• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45

Berdasarkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK ) No. 45 paragraf I (2004), menyatakan bahwa :

Pernyataan dalam menetapkan informasi dasar tertentu yang harus disajikan dalam laporan keuangan organisasi nirlaba. Hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan standar akuntansi ini harus mengacu kepada pernyataan standar akuntansi yang berlaku umum.

Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan diatas, yaitu :

1. Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.

2. Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.

3. Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat.

(2)

4. Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.

B. Total Quality Management

1. Sejarah Singkat Perkembangan Total Quality Management

Evolusi gerakan Total Quality Management dimulai dari masa studi waktu dan gerak oleh Bapak Manajemen Ilmiah Frederick Taylor pada tahun 1920-an.

Aspek yang paling fundamental dari manajemen ilmiah adalah adanya pemisah antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas telah menimbulkan peningkatan besar dalam hal produktivitas, sebenarnya konsep pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep lama mengenai keahlian/keterampilan, dimana individu yang sangat terampil melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Manajemen ilmiah Taylor mengatasi hal ini dengan membuat perencanaan tugas managemen dan tugas tenaga kerja. Untuk mempertahankan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan maka dibentuklah departemen kualitas yang terpisah.

Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitas pemanufakturan, kualitas juga menjadi hal yang semakin sulit. Volume dan kompleksitas mendorong timbulnya quality engineering pada tahun 1920-an dan reliability engineering pada tahun 1950-an. Quality engineering sendiri

(3)

mendorong timbulnya penggunaan metode-metode statistic dalam pengendalian kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep control charts dan statistical process control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari total quality manajemen.

Sekalipun konsep Total Quality Management banyak yang dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan di Jepang, tetapi tidak dapat dinyatakan bahwa Total Quality Management ‘made in Japan’.

2. Definisi Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management merupakan “usaha yang dilakukan secara

terus menerus oleh setiap orang dalam organisasi untuk memahami, memenuhi, dan melebihi harapan pelanggan” (Blocher et al. 2005 ; 388).

Definisi Total Quality Management menurut Nasution (2001:28), adalah sebagai berikut :

Total Quality Management (TQM) adalah perpaduan semua fungsi

dari suatu perusahaan ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan.

Sedangkan definisi Total Quality Management menurut Vincent Gasperz (2001 : 5) adalah :

Total Quality Management didefinisikan sebagai suatu cara

meningkatkan performasi secara terus-menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manuasia dan modal yang tersedia

(4)

Adapun menurut Ishikawa dalam Pawitra (1993, p. 35) adalah sebagai berikut :

Total Quality Management adalah perpaduan semua fungsi dari

perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan”

Definisi lain tentang Total Quality Management menurut Fandy Tjiptono dan Diana (2003:4), adalah sebagai berikut :

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.

Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Total Quality

Management (TQM) merupakan pendekatan manajemen sistematik yang

berorientasi pada organisasi, pelanggan dan pasar melalui kombinasi – kombinasi antara pencairan fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna menciptakan pendapatan atau pelayanan secara signifikan dalam kualitas, produktivitas dan kinerja lain dalam perusahaan atau organisasi.

Untuk memudahkan pemahaman, TQM dapat dibedakan dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan apa yang dimaksud TQM sedangkan aspek kedua membahas bagaimana mencapainya. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk

(5)

memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya.

Dasar pemikiran perlunya TQM, yakni bahwa cara terbaik agar bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungannya. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan peran TQM. Sehingga untuk menjadi perusahaan atau organisasi yang terunggul sebuah perusahaan atau organisasi memberikan kepuasan konsumen melalui produk yang dihasilkan dan jasa kemudian hasilnya untuk meningkatkan unjuk kerja perusahaan.

Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah organisasi dapat mengalami kesuksesan."

Namun demikian penerapan TQM adalah suatu proses jangka panjang dan berlangsung terus menerus, karena budaya suatu organisasi sangatlah sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi seperti struktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja, kepemimpinan, dan praktek-praktek manajemen berpotensi untuk menjadi penghambat perubahan.

Selain hambatan-hambatan yang berada diluar ruang lingkup sebuah organisasi, terdapat kendala lain yang khas di setiap organisasi, seperti

(6)

kurangnya akuntabilitas terhadap pelanggan, tidak jelasnya visi dan misi, penolakan terhadap perubahan dan lemahnya komitmen di kalangan manajer senior untuk menerapkan TQM.

Potensi keberhasilan TQM sudah nampak dan dampaknya pun bisa diperhatikan, sekarang yang dibutuhkan adalah keputusan untuk melakukan TQM. Hal ini mestinya menjadi bagian dari suatu strategi untuk meningkatkan komitmen lembaga-lembaga public untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

3. Karakteristik Total Quality Management

Walaupun setiap organisasi sebagian besar mengembangkan TQM masing-masing agar sesuai dengan budaya dan gaya manajemen organisasi, terdapat karakteristik tertentu yang umum bagi hampir semua system TQM. Karakteristk tersebut adalah :

a. Berfokus pada kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.

TQM dimulai dengan menentukan pelanggan, menentukan kebutuhan, persyaratan dan harapan mereka, kemudian melakukan apapun untuk memuaskan mereka. Pelanggan terdiri atas pelanggan eksternal dan internal. Pelanggan eksternal adalah penerimaan akhir produk dan jasa perusahaan. Pelanggan internal adalah individu atau sub unit perusahaan yang terlibat dalam pembuatan produk atau penyedia jasa.

(7)

Pada beberapa tahap, setiap orang dalam suatu proses atau organisasi merupakan pelanggan atau pemasok bagi orang lain, baik di dalam maupun diluar organisasi.

b. Berusaha keras untuk melakukan perbaikan secara terus menerus Perusahaan perlu terus menerus memperbaharui spesifikasi, baik untuk pelanggan/pemasok internal maupun eksternal agar dapat melayani pelanggan eksternal dengan baik.

c. Melibatkan seluruh pekerja

Keterlibatan para pegawai beragam, mulai dari pembagian infkti efejktormasi sederhana, dialog, atau pendekatan yang terbukti efektif untuk keterlibatan pegawai adalah dengan pengendalian mutu (quality control) yang merupakan kelompok kecil pegawai dari area kerja yang sama yang mengadakan pertemuan secara rutin untuk menentukan dan memecahkan masalah yang berkaitan erat dengan pekerjaan dan untuk menerapkan dan mengawasi solusi dari masalah tersebut.

d. Memperoleh dukungan ada keterlibatan manajemen puncak secara aktif Pihak menajemen, mulai dari direktur eksekutif (CEO) sampai manager-manager subdivisi, harus berpartisipasi secara aktif dalam perbaikan mutu sehingga program tersebut dapat berhasil. Mereka harus menunjukkan dedikasi terhadap mutu total kepada para pegawai disemua tingkatan, penjual dan pemasok perusahaan, pelanggan, dan seluruh komunitas pada setiap kesempatan, sehingga orang dapat menyadari akan kepentingan utama dari mutu total dalam setiap aspek

(8)

operasi perusahaan.

e. Mengakui pencapaian mutu pada waktu yang tepat

Mengakui pencapaian mutu oleh para pegawai dan sub unit tepat pada waktunya adalah cara terbaik dalam menekankan upaya keras secara terus menerus dari perusahaan untuk menghasilkan mutu yang lebih baik dan memastikan upaya-upaya menuju mutu total pada setiap tingkat.

4. Prinsip dan Unsur Pokok Total Quality Management

Total Quality Management merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen khanualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilain dari suatu organisasi . Menurut Hensler dan Brunell (dalam Scheuing dan Christopher, 1993, pp. 165-166), ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut adalah :

a. Kepuasan Pelanggan

Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan

(9)

untuk kepuasan pelanggan. b. Respek Terhadap Setiap Orang

Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap orang karyawan dipandang sebagai inividu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan. c. Manajemen Berdasarkan Fakta

Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya, bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritisasi yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dengan mengggunakan data maka menajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.

Konsep kedua, variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian manajemendapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

(10)

d. Perbaikan Berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan perencanaan, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

Ada 10 unsur-unsur dalam Total Quality Management, adalah sebagai berikut :

a. Fokus Pada Pelanggan

Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

b. Obsesi Terhadap Kualitas

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang diterapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya.

c. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan Ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaannya dan dalam proses pengambilan

(11)

keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang di desain tersebut.

d. Komitmen Jangka Panjang

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapam TQM dapat berjalan dengan sukses. e. Kerja Sama Tim (teamwork)

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan yang dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan, maupun karyawan lembaga-lembaga pemerintah atau masyarakat sekitarnya.

f. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

Setiap produk / jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem / lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.

g. Pendidikan dan Pelatihan

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penndidikan dan pelatihan merupakan factor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia.

(12)

h. Kebebasa yang Terkendali

Kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. Pengendalian itu sendiri dilakukan terhadap metode-metode pelaksanaan setiap proses tertentu. Dalam hal ini karyawan perlu melakukan standardisasi proses dan mereka juga yang mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti standar tersebut.

i. Kesatuan Tujuan

Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja. j. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hasil yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar berarti melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh-sungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan yang memungkinkannpara karyawan untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaan dalam parameter yang di tetapkan dengan jelas.

(13)

5. Elemen – Eleisten Pendukung Total Quality Manajemen (TQM)

a. Kepemimpinan

Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan menggali siapa-siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika memutuskan untuk menggunakann TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer senior sebagai penasihat, guru, dan pimpinan tidak bisa diremehkan. Pimpinan Senior suatu organisasi harus sepenuhnya menghayati implikasi manajemen di dalam suatu ekonomi internasional di mana manajer yang paling berhasil, paling mampu, dan paling hebat pendidikannya di dunia harus diperebutkan melalui persaingan yang ketat hidup yang berat ini akan menyadarkan manajer senior mengakui bahwa mereka harus mengembangkan secara partisipatif, baik misi, visi, maupun proses manajemen, yang dapat mereka gunakan untuk mencapai keduanya.

b. Komunikasi

Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal

(14)

manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan.

c. Pengukuran

Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting di dalam menetapkan proses manajemen mutu. Penjelasan, pendapat harus diganti dengan data dan setiap orang harus diberi tahu bahwa yang penting bukan yang dipikirkan, melainkan yang diketahuinya berdasarkan data. Di dalam menentukan penggunaan data, kepuasan pelanggan eksternal harus diukur untuk menentukan seberapa jauh pengetahuan pelanggan bahwa kebutuhan mereka benar-benar dipenuhi.

C.

Kinerja

Kinerja menurut Sudarmanto (2009:6) menyatakan bahwa “kinerja adalah

pertanyaan kunci terhadap efektivitas atau keberhasilan organisasi”. Menurut

As’ad (2003) kinerja (job performance) adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.

(15)

Serta menurut Wijaya Bernardin (2001,143) menyatakan bahwa “kinerja

adalah catatan hasil yang dihasilkan atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama periode waktu tertentu”.

Menurut Darokah dan Ilyas (2001) menyatakan bahwa “Kinerja adalah

suatu catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan kerja oleh seluruh aktivitas kerja dalam periode waktu tertentu”.

Dengan pemahaman kinerja diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah perumusan tujuan, terdapatnya kerja sama, sifatnya berkelanjut, terjadi komunikasi dua arah dan terdapat umpan balik.

1. Pengukuran Kinerja

Menurut Sudarmanto (2009 : 11) menyatakan bahwa ada 4 hal dalam pengukuran kinerja, yaitu :

a. Pengukuran kinerja dikaitkan dengan analisis pekerjaan, uraian pekerjaan.

b. Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengukur sifat/karakter pribadi.

c. Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengukur hasil dari pekerjaan yang dicapai.

d. Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengukur perilaku atau tindakan-tindakan dalam pencapaian hasil.

(16)

As’ad (2003) mengatakan bahwa “dalam mengukur job performance,

masalah yang paling penting adalah menetapkan kriterianya”. Usaha untuk

menentukan ukuran tentang suksesnya pengukuran dalam kinerja ini amatlah sulit, karena seringkali pekerjaan itu begitu komplek sehingga sulit ada ukuran output yang pasti. Hal seperti ini terutama terdapat pada jabatan-jabatan yang bersifat administratif. Menurut Maier (1965) dalam As’ad (2003) mengatakan bahwa :

Yang umum dianggap sebagai kriteria kinerja antara lain ialah: kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan. Dikatakan selanjutnya bahwa dimensi mana yang penting adalah berbeda antara pekerjaan yang satu dengan lainnya.

Jika kriteria kinerja pekerjaan sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya dalam mengukur performance adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan hal-hal tersebut dari seseorang selama periode tertentu. Dengan membandingkan hasil ini terhadap standar yang dibuat untuk periode waktu yang bersangkutan, akan didapatkan level of

performance seseorang.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam perusahaan yaitu untuk menilai keberhasilan perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan oleh perusahaan

(17)

tersebut. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur yang menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.

2. Dimensi Kinerja

Menurut Dwiyanto (2002) dalam buku Kinerja dan pengembangan Kompetensi SDM, mengemukakan ada 5 indikator untuk mengukur kinerja organisasi, yaitu :

a. Produktivitas, dengan mengukur tingkat efisiensi, efektivitas pelayanan, dan tingkat pelayanan publik dalam rangka mencapai hasil yang diharapkan.

b. Kualitas Layanan, dengan mengukur kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diberikan.

c. Responsitas, dengan mengukur kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masayarakat, menyusun agenda dan perioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi rakyat.

d. Responsibilitas, menjelaskan / mengukur kesesuaian pelaksana kegiatan organisasi publik yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi.

(18)

e. Akuntabilitas, seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi public tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat atau ukuran yang menunjukkan tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai norma eksternal yang ada di masyarakat atau yang dimiliki stakeholder.

Referensi

Dokumen terkait

Teori ini mendukung penelitian bahwa sebagian besar keluarga mengalami peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap kearah yang lebih positif setelah diberikan pendidikan kesehatan

» Tahap penempatan: mereka menghadapi pemerasan oleh agen-agen di negara tujuan dan para majikan (misalnya penahanan gaji, pengurangan gaji, gaji tidak dibayar), kontrak kerja

Faktanya, berbagai upaya yang dilakukan pemuda dalam mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran telah berhasil meningkatkan ketahanan masyarakat desa.

Tidak jauh be da dengan penelitia n yang di atas, pe nelitian yang ditulis ole h Noviar (2000) dengan judul “E valua si Strategi Pem asaran Hotel Jaya karta

Hasil penelitian dengan sampel 20 berdasarkan nilai rata-rata terlihat tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa, pada sampel 20 berdasarkan nilai tengah juga tidak ada perbedaan

Boleh berbeda, tetapi tidak menjadi antagonis yang sulit didamaikan (Miftah Thoha, 2008:95). Pada prinsipnya Indonesia adalah negara hukum, maka UUD 1945 merupakan sumber

Media Audiovisual merupakan salah satu media yang cocok dalam proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang mana siswa terlibat langsung