. Batu-batu kecil dibawa ke tanur putar (rotary kiln).
6. Batu-batu halus ke pulverisor (penggilingan halus) untuk membuat batu gamping serbuk utnuk pertanian dan keperluan lain.
7. Batu gamping dibakar menurut ukuran masing-masing, di dalam tanur vertikal untuk membuat gamping bongkahan, atau di dalam tanur putar horizontal untuk membuat gamping serbuk
Proses Saft Kiln
Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln
Jobong dibuat dari batu tahan api yang diperkuat dengan carbon steel silinder sedangkan bagian luar dari pasangan batu merah biasa,
tebal dinding bagian bawah kurang lebih 1 meter dan bagian atas kurang lebih 0,5 meter. Dari 10,5 ton batu kapur mentah perhari atau 438 kg perjam, pecahan 4 cm sd 15 cm akan dihasilkan kurang lebih 6 ton kapur. Jobong terdiri dari zona pemanasan, zona kalsinasi, dan zona pendinginan.
Tiga meter bagian atas adalah zona pemanasan awal
(pre heating),pada proses kalsinasi akan mengalami pemanasan. Batuan kapur dengan ukuran 5 - 7 cm, dibakar di dalam tungku dalam suhu tertentu. Di sini suhu berkisar dari 900 – 1000’ C dalam waktu 1 - 3 jam.
Reaksi yang berlangsung adalah :
Kalsinasi
Pada waktu kalsinasi, volumenya menciut, dan pada waktu hidrasi
mengembang. Kalor total yang diperlukan untuk kalsinasi per ton gamping dapat dibagi atas dua bagian yaitu: kalor sensibel untuk menaikkan suhu batuan sampai dekomposisiya dan kalor laten disosiasi.
Zona Pendinginan
Setelah proses pembakaran selesai maka mulailah pendinginan kapur tohor di dalam tungku. Pendinginan ini tidak boleh terlalu lama sebab dapat mengakibatkan hancurnya kapur tohor yang bersifat higroskopis akan mempunyai kesempatan untuk menyerap air dari udara bebas.
Pengeluaran Hasil Pembakaran.
Untuk menghindari pengotoran dari abu batubara, maka pada waktu pengeluaran abu batu bara yang berukuran sangat halus yang terdapat didasar tungku harus segera dipisahkan dari kapur tohor yang masih berbentuk bongkah-bongkah. Ini dilakukan pada saat temparatur mulai menurun ± 400 C.
Tanur Darco Fluosolids adalah suatu tanur vertikal yang beroprasi berdasarkan asas yang berlainan. Umpannya adalah bahan butiran (0,225 sampai 2,4 mm) dan difluidasi dengan mengendalikan udara dan campuran gas buang secara teliti.
Keterangan : 1. Penimbunan, 2. Pemanasan awal, 3. Kalsinasi, 4. Pendinginan.
Secara umum proses pengolahan batu gamping (CaCO3) melalui proses
shaft kiln dengan sistemDarco Fluosolids dijelaskan pada gambar di atas.
Proses pembakaran yang terjadi pada tanur kiln ini disebabkan karena adanyaperpaduan antara bahan bakar batubara dengan udara atau oksigen yang betekanantinggi dimana batubara yang digunakan adalah batubara yang telah dihaluskan hinggaberbentuk seperti tepung yang dapat
menghasilkan semburan api hingga suhu 1500oC . Bagian luar tanur putar
terbuat dari baja berat dan bagian dalamnya dilapis dengan bata refraktori dimana bata ini memiliki kemampuan tahan panas dan air yang baik.Kiln dipasang dengan kemiringan 4 persen dan berputar melawan arah jarum jam dengan kecepatan 0,6 sampai 2 putaran per menit.
Kinerja Kiln
Pada saat material telah masuk ke kiln, terdapat empat zona proses
pemanasan diantaranya calsinasi zone dimana pada proses ini material yang baru masuk kedalam kiln. Pemanasan pendahuluan itu bisa mencapao 980o
C pada waktu batu gamping masuk ke kiln. Kalor untuk pemanasan pendahuluan ini berasal dari udara dan gas dari tanur. Material tersebut terkalsinasi yang dikarenakan mendapatkan panas yang lebih tinggi dari pada di dalam SP berkisar antara 1100-1200oC sehingga mengakibatkan
perubahan bentuk pada material tersebut yang tadinya berupa serbuk-serbuk padat menjadi serbuk-serbuk yang mulai terlihat meleleh, kemudian ada lagi yang namanya transisi zone dimana pada proses ini bahan material
mandapatkan pemanasan yang lebih tinggi berkisar antara 1200-1300oC
dimana pada prosesini material hampir mendekati cair danyang terakhir terdapat proses burningzone dimana pada proses ini materialbenar-benar mendapatkan pemanasansecara penuh dari kiln hingga materialtersebut mencair dan panasnya mencapai 1400–1500oC kemudian proses yang
harus lebih dingin dibandingkan didalam kiln dimaksudkan supaya klinker tersebut tidak lengket pada great plat dan panas pada cooler mencapai 150-200 oC.
Udara panas pada cooler akan masuk kembali ke dalam kiln yang dapat mengurangi bahan bakar untuk panasan pada kiln. Panas yang dihasilkan didalam tungku kiln tidak serta merta berimbas keluar di karena pada dinding kiln dilapisi oleh bata tahan api yang mampu menahan panas yang sangat tinggi hingga 1600oC. Sehingga lingkungan yang disekitar kiln tidak
terlalu panas pada saat kita berada disekitar area kiln. Kiln memiliki tiga penyangga / support untuk dapat menahan berat kiln tersebut diantaranya ada di ujung sebelah kanan dan kiri dan juga ditengah, ketiga penyangga ini sangat berperan penting untuk menahan tanur kiln agar tidak jatuh dan di salah satu suppor tersebut terdapat satu motor yang berfungsi untuk
memutar kiln saat beroprasi. Berikut spesifikasi dari kiln beserta gambarnya dapat dilihat dibawah ini:
Kiln
Motor Penggerak
· Ukuran kiln drive : 1500 KW (2 x750 KW ) · Jumlah support : 3
2.4 Proses Pembuatan Kapur Padam Proses Kering :
Dilakukan dengan menyiram bongkahan kapur tohor setebal 15-20cm di atas lantai dengan air secukupnya. Pencampuran air dengan kapur tohor sebaiknya dilakukan dengan disertai membalik-balikkan bongkahan tersebut dan dilakukan penyiraman ulang. Bongkahan itu akan pecah menjadi kapur padam.
Proses kering lainnya yang dilakukan dengan mesin yang dilengkapi alat spraying, slaking unit, dan sering kali dilengkapi dengan alat pemisah Ca(OH)2 dari kotorannya.pemisahan ini dilakukan dengan cara
screening
ditambahkan untuk meredamkan suhu yang dihasilkan oleh panas reaksi. Uap yang dihasilkan mengandung partikel kecilnya
akanmelewati peralatan filter sebelum dibuang ke atmosfer. Debu dari uap tersebut dapat kembali jatuh ke hidrator
Sebuah reaksi eksoterm yang kuat berlangsung menghasilkan 1140 kJ per kg CaO. Rata-rata waktu tinggal padatan dalam reaktor utama adalah sekitar 15 menit. Setelah hidrasi produk tersebut dipindahkan ke classifier udara menyapu bagian kasar dan halus dipisahkan dengan menggunakan aliran udara daur ulang. Bagian yang kasar dapat digiling dan didaur ulang.
Proses Basah :
Menyiram bongkahan dengan air berlebih dalam tangki berpengaduk sehingga menjadislurry.
Reaksi :
CaO + H2O Ca(OH)2(p) H = 15,9 Kcal
2.5Manfaat Batu Kapur
Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :
1. Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.
2. Bahan penstabilan jalan raya
Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3)
atau sebagai serbuk belerang untuk disemprotkan. 4. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang
berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah.Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya.
5. Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.
2.6Kelebihan dan kelemahan proses pembuatan batu kapur : 1. Tungku Batch
Kelebihan :
- Biaya produksinya paling murah di banding proses saft kiln dan rotari kiln.
Kelemahan - Kualitas hasil produksi kapur tohor paling rendah di banding dengan proses saft kiln dan rotari kiln.
- Kapasitas kapur gamping yang di muat paling sedikit dibanding yang lain 60 ton.
2. Tungku Vertikal (saft Kiln) Kelebihan :
-hasil produksi lebih baik dari tungku batch. -lebih hemat bahan bakar.
3. Rotary Kiln Kelebihan :
-Kapasitas paling tinggi.
Kelemahan
- Memerlukan biaya yang besar.
Di bawah adalah data tentang kapasitas produksi kapur di Indonesia :
III. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia.
2. Proses pembuatan kapur tohor dibuat dengan tiga cara yaitu : a. Pembakaran batu kapur dalam tungku batch
b. Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln
c. Proses kontinu dengan menggunakan tungku putar (rotary kiln)
3. Kapur padam / hydrated lime(Ca(OH)2)) : adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan mengeluarkan panas.
4. Kapur Udara adalah kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.