• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA

BARAT MARET 2017 MEMBAIK

GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,390

 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Papua Barat yang diukur dengan Gini Ratio sebesar 0,390. Angka ini membaik jika dibandingan dengan kondisi September 2016 (0,401 poin). Tetapi jika dibandingan dengan Maret 2016 memperlihatkan kondisi yang kurang baik, karena ada kenaikan nilai

Gini Ratio sebesar 0,017 poin (Maret 2016 = 0,373 poin).

Gini Ratio perkotaan pada Maret 2017 sebesar 0,349 turun 0,008 poin jika

dibandingkan kondisi September 2016 dan jika dibandingan Maret 2016 terjadi kenaikan 0,023 poin. Sementara Gini Ratio di daerah pedesaan pada Maret 2017 sebesar 0,392 turun sebesar 0,002 poin dari September 2016, dan jika dibandingkan secara y-o-y dengan Maret 2016 terdapat kenaikan nilai Gini Ratio sebesar 0,017 poin.

 Selama periode Maret 2016-Maret 2017, distribusi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah masih dalam kategori ketimpangan sedang, namun distribusinya semakin menurun yaitu dari 16,36 persen pada Maret 2016 menjadi 16,12 persen pada Maret 2017.

 Distribusi pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di perkotaan pada Maret 2017 tercatat sebesar 19,52 persen menurun dibandingkan Maret 2016 yang sebesar 19,84 persen, namun meningkat jika dibaningkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 18,61 persen. Sementara untuk daerah pedesaan distribusi pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2017 sebesar 15,76 persen menurun jika dibandingakan dengan Maret 2016 (16,32 persen) dan September 2016 (16,49 persen).

(2)

1.

Perkembangan Gini Ratio, Mareet 2009 - Maret 2017

Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Gini Ratio Papua Barat pada Maret 2009 tercatat sebesar 0,353 dan mengalami fluktuasi hingga September 2016 menigkat menjadi 0,401. Pada Maret 2017 Gini Ratio tercatat sebesar 0,390 menurun 0,011 poin dibandingkan Gini Ratio pada September 2016 yang sebesar 0,401 dan apabila dibandingkan dengan Gini Ratio pada Maret 2016 (y-o-y) terjadi kenaikan sebesar yang sebesar 0,017 poin. (Maret 2016=0,373). Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerataan pengeluaran di Papua Barat belum mengalami perbaikan secara signifikan.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio perkotaan pada Maret 2017 sebesar 0,349 turun 0,008 poin jika dibandingkan kondisi September 2016 yang sebesar 0,357 poin, dan jika dibandingan Maret 2016 terjadi kenaikan 0,023 poin. Sementara Gini Ratio di daerah pedesaan pada Maret 2017 sebesar 0,392 turun sebesar 0,002 poin dari September 2016 yang sebesar 0,394 poin, dan jika dibandingkan secara y-o-y dengan Maret 2016 yang sebesar 0,376 terdapat kenaikan nilai Gini Ratio sebesar 0,017 poin.

Kategori Gini Ratio

< 0,3 : Ketimpangan Rendah 0,3<GR<0,5 : Ketimpangan Sedang > 0,5 : Ketimpangan Parah

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Tabel 1. Gini Ratio menurut tipe daerah Maret 2009-Maret 2017

Tahun Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan

(1) (2) (3) (4) Maret 2009 0.259 0.327 0.353 Maret 2010 0.291 0.346 0.381 Maret 2011 0.335 0.414 0.416 Sept 2011 0.285 0.379 0.374 Maret 2012 0.42 0.362 0.425 Sept 2012 0.341 0.357 0.407 Maret 2013 0.391 0.388 0.431 Sept 2013 0.402 0.364 0.418 Maret 2014 0.437 0.391 0.439 Sept 2014 0.373 0.355 0.405 Maret 2015 0.343 0.476 0.44 Sept 2015 0.349 0.461 0.428 Maret 2016 0.326 0.376 0.373 Sept 2016 0.357 0.394 0.401 Maret 2017 0.349 0.392 0.390

(3)

Disamping Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya dibawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12-17 persen, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada diatas 17 persen.

Gambar 1. Perkembangan Gini Ratio Menurut Wilayah Maret 2009- Maret 2017

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

2.

Perkembangan Distribusi Pengeluaran, Maret 2016 - Maret 2017

Tabel 2. Distribusi Pengeluaran Penduduk Papua Barat, Maret 2016 - Maret 2017 (Persentase)

Daerah/ Tahun Persen Terbawah Penduduk 40 Persen Menengah Penduduk 40 Penduduk 20 Persen Atas Total

(1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan Maret 2016 19.84 39.67 40.49 100.00 September 2016 18.61 38.28 43.10 100.00 Maret 2017 19.52 37.27 43.22 100.00 Pedesaan Maret 2016 16.32 40.83 42.85 100.00 September 2016 16.49 37.50 46.01 100.00 Maret 2017 15.76 39.57 44.67 100.00 Perkotaan + Pedesaan Maret 2016 16.36 40.69 42.95 100.00 September 2016 15.85 37.87 46.28 100.00 Maret 2017 16.12 39.27 44.61 100.00

(4)

Pada Maret 2017, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 16,12 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah. Persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah pada bulan Maret 2017 ini menurun jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2016 yang sebesar 16,36 persen dan jika dibandingkan dengan kondisi September 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,27 poin persen.

Sejalan dengan informasi yang diperoleh dari Gini Ratio bahwa ketimpangan di pedesaan lebih parah dibandingkan dengan ketimpangan di perkotaan, ukuran Bank Dunia juga menunjukkan hal yang sama, yaitu di perkotaan tergolong ketimpangan rendah (diatas 17 persen) sementara di perdesaan tergolong ketimpangan sedang (12-17 persen).

Berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan pada Maret 2017 adalah sebesar 19,52 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah Angka ini tercatat meningkat dibanding kondisi September 2016 yang sebesar 18,61 persen, namun lebih rendah dari kondisi Maret 2016 yang sebesar 19,84 persen. Sementara di daerah perdesaan, persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2017 adalah sebesar 15,76 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan sedang dan angkanya menurun baik dibanding kondisi Maret 2016 (16,32 persen) maupun September 2016 (16,49 persen).

Gambar 2. Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen Terbawah menurut tipe Wilayah,

Maret 2016 - Maret 2017

(5)

Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk selama periode Maret 2016–Maret 2017 diantaranya adalah :

a. Pergeseran jumlah “status pekerja bebas di pertanian” naik dari 796 orang pada Agustus 2017 menjadi 1.521 orang di Februari 2017. Selain itu ada terjadi peningkatan jumlah pekerja keluarga dari 63.079 orang (Austustus 2016) naik menjadi 80.003 orang (Februari 2017).

b. Penyaluran raskin untuk rumah tangga sasaran pada periode Januari – Februari 2017 mengalami keterlambatan. Hal ini sangat berdampak terhadap pengeluaran perkapita untuk komoditas makanan pada kelompok 40 persen terbawah.

c. Pengeluaran perkapita Maret 2017 jika dibandingkan Maret 2016 didapati bahwa pengeluaran perkapita kelompok 20 persen atas meningkat 1,66 persen dan pengeluaran perkapita penduduk kelompok 40 persen terbawah mengalami penurunan 0,24.

(6)

Tabel 3 .

Gini Ratio Menurut Provinsi,

Maret 2016, September 2016 dan Maret 2017

Provinsi

Maret 2016 September 2016 Maret 2017

Kota Desa K+D Kota Desa K+D Kota Desa K+D

Aceh 0.343 0.288 0.333 0.362 0.296 0.341 0.347 0.293 0.329 Sumatera Utara 0.334 0.282 0.319 0.333 0.270 0.312 0.342 0.256 0.315 Sumatera Barat 0.353 0.288 0.331 0.323 0.267 0.312 0.336 0.276 0.318 Riau 0.369 0.309 0.347 0.368 0.309 0.347 0.353 0.289 0.325 Jambi 0.377 0.313 0.349 0.403 0.292 0.346 0.384 0.284 0.335 Sumatera Selatan 0.373 0.293 0.348 0.397 0.306 0.362 0.384 0.317 0.361 Bengkulu 0.385 0.302 0.357 0.405 0.296 0.354 0.390 0.305 0.351 Lampung 0.393 0.330 0.364 0.384 0.311 0.358 0.364 0.297 0.334 Bangka Belitung 0.289 0.240 0.275 0.318 0.239 0.288 0.303 0.219 0.282 Kepulauan Riau 0.351 0.284 0.354 0.346 0.264 0.352 0.327 0.279 0.334 DKI Jakarta 0.411 - 0.411 0.397 0.397 0.413 0.413 Jawa Barat 0.423 0.317 0.413 0.412 0.310 0.402 0.412 0.324 0.403 Jawa Tengah 0.381 0.323 0.366 0.382 0.313 0.357 0.386 0.327 0.365 DI Yogyakarta 0.423 0.334 0.420 0.423 0.343 0.425 0.435 0.340 0.432 Jawa Timur 0.423 0.333 0.402 0.433 0.313 0.402 0.418 0.326 0.396 Banten 0.402 0.264 0.394 0.399 0.248 0.392 0.381 0.267 0.382 Bali 0.369 0.329 0.366 0.378 0.335 0.374 0.382 0.325 0.384

Nusa Tenggara Barat 0.391 0.317 0.359 0.410 0.306 0.365 0.413 0.314 0.371 Nusa Tenggara Timur 0.330 0.281 0.336 0.344 0.317 0.362 0.362 0.311 0.359 Kalimantan Barat 0.373 0.296 0.341 0.361 0.275 0.331 0.356 0.274 0.327 Kalimantan Tengah 0.359 0.296 0.330 0.364 0.326 0.347 0.370 0.310 0.343 Kalimantan Selatan 0.346 0.297 0.332 0.363 0.298 0.351 0.365 0.292 0.347 Kalimantan Timur 0.314 0.288 0.315 0.314 0.313 0.328 0.323 0.298 0.330 Kalimantan Utara 0.304 0.268 0.300 0.308 0.280 0.305 0.298 0.268 0.308 Sulawesi Utara 0.386 0.355 0.386 0.388 0.350 0.379 0.405 0.355 0.396 Sulawesi Tengah 0.387 0.320 0.362 0.372 0.308 0.347 0.379 0.309 0.355 Sulawesi Selatan 0.422 0.367 0.426 0.409 0.340 0.400 0.410 0.348 0.407 Sulawesi Tenggara 0.407 0.367 0.402 0.395 0.352 0.388 0.403 0.358 0.394 Gorontalo 0.414 0.392 0.419 0.402 0.397 0.410 0.417 0.403 0.430 Sulawesi Barat 0.393 0.347 0.364 0.441 0.341 0.371 0.424 0.323 0.354 Maluku 0.327 0.313 0.348 0.338 0.303 0.344 0.333 0.312 0.343 Maluku Utara 0.295 0.249 0.286 0.326 0.251 0.309 0.322 0.265 0.317 Papua Barat 0.326 0.376 0.373 0.357 0.394 0.401 0.349 0.392 0.390 Papua 0.312 0.383 0.390 0.318 0.392 0.399 0.322 0.395 0.397 NASIONAL 0.410 0.327 0.397 0.409 0.316 0.394 0.407 0.320 0.393

(7)

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Sowi IV No. 99, Manokwari 98312 Telp (0986) 2702414 Info lebih lanjut hubungi :

Dedi Cahyono, SE, MA, MSE

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Gini Ratio Menurut Wilayah  Maret 2009- Maret 2017
Gambar 2. Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk  40 Persen Terbawah menurut tipe Wilayah,

Referensi

Dokumen terkait

Di Wilayah Kecamatan Sako yang merupakan daerah endemis DBD dengan angka kejadian DBD tertinggi pertama pada tahun 2019 terjadi 26 kasus penyakit dan tahun 2018 terjadi

jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan berakhir, atau Grup mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko

Walaupun dalam penelitian ini menunjukkan hasil peningkatan yang signifikan antara permainan halang rintang terhadap kemampuan gerak dasar lokomotor anak autis,

Muntinghe yang dianggap sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidang hukum diangkat sebagai sekretaris Dewan Hindia, yang bertugas mendampingi Gubernur

Dalam sambutannya Wakil Bupati Yuli Hastuti mengatakan, pelajar merupakan bagian yang potensial di bidang pembangunan olahraga, sehingga penyelenggaraan POPDA merupakan

Tahap Pasca Kontruksi (Operasional) Aktifitas pasien rawat jalan, pengunjung dan petugas Puskesmas Penuruna n tingkat kebersiha n ruangan, peningka tan timbulan sampah Jumlah

Untuk mendapatkan minimum attractive rate of return (MARR), yang digunakan sebagai acuan untuk menetapkan apakah suatu investasi jalan tol layak atau tidak layak