• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Modifikasi Resep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Modifikasi Resep"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MODIFIKASI RESEP LAUK NABATI (STEAK TAHU) DAN SAYUR [SAMBAL CIS-POT (BUNCIS-POTATO)]

DALAM SIKLUS MENU KE LIMA

DI UNIT GIZI RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD

Disusun Oleh :

DEA AZZA C.I.F. (NIM. P2.06.31.2.13.007) FANNY DEFIANI (NIM. P2.06.31.2.13.012) MAHFUZHOH F.H. (NIM. P2.06.31.2.13.020) MARLIANA TIWI F. (NIM. P2.06.31.2.13.021)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI CIREBON 2016

(2)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...i BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...3 C. Tujuan...3 1. Tujuan Umum...3 2. Tujuan Khusus...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

A. Makanan Biasa...5

B. Konsep Dasar Hidangan Modifikasi Tahu...5

1. Definisi Tahu...5

2. Manfaat Tahu...6

3. Kandungan Gizi Tahu...7

C. Konsep Dasar Hidangan Modifikasi Sayur...8

1. Buncis...8

2. Kentang...10

BAB III PENGEMBANGAN PRODUK...15

A. Definisi Pengembangan Produk...15

B. Kegiatan Pengembangan Produk...17

BAB IV METODE PENGEMBANGAN HIDANGAN...19

(3)

B. Sasaran Konsumen...19 C. Lauk Nabati...19 1. Nama Produk...19 2. Bahan-Bahan...20 3. Cara Membuat...20 4. Alat...21 5. Alur...22

6. Analisis Kebutuhan Bahan dan Biaya...23

7. Analisis Zat Gizi...24

D. Sayur...25 1. Nama Produk...25 2. Bahan-Bahan...25 3. Cara Membuat...25 4. Alat...26 5. Alur...27

6. Analisis Kebutuhan Bahan dan Biaya...28

7. Analisis Zat Gizi...28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...29

A. Lauk Nabati...30

1. Kajian Analisa Produk...30

2. Hasil Uji Organoleptik...32

B. Sayur...34

(4)

2. Hasil Uji Organoleptik...36

BAB VI PENUTUP...40

A. Kesimpulan...40

B. Saran...42

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah suatu rangkaian mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang baik, dan layak sehingga memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkan (Kemenkes RI, 2013).

Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari instalasi gizi atau unit pelayanan gizi di rumah sakit. Sistem penyelenggaraan makanan di rumah sakit terbagi menjadi dua, yaitu swakelola dan out-sourcing. Instalasi atau unit gizi bertanggung jawab atas semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi adalah sistem swakelola. Sistem out-sourcing yaitu penyelenggaraan makanan yang memanfaatkan perusahaan jasa boga atau catering. Semi out-sourcing, pengusaha jasa boga memanfaatkan sarana dan prasarana dari rumah sakit, sedangkan full out-sourcing pengusaha jasa boga tidak memanfaatkan sarana dan prasana milik rumah sakit melainkan milik perusahaannya sendiri (Kemenkes RI, 2013). Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang

(6)

serta habis termakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat (Kemenkes RI, 2013).

Penyelenggaraan makanan merupakan salah satu sarana penunjang dalam pelayanan kesehatan. Tujuan dari penyelenggaraan makanan untuk mencukupi kebutuhan pasien terhadap gizi seimbang. Sekitar 20 – 40% anggaran rumah sakit digunakan untuk makanan. Biaya adalah sumber daya yang sangat penting dan menentukan dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit. Biaya ini harus diperhitungkan dan dikendalikan seefisisen serta seefektif mungkin (Utami, 2010).

Menu yang disajikan dalam satu kali penyajian terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto merupakan salah satu rumah sakit yang menjalankan sistem penyelenggaraan makanan dengan sistem swakelola, dengan adanya siklus menu 10 hari. Penulis bermaksud memodifikasi menu, dengan memperhatikan waktu, biaya, nilai gizi, dan daya terima pasien. Hidangan yang disajikan di rumah sakit diharapkan dapat lebih variatif, inovatif, agar tidak menimbulkan kebosanan pada pasien, rasa mual pada pasien dan tidak terjadi malnutrisi. Modifikasi menu dari menu yang sudah ada seperti hidangan nabati dan sayur dengan bahan sebelumnya adalah tahu, sayur buncis dan kentang dikembangkan menjadi lebih menarik dari segi warna, rasa, dan aroma namun tetap memperhatikan nilai gizi dan tekstur yang sudah ditetapkan.

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini ingin memberikan gambaran bagaimana inovasi atau pengembangan hidangan nabati dan sayur dengan bahan sebelumnya adalah tahu, sayur buncis dan kentang.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengembangkan hidangan nabati dan sayur dengan meningkatkan tingkat konsumsi dan daya terima pasien agar dapat dijadikan hidangan untuk makanan biasa di Unit Gizi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat kesukaan konsumen terhadap rasa dari hidangan yang telah dimodifikasi.

b. Mengidentifikasi tingkat kesukaan konsumen terhadap warna dari hidangan yang telah dimodifikasi.

c. Mengidentifikasi tingkat kesukaan konsumen terhadap aroma dari hidangan yang telah dimodifikasi.

d. Mengidentifikasi tingkat kesukaan konsumen terhadap tekstur dari hidangan yang telah dimodifikasi.

e. Menganalisa alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan hidangan modifikasi lauk nabati dan sayur pada makanan biasa. f. Menganalisa waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan hidangan

(8)

g. Menganalisa biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan hidangan modifikasi lauk nabati dan sayur pada makanan biasa.

h. Menganalisa zat gizi hidangan modifikasi lauk nabati dan sayur pada makanan biasa.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Biasa

Makanan biasa merupakan makanan sehari-hari yang beraneka ragam dan bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada pola menu seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang di anjurkan bagi seseorang yang sehat. Makanan biasa di berikan kepada pasien yang berdasarkan penyakit tidak memerlukan makanan khusus (diet). Walaupun tidak ada pantangan secara khusus, namun makanan sebaiknya tetap di berikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna (Ahli Gizi, 2016).

B. Konsep Dasar Hidangan Modifikasi Tahu 1. Definisi Tahu

Tahu merupakan sumber protein nabati yaitu protein yang berasal dari bermacam tumbuhan dan biji-bijian serta kacang-kacangan. Tahu sangat diminati oleh masyarakat Indonesia karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yakni kaya akan protein nabati dan asam amino serta merupakan sumber zat pembangun tubuh. Protein adalah zat yang berperan penting dalam proses pembentukan jaringan otot. Protein juga berfungsi sebagai zat pengatur hormon-hormon yang

(10)

ada di dalam organ pencernaan manusia serta sebagai cadangan makanan dan energi dalam tubuh (Wales, 2015).

Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi. Tahu berasal dari Tiongkok seperti halnya kecap, tauco, bakpau dan bakso. Nama “Tahu” merupakan serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) yang secara harfiah berarti “kedelai terfermentasi”. Tahu memiliki kandungan protein tinggi dan zat penting lainnya (Wales, 2015).

2. Manfaat Tahu

Tahu dengan kandungan asam folat yang bermanfaat mencegah penyakit jantung, stroke, alzheimer (pikun), dan pembentukan sel darah merah. Tahu kaya akan kandungan protein dan asam amino. Kedua zat gizi ini sangat baik untuk pembentukan, pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh, pembentukan antibodi, dan meningkatkan kecerdasan otak anak. Tahu berbahan dasar kedelai yang banyak mengandung isoflavonoid, genestein yang merupakan sebagai antioksidan dan fitosterol yang merupakan sangat baik untuk menurunkan kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), sedangkan saponin, asam fitat, dan protease inhibitor pada tahu dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Tahu juga mengandung semua asam amino esensial dan kaya akan mineral, seperti magnesium, kalsium, dan zat besi. Zat-zat

(11)

gizi ini sangat penting untuk kesehatan saraf, perkembangan otak dan pertumbuhan (Anggraini dan Surbakti, 2008).

3. Kandungan Gizi Tahu

Tahu merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan zat gizi yang baik yang diperlukan oleh tubuh. Komposisi zat gizi tahu ditampilkan pada tabel.

Tabel 1. Komposisi nilai gizi pada 100 gram tahu segar Jumlah Zat Gizi Jumlah Kandungan Gizi

Energi 63 Kal Air 86,7 gr Protein 7,9 gr Lemak 4,1 gr Karbohidrat 0,4 gr Serat 0,1 gr Abu 0,9 gr Kalium 150 mg Besi 0,2 mg Vitamin B1 0,004 mg Vitamin B2 0,02 mg Vitamin B6 0,239 mg Niacin 0,4 mg

Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia

Tahu mempunyai daya cerna yang tinggi yaitu mendekati 95% sehingga dapat dikomsumsi oleh semua golongan umur, termasuk orang yang mengalami gangguan pencernaan. Kandungan karbohidrat dan kalorinya rendah menjadikan tahu baik sebagai menu bagi orang yang menjalani diet karbohidrat. Setiap 200 gram tahu hanya memberikan 7,2% dari kebutuhan kalori orang dewasa perhari (Mahmud, dkk, 1990).

(12)

C. Konsep Dasar Hidangan Modifikasi Sayur 1. Buncis

a. Definisi Buncis

Buncis (dari bahasa Belanda boontjes untuk kacang-kacangan secara umum) adalah sejenis polong-polongan yang dapat dimakan dari berbagai kultivar Phaseolus vulgaris. Buah, biji, dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuran ini kaya dengan kandungan protein (Wales, 2016).

Buncis adalah sayur yang kaya dengan protein dan vitamin yang berguna untuk menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan amat sesuai dikonsumsi oleh penderita diabetes atau hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan berat badan (Wales, 2016).

b. Manfaat Buncis

Menurut Widodo (2015), kandungan dan beberapa manfaat dari buncis adalah sebagai berikut:

1) Mengatasi gejala penyakit diabetes. Zat seperti stigmasterol dan sitisterol yang terkandung dalam buncis berperanan untuk meningkatkan produksi insulin dari pankreas. Insulin ini yang akan mengontrol kadar gula darah pada tubuh. Semakin banyak produksi insulin makan akan semakin turun kadar gula darah.

(13)

2) Makanan tinggi serat. Serat diet membantu menurunkan kadar kolesterol darah, obesitas, dan sembelit.

3) Sumber asam folat yang sangat baik. Studi penelitian menunjukkan bahwa makanan yang kaya folat yang memadai pada ibu hamil akan membantu mencegah cacat tabung saraf pada bayi yang baru lahir. Mampu melancarkan ASI bagi ibu hamil, dengan mengkonsumsi buncis yang berusia di bawah satu tahun atau biasa dikenal baby bean.

4) Kaya dengan pitosterol, terutama ß-sitosterol. Studi menunjukkan bahwa sayuran seperti kacang-kacangan, buah-buahan, dan sereal kaya sterol membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

5) Mengandung vitamin K yang telah ditemukan memiliki peran dalam membangun massa tulang dengan mempromosikan aktivitas osteo-trofik dalam tulang. Hal ini juga telah membatasi kerusakan saraf di otak.

c. Kandungan Gizi Buncis

Buncis merupakan sumber protein, vitamin dan mineral yang penting dan mengandung zat-zat lain yang berkhasiat untuk obat dalam berbagai macam penyakit. Gum dan pektin yang terkandung dapat menurunkan kadar gula darah, sedangkan lignin berkhasiat untuk mencegah kanker usus besar dan kanker payudara.

(14)

Serat kasar dalam polong buncis sangat berguna untuk melancarkan pencernaan sehingga dapat mengeluarkan zat-zat racun dari tubuh (Cahyono, 2007). Zat-zat gizi yang terdapat di dalam buncis dalam 100 g bahan yang dapat dimakan dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. Kandungan nilai gizi kacang buncis per 100 g bahan yang dapat dimakan

Kandungan Zat Gizi Nilai Gizi

Kalori 30 kkal

Jumlah Lemak 0,1 g

Lemak jenuh 0 g

Lemak tak jenuh ganda 0,1 g Lemak tak jenuh tunggal 0 g

Kolesterol 0 mg Natrium 6 mg Kalium 209 m Jumlah Karbohidrat 7 g Serat pangan 3,4 g Protein 1,8 g Vitamin A 108 IU Kalsium 37 mg Vitamin D 0 IU Vitamin B12 0 µg Vitamin C 16,3 mg Zat besi 1 m Vitamin B6 0,1 mg Magnesium 25 mg Sumber: Wales, 2016 2. Kentang a. Definisi Kentang

Kentang adalah tanaman hortikultura tetapi sekaligus juga sebagai tanaman pangan penting di dunia dan mendapat prioritas dalam pengembangannya di Indonesia. Hingga saat ini pertanaman

(15)

kentang masih terpusat di dataran tinggi dengan ketinggian 1000-3000 mdpl dengan produktivitas sekitar 16,2 ton /ha (Samosir, 2013).

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas umbi-umbian yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis umbiumbian yang bergizi. Zat gizi yang terdapat dalam kentang antara lain karbohidrat, mineral (besi, fosfor, magnesium, natrium, kalsium, dan kalium), protein, serta vitamin terutama vitamin C dan B1. Selain itu, kentang juga mengandung lemak dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu 1.0 – 1.5% (Bambang, 1987).

Komposisi kimia kentang sangat bervariasi tergantung varietas, tipe tanah, cara budidaya, cara pemanenan, tingkat kemasakan dan kondisi penyimpanan.

b. Manfaat Kentang

Menurut Yuliyana (2014), manfaat kentang antara lain sebagai berikut:

1) Pencegahan kanker

Vitamin B6 pada kentang ampuh melawan terjadinya pembentukan tumor dalam tubuh yang sangat memicu kanker, dalam hal ini adalah kanker prostat pada pria dan kanker rahim pada wanita. Mengkonsumsi kentang akan mencegah tumbuhnya

(16)

sel kanker dalam tubuh dan telah banyak studi yang membuktikannya.

2) Mengurangi kadar kolesterol

Manfaat kentang dalam mengurangi kadar kolesterol berasal dari kandungan zat potasium yang cukup banyak dalam dirinya. Seperti yang dapat kita temui pada manfaat pisang, zat potasium membantu menghalangi penumpukan kolesterol dalam darah. Kalori yang rendah pada kentang, dapat menjadi menu diet rendah kolesterol anda, tentu saja tanpa di goreng.

3) Mengurangi resiko batu ginjal

Memang pada kentang kandungan kalsium dan zat besi dapat memicu pembentukan batu ginjal, namun magnesium yang kaya pada kentang dapat menolak kalsium yang ada pada jaringan ginjal. Pada orang-orang penderita batu ginjal, kentang bukan merupakan makanan yang ‘haram’ bahkan beberapa menu diet juga melibatkan kentang.

4) Kesehatan tulang

Kentang sangat baik untuk tulang, kandungan zat besi yang terdapat pada kentang memastikan ia sangat membantu pertumbuhan dan kesehatan tulang secara keseluruhan. Zat Besi, kalsium, fosfor, magnesium, dan seng yang ada dalam kentang

(17)

merupakan kombinasi sempurna untuk membangun dan membentuk struktur serta kekuatan tulang.

5) Menurunkan tekanan darah tinggi

Asupan natrium harus dikurangi agar dapat membantu dalam hal menurunkan tekanan darah, namun meningkatkan asupan kalium cukup penting untuk menurunkan tekanan darah ini. Sumber zat lain seperti kalium, magnesium, dan kalsium merupakan zat yang dipercaya dapat menurunkan anda yang memiliki tekanan darah tinggi.

6) Kesehatan jantung

Ada banyak zat gizi yang terdapat di dalam sebuah kentang yang dapat mendukung kinerja jantung yang sehat, serat, kalium, vitamin C dan vitamin B6 adalah beberapa diantaranya. Kentang juga tidak memiliki kandungan kolesterol yang tinggi semuanya sangat baik untuk jantung.

7) Membangun dan pembentukan sel

Vitamin B6 merupakan salah satu vitamin penting yang dibutuhkan untuk melakukan pemrosesan reaksi kimia yang dibutuhkan untuk membentuk sel dalam tubuh. Vitamin B6 dibutuhkan lebih dari 100 reaksi enzimatik, enzim sendiri adalah protein yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Sebagian besar protein dan asam amino membutuhkan vitamin B6 untuk

(18)

sintesis dalam pembentukan DNA dalam tubuh. Untuk itu vitamin B6 ini juga dibutuhkan untuk pembuatan sel sel baru dalam tubuh kita.

8) Kesehatan otak & saraf

Kandungan vitamin B6 yang tinggi juga sangat membantu kesehatan otak dan membantu dalam proses transmisi yang dilakukan dalam saraf.

c. Kandungan Gizi Kentang

Tabel 3. Komposisi Kimia Kentang Tiap 100 g Kandungan Zat Gizi Nilai Gizi

Kalori 76 kkal

Jumlah Lemak 0,1 g

Lemak jenuh 0 g

Lemak tak jenuh ganda 0 g Lemak tak jenuh tunggal 0 g

Kolesterol 0 mg Natrium 6 mg Kalium 421 mg Jumlah Karbohidrat 17 g Serat pangan 2,2 g Gula 0,8 g Protein 2 g Vitamin A 2 IU Kalsium 12 mg Vitamin D 0 IU Vitamin B12 0 µg Vitamin C 19,7 mg Zat besi 0,8 mg Vitamin B6 0,3 mg Magnesium 23 mg Sumber: Wales, 2016

(19)

BAB III

PENGEMBANGAN PRODUK

A. Definisi Pengembangan Produk

Pengembangan produk dan inovasi merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan ataupun rumah sakit. Inovasi adalah perubahan pengetahuan yang sudah ada atau pengetahuan yang baru menjadi produk baru atau mengubah produk, proses, dan pelayanan yang bermaksud untuk membuat nilai yang baru kepada pelanggan dan memberikan peningkatan keuntungan kepada pembuat inovasi (Magrab et all., 2010 dalam Mustamu & Wijaya, 2013). Inovasi dan kreativitas mempunyai arti yang hampir sama. Inovasi mempunyai arti untuk membuat ide atau sebuah hal baru sedangkan kreativitas adalah kepandaian membuat hal baru tersebut menjadi ada dan nyata (Wilemon & Millson, 2006 dalam dalam Mustamu & Wijaya, 2013).

Produk baru dapat dikelompokkan dalam berbagai definisi, yaitu produk yang benar-benar baru (belum pernah ada sebelumnya), hasil modifikasi produk yang sudah ada atau hasil meniru produk yang sudah ada. Pengembangan produk dilakukan agar pasien di rumah sakit tidak merasa bosan dengan hidangan yang ada, selain itu pengembangan produk juga dapat meningkatkan daya kreativitas seseorang (Kusnandar, 2010).

(20)

Menurut Kotler & Fernando (2003) dalam Mustamu & Wijaya, (2013), dalam melakukan sebuah inovasi produk ada beberapa dasar yang dibutuhkan:

1. Modulasi

Melakukan pengubahan suatu karakter dasar dari produk dengan mengubah karater fisik. Contohnya produk deterjen yang memperbanyak pemutih, kadar sabun, dan pewangi.

2. Ukuran

Melakukan pengubahan pada volume dari produk tersebut. Contohnya minuman ringan dengan volume 10 ons, 20 ons, 1 liter, 2 liter.

3. Kemasan

Melakukan pengubahan pada kemasan untuk mengubah persepsi konsumen mengenai produk tersebut, agar sesuai dengan yang dinginkan. Contohnya coklat Nestle dengan berbagai tipe kotak namun rasa dan bentuknya sama. Untuk pendistribusian coklat dalam kotak kecil yang sederhana dan terbuat dari kertas dijual di kios atau toko permen, sedangkan ada juga kotak kertas tapi jauh lebih besar dijual di pasar swalayan.

4. Desain

Melakukan pengubahan pada desain kemasan produk, namun untuk kemasan dan ukuran tetap sama. Contohnya banyak inovasi peralatan ski dari tahun ke tahun hanya melakukan perubahan pada desain warna.

(21)

5. Komplemen

Melakukan pengubahan dengan menambahkan sejumlah bahan baru ke dalam produk. Contohnya biskuit yang ditaburi gula, kayu manis, coklat susu.

6. Pengurangan upaya

Melakukan pengubahan dengan menurunkan upaya dan biaya dari produk. Contohnya parfum yang mahal dari perusahaan ternama memutuskan untuk mengeluarkan parfum dengan harga yang jauh lebih rendah agar dapat dijangkau konsumen.

B. Kegiatan Pengembangan Produk

Kegiatan pengembangan produk pangan merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh industri pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan peluang pasar. Pengembangan produk pangan yang baru sebaiknya melalui tahapan-tahapan yang sistematis dan terencana. Proses yang sistematis dan terencana dalam pengembangan produk diharapkan dapat meminimalisir resiko kegagalan (Kusnandar 2010).

Pengembangan produk pangan di rumah sakit perlu dilakukan agar makanan yang disajikan kepada pasien menjadi lebih bervariasi dan menarik sehingga diharapkan akan meningkatkan selera makan pasien dan meminimalisir resiko rasa kejenuhan/kebosanan pasien terhadap makanan rumah sakit yang telah ada sebelumnya. Pengembangan produk yang akan dilakukan di Unit Gizi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah modifikasi

(22)

resep yang sudah ada di siklus menu ke lima menjadi hidangan baru dengan bahan yang telah dikembangkan. Modifikasi yang akan dilakukan adalah modifikasi terhadap lauk nabati dan sayur dalam siklus menu ke lima dengan menjadikan hidangan yang lebih menarik dan tetap memperhatikan nilai gizi.

(23)

BAB IV

METODE PENGEMBANGAN HIDANGAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan modifikasi produk dilakukan pada tanggal 15 Februari 2016. Tempat kegiatan dilakukan di ruang Food Service RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta.

B. Sasaran Konsumen

Modifikasi resep makanan ini merupakan modifikasi dari resep makanan biasa yang ditujukan/dianjurkan untuk pasien non diet khusus, pegawai, tenaga pengolah dan lain sebagainya selain pasien diet khusus.

C. Lauk Nabati 1. Nama Produk

Nama produk setelah dimodifikasi yaitu Steak Tahu.

2. Bahan-Bahan

(24)

b. Bawang bombay 1 bh c. Bawang putih 4 siung d. Minyak sayur 37 ml e. Tepung maizena 5 gr f. Tepung terigu 50 gr

g. Bumbu teriyaki (saori teriyaki) 1 bks h. Kecap manis

i. Air 100 ml j. Lada 5 gr

k. Gula dan garam 1 sdm (13 gr) 3. Cara Membuat

a. Iris tahu menjadi dua bagian tipis kemudian balut dengan tepung terigu yang sudah diberi garam, goreng dan tiriskan

b. Bersihkan bawang bombay dan bawang putih dengan cara dikupas dan dicuci

c. Iris bawang bombay dan bawang putih, sisihkan

d. Bersihkan daun bawang dengan cara dicuci kemudian disiangi e. Iris daun bawang, sisihkan

f. Panaskan minyak sayur ke dalam wajan, dan tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum

g. Tuangkan bumbu teriyaki kemudian tepung maizena yang dicairkan kira-kira seperempat gelas, aduk hingga mengental

(25)

h. Tambahkan irisan daun bawang

i. Tambahkan garam dan gula secukupnya, setelah itu matikan kompor diamkan sejenak

j. Cara penyajian: tahu diletakkan dalam piring, tambahkan saus steak, dan ditambahkan saus pedas.

4. Alat a. Piring b. Mangkok c. Wajan d. Spatula e. Kompor f. Garpu g. Pisau h. Talenan i. Saringan minyak j. Baskom k. Centong

(26)

5. Alur

Sajikan Lada

Maizena Garam Minyak

Penggorengan Saori teriyaki

Gula pasir Tahu Pemasakan Pengirisan Tepung bumbu Bawang bombay Pencucian Bawang putih Pengupasan Pencucian Pemotongan Pembaluran Penyiangan Pencucian Daun Bawang

(27)

6. Analisis Kebutuhan Bahan dan Biaya

Nama Bahan Berat Bahan sesuai Kebutuhan Harga/kg Harga Bahan sesuai Kebutuhan Saori Teriyaki

Sachet 1 bks (22 ml) - 1.564

Tahu Putih 7 bh (350 gr) 7.500/bks 5.250

Daun Bawang 12 gr 34.000 408

Bawang Bombay 1 bh (20 gr) 16.500 800

Bawang Putih 4 siung 19.000 500

Minyak sayur 37 ml 11.000 407 Tepung terigu 50 gr 8.000 400 Tepung maizena 5 gr 17.000 85 Gula 1 sdm (13 gr) 12.000 156 Garam 1 sdm (13 gr) 6.000 78 Lada 5 gr - 130 Kecap manis 5 gr - 206 TOTAL 9.984 1.426/porsi

(28)

7. Analisis Zat Gizi

Jenis Pangan Gram E P L KH Ca P Fe Vit. A Vit. B Vit. C

Tahu 350 238.00 27.30 16.10 5.60 434.00 220.50 0.00 0.00 0.35 0.00 Minyak 37 333.74 0.00 37.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2960.00 0.00 0.00 Tepung terigu 50 182.50 4.45 0.65 38.65 8.00 53.00 0.60 0.00 0.05 0.00 Maizena 5 17.15 0.02 0.00 4.25 1.00 1.50 0.08 0.00 0.00 0.00 Bawang Bombay 21 8.88 0.28 0.04 2.03 6.32 8.69 0.10 1.18 0.00 1.78 Daun bawang 12 2.81 0.14 0.02 0.64 3.24 3.12 0.07 0.37 0.01 1.06 Kecap 15 6.90 0.86 0.20 1.35 18.45 14.40 0.86 0.00 0.00 0.00 Gula pasir 16 58.24 0.00 0.00 15.04 0.80 0.16 0.02 0.00 0.00 0.00 Total (7 porsi) 848.22 33.03 54.00 67.57 471.81 301.37 1.71 2961.56 0.41 2.84 Total / Porsi 121.17 4.72 7.71 9.65 67.40 43.05 0.24 423.08 0.06 0.41

(29)

D. Sayur

1. Nama Produk

Nama produk setelah dimodifikasi yaitu Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato).

2. Bahan-Bahan a. 350 gr buncis

b. 350 gr kentang sedang

c. Minyak untuk menggoreng secukupnya

d. 300 gr cabe merah, 7 siung bawang merah, 3 siung bawang putih, kemiri secukupnya, garam secukupnya, gula pasir 13 gr, haluskan 3. Cara Membuat

a. Bersihkan kentang dengan cara dicuci dan dikupas kulitnya b. Potong kentang berbentuk jardiniere (persegi panjang)

c. Panas kan minyak secukupnya, lalu goreng kentang hingga matang lalu angkat

d. Blancing buncis, kemudian campurkan dengan kentang yang sudah digoreng

(30)

e. Goreng bawang putih yang telah dihaluskan sampai harum, tambahkan bawang merah halus, cabe merah halus dan terakhir kemiri halus, tumis bumbu hingga matang

f. Masukkan kentang dan buncis lalu di orak arik sampai semuanya tercampur rata. Setelah matang, angkat dan sajikan

4. Alat a. Piring b. Mangkok c. Wajan d. Spatula e. Kompor f. Garpu g. Pisau h. Talenan i. Saringan minyak j. Baskom k. Centong

(31)

5. Alur Minyak Cabe merah Garam Pengupasan Pemotongan Menggoreng Sajikan Bawang merah Pencucian Pencucian Penyiangan Blancing Pemasakan Pencucian Pemotongan Pengupasan Bawang bombay Bawang putih Buncis Kentang Perendaman Pemotongan

(32)

6. Analisis Kebutuhan Bahan dan Biaya

Nama Bahan Berat Bahan sesuai Kebutuhan Harga/kg Harga Bahan sesuai Kebutuhan

Buncis 350 gr 8.000 3.000

Kentang 350 gr 9.000 3.500

Minyak 28 gr 11.000 308

Cabai merah 300 gr 20.000

2.000

Bawang merah 7 siung 32.000

Bawang putih 3 siung 19.000

Garam Secukupnya 6.000 500

Gula pasir 13 gr 12.000 156

TOTAL 9.464

1.352/porsi

7. Analisis Zat Gizi Jenis

Pangan Gram E P L KH Ca P Fe Vit. A Vit.B Vit. C

Buncis 350 110.25 7.56 0.63 24.26 20.48 13.86 3.47 299.25 0.32 59.85 Kentang 350 246.93 5.95 0.30 56.82 32.73 166.60 2.08 0.00 0.30 50.58 Gula pasir 13 47.32 0.00 0.00 12.22 0.65 0.13 0.01 0.00 0.00 0.00 Minyak 28 252.56 0.00 28.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2240.00 0.00 0.00 Total (7 porsi) 657.06 13.51 28.93 93.30 53.85 180.59 5.56 2539.25 0.61 110.43 Total / Porsi 93.87 1.93 4.13 13.33 7.69 25.80 0.79 362.75 0.09 15.78

(33)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan resep merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan menu sehingga lebih berkualitas dalam hal rasa, warna, aroma, tekstur, dan nilai gizi. Modifikasi resep dilakukan pada menu biasa dalam siklus menu kelima untuk makan sore yaitu menu bakwan tahu dan sop buncis kentang yang dimodifikasi menjadi steak tahu dan sambal cis-pot (buncis-potato).

Kegiatan modifikasi menu berbahan dasar tahu, buncis dan kentang yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2016 di dapur Unit Gizi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Kegiatan ini dilakukan mulai pukul 08.00-13.00 WIB mulai dari pengolahan sampai dengan penyajian untuk dilakukan uji organoleptik. Uji organoleptik dilakukan dengan dihadiri 35 panelis yang terdiri dari ahli gizi, petugas pengolah, dan mahasiswa.

Penilaian menu yang dimodifikasi dilakukan dengan uji cita rasa atau uji organoleptik. Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu, uji ini dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk. Panelis diberikan kertas kuisioner kemudian panelis mencicipi sampel dan memberikan nilai pada produk yang disajikan. Panelis juga dapat memberikan saran untuk produk yang dihidangkan dalam formulir uji organoleptik yang diberikan.

(34)

A. Lauk Nabati

1. Kajian Analisa Produk

a. Waktu (Lamanya Pengolahan) Sebelum Modifikasi (Bakwan

Tahu)

Setelah Modifikasi (Steak Tahu)

60 menit 30 menit

Berdasarkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan, terdapat perbedaan lamanya waktu pengolahan antara makanan sebelum dimodifikasi dan setelah modifikasi. Setelah dimodifikasi, waktu yang dibutuhkan lebih efisien yaitu 30 menit lebih cepat. Lamanya waktu pengolahan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti banyaknya tenaga pengolah, alat yang digunakan, proses/banyaknya langkah pengolahan dan lain sebagainya.

Dalam manajemen penyelenggaraan makanan di Unit Gizi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, pengolahan makanan dilakukan oleh banyak tenaga pengolah dan alat yang mendukung sehingga modifikasi resep ini dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dengan estimasi lamanya waktu pengolahan yang sama/tidak jauh berbeda dengan lamanya waktu pengolahan saat resep baru tersebut dicoba.

b. Analisis Zat Gizi

Sebelum Modifikasi (Bakwan Tahu)

Setelah Modifikasi (Steak Tahu)

(35)

P = 5,32 gr L = 5,97 gr KH = 10,97 gr P = 4,72 gr L = 7,71 gr KH = 9,65 gr

Berdasarkan nilai gizi setelah dimodifikasi terjadi peningkatan pada nilai energi. Hal ini dapat mencukupi kebutuhan energi pasien.

c. Analisis Kebutuhan Biaya Sebelum Modifikasi (Bakwan

Tahu)

Setelah Modifikasi (Steak Tahu)

1.431/porsi 1.426/porsi

Berdasarkan analisis kebutuhan biaya, biaya makanan per porsi setelah dimodifikasi lebih rendah daripada sebelum dimodifikasi. Hal ini dapat menjadi pertimbangan penerapan modifikasi resep di rumah sakit karena biaya yang dibutuhkan tidak lebih besar dari sebelumnya.

2. Hasil Uji Organoleptik

a. Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Rasa Diagram 1 Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan

(36)

Diagram 1 menunjukkan bahwa sebanyak 54% panelis (19 orang) menyukai rasa dari steak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa daya terima hidangan yang disajikan dapat disukai karena rasanya yang cukup lezat dan tingkat kematangan yang sesuai berdasarkan penilaian panelis.

b. Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Warna Diagram 2 Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan

Aspek Warna

Diagram 2 menunjukkan bahwa sebagian besar panelis yaitu sebanyak 63% (22 orang) menyukai warna dari steak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa warna dari hidangan sudah menarik karena eksistensi warna yang bagus dan tidak pucat sehingga dapat diterima oleh panelis.

c. Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Aroma Diagram 3 Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan

(37)

Diagram 3 menunjukkan bahwa sebagian besar panelis yaitu 71% (25 orang) menyukai makanan biasa bahan dasar nabati yang dijadikan steak tahu dari segi aroma. Hal ini menunjukkan bahwa aroma dari makanan biasa untuk pasien secara oral dapat membuat seseorang menjadi tertarik untuk mencoba karena berawal dari aroma yang sedap dan menggugah selera, orang akan tertarik melihat dan mencoba makanan tersebut.

d. Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Tekstur Diagram 4 Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan

(38)

Diagram 4 menunjukkan bahwa sebagian besar panelis yaitu 63% (22 orang) menyukai tekstur makanan biasa bahan dasar nabati yang dijadikan steak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa tekstur dari makanan biasa untuk pasien secara oral dapat diterima dan membuat seseorang menikmati makanan yang dihidangkan dengan tekstur yang sesuai dengan daya terima.

B. Sayur

1. Kajian Analisa Produk

a. Waktu (Lamanya Pengolahan) Sebelum Modifikasi (Gulai

Buncis Kentang)

Setelah Modifikasi [Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato)]

60 menit 30 menit

Berdasarkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan, terdapat perbedaan lamanya waktu pengolahan antara makanan sebelum dimodifikasi dan setelah modifikasi. Setelah dimodifikasi, waktu yang dibutuhkan lebih efisien yaitu 30 menit lebih cepat. Lamanya waktu pengolahan dapat

(39)

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti banyaknya tenaga pengolah, alat yang digunakan, proses/banyaknya langkah pengolahan dan lain sebagainya.

Dalam manajemen penyelenggaraan makanan di Unit Gizi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, pengolahan makanan dilakukan oleh banyak tenaga pengolah dan alat yang mendukung sehingga modifikasi resep ini dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dengan estimasi lamanya waktu pengolahan yang sama/tidak jauh berbeda dengan lamanya waktu pengolahan saat resep baru tersebut dicoba.

b. Analisis Zat Gizi

Sebelum Modifikasi (Gulai Buncis Kentang)

Setelah Modifikasi [Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato)] E = 559,87 kkal P = 19,97 gr L = 19,89 gr KH = 117,68 gr E = 657,06 kkal P = 13,51 gr L = 4,13 gr KH = 13,33 gr

Berdasarkan nilai gizi setelah dimodifikasi terjadi peningkatan pada nilai energi. Hal ini dapat mencukupi kebutuhan energi pasien.

c. Analisis Kebutuhan Biaya Sebelum Modifikasi (Gulai

Buncis Kentang)

Setelah Modifikasi [Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato)]

1.754/porsi 1.352/porsi

Berdasarkan analisis kebutuhan biaya, biaya makanan per porsi setelah dimodifikasi lebih rendah daripada sebelum dimodifikasi. Hal ini dapat menjadi pertimbangan penerapan

(40)

modifikasi resp di rumah sakit karena biaya yang dibutuhkan tidak lebih besar dari sebelumnya.

2. Hasil Uji Organoleptik

a. Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Rasa Diagram 5 Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan

Aspek Rasa

Diagram 5 menunjukkan bahwa sebanyak 60% panelis (21 orang) menyukai rasa dari Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato). Hal ini menunjukkan bahwa daya terima dari hidangan yang disajikan dapat disukai karena rasanya yang cukup lezat dan tingkat kematangan yang sesuai berdasarkan penilaian panelis. b. Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Warna

Diagram 6 Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Warna

(41)

Diagram 6 menunjukkan bahwa sebagian besar panelis yaitu sebanyak 71% (25 orang) menyukai warna dari Sambal Cis-Pot (Buncis-Cis-Potato). Hal ini menunjukkan bahwa warna dari hidangan sudah menarik karena eksistensi warna dan penyajian yang bagus sehingga dapat diterima oleh panelis.

c. Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Aroma Diagram 7 Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan

Aspek Aroma

Diagram 7 menunjukkan bahwa sebagian besar panelis yaitu 71% (25 orang) menyukai makanan biasa bahan dasar sayur kentang dan buncis yang dijadikan sambel cis-pot ala kerinci dari segi aroma. Hal ini menunjukkan bahwa aroma dari makanan biasa untuk pasien secara oral dapat membuat seseorang menjadi terangsang untuk mencoba karena berawal dari aroma yang

(42)

menggairahkan, orang akan tertarik melihat dan mencoba makanan tersebut.

d. Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan Aspek Tekstur Diagram 8 Hasil Uji Organoleptik Hidangan Berdasarkan

Aspek Tekstur

Diagram 8 menunjukkan bahwa sebagian besar panelis yaitu 60% (21 orang) menyukai makanan biasa bahan dasar sayur kentang dan buncis yang dijadikan sambel cis-pot ala kerinci dari segi tekstur. Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi makanan biasa untuk pasien secara oral dapat diterima dan membuat seseorang menikmati makanan yang dihidangkan dengan tekstur yang sesuai dengan daya terima.

(43)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil praktik modifikasi resep menu ke-5 dengan bahan dasar protein nabati dan sayur yaitu steak tahu dan Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato) untuk makanan biasa bagi pasien tanpa diit khusus dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan modifikasi menu yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan produk yang sudah ada di Unit Gizi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi menu baru yang lebih bervariasi dalam segi bahan, menekan harga menjadi lebih rendah, meningkatkan nilai gizi dan dapat meningkatkan daya terima pasien dalam menyajikan makanan biasa tanpa diet khusus.

2. Keunggulan dari produk modifikasi ini adalah dari segi nilai gizi yang meningkat dari resep menu sebelumnya.

3. Sasaran modifikasi resep makanan biasa ditujukan/dianjurkan untuk pasien non diet khusus, pegawai, tenaga pengolah dan lain sebagainya selain pasien diet khusus.

4. Kandungan energi lauk nabati dalam 1 porsi meningkat sebesar 6,72% serta kandungan lemak meningkat sebesar 1,74% dari menu sebelumnya yaitu bakwan tahu.

5. Kandungan energi sayur dalam 1 porsi meningkat sebesar 10% serta kandungan lemak meningkat sebesar 0,86% dari menu sebelumnya yaitu sop buncis kentang.

(44)

6. Hasil uji organoleptik pada steak tahu berdasarkan aspek kesukaan untuk warna 63%, rasa 54%, aroma 71% dan tekstur 63% sedangkan untuk sambal Cis-Pot berdasarkan aspek kesukaan untuk warna 71%, rasa 60%, aroma 71% dan tekstur 60%. Hal ini dapat disimpulkan baik untuk tingkat kesukaan yang dinilai panelis karna nilainya sudah lebih dari 50%.

7. Harga untuk per porsi dari steak tahu untuk makanan biasa menurun yaitu dari Rp. 1431,- menjadi Rp.

1426,-8. Harga untuk per porsi dari Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato) untuk makanan biasa menurun yaitu dari Rp. 1754,- menjadi Rp. 1352,-9. Waktu mengolahan dalam membuat steak tahu untuk makanan biasa

bagi pasien tanpa diet khusus yaitu 30 menit untuk 7 porsi.

10. Waktu mengolahan dalam membuat Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato) untuk makanan biasa bagi pasien tanpa diet khusus yaitu 30 menit untuk 7 porsi.

11. Waktu daya tahan produk dari selesainya distribusi yaitu 6 jam.

B. Saran

1. Bisa dijadikan menu tetap di Unit Gizi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad karena pembuatan produk ini tidak memerlukan waktu yang cukup lama dan harga perporsi produk yang kami buat lebih murah dibanding harga perporsi dari menu yang sudah ada di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad serta meningkatkan kandungan gizi pada menu yang telah dimodifikasi.

(45)

2. Tahu yang digunakan untuk membuat steak tahu seharusnya menggunakan tahu dengan tekstur yang lebih lembut dan berwarna putih dan tidak berasa keasaman, agar saat tahu matang masi tetap terasa lembut.

3. Saat membuat saus teriyaki untuk topping steak tahu, warnanya lebih pekat dari tahunya dan kekentalannya harus diperhatikan agar terlihat menarik serta bumbu yang digunakan tidak berlebihan/kekurangan (seperti halnya kurang asin/garam).

4. Bahan dasar untuk membuat Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato) untuk buncis, pilihlah buncis yang lebih muda dan berwarna hijau segar agar saat dimasak dan matang rasa buncis tidak pahit.

5. Dalam pembuatan Sambal Cis-Pot (Buncis-Potato) bumbu yang digunakan sebaiknya tidak terlalu tajam/ merangsang sistem pencernaan (terlalu pedas).

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ahli Gizi. 2016. Internet. Diet Makanan Biasa. Tersedia dalam https://www.ahligizi.info/diet-makanan-biasa/ [Diakses tanggal 10 Februari 2016]

Anggraini, D. R. dan Surbakti, Y. 2008. Super Komplit Menu Sehari-Hari Sepanjang Masa. Jakarta: Wahyu Media

Bambang, Prayudi. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kentang (Solanum Tuberosum L.). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah.

Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis: Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius

Kemenkes RI (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). 2013. Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kusnandar, Feri. 2010. Internet. Pengembangan Produk. Tersedia dalam http://itp.fateta.ipb.ac.id/ [Diakses tanggal 10 Februari 2016]

Mahmud, Mien K, dkk. 1990. Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Depertemen Kesehatan Rebuplik Indonesia, Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor

Mustamu, R. H dan Wijaya, W. S. 2013. Analisis Pengembangan Produk pada Perusahaan Tepung Terigu di Surabaya. Jurnal Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Kristen Petra Vol. 1 No. 1 2013

Samosir, O. M. 2013. “Respon Eksplan Kentang (Solanum Tuberasum) Terhadap Penggunaan Yang Di Perbanyak Melalui Embriogenesis Tidak Langsung”. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Darma Agung Medan

Utami, Siti. 2010. Internet. BAB I Pendahuluan. Tersedia dalam

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-1675-BAB1.pdf. [Diakses tanggal 10 Februari 2016]

Wales, Jimmy Donal. 2016. Internet. Buncis. Tersedia dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Buncis [Diakses tanggal 10 Februari 2016]

(47)

Wales, Jimmy Donal. 2016. Internet. Kentang. Tersedia dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kentang [Diakses pada tanggal 29 Februari 2016]

Wales, Jimmy Donal. 2015. Internet. Tahu. Tersedia dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Tahu [Diakses tanggal 10 Februari 2016] Widodo. 2015. Internet. Manfaat Hebat Dan Kandungan Gizi Buncis. Tersedia

dalam http://klinikgizi.com/2015/09/05/manfaat-hebat-dan-kandungan-gizi-buncis/ [Diakses tanggal 10 Februari 2016]

Yuliyana. 2014. Internet. 11 Manfaat Kentang bagi Kesehatan Tubuh. Tersedia dalam http://manfaat.co.id/manfaat-kentang [Diakses tanggal 10 Februari 2016]

Gambar

Tabel 1. Komposisi nilai gizi pada 100 gram tahu segar Jumlah Zat Gizi Jumlah Kandungan Gizi
Tabel 2. Kandungan nilai gizi kacang buncis per 100 g bahan yang dapat dimakan
Tabel 3. Komposisi Kimia Kentang Tiap 100 g Kandungan Zat Gizi Nilai Gizi
Diagram 1 menunjukkan bahwa sebanyak 54% panelis (19 orang) menyukai rasa dari steak tahu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ekstrak daun otikai dan ekstrak buah pinang dapat dikembangkan menjadi bahan insektisida nabati karena dengan konsentrasi

Tahu merupakan produk pangan sumber nabati yang relatif banyak dikonsumsi masyarakat, namun masa simpan tahu yang relatif pendek menjadi permasalahan tersendiri

Hasan Basry Kandangan pengadaan bahan makanan basah seperti lauk hewani (ikan), lauk nabati dan sayur pada sore hari dilakukan perhitungan jumlah ikan berdasarkan

Melalui ular tangga modifikasi men- jadikan pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena anak bergerak aktif sehingga dapat mengem- bangkan aspek fisik

Berdasarkan penelitan yang dilakukan, minyak nilam dan ekstrak lerak dapat dikembangkan menjadi bahan insektisida nabati karena daya bunuhnya dalam waktu 72

Hal ini tercipta ide/gagasan untuk modifikasi mesin kendaraan standar menjadi mesin kendaraan hemat bahan bakar dengan target jarak tempuh 100 Km/liter. Dalam modifikasi

Resep perkedel kentang yang gurih dapat Anda buat sendiri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dan juga sehat.. Tentu ini dapat menjadi menu bekal special

Lembar kuesioner digunakan untuk menghimpun data dari para ahli terkait dengan model yang dikembangkan dan menilai apakah modifikasi senjata anggar efektif dan efisien untuk menjadi