PEDOMAN
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup D. Dasar Hukum E. Pengertian
BAB II PERENCANAAN,PENGADAAN DAN PEMBERDAYAAN SDM A. Ketenagaan
B. Perencanaan Kebutuhan C. Pengadaan
D. Pemberdayaan dan Penempatan BAB III PENGEMBANGAN & POLA KARIR
A. Pola Karir B. Mutasi & Rotasi
BAB IV PENILAIAN KINERJA ,PEMBINAAN & KESEJAHTERAAN A. Disiplin
B. Hak dan Kewajiban C. Penilaian Kinerja D. Pembinaan
E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAB V KEPEMIMPINAN DAN TATA ORGANISASI
A. Kepemimpinann
B. Struktur dan Tata Organisasi
C. Uraian Jabatan (yang dari system SKJ) D. Sistem Informasi Kepegawaian (SIMKA)
BAN VI PEMBERHENTIAN
BAB VII PEMBIAYAAN & REMUNERASI
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
C. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup pedoman pengelolaan sumber daya manusia di RS X meliputi pengelolaan terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Non PNS mulai dari Perencanaan,Pengadaan,Pengangkatan,Penempatan,Penggajian,Pengembangan Karir,Pembinaan, Kesejahteraan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Pemberhentian.
D. DASAR HUKUM
Dasar-dasar hukum yang menjadi acuan dalam pengelolaan SDM baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Pegawai Non PNS adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 2. undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang perbendaharaan Negara 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
6. Undang- Und Tentangang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 Tentang Sumpah dan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegwai Negeri Sipil 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 Tentang Pemberhentian Pegawai
10.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian PNS
11.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 Tentang Jabatan Fungsional PNS 12.Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan PNS
Dalam Jabatan Struktural
13.Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan
14.Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas PP No.100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural 15.Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pengangkatan, Dan
Pemberhentian KPNS
16.Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
17.Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS
18.Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Tunjangan Jabatan Struktural
19.Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun Jabatan Fungsional PNS
20.Peraturan Menpan-RB Nomor.Per/17/M.PAN/9/2800 Tetang Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Dan Angka Kreditnya
21.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/ MENKES/SK/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan SDM Kesehatan Di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.
22.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1396/MENKES/SK/U-1/2005 Tentang Penganugrahan Penghargaan Bakti Karya Husada kepada PNS di Lingkungan Departemen Kesehatan
23.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1243/MENKES/SK/VII/2005 Tentang Penetapan 13 Eks RS Perjan Menjadi UPT Departemen Kesehatan dengan Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
24.PMK Nomor10/PMK.02/2006 Tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewas Dan Pegawai BLU
25.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1681/MENKES/SK/XII/2005 Tentang Struktur Organisasi Dan Tata Kelola Rumah Sakit Umum Pusat RS X Padang 26.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971 Tahun 2009 Tentang Standar
Kompetensi Pejabatan Struktural Kementerian Kesehatan
27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Tentang Pengangkatan Direktur Utama RS X
28. 29..
E. PENGERTIAN
1. Rumah Sakit RS X selanjutnya disebut RS X adalah
2. Badan Layanan Umum yang selanjutnya disebut BLU adalah 3. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum adalah 4. Pejabat Pengelola BLU adalah
5. Direktur Utama adalah 6. Direktur adalah
7. Dewan Pengawas Rumah Sakit adalah 8. Pengelolaan Pegawai adalah
9. Pegawai adalah Pegawai RS X terdiri dari Pegawai Negeri Sipil RS X/ Calon Pegawai Negeri Sipil (PNS/CPNS) yang diangkat atau ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI, dan Pegawai Non PNS yang diangkat dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama RS X
10.Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu sistem organisasi Negara.
11.Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan kepada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
12.Peta jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan secara vertikal
maupun horizontal menurut struktur kewenangan, tugas dan tanggung jawab jabatan serta persyaratan jabatan yang menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja.
13.Dokter adalah 14.Keperawatan adalah 15.Bidan adalah
16.Penunjang Medis adalah 17.Pegawai Outsourching adalah
18.Pegawai Tidak Tetap yang selanjutnya disebut sebagai PTT atau kontrak adalah pegawai purna waktu (full time) atau paruh waktu (part time/tamu) yang bekerja sesuai kesepakatan /Ikatan Kerja Sama (IKS) dan diangkat dengan Surat Keputusan Direktur Utama RS X
19.Kredensial adalah 20. Rekredensial adalah
21. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.
22.Kompetensi bidang adalah kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
23.Kompetensi manajerial adalah kemampuan dan karakteristik pegawai yang diperlukan oleh setiap pejabatan struktural sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
24.
25.Rotasi adalah 26.Mutasi adalah
27.Pendidikan dan Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
28.Remunerasi adalah 29.Penilaian Kinerja adalah 30.Pembehentian adalah
31.Penilaian Prestasi Kerja Pegawai adalah suatu proses penilaian secara
sistematis yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja Pegawai
32.Perilaku kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh Pegawai atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
33.Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap Pegawai pada suatu satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawangi dan perilaku kerja. 34.Rencana Kerja Tahunan (RKT) adalah rencana yan perundang memuat
kegiatan tahunan dan target yang akan dicapai sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah
35.Sasaran Kerja pegawai (SKP) adalah Rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang Pegawai
36.Uraian Tugas adalah suatu paparan semua tugas jabatan yang merupakan tugas pokok pemangku jabatan dalam memproses bahan kerja menjadi hasil kerja dengan menggunakan perangkat kerja dalam kondisi tertentu.
37.Target adalah jumlah beban kerja yang akan dicapai dari setiap pelaksanaan tugas jabatan.
38.Tugas Tambahan adalah tugas lain atau tugas-tugas yang ada hubungannya dengan tugas jabatan yang bersangkutan dan tidak ada dalam SKP Yang ditetapkan..
39.Pejabat penilai adalah atasan langsung Pegawai yang dinilai, dengan ketentuan paling rendah pejabat struktural eselon V atau pejabat lain yang ditentukan.
40.Atasan pejabat penilai adalah atasan langsung dari Pejabat Penilai atau pejabat lain yang ditentukan.
41.IKI (Idek Kinerja Individu) adalah indikator penilaian kinerja bagi individu yang akan digunakan menjadi dasar pertimbangan pembayaran Remunerasi Pegawai 42.IKU (Indeks Kinerja Unit) adalah merupakan indikator untuk penilaian bagi Unit
Kerja termasuk menjadi dasar pertimbangan dalam pembayaran Remunerasi Pegawai
BAB II
PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM A. KETENAGAAN
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA RS X
NO JABATAN/ UNIT KERJA
KEADAA N KEBUTUHA N KEKURANGA N KETERANGAN 1 Tenaga Medis
Dokter Umum 40 48 8 Untuk mengatasi kekurangan pada tenaga medis maka diusulkan formasi kepada Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 diantaranya ;
Spes Bedah Umum 2 7 5
Spes Penyakit Dalam 26 13 -13
Spes Kes.Anak 19 38 19
Spes Obgin 15 18 3 - Dokter umum : 5 orang
Spes Radiologi 5 10 5 - Bidan : 3 orang
Spes Anesthesi 8 14 6 - Perawat : 17 orang
Spes Patologi Klinik 6 4 -2 - Ners : 5 orang
Spes Mata 14 22 8 - Teknisi Elektromedis : 2 orang
Spes THT 11 28 17
Spes Kulit & Kelamin 7 11 4
Spes Paru 8 18 10
Spes Syaraf 5 51 46
Spes Bedah Syaraf 1 3 2
Spes Bedah Orthopedi 5 5 0
Spesialis Urologi 4 4 0
Spesialis Jantung Paru 8 7 -1
Spesialis Patologi Anatomi 5 4 -1
Spes Forensik 1 3 2 Selain mengusulkan melalui formasi, RS X juga memperhatikan masuknya tenaga medis pindahan dari instansi lain.
Spes Rehabilitasi Medik 1 3 2
Spes Bedah Plastik 2 2 0
Spes Mikrobiologi 3 1 -2
Spes Farmasi Klinik 0 3 3
Spes Ked.Nuklir 1 2 1 Untuk pengembangan pelayanan sub spesialis, maka tenaga medis yang ada dioptimalkan untuk mengikuti pendidikan dokter sub spesialis
Dokter Gigi 4 16 12
Spesialis (Bedah Mulut) 1 3 2
Spes.Bedah Onkologi 2 2 0 Spesialis Orthodensia 2 3 1 Spes.Bedah Digestif 3 2 -1 Spes.Bedah Anak 2 4 2 Spes.Bedah Thorax 1 4 3 Spesialis Periodonti 0 2 2
2 Tenaga Keperawatan 805 876 71 Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan yang berhubungan dengan peningkatan keahlian profesi keperawatan dan peningkatan jenjang pendidikan DIII keperawatan, DIII/DIV Kebidanan, S-1 Keperwatan dan S2 Keperawatan
Peghitungan kebutuhan berdasarkan rata-rata pasien per hari, rata-rata jam perawatan per pasien dan jumlah jam perawatan per hari serta derajat ketergantungan pasien
3 Intalasi Rehabilitasi Medik 15 29 14 Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan, studi banding dan peningkatan jenjang pendidikan
- Dokter spesialis rehabilitsi
medik 1 3 2
- Fisioterapis 9 12 3
- Okupasi terapi 1 4 3
- Terapi wicara 2 3 1
- Ortotis Protetis 0 2 2
- Pekerja Sosial Medik 0 2 2
- Psikologi 2 3 1
4 Instalasi gizi : 85 110 25
- Nutrisionis 16 20 4 Ka. Instalasi : 1 orang
- Tenaga pengolah/ Juru Masak 39 48 9 Klasifikasi pendidikan tamatan SKKA/ SMKK jurusan boga + pengalaman di bidang bakery/catering
- PAG 1 1 0
- Pramu Saji 27 39 12
- D III Kesling 1 1 0
5 Instalasi SIMRS 49 125 76 Klasifikasi pendidikan:minimal SMA+Komputer, D1 Komputer dan DIII Perekam Medis Kesehatan
6 Instalasi radiologi 19 39 20 Penghitungan berdasarkan buku pedoman pelayanan radiologi untuk RSU kelas B Pendidikan, Dep.Kes RI Tahun 1999
- Dokter spesialis radiologi 5 16 11
- Radiografer 14 23 9
7 Instalasi farmasi 89 117 28
- Asisten Apoteker 54 65 11 1 orang apoteker melayani 50 resep/hari
- Apoteker 15 27 12 1 orang AA melayani 60 resep/hari
-Tenaga lain-lain 20 25 5
8 Instalasi Kesehatan Lingkungan 8 14 6 Jenis tenaga yang sangat dibutuhkan saat ini : - tenaga penyehatan makanan & minuman - tenaga penyehatan tempat cucian, perlindungan radiasi dan sterilisasi/desinfeksi
Penghitungan kebutuhan berdasarkan tupoksi, beban kerja & uraian tugas.
9 IPS Non Medik 34 61 27 Klasifikasi pendidikan minimal STM listrik, Bangunan dan berpengalaman minimal 2 tahun
Penghitungan berdasarkan jumlah kerusakan/jenis pemeliharan dibandingkan dengan jumlah pekerja yang dibutuhkan
Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan, studi banding dan peningkatan jenjang pendidikan
10 IPS Medik 18 47 29 Masing-masing Pj bertanggung jawab terhadap lebih kurang 100 peralatan medik per bulan, dan
mempunyai anggota minimal 1 orang
Kualifikasi tenaga yang dibutuhkan D III dan D IV Atem
Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan, studi banding dan peningkatan jenjang pendidikan
11 Instalasi Rekam Medis 49 59 10 Kualifikasi tenaga minimal SMA + Komputer dan DIII Rekam Medis
Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan, studi banding dan peningkatan jenjang pendidikan
12 Instalasi laboratorium klinik 24 75 51 Satu orang analis mampu melayani 50 pasien per hari kerja
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA RS X
NO JENIS TENAGA/ UNIT KERJA
KEADAA N KEBUTUHA N KEKURANGA N KETERANGAN 1 Tenaga Medis
Dokter Umum 21 45 24 Untuk mengatasi kekurangan pada tenaga medis maka diusulkan formasi kepada Departemen kesehatan RI tahun 2008 diantaranya ;
Dokter Spes Bedah Umum 5 6 1
Dokter Spes Penyakit Dalam 17 29 12
Dokter Spes Obgin 17 20 3 - dokter umum : 10 orang
Dokter Spes Radiologi 3 16 13 - dokter spesialis radiologi : 3 orang Dokter Spes Anesthesi 5 9 4 - dokter anastesi : 2 orang
Dokter Spes Patologi Klinik 7 8 1 - dokter spesialis jiwa : 1 orang Dokter Spes Jiwa 4 5 1 - dokter patologi anatomi : 3 orang Dokter Spes Mata 11 13 2 - Konsulen Intensive care : 1 orang Dokter Spes THT 5 10 5 - dokter spesialis bedah thorax : 1 orang Dokter Spes Kulit & Kelamin 4 7 3 - dokter spesialis bedah saraf : 1 orang Dokter Spes Paru 4 8 4 - dokter spesialis rehabilitasi medik : 1 orang Dokter Spes Syaraf 7 8 1 - dokter spesialis forensik : 1 orang
Dokter Spes Bedah Syaraf 1 4 3 - dokter spesialis patologi klinik : 1 orang Dokter Spes Bedah Orthopedi 2 8 6 - dokter spesialis mikrobiologi : 1 orang Dokter Spesialis Urologi 2 5 3 - dokter spesialis farmakologi klinik : 1 orang Dokter Spesialis Jantung 4 8 4 - dokter spesialis perio : 1 orang
Dokter Spesialis Patologi
Anatomi 3 5 2 - dokter spesialis THT : 1 orang
Dokter Spes Forensik 2 3 1 - dokter spesialis Mata : 1 orang
Dokter Spes Rehabilitasi Medik 1 3 2 - dokter spesialis Bedah Mulut : 1 orang Dokter Spes Bedah Plastik 0 1 1 - dokter spesialis Bedah Plastik : 1 orang Dokter Spes Mikrobiologi 3 3 0 - dokter spesialis Bedah Orthopedi : 1 orang Dokter Spes Farma Klinik 2 5 3 - dokter spesialis Kedokteran Nuklir : 1 orang
Dokter Spes Ked.Nuklir 1 2 1
Dokter Gigi 6 8 2
Dokter Gigi Spesialis (Bedah
Mulut) 2 2 0 Selain mengusulkan melalui formasi, RS X juga memperhatikan masuknya tenaga medis pindahan dari instansi lain.
Dokter Spes.Bedah Onkologi 3 5 2
Dokter Spesialis Orthodensia 2 2 0
Dokter Spes.Bedah Digestif 2 5 3
Dokter Spes.Bedah Anak 1 3 2 Untuk pengembangan pelayanan sub spesialis, maka tenaga medis yang ada dioptimalkan untuk mengikuti pendidikan dokter sub spesialis
Dokter Spes.Bedah Thorax 1 3 2
Dokter Spesialis Perio 0 1 1
2 Tenaga keperawatan 780 847 67 Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan yang berhubungan dengan peningkatan keahlian profesi keperawatan dan peningkatan jenjang pendidikan DIII keperawatan, DIII/DIV Kebidanan, S-1 Keperwatan dan S2 Keperawatan
Peghitungan kebutuhan berdasarkan rata-rata pasien per hari, rata-rata jam perawatan per pasien dan jumlah jam perawatan per hari serta derajat ketergantungan pasien
3 Intalasi Rehabilitasi Medik 19 27 8 Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan, studi banding dan peningkatan jenjang pendidikan
- Dokter spesialis rehabilitsi
medik 1 3 2
- Fisioterapis 10 12 2
- Okupasi terapi 1 4 3
- Terapi wicara 2 3 1
- Ortotis Protetis 2 2 0
- Pekerja Sosial Medik 2 2 0
- Psikologi 1 1 0
- Ahli gizi 20 20 0
- Tenaga pemasak 40 48 8 Klasifikasi pendidikan tamatan SKKA/ SMKK jurusan boga + pengalaman di bidang bakery/catering
- PAG 1 1 0
- DIII Kesling 1 1 0
- Operator Mesin 1 1 0
5 Instalasi SIMRS 49 125 76 Klasifikasi pendidikan:minimal SMA+Komputer, D1 Komputer dan DIII Perekam Medis Kesehatan
6 Instalasi radiologi 19 39 20 Penghitungan berdasarkan buku pedoman pelayanan radiologi untuk RSU kelas B Pendidikan, Dep.Kes RI Tahun 1999
- Dokter spesialis radiologi 3 16 13
- Radiografer 16 23 7
7 Instalasi farmasi 85 107 22
- Asisten Apoteker 54 65 11 1 orang AA melayani 20 resep/hari (rawat jalan - Apoteker 11 17 6 Rawat inap : apoteker melayani 40 TT & AA 20 TT
-Tenaga lain-lain 20 25 5
8 Instalasi Kesehatan Lingkungan 9 14 5 Jenis tenaga yang sangat dibutuhkan saat ini : - tenaga penyehatan makanan & minuman - tenaga penyehatan tempat cucian, perlindungan radiasi dan sterilisasi/desinfeksi
Penghitungan kebutuhan berdasarkan tupoksi, beban kerja & uraian tugas.
9 IPS Non Medik 29 50 21 Klasifikasi pendidikan minimal STM listrik, Bangunan dan berpengalaman minimal 2 tahun
Penghitungan berdasarkan jumlah kerusakan/jenis pemeliharan dibandingkan dengan jumlah pekerja yang dibutuhkan
Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan, studi banding dan peningkatan jenjang pendidikan
10 IPS Medik 11 16 5 Masing-masing Pj bertanggung jawab terhadap leboih kurang 270 peralatan medik, dan mempunyai anggota minimal 1 orang
Kualifikasi tenaga yang dibutuhkan D III Atem
Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan, studi banding dan peningkatan jenjang pendidikan
11 Instalasi Rekam Medis 38 44 6 Kualifikasi tenaga minimal SMA + Komputer dan DIII Rekam Medis
Untuk peningkatan SDM dibutuhkan pelatihan, studi banding dan peningkatan jenjang pendidikan
12 Instalasi laboratorium klinik 49 75 26 Satu orang analis mampu melayani 20 pasien per hari kerja
B. PERENCANAAN SDM
1. Perencanaan Sumber Daya manusia adalah proses analisis dan identifikasi yang dilakukan organisasi terhadap kebutuhan akan sumber daya manusia, sehingga organisasi tersebut dapat menentukan langkah yang harus diambil guna mencapai tujuannya.
2. Pengadaan adalah upaya proses untuk memperoleh jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat dan memenuhi syarat dalam jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan guna mencapai tujuan organisasi. 3. Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang diterima
atau ditolak untuk menjadi karyawan
4. Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu
5. Analisis beban kerja adalah metode yang digunakan untuk menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi (Permenkes 53/2012)
1. Tata laksana Perencanaan SDM
1. Bagian SDM meyurati seluruh unit di lingkungan RS X untuk membuat perencanaan pegawai pada bulan November setiap tahunnya.
2. Unit kerja terkait menyusun perencanaan SDM berdasarkan prinsip-prinsip diatas dan mencantumkan kualifikasi dan standar kompetensi yang jelas untuk jenis tenaga yang direncanakan.
3. Perencanaan SDM yang telah disusun oleh unit kerja dikirimkan ke Bagian SDM Paling lambat bulan Desember tahun berjalan.
4. Bagian SDM menganalisa setiap perencanaan yang masuk dan merekapitulasi dengan berkoordinasi dengan unit kerja terkait.
5. Bagian SDM membuat perencanaan SDM secara keseluruhan dan membuat prioritas pemenuhan kebutuhan selama 5 tahun.
6. Bagian SDM membuat usulan pemenuhan kebutuhan SDM melalui aplikasi Bezetting secara Online di web Biro Kepegawaian Kemenkes RI.
7. Untuk kualifikasi tenaga yang tidak terakomodir dalam aplikasi Bezetting direncanakan untuk pengadaan pegawai melalui Rekruitmen SDM Non PNS. 8. Apabila dipandang perlu Perencanaan kebutuhan SDM dapat disulkan
system dan prosedur, penyempurnaan organisasi atau sebab lain sesuai kebijakan Direktur.
9. Khusus untuk perencanaan kebutuhan tenaga medis spesialis dapat diusulkan melalui formasi khusus Kemenkes RI sesuai dengan
2. Cara Menghitung Kebutuhan SDM
a. Tatalaksana Pengadaan SDM
Pengadaan SDM dapat melalui Formasi CPNS dan pegawai BLU (Non PNS) baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan
a. Pengadaan SDM melalui jalur rekruitmen CPNS Kemkes RI
1. Dalam hal pengadaan SDM melalui CPNS Kemenkes RI, RS X adalah
bagian dari Sub Tim Seleksi Pengadaan CPNS untuk Propinsi Sumatera Barat.
2. Dalam pelaksanaannya Sub Tim Seleksi Pengadaan CPNS Propinsi
mengacu kepada Pedoman Pengadaan CPNS Kemenkes RI yang diterbitkan setiap tahunnya.
3. Khusus untuk pengadaan dokter spesialis yang tidak terpenuhi melalui
formasi umum dilakukan melalui pengusulan formasi khusus Kementrian Kesehatan RI.
b. Pengadaan SDM BLU melalui Rekrutmen Non PNS 1. Persyaratan Umum
- Usia minimal 18 tahun dan maksimal 56 tahun, kecuali untuk pegawai yang memiliki kompetensi tertentu dan sangat dibutuhkan rumah sakit
- Berbadan dan berjiwa sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter
- Melampirkan ijazah, sertifikat dan syrat-surat yang berhubungan dengan pendidikan, pelatihan dan surat terkait lainnya.
2. Persyaratan Khusus
- Bagi tenaga kesehatan harus mempunyai STR (Surat Tanda Registrasi) sesuai ketentuan yang berlaku
3. Pengumuman
- Pengumuman penerimaan mencantumkan persyaratan pelamar, jumlah, jenis lowongan jabatan, kualifikasi pendidikan, keahlian, batas waktu lamaran, alamat lamaran dan batas usia.
- Menggunakan media yang mudah diketahui masyarakat luas antara lain media elektronik, media cetak, papan pengumuman atau bentuk lainnya.
- Dalam keadaan mendesak Dirut RS X dapat menyurati Pimpinan Institusi Pendidikan terkait agar merekomendasikan alumni terbaiknya untuk Pendidikan D3 minimal nilai IPK minimal 2,75 dan untuk setingkat SMA sederjat minimal nilai UN 6,5 untuk mengikuti seleksi Non PNS.
4. Seleksi
Pelaksanaan rekrutmen oleh Tim/ Pengelola Bag.SDM dengan tahapan meliputi:: seleksi administrasi, tes tulis,tes psikologi dan wawancara.
1. Seleksi Administrasi
Seleksi administrasi merupakan pemeriksaan dan penilaian terhadap persyaratan dan kelengkapan administrasi bagi calon pegawai Non PNS sesuai dengan ketentuan
2. Ujian Tulis
Seleksi ujian tulis terdiri dari materi : a. Pengetahuajn Umum
Dimaksudkan untuk menggali penguasaan informasi yang dimiliki peserta seleksi meliputi wawasan nasional, kebangsaan, regional dan internasional, serta integritas.
b. Bakat Skolastik
Dimaksudkan untuk menggali keseluruhan kapasitas mental untuk kemampuan verbal, kuantitatif dan kemampuan penalaran.
c. Substansi
Dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan peserta seleksi yang disesuaikan dengan kompetensi jabatan atau pekerjaan.
3. Ujian Psikotes
Dimaksudkan untuk mengetaui intelegensi, minat, bakat dan kepribadian seseorang
4. Tes Kompetensi
Dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana kompetensi teknis dan keterampilan calon Pegawai Non PNS yang disesuaikan dengan kompetensi jabatan atau pekerjaan yang akan diberikan.
a) Bagi peserta khusus tenaga keperawatan yang lulus tes psikologi akan dilakukan uji kompetensi teknis (kredensial) oleh Komite Keperawatan untuk persetujuan rekomendasi praktek klinik yang bersangkutan ,khusus tenaga kesehatan lainnya akan dilakukan uji kompetensi oleh unit kerja terkait/ tim ad hoc.
5. Wawancara
Dimaksudkan untuk mengetahui secara lisan hal-hal yang berkaitan motivasi, perilaku profesi, komunikasi, kerja sama tim, dan hal lain yang dianggap perlu
5. Pengumuman Hasil & Penerimaan
a. Pengumuman dapat dilakukan melalui media cetak, internet, papan pengumuman atau bentuk lainnya.
b. Dalam pengumuman harus diinformasikan kapan, dimana, kepada pejabat mana dan batas waktu untuk melapor bagi pelamar yang diterima, Apabila sampai batas waktu yang ditentukan pelamar tidak melapor maka dianggap mengundurkan diri
c. Hasil pemeriksaan kesehatan adalah sebagai penentu terakhir bagi Calon tenaga Non PNS (biaya ditanggung peserta)
d. Bag. SDM membuat surat panggilan kepada semua calon pegawai yang telah dinyatakan lulus..
e. Semua calon tenaga Non PNS harus menyelesaikan semua administrasi al : Perjanjian kerja, pakta integritas, dan kelengkapan
berkas lainnya.
f. Seluruh calon pegawai Non PNS yang akan bertugas harus mengikuti program layanan orientasi umum yang diselenggarakan oleh Bag. Diklit dan program layanan orientasi khusus oleh unit terkait (tempat penempatan).
g. Bagian SDM akan membuat penetapan tempat tugas tenaga terkait berdasarkan rekomendasi Bagian/ Bidang penanggung jawab unit kerja yang ditandatangani oleh Direktur Utama
h. Pengadaan Tenaga Medis
Pengadaan tenaga medis (spesialis) melalui proses :
1. Usulan Formasi Khusus CPNS dengan persyaratan telahS menyelesaikan pendidikan dokter spesialis dan telah pernah menjalani PTT/magang/honorer
2. Untuk Tenaga Medis setelah lulus Psikotes akan dilakukan kredensial oleh Komite Medis guna mengetahui kewenangan klinis sesuai profesi yang bersangkutan.
3. Ikatan Kerja Sama dengan institusi lain terkait tenaga medis yang sangat dibutuhkan dan tidak dapat direalisasikan melalui formasi khusus dan umum CPNS
BAB III PENGEMBANGAN & POLA KARIR A. POLA KARIR
ALUR KARIER PNS RS X Padang
Penjelasan alur karier PNS RS X Padang
PIM I, TEKNIS, FUNG
IV/d-IV/e FUNGSIONALJABATAN
JABATAN STRUKTURAL
ESELON I
PENILAIAN
PIM II, TEKNIS, FUNG IV/c – IV/d JABATAN FUNGSIONAL JABATAN STRUKTURAL ESELON II PENILAIAN Karier Puncak
IV/a – IV/b STRUKTURALJABATAN FUNGSIONALJABATAN
ESELON III
PIM III, TEKNIS, FUNG
PENILAIAN TengahKarier
• III/c – III/d
(Es. IV.) STRUKTURALJABATAN FUNGSIONALJABATAN ESELON IV
PIM IV, TEKNIS, FUNG Karier Awal PNS PENUGASAN ORIENTASI PE NIL AIA N CPNS ALUR KARIER PNS SELEKSI
1) Jenis-jenis jabatan yang dapat dipangku seorang PNS dalam meniti karier di lingkungan RS X Padang adalah sebagai berikut:
a. Jabatan Struktural
b. Jabatan Fungsional (Umum dan Tertentu)
2) Pejabat Fungsional Umum dan/atau Pejabat Fungsional tertentu yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan dengan golongan ruang minimal III/b dapat diangkat sebagai pejabat struktural eselon IV.
3) Apabila memenuhi syarat yang ditetapkan setelah sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun menduduki jabatan eselon IV, PNS tersebut dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan eselon III.
4) Apabila memenuhi syarat yang ditetapkan setelah sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun menduduki jabatan eselon III, PNS tersebut dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan eselon II. 5) Apabila memenuhi syarat yang ditetapkan, PNS yang menduduki
jabatan eselon II dapat dipromosikan menduduki jabatan eselon I. 6) PNS struktural yang diberhentikan dikarenakan adanya perampingan organisasi dapat diangkat kembali dalam jabatan struktural yang setingkat dengan jabatan sebelumnya atau setingkat lebih tinggi sesuai ketentuan yang berlaku.
7) PNS yang telah selesai menjalani hukuman disiplin (ringan dan sedang) dan mendapat surat keterangan telah selesai menjalani hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang dapat dipertimbangkan menduduki jabatan struktural yang setingkat dengan jabatan struktural yang pernah dipangkunya sesuai ketentuan yang berlaku.
8) PNS yang dikenai sanksi dan terbukti tidak bersalah yang dinyatakan oleh pejabat yang berwenang, dapat dipertimbangkan
menduduki jabatan struktural yang setara dengan jabatan struktural yang pernah dipangkunya sesuai ketentuan yang berlaku.
D.MUTASI DAN ROTASI ... Mutasi...Kenaikan Pangkat, Rotasi... Perputaran tugas
BAB IV
DISIPLIN,PENILAIAN KINERJA, PEMBINAAN & KESEJAHTERAAN A. DISIPLIN...Ketentuan jam kerja,dsb
B. HAK DAN KEWAJIBAN. Kewajiban Pegawai
Kewajiban Pegawai adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh dilakukan oleh setiap Pegawai berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kewajiban-kewajiban Pegawai tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan;
Kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja masing-masing Pegawai
2. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan Pegawai pada umumnya; Kewajiban ini terkait dengan kedudukan Pegawai sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat. Dapat dirinci sebagai berikut:
a. Kewajiban yang ditetapkan dalam UU No.8 tahun 1974; b. Kewajiban menurut Peraturan Disiplin Pegawai;
c. Kewajiban menurut Peraturan Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai;
d. Kewajiban mentaati jam kerja kantor dan pemberitahuan jika tidak masuk kerja;
e. Kewajiban menjaga keamanan negara dan menyimpan surat-surat rahasia;
f. Kewajiban mentaati ketentuan tentang pola hidup sederhana dan larangan penerimaan pemberian hadiah;
h. Kewajiban mentaati larangan bekerja dalam lapangan swasta dan usaha-usaha/kegiatan-kegiatan yang wajib mendapat ijin;
i. Kewajiban mentaati larangan menurut kitab UU hukum pidana; j. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan korupsi;
k. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan mengerjakan judi; l. Kewajiban mentaati peraturan tentang keanggotaan partai polotik; 3. Kewajiban Pegawai yang tidak berhubungan dengan tugas dalam jabatan dan
tidak berhubungan dengan kedudukan sebagai Pegawai pada umumnya. Kewajiban ini terkait dengan pasal 5, 28 dan 29 UU No.8 tahun 1974.
B. Hak Pegawai
Hak-hak Pegawai adalah sesuatu yang diterima oleh Pegawai dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, antara lain:
1. Gaji;
a. Gaji ;
b. Perhitungan masa kerja; c. Kenaikan gaji pokok; d. Tunjangan.
2. Kenaikan Pangkat;
3. Daftar Penilaian Kinerja (SKP/IKI) 4. Cuti;
5. Tunjangan cacat dan uang duka; 6. Kesejahteraan;
7. Pensiun.
C. PENILAIAN KINERJA
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai (PNS/Non PNS) bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS/Non PNS yang dilakukan berdasarkan sisten prestasi kerja dan sisten kariri yang dititkberatkan pada sistem prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja Pegawai dilakukan berdasarkan prinsip: a) objektif, b) terukur, c) akuntabel, d) partisipatif, dan e) transparan. Penilaian prestasi kerja terdiri atas unsur SKP dan Perilaku Kerja.
A.PENYUSUNAN SKP
Setiap Pegawai wajib menyusun SKP yang memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur.Setiap kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus didasarkan pada tugas dan fungsi, wewenang, tanggung jawab, dan uraian tugasnya yang secara umum telah ditetapkan dalam struktur organisasi dan tata kerja (SOTK)
Penilaian SKP meliputi aspek : kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya sesuai dengan karakteristik, sifat, dan jenis kegiatan pada masing-masing unit kerja.
a. Penilaian SKP dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kerja dengan target.
b. SKP tidak tercapai yang diakibatkan oleh faktor diluar kemampuan individu Pegawai maka penilaian didasarkan pada pertimbangan kondisi penyebabnya.
1. UNSUR-UNSUR SKP
a. Kegiatan Tugas Pokok Jabatan
- Tugas pokok yang dilakukan harus didasarkan pada rincian tugas, tanggung jawab dan wewenang jabatan sesuai yang ditetapkan dalam struktur dan tata kerja unit kerja.
- Setiap kegiatan harus mengacu pada penetapan Kinerja/Rencana Kerja Tahunan (RKT), sebagai implementasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan dan harus berorientasi pada hasil secara nyata dan terukur
- Dalam melaksanakan kegiatan tugas jabatan pada prinsipnya pekerjaan dibagi habis dari tingkat jabatan yang tertinggi sampai dengan tingkat jabatan yang terendah secara hierarki,
b. Sasaran Kerja Yang Akan Dicapai
Setiap pelaksanaan kegiatan tugas pokok jabatan ditetapkan sesuai dengan sasaran kerja yang akan dicapai sebagai penetapan bidang tugas prestasi kunci untuk indikator keberhasilan kerja.
c. Target
Setiap pelaksanaan kegiatan tugas pokok jabatan yang telah ditetapkan sasaran yang akan dicapai harus ditetapkan target yang diwujudkan dengan jelas sebagai
ukuran prestasi kerja, baik dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan/atau biaya.
d. Tugas Tambahan dan atau Kreativitas
Apabila ada tugas tambahan terkait dengan jabatan, dapat ditetapkan menjadi
tugas tambahan dan/atau kreatifitas dalam pelaksanaan kegiatan tugas pokok
jabatan.
2.PENILAIAN SKP
Penilaian SKP dilakukan dengan menghitung tingkat capaian SKP yang telah ditetapkan untuk setiap pelaksanaan kegiatan tugas jabatan, yang diukur dengan 4 (empat) aspek yaitu aspek kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya sebagai berikut:
a. Aspek kuantitas
Membandingkan antara realisasi sasaran kerja dengan target kuantitas. Dalam menentukan Target Output (TO) dapat berupa dokumen, konsep, naskah, surat keputusan, paket, laporan, dan lain-lain
b. Aspek kualitas
Dalam menetapkan Target Kualitas (TK) harus memprediksi pada mutu hasil kerja yang terbaik, target kualitas diberikan nilai paling tinggi 100 (seratus). Nilai prestasi kerja PNS dinyatakan dengan angka dan sebutan.
Nilai Keterangan
91-100 Hasil kerja sempurna,dan pelayanan di atas Standar yg ditentukan tidak ada kesalahan, tidak ada revisi.
76-90 Hasil kerja mempunyai 1 (satu) atau 2 (dua) kesalahan kecil,tidak ada kesalahan besar, revisi, dan pelayanan sesuai Standar
61-75 Hasil kerja mempunyai 3 (tiga) atau 4 (empat) kesalahan kecil, dan tidak ada kesalahan besar, revisi, dan pelayanan cukup memenuhi standar yang ditentukan
51-60 Hasil kerja mempunyai 5 (lima) kesalahan kecil dan ada kesalahan besar, revisi, dan pelayanan tidak cukup memenuhi standar yang ditentukan
<=50 Hasil kerja mempunyai lebih dari 5 (lima) kesalahan kecil dan ada kesalahan besar, kurang memuaskan, revisi, pelayanan di bawah standar yang ditentukan
c. Aspek waktu
Dalam menetapkan Target Waktu (TW) harus memperhitungkan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya bulanan, triwulan, kwartal, semester, dan tahunan.
d. Biaya (Target Biaya)
Dalam menetapkan Target Biaya (TB) harus memperhitungkan berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam 1 (satu) tahun, misalnya jutaan, ratusan juta, miliaran, dan lain-lain.
B. PERILAKU KERJA
1.Nilai perilaku kerja Pegawai dinyatakan dengan angka dan sebutan sebagai berikut:
a. 91 – ke atas : sangat baik b. 76 _ 90 : baik
c. 61 _ 75 : cukup d. 51 _ 60 : kurang e. 50 _ ke bawah : buruk
2. Penilaian perilaku kerja meliputi aspek : a) orientasi pelayanan, b)integritas, c) komitmen, d) disiplin, e) kerja sama, dan kepemimpinan ( hanya untuk pejabat struktural)
3. Penilaian perilaku kerja dilakukan melalui pengamatan oleh pejabat penilai tarhadap pegawai sesuai kriteria yang ditentukan
4. Pejabat penilai dalam melakukan penilaian perilaku kerja pegawai dapat mempertimbangkan masukan dari pejabat penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja masing-masing
5. Nilai Perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100 (seratus)
a. Penilaian prestasi kerja dilakukan dengan cara menggabungkan penilaian SKP dengan penilaian perilaku kerja.
b. Bobot nilai unsur SKP 60 % (enam puluh persen) dan perilaku kerja 40 % (empat puluh persen).
c. Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir Desember pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun berikutnya
D. ALUR PENYUSUNAN SKP
Di cetak oleh unit kerja terkait yang berkoordinasi dengan Bag.SDM
PNS diketahui Atasan langsung mengisi output SKP berdasarkan RKT unit kerja
Petugas yang ditunjuk melakukan entri Output / koordinasi dengan Bag. SDM
Unit kerja terkait atau difasilitasi Bag. SDM
Berdasarkan pencapaian output 1 tahun
I. PENILAIAN KINERJA INDIVIDU DAN UNIT KERJA
Cetak formulir SKP
Pengisian SKP sesuai tupoksi
Entri data SKP
Print out SKP
Penandatanganan print out masing-masing PNS
Persetujuan atasan langsung (pejabat penilai)
Persetujuan atasan pejabat penilai
Penilaian kinerja individu (IKI) dan penilaian kinerja unit (IKU) erat kaitannya dengan pembayaran remunerasi. Sesuai kebijakan berupa gaji dan insentif (bonus) yang bersifat variabel
1). Indikator Kinerja Individu (IKI)
Indikator Kinerja Individu (IKI) ditetapkan melalui suatu penilaian kinerja yaitu dengan membandingkan antara pencapaian dengan target kinerja sesuai dengan jabatan fungsional pegawai (JFU/JFT).
Adapun hasil dari penilaian terhadap total kinerja individu dapat dikelompokkan dalam sekurang-kurangnya 9 (sembilan) tingkatan yaitu :
Tabel 2.1
Nilai IKI Direktur Utama dan Direktur RSUP RS X padang
CAPAIAN TARGET NILAI IKI
95 sd ≤ 100 2,00 85 sd < 95 1,75 75 sd < 85 1,5 65 sd < 75 1,25 55 sd < 65 1,00 45 sd < 55 0,75 35 sd < 45 0,50 25 sd < 35 0,25 < 25 0
Tabel 2.2
Penilaian Kinerja Individu (IKI) Medik Spesialis RSUP RS X Padang
CAPAIAN TARGET NILAI IKI
300 % sd ≤ 330 % 3,00 275 % sd < 300 % 2,75 sd < 3,00 250 % sd < 275 % 2,50 sd < 2,75 225 % sd < 250 % 2,25 sd < 2,50 200 % sd < 225 % 2,00 sd < 2,25 175 % sd < 200 % 1,75 sd < 2,00 150 % sd < 175 % 1,50 sd < 1,75 125 % sd < 150 % 1,25 sd < 1,50 100 % sd < 125 % 1,00 sd < 1,25 75 % sd < 100 % 0,75 sd < 1,00 50 % sd < 75 % 0,50 sd < 0,75 25 % sd < 50 % 0,25 sd < 0,50 < 25 % 0
Tabel 2.3
Penilaian Kinerja Individu (IKI) Selain Medik Spesialis RSUP RS X Padang
CAPAIAN TARGET NILAI IKI
200 % sd ≤ 220 % 2,00 175 % sd < 200 % 1,75 sd < 2,00 150 % sd < 175 % 1,50 sd < 1,75 125 % sd < 150 % 1,25 sd < 1,50 100 % sd < 125 % 1,00 sd < 1,25 75 % sd < 100 % 0,75 sd < 1,00 50 % sd < 75 % 0,50 sd < 0,75 25 % sd < 50 % 0,25 sd < 0,50 < 25 % 0
2). Indikator Kinerja Unit (IKU)
Penilaian kinerja RSUP RS X Padang berdasarkan indikator kinerja RS BLU Kemenkes RI tahun 2013.
Aspek yang dinilai dijadikan target kerja yang tertuang pada kontrak kinerja a. Aspek keuangan dengan skor paling tinggi 30%
b. Aspek pelayanan dengan skor paling tinggi 70 dimana layanan 35% dan mutu/manfaat 35%
Dari target kinerja tersebut diatas yang tertuang pada kontrak kinerja Direktur Utama RSUP RS X Padang dengan Dirjen BUK Kemenkes atas nama Menteri Kesehatan dan dijadikan target kinerja terpilih dengan 10 indikator kinerja terpilih yang dituangkan dalam kontrak kinerja Direktur Utama RSUP RS X Padang dengan Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI atas nama Menteri Keuangan RI. Indikator kinerja terpilih tersebut didistribusikan pada masing-masing unit kerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut:
Tabel 2.5
Penilaian Kinerja Unit (IKU) RSUP RS X Padang NO KATEGORI NILAI TARGET KINERJA NILAI IKI KETERANGAN
1 BAIK SEKALI >100 1.1 Pencapaian total target kinerja unit jauh melebihi harapan
2 BAIK 80- 100% 1 Pencapaian target kinerja
memenuhi harapan
3 SEDANG 50- 79% 0.75 Pencapaian kinerja hanya
memenuhi
4 KURANG < 50% 0.5 Pencapaian kinerja kurang
E. PEMBINAAN
HUKUMAN DISIPLIN
1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari: a. Hukuman disiplin ringan,
b. Hukuman disiplin sedang, dan c. Hukuman disiplin berat
2. Jenis hukuman disiplin ringan, terdiri dari: a. Teguran lisan,
b. Teguran tertulis, dan
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis. 3. Jenis hukuman disiplin sedang, terdiri dari:
a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun b. Penundaaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun, dan c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selam 1 (satu) tahun 4. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari:
a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)tahun b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah c. Pembebasan dari jabatan
d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, dan
e. Penberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Tdk msk krja Hukaman Disiplin
5 Hr Teguran lisan
6 – 10 hr Teguran tertulis
11 – 15 hr Prnyataan tdk puas scr trtulis
16 – 20 hr Penundaan KGB
21 – 25 hr Penundaan KP
26 – 30 hr Penurunan pangkat 1 tkt lbh rndah slma 1 th
31 – 35 hr Penurunan pangkat 1 tkt lbh rndah slma 3 th
36 – 40 hr Pmindhn dlm rangka pnurunan jabt 1 tkt lbh
rendah
41 – 45 hr Pembebsan dari jabatan
46 hr / lbh Pemberhentian (PDH tidak atas permintaan
sendiri / PTDH))
Pegawai AA Pada Bulan Januari 2011 tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas
selama 6 hari kerja. Pada Bulan Maret 2011 kembali tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas selama 7 hari kerja. Bulan Mai tidak masuk kerja selama 5 hari kerja.
Intervensi yang dlakukan terhadap pegawai AA adalah :
a. Pegawai AA dipanggil oleh atasan langsung sesuai format yang telah ditentukan, dengan tembusan surat panggilan ke Bag. SDM dan unit kerja terkait.
b. Pembuatan BAP dilakukan secara tertutup dan ditandatangani pejabat pemeriksa dan pegawai AA.
c. Setiap pegawai tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas dibuat surat panggilan dan BAP-nya
d. Selama 1 tahun, seluruh absensi ketidakhadiran Pegawai diakumulasikan, disesuaikan dengan jenis hukuman disiplin sesuai PP 53/2010.
e. Pegawai AA tidak masuk kerja selama 1 tahun adalah 18 hari kerja, maka jenis hukuman disiplin yang dijatuhkan adalah penundaan kenaikan
gaji berkala
f. Kesimpulan : seluruh ketidakhadiran selama 1 tahun diakumulasikan, untuk jenis hukuman disiplin ringan, maka yang menjatuhkan hukuman disiplin adalah atasan langsung, dan untuk jenis hukuman disiplin sedang dan berat, maka tim pemeriksa dan pejabat Pembina kepegawaian yang menjatuhkan hukuman disiplin.
V. PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin
Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS
1. Tingkat Ringan
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang tertuang pada berita acara pemeriksaan maka atasan langsung secara tertulis dapat menjatuhkan hukuman disiplin ringan bagi PNS yang melakukan pelanggaran sesuai ketentuan. Keputusan hukuman disiplin disampaikan
secara tertutup oleh pejabat berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan serta tembusannya disampaikan kepada pejabat / unit kerja terkait (SDM).
Penyampaian keputusan hukuman yang dimaksud dilakukan paling lambat 14 (empat Belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan. Bila PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat penyampaian keputusan hukuman disiplin, keputusan dikirim kepada yang bersangkutan. Pejabat yang berwenang menghukum adalah atasan langsung pegawai yang melakukan Pelanggaran (Ka. Instalasi atas
rekomendasi kepala ruangan dan Pengelola Perawatan).
2. Tingkat sedang
Pejabat yang berwenang menghukum :
1. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi pejabat Struktural eselon III kebawah, fungsional tertentu jenjang muda dan penyelia kebawah dilingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (3), huruf c.
2. Pejabat struktural eselon II dan pejabat setara menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi Pejabat struktural eselon IV dan Tenaga Fungsional umum Golongan II-c s/d III-b dilingkungannya untuk jenis hukuman pasal 7 aat 3 huruf a dan b, termasuk PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan dilingkungan RS.
2. Pejabat struktural eselon III dan pejabat setara menetapkan penjatuhan hukuman diiplin bagi Ka. Instalasi atau setara , tenaga fungsional tertentu dan fungsional umum Golongan II-a dan II-b dilingkungannya, untuk jenis hukuman disiplin yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) huruf a dan b, termasuk PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan dilingkungan RS.
3. Pejabat struktural eselon IV dan pejabat setara (Ka. Instalasi) menetapkan penjatuhan hukuman diiplin bagi : PNS / tenaga fungsional tertentu, fungsional umum dengan Golongan Ia s/d I.d untuk jenis hukuman disiplin yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) huruf a dan b, termasuk PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan dilingkungan RS
3. Tingkat berat
Untuk pelanggaran disiplin tingkat berat, maka pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat Pembina kepegawaian
pusat atas rekomendasi pejabat Pembina kepegawaian di instanasi
vertikal.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:
1. Struktural eselon II dilingkungan instansi vertikal dan pejabat setara untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (4);
2. Fungsional tertentu jenjang Utama dilingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (4);
3. Fungsional umum Goongan IV/d dan IV/e dilingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (4) huruf a, d dan e;
4. Struktural eselon III kebawah, fungsional tertentu jenjang muda dan penyelia kebawah dilingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat 4
Fungsional umum golongan III/d ke bawah diingkungannya untuk hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e
F. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA... Pemeriksaan Kes, Imunisasi
BAB V
KEPEMIMPINAN DAN TATA ORGANISASI A. KEPEMIMPINAN & KOMPETENSI
Pemimpinan adalah seorang yang memiliki keterampilan untuk mempengaruhi atau menggerakkan perilaku orang lain mampu bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan di RS X Padang terdiri dari Pimpinan Jabatan Struktural (Eselon 2a, 2b, 3a,4a) dan Jabatan Non Struktural yang disetarakan dengan eselon 3 (SPI,Komite-Komite,Instalasi,dan SMF). Untuk mempengaruhi atau menggerakkan perilaku orang lain mampu bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi maka seorang pimpinan yang memangku jabatan struktural maupun non struktural harus memiliki kompetensi mengacu pada Permenkes Nomor 971 Tahun 2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kementerian Kesehatan.Standar Kompetensi dimaksud adalah sebagai berikut.
Standar Kompetensi Jabatan Struktural RS X Padang Tabel 5.1
Standar Kompetensi Khusus Jabatan Struktural Esselon II
NO JABATAN PENDIDIKAN GOLONGAN / PANGKAT DIKLAT PENGALAM-AN KERJA 1. Direktur Utama dr. Spesialis, dengan kompetensi S2 Manajemen RS/Kes PNS : minimal Pembina Utama Muda / IV-c Diklat Pimpinan Tk. II bagi PNS Diklat Manajeme n kesehatan / RS PNS:pernah menduduki jabatan eselon II b RS Kls B/ minimal pernah memimpin Kls C 2 Direktur Medik & Ke-perawata n Dr.Spesialis dengan kompetensi S2 Manajemen RS/Kes PNS :minimal Pembina Tingkat I / IV-b Diklat Pimpinan Tk. II bagi PNS Diklat Mana-jemen kese-hatan / RS PNS:pernah menduduki jabatan eselon III a 3 Direktur Umum, SDM & S2 Manajemen Kesehatan PNS :minimal Pembina Tingkat I / IV-b Diklat Pimpinan Tk. II bagi PNS Pernah mendu-duki jabatan eselon
Pendidika n Diklat Manaje-ment kesehatan / RS
III a dalam dua jabatan yang berbeda atau jabatan fungsional yang setingkat dengan golongan IV-a 4 Direktur Keuangan S2 Manajemen dengan dasar pddk S1 Ekonomi Manajemen atau Akuntansi PNS :minimal Pembina Tingkat I / IV-b Diklat Pimpinan Tk. II bagi PNS Diklat Manajemen kesehatan / RS Pernah mendu-duki jabatan eselon III a dalam dua jabatan yang berbeda atau jabatan fungsional yang setingkat dengan golongan IV-a Tabel 2.
Standar Kompetensi Khusus Jabatan Struktural Esselon III a
NO JABATAN PENDIDIKAN GOLONGAN /PANGKAT DIKLAT PENGALAM-AN KERJA 1. Kepala Bidang Yan M edik Medik , minimal dr/ Drg Minimal Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Diklat Administrasi Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d 2. Kepala Bidang Yan S2 Keperawatan minimal S1 Min.Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Pernah menduduki jabatan
Keperawa tan Keperawatan - Diklat Administrasi Rumah Sakit Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d 3. Kepala Bagian SDM Minimal S1 Manajemen Kesehatan atau yang disetarakan Min.Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Diklat Administrasi Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d 4. Kepala Bagian Diklat Dokter / Drg minimal S1 Manajemen Kesehatan Min.Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Diklat Administrasi Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d 5. Kepala Bagian Perencana an Minimal S1 Manajemen Kesehatan atau yang disetarakan Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Diklat Manajemen Kesehatan / Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Esselon IV atau jabatan fungsional yang
disetarakan dengan golongan III-d 6. Kepala Bagian Perbenda haraan dan Mobilisasi Dana Minimal S1 Ekonomi (manajemen/a kuntansi) Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Diklat Manajemen Kesehatan / Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-d 7. Kepala Bagian Akuntansi Minimal S1 Ekonomi (manajemen/a kuntansi Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Diklat Manajemen Kesehatan / Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-d 8. Kepala Bagian Umum Minimal S1 Manajemen Kesehatan atau yang disetarakan Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Diklat Manajemen Kesehatan / Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-d 9. Kepala Bidang Fasilitas Minimal S1 Manajemen Kesehatan Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III Pernah menduduki jabatan
Medik atau yang disetarakan Diklat Manajemen Kesehatan / Rumah Sakit Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-d Tabel 2.
Standar Kompetensi Khusus Jabatan Non Struktural
NO JABATAN PENDIDIKAN GOLONGAN /PANGKAT DIKLAT PENGALAM-AN KERJA 1. Ketua SPI S 2 Manajemen Kesehatan/ Minimal S 1 Manajemen Kesehatana/ Umum Minimal Penata Tk. I / Ill-d Diktat Auditor Diklat Administrasi Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Esselon IV atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d 2. Ketua Komite Medik Medik Spesialis Min.Pembina Tk. I /IV-a Diktat Audit Medik - Diklat Akreditasi RS/ Keselamata n Pasien Pernah menduduki jabatan Ka SMF atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c /
III-d 3. Ketua Komite Keperawa tan Minimal S1 Keperawatan Min.Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pimpinan Tk. III d Diklat Manajemen Keperawata nt Pernah menduduki jKa SPF atau Pengelola Perawatan atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d 4. Ketua PPIRS Medik Spesialis, min.Dokter / Drg Min.Penata Tk. I / Ill-d Diktat Pengendalia n Infeksi RS Diklat Akreditasi Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan Ka SMF atau jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d 5. Ketua UMKK S 2 Manajemen RS/Kes atau min. Medik Spesialis Penata Tk. I / Ill-d Diktat Manajemen Mutu Diklat Manajemen Kesehatan / Rumah Sakit Pernah menduduki jabatan fungsional yang disetarakan dengan golongan III-d 1.Kepala Instalasi
Minimal S1 Penata Tk.I/ Diklat Manaj
Pernah menduduki
Rawat Inap Kebidanan dan Anak 2.Kepala Instalasi Rawat Inap Bedah 3.Kepala Instalasi Rawat Inap Non Bedah 4.Kepala Instalasi Rawat Intensif 5.Kepala Instalasi Gawat Darurat 6.Kepala Instalasi Badah Sentral 7.Kepala Instalasi Diagnosti k ,Kemotera pi dan HD 8.Kepala Instalasi Rawat Kesehatan Minimal S1 Kesehatan Minimal S1 Kesehatan Konsultan Intensif Care/min.Dr.S pesialis Anastesi Konsultan Bedah atau Anastesi Dokter Anastesi/ Bedah Minimal S1 Kesehatan Minimal S1 III-d Penata Tk I/III-d Penata Tk I/III-d Penata Tk I/III-d Penata Tk I/III-d Penata Tk I/III-d Idem Idem emen RS Diklat Manaj emen Mutu idem idem idem idem idem idem idem idem jabatan fungsional atau yang disetarakan idem idem idem idem idem idem idem
Jalan 9.Kepala Instalasi Radiologi & Radiotera pi 10.Kepala Instalasi Rawat Inap Ambun Pagi 11.Kepala Instalasi Farmasi 12.Kepala Instalasi Radiologi & Radiotera pi 13.Kepala Instalasi Laboratot orium Sentral 14.Kepala Instalasi Rehabilita si Medik 15.Kepala Instalasi Pem.Sara na Medik (IPSM) Kesehatan Spesialis Jantung/ minimal S 1 Kesehatan Minimal S1 Kesehatan Minimal Apoteker Radiolog/Sp Rad Spesialis Patologi Klinik Spesialis RM S 1 /Minimal D 3 Elektro Medik dengan pengalaman 10 tahun Minimal S 1 Kesehatan Idem Idem idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem
16.Kepala Instalasi Pem.Sara na Non Medik (IPSNM) 17.Kepala Instalasi Gizi 18.Kepala Instalasi Binatu 19.Kepala Instalasi CSSD 20.Kepala Instalasi Kesling 21.Kepala Instalasi Bank Jaringan 22.Kepala Instalasi Humas 23.Kepala Instalasi Promkes & Pemasara n 24.Kepala Instalasi Pemulasar S 2 Nutrisionis / Minimal S 1 Gizi Minimal S 1Manajemen Minimal S 1Manajemen Minimal S 1 Kesehatan Dr.Sp Bedah Orthoped Minimal S1 Kesehatan Minimal S 1 Kesehatan Dr.Sp Forensik/ minimal Dr.Umum Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem idem
an Jenazah 25.Kepala Instalasi Tata Usaha Rawat Pasien (TURP) 26.Kepala Instalasi Rekam Medik 27.Kepala Instalasi SIM RS Minimal S 1 Manajemen Dokter/ Minimal D 3 Rekam Medis masa kerja 10 tahun S 2 Informasi / Minimal S 1 Manajemen/Ko mputer Idem idem idem idem Tabel 5.2.
Standar Kompetensi Khusus Jabatan Struktural Esselon IV
NO JABATAN PENDIDIKA N GOLONGAN /PANGKAT DIKLAT PENGALAM-AN KERJA 1. Kasi. Renbang Pelayanan Medik Setingkat S1/D4 Kesehatan Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural
Kesehatan / RS sesuai dengan bidang tugasnya 2. Kepala Seksi Monev Yan. Medik Setingkat S1/D4 Kesehatan Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 3. Kasi. Renbang Fasi.litas Yan. Medik Setingkat S1/D4 Kesehatan Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 4. Kepala Seksi
Setingkat Penata Muda Diklat Pimpinan Berpengalama n sebagai
Monev Fasilitas Yan. Medik S1/D4 Kesehatan Tk. I / Ill-b Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 5. Kepala Seksi Renbang Yan. Keperawata n S1 Keperawatan, Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 6. Kepala Seksi Monev. Yan. Keperawata n S1 Keperawatan Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 7. Kepala Sub Bagian Mutasi dan Pengemban ga n Pegawai Setingkat S1/D4 Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Strktural sesuai dengan bidang tugasnya 8. Kepala Sub Bagian Administras i SDM Setingkat S1/D4 Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya
8. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Setingkat S1/D4 Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 10. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga Setingkat S1/D4 Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 11. Kepala Sub Bagian Diklit Medik Setingkat S1/D4 Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang
tugasnya 12. Kepala Sub Bagian Diklit Non Medik Setingkat S1/D4 Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 13. Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan Minimal S1/D4 Kesehatan Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 14. Kepala Sub Bagian Penyusuna n Anggaran Setingkat S1/D4 Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 15. Kepala Sub Bagian Mobilisasi Dana S1/D4 Ekonomi atau minimal D3 Ekonomi Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 16. Kepala Sub Bagian Perbendaha raan S1/D4 Ekonomi atau minimal D3 Ekonomi Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya
Berpengala-Bagian Akuntansi Keuangan Ekonomi atau minimal D3 Ekonomi Tk. I / Ill-b Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS man sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya 18. Kepala Sub Bagian Verifikasi dan Akuntansi Manajemen S1/D4 Ekonomi atau minimal D3 Ekonomi Penata Muda Tk. I / Ill-b Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen Kesehatan / RS Berpengala-man sebagai Pejabat Non Struktural sesuai dengan bidang tugasnya . St Tabel 5.3.
Standar Kompetensi Dasar
N O KOMPETENSI DASAR ESELON II III IV 1 Integritas 3 2 1 2 Kepemimpinan 3 2 1 3 Perencanaan dan Penganggaran 3 2 1 4 Pengorganisasian dan Kerjasama 3 2 1 5 Feksibilitas 3 2 1 Tabel 5. 4
N O KOMPETENSI BIDANG ESELON II III IV 1 Mengarahkan dan Mengembangkan Orang Lain (MOL) 3 2 1
2 Berorientasi pada Kualitas (BpK) 3 2 1 3 Berpikir Analitis/ Konseptual (BAK) 3 2 1 4 Keahlian Teknis/Profesional/-Manajerial (KTPM) 3 2 1
5 Inovasi dan Pengambilan Keputusan (IPK) 3 2 1 6 Komunikasi (K) 3 2 1 7 Berorientasi pada Pelayanan (BpP) 3 2 1 Keterangan tabel :
Angka 3, artinya bahwa pejabat struktural setingkat Eselon II harus memiliki kompetensi integritas tingkat 3, yaitu bertindak berdasarkan nilai walaupun sulit untuk melakukannya.
Angka 2, artinya bahwa pejabat struktural setingkat Eselon III harus memiliki kompetensi integritas tingkat 2, yaitu melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinannya.
Angka 1, artinya bahwa pejabat struktural setingkat Eselon IV harus memiliki kompetensi integritas tingkat 1, yaitu memahami dan mengenali perilaku sesuai dengan kode etik.
Tabel 5.5.
Definisi Operasional Standar Kompetensi Dasar
NO .
KOMPESENSI DASAR
DEFINISI OPERASIONAL
1 Integriras Suatu kualitas pribadi yang
mencerminkan
kecerdikan,kesungguhan,keutuhan, dan kesediaan untuk bertindak serta berlaku bijak dalam mengemban tugas demi kepentingan dan kemaslahatan bersama. 2 Kepemimpinan Kemampuan untuk mempengaruhi dan
meyakinkan orang lain dengan tujuan agar mereka mengikuti /mendukung rencana kerja organisasi
3 Perencanaan dan Penganggaran
Perencanaan dan Penganggaran
(PP) Kemampuan untuk merumuskan rencana/program kerja dan anggaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi 4 Pengorganisasian
dan Kerjasama
Kemampuan untuk pengorganisasian dan menjalin kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi 5 Feksibilitas Kemampuan untuk menyesuaikan diri
dan bekerja secara efektif dalam situasi dan kondisi yang berbeda
Tabel 5.6.
Definisi Operasional Standar Kompetensi Bidang
NO . KOMPESENSI DASAR DEFINISI OPERASIONAL 1 Mengarahkan dan Mengembangkan Orang Lain (MOL)
Melakukan upaya untuk mendorong
pengarahan dan pengembangan orang lain agar bekerja lebih optimal
2 Berorientasi pada Kualitas
(BpK)
Melaksanakan tugas secara teliti
berdasarkan prosedur yang berlaku dan mempertimbangkan aspek dari pekerjaan
3 Berpikir Analitis Konseptual (BAK)
Kemampuan berpikir analitis konseptual sesuai ketentuan dan kebijakan terkait dengan posisi dan kewenangannya. 4 Keahlian
Teknis/Profesional/-Manajerial (KTPM)
Penguasaan bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaannya dan memiliki motivasi untuk
mengembangkan/memberikan pengetahuan kepada orang lain
5 Inovasi dan Pengambilan Keputusan (IPK)
Melakukan inovasi dan identifikasi terhadap masalah dalam pekerjaan dan menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pencapaian tujuan
6 Komunikasi (K) Menyampaikan informasi/pendapat kepada pihak lain dan membantu mereka untuk memahami informasi/pendapat yang disampaikan.
7 Berorientasi pada Pelayanan (BpP)
Kemampuan untuk menyelaraskan sikap dan perilaku dengan mengutamakan kepentingan pelayanan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi organisasi
B. STRUKTUR ORGANISASI
BAN VI PEMBERHENTIAN
BAB VII
PEMBIAYAAN DAN REMUNERASI