USULAN
PENELITIAN DISERTASI DOKTOR
STRUKTUR NEGOSIASI PEDAGOGIS DALAM GENRE
PERKULIAHAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENDEKATAN
LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL
PENGUSUL:
Sunardi, S.S., M.Pd. / NIDN: 0612016601
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
APRIL 2015
2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... 0 HALAMAN PENGESAHAN ... 1 DAFTAR ISI ... 2 RINGKASAN ... 3 BAB 1. PENDAHULUAN ... 4 1.1 Latar Belakang ... 4 1.2 Permasalahan ... 5 1.3 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian ... 7
1.5 Keterkaitan Penelitian ini dengan Penyelesaian Disertasi ... 8
1.6 Luaran dan Konstribusi ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya ... 9
2.2. Genre dalam Aliran LSF ... 11
2.3 Hubungan antara Genre, Register, dan Bahasa ... 12
2.4 Klausa sebagai Pertukaran Makna ... 13
2.5 Peta Jalan Penelitian ... 14
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 15
3.1 Jenis Penelitian ... 15
3.2 Lokasi Penelitian ... 15
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 16
3.4 Teknik Analisis Data ... 17
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ... 18
4.1 Anggaran Biaya ... 18
4.2 Jadwal Penelitian ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 20
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian ... 20
Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian ... 24
Lampiran 3. Surat Keterangan Kandidasi Doktor ... 25
Lampiran 4. Biodata Peneliti ... 26
3
RINGKASAN
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian disertasi yang sedang dilakukan. Secara keseluruhan, penelitian disertasi yang sedang dilakukan memiliki lima tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan genre perkuliahan bahasa Inggris yang dikaji dalam penelitian ini dalam hal: (1) tahapan perkuliahan dalam mencapai tujuan sosialnya; (2) struktur negosiasi pedagogis sebagai realisasi makna interpersonal pada setiap tahapan genre perkuliahan; (3) realisasi leksikogramatikal dari makna eksperensial pada setiap tahapan genre perkuliahan; (4) realisasi leksikogramatikal dari makna tekstual pada setiap tahapan genre perkuliahan; dan (5) hubungan antara realisasi makna interpersonal, eksperensial, dan tekstual dengan tahapan genre perkuliahan dalam mencapai tujuan sosialnya.
Penelitian ini hanya memfokuskan pada pencapaian tujuan 1 dan 2, yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan tahapan genre perkuliahan bahasa Inggris dan struktur negosiasi pedagogis sebagai realisasi makna interpersonal pada setiap tahapan genre perkuliahan bahasa Inggris. Alasan pemilihan tujuan 1 dalam penelitian ini karena setiap genre perkuliahan bahasa Inggris pasti memiliki tahapan perkuliahan (schematic structure) dalam mencapai tujuannya. Demikian juga, tujuan 2 menggambarkan bagaimana dosen dan mahasiswa berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan dalam pendekatan penelitian kualitatif, dengan
menggabungkan metode analisis genre dalam linguistik sistemik fungsional (LSF) dan metode etnografis seperti yang dikemukakan oleh Spradley. Data penelitian ini berupa 10 wacana perkuliahan bahasa Inggris yang dilakukan di program studi bahasa Inggris pada perguruan tinggi di Kota Semarang. Data tersebut ditentukan secara purposif dengan menggunakan kriteria tertentu (criterion-based selection) untuk lokasi perkuliahan dan dosen pengampu. Lokasi penelitian ini adalah lima perguruang tinggi yang memiliki program studi bahasa Inggris, yaitu Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS), Universitas Katolik Soegijapranata (UNIKA), dan Universitas Stikubank (UNISBANK). Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode pengamatan dan perekaman secara audio dan video terhadap kegiatan perkuliahan, wawancara dengan dosen pengampu, dan kajian terhadap dokumen perkuliahan. Keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode.
Analisis data dilakukan dengan mendeskripsikan realisasi linguistik dalam genre perkuliahan bahasa Inggris. Setiap wacana perkuliahan dianalisis dalam dua hal, yaitu tahapan perkuliahan dari awal sampai akhir (schematic structures) dan struktur negosiasi (pedagogic exchanges) antara dosen dan mahasiswa dalam melakukan kegiatan perkuliahan. Prosedur analisis data dilakukan dengan mengikuti model analisis etnografis yang terdiri dari empat tahapan analisis, yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen, dan menemukan tema budaya.
4
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam konteks sosial dan budaya, bahasa yang digunakan dalam interaksi pembelajaran di kelas memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi kognitif, fungsi budaya, dan fungsi pedagogis (Mercer, 2007: 254). Secara kognitif, bahasa memungkinkan peserta pembelajaran memperoleh, memproses, mengorganisasikan, dan mengevaluasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mereka pelajari; fungsi budaya memungkinkan penularan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik sebagai generasi penerus budaya; sedangkan secara pedagogis bahasa memungkinkan guru/dosen melakukan pembimbingan intelektual terhadap peserta didik. Berkenaan dengan fungsi bahasa dalam konteks pembelajaran (schooling) sebagai fenomena sosial, Christie (2002: 2-3) menyatakan bahwa melalui bahasa lah semua aktivitas pembelajaran dilaksanakan, baik secara lisan maupun tertulis, meskipun bahasa tidak dapat berdiri sendiri dalam kegiatan pendidikan secara umum tetapi merupakan bagian dari sejumlah aktivitas sosial lainnya yang saling berhubungan dalam kegiatan pendidikan.
Penggunaan bahasa Inggris di kelas pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing memiliki karakteristik khusus. Dalam hal ini, bahasa Inggris merupakan bahasa yang menjadi tujuan pembelajaran sekaligus bahasa yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Fenomena bahasa dalam kegiatan pembelajaran seperti ini disebut sebagai “the vehicle and object of instruction” oleh Long (1983: 9), “the subject matter of the lesson, and as the medium of the instruction” oleh Willis (1992: 163), “both a target and medium of education” oleh Gibbons (2003: 247; 2007: 258) dan “the aims of a lesson and the means of achieving those aims” oleh Walsh (2006: 3). Fenomena kelas bahasa (language classroom) seperti ini tidak terjadi ketika bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa perkuliahan (content classroom) dalam kelas mata kuliah ekonomi atau komputer, misalnya, sebagai mata kuliah yang memfokuskan pada materi ekonomi atau komputer. Dalam perkuliahan ekonomi atau komputer ini, perhatian dosen dan mahasiswa semata-mata terpusatkan pada rangkaian materi tentang ekonomi atau komputer yang menjadi pokok bahasan perkuliahan tersebut, tanpa pembahasan pada bahasa Inggris yang digunakan dalam perkuliahan tersebut.
Kegiatan perkuliahan di kelas, termasuk perkuliahan bahasa Inggris pada jurusan bahasa Inggris di perguruan tinggi, merupakan salah satu jenis proses sosial di masyarakat yang dilaksanakan dengan menggunakan bahasa, sehingga dapat disebut sebagai sebuah
5
genre. Dalam pandangan Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), genre digambarkan sebagai suatu aktifitas sosial dalam suatu budaya tertentu, yang dilakukan secara disengaja, berorientasi kepada pencapaian suatu tujuan, dan dilaksanakan secara bertahap dengan menggunakan bahasa (Martin dalam Eggins, 2004: 26). Berdasarkan pandangan ini, kegiatan perkuliahan dapat disebut sebagai suatu genre karena kegiatan ini dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa dengan menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan tujuan pembelajaran tersebut dicapai melalui serangkaian kegiatan pembelajaran secara bertahap.
Keberadaan karakteristik sebuah genre dalam kegiatan perkuliahan menujukkan bahwa kegiatan perkuliahan merupakan sebuah kegiatan yang terstruktur (Christie, 2002: 3; Walsh, 2006: 3). Salah satu ciri terstrukturnya kegiatan perkuliahan tampak pada pentahapan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan dan penggunaan ragam bahasa khusus dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan perkuliahan (Christie, 1991: 207). Penggunaan bahasa yang terlihat dari pola leksiko-gramatikanya menunjukkan adanya makna tertentu dalam setiap tahapan kegiatan perkuliahan sebagai suatu proses sosial. Menurut pandangan LSF, bahasa yang menjalankan fungsi sosial menyatakan secara bersamaan tiga makna utama atau metafungsi, yaitu makna ideasional, makna interpersonal, dan makna tekstual (Christie, 2002: 12; Halliday & Matthiessen, 2014: 29-30; Eggins, 2004: 11-13; Martin, 2009: 11). Makna ideasional menyatakan realitas dunia dan hubungan antara dua realitas atau lebih; makna interpersonal menggambarkan hubungan sosial dan sikap antara penutur dan mitra tutur; dan makna tekstual menggambarkan cara penyampaian makna ideasional dan tekstual tersebut dalam sebuah teks. Ketiga makna metafungsional tersebut pasti tergambarkan dalam semua interaksi pembelajaran antara dosen dan mahasiswa ketika mereka menjalankan kegiatan perkuliahan di kelas dari awal sampai akhir. Realisasi makna metafungsional tersebut tentu saja juga merupakan sesuatu yang sengaja dipilih oleh dosen dan mahasiswa sebagai perwujudan secara verbal untuk mencapai tujuan perkuliahan. Hal ini menunjukkan bahwa wacana perkuliahan bahasa Inggris di Indonesia sebagai sebuah genre menarik untuk dikaji dari sudut pandang linguistik untuk melihat bagaimana bahasa Inggris digunakan dalam proses sosial yang umumnya disebut sebagai kegiatan perkuliahan.
1.2 Permasalahan
Kegiatan pembelajaran di kelas, termasuk perkuliahan bahasa Inggris, telah banyak dijadikan sebagai objek penelitian dalam bentuk analisis wacana kelas (classroom discourse
6
analysis) (Cazden, 1986: 432-460; Walsh, 2006: 39-61). Penelitian yang utamanya dilakukan oleh Flanders (1970), Sinclair & Coulthard (1975), Mehan (1979), dan Sinclair & Brazil (1982) tersebut merupakan analisis wacana kelas yang dilakukan dengan pendekatan sosiolinguistik yang hanya menggambarkan pola interaksi antara guru dan murid pada tingkatan mikro (Love & Suherdi, 1996: 229). Analisis tersebut belum menggambarkan pola interaksi antara guru dan murid dan hubungannya dengan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan, serta hubungannya dengan konteks situasi dan konteks budaya di luar kelas.
Penelitian terhadap wacana kelas yang mampu mendeskripsikan realisasi kebahasaan yang membentuk kegiatan pembelajaran di kelas dan makna di balik realisasi tersebut adalah penelitian yang didasarkan pada LSF yang memandang bahasa sebagai sumber untuk membuat makna dan bukannya sebagai seperangkat aturan (Martin, 2009: 11). Pendekatan ini lebih menekankan pada kegiatan perkuliahan sebagai sebuah teks dan hubungannya dengan konteks yang melingkupi kegiatan perkuliahan tersebut, baik konteks situasi maupun konteks budaya. Dalam pandangan LSF, kegiatan perkuliahan dianggap sebagai suatu genre karena kegiatan perkuliahan memiliki suatu tujuan sosial yang akan dicapainya. Dalam mencapai tujuan tersebut, dosen dan mahasiswa melakukan tahapan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir, dan tahapan kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan pilihan bahasa tertentu (register) yang sesuai dengan konteks budaya (genre) berlangsungnya kegiatan perkuliahan. Penggunaan bahasa tertentu pada kegiatan perkuliahan menunjukkan adanya makna tertentu yang disampaikan oleh dosen dan mahasiswa. Makna tersebut meliputi makna eksperensial (materi perkuliahan yang dipelajari), makna interpersonal (hubungan sosial antara dosen dan mahasiswa), dan makna tekstual (fungsi bahasa dalam kegiatan perkuliahan).
Penelitian terhadap genre kelas/perkuliahan bahasa Inggris dengan pendekatan LSF telah dilakukan oleh Christie (1991, 1995), Young (1994), Love & Suherdi (1996), dan Sinar (2002). Penelitian-penelitian tersebut sebagaian besar dilakukan pada perkuliahan bahasa Inggris dengan fungsi bahasa Inggris sebagai bahasa pertama dan kedua dalam konteks budaya negara berbahasa Inggris (Australia, Kanada, Malaysia). Selain itu, mereka memfokuskan pada kajian salah satu makna metafungsional (eksperensial, interpersonal, atau tekstual). Sampai saat ini belum ada penelitian genre perkuliahan bahasa Inggris dengan konteks budaya Indonesia dalam pendekatan LSF yang menggambarkan realisasi ketiga jenis makna metafungsional (eksperensial, interpersonal, dan tekstual).
7
Secara umum, penelitian disertasi ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
1. Bagaimanakah tahapan genre perkuliahan bahasa Inggris yang dikaji dalam penelitian ini dalam mencapai tujuan sosialnya?
2. Bagaimanakah realisasi makna interpersonal, eksperensial, dan tekstual dalam setiap tahapan perkuliahan bahasa Inggris?
3. Mengapa terjadi realisasi makna metafungsional seperti itu?
1.3 Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian yang dilakukan dalam hibah penelitian disertasi doktor ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:
1. Tahapan genre perkuliahan bahasa Inggris yang dikaji dalam penelitian ini dalam mencapai tujuan sosialnya.
2. Struktur negosiasi pedagogis sebagai realisasi makna interpersonal yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa dalam setiap tahapan genre perkuliahan bahasa Inggris.
1.4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Selama ini kajian genre dengan pendekatan LSF terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Inggris lebih banyak dilakukan pada genre dasar (elemental genre) ragam tulis yang dihasilkan oleh peserta didik melalui proses pembelajaran berbasis genre (genre-based
approach). Kajian tersebut lebih menitikberatkan pada pembelajaran keterampilan berbahasa Inggris (language skills), khususnya writing. Masih sedikit penelitian dengan pendekatan LSF yang menitikberatkan pada kegiatan pembelajaran dengan materi pengetahuan berbahasa (language contents). Penelitian genre perkuliahan bahasa Inggris yang selama ini dilakukan, seperti penelitian Christie (1991, 1995), Young (1994), Love & Suherdi (1996), dan Sinar (2002), terjadi pada konteks budaya bukan Indonesia (Australia, Kanada, dan Malaysia) dan hanya menitikberatkan pada realisasi salah satu makna metafungsional yang ada dalam genre perkuliahan bahasa Inggris, yaitu eksperensial, interpersonal, atau tekstual.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, baik di pendidikan tingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi, guru/dosen selama ini hanya dikenalkan dengan tahap-tahap kegiatan pembelajaran. Misalnya, dalam pendekatan konvensional, tahapan pembelajaran meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Demikian juga, dalam pendekatan berbasis genre, terdapat empat tahapan pembelajaran, yaitu building
knowledge of the field, modelling of the text, joint-contruction of the text, dan independent
construction of the text. Namun demikian, teori tahapan pembelajaran tersebut tidak disertai dengan model pilihan bahasa (lexicogrammatical features) yang sesuai dengan tahapan
8
pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, penelitian genre perkuliahan bahasa Inggris dalam konteks budaya Indonesia, yang mampu menggambarkan tahapan perkuliahan serta realisasi linguistiknya secara lengkap perlu untuk dilakukan.
1.5 Keterkaitan Penelitian ini dengan Penyelesaian Disertasi
Penelitian ini merupakan bagian dari penyelesaian penelitian disertasi sedang dilakukan. Secara umum, penelitian disertasi yang sedang dilakukan memiliki lima tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan genre perkuliahan bahasa Inggris yang dikaji dalam penelitian ini dalam hal:
1. Tahapan perkuliahan dalam mencapai tujuan sosialnya;
2. Struktur negosiasi pedagogis sebagai realisasi makna interpersonal pada setiap tahapan genre perkuliahan;
3. Realisasi leksikogramatikal dari makna eksperensial pada setiap tahapan genre perkuliahan;
4. Realisasi leksikogramatikal dari makna tekstual pada setiap tahapan genre perkuliahan; dan
5. Hubungan antara realisasi makna interpersonal, eksperensial, dan tekstual dengan tahapan genre perkuliahan dalam mencapai tujuan sosialnya.
Penelitian yang akan dilakukan dalam hibah penelitian disertasi doktor ini akan memfokuskan pada pencapaian tujuan (1) dan (2). Tujuan (1) akan menjadi dasar dalam mendeskripsikan realisasi makna metafungsional yang merupakan tujuan (2), (3), dan (4). Tujuan (2) merupakan realisasi makna interpersonal yang berbentu negosiasi antara dosen dan mahasiswa dalam membentuk wacana perkuliahan secara keseluruhan. Penentuan struktur negosiasi ini akan mempermudah pendeskripsian realisasi makna eksperensial dan tekstual yang ada di tujuan (3) dan (4). Akhirnya, pendeskripsian tahapan genre perkuliahan dan realisasi makna metafungsionalya akan menunjukkan alasan penggunaan pilihan bahasa dalam genre perkuliahan bahasa Inggris. Keterkaitan penelitian ini dengan disertasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Dilakukan dalam penelitian disertasi
Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3 Tujuan 4 Tujuan 5 Dilakukan dalam Penelitian
ini
9
1.6 Luaran dan Kontribusi
Luaran dari penelitian ini adalah:
1. Artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi dalam bidang ilmu linguistik atau pengajaran bahasa Inggris, misalnya TEFLIN Journal (ISSN 0215-773 X) dan Celt (A Journal of English Language Teaching & Literature) ISSN 1412-3320; 2. Artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal internasional dalam bidang linguistik atau
pengajaran bahasa Inggris, misalnya The Journal of Asia TEFL dan RELC Journal; 3. Artikel ilmiah yang disajikan pada seminar internasional dalam bidang linguistik dan
pengajaran bahasa Inggris, misalnya TEFLIN International Conference dan CONAPLIN (International Conference on Apllied Linguistics).
Penelitian ini akan menghasilkan teori yang dapat dijadikan rujukan dalam melakukan kajian tentang genre pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan konteks situasinya (register). Secara khusus, penelitian ini akan memberikan sumbangan teori tentang pencapaian tujuan perkuliahan bahasa Inggris melalui serangkaian tahapan kegiatan perkuliahan atau struktur skematik dengan menggunakan bahasa dalam konteks budaya Indonesia yang dilakukan oleh dosen bahasa Inggris terhadap mahasiswa peserta perkuliahan yang dosen dan mahasiswanya bukan penutur jati bahasa Inggris. Struktur skematik dan realisasi gramatika perkuliahan bahasa Inggris yang terjadi dalam konteks tersebut dimungkinkan berbeda dengan apa yang terjadi dalam konteks bahasa Inggris sebagai bahasa pertama (L1) atau bahasa kedua (L2)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya
Penelitian wacana kelas sebagai genre dengan menggunakan pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) telah dilakukan oleh Christie (1991, 1995), Young (1994), Love & Suherdi (1996), dan Sinar (2002). Penelitian Christie (1991, 1995) dilakukan terhadap kelas persiapan menulis (writing planning genre) dan kelas ilmu sosial (sosial science
macrogenre) tingkat sekolah dasar di Australia, dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua bagi siswa tersebut. Dalam penelitian ini Christie menyebut wacana kelas sebagai wacana pedagogis dengan dua jenis genre, yaitu genre kurikulum dan genre kurikulum makro. Genre kurikulum adalah wacana pedagogis yang memiliki bagian awal, tengah, dan akhir, dan hanya berlangsung selama satu pertemuan (one lesson).
10
Sementara genre kurikulum makro adalah perpaduan dari beberapa genre kurikulum yang membentuk satu kesatuan sehingga hubungan antara genre-genre kurikulum tersebut membentuk struktur bagian awal, tengah, dan akhir. Genre kurikulum makro berlangsung selama lebih dari satu pertemuan. Christie juga memperkenalkan dua jenis pilihan bahasa (register) yang membentuk genre kurikulum, yaitu register regulatif dan register instruksional. Penelitian ini menemukan struktur skematik genre kurikulum persiapan menulis: Task Orientation^Task Spesification^Task dan genre kurikulum makro ilmu sosial:
Curriculum Initiation^Curriculum Negotiation^Curriculum Closure.
Penelitian wacana perkuliahan yang dilakukan Young dan disajikan dalam University
Lectures: Macro-structure and Micro-features (1994), dilakukan terhadap perkuliahan bidang ilmu teknik, sosiologi, dan ekonomi di perguruan tinggi di Kanada dalam bahasa Inggris sebagai bahasa pertama atau kedua. Dengan menggunakan kerangka analisis LSF, khususnya pendapat Gregory (1985) tentang konsep struktur fase dan strata dalam linguistik komunikasi, Young menemukan tujuh fase utama pembentuk struktur perkulihan yang terbentuk secara dinamis dan muncul secara tidak berurutan. Ketujuh fase tersebut direalisasikan melalui makna eksperiensial yang meliputi: fase pembentuk wacana dengan proses mental, fase isi dengan proses relasional , fase kesimpulan dengan proses mental, fase evaluasi dengan proses relasional, fase contoh dengan proses relasional, fase interaksi, dan fase latar belakang.
Love & Suherdi (1996) melakukan kajian terhadap kelas bahasa Inggris sebagai bahasa kedua untuk siswa sekolah migran di Melbourne Australia. Kajian dilakukan dengan menggunakan kerangka LSF, khususnya analisis struktur exchange seperti yang dikemukakan oleh Berry (1981) dan Ventola (1987). Analisis difokuskan pada realisiasi makna interpersonal melalui negosiasi antara guru dan murid dalam kelas menulis surat dengan pendekatan berbasis genre (genre-based approach). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur negosiasi antara guru dan murid dalam kelas menulis surat bahasa Inggris dilakukan secara sederhana (synoptic) dan kompleks (dynamic). Struktur negosiasi sederhana dilakukan melalui penggunaan move secara sinoptik dalam bentuk negosiasi pengetahuan (knowledge
negotiation exchanges) dan negosiasi tindakan (action negotiation exchanges). Selain melalui negosiasi sederhana, interaksi antara guru dan murid juga dapat dilakukan melalui struktur negosiasi yang kompleks dengan menggunakan move yang bersifat dinamis.
Sinar (2002) melakukan penelitian untuk disertasi terhadap wacana perkuliahan bahasa Inggris di Univesiti Malaya, Malaysia dengan bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Kerangka
11
analisis yang digunakan sama seperti kerangka analisis Young, yaitu menemukan fase dan sub-fase perkuliahan dan realisasi ciri-ciri makna eksperiensial. Hasil penelitian ini meliputi: 1. Wacana perkuliahan lebih merepresentasikan kegiatan yang berorientasi secara akademik
daripada berorientasi secara sosial.
2. Fase yang sering mucul dalam perkuliahan adalah fase substansiasi, fase kesimpulan, dan fase evaluasi.
3. Sub-fase yang sering muncul dalam perkuliahan adalah sub-fase definisi, pernyataan, penjelasan, ringkasan, penekanan, dan penilaian.
4. Kemunculan sub-fase tersebut dalam tahapan perkuliahan lebih sering bersifat dinamis. Secara eksperensial, jenis proses yang paling banyak digunakan dalam perkuliahan adalah proses relasional.
Dibandingkan dengan ketiga penelitian wacana kelas/perkuliahan dalam perspektif LSF tersebut di atas, penelitian yang akan dilakukan dalam disertasi ini berbeda dalam beberapa hal, yaitu pandangan tentang genre kelas/perkuliahan, tingkat pendidikan, fungsi bahasa Inggris dalam perkuliahan, latar belakang budaya, fungsi bahasa Inggris dalam budaya tersebut, dan fokus makna metafungsional yang dikaji. Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian terdahulu dapat dijelaskan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Tingkat Pendidikan Fungsi Bahasa Inggris Latar Belakang Budaya Makna Metafungsional yang dikaji 1 Frances Christie (1991, 1995) Sekolah dasar Bahasa pertama dan kedua Australia Eksperensial, interpersonal, tekstual 2 Lynne Young (1994) Perguruan tinggi Bahasa kedua Kanada Eksperensial 3 Kristina Love & Didi Suherdi (1996) Sekolah lanjutan Bahasa kedua Australia Interpersonal 4 Tengku Sylvana Sinar (2002) Perguruan tinggi Bahasa asing Malaysia Eksperensial 5 Sunardi (2015) Perguruan tinggi Bahasa asing Indonesia Eksperensial, interpersonal, tekstual
2.2 Teori Genre dalam Aliran LSF
Teori genre dalam aliran LSF sering dikenal dengan sebutan Teori Genre Australia atau Aliran Sydney karena teori genre ini mulai diperkenalkan dari Universitas Sydney dan
12
berkembang pesat di Australia. Pendekatan analisis genre ini didasarkan pada teori LSF yang pertama kali diperkenalkan oleh MAK Halliday dari Universitas Sydney, yang kemudian dikembangkan oleh murid-muridnya, khususnya J.R. Martin dengan konsepnya tentang genre sebagai proses sosial yang bertahap dan berorientasi kepada tujuan (Martin, 1992: 505). LSF memandang bahasa sebagai semiotika sosial (Halliday dan Hasan, 1989: 3) dan merupakan suatu fenomena sosial tentang penyampaian makna melalui pilihan bahasa dari sistem bahasa dalam konteks tertentu (Eggins, 2004: 22).
Dalam pandangan LSF, konsep genre merupakan bagian dari model bahasa dan konteks sosial yang saling berhubungan (Martin, 2009: 13). Teks, atau bahasa yang menjalankan fungsi sosial, selalu muncul dalam suatu konteks sosial yang terdiri dari dua, yaitu konteks situasi (register) dan konteks budaya (genre) (Butt, et al., 2001: 3). Menurut Eggins (2004: 9), register menggambarkan dampak dimensi-dimenasi konteks situasi dari peristiwa berbahasa terhadap cara penggunaan bahasa. Ada tiga dimensi atau variabel yang dianggap mempengaruhi pilihan penggunaan bahasa dalam suatu peristiwa berbahasa, yaitu medan (topik pembicaraan), pelibat (hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur), dan moda (peran bahasa). Genre menggambarkan pengaruh konteks budaya terhadap bahasa melalui pelaksanaan proses sosial secara bertahap dan berorientasi kepada pencapaian tujuan sosial. Menurut Martin (2009: 13), teori genre dikembangkan untuk menggambarkan bagaimana kita menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari dalam budaya tertentu, dan melakukannya secara terus-menerus dengan menambah apa yang kita butuhkan dan membuang yang tidak kita butuhkan. Dengan demikian, teori genre adalah teori tentang batas antara dunia sosial kita dengan apa yang kita inginkan; genre adalah konfigurasi makna secara berurutan dan budaya sebagai sistem genre. Secara teknis, Martin mendefinisikan genre sebagai suatu proses sosial yang dilakukan secara bertahap dan berorientasi kepada tujuan. Dikatakan
bertahap karena untuk mencapai tujuan komunikasi biasanya diperlukan beberapa tahap melalui pembabakan di dalam genre; dikatakan berorientasi kepada tujuan karena pembabakan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dan kita akan merasa frustasi atau kurang bila pembabakannya tidak lengkap, dan dikatakan sosial karena kita menggunakan genre dalam interaksi dengan orang lain.
2.3 Hubungan antara Genre, Register, dan Bahasa
Menurut Martin (1992: 496; 2007: 35) dan Eggins (2004: 76-79), dalam LSF terdapat hubungan yang erat antara genre, register, dan bahasa. Konteks budaya (genre) dan konteks situasi (register) merupakan dua tingkatan konteks yang melingkupi bahasa. Konteks budaya
13
lebih abstrak dan lebih umum daripada konteks situasi yang memiliki tiga variabel yang memiliki pengaruh langsung terhadap bahasa, yaitu medan, pelibat, dan moda. Bahasa, dengan tiga tingkatannya, yaitu semantik wacana, leksikogramatika, dan fonologi/grafologi, merupakan realisasi dari genre dan register.
Hubungan antara konteks situasi dan bahasa dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Variabel medan (field) direalisasikan melalui makna ideasional pada tataran semantik
wacana. Makna ideasional selanjutnya direalisasikan melalui pola transitivitas pada tataran leksikogramatika;
2. Variabel pelibat (tenor) direalisasikan melalui makna interpersonal pada tataran semantik wacana. Makna interpersonal selanjutnya direalisasikan melalui pola mood pada tataran leksikogramatika; dan
3. Variable moda (mode) direalisasikan melalui makna tekstual pada tataran semantik wacana. Makna tekstual selanjutnya direalisasikan melalui pola tema-rema pada tataran leksikogramatika.
4. Pola-pola leksikogramatika tersebut selanjutnya direalisasikan melalui ungkapan yang berbentuk tuturan (fonologi) atau tulisan (grafologi) agar dapat digunakan dalam interaksi.
2.4 Klausa sebagai Pertukaran Makna
Klausa sebagai pertukaran makna (clause as exchange) merupakan realisasi dari makna interpersonal. Dalam makna interpersonal, klausa dipandang sebagai sumber makna yang berfungsi untuk mengorganisasikan proses interaksi di antara penutur/penulis dan pendengar/pembaca. Sistem gramatika yang dipakai untuk melihat klausa sebagai pertukaran makna yang dapat menggambarkan hubungan antar peran adalah sistem MOOD, polaritas, modalitas, dan fungsi tutur (Halliday & Mathiessen, 2004: 106; 2014: 134-136).
Dalam merealisasikan makna interpersonal, MOOD dan FUNGSI TUTUR masing-masing menggambarkan jenis suatu klausa dan fungsi tuturan dari suatu move secara individual (interact). Makna interpersonal juga terealisasikan melalui perpaduan antara move satu dengan yang lain dalam membentuk pasangan bertetangga (adjacency pairs) yang menggambarkan struktur exchange suatu negosiasi dalam interaksi (Martin, 1992: 46).
Menurut Berry (1981) dalam Martin & Rose (2007: 240) dan Rose (2014: 8), ada dua jenis exchange yang dapat dilakukan dalam sistem negosiasi, yaitu negosiasi pengetahuan (exchanges of knowledge) dan negosiasi tindakan (exchanges of action). Dalam negosiasi pengetahuan (K), pihak yang memberi pengetahuan/informasi disebut dengan primary
14
knower (K1), sedangkan pihak yang meminta pengetahuan/informasi disebut secondary
knower (K2).
Tabel 2. Jenis-Jenis Fungsi Tutur
Peran Tutur Komoditas
pertukaran
Fungsi Tutur
Inisiasi Respon yang
diharapkan
Respon yang tidak diharapkan Memberi Barang dan jasa Menawarkan (offer) Menerima tawaran (acceptance) Menolak tawaran (rejection) Meminta Memerintah (command) Menjalankan perintah (undertaking) Menolak perintah (refusal) Memberi Informasi Menyatakan (statement) Mengiyakan pernyataan (acknowledgement) Mengingkari pernyataan (contradiction) Meminta Bertanya (question) Menjawab pertanyaan (answer) Menghindari pertanyaan (disclaimer) (Diadaptasi dari Halliday & Matthiessen, 2014: 137) Dalam negosiasi tindakan (A), pihak yang melakukan tindakan disebut primary actor (A1) dan pihak yang meminta tindakan disebut secondary actor (A2). Selain itu, dalam situasi tertentu, pemberian informasi/pengetahuan dan tindakan dapat diantisipasi atau ditunda (delay) oleh K1 atau A1 sampai K2 atau A2 melakukan sesuatu terlebih dahulu. Demikian juga, K2 atu A2 dapat memberi tindak lanjut (follow-up) terhadap konstribusi K1 atau A1. Struktur dasar negosiasi yang meungkin terjadi dalam suatu interaksi dapat digambarkan melalui Gambar 2.
Melaksanakan A1 A1 memulai Mengantisipasi dA1^A2^A1 Tindakan A2 memulai A2^A1 Negosiasi Melaksanakan K1 K1 memulai Mengantisipasi dK1^K2^K1 Pengetahuan K2 memulai K2^K1
Gambar 2. Struktur Exchange dalam Sistem Negosiasi
(Diadaptasi dari Rose (2014: 8))
2.5 Peta Jalan Penelitian
Masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa Inggris di
15
perguruan tinggi (Sri Mulatsih, Sunardi, dan Rifqi, 2013), pembelajaran bahasa Inggris secara inklusif di perguruan tinggi (Sunardi, Nugroho, Budiharjo, 2014), dan penelitian pendahuluan tentang register dan struktur negosiasi pedagogis dalam genre perkuliahan bahasa Inggris (Sunardi, 2014, 2015). Peta jalan penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
Keterangan :
Gambar 3. Peta Jalan Penelitian BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dalam bentuk analisis wacana dengan pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional terhadap wacana perkuliahan bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan penelitian analisis wacana yang dilakukan dengan mengambil kelas pembelajaran bahasa Inggris sebagai latar belakang (classroom discourse analysis). Meskipun berlatar belakang kelas pembelajaran, penelitian ini tidak dimaksudkan sebagai penelitian linguistik terapan (applied linguistics) dalam pendekatan psikometri. Sebagai peneliti wacana kelas, penelitian ini lebih menekankan pada fenomena linguistik yang ada di kegiatan perkuliahan.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini ditentukan berdasarkan definisi lokasi penelitian dalam penelitian kualitatif sebagai situasi sosial yang memiliki tiga unsur utama, yaitu tempat dan waktu, aktor, dan aktifitas (Spradley, 1980: 39). Berdasarkan pada ketiga pengertian lokasi penelitian tersebut di atas, maka lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah perkuliahan bahasa Inggris yang dilakukan di jurusan bahasa asing (language classrooms) pada perguruan tinggi di Kota Semarang, yang di dalamnya terdapat kegiatan perkuliahan (activities), tempat dan waktu
Model pembelajaran “writing” berbasis pendidikan karakter di perguruan tinggi (2013) Model perkuliahan inklusif bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra
(2014)
Register dan negosiasi pedagogis dalam genre perkuliahan bahasa Inggris
(2015)
Analisis genre perkuliahan bahasa Inggris sebagai bahasa asing dengan pendekatan LSF
(2016)
Wacana perkuliahan bahasa Inggris
16
perkuliahan (setting), dan dosen dan mahasiswa yang terlibat dalam perkuliahan (actors). Tempat penelitian ini adalah lima perguruan tinggi di Kota Semarang yang memiliki program studi bahasa Inggris. Kelima program studi tersebut ditentukan berdasarkan kriteria kinerja program studi yang meliputi nilai akreditasi program studi, jumlah dosen, dan jumlah mahasiswa berdasarkan pada laman www.forlap.dikti.go.id. Berdasarkan pada kriteria tersebut, kelima perguruan tinggi yang memiliki program studi bahasa Inggris yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS), Universitas Katolik Soegijapranata (UNIKA SP), dan Universitas Stikubank (UNISBANK). Masing-masing perguruan tinggi akan diambil dua wacana perkuliahan bahasa Inggris, sehingga penelitian ini akan menggunakan sepuluh wacana perkuliahan bahasa Inggris.
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data penelitian ini meliputi:
a) Peristiwa, yaitu kegiatan perkuliahan bahasa Inggris yang dilaksanakan di program studi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.
b) Narasumber (informan), yaitu dosen pengampu kegiatan perkuliahan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
c) Benda dan rekaman, yang mencakup buku dan media perkuliahan, pedoman akademik,
dan rekaman audio-visual kegiatan perkuliahan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik:
a) Pendokumentasian secara audio-visual terhadap kegiatan perkuliahan bahasa Inggris yang dijadikan sasaran penelitian ini dan pengalihan rekaman kegiatan perkuliahan dalam bentuk tulisan (transcription).
b) Pengamatan berperan pasif terhadap kegiatan perkuliahan bahasa Inggris yang dijadikan sasaran penelitian ini.
c) Wawancara mendalam dengan dosen pengampu kegiatan perkuliahan bahasa Inggris yang dijadikan sasaran penelitian ini.
d) Pengkajian dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan bahasa Inggris yang menjadi sasaran penelitian ini, seperti buku ajar perkuliahan dan pedoman akademik.
17
3.4 Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan dua teknik, yaitu teknik analisis wacana dalam LSF dan teknik analisis etnografi seperti yang dikemukakan oleh Spradley. Kerangka analisis wacana dengan pendekatan LSF dalam penelitian ini merupakan perpanduan antara model genre Martin (1992) sebagai suatu proses sosial yang berorientasi kepada tujuan yang dicapai secara bertahap dan direalisasikan melalui register, model genre kurikulum Christie (2002) yang ditandai dengan register regulatif dan register instruksional, dan model Halliday & Matthiessen (2004) tentang realisasi makna metafungsional. Ketiga model tersebut dipakai untuk menggambarkan fenomena semiotika sosial yang ada di proses sosial yang namanya perkuliahan bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia. Kerangka analisis wacana tersebut dilakukan dengan mengikuti prosedur analisis data dalam metode etnografis, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen, dan menemukan tema budaya. Urutan dalam analisis etnografis dapat digambarkan seperti Gambar 3. berikut (Santosa, 2010: 120).
Gambar 3. Diagram Analisis Etnografis
Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini dan kaitannya dengan penelitian disertasi secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4. Bagan Penelitian
Analisis Domain Analisis Taksonomi Analisis Komponen
Menemukan Tema Budaya
18
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Anggaran Biaya
Ringkasan anggaran biaya yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan
(Rp.)
1 Gaji dan Upah 9.000.000
2 Bahan Habis Pakai dan Peralatan 21.650.000
4 Perjalanan 11.250.000
5 Lain-Lain: publikasi, seminar, lainnya 8.100.000
Jumlah 50.000.000 4.2 Jadwal Penelitian No Jenis Kegiatan 2016 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Perijinan penelitian 2 Persiapan pengumpulan data 3 Pengumpulan data 4 Pengolahan data 5 Analisis data 6 Penulisan Laporan Kemajuan 7 Laporan Akhir DAFTAR PUSTAKA
Berry, M. 1981. ‘Systemic Linguistics and Discourse Analysis: A Multi-layered Approach to Exchange Structure’. pp 120 – 145. dalam M. Coulthard & M. Montgomery (Eds.).
Studies in Discourse Analysis. London: Routledge and Keagen Paul.
Butt, David, Fahey, R., Spinks, S., & Yallops, C. 2001. Using Functional Grammar: An
Explorer’s Guide (Second Edition). Sydney: NCELTR, Macquarie University.
Cazden, Courtney B. 1986. ‘Classroom Discourse’. pp. 439-460. dalam Wittrock, Merle C. (Ed.). Handbook of Research on Teaching. New York: Macmillan.
Christie, Frances. 1991. Pedagogical and Content Registers in a Writing Lesson. Linguistics
and Education, 3: 203-224.
Christie, Frances. 1995. Pedagogic Discourse in the Primary School. Linguistics and
Education, 7: 221-242.
Christie, Frances. 2002. Classroom Discourse Analysis: A Functional Perspective. London: Continuum.
19
Christie, Frances. 2004. ‘Authority and Its Role in the Pedagogic Relationship of Schooling’. pp. 173-283. dalam Young, Lynne & Harrison, Claire (eds.). Systemic Functional and
Critical Discourse Analysis. London: Continuum.
Eggins, Suzanne. 2004. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. Second Edition. London: Continuum.
Gibbons, Pauline. 2007. ‘Learning a New Register in a Second Language’. pp. 258-270. dalam Candlin, Cristopher N. & Mercer, Neil (eds.). English Language Teaching in Its
Context: A Reader. New York: Routledge.
Gregory, M. 1985. ‘Towards Communication Linguistics: A Framework’. pp. 119-134. dalam Benson, J.D. & Greaves, W.S. (Eds.). Systemic Perspective on Discourse, Vol. 1. Kumpulan Makalah dari the 9-th International Systemic Workshop, York University of Toronto, August 1982, Alex Publishing Corporation, Norwoop.
Halliday, M.A.K & Matthiessen, Christian. 2014. Halliday’s Introduction to Functional
Grammar (Fourth Edition). London: Routledge.
Lee, Joseph J. 2011. A Genre Analysis of Second Language Classroom Discourse: Exploring
the Rethorical, Linguistic, and Contextual Dimensions of Language Lessons. Disertasi, Tidak Diterbitkan. College of Arts and Sciences, Georgia State University, United States of America.
Long, M.H. 1983. Native speaker/non-native speaker conversation and the negotiation of meaning. Applied Linguistics, 4: 126–141.
Love, Kristina & Suherdi, Didi. 1996. The Negotiation of Knowledge in an Adult English as a Second Language Classroom. Linguistics and Education, 8: 229-267.
Martin, J.R. 1992. English Text: System and Structure. Philadelphia: John Benjamins Publishing Company.
Martin, J.R. 2007. ‘Construing Knowledge: A Functional Linguistic Perspective’. pp. 34-64. dalam Christie, F. dan Martin J.R. (eds.) Language, Knowledge, and Pedagogy:
Functional Linguistic and Sociological Perspectives. London: Continuum.
Martin, J.R. 2009. Genre and Language Learning: A Social Semiotic Perspective. Linguistics
and Education, 20: 10-21.
Martin, J.R. 2013. Embedded Literacy: Knowledge as Meaning. Linguistics and Education, 24: 23-37.
Martin, J.R. & Rose, David. 2007. Working with Discourse: Meaning beyond the Clause. London: Continuum.
Martin, J.R. & Rose, David. 2008. Genre Relations: Mapping Culture. London: Equinox. Mercer, Neil. 2007. ‘Language for Teaching a Language’. pp. 243-257. dalam Candlin,
Cristopher N. dan Mercer, Neil (eds.). English Language Teaching in Its Context: A
Reader. New York: Routledge.
Rose, David & Martin, J.R. 2012. Learning to Write, Reading to Learn: Genre Knowledge
and Pedagogy in the Sydney School. Sheffiled: Equinox Publishing Ltd.
Rose, David. 2014. Analysing Pedagogic Discourse: An Approach from Genre and Register.
20
Santosa, Riyadi. 2010. Forms and Meanings of Conjunctive Relation in Adult, Teenage, and
Children Indonesian Popular Magazines and Their Impact on Language Styles: A Systemic Functional Linguistics Approach. Disertasi, Tidak Diterbitkan. College of Arts and Science. Universiti Utara Malaysia.
Sinar, Tengku Sylvana. 2002. Phasal and Experiential Realizations in Lecture Discourse: A
Systemic Functional Perspectives. Disertasi, Tidak Diterbitkan. University of Malaya, Malaysia.
Sinclair, John. & Coulthard, Malcom. 1975. Towards an Analysis of Discourse: the English
Used by Teachers and Pupils. London: Oxford University Press.
Sinclair, John & Coulthard, Malcom. 1992. Towards an Analysis of Discourse. pp. 1 – 34. dalam Coulthard, Malcom (ed.). Advances in Spoken Discourse Analysis. New York: Routledge.
Spradley, J.P. 1980. Participation Observation. New York: Holt, Rinehart, and Winston. Spradley, J.P. 2007. Metode Etnografi. Penerjemah: Misbah Zulfa Elisabeth. Yogyakarta:
Penerbit Tiara Wacana.
Sri Mulatsih, Sunardi & Muh. Rifqi. 2013. Model Pembelajaran Writing Berbasis Karakter
di Perguruan Tinggi: Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Ditlitabmas Dikti.
Sunardi, R A Nugroho & Budiharjo. 2014. Model Pembelajaran Inklusif Bahasa Inggris bagi
Mahasiswa Tunanetra di Perguruan Tinggi: Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Ditlitabmas Dikti.
Sunardi. 2014. Regulative and Instructional Registers of An EFL Lecture in Indonesian
University Context. Paper disajikan pada the 61-st TEFLIN International Conference, 7-9 Oktober 2015, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sunardi. 2015. Pedagogic Exchange Structures of An English Curriculum Genre in
Indonesian University Context. Paper disajikan pada the 7-th International Conference on English as a Foreign Language (COTEFL), 16-17 Mei 2015, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Ventola, Eija. 1987. The Structure of Social Interaction: A Systemic Approach to the
Semiotics of Service Encounters. London: Frances Pinter.
Wiratno, Tri. 2010. Pengantar Ringkas Linguistik Sistemik Fungsional (Draf Buku). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Walsh, Steve. 2006. Investigating Classroom Discourse. New York: Routledge.
Willis, Jane. 1992. ‘Inner and Outer: Spoken Discourse in the Language Classroom’. pp. 162 – 182. dalam Coulthard, Malcom (ed.). Advances in Spoken Discourse Analysis. New York: Routledge.
Young, Lynne. 1994. ‘University Lectures: Macro-Structures and Micro-Features’. dalam Flowerdew, J. (Ed.). Academic Listening: Research Perspectives. London: Cambridge University Press.
21
LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
1. Honor Penelitian
No Honor Honor/Jam
(Rp)
Waktu
(jam/minggu) Minggu Jumlah Honor
1 Ketua 20.000 10 36 7.200.000
2 Pembantu Lapangan 10.000 5 36 1.800.000
Sub Total (Rp) 9.000.000
2. Bahan Habis Pakai dan Peralatan 2.1 Bahan Habis Pakai
No Material Justifikasi Pemakaian Kuan-titas Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya 1 Kertas HVS
Mencetak materi dan
laporan 6 50.000 300.000
2 Alat stationary
Pencatatan dan
pelaporan data 1 550.000 550.000
3
Foto kopi dokumen perkuliahan Pengumpulan data dokumen perkuliahan 1 500.000 500.000 4 Transkripsi wacana perkuliahan Transkripsi data penelitian 10 500.000 5.000.000 5 Dokumentasi Dokumentasi kegiatan 1 500.000 500.000
6 Akses materi online Biaya akses internet 1 1.500.000 1.500.000
Sub Total (Rp) 8.350.000 2.2 Peralatan No Material Justifikasi Pemakaian Kuan-titas Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya 1 Bahan pustaka Pembelian buku referensi dan jurnal
ilmiah terkait 20 250.000 5.000.000 2 Sewa handycam Merekam kegiatan pembelajaran (3 bln) 3 1.500.000 4.500.000 3 Memory card handycam Merekam kegiatan pembelajaran 1 500.000 500.000
22 4 Rechargeable Baterei Handycam Merekam kegiatan pembelajaran 1 1.000.000 1.000.000
5 Digital voice recorder
Merekam kegiatan
pembelajaran 1 1.500.000 1.500.000
6 Cartridge printer
Mencetak materi
belajar dan laporan 2 250.000 500.000
7 Flashdisk Penyimpanan data 2 150.000 300.000
Sub Total (Rp) 13.300.000
3. Perjalanan dan Akomodasi
No
Material Justifikasi Perjalanan
Kuan-titas Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya 1 Transportasi pengumpulan data Transport ke PT di Semarang 10 300.000 3.000.000 2 Akomodasi pengumpulan data Konsumsi dan akomodasi wawancara dengan informan 5 250.000 1.250.000 3 Transport seminar
internasional Publikasi hasil 1 1.500.000 1.500.000
4
Akomodasi seminar internasional
Hotel dan konsumsi seminar internasional 1 2.000.000 2.000.000 5 Transport konsultasi ke promotor Transport Semarang - Solo 10 100.000 1.000.000 6 Transport konsultasi ke kopromotor 1 Transport Semarang – Yogyakarta 10 150.000 1.500.000 7 Transport konsultasi ke kopromotor 2 Transport Semarang – Solo 10 100.000 1.000.000 Sub Total (Rp) 11.250.000 4. Lain-Lain
No Kegiatan Justifikasi
Kuan-titas Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya 1 FGD validitas data Diskusi keabsahan transkripsi data dengan informan 5 250.000 1.250.000 2 FGD analisis data
Diskusi hasil analisis data dengan
23 3 Publikasi seminar internasional Publikasi hasil di seminar internasional 1 1.500.000 1.500.000 4 Publikasi jurnal nasional Publikasi hasil di jurnal nasional 1 500.000 500.000 5 Publikasi jurnal internasional Publikasi hasil di jurnal internasional 1 1.000.000 1.000.000 6 Penyusunan laporan kemajuan Konsumsi penyusunan laporan kemajuan 1 500.000 500.000 7 Penyusunan laporan kemajuan
Foto kopi dan jilid
laporan kemajuan 6 50.000 300.000 8 Penyusunan laporan akhir Konsumsi penyusunan laporan akhir 1 500.000 500.000 9 Penggandaan Laporan akhir
Foto kopi dan jilid
laporan akhir 6 50.000 300.000
Sub Total (Rp) 8.100.000
24
Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian
Prasarana utama yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:
No Nama Prasarana Ketersediaan di PT
Pengusul
Solusi
1 Ruang kuliah dan ruang diskusi
(FGD)
Tersedia
2 Alat pembelajaran (LCD, room
speaker)
Tersedia
3 Software audio/video transcriber Tidak tersedia Membeli atau
mencari program free download
4 Laboratorium bahasa untuk
visdeo/audio processing
Tersedia
5 Audio visual recorder (handycam) Tidak tersedia Menyewa
25 Lampiran 3. Surat Keterangan Kandidasi Doktor
26
Lampiran 4. Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Sunardi, S.S., M.Pd.
2 Jenis Kelamin L
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NPP 0686.11.1994.052
5 NIDN 0612016601
6 Tempat dan Tanggal Lahir Klaten, 12 Januari 1966
7 Email soenklaten@gmail.com
8 Nomor Telepon/Fax/HP 08122527961
10 Alamat Kantor Jl. Imam Bonjol No. 207 Semarang 50131
11 Nomor Telepon/Faks (024) 3560582 / (024) 3564647
12 Lulusan yang telah dihasilkan S-1 = 70
13 Mata Kuliah yang Diampu 1. Discourse Analysis
2. Research Method in Linguistics 3. Systemic Functional Linguistics
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Universitas Negeri Semarang
Bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Inggris Pendidikan Bahasa Inggris
Tahun Masuk 1986 – 1993 2001 – 2005
Judul Skripsi/Tesis Analisis Struktur Kalimat
Seru Bahasa Inggris Dengan
Pendekatan Tata Bahasa
Transformasi
Interpersonal Relationships
between Native Speaker and Non-Native Speaker in an English Casual Conversation
Nama Pembimbing Drs. H. Tarjana, M.A.
Drs. Soegondo N.S., M.A.
Helena I.R.A, M.A, Ph.D. Prof. Soelistio, M.L, Ph.D.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 TahunTerakhir
No Tahun Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber Jml
(JutaRp)
1 2015 Model pembelajaran inklusif bahasa Inggris
bagi mahasiswa tunanetra di perguruan tinggi (Penelitian Hibah Bersaing / Ketua). Tahun II
Ditlitabmas Dikti
51,5
27
bagi mahasiswa tunanetra di perguruan tinggi (Penelitian Hibah Bersaing / Ketua). Tahun I
Dikti
3 2013 Pengembangan Materi Ajar Ekspresi
Figuratif Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Asing di Wilayah Surakarta dan Sekitarnya (Hibah Penelitian Tim Pascasarjana / Anggota). Tahun II
UNS/ DP2M
Dikti
75
4 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Writing
Berbasis Pendidikan Karakter di Perguruan
Tinggi (Penelitian Hibah Bersaing /
Anggota). Tahun II
DP2M Dikti
49
5 2012 Pengembangan Materi Ajar Ekspresi
Figuratif Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Asing di Wilayah Surakarta dan Sekitarnya (Hibah Penelitian Tim Pascasarjana / Anggota). Tahun I
UNS/ DP2M
Dikti
58
6 2012 Pengembangan Model Pembelajaran Writing
Berbasis Pendidikan Karakter di Perguruan
Tinggi (Penelitian Hibah Bersaing /
Anggota). Tahun I
DP2M Dikti
35
7 2010 Desain Virtual Gamelan Jawa Menuju
Industri Kreatif Modern Serta Sebagai Media Pembelajaran Dalam Rangka Keunggulan Lokal di Era Global (Hibah Kompetitif
Penelitian Sesuai Prioritas Nasional/
Anggota). Tahun II
DP2M Dikti
92
8 2009 Desain Virtual Gamelan Jawa Menuju
Industri Kreatif Modern Serta Sebagai Media Pembelajaran Dalam Rangka Keunggulan Lokal di Era Global (Hibah Kompetitif
Penelitian Sesuai Prioritas Nasional/
Anggota). Tahun I
DP2M Dikti
90
9 2008 Strategi Penerjemahan Istilah dari Bahasa
Inggris ke Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar Harian Nasional (Hibah Penelitian Dosen Muda / Ketua)
DP2M Dikti
8
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 TahunTerakhir
No Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber* Jml
(JutaRp)
1 2015 Pelatihan Applied Approach (AA) bagi
dosen STIKES Karya Husada Semarang
STIKES + Kopertis Wil
VI Jateng
12
2 2015 Pelatihan PEKERTI bagi dosen
UNISNU Jepara
UNISNU + Kopertis Wil
VI Jateng
12
28
dosen Kopertis Wilayah VI Jateng VI Jateng
4 2014 Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di STIKES Aisyiyah Surakarta (Fasilitator)
STIKES Ais + Kopertis VI
Jateng
12
5 2014 Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di STIE Totalwin Semarang (Fasilitator)
STIE TW + Kopertis VI
Jateng
11
6 2013 Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di STMIK Duta Bangsa Surakarta (Fasilitator)
STMIK DB + Kopertis VI
Jateng
10
7 2013 Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional (Pekerti)
bagi Dosen di Universitas Dian
Nuswantoro (Fasilitator)
Udinus + Kopertis VI
Jateng
17
8 2013 Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di Universitas Wahid Hasyim Semarang (Fasilitator)
Unwahas + Kopertis VI
Jateng
15
9 2012 Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah (Fasilitator)
Kopertis VI Jateng
20
10 2011 Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi Dosen di Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah (Fasilitator)
Kopertis VI Jateng
20
11 2011 Pelatihan Pengajaran UN Listening bagi
Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang (Pengajar)
SMA Kesatrian 1 +
Udinus
3
12 2010 Pelatihan Pengajaran Listening dan
Reading Bagi Guru Pemandu SMA di Provinsi Jawa Tengah (Instruktur)
LPMP Jateng 10
13 2010 Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas
Bahasa Inggris Bagi Guru Pemandu
SMK di Provinsi Jawa Tengah
(Instruktur)
LPMP Jateng 10
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 TahunTerakhir
No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/
Tahun
Nama Jurnal
1 Modality Realizations in A Cross-Cultural Conversation: A Systemic Functional
Vol.16 No.2 April 2013
UNS Journal of
29
Linguistics Perspectives Language
Studies
2 Role Relation Negotiations between Native
Speaker and Indonesian EFL-Leraner in an English Casual Conversation
Vol.16 No.1 January 2012 UNS Journal of Language Studies
3 Morfologi Derivasional Dalam Bahasa Inggris Vol. 8 No. 1
Maret 2012
LITE
4 Filsafat Analitis Bahasa dan Hubungannya
dengan Ilmu Linguistik Pragmatik
Vol 7 No. 2 September 2011
LITE 5 Lexical Density and Grammatical Intricacy of
English Academic Writings Written by Native Speaker and Non-Native Speaker
Vol. 10 No. 3 September 2010
DIAN
6 Strategi Penerjemahan Istilah Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar Harian Nasional
Vol. 6 No. 2 Juni 2010
LITE
7 Study on Interpersonal Meaning Representation in an English Interaction
Vol. 5 No. 2 September 2009
LITE
8 Role relationship Enactment between English
Non-Native Speakers in an English Dialogue
Vol. 5 No. 1 Maret 2009
LITE
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 TahunTerakhir
No Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1 The 7-th International Conference on English as a Foreign Language (COTEFL)
Pedagogic exchange structures of an
English curriculum genre in
Indonesian university context
16-17 Mei 2015 Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 International seminar on
special edication for south east asia region: 5-th series 2015
Computer-Based Syntactic Analyser for Visually Impaired Students in Learning English Syntax
29 Januari 2015
Universitas Negeri
Surabaya
3 Seminar Nasional
SEMANTIK 2014
Media pembelajaran sintaksis bahasa Inggris bagi mahasiswa tunanetra
15 November 2014 UDINUS Semarang
4 The 61-st TEFLIN
International Conference
Regulative and instructional registers of an EFL lecture in Indonesia university context 6 – 9 Oktober Universitas Sebelas Maret Surakarta 5 Seminar Nasional SEMANTIK 2013
Ekspresi Figuratif Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia Mahasiswa Asing dalam Interkasi Lintas Budaya di Wilayah Surakarta 16 November 2013 UDINUS Semarang 6 International Conference on Culture across Perspectives
Modality Realizations in A Cross-Cultural Conversation: A Systemic Functional Linguistics Perspectives
20 November 2012, Undip Semarang
30
7 Seminar Nasional
Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (Semantik)
iTEP (International Test of English
Proficiency): Sebuah Alternatif Tes Online Kemampuan Bahasa Inggris
12 Juni 2012, Udinus Semarang
8 Seminar Nasional
Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (Semantik)
Internet dalam Pembelajaran Bahasa Inggris.
16 April 2011, Udinus Semarang
9 International Conference on Social Science, Economics and Arts (ICSSEA)
Design of Virtual Javanese Gamelan as Learning Media
14 – 15 January 2011, Universiti
Kebangsaan Malaysia
10 Seminar dan Lokakarya
Nasional Penelitian Tindakan Kelas dalam Perspektif Etnografi
Peningkatan Kepadatan Leksikal
Karangan Ilmiah Mahasiswa Sastra Inggris Udinus melalui Pengajaran Nominalisasi 2 Oktober 2010, Undip Semarang 11 The 3rd International Conference on Applied Linguistics (Conaplin)
Lexical Density of Academic
Writing: A Comparative Study of Two English Academic Writings Written by Native Speaker and Non-Native Speaker 2 – 3 August 2010, UPI Banding 12 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI)
Desain Virtual Gamelan Jawa
Sebagai Media Pembelajaran
19 Juni 2010, UII Yogyakarta
13 The 56th TEFLIN
International Conference
Improving the Lexical Density of Students’ Writings through Nominalisation
8 – 10 December 2009, UIN Malang
14 International Conference on Systemic Functional Linguistics and Its Contributions to Translation Studies
Grammatical Metaphor in the
Translation of Terence Blacker’s Short Story Ms. Wiz Smells A Rat into Ms. Wiz Seperti Tikus Masuk Perangkap. 6 – 7 October 2009, UNS Solo 15 The 2nd International Conference on Applied Linguistics (Conaplin)
The Interpersonal Relationships
between Native Speaker and Non-Native Speaker in an English Casual Conversation
3 – 4 August 2009, UPI Bandung
G. Karya Buku dalam 5 tahun terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman Penerbit
1 English Grammar 2009 78 Dinus Press
2 Desain Virtual Gamelan Jawa Menuju
Industri Kreatif Modern Serta Sebagai Media Pembelajaran Dalam Rangka Keunggulan Lokal di Era Global
31
H. Perolehan HKI dalam 5 – 10 tahun terakhir
No Judul/Tema HKI Tahun Jenis No P/ID
1 Aplikasi Multimedia E-Gamelanku 2009 Program
Komputer
062443
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial lainnya dalam 5 tahun terakhir
No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial lainya yang telah diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon Masyarakat
J. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari Pemerintah, Sosial, Institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1 Peringkat ke-5
Pemilihan Dosen Berprestasi Tingkat
Kopertis VI Jateng
Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah
2011
2 Juara 1 Dosen Berprestasi Universitas Dian
Nuswantoro
2011
3 10 Makalah Terbaik
Pada The 56th TEFLIN International
Conference 2009 Asosiasi TEFLIN (Teachers of English as a Foreign Language in Indonesia) 2009
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Disertasi Doktor.
Semarang, 29 April 2015 Pengusul,
32