• Tidak ada hasil yang ditemukan

audit lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "audit lingkungan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Audit Lingkungan HTI Murni

Audit Lingkungan HTI Murni

PT. Aya Yayang Indonesia

PT. Aya Yayang Indonesia

Laporan No. 17

Laporan No. 17

November 2000

November 2000

(2)
(3)

PREFACE

PREFACE

Proyek South and Central Kalimantan Production Forest Project (SCKPFP) adalah Proyek South and Central Kalimantan Production Forest Project (SCKPFP) adalah sebuah proyek kerja sama yang dibiayai secara bersama, dengan persyaratan sebuah proyek kerja sama yang dibiayai secara bersama, dengan persyaratan sebagaimana terdapat dalam financing memorandum ALA/95/18, oleh European sebagaimana terdapat dalam financing memorandum ALA/95/18, oleh European Commission dan Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Kehutanan Commission dan Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Kehutanan dan Perkebunan (Dephutbun).

dan Perkebunan (Dephutbun).

Tinjauan ini diselesaikan untuk memenuhi Phase I Overall Work Plan (OWP) dan Tinjauan ini diselesaikan untuk memenuhi Phase I Overall Work Plan (OWP) dan sebagai bagian dalam memenuhi Kegiatan 6.3, “untuk mengadakan audit sebagai bagian dalam memenuhi Kegiatan 6.3, “untuk mengadakan audit lingkungan pada areal konsesi proyek”.

lingkungan pada areal konsesi proyek”.

untuk mencapai Hasil 6 “ekosistem hutan dan ekosistem assosiasi dalam untuk mencapai Hasil 6 “ekosistem hutan dan ekosistem assosiasi dalam lingkungan proyek dikelola untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan lingkungan proyek dikelola untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan keanekaragamannya,”

keanekaragamannya,”

untuk merealisasi tujuan proyek pada tiga tahun Phase I, yaitu “Model Manajemen untuk merealisasi tujuan proyek pada tiga tahun Phase I, yaitu “Model Manajemen Hutan Lestari yang menggabungkan petunjuk ITTO dan prinsip-prinsip yang Hutan Lestari yang menggabungkan petunjuk ITTO dan prinsip-prinsip yang dikembangkan serta dilaksanakan pada operasional kehutanan di Aya Yayang dan dikembangkan serta dilaksanakan pada operasional kehutanan di Aya Yayang dan HPH percontohan di Kalimantan Tengah.”

HPH percontohan di Kalimantan Tengah.”

 Naskah

 Naskah ini ini telah telah dikonsep dikonsep dengan dengan bantuan bantuan dana dana dari dari Komisi Komisi Masyarakat Masyarakat EropaEropa (Commission of the European Community). Pandangan-pandangan yang (Commission of the European Community). Pandangan-pandangan yang dikemukakan di sini adalah berasal dari para konsultan, karenanya tidak dikemukakan di sini adalah berasal dari para konsultan, karenanya tidak merefleksikan pendapat resmi dari Komisi. Laporan ini telah dibuat oleh :

merefleksikan pendapat resmi dari Komisi. Laporan ini telah dibuat oleh :

• Gareth Ward, Auditor Lingkungan, Attis Environmental Ltd.Gareth Ward, Auditor Lingkungan, Attis Environmental Ltd.

Diperiksa dan diperbaiki oleh Nick Bonvoisin, Spesialis Manajemen Lingkungan, Diperiksa dan diperbaiki oleh Nick Bonvoisin, Spesialis Manajemen Lingkungan, Proyek Hutan Produksi di Kalimantan Selatan dan Tengah (SCKPFP).

Proyek Hutan Produksi di Kalimantan Selatan dan Tengah (SCKPFP).

Laporan ini telah diketahui dan disetujui untuk disebarluaskan oleh Project Laporan ini telah diketahui dan disetujui untuk disebarluaskan oleh Project Co-Directors yang bertandatangan di bawah ini.

Directors yang bertandatangan di bawah ini. Banjarbaru, Januari 2001 Banjarbaru, Januari 2001 ……… ……… Dr. John Tew Dr. John Tew International Co-Director International Co-Director ……… ……… Dr. Silver Hutabarat Dr. Silver Hutabarat  National Co-Director  National Co-Director

(4)

RINGKASAN

RINGKASAN

Laporan ini berisi temuan-temuan, kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi dari Laporan ini berisi temuan-temuan, kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi dari Audit Lingkungan pada kegiatan teknis yang dilaksanakan oleh PT. Aya Yayang Audit Lingkungan pada kegiatan teknis yang dilaksanakan oleh PT. Aya Yayang Indonesia (PT. AYI) di HTI Murni, di sekitar Panaan, Kalimantan Selatan. Audit Indonesia (PT. AYI) di HTI Murni, di sekitar Panaan, Kalimantan Selatan. Audit tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari

tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari  Proyek  Proyek South South and and Central Central KalimantanKalimantan  Production Forest Project (SCKPFP)

 Production Forest Project (SCKPFP) dari Uni Eropa. dari Uni Eropa.

Sebagaimana PT. AYI telah menunjukkan keinginan untuk mencapai Sertifikasi Sebagaimana PT. AYI telah menunjukkan keinginan untuk mencapai Sertifikasi dari FSC (

dari FSC ( Forest  Forest Stewardship Stewardship Council)Council)  untuk HPH yang berdampingan dengan  untuk HPH yang berdampingan dengan mereka, Prinsip-prinsip dan Kriteria dari FSC digunakan sebagai kriteria dalam mereka, Prinsip-prinsip dan Kriteria dari FSC digunakan sebagai kriteria dalam audit ini. Referensi khusus yang diambil sesuai dengan Prinsip #6 FSC mengenai audit ini. Referensi khusus yang diambil sesuai dengan Prinsip #6 FSC mengenai dampak lingkungan dari kegiatan perhutanan, dan pada Prinsip #10 sehubungan dampak lingkungan dari kegiatan perhutanan, dan pada Prinsip #10 sehubungan dengan hutan tanaman, namun referensi lain juga diambil dari prinsip-prinsip dan dengan hutan tanaman, namun referensi lain juga diambil dari prinsip-prinsip dan kriteria-kriteria lain yang perlu.

kriteria-kriteria lain yang perlu.

Rekomendasi-rekomendasi yang ditunjukkan dalam

Rekomendasi-rekomendasi yang ditunjukkan dalam Bab 4Bab 4 dari laporan ini dandari laporan ini dan dalam bentuk ringkasan seperti di bawah, sekarang berkesempatan untuk dalam bentuk ringkasan seperti di bawah, sekarang berkesempatan untuk  peningkatan

 peningkatan lingkungan lingkungan yang yang konsisten konsisten dengan dengan kebutuhan kebutuhan Sertifikasi Sertifikasi FSC. FSC. TidakTidak diharapkan bahwa seluruh rekomendasi akan dapat dilaksanakan dalam waktu diharapkan bahwa seluruh rekomendasi akan dapat dilaksanakan dalam waktu dekat, namun melalui sebuah proses bertahap yang dapat mencapai peningkatan dekat, namun melalui sebuah proses bertahap yang dapat mencapai peningkatan yang berarti dalam penyelenggaraan lingkungan.

yang berarti dalam penyelenggaraan lingkungan.

Kegiatan di HTI Murni dimulai pada tahun 1990, dihentikan pada tahun 1996 dan Kegiatan di HTI Murni dimulai pada tahun 1990, dihentikan pada tahun 1996 dan dimulai kembali pada tahun 1999 dengan masuknya SCKPFP. Saat ini, pembukaan dimulai kembali pada tahun 1999 dengan masuknya SCKPFP. Saat ini, pembukaan wilayah telah dilakukan pada skala kecil (secara efektif penebangan dilakukan pada wilayah telah dilakukan pada skala kecil (secara efektif penebangan dilakukan pada sebagian kecil dari hutan tanaman) untuk menghasilkan 100 ha plot penanaman sebagian kecil dari hutan tanaman) untuk menghasilkan 100 ha plot penanaman kembali sebagai bagian dari input SCKPFP untuk HTI. SCKPFP juga telah kembali sebagai bagian dari input SCKPFP untuk HTI. SCKPFP juga telah membantu HTI dalam menentukan petak pertumbuhan dan membuat demplot. membantu HTI dalam menentukan petak pertumbuhan dan membuat demplot. Sebagai tambahan, jalan logging yang telah ditinggalkan yang melintas sepanjang Sebagai tambahan, jalan logging yang telah ditinggalkan yang melintas sepanjang HTI telah dibuka kembali sebagai jalan masuk ke areal logging yang baru di dalam HTI telah dibuka kembali sebagai jalan masuk ke areal logging yang baru di dalam HPH yang berdampingan; pekerjaan ini telah dilaksanakan oleh HPH dan tanpa HPH yang berdampingan; pekerjaan ini telah dilaksanakan oleh HPH dan tanpa ada partisipasi dari HTI (atau SCKPFP). Selama audit lingkungan ditemukan bukti ada partisipasi dari HTI (atau SCKPFP). Selama audit lingkungan ditemukan bukti  bahwa kesadaran

 bahwa kesadaran lingkungan hanya lingkungan hanya mendapat sedikit mendapat sedikit perhatian di perhatian di masa lalu, masa lalu, tidaktidak  pula

 pula dalam dalam pembukaan pembukaan kembali kembali jalan jalan logging logging menuju menuju HPH HPH yang yang baru baru dilakukan.dilakukan. Perhatian utama tertuju pada pembiayaan jangka pendek dari kegiatan.

Perhatian utama tertuju pada pembiayaan jangka pendek dari kegiatan.

Saat ini tidak ada petunjuk tertulis untuk pelaksanaan kegiatan yang bervariasi di Saat ini tidak ada petunjuk tertulis untuk pelaksanaan kegiatan yang bervariasi di dalam HTI. Akibatnya, para operator dianggap tahu mengenai tugas mereka dan dalam HTI. Akibatnya, para operator dianggap tahu mengenai tugas mereka dan dibiarkan melaksanakan pekerjaan tersebut. Lebih jauh lagi, hingga saat ini terbatas dibiarkan melaksanakan pekerjaan tersebut. Lebih jauh lagi, hingga saat ini terbatas sekali pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada para operator dalam pelaksanaan sekali pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada para operator dalam pelaksanaan tugas mereka, dengan ketidakperdulian terhadap persoalan perlindungan tanah dan tugas mereka, dengan ketidakperdulian terhadap persoalan perlindungan tanah dan air. Sangat sedikit supervisi dan pengawasan secara teknis (sebagai kebalikan dari air. Sangat sedikit supervisi dan pengawasan secara teknis (sebagai kebalikan dari administrasi) dari kegiatan. Petunjuk tertulis yang terperinci sedang dalam proses administrasi) dari kegiatan. Petunjuk tertulis yang terperinci sedang dalam proses  pembuatan

 pembuatan dalam dalam keterkaitannya keterkaitannya dengan dengan SCKPFP SCKPFP dan dan staf staf proyek proyek telahtelah melaksanakan beberapa pelatihan dan supervisi dari kegiatan pembukaan yang ada melaksanakan beberapa pelatihan dan supervisi dari kegiatan pembukaan yang ada sekarang. Jika telah dihasilkan, petunjuk tersebut akan disediakan bagi staf sekarang. Jika telah dihasilkan, petunjuk tersebut akan disediakan bagi staf lapangan dan pelatihan akan diberikan untuk pelaksanaannya.

lapangan dan pelatihan akan diberikan untuk pelaksanaannya.

Penyimpanan dan penanganan bahan bakar, serta praktek pembuangan di dalam Penyimpanan dan penanganan bahan bakar, serta praktek pembuangan di dalam HTI memerlukan peningkatan. Praktek yang dilakukan sekarang telah HTI memerlukan peningkatan. Praktek yang dilakukan sekarang telah mengakibatkan pencemaran pada areal sekitar tempat penyimpanan bahan bakar. mengakibatkan pencemaran pada areal sekitar tempat penyimpanan bahan bakar. Tidak ada satupun dari tangki penyimpanan atau drum dilengkapi dengan tempat Tidak ada satupun dari tangki penyimpanan atau drum dilengkapi dengan tempat

(5)

 penyimpanan sekunder (lapis kedua) dan katup-katupnya terlihat mengalami kebocoran. Situasi ini membutuhkan perhatian dan merupakan satu areal dimana  peningkatan yang nyata dapat dicapai dengan investasi yang relatif kecil bagi PT.

AYI, dan dilakukan dengan upaya dari pihak staf di lapangan.

Jumlah yang relatif kecil dari bahan-bahan yang berbahaya, seperti pupuk dan  pestisida (termasuk herbisida, insektisida, dan fungisida), yang saat ini disimpan di

lokasi tidak menunjukkan bahaya yang penting bagi lingkungan meskipun  beberapa tempat penyimpanan nampaknya mengalami kebocoran. Sebagaimana kegiatan di HTI Murni yang semakin meningkat, jumlah dari bahan berbahaya juga akan meningkat dan memerlukan areal penyimpanan dengan tempat penyimpanan sekunder, rencana penanganan tumpahan dan peralatan yang pada akhirnya akan diperlukan. Saat ini SCKPFP memberikan pelatihan dalam penggunaan bahan kimia pertanian, namun pihak pengelola HTI yang selanjutnya akan  bertanggungjawab untuk mengorganisir pelatihan dan menjamin adanya supervisi yang memadai pada penanganan dan penggunaan bahan–bahan kimia ini. Mungkin dapat dipertimbangkan apakah memungkinkan untuk mengembangkan  pengendalian secara biologis untuk mengurangi jumlah bahan kimia yang

dibutuhkan.

Limbah tidak dibuang keluar lokasi dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, suku cadang yang rusak, dan limbah lain yang tidak terurai menumpuk di Panaan dan di lapangan. Dibutuhkan sebuah rencana untuk memindahkan dan menghancurkan limbah-limbah tersebut dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungan. Kebiasaan tidak perduli terhadap limbah yang tidak terurai di dalam areal hutan tanaman ini harus dihentikan; seluruh limbah seperti ini harus dibawa kembali ke Panaan dan dimasukkan kedalam rencana pembuangan limbah. Air limbah kebanyakan dibuang langsung ke lingkungan sekitar; ini sebagai kekhawatiran khusus pada fasilitas workshop dimana air limbah ini dapat mudah tercemar dengan hidrokarbon. Air limbah, termasuk air semprotan dari areal workshop harus melalui saringan air/minyak sebelum dibuang.

Karena aliran permukaan di areal hutan tanaman lebih besar dibandingkan di hutan alam, resiko banjir dan erosi menjadi lebih besar pula. Staf di lokasi dituntut untuk mengerti pentingnya menjaga sumberdaya tanah dan anak sungai/air di dalam HTI. Bagaimanapun, sedikit bukti dari pengertian ini yang didapati di lapangan dimana ditemukan ada anak sungai yang terputus/terblok dan saluran drainase yang tidak memadai telah di buat untuk jalan. (Harus dicatat, bagaimanapun, pembuatan jalan yang saat ini diamati di HTI telah dilaksanakan oleh dan untuk HPH). Para operator diperkirakan melaksanakan kegiatannya tanpa petunjuk, dan sedikit  pelatihan atau supervisi, yang menghasilkan jalan-jalan yang terlampau curam

dengan saluran drainase yang kurang dan anak sungai/air yang terputus.

Perlengkapan pemadam kebakaran terletak di Panaan. Pelatihan harus diberikan  pada semua staf dalam penggunaan peralatan dan bagaimana cara menghindari

kebakaran yang tidak disengaja. Spesialis Manajemen Kebakaran dari SCKPFP ditugaskan dalam persoalan ini.

Pemanenan hanya dilakukan sejak bulan Agustus 2000, dan kemudian hanya dalam areal terbatas untuk tujuan pembukaan. Seperti pemanenan di areal lain dari HTI Murni dilakukan sebuah program penilaian pasca tebangan yang perlu dilaksanakan dan hasilnya dipadukan dalam kegiatan pengelolaan di lokasi pada masa yang akan datang.

(6)

Mayoritas penanaman yang dilakukan di HTI Murni sepanjang tahun 1990an adalah Sengon ( Paraserianthes falcataria). Spesies lain juga ditanam, termasuk Gmelina (Gmelina arborea), Kupang ( Parkia roxburghii) dan Sungkai ( Peronema canescens). Spesies-spesies ini telah dipilih karena mereka diharapkan untuk menghasilkan kayu yang bisa ditebang dalam waktu yang relatif singkat, meskipun tingkat pertumbuhan yang diharapkan sejauh ini tidak nampak. Pembibitan alami dalam jangka pendek dihasilkan dalam perencanaan jangka pendek, dan sehingga spesies yang ditanam di dalam HTI yang memiliki siklus lebih besar dari lima  belas tahun untuk ditebang tidak pernah dipertimbangkan sebagai sebuah pilihan. Areal yang dibuka sekarang dimaksudkan untuk ditanami dengan  Acacia mangium.  A. mangium adalah alami dan hanya dari Indonesia wilayah Timur, melintasi Garis

Wallace Line dari Kalimantan. Jenis ini telah diketahui menderita penyakit akar hati di hutan tanaman di Malaysia, yang diduga berhubungan dengan masalah  benih yang jelek. Meskipun kenyataannya bahwa jenis ini dapat memberikan hasil yang baik untuk tingkat pengelolaan yang rendah, ini adalah jenis yang eksotik  pada wilayah Indonesia dan saat digunakan harus ditinjau dengan berhati-hati.

Hasil dari seratus hektar plot percobaan yang telah dibuat oleh SCKPFP membutuhkan pengawasan secara hati-hati.

Tidak ada pengawasan lingkungan yang berarti yang dilaksanakan di lapangan  pada saat ini. Sebuah program pengawasan lingkungan perlu dimulai untuk

menjamin kegiatan pengelolaan HTI tidak menyebabkan degradasi bagi lingkungan sekitar. Program ini harus melibatkan pengawasan erosi, curah hujan dan data iklim lainnya, tingkat sungai, arus dan kualitas air.

Sebagai bagian dari proses audit ini, sebuah cheklist audit telah dibuat agar memungkinkan staf di lapangan untuk melaksanakan audit mendasar dari kegiatan di lokasi, dalam rangka menandai daerah-daerah yang membutuhkan perhatian. Direkomendasikan agar staf di lokasi melaksanakan audit internal pada bulan Desember 2000 atau Januari 2001 dan selanjutnya setiap enam bulan memonitor kemajuan di dalam pengelolaan lingkungan. Juga direkomendasikan bahwa audit internal tambahan dilaksanakan sebelum memulai tahap operasional baru dan saat  penyelesaian tahapan-tahapan ini. Temuan-temuan dan rekomendasi-rekomendasi

dari audit sekarang ini dan internal audit dilakukan dengan cheklist perlu dikomunikasikan dengan pengelola di lokasi, dan langkah-langkah perlu diambil untuk melaksanakan rekomendasi-rekomendasi dan dipadukan dalam perencanaan kerja selanjutnya.

(7)

SINGKATAN DAN AKRONIM

# nomor, misalnya Prinsip FSC # 6

AMDAL Analisis Menganai Dampak Lingkungan FSC  Forest Stewardship Council

ha hektar

HPH Hak Pengusahaan Hutan

HTI Hutan Tanaman Industri

ISO 14001 Standar internasional Sistem Manajemen Lingkungan ITTO  International Tropical Timber Organisation

m3 meter kubik

PT. AYI PT. Aya Yayang Indonesia

(8)

Daftar Isi

PREFACE...i

RINGKASAN...ii

SINGKATAN DAN AKRONIM ... ... ... v

1 PENDAHULUAN ... ... ... 1

2 LATAR BELAKANG ... ... ... 2

2.1 Tujuan...2

2.2 Ruang Lingkup ... ... ... 2

2.3 Kriteria Audit...4

2.4 Ringkasan Proses Audit...5

3 TEMUAN-TEMUAN AUDIT ... ... 6

3.1 Petunjuk Kegiatan Tertulis ... ... 6

3.2 Peralatan dan Bahan Bakar...6

3.2.1 Penggunaan Peralatan...7

3.2.2 Pengisian Bahan Bakar...7

3.2.3 Perawatan Peralatan...8

3.3 Bahan-bahan Berbahaya...10

3.4 Limbah dan Puing dari Pemrosesan ... ... 12

3.4.1 Limbah...12

3.4.2 Pengolahan Debris...13

3.4.3 Air Limbah ... ... ... 14

3.5 Tindakan Perlindungan Terhadap Air ... ... 15

3.5.1 Daerah Penyangga dan Kawasan Lindung ... ... 15

3.5.2 Pembangunan Jembatan ... ... 15

3.5.3 Pembangunan Drainase ... ... ... 16

3.5.4 Pembuangan Debris Dari Kegiatan Pembangunan...17

3.5.5 Penyimpanan Yang Aman dan Penggunaan Polutan Potensial ... 17

3.5.6 Rencana Tindakan Darurat ... ... 17

3.6 Tindakan Perlindungan Tanah...17

3.6.1 Kegiatan Pembersihan... ... ... 18

3.6.2 Aktifitas Pembuatan Jalan ... ... 18

3.6.3 Pemanenan...18

3.6.4 Pengurangan Pergerakan Kendaraan ... ... 18

3.6.5 Penutupan dan Perbaikan Jalan ... ... 18

3.6.6 Tindakan Pengontrolan Erosi ... ... 18

3.7 Tindakan Perlindungan Keanekaragaman Hayati...19

3.8 Pencegahan Kegiatan-kegiatan Ilegal atau Merugikan dan Kebakaran...19

3.8.1 Illegal Logging ... ... ... 19

3.8.2 Perladangan Berpindah...19

3.8.3 Pemakaian Lainnya Yang Merugikan pada Hutan ... ... 19

3.8.4 Kebakaran...20

3.9 Tindakan Perlindungan Kebudayaan...20

3.10 Penilaian Pasca Penebangan...20

3.11 Masalah-masalah Khusus pada Hutan Tanaman ... ... 21

3.12 Monitoring...22

4 KESIMPULAN AUDIT DAN REKOMENDASI ... ... 23

(9)

4.2 Rekomendasi untuk tindakan perbaikan...23

4.3 Saran-saran untuk audit yang akan datang ... ... 28

5 REFERENSI ... ... ... 29

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Prinsip FSC # 6 ... ... ... 30

Lampiran 2 Prinsip FSC # 10 ... ... ... 33

Lampiran 3 Tabel V-5 matriks dari UKL HPHTI PT Aya Yayang Indonesia... 36

Lampiran 4 Daftar Isian Audit HTI ... ... 43

Daftar Tabel

Tabel 3-1: Sumber limbah di HTI Murni dan metode pembuangan limbah...12

Tabel 3-2: Terjadinya debris and metode pemusnahan di HTI Murni...13

Daftar Gambar

Gambar 2-1: Areal Penanaman di HTI Murni PT. Aya Yayang Indonesia. ... ... 3

Daftar Foto

Foto 3-1: Kebocoran dan tumpahan bahan bakar yang mengakibatkan pencemaran tanah di sekitar tangki solar di Panaan.. 8

Foto 3-2: Katup yang bocor dan usaha yang dilakukan belum memadai untuk menampung kebocoran, menyebabkan  pencemaran tanah di sekitar salah satu tangki solar di Panaan. ... ... 9

Foto 3-3: Perawatan mobil di Panaan dapat menyebabkan pencemaran pada tanah. Perhatikan kotoran di bawah traktor dan  penyimpanan oli yang tidak memadai di latar belakangnya. ... ... 10

Foto 3-4: Debris yang berasal dari pengolahan kayu yang ditinggalkan di pinggir jalan di HTI. Perhatikan penyimpanan drum oli yang buruk...14

Foto 3-5: Sengon atau Albizia ( Paraserianthes falcataria) ditanam pada sisi Sungai Ramuyung pada areal yang ditetapkan sebagai daerah penyangga. ... ... ... 16

(10)

1 Pendahuluan

Laporan ini merinci temuan-temuan dan kesimpulan-kesimpulan audit lingkungan yang dilaksanakan di HTI Murni milik PT. Aya Yayang Indonesia (PT. AYI). Kegiatan di HTI Murni dimulai tahun 1990, dihentikan pada tahun 1996, dan dimulai kembali pada tahun 1999 dengan masuknya South and Central Kalimantan  Production Forest Project (SCKPFP). Saat ini, pembukaan wilayah telah dilakukan pada skala kecil (secara effektif penebangan dilakukan pada sebagian kecil dari hutan tanaman) untuk menghasilkan 100 ha plot penanaman kembali sebagai bagian dari input SCKPFP untuk HTI. SCKPFP juga telah membantu HTI dalam menentukan petak pertumbuhan dan membuat demplot. Sebagai tambahan,  jalan logging yang telah ditinggalkan yang melintas sepanjang HTI telah dibuka

kembali sebagai jalan masuk ke areal logging yang baru di dalam HPH yang  berdampingan; pekerjaan ini telah dilaksanakan oleh HPH dan tanpa ada partisipasi dari HTI (atau SCKPFP). Dan yang juga bertambah adalah fasilitas pendukung kegiatan seperti akomodasi kantor, fasilitas workshop/bengkel, penyimpanan bahan  bakar, dan tempat pembuangan limbah.

Selama audit lingkungan ditemukan bukti bahwa kesadaran lingkungan hanya mendapat sedikit perhatian di masa lalu, tidak pula dalam pembukaan kembali  jalan logging menuju HPH yang baru dilakukan. Perhatian utama tertuju pada  pembiayaan jangka pendek dari kegiatan.

Mr Gareth Ward, Ahli Audit Lingkungan dari SCKPFP, telah melaksanakan audit  pada tanggal 21 dan 22 September 2000 diikuti dengan kunjungan lapangan pada tanggal 7 September 2000. Sejumlah staf dari PT. Aya Yayang Indonesia yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan audit ini adalah:

• Joko Pramono, Kepala Silvikultur; dan • Harioyo, operator bulldozer.

Telah dicoba untuk bertemu dengan dengan beberapa staf penting, termasuk Bapak Herawan, Site Manager HTI Murni, namun sayangnya hal ini tidak mungkin untuk dilakukan karena keterbatasan waktu.

(11)

2 Latar Belakang

Bagian dari laporan audit ini berisikan latar belakang informasi sehubungan dengan audit yang diadakan di HTI Murni. Termasuk didalamnya adalah tujuan dari audit, ruang lingkup dari audit, kriteria audit dan ringkasan singkat dari proses audit.

2.1 Tujuan

Sebagai bagian dari komponen lingkungan dari SCKPFP, serangkaian audit lingkungan telah dilaksanakan pada beberapa lokasi berbeda yang dilibatkan dalam kegiatan perhutanan oleh PT. Barito Pacific Timber / PT. AYI. Audit ini merupakan bagian dari program audit tersebut.

Tujuan dari audit ini adalah untuk melaksanakan audit lingkungan secara teknis dari kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. AYI di dalam HPH-nya (HTI Murni); audit ini tidak termasuk areal yang berdampingan yang dikenal sebagai HTI Transmigrasi (Gambar 2-1). Proses audit memungkinkan pengumpulan informasi mengenai lingkungan dengan cara resmi yang dapat ditiru pada waktu selanjutnya, dalam rangka memonitor kemajuan dalam pengelolaan lingkungan di lokasi.

Pengelolaan lokasi dapat menggunakan temuan-temuan dari audit lingkungan ini untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan dari operasional yang dilaksanakan di lokasi, dengan dukungan dari SCKPFP, secara memadai. Audit ini juga memberikan kesempatan bagi auditor untuk membuat peralatan audit yang dapat digunakan oleh staf di lapangan atau sub-kontraktor untuk melaksanakan audit lingkungan internal di masa datang, untuk melanjutkan pengawasan terhadap  penyelenggaraan lingkungan.

Dalam diskusi dengan Spesialis Manajemen Lingkungan dari SCKPFP, diputuskan  bahwa audit ini harus bersifat teknis dan oleh karena itu tidak memperhatikan

masalah-masalah lain seperti persoalan keselamatan dan kesehatan.

2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari audit ini terbatas pada kegiatan teknis yang terdapat di lokasi, termasuk didalamnya adalah:

•  pembangunan jalan •  penebangan kayu; • ekstraksi kayu; •  pemrosesan kayu

•  plots demonstrasi (demplot); dan

• kegiatan-kegiatan pendukung seperti akomodasi perkantoran, fasilitas

(12)
(13)

Audit ini dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut: Bagian 1 Petunjuk Kegiatan Tertulis;

Bagian 2 Peralatan dan Bahan Bakar; Bagian 3 Bahan-bahan Berbahaya;

Bagian 4 Limbah dan Puing dari Pemrosesan; Bagian 5 Tindakan Perlindungan terhadap Air; Bagian 6 Tindakan Perlindungan terhadap Tanah;

Bagian 7 Tindakan Perlindungan terhadap Keanekaragaman Hayati; Bagian 8 Pencegahan Kebakaran dan Kegiatan Illegal;

Bagian 9 Tindakan Perlindungan terhadap Kebudayaan; Bagian 10 Penilaian Pasca Tebangan;

Bagian 11 Pertanyaan Khusus pada Hutan Tanaman Tambahan; dan Bagian 12 Kegiatan Pengawasan.

2.3 Kriteria Audit

Audit lingkungan dari HTI telah dilakukan dengan menggunakan kedua prinsip dari Prinsip dan Kriteria dari  Forest Stewardship Council (FSC) dan Tindakan Mitigasi Lingkungan yang diperoleh dari Rencana Pengelolaan Lingkungan HTI (1998). Referensi khususnya diambil dari Prinsip #6 (Lampiran 1) mengenai dampak lingkungan dari kegiatan perhutanan dan Prinsip #10 ( Lampiran 2) mengenai hutan tanaman, namun referensi juga dibuat untuk prinsip-prinsip dan kriteria yang lain jika memang diperlukan.

Kriteria FSC dipilih sebagai kriteria dalam audit karena PT. Aya Yayang Indonesia telah menunjukkan keinginan untuk mencapai Sertifikasi FSC dalam Perhutanan Lestari untuk HPH mereka; dimana pencapaian Sertifikasi FSC juga berarti  pemenuhan terhadap Petunjuk International Tropical Timber Organisation (ITTO). Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) dari HPH memasukkan tabel mengenai kriteria pengelolaan lingkungan (Tabel V-5, Februari 1998) untuk HTI Murni, dimana dampak potensial dari kegiatan dicantumkan, bersama dengan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk melindungi lingkungan ( Lampiran 3). Tindakan mitigasi ini memberikan titik awal dalam pembuatan kriteria audit.

Sebagai tambahan, beberapa ahli dari SCKPFP telah melakukan analisis  pengelolaan lingkungan, sebagai bagian dari penelitian mereka terhadap  pengelolaan HTI. Ini telah menghasilkan beberapa rekomendasi yang berdasarkan kepada Praktek Pengelolaan Internasional yang Terbaik; ini telah digunakan untuk memberikan petunjuk tambahan jika diperlukan.

Karena audit ini bersifat teknis, ini tidak dimaksudkan untuk melaksanakan Audit Lengkap menurut peraturan nasional. Saat ini SCKPFP tengah melengkapi Daftar Peraturan dan Persyaratan Lingkungan; jika sudah lengkap maka akan dapat dilakukan audit lengkap.

(14)

2.4 Ringkasan Proses Audit

Proses audit terdiri dari tahapan-tahapan berikut:

• Pembuatan protokol audit;

• wawancara dengan staf utama di lokasi; •  pengisian kuesioner audit;

• tinjauan dokumen; dan

• kunjungan langsung ke lokasi.

(15)

3 Temuan-Temuan Audit

Bagian dari laporan audit ini memberikan rincian mengenai temuan-temuan dalam audit pada Bagian 2.2.

3.1 Petunjuk Kegiatan Tertulis

Kriteria FSC # 6.5 menghendaki agar petunjuk tertulis dibuat dan dilaksanakan dalam pengendalian erosi; untuk memperkecil kerusakan hutan selama  penebangan, pembangunan jalan dan seluruh gangguan mekanis lainnya; dan untuk

melindungi sumber-sumber air.

Saat ini tidak terdapat petunjuk tertulis untuk pelaksanaan berbagai kegiatan di dalam HTI. Sebagai hasilnya, para operator dibiarkan melakukan berbagai tugas dan diasumsikan bahwa mereka mengerti bagaimana melakukannya. Bagaimanapun, staf SCKPFP saat ini bekerja sama dengan pihak pengelola HTI untuk menghasilkan petunjuk tertulis yang terperinci, meskipun masih belum final sampai sekarang. Jika sudah dihasilkan, petunjuk ini akan disediakan bagi staf di lapangan dan pelatihan diberikan dalam pelaksanaannya.

Hingga sekarang, hanya sedikit pelatihan formal yang diberikan pada operator mengenai metode yang tepat untuk pelaksanaan tugas mereka, dengan  permasalahan perlindungan terhadap tanah dan air yang terabaikan. Sangat sedikit  pengawasan dan peninjauan teknis dari kegiatan (sebagai kebalikan dari administrasi). Baru-baru ini SKCPFP telah melaksanakan beberapa pelatihan dan supervisi terhadap kegiatan pembukaan lahan, namun belum diberikan pelatihan dalam kegiatan yang lebih berpotensi untuk merusak, seperti pembangunan jalan. Tabel V-5 dari Rencana Pengelolaan Lingkungan HTI (Februari 1998, dalam Lampiran 3) tidak berisi daftar singkat mengenai tindakan perlindungan terhadap lingkungan yang harus dilaksanakan di lapangan untuk mengurangi sejumlah konsekuensi lingkungan dari kegiatan perhutanan. Sayangnya, staf bagian produksi yang dilibatkan dalam audit ini terlihat tidak begitu perduli mengenai hal ini. Meskipun tindakan ini bukanlah perintah kerja, mereka menyediakan rincian untuk membantu dalam pengelolaan lingkungan di lokasi dan hal ini harus dilaksanakan. Bagaimanapun, dalam kunjungan lapangan, tidak ditemukan bukti dilaksanakannya tindakan pengendalian lingkungan di lapangan.

3.2 Peralatan dan Bahan Bakar

Peralatan berikut biasanya digunakan dalam kegiatan di PT. AYI:

•  bulldozer;

•  pemadat jalan (grader); • truk;

• mobil 4x4;

• gergaji ‘chainsaw’ ; dan

• gergaji sirkular yang dapat dipindahkan.

Alat-alat berat yang digunakan di HTI Murni untuk pembukaan kembali jalan logging yang baru dilakukan adalah dipinjam dari luar lokasi HTI. Ada beberapa alat berat yang kecil ditempatkan di camp Panaan yang bersifat permanen.

(16)

3.2.1 Penggunaan Peralatan

Terpisah dari pelatihan mengenai metode penebangan yang baru diberikan oleh staf SCKPFP, pelatihan formal yang kecil seharusnya diberikan kepada operator dalam  penggunaan peralatan atau dalam tugas yang harus mereka laksanakan, terutama sehubungan dengan masalah perlindungan tanah dan air. Sebagai akibatnya, para operator mungkin melakukan kegiatan yang secara potensial memiliki dampak lingkungan yang besar (misalnya pembangunan jalan) tanpa tahu bagaimana cara memperkecil dampak tersebut. Ditambah lagi dengan kurangnya perencanaan kerja yang memadai, menyebabkan situasi pada jalan yang dibangun tanpa drainase yang memadai dan kemiringan yang tidak mencukupi, dan ini diamati selama kunjungan lapangan. (Hal ini harus dicatat, karena bagaimanapun juga, pekerjaan ini telah dilaksanakan oleh dan untuk HPH.)

3.2.2 Pengisian Bahan Bakar

Karena terbatasnya kegiatan yang sekarang dilaksanakan di HTI Murni, maka tidak diperlukan bahan bakar dalam jumlah besar dalam hutan tanaman itu sendiri. Jika  perlu dilakukan pengisian bahan bakar di lapangan, drum bahan bakar akan

diangkut ke lokasi dengan traktor dan pengisian dilakukan dengan tangan. Di Panaan, tangki dan drum minyak berisi bahan bakar yang disimpan adalah sebagai  berikut :

• 2 x 12 000 liter tangki solar; • 25 x 40 drum bensin; dan • 5 x 40 drum oli.

Karena tidak satupun dari drum atau tangki bahan bakar statik yang disediakan dengan tempat penyimpanan sekunder dari berbagai jenis, bahan bakar tersebut telah bocor ke tanah disekelilingnya. Gudang penyimpanan untuk 40 drum di Panaan terlihat drainasenya diarahkan ke lembah didekatnya melalui bagian  belakang bangunan, dan berpotensi untuk memasuki anak sungai/air didekatnya. Staf di lapangan hanya menunjukkan sedikit kepedulian terhadap hal ini, dengan kepercayaan bahwa tidak satupun pohon yang mati secara langsung sebagai akibat  polusi hidrokarbon, maka tidak ada tanda-tanda suatu permasalahan. Ditambah

lagi, tidak terdapat instruksi khusus untuk menempatkan tangki mobil atau drum, kriteria utamanya hanyalah dimana mereka merasa cocok meletakkannya.

Praktek penanganan bahan bakar tidak mencukupi di HTI Murni dengan mempertimbangkan adanya bukti kebocoran di atas tanah dari titik-titik pengisian (lihat Foto 3-1). Pada camp Panaan, areal yang berada dekat dengan tangki bahan  bakar telah dicemari hidrokarbon. Selang pengisian dibiarkan menetes atau tergeletak di atas tanah dan bahan bakar terpercik selama proses pengisian, terutama jika pengisian dilakukan dengan tangan. Salah satu dari tangki solar terlihat bocor pada katupnya; telah dicoba ditampung dengan tempat penampung tetesan, namun ditemukan adanya solar dalam jumlah yang cukup berarti pada tanah. (Foto 3-2).

Saat ini ada tiga metode yang digunakan untuk pembuangan limbah bahan bakar di camp Panaan:

• sebagian limbah minyak dikumpulkan dan digunakan oleh operator chainsaw

sebagai pelumas gergaji;

(17)

• limbah hidrokarbon dapat dialirkan ke dalam tanah tempat air/minyak

 berkumpul dan dibiarkan meresap.

Praktek pembuangan limbah bahan bakar ini belum mencukupi dan praktek dengan menumpuk untuk membuang bahan bakar harus dihentikan sesegera mungkin. Limbah hidrokarbon perlu dikumpulkan dan disimpan untuk digunakan kembali atau dibuang keluar lokasi.

3.2.3 Perawatan Peralatan

Jika memungkinkan, peralatan dirawat di lapangan dan hanya dibawa kembali ke  bengkel di Panaan jika terdapat masalah besar yang membutuhkan fasilitas

tambahan. Fasilitas workshop tidak terlalu luas.

Foto 3-1: Kebocoran dan tumpahan bahan bakar yang mengakibatkan pencemaran tanah di sekitar tangki solar di Panaan.

(18)

Foto 3-2: Katup yang bocor dan usaha yang dilakukan belum memadai untuk menampung kebocoran, menyebabkan pencemaran tanah di sekitar salah satu tangki solar di Panaan.

Terdapat bukti adanya pencemaran dari tanah disekitar, baik dari kegiatan  perawatan atau limbah pembuangan dari workshop ( Foto3-3). Oli dan bahan bakar dibiarkan bocor dan menetes ke atas tanah, limbah yang tercemar oli dibiarkan  berada di tanah terbuka, dan air kotor dari pencucian mobil dan suku cadang mengalir di atas tanah dan ke daerah sekitar. Peralatan bekas dan limbah mobil yang lain dibiarkan di atas tanah tanpa areal penyimpanan tertentu. Areal  penyimpanan ini dapat mencemari tanah di sekitarnya.

Tidak ada perawatan di lapangan yang ditemui selama kunjungan lapangan.

Terdapat potensi pencemaran terhadap tanah dan air terutama dari praktek  penanganan bahan bakar dan penyimpanan, dan juga degradasi sumber daya tanah dan air dari penggunaan dan perawatan peralatan. Ini berbeda dengan Prinsip #6 FSC yang menyatakan bahwa “Pengelolaan Hutan harus menjaga …sumber daya air, tanah … dan, dengan demikian juga, memelihara fungsi ekologis dan integritas hutan”. Peningkatan dari penyimpanan bahan bakar dan prosedur penanganannya

(19)

adalah sebuah area yang menunjukkan sedikit kes ulitan dan memiliki potensi untuk mengurangi dampak lingkungan dari pekerjaan yang dilaksanakan di HTI Murni, dan juga menekan pengeluaran untuk bahan bakar dengan mengurangi bahan bakar yang terbuang. Sama halnya dengan kegiatan perawatan dan pembuangan limbah  bahan bakar dapat ditingkatkan dengan sedikit kesulitan dan biaya yang kecil.

Tenaga ahli dari SCKPFP akan bekerja sama dengan staf HTI untuk membuat  prosedur operasional standar (SOP,  standard operating procedures) untuk

mengatasai banyaknya persoalan ini.

Foto 3-3: Perawatan mobil di Panaan dapat menyebabkan pencemaran pada tanah. Perhatikan kotoran di bawah traktor dan penyimpanan oli yang tidak memadai di latar belakangnya.

3.3 Bahan-bahan Berbahaya

Berikut ini adalah bahan-bahan berbahaya atau bahan yang berpotensi merusak lingkungan yang digunakan dalam HTI:

(20)

• insektisida (‘Basudin’ mengandung diazon);

• herbisida (‘Round Up’, ‘Paracol’, ‘Gramoxine’ dan ‘Paraquat’) •  pupuk (Urea, SP36, NPK);

• fungisida (‘Nanzate’, ‘Diathane M-45’ dan ‘Ridomil’); dan • sejumlah kecil bahan untuk bangunan seperti semen dan cat.

Barang-barang ini disimpan di dalam warehouse umum dengan lantai tanah dan  bukan tempat penyimpanan sekunder; kantong-kantong dan kotak-kotak nampak telah robek dan tempat penyimpanan bahan kimia cair nampak bocor. Ini memberikan potensi bagi terjadinya pencemaran yang masuk ke dalam tanah disekitarnya dan sumber-sumber air. Sebaiknya bahan-bahan ini tidak disimpan dalam jumlah yang besar, dan penyimpanannya, meskipun membutuhkan  peningkatan, tidak menunjukkan tingkat resiko yang sama dengan praktek  penanganan bahan bakar dan peralatan. Meskipun demikian, tenaga ahli SCKPFP telah bekerja sama dengan staf HTI untuk membuat prosedur operasional standar (SOP =  standard operating procedures) untuk mengatasai banyaknya persoalan ini.

Rupanya, seorang mandor mengawasi penggunaan bahan kimia di lapangan, namun tidak ada aturan resmi mengenai pengawasan penggunaannya, kepercayaan yang selama ini adalah mandor tersebut akan secara ‘otomatis’ mengawasi  penggunaannya. Pelatihan baru-baru ini telah diberikan dalam penggunaan bahan kimia oleh staf SCKPFP, namun sebelumnya sangat sedikit pelatihan yang diberikan. Dikesampingkannya perhatian terhadap penggunaan bahan kimia merupakan sesuatu hal yang berharga, sehingga dicoba untuk mencampur jumlah sesuai kebutuhan saja dan memastikan tidak terdapat sisa bahan.

Staf di lapangan menyatakan bahwa bahan kimia yang dicampur, diangkut melalui sungai ke tempat penggunaan, dan tidak tercampur dalam anak sungai/air terdekat.  Nampaknya peralatan dicuci di dalam tempat air dan tidak di sungai, meskipun air dari cucian peralatan dibuang langsung ke tanah. Tidak ada penanganan bahan kimia yang diamati sepanjang kunjungan lapangan; diskusi dengan staf SCKPFP menunjukkan tidak ada kegiatan pengelolaan hutan tanaman yang dilaksanakan antara tahun 1996 hingga masuknya proyek ini, sehingga penggunaan bahan kimia yang digunakan akhir-akhir ini sudah dilakukan dibawah pengawasan dari SCKPFP.

Jumlah yang relatif kecil dari bahan kimia yang berbahaya dan bahan kimia dalam  pertanian yang saat ini disimpan di lokasi tidak menunjukkan bahaya terhadap

lingkungan yang penting, meskipun beberapa tempat penyimpanan nampak mengalami kebocoran. Ketika kegiatan di HTI Murni bertambah, jumlah dari  bahan kimia berbahaya juga akan bertambah, dan pemakaian tempat penyimpanan sekunder pada areal penyimpanan, rencana penanganan tumpahan dan peralatan sangatlah diperlukan.

SCKPFP saat ini menyiapkan pelatihan dalam penggunaan bahan kimia pertanian. Pengelola HTI nantinya akan bertanggung jawab untuk mengelola pelatihan ini dan menjamin pengawasan yang cukup dalam penanganan dan penggunaan bahan- bahan kimia ini. Pertimbangan mungkin dapat diberikan untuk membuat  pengendalian secara biologi untuk mengurangi jumlah bahan kimia yang

(21)

3.4 Limbah dan Puing dari Pemrosesan

Bagian ini mencakup limbah cair dan padat yang dihasilkan selama kegiatan kehutanan pada PT. AYI, dan dari fasilitas tambahan seperti workshop,kantor, dan akomodasi di Panaan. Ditambah lagi dari limbah yang dihasilkan oleh manusia,  bagian ini juga mempertimbangkan sisa-sisa kayu yang dihasilkan selama kegiatan  berlangsung di HTI Murni. Sisa kayu yang dimaksud adalah limbah alam, seperti  potongan-potongan kayu yang dihasilkan selama kegiatan penebangan.

3.4.1 Limbah

Limbah-limbah yang dihasilkan di lokasi adalah sebagai berikut:

• Peralatan rusak – keseluruhan unit, suku cadang, ban dan bahan bakar; • drum – bahan bakar dan oli;

• kotak dan bahan pengepakan; •  plastik;

• kaca;

• limbah dapur; dan

• air limbah– pembersihan dan pencucian mobil.

Tabel 3-1  menampilkan metode-metode pembuangan untuk setiap jenis limbah:  jumlah yang pasti dari jenis limbah ini tidak diketahui.

Tabel 3-1: Sumber limbah di HTI Murni dan metode pembuangan limbah.

Jenis Limbah Metode pembuangan

Semua unit peralatan

Limbah ini di dibiarkan begitu saja didekat fasilitas bengkel atau di areal penanaman.

Suku cadang peralatan

Jika memungkinkan maka barang-barang ini digunakan kembali dan disimpan di gudang. Jika suku cadang ini tidak dapat digunakan maka ditumpuk disekitar lokasi bengkel atau dibiarkan di areal penanaman jika pemeliharaan dilakukan di lapangan.

Drum-drum Digunakan kembali.

Kontainer Bahan-bahan Kimiawi

Dikumpulkan, dihancurkan dan dikubur. Kontainer Round Up digunakan ulang sebagai kontainer minuman keras.

Minyak dan Bahan Bakar

Dialirkan ke genangan minyak diatas tanah, atau digunakan kembali oleh operator gergaji mesin.

Kotak Kardus Kotak digunakan kembali jika memungkinkan atau dibakar.

Plastik Plastik digunakan kembali jika memungkinkan atau dbakar.

Kaca Digunakan kembali atau ditimbun di areal sekelilingnya.

Limbah Dapur Digunakan untuk makanan ternak pada basis ad hoc, dibakar atau ditimbun di areal sekelilingnya.

Limbah Kantor Jika tidak dapat digunakan lagi, limbah-limbah ini ditimbun diareal sekelilingnya atau dibakar.

Tidak ada limbah yang dibuang diluar lokasi, sehingga peralatan yang ditelantarkan, suku cadang rusak dan limbah-limbah lainnya yang tidak dapat dimusnahkan secara biologis bertumpuk di Pananaan atau di lapangan. Sebuah  perencanaan diperlukan untuk memindahkan dan memusnahkan limbah-limbah ini

(22)

Potongan-potongan logam dan suku cadang alat berat seperti baterai, ban-ban dan filter dapat dijual ke pembeli-pembeli potensial di Banjarmasin atau pusat-pusat lokal lainnya. Cara ini memungkinkan pemindahan dan pembuangan limbah secara efisien dengan biaya yang efektif dari lokasi. Limbah plastik wadah bahan-bahan kimia (dan barang-barang lainnya yang dapat digunakan ulang) dapat diberikan kepada penduduk desa Panaan jika barang-barang ini bermanfaat dan dapat digunakan kembali secara aman.

Kebiasaan membiarkan begitu saja limbah-limbah yang tidak dapat diuraikan secara biologis perlu dihentikan; semua jenis limbah ini perlu diangkut kembali ke Panaan untuk disertakan dalam perencanaan pemusnahan limbah. Sebagai tambahan, pada limbah-limbah workshop juga terdapat sejumlah limbah yang  berasal dari kantor, mess dan kumpulan akomodasi lain disekitar lokasi. Situasi ini dapat diperbaiki secara bermakna dengan mengembangkan fasilitas pemusnahan limbah terpusat yang memungkinkan penampungan dan pembakaran limbah di arel yang spesifik dimana proses tersebut dapat diawasi.

3.4.2 Pengolahan Debris

Kegiatan – kegiatan berikut menghasilkan limbah-limbah alam di lapangan :

• Pengerjaan jalan – jatuhan pohon-pohon dan semak-semak;

• Pemotongan – pucuk pohon dan kayu-kayu tidak mermanfaat lainnya; dan • Kegiatan pembangunan– limbah kayu.

Tabel 3-2 menunjukan bagaimana berbagai macam jenis li mbah ini dimusnahkan. Jumlah debris yang dihasilkan di HTI murni cukup kecil karena sedikitnya aktifitas yang berlangsung ditempat tersebut. Sumber utama debris alam adalah adanya  pembukaan kembali jalan logging lama baru-baru ini (oleh dan untuk HPH) dan  proses pembersihan 100 ha tanaman Sengon ( Paraserianthes falcataria, Albizia). Tabel 3-2: Terjadinya debris and metode pemusnahan di HTI Murni.

Jenis Limbah Metode Pemusnahan

Tanah dari pembangunan jalan Tanah digunakan untuk pembuatan jalan atau didorong ke tegakan hutan sekelilingnya. Debris yang berasal dari pohon dan

pucuk pohon pada pembangunan  jalan

Kayu-kayu yang memiliki nilai komersil dipindahkan dan debris yang tersisa didorong ke tegakan hutan sekelilingnya.

Debris kayu dari pemotongan dan pengolahan

Kemungkinan dibiarkan ditempat jatuhnya sebagai kompos..

Debris yang berasal dari pembangunan

Digunakan oleh staf sebagai kayu bakar.

Tanah, kayu dan pucuk pohon dari pembangunan jalan HPH didorong ke ke tegakan sekelilingnya dimana akan menyebabkan kerusakan terhadap vegetasi yang tersisa, dan dalam pengamatan terlihat menutupi anak sungai/air kecil. Pertimbangan lebih jauh akan diberikan pada Bagian 3.5 dan 3.6.

Limbah kayu dari kegiatan pembersihan dan pengolahan Sengon dibiarkan pada lokasi. Pucuk dan dahan yang tidak dapat diolah ditinggalkan di areal penanaman untuk difungsikan sebagai limbah hijau dan menghasilkan kompos. Limbah kayu dari kegiatan pengolahan menggunakan pisau sirkuler bergerak terkumpul disisi

(23)

 jalan di dalam HTI Murni (Foto 3-4); baik tujuan akhir dari debris ini maupun lokasi terbaik untuk kegiatan pemrosesan belum ditentukan.

Jumlah limbah dari proses pemanenan relatif besar karena Sengon tidak menghasilkan tingkat pertumbuhan seperti yang diprediksikan selama awal 1990-an. Akibatnya, hanya kurang dari 10m3  per ha yang bermanfaat dalam industri kayu sedangkan sisanya adalah limbah.

3.4.3 Air Limbah

Jumlah air limbah yang dihasilkan HTI Murni sedikit karena sedikitnya kegiatan yang dilakukan , tetapi sumber-sumber yang ada adalah:

• Air limbah sanitasi; • Air limbah pencucian; • Air cucian peralatan; dan • Aliran air dari hujan lebat.

Dari semua sumber air limbah ini, hanya yang berasal dari toilet di Panaan yang dialirkan langsung ke sebuah septik tank. Isi dari septik tank ini diisi ke dalam tanah sekelilingnya dan tidak memerlukan pengosongan segera.

Semua limbah cair lainnya dialirkan langsung ke lingkungan, khususnya di lapangan. Perhatian khusus diberikan berkaitan fasilitas workshop dimana limbah cair dapat terkontaminasi oleh hidrokarbon.

Foto 3-4: Debris yang berasal dari pengolahan kayu yang ditinggalkan di pinggir jalan di HTI. Perhatikan penyimpanan drum oli yang buruk.

(24)

3.5

3.5 Tindakan

Tindakan Perlindungan

Perlindungan Terhadap

Terhadap Air

Air

Meskipun fakta menunjukan sedikit sekali aktifitas yang dilakukan di HTI Murni , Meskipun fakta menunjukan sedikit sekali aktifitas yang dilakukan di HTI Murni , staf setempat dituntut untuk memahami pentingnya perlindungan terhadap anak staf setempat dituntut untuk memahami pentingnya perlindungan terhadap anak sungai/air. Karena aliran permukaan dari areal hutan tanaman lebih besar dari sungai/air. Karena aliran permukaan dari areal hutan tanaman lebih besar dari aliran permukaan pada hutan alam, resiko banjir dan erosi cenderung lebih besar. aliran permukaan pada hutan alam, resiko banjir dan erosi cenderung lebih besar. Hal ini tergantung pada langkah-langkah yang dilakukan di lokasi untuk mencegah Hal ini tergantung pada langkah-langkah yang dilakukan di lokasi untuk mencegah  penutupan dan polusi

 penutupan dan polusi sumber-sumber air di sumber-sumber air di HTI Murni, tindakan-tindakan HTI Murni, tindakan-tindakan tersebuttersebut meliputi:

meliputi:

• Daerah penyangga dan kawasan lindung;Daerah penyangga dan kawasan lindung; •

• Pembangunan perlintasan anak sungai/air yang sesuai untuk mencegah erosiPembangunan perlintasan anak sungai/air yang sesuai untuk mencegah erosi

dan masalah pengendapan lumpur yang akan terjadi selanjutnya.; dan masalah pengendapan lumpur yang akan terjadi selanjutnya.;

• Pembangunan drainase yang sesuai untuk mencegah erosi dan masalahPembangunan drainase yang sesuai untuk mencegah erosi dan masalah

 pengendapan lumpur yang akan terjadi selanjutnya;  pengendapan lumpur yang akan terjadi selanjutnya;

• Pemusnahan debris dari kegiatan konstruksi secara aman;Pemusnahan debris dari kegiatan konstruksi secara aman; •

• Penggunaan dan penyimpanan polutan-polutan potensial; danPenggunaan dan penyimpanan polutan-polutan potensial; dan •

• Rencana tindakan darurat untuk digunakan jika terjadi peristiwa polusi.Rencana tindakan darurat untuk digunakan jika terjadi peristiwa polusi.

3.5.1

3.5.1 Daerah Daerah Penyangga Penyangga dan dan Kawasan Kawasan LindungLindung

Dalam konteks ini daerah penyangga adalah areal daratan yang ditempatkan Dalam konteks ini daerah penyangga adalah areal daratan yang ditempatkan disekitar anak sungai/air

disekitar anak sungai/air untuk mencegah kerusakan terhadap sumber-sumber air.untuk mencegah kerusakan terhadap sumber-sumber air. Dalam hal ini, kawasan lindung biasanya adalah sebuah areal yang ditandai pada Dalam hal ini, kawasan lindung biasanya adalah sebuah areal yang ditandai pada  peta

 peta yang yang dikeluarkan dikeluarkan oleh oleh Departemen Departemen Kehutanan Kehutanan berupa berupa sebuah sebuah lahan lahan yangyang harus dilindungi. Hal ini baik untuk kepentingan lahan itu sendiri atau untuk harus dilindungi. Hal ini baik untuk kepentingan lahan itu sendiri atau untuk melindungi sumber alam yang letaknya berdekatan termasuk melindungi sumber alam yang letaknya berdekatan termasuk sumber-sumber air.

sumber air.

Para staf telah diingatkan adanya

Para staf telah diingatkan adanya ketentuan aturan mengenai daerah penyangga danketentuan aturan mengenai daerah penyangga dan diharuskan untuk memberlakukan kawasan lindung sepanjang limapuluh meter diharuskan untuk memberlakukan kawasan lindung sepanjang limapuluh meter  pada

 pada tiap tiap sisi sisi sungai, sungai, tetapi tetapi hanya hanya sedikit sedikit bukti bukti bahwa bahwa hal hal tersebut tersebut dilaksanakandilaksanakan dilapangan. Sebagai tambahan, kegiatan penanaman di masa lalu kelihatannya dilapangan. Sebagai tambahan, kegiatan penanaman di masa lalu kelihatannya tidak menaruh perhatian akan perlunya kawasan lindung disekeliling sungai utama: tidak menaruh perhatian akan perlunya kawasan lindung disekeliling sungai utama: Sengon (

Sengon ( Paraserianthes  Paraserianthes falcatariafalcataria, Albizia) diketahui telah ditanam dipinggir, Albizia) diketahui telah ditanam dipinggir sungai Ramayung (

sungai Ramayung (Foto 3-5Foto 3-5) yang ditetapkan sebagai kawasan lindung. Ini) yang ditetapkan sebagai kawasan lindung. Ini kemungkinan merupakan bagian dari kebakaran hutan di areal, sepuluh tahun kemungkinan merupakan bagian dari kebakaran hutan di areal, sepuluh tahun sebelum penanaman dimulai diawal 1990-an. Mungkin lebih baik untuk menanami sebelum penanaman dimulai diawal 1990-an. Mungkin lebih baik untuk menanami areal dengan spesies asli yang cocok, tetapi setidaknya Sengon mampu menutupi areal dengan spesies asli yang cocok, tetapi setidaknya Sengon mampu menutupi tanah secara cepat dan menstabilkan tanah.

tanah secara cepat dan menstabilkan tanah. 3.5.2

3.5.2 Pembangunan Pembangunan JembatanJembatan

Pembangunan perlintasan anak sungai/air yang tepat pada jalan merupakan hal Pembangunan perlintasan anak sungai/air yang tepat pada jalan merupakan hal yang penting untuk perlindungan sumber-sumber air yang ada didalam HTI, tetapi yang penting untuk perlindungan sumber-sumber air yang ada didalam HTI, tetapi tidak terdapat pedoman mendetail atau instruksi kerja untuk pembangunan tidak terdapat pedoman mendetail atau instruksi kerja untuk pembangunan  jembatan,

 jembatan, dan dan operator operator lapangan lapangan tidak tidak mendapat mendapat pelatihan pelatihan berkaitan berkaitan dengandengan  pembangunan

 pembangunan jembatan. jembatan. Selama Selama kegiatan kegiatan audit, audit, staf staf lokasi lokasi mengesankan mengesankan bahwabahwa  jembatan

 jembatan merupakan merupakan perhatian perhatian penting penting karena karena anak anak sungai/air sungai/air cenderung cenderung untukuntuk meluap; karenanya para staf meyakinkankan bahwa jembatan yang diperlukan meluap; karenanya para staf meyakinkankan bahwa jembatan yang diperlukan tetap dibangun dan dipelihara. Walau demikian, hanya sedikit bukti yang terlihat tetap dibangun dan dipelihara. Walau demikian, hanya sedikit bukti yang terlihat dilapangan, dimana jembatan utama ditempatkan dan dipelihara, tetapi anak dilapangan, dimana jembatan utama ditempatkan dan dipelihara, tetapi anak

(25)

sungai/air kecil ditemukan tertutup atau terhalang dengan timbunan tanah, sungai/air kecil ditemukan tertutup atau terhalang dengan timbunan tanah, khususnya pada jalan logging yang dibuka kembali baru-baru ini. Anak sungai/air khususnya pada jalan logging yang dibuka kembali baru-baru ini. Anak sungai/air yang tertutup akan mengalami banjir yang menyebabkan erosi, dan menyebabkan yang tertutup akan mengalami banjir yang menyebabkan erosi, dan menyebabkan masalah pengendapan lumpur di hilir.

masalah pengendapan lumpur di hilir. Foto 3-5: Sengon atau Albizia (

Foto 3-5: Sengon atau Albizia ( Paraserianthes falcatar Paraserianthes falcatariaia) ditanam pada sisi Sungai Ramuyung pada areal) ditanam pada sisi Sungai Ramuyung pada areal yang ditetapkan sebagai daerah penyangga.

yang ditetapkan sebagai daerah penyangga.

3.5.3

3.5.3 Pembangunan Pembangunan DrainaseDrainase

Pembangunan fasilitas drainase yang memadai pada jalan adalah penting (vital) Pembangunan fasilitas drainase yang memadai pada jalan adalah penting (vital) untuk melindungi anak sungai/air, karena drainase yang tidak memadai memiliki untuk melindungi anak sungai/air, karena drainase yang tidak memadai memiliki  potensi

 potensi untuk untuk menyebabkan menyebabkan erosi erosi yang yang mendorong mendorong terjadinya terjadinya masalahmasalah  pengendapan lumpur di daerah tangk

 pengendapan lumpur di daerah tangkapan air lainnya.apan air lainnya.

Drainase yang tidak memadai terdapat pada jalan-jalan dan khususnya pada jalan Drainase yang tidak memadai terdapat pada jalan-jalan dan khususnya pada jalan logging HPH yang dibuka kembali pada Agustus 2000. Selama kunjungan lokasi, logging HPH yang dibuka kembali pada Agustus 2000. Selama kunjungan lokasi, semua drainase yang diamati terlihat telah terkikis oleh grader, dan tidak digali semua drainase yang diamati terlihat telah terkikis oleh grader, dan tidak digali dengan menggunakan ekskavator; yang belakangan ini

dengan menggunakan ekskavator; yang belakangan ini dapat menghasilkan strukturdapat menghasilkan struktur drainase yang jauh lebih baik. Sebagai akibatnya, terjadi potensi erosi pada jalan drainase yang jauh lebih baik. Sebagai akibatnya, terjadi potensi erosi pada jalan yang mendorong terjadinya masalah sedimentasi pada anak sungai/air yang yang mendorong terjadinya masalah sedimentasi pada anak sungai/air yang  berdekatan.

 berdekatan.

Staf lokasi juga menyatakan telah menempatkan gorong-gorong ditempat-tempat Staf lokasi juga menyatakan telah menempatkan gorong-gorong ditempat-tempat yang memerlukan, tetapi tidak terdapat pedoman yang memungkinkan mereka yang memerlukan, tetapi tidak terdapat pedoman yang memungkinkan mereka untuk membantu masalah ini. Akibatnya, lokasi dimana gorong-gorong untuk membantu masalah ini. Akibatnya, lokasi dimana gorong-gorong ditempatkan tergantung pada tim survey dan team pembangunan. Hingga kini ditempatkan tergantung pada tim survey dan team pembangunan. Hingga kini hanya dua gorong-gorong yang telah dipasang.

(26)

3.5.4

3.5.4 Pembuangan Pembuangan Debris Debris Dari Dari Kegiatan Kegiatan PembangunanPembangunan

Telah diamati adanya sejumlah tanah yang terdorong pada bekas-bekas pinggiran Telah diamati adanya sejumlah tanah yang terdorong pada bekas-bekas pinggiran terkadang hingga anak sungai/air ketika dilakukan pembukaan kembali jalan terkadang hingga anak sungai/air ketika dilakukan pembukaan kembali jalan logging HPH. Penutupan anak sungai/air menyebabkan terjadinya genangan, yang logging HPH. Penutupan anak sungai/air menyebabkan terjadinya genangan, yang mengakibatkan tingginya kebutuhan oksigen; hal ini cenderung menyebabkan mengakibatkan tingginya kebutuhan oksigen; hal ini cenderung menyebabkan organisme yang aslinya hidup di anak sungai/air tersebut mati dan akan memiliki organisme yang aslinya hidup di anak sungai/air tersebut mati dan akan memiliki efek yang secara tidak langsung merugikan terhadap hewan-hewan lain yang efek yang secara tidak langsung merugikan terhadap hewan-hewan lain yang memanfaatkan anak sungai/air tersebut sebagai sumber makanan atau sumber air. memanfaatkan anak sungai/air tersebut sebagai sumber makanan atau sumber air. Penutupan anak sungai/air juga menyebabkan anak sungai/air tersebut meluap Penutupan anak sungai/air juga menyebabkan anak sungai/air tersebut meluap (banjir) selama periode hujan lebat. Banjir akan menyebabkan erosi yang (banjir) selama periode hujan lebat. Banjir akan menyebabkan erosi yang mendorong terjadinya masalah sedimentasi di hilir.

mendorong terjadinya masalah sedimentasi di hilir. 3.5.5

3.5.5 Penyimpanan Penyimpanan Yang Yang Aman Aman dan dan Penggunaan Penggunaan Polutan Polutan PotensialPotensial

Penyimpanan bahan bakar dan material-material yang berpotensi bahaya lainnya Penyimpanan bahan bakar dan material-material yang berpotensi bahaya lainnya diperinci pada

diperinci pada Bagian 3.2Bagian 3.2  dan  dan 3.33.3  dari laporan ini. Hal ini berpotensi untuk  dari laporan ini. Hal ini berpotensi untuk terkontaminasi di dalam areal HTI Murni akibat penyimpanan dan prosedur terkontaminasi di dalam areal HTI Murni akibat penyimpanan dan prosedur  penanganan yang tidak memadai.

 penanganan yang tidak memadai. 3.5.6

3.5.6 Rencana Rencana Tindakan Tindakan DaruratDarurat

Tidak ada rencana tindakan darurat yang dapat dilaksanakan jika terjadi peristiwa Tidak ada rencana tindakan darurat yang dapat dilaksanakan jika terjadi peristiwa  polusi terhadap air.

 polusi terhadap air.

Secara keseluruhan, konservasi sumber-sumber air di dalam areal HTI Murni Secara keseluruhan, konservasi sumber-sumber air di dalam areal HTI Murni merupakan kriteria kunci dari prinsip FSC #6 dan kegiatan dilokasi menunjukan merupakan kriteria kunci dari prinsip FSC #6 dan kegiatan dilokasi menunjukan adanya pelanggaran terhadap persyaratan yang ditetapkan dalam prinsip ini.

adanya pelanggaran terhadap persyaratan yang ditetapkan dalam prinsip ini.

3.6

3.6 Tindakan

Tindakan Perlindungan

Perlindungan Tanah

Tanah

Seperti halnya perlindungan terhadap air, staf lokasi terlihat memiliki pengetahuan Seperti halnya perlindungan terhadap air, staf lokasi terlihat memiliki pengetahuan yang baik mengenai langkah-langkah perlindungan tanah, tetapi sekali lagi hanya yang baik mengenai langkah-langkah perlindungan tanah, tetapi sekali lagi hanya ditemukan sedikit bukti yang diamati dilapangan dimana pembangunan jalan ditemukan sedikit bukti yang diamati dilapangan dimana pembangunan jalan dilakukan pada dataran curam dengan drainase yang tidak memadai sesuai dengan dilakukan pada dataran curam dengan drainase yang tidak memadai sesuai dengan aturan. Gundukan buangan dari pembangunan jalan terlihat disisi jalan logging aturan. Gundukan buangan dari pembangunan jalan terlihat disisi jalan logging HPH yang baru saja dibuka kembali, yang dapat mengalami erosi begitu hujan HPH yang baru saja dibuka kembali, yang dapat mengalami erosi begitu hujan mulai turun.

mulai turun.

Perlindungan tanah merupakan elemen kunci dari Prinsip FSC #6 dan kegiatan Perlindungan tanah merupakan elemen kunci dari Prinsip FSC #6 dan kegiatan yang dilakukan dan direncanakan di HTI Murni memiliki potensi untuk yang dilakukan dan direncanakan di HTI Murni memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan tanah. Perlindungan tanah dapat dicapai melalui cara-cara menyebabkan kerusakan tanah. Perlindungan tanah dapat dicapai melalui cara-cara yang serupa sekali dengan cara-cara perlindungan anak sungai/air. Kegiatan yang yang serupa sekali dengan cara-cara perlindungan anak sungai/air. Kegiatan yang sama yang dapat menyebabkan penutupan anak sungai/air dan masalah sedimentasi sama yang dapat menyebabkan penutupan anak sungai/air dan masalah sedimentasi sebagai contoh juga dapat menyebabkan erosi; hal ini telah didiskusikan pada sebagai contoh juga dapat menyebabkan erosi; hal ini telah didiskusikan pada Bagian 3.5

Bagian 3.5..

Meskipun fakta menunjukan hanya sedikit kegiatan yang dilakukan di HTI Murni, Meskipun fakta menunjukan hanya sedikit kegiatan yang dilakukan di HTI Murni, terdapat lingkup kegiatan yang memberikan dampak negatif terhadap tanah. terdapat lingkup kegiatan yang memberikan dampak negatif terhadap tanah. Kegiatan-kegiatan yang berpotensi menyebabkan dampak tersebut meliputi :

Kegiatan-kegiatan yang berpotensi menyebabkan dampak tersebut meliputi :

• Kegiatan pembersihan lahan;Kegiatan pembersihan lahan; •

• Pembangunan dan pemeliharaan jalan;Pembangunan dan pemeliharaan jalan; •

• Pemanenan dan pemrosesan kayu; danPemanenan dan pemrosesan kayu; dan •

(27)

3.6.1 Kegiatan Pembersihan

Hanya sedikit kegiatan pembersihan lahan yang dilakukan di HTI kecuali untuk  pembangunan jalan dan penanaman. Pembersihan lahan untuk penanaman menyebabkan dampak yang relatif kecil dan karena sisa-sisa pembersihan lahan  biasanya dibiarkan ditempat, terdapat sedikit lahan gundul yang dapat

menyebabkan resiko erosi. 3.6.2 Aktifitas Pembuatan Jalan

Tidak terdapat rencana kerja atau intstruksi untuk pebangunan jalan dan hanya sedikit pelatihan yang dilakukan dalam pembangunan jalan dengan menggunakan metode yang sesuai; operator mesin diberitahu kemana arah jalan dan dibiarkan untuk bekerja hanya dengan berbekal informasi tersebut saja. Hasilnya adalah jalan dibangun tanpa memperhatikan perlindungan terhadap tanah.

Dalam pengamatan sepanjang jalan logging HPH yang dibuka kembali ditemukan adanya gundukan sisa pekerjaan yang terdorong dari tempatnya semula ke tegakan sekelilingnya, menghasilkan gundukan tanah gundul yang akan ikut t ererosi selama hujan. Sebagai tambahan, jalan seringkali terpotong pada bagian yang curam sehingga menyulitkan alat angkut dan, dikombinasikan dengan drainase yang tidak memadai, dapat menyebabkan erosi dan kerusakan terhadap struktur tanah.

3.6.3 Pemanenan

Kegiatan pemanenan di HTI Murni saat ini hanya dilakukan dalam skala yang sangat kecil (dan berasal dari kegiatan pembersihan lahan dengan plot 10 ha) dan memberikan dampak yang tidak berarti, seperti sedikit lahan yang gundul dan tidak ada jalur penyaradan yang dibuat untuk pengangkutan kayu, karena kayu dipindahkan secara manual.

3.6.4 Pengurangan Pergerakan Kendaraan

Pergerakan kendaraan memiliki potensi menyebabkan kerusakan tanah melalui  pemadatan dan gangguan terhadap tanah, karena kendaraan mengaduk tanah terutama dalam kondisi basah. Mengurangi jumlah kendaraan yang bergerak akan mengurangi dampak potensial pada tanah. Saat ini hanya sedikit pergerakan kendaraan yang ada di HTI Murni.

3.6.5 Penutupan dan Perbaikan Jalan

Sebuah jalan sementara di HTI telah ditutup dan ditanam sebagai bagian dari areal hutan tanaman disekelilingnya. Jika dimasa mendatang ada jalan lain yang harus ditutup atau jalur penyaradan yang diperlukan dan kemudian ditinggalkan, maka harus dilakukan rehabilitasi dengan penanaman untuk memastikan bekas jalan atau  jalur penyaradan ini tidak akan menyebabkan resiko erosi.

3.6.6 Tindakan Pengontrolan Erosi

Tidak terdapat tindakan darurat atau rencana untuk melakukan kontrol erosi di HTI Murni. Pada saat terjadi longsoran di areal produksi, sebuah perencanaan akan dibuat untuk memperbaikinya dengan segera agar dapat mengembalikan produksi sesuai jadwal. Meskipun demikian, jika peristiwa erosi tidak mempengaruhi  produksi maka tidak ada tindakan yang dilakukan. Staf lokasi hanya memberi  perhatian terhadap satu kejadian longsor, dalam peristiwa itu sebuah bulldozer digunakan untuk mendorong sisa-sisa pekerjaan dari tempatnya semula menuju

(28)

tanamanan sekelilingnya. Selama kunjungan lokasi, tidak ada pencegahan terhadap erosi atau kerusakan tanah lainnya yang ditemukan.

3.7 Tindakan Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Lahan HTI sebelumnya merupakan tanah yang kosong, sekitar 3000 ha kemudian ditanami dengan spesies hutan tanaman. Pohon-pohon eksotik yang tumbuh cepat telah ditanam untuk memperoleh pengembalian investasi awal dengan cepat; hal ini didiskusikan lebih jauh pada Bagian 3.11.

Hanya sedikit keanekaragaman hayati yang dtemukan pada areal kosong yang ditanami spesies tanaman eksotik , dimana sebelumnya tidak ditemukan. Tidak ada langkah-langkah perlindungan terhadap keanekaragaman hayati spesifik dan, selain dari penetapan daerah penyangga sebagai kawasan lindung, tidak terlihat adanya kebutuhan yang besar untuk tindakan aktif. Terdapat laporan mengenai adanya gibbon-gibbon dan beberapa spesies monyet dan rusa yang mulai berkembang biak di arael, tetapi tidak ditemukan informasi lebih lanjut.

3.8 Pencegahan Kegiatan-kegiatan Ilegal atau Merugikan dan Kebakaran

3.8.1 Illegal Logging

Staf di lokasi HTI Murni menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai masalah dengan illegal logging karena disana tidak terdapat kayu yang dapat menarik para  penebang liar.

3.8.2 Perladangan Berpindah

Sekitar dua pertiga HTI telah dirambah dan diakui. Sekitar 3000 ha yang ditanam oleh PT. AYI diketahui oleh penduduk setempat sebagai milik perusahaan dan daerah ini tidak dirambah; staf di lokasi menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai masalah dengan perambahan perladangan berpindah pada areal  penanaman.

Desa Rakutat berada didalam wilayah HTI Murni dan mereka memiliki ladang padi sendiri. Penduduk desa telah membuat perjanjian dengan pihak HTI Murni, bahwa  jika waktunya untuk membakar ladang yang ada, mereka akan memberitahu staf

untuk memastikan tempat tersebut terhindar dari penyebaran api. 3.8.3 Pemakaian Lainnya Yang Merugikan pada Hutan

Kriteria FSC #6.2 menyatakan bahwa “perburuan yang tidak menguntungkan,  penangkapan ikan, pemasangan perangkap dan pengumpulan harus dikontrol”.

HTI Murni memiliki bagian keamanan yang mencoba untuk mengurangi  perburuan, khususnya perburuan dengan menggunakan senjata api karena hal ini dapat membahayakan para staf yang bekerja di lapangan. Adanya spesies rusa dan sejumlah burung yang menarik di lokasi hutan tanaman, menyebabkan kegiatan  perburuan dan penangkapan burung tidak terelakan oleh anggota staf dan individu

serta organisasi-organisasi luar.

Prinsip FSC #5 menganjurkan “penggunaan produk-produk hutan yang beragam secara efisien … untuk memastikan…keuntungan yang luas bagi lingkungan dan sosial”, seperti perburuan spesies umum oleh penduduk setempat dan staf HPH dapat menguntungkan sekali, jika persyaratan perijinan lebih dulu diberikan.

(29)

Sejauh yang dapat dipastikan, pihak perusahaan tidak memiliki perijinan resmi untuk menangani kegiatan perburuan.

Penangkapan ikan secara kimiawi telah dilakukan sejak dulu, tetapi hal ini tetap dimaklumi walaupun larangan ini tidak dilaksanakan. Staf mengetahui bahwa  penangkapan ikan menggunakan racun bukan kegiatan yang dapat diterima, tetapi diatas kekurangan itu, mereka merasa hanya sedikit yang dapat mereka lakukan untuk menghentikannya.

3.8.4 Kebakaran

Peralatan pemadan kebakaran, meliputi pemukul api, pompa air portabel dan  pompa air yang lebih besar, disimpan di Panaan untuk digunakan pada saat terjadi kebakaran. Sebagai tambahan, bagian keamanan ditugaskan untuk mengawasi kebakaran di areal HTI Murni; meskipun seharusnya dilakukan patroli dua kali sehari, tidak ditemukan bukti bahwa kegiatan ini telah dilaksanakan. Staf lokasi menyatakan bahwa sepuluh orang anggota bagian keamanan telah menerima  beberapa pelatihan pemadaman kebakaran.

3.9 Tindakan Perlindungan Kebudayaan

Kriteria FSC # 3.3 menghendaki bahwa semua lokasi budaya yang penting bagi  penduduk pribumi harus diidentifikasikan, ditandai dan dilindungi oleh menejer

kehutanan.

Pihak menejemen HTI telah mengetahui lokasi-lokasi budaya yang penting di areal tersebut, khususnya yang disebut ‘Gua Tengkorak’, yang terletak di perbatasan antara konsesi hutan Alam (HPH) dan HTI Murni. Karena lokasi gua ini, tidak terlihat adanya upaya yang berkaitan dengan perlindungannya. Meskipun demikian, karena gua tersebut terletak di tebing limestone yang curam, resiko aktifitas HTI ditempat tersebut kecil.

Pekuburan desa Rakutat terletak pada sisi timur HTI Murni. Pada tahun 1992, staf HTI Murni telah berhubungan dengan penduduk desa untuk memasang pagar  pelindung disekeliling pekuburan. Sebagai hasil dari hubungan ini, perbatasn HTI

Murni sekarang menyusuri pekuburan untuk menghindari adanya gangguan.

3.10 Penilaian Pasca Penebangan

Prinsip FSC #8 menghendaki dilakukannya pengawasan dan penilaian, dan khususnya pada sebuah areal yang harus dipertimbangkan adalah “lingkungan hidup … dampak dari pemanenan dan kegiatan lainnya”. Pemanenan, sebagai  bagian dari pembersihan lahan untuk areal demonstrasi, hanya dilakukan sejak Agustus 2000 dan hanya pada areal yang terbatas. Karena dilakukan pemanenan  pada areal lain di HTI Murni, sebuah program penilaian yang menyeluruh perlu dilakukan dan hasilnya dimasukan kedalam aktifitas manajemen setempat pada masa mendatang.

Penilaian pasca pemanenan dapat memberikan informansi yang bermanfaat untuk  pengelolaan areal penanaman dimasa mendatang, dan dapat mendorong perbaikan  penyelenggaraan lingkungan di dalam HTI Murni. Karenanya, penilaian pasca  penebangan harus meliputi :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran pada pertemuan II yang diamati oleh observer, bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe take and give oleh guru

GNAPS berawal apabila host rentan yang terpapar kuman Streptokokus grup A strain nefritogenik bereaksi untuk membentuk antibodi terhadap antigen yang menyerang. GNAPS merupakan

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja

anaerob yaitu hanya terjadi penguraian bahan organik dengan oksigen bebas, sedangkan bakteri membutuhkan oksigen terikat untuk mengikat senyawa-senyawa yang

didapat melalui pengukuran terestris ini akan dilakukan Georefence, dimana titik sampling yang digunakan yaitu sistem koordinat lokal. Pada penelitian ini titik

Pengaruh pemberian ekstrak rebung bambu betung (Dendocalamus asper) dari dosis yang berbeda terhadap semai sengon (Paraserianthes falcataria) pada sub soil latosol secara umum

karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dan dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya

Permasalahan lain di daerah ini, yang menyebabkan menurunnya populasi satwa adalah adanya kebijakan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam pada tahun 1960