OBAT
OBAT
“ANTIKOLINERGIK”
“ANTIKOLINERGIK”
Ina Kanita, Lydya Perwitasari
Ina Kanita, Lydya Perwitasari AS, Mega Puspa AS, Mega Puspa Sari,Sari, Presented by
Antagonis
Antagonis
Obat yang hanya menduduki reseptor tanpaObat yang hanya menduduki reseptor tanpa
menimbulkan efek langsung mengakibatkan menimbulkan efek langsung mengakibatkan
berkurang/hilangnya efek transmitter dari pada berkurang/hilangnya efek transmitter dari pada sel tersebut karena tergesernya transmiter
sel tersebut karena tergesernya transmiter reseptor tersebut
Anti kolinergik
Anti kolinergik
Obat yang bekerja memblok reseptor Obat yang bekerja memblok reseptor
muskarinik. muskarinik.
Resultante kerja obat ini melumpuhkan sisitemResultante kerja obat ini melumpuhkan sisitem
kolinergik baik sentral maupun perifer kolinergik baik sentral maupun perifer terutama sistem parasimpatis sehingga terutama sistem parasimpatis sehingga disebut
Sesuai dengan reseptor kolinergik yang Sesuai dengan reseptor kolinergik yang dihambat, maka dikenal 2 jenis obat dihambat, maka dikenal 2 jenis obat antikolinergik : antikolinergik : 1. 1. Antimuskarinik Antimuskarinik 2. 2. Antimikotinik Antimikotinik
Golongan Obat Antikolinergik
Atropine Propantheline Benztropine Scopolamine Dicyclomine Trihexyphenidyl Glycopyrrolate Trimethaphan camsylate Hyoscyamine Cyclopentolate Phenobarbital Phenylephrine Ipratropium Homatropin1. Antimuskarinik alkaloid Penggunaan khusus : a. Kuateneri (saluran cerna) b. Kuarteneri (asma) c. Tersier (perifer) d. Tersieri (Parkinson) 2. Antinikotinik a. Blokade ganglion b. Blokade neuromuskuler
Atropin (atropa belladona) Skopolamin (hyosciamusnigei) Propantelin Glikopirolat Ipratropium Pirenzepin, Tropikamid, Disisklomin Benzfropium Heksametonium (HC-3) Mekamilamin Tetraetilamonium d-Tubokurarin, Dekametonium
Antimuskarinik
Farmakokinetik
Atropin dan senyawa segolongan skopolamin
merupakan amonium tersier.
Diekstraksi dari tumbuhan “Atropa belladona” dan
“Hyoscyamus niger”.
Mudah diserap dari saluran cerna atau konjungtiva. Eksresinya juga cepat melalui urin, dengan paruh
sekitar 2 jam, sehingga efek penghambat fungsi parasimpatis cepat menghilang kecuali mata yang baru menghilang 48-72 jam kemudian.
Farmakodinamika
Atropin mencegah ikatan reseptor muskarinik
dengan ACh dengan mengikat reseptor.
Efektivitas antimuskarinik bervariasi pada setiap
jaringan tubuh.
Jaringan yang sangat peka terhadap atropin
adalah : kelenjar saliva, bronkus, dan keringat.
Nikotinik sangat selektif terhadap reseptor M2. Senyawa kuartener lebih bersifat antinikotinik.
1. SSP
Pada dosis terapi, atropin memberi efek stirnulansia
ringan pada nukleus yang menyebabkan predikardi dan efek sedasi lambat yang lama.
Skopolamin memberi efek sedasi yang nyata dan
amnesia.
Gangguan vestibular yang menyertai transmisi
kolinergik dapat dicegah dengan pemberian
2. Mata
Penetesan atropin mencegah efek perangsangan
kolinominetik, sehingga timbul pelebaran pupil (midriasis). Dan paralisis otot siliaris mata.
Gejala hilangnya daya akomodasi untuk melihat
dekat.
Efek ini penting untuk funduskopi, tetapi berbahaya
pada glaukoma sudut sempit.
3. Sistem Kardiovaskuler
Otot atrium dan ventrikel kurang dipengaruhi oleh
atropin.
Pada dosis toksik atropin dapat memblok
konduksi AV.
Pada dosis toksik, dapat menimbulkan efek
vasodilatasi di kulit muka.
Efek pada hemodinamik tidak nyata hanya
4. Sistem Pernafasan
Penghambatan atropin terhadap reseptor
muskarinik pada bronkus dan kelenjarnya menyebabkan bronkodilatasi.
5. Saluran Cerna
Efek antimuskarinik pada organ ini berupa
pelemahan motilitas usus dan pengurangan sekresi kelenjar.
Pirenzepin lebih selektif daripada atropin dalam
6. Saluran Kemih
Merelaksasi dinding kemih pada kasus infeksi
kandung kemih.
Pada orang tua harus hati-hati karena akan
7. Kelenjar Keringat
Reseptor muskarinik pada kelenjar keringat
berasal dari persarafan simpatik yang sangat peka terhadap atropin.
Pada bayi dan anak-anak mengakibatkan naiknya
Indikasi
• Penyakit Parkinson • Motion sickness
• Fonduscopy
• Ulkus peptikum diare
• Sinkop akibat aktifitas vagus yang berlebih • Premedikasi anestesi
• Asma bronkial (inhalasi ipratropium)
• Terapi sintomatis pada sistitis dan hiperhidrosis • Keracunan kolinergik oleh organol fosfat
Kontraindikasi
Kontraindikasi tidak mutlak seperti pada :
Glaukoma
Antinikotinik
Obat golongan ini memblok reseptor nikotinik
pada gangglion otonom baik simpatis maupun parasimpatis.
Secara klinis efek dari obat golongan ini untuk
Farmakokinetik
Semua senyawa golongan ini merupakan
sintetik amin.
Karena merupakan senyawa ammonium
kuarterner, maka penyerapan dan distribusinya jelek.
Hanya mecamylamine yang dapat diserap
Farmakodinamik
Hanya mecamylamine yang masuk SSP karena mengandung amonium tersier dengan menimbulkan gejala sedasi, gerakan choreiform dan penyimpangan mental.1. SSP
2. Mata
timbulnya siklolegia dan hilangnya daya
3. Kardiosvakuler
obat penghambat gangglion berefek menurunkan darah tonus arteri dan vena dan turunnya tekanan darah.
4. Saluran Cerna
mengurangi sekresi, tetapi kurang efisisen pada ulkus peptikum, dan terlambatnya motilitas sampai timbul konstipasi
5. Sistem Lain
Sulit buang air kecil dan mungkin timbul retensi urin pada penderita yang hiperkopi prostat. Dosis sedang mengganggu daya ereksi dan ejakulasi.
Indikasi dan Keracunan
1) Hipertensi dalam keadaan gawat
2) Mengontrol perdarahan pada operasi
neorologi
3) Edema paru akut : trimethaphan berfungsi
Efek Samping
Efek antidiare penggunaan atropin disertai
dengan efek midriasis dan sikloplegia.
Efek hipertermia sering timbul pada anak-anak,
yang dapat diatasi dengan pemberian fisostigmin 0,5-1 mg i.v.
Mulut kering
Gangguan miksi
Meteorisme sering terjadi tapi tidak
Peran Perawat
dalam
Peran Perawat dalam
Psikofarmaka
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan
yang aman .
Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan.
Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka
memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien.
Cont….
Sekali obat telah diberikan , perawat
bertanggung jawab pada efek obat yang
diduga bakal terjadi.
Cont…..
1. Pengkajian pasien
Pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang masing – masing pasien.
Pemeriksaan fisik
pemeriksaan lab
Evaluasi status mental
Riwayat medis dan psikiatri Riwayat medikasi
Riwayat keluarga
2. Koordinasi modalitas terapi
Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien.
3. Pemberian agens psikofarmakologis
Program pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual.
4. Pemantauan efek obat
Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasien.
5. Penyuluhan pasien
Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif.
6. Program Rumatan obat
Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.
7. Partisipasi dalam penelitian klinis antardisiplin tentang uji coba obat
Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk mengobati pasien gangguan jiwa.
8. Kewenangan untuk memberi resep.
Beberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai dengan undang – undang praktik negaranya boleh meresepkan agens farmakologis untuk mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami gangguan jiwa.
6 Benar Pemberian Obat
1. Klien
hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan
sebuah obat. 2. Obat 3. Dosis 4. Waktu 5. Rute 6. Dokumentasi
Hak-hak Klien dalam Pemberian
Obat
1. Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi ( Informed concent ), yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan .
2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika
memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan.
Jika suatu pengobatan dtolak, penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada pemberian insulin atau warfarin (Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996)
Pemberian obat pada klien merupakan fungsi
dasar keperawatan yang membutuhkan
ketrampilan
teknik
dan
pertimbangan
terhadap perkembangan klien. Perawat yang
memberikan
obat-obatan
pada
klien
diharapkan mempunyai pengetahuan dasar
mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam
pemberian obat.
Asuhan keperawatan
Terhadap efek samping yang dihasilkan
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi b.d efek penggunaan antikolinergik Retensi Urine b.d penggunaan antikolinergik Resiko cedera b.d penurunan sensori
Asuhan Keperawatan
1. Hipertermia
Ajarkan klien pentingnya mempertahankan asupan cairan yang adekuat (> 2000 ml/hari) kecuali terdapat kontraindikasi penyakit jantung atau ginjal) untuk mencegah dehidrasi.
Pantau asupan dan keluaran
Lihat kekurangan volume cairan
Kaji apakah pakaian atau bedcover terlalu hangat untuk lingkungan atau aktivitas yang telah direncanakan
Ajarkan pentingnya peningkatan asupan cairan selama cuaca hangat dan latihan
Anjurkan penggantian cairan untuk aktivitas sedang pada cuaca panas
Jelaskan peelunya menghindari alkohol, kafein
dan makan banyak selama cuaca panas
Jelaskan perlunya menggunakan pakaian yang
kendur
Hindari aktivitas di luar ruangan pukul 11 dan 14 Mandi dingin atau shower beberapa kali sehari
selama cuaca panas. Jangan menggunakan sabun.
Ajarkan tanda awal hipertermia atau sengatan
panas
Kulit memerah Sakit kepala Keletihan
Cont….
2. Retensi Urine b.d penggunaan antikolinergik
kembangkan program latihan-ulang Kandung
kemih atau pengondisian-ulang.
Ajarkan pasien meregangkan abdomen dan
melakukan manuver valsava jika diindikasikan
Ajarkan pasien manuver crede jika diindikasikan Ajarkan pasien manuver regangan anal jika
Cont…
Intruksikan individu untuk mencoba ketiga tehnik
atau suatu kombinasi tekhnik untuk menentukan yang efektif dalam mengosongkan kandung
kemih.
Tandai pada asupan dan haluaran, tekhnik mana
yang digunakan untuk menimbulkan berkemih.
Ukur residu pasca-berkemih setelah usaha
mengosongkan kandung kemih, jika volume residu urine lebih besar dari 100 cc,
3. Resiko cedera b.d penurunan sensori
1. Kaji keamanan lingkungan rumah klien
2. Berikan sesi pengajaran selama 20 menit
tentang mengidentifikasi dan menghindari bahaya atau jatuh dan cedera dan
meningkatkan keamanan
3. Sarankan pencahayaan yang cukup pada