Ak
Akununtatabibililitatas, s, MaMareret t 20200707, , hahal. l. 18186-6-191933 ISSN
ISSN 14121412-0240-0240
Str
Strate
ategi Menin
gi Meningka
gkatka
tkan
n Kep
Kepatu
atuhan
han Waj
Wajib P
ib Paja
ajak
k
JO
JOHN HN HUHUTAGTAGAOAOL L *, W*, WING ING WAWAHYHYU U WIWINANARNRNO, O, ARARYA PRAYA PRADIPDIPTATA Pro
Progragram m StuStudi Dokdi Doktor tor IImu IImu A Akunkuntantansi si FakFakultultas as EkoEkonomnomi i UniUniverversitsitas as IndIndoneonesiasia Jln
Jln. . SalSalembemba a RayRaya a No.No.4, 4, JakJakartarta a 10410430, 30, TelTel. . 021021.31.31936936539539, , 3193193643643434
Dit
Diterierima ma 6 6 DesDesembember er 2002006, D6, Diseisetujtujui ui 19 19 JanJanuaruari i 20020077
Vol. 6, No.2 Vol. 6, No.2
Abstract: The objective of this paper is to examine various factors influencing low obedience of Abstract: The objective of this paper is to examine various factors influencing low obedience of tax
taxpaypayerswhichhaveerswhichhave dirdirectect impimpactonacton thegoverthegovernmenmentincontincomefromtaxmefromtax secsectortor.Fro.Fromm thethe quaqualitlitatiatifreseafresearchrch and the research outcome, the influencing factors include income,
and the research outcome, the influencing factors include income, tax rate, taxpayers, perceptiotax rate, taxpayers, perception on taxn on tax spending, tax treatment, law-enforcement and database.
spending, tax treatment, law-enforcement and database. Hence, the government sHence, the government should manage hould manage thosethose factor
factorss optimoptimallywithallywith concerconcernn onon condiconditionandtionand prioripriorityty inin ordertoorderto increaincreasetaxpayerssetaxpayers' ' obedobedience.Furtheience.Further,r, besides
besides conductingconducting thethe threethree functionscfunctionscommendationoflaw ommendationoflaw dissemination,servicesdissemination,services andand lawlaw enforcement,enforcement, the
the govegovernmenrnment t shoushouldld condconductuct suppsupportinortingg activactivitiesities forfor instainstancence induindustrialpartnersstrialpartnership,hip, leveraleveragege activactivity,ity, and spot
and spot audit to audit to taxpataxpayers yers locatlocation.ion. AvailAvailabilitabilityy of comprehenof comprehensive, accursive, accurate and reliable database willate and reliable database will certainly assist government in conducting the services and control at the same time on th
certainly assist government in conducting the services and control at the same time on the obediencee obedience of of taxpayers.
taxpayers. Key
Key wordswords: : TaxpayTaxpayers'ers' obedobedience,ience, taxtax informinformationation systesystem,m,tax tax incomincomee P
PEENDNDAHUAHULLUANUAN Sej
Sejak dilak dilakuakukankannya nya refreformormasi asi perperpajpajakaakan n yanyangg pertarna
pertarna (t(the he fifirsrst t tatax x rerefoformrm)) pa pada da tatahuhun n 19198484,, dihar
diharapkan apkan penerpenerimaan imaan pajak sebagapajak sebagai i sumbsumber utamaer utama pembiayaan
pembiayaan APBN APBN dapat dapat dipertahankan dipertahankan ke- ke-sinam
sinambungbungannyaannya. . Selain sebSelain sebagai sumber peneragai sumber penerimaanimaan (budgetair),
(budgetair), papajajak k jujuga ga mememimililiki ki fufungngsi si lalain yaiin yaitutu fungsi
fungsi regulerend. regulerend. Mente Menteri ri KeuKeuangangan an menmengatgatakaakann sel
selain ain ditditujuujukan kan untuntuk uk menmeningingkatkatkan kan penpenerimerimaanaan neg
negara, peneara, penerimrimaan aan pajpajakjakjuga uga akaakan diarn diarahkahkan an untuntuk uk me
membmbererikikan an ststimimululus us sesecacara ra teterbrbatatas as gugun n a ma menen~~ duku
dukung ng pertumpertumbuhan buhan ekonekonomi omi yang lebih beryang lebih berkualikualitastas (Fiscal News.
(Fiscal News. 2007). 2007). SelanSelanjutnyjutnya, a, beliabeliau u mengmengatakanatakan bahwa
bahwa kebijakan kebijakan fiskal fiskal dalam dalam tahun tahun 2007 2007 akan akan tetaptetap diarah
diarahkan kan untuuntuk melanjuk melanjutkan tkan reformreformasi asi adminadministrasistrasii da
dan penn penyeyempmpururnanaan an kekebibijajakakan n di bdi bididanang g papajajak,k, kep
kepabeabeanaanan n dan cukdan cukai.ai. Mas
Masalaalah h kepkepatuatuhan han pajpajak ak mermerupaupakan kan masmasalaalahh kla
klasik yang sik yang dihdihadaadapi pi di hdi hampampir ir semsemua ua negnegara ara yanyangg mener
menerapkan apkan sistem sistem perpaperpajakan. jakan. BerbaBerbagai penelitigai penelitianan tel
telah dilakah dilakukaukan n dan kedan kesimsimpulpulannannya ya adaadalah lah masmasalahalah kep
kepatuatuhan han dapdapat at dildilihaihat t dardari i segsegi keuai keuangangan n pubpublik lik (pub
(public lic finanfinance),ce), pene penegakgakan an hukhukumum (law (law enforenforce- ce-ment),
ment), struktu struktur r organorganisasiisasi (organizationa(organizational l structure),structure), ten
tenaga aga kerkerjaja (employees), (employees), etika etika (cod (code e of of conconducduct),t),
*
* PenulisPenulisuntukuntuk korespondensi.Hp.081510810000korespondensi.Hp.081510810000
email:
email: pmjohn_h@yahopmjohn_h@yahoo.como.com
ata
atau u gabgabungungan an dardari i semsemua ua segsegi i tertersebsebut ut (An(Andredreonioni
et
et alal.. 19199898). ). DaDari ri sesegi gi kekeuauangngan an pupublblikik, , kakalalauu
pemerintah
pemerintah dapat dapat menunjukkan menunjukkan kepada kepada publik publik bahwabahwa pengelolaan
pengelolaan pajak pajak dilakukan dilakukan dengan dengan benar benar dan dan sesuaisesuai de
dengngan an kekeiningiginanan n wawajijib b papajajak, k, mamaka ka wawajijib b papajajak k ce
cendnderuerung ng ununtutuk k mememamatutuhi hi atatururan an peperprpajajakakanan.. Namun
Namun sebaliknya sebaliknya bila bila pemerintah pemerintah tidak tidak dapatdapat men
menunjunjukkukkan an penpengguggunaanaan n pajpajak ak secsecara transara transparparanan da
dan n akakununtatabibililitatas, s, mamaka ka wawajijib b papajajak k titidadak k mamauu memba
membayar yar pajak dengan pajak dengan benarbenar. Dari . Dari segi segi penegpenegakanakan huku
hukum, pemerintah m, pemerintah harns meneraharns menerapkan pkan hukuhukum m dengadengann adi
adil kepal kepada da semsemua ua oraorang. Apabng. Apabila ila ada waada wajib jib pajpajak ak tid
tidak ak memmembaybayar ar pajpajak, ak, siasiapappapun un dia (tdia (termermasuasuk k parparaa pejabat
pejabat publik publik ataupun ataupun keluarganya) keluarganya) akan akan dikenakandikenakan sank
sanksi si sesuasesuai ketentuani ketentuan. . Dari segi struktur organisasiDari segi struktur organisasi,, te
tenanaga ga kekerjrja, a, dadan n etetikika, a, diditetekakanknkan an papada da mamasasalalahh intern
internal al di ldi lingkingkungan ungan kantokantor r pajakpajak. Apabila . Apabila strukstruktur tur org
organianisassasinyinya a memmemungungkinkinkan kan kankantor pajator pajak untuk untuk k melay
melayani ani wajib pajawajib pajak k dengadengan profesionn profesional, al, maka wajibmaka wajib pajak
pajak akan akan cenderung cenderung mematuhi mematuhi berbagai berbagai aturan.aturan. P
PEEMMBAHASANBAHASAN Pe
Penenelilititian an inini mi mererupupakakan an pepenenelilititian an teterarapapann (app
(applied lied researesearch)rch) yait yaitu u penpenelielitiatian n yanyang g dildilakuakukankan da
dalalam m rarangngka ka memencncarari i sosolulusi si atatas as susuatatu u mamasasalalahh (Se
(Sekakaran ran 20200303). ). PePenenelilititian an didimamaksksududkakan n ununtutuk k men
mencarcari i solsolusi usi ataatas s suasuatu tu masmasalaalah h yaiyaitu tu renrendahdahnyanya jumlah
jumlah wajib wajib pajak pajak yang yang terdafar terdafar dan dan kepatuhannya.kepatuhannya. Sifat
187 HUTAGAOL, WINARNO, PRADIPTA Akuntabilitas
melibatkan sampel dalamjumlah kecil, baik sampel bersifat individu, grup, atau kejadian (Sekaran 2003). Dalam penelitian digunakan bahan referensi terdiri dari makalah atau penelitian terdahulu mengenai kepatuhan perpajakan, walaupun jumlahnya sangat terbatas yang pemah dilakukan di Indonesia. Oleh karenanya, hasil penelitian di beberapa negara dipakai sebagai referensi. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif (exploratory study) dan menurut Sekaran (2003),jenis penelitian ini cocok dilakukan bila tidak banyak tersedia data dan informasi yang dapat di gunakan dalam pembahasan. Penelitian eksploratif juga tepat dilakukan bila penelitian terdahulu belum banyak dilakukan. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder antara lain jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja, jumlah penerimaan negara (APBN), dan informasi lain yang berhubungart dengan penelitian. Data penelitian diperoleh melalui studi kepustakaan dan sumber data juga diperoleh dari situs Bank Indonesia, situs Departemen Keuangan dan unit-unit kerja yang terkait, situs Bank Dunia, situs IMF, situs Badan Pusat Statistik, dan situs hasil kerja sarna antara Lembaga Penelitian
Universitas Indonesia dengan Australian National University. Tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain yaitu: besamya penghasilan, tarif pajak, persepsi wajib pajak atas penggunaan uang pajak, perlakuan perpajakan, pelaksanaan penegakan hukum, berat (ringan) sanksi perpajakan, dan kelengkapan dan keakuratan
database (AIm, Bahl, Murray. 1990; AIm, Jackson, McKee. 1992; Witte dan Woodbury (1985), Dubin dan Wilde (1988), Andreoni et al. 1998; Alm.1991). Hingga awal tahun 1980-an, penerimaan negara masih mengandalkan pada hasil penjualan minyak dan gas bumi (oil and gas), namun karena sumber daya alam tidak dapat diandalkan lagi (akan habis dan tidak tergantikan), maka Pemerintah mengandalkan penerimaan pajak sebagai sumber utama penerimaan
APBN. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, kontribusi penerimaan perpajakan berkisar antara 67%-71 %, dan penerimaan perpajakan cenderung akan terus meningkat jumlahnya secara absolut dari tahun ke tahun seiring dengan kebutuhan dalam pembiayaan APBN. (lihat tabell).
Tabell. Penerimaan Negara daiamAPBN Tahun 2002 - 2006 (triliun rupiah)
Uraian 2002 2003 2004 2005 2006
(PAN) (PAN) (APBN-P) (APBN-P 2) (APBN) Pendapatan Negara dan Hibah 298,8 341,4 403,8 516,2 625,2 Penerimaan Perpajakan 210,1 242,0 279,2 347,6 416,3
70% 71% 69% 67% 67%
Penerimaan Bukan Pajak 88,4 98,9 123,8 161,4 205,3
Hibah 0,1 0,5 0,7 7,2 3,6
Sumber: Departemen Keuangan RI (www.depkeu.go.id)
Bila dilihat dari struktur jenis penerimaan pajak, pajak penghasilan (income tax) memberikan
kontribusi penerimaan pajak yang besar walau masih
terkonsentrasi pada sejumlah kecil wajib pajak, baik orang pribadi (nature persons) maupun badan (legal persons). (lihat Tabel 2)
Tabel2. Penerimaan Negara dalam APBN Tahun 2004 - 2005 (milyar rupiah)
Mata Anggaran A. Pendapatan Negara dan Hibah
I. Penerimaan Da1am Negeri 1. Penerimaan Perpajakan
a. Pajak Da1am Negeri i. Pajak penghasi1an
1. Migas 2. Non Migas
ii. Pajak pertambahan ni1ai iii. Pajak bumi dan bangunan iv. BPHTB
Sumber: Bank Indonesia (www.bi.go.id)
2004 APBN %PDB 625,237.0 20.6 621,605.4 20.4 416,313.2 13.7 399,321.7 13.1 210,713.6 6.9 37,516.1 1.2 173,197.5 5.7 128,307.6 4.2 15,727.9 0.5 5,280.1 0.2 2005 APBN-P %PDB 659,115.3 21.1 654,882.4 21.0 425,053.1 13.6 410,226.4 13.2 213,698.0 6.9 38,686.0 1.2 175,012.0 5.6 132,876.1 4.3 18,153.8 0.6 4,386.2 0.1 http://www.univpancasila.ac.id 8/13
Vol. 6, 2007 Akuntabilitas 188
Tabel2 (lanjutan). Penerimaan Negara daiamAPBN Tahun 2004 - 2005 (milyar rupiah)
Mata Anggaran v. Cukai
vi. Pajak lainnya
b. Pajak Perdagangan Internasional i. Bea masuk
ii. Pajak/pungutan ekspor 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
a. Penerimaan SDA i.Migas
ii. Non Migas b. Bagian Laba BUMN
c. PNBP Lainnya II. Hibah
Sumber: Bank Indonesia (www.bi.go.id)
2004 2005 APBN %PDB APBN-P %PDB 36,519.7 1.2 38,522.6 1.2 2,772.8 0.1 2,589.7 0.1 16,991.5 0.6 14,826.7 0.5 16,572.6 0.5 13,583.0 0.4 418.9 1,243.7 205,292.3 6.8 229,829.3 7.4 151,641.6 5.0 165,694.9 5.3 146,234.3 4.8 159,788.5 5.1 5,407.3 0.2 5,906.4 0.2 23,278.0 0.8 22,322.5 0.7 30,372.7 1.0 41,811.9 1.3 3,631.6 0.1 4,232.9 0.1
Khusus bagi wajib pajak orang pribadi, penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 220 juta orang pada tahun 2005, yang telah terdaftar memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebanyak 2.622.184 orang (:I: 1,2%). (lihat tabe13).
Tabel3. Jumlah wajib pajak orang rribadi dan badan Tahun 2000-2004
dari potensi (Investor Daily, 31 Juli 2007). Oleh karenanya sangat wajar bila Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2007 meluncurkan program ekstensifikasi untuk mendaftarkan NPWP Wajib pajak orang pribadi yang telah memenuhi persyaratan. Rendahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak belum optimal.
Sumber: www.datastatistik-indonesia.com
Dalam rangka menjaga kesinambungan penerimaan paj ak se bagai tulangpunggung Tabel4. Penduduk umur 15 ke atas yang bekerja
menurut jam kerja seminggu (perkotaan-Perdesaan) 2005 62.835.582 Jumlah Jam kerja 2005 seminggu Jumlah 0 /0 0** 2,410,038 2.54 1-4 227,354 0.24 5-9 1,378,176 1.45 10-14 3,109,514 3.27 15-19 3,934,082 4.14 20-24 6,726,349 7.08 25-34 14,327,023 15.09 35-44 24,644,290 25.98 45-54 22,647,026 23.85 55-59 6,023,486 6.34 60-74 7,427,548 7.82 75+ 2,093,232 2.2 Total 94,948,118 100
Tahun WPOP WPBadan Jumlah
2000 1.320.157 660.736 1.980.893 2001 1.690.193 795.361 2.485.554 2002 2.020.334 879.375 2.899.709 2003 2.327.618 966.802 3.294.420 2004 2.622.184 1.047.876 3.670.060 Sumber: berita pajak dalam Hutagaol #2
Padahaljumlah penduduk berusia kerja (15 tahun atau lebih) menurut hasil survei Lembaga Penelitian Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan Australian National University, yang bekerja 35 jam atau lebih mencapai 62.835.582 jiwa. Bahkan bila penduduk yang bekerja minimal 25 jam seminggu diperhitungkan, jumlah tersebut akan naik menjadi 77,162,605 jiwa. Jumlah tersebut tidak termasuk penduduk miskin, karena dari data Badan Pusat Statistik disebutkan bahwa jumlah penduduk miskin adalah sekitar 38,7 jutajiwa pada tahun 2005. (lihat tabe14). Sehubungan dengan NPWP wajib pajak rang pribadi, Hasan Rahmany, Direktur Ekstensifikasi
Direktorat Jenderal Pajak, menjelaskan bahwa Indonesia sebenamya memiliki potensi sebesar 30 Juta NPWP tetapi saat ini baru sekitar 4 juta wajib pajak orang pribadi yang memiliki NPWP atau 7,5%
189 HUTAGAOL, WINARNO, PRAmPTA
Akuntabilitas
penerimaan negara, Direktorat Jenderal Pajak telah merumuskan dan melaksanakan kebijakan strategis (initiative measures) dengan melakukan penyempumaan seperangkat kebijakan peraturan perpajakan dan administrasi perpajakan (tax policy
and administrative reforms). Pada tahun 2002 didirikan satu kantor wilayah DJP wajib pajak besar (Large Taxpayer Regional Office-LTRO) dan 2 (dua) kantor pelayanan pajak DJP wajib pajak besar (Large Taxpayer District Tax Office-LTO) (Situmorang 2006). Latar belakang pendirian kantor pelayanan pajak DJP wajib pajak besar adalah untuk mengelola penerimaan pajak secara lebih professional dengan mengadministrasikan penerimaan pajak dari sejumlah kecil wajib pajak yang memberikan kontribusi penerimaan pajak yang signifikan. Pada kedua kantor pelayanan pajak DJP wajib pajak besar, awalnya terdaftar 200 wajib pajak besar. Kantor pelayanan pajak DJP wajib pajak besar dilengkapi
dengan sarana dan prasarana, sistem dan metode kerja, sumber daya manusia yang berkualitas.
Struktur organisasinya didesain secara khusus yang berorientasi pada fungsi dan para pegawainya terikat pada kode etik pegawai (code of conduct). Kantor pelayanan pajak DJP wajib pajak besar diharapkan mampu memberikan pelayanan yang lebih professional (excellent services) dan juga melakukan pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak (taxpayers' compliance). Selain itu, pada kant or pelayanan pajak DJP wajib pajak besar, ditugaskan sekelompok pegawai yang memiliki kriteria khusus sebagai account representative dengan tugas dan tanggungjawab untuk memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Sehubungan dengan pendirian kantor pelayanan pajak DJP wajib pajak besar tersebut, Menteri Keuangan yakin bahwa
langkah Pemerintah akan berhasil dalam meng-amankan kesinambungan penerimaan pajak sebagai penyangga APBN, sehingga ke depan penerimaan pajak dapat bertumbuh dari tahun ke tahun dengan
kenaikan berkisar a,ntara 20-25% (Bisnis Indonesia, 2006). Pada tahun 2005 kantor pelayanan pajak DJP wajib pajak besar berhasil meningkatkan penerimaan pajak hingga 40%. Oleh karena itu, Menteri
Keuangan merencanakan untuk memperluas penerapan modemisasi administrasi perpajakan
(modern tax administration) pada seluruh kantor pelayanan pajak di Indonesia (Bisnis Indonesia, 2006). Dalam perkembangannya, modemisasi administrasi perpajakan terus bergulir dengan mendirikan kantor pelayanan pajak Madya (medium taxpayer office) pada setiap kantor wilayah dan kantor pelayanan pajak Pratama (small taxpayer office).
Dalam rangka menjamin kesinambungan
penerimaan pajak sebagai sumber utamaAPBN dan memberikan keadilan dalam berusaha (level of playingfields), Pemerintah perlu memperluas basis
pajak dengan meningkatkanjumlah wajib pajak yang terdaftar untuk memiliki NPWP dan sekaligus kepatuhannya. Menurut AIm, Bahl, Muray (1990), upaya tersebut akan menemui banyak kendala (obstacles) karena orang cenderung untuk meng-hindari pajak (tax avoidance) atau melakukan manipulasi pajak (tax evasion). Artikel ini bertujuan untuk membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan upaya yang seyogianya dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak sehingga kesinambungan penerimaan pajak dapat terjamin. Menurut Choiruman (2004), berhubung penerimaan pajak dibutuhkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan, Pemerintah akan terus berupaya menggali potensi pajak (tax coverage) seoptimal mungkin dan juga meningkatkan kepatuhan wajib pajak (taxpayers' compliance). Namun upaya tersebut akan menghadapi berbagai
kendala antara lain adalah rendahnya kesadaran masyarakat (taxpayers' awareness) untuk mem- bayar pajak, belum optimalnya pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan dbidang perpajakan, dan banyak potensi pajak yang belum tergali dan terealisasi secara optimal sehingga tax ratio nya rendah (Kurniawan, 2004).
Penelitian terdahulu (previous research). Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menyangkut kepatuhan wajib pajak disajikan di bawah ini:
AIm, Bahl, Murray (1990). AIm, Bahl, dan Murray (1990) meneliti kepatuhan para pembayar pajak di Jamaika. Penelitian dilakukan terhadap 1.345 perusahaan (dengan total karyawan berjumlah 69.724
orang) dengan objek penelitian berupa pemotongan Pajak Penghasilan oleh perusahaan untuk tahun 1984. Penelitian dilakukan secara acak (random) terhadap
10.000 wajib pajak orang pribadi (individual taxpayers). Pajak penghasilan di Jamaika memberi kontribusi penerimaan negara sebesar 28,9% dan 90% dari jumlah tersebut diperoleh melalui pemotongan (withholding) oleh pemberi kerja
(employers). Tarifpajak di Jamaika berjenjang dan progresif, yaitu 30%, 40%, 45%, 50%, dan 57,5%.
Pemerintah Jamaika memberlakukan aturan bahwa perusahaan yang tidak melaporkan dengan benar perhitungan dan pemotongan pajak atas penghasilan
karyawannya, akan diperiksa oleh Dinas Pajak Jamaika (The Revenue Board of the Government of Jamaica). AIm, Bahl, dan Murray (1990) menemukan bahwa hanya 8% wajib pajak yang
Vol. 6,2007
menghitung dan membayar pajak penghasilan dengan benar, da? 26% melakukan lebih bayar (tax refunds), sedang slsanya sebesar 66% kurang bayar (unpaid tax). AIm, Bahl, dan Murray (1990) menyimpulkan bahwa wajib pajak akan lebih patuh (lebih menentang)
terhadap sistem pajak bila tarif pajaknya semakin rendah (tinggi). Namun untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, diperlukan perubahan kompre-hensif (comprehensive change) yang meliputi perubahan tarif pajak (tax rate), dasar pengenaan pajak (tax base), dan perbaikan administrasi perpajakan (tax administrative reform).
Rendahnya kepatuhan wajib pajak dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi yang paling utama adalah karena tidak adanya data tentang wajib pajak yang dapat digunakan untuk mengetahui kepatuhan-nya (AIm, Bahl, Murray. 1990). Kalaupun ada datanya, biasanya tersebar di berbagai temp at dengan struktur yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan di New Zealand, Pemerintah menerapkan aturan-aturan baru yang tujuannya mendorong kepatuhan sukarela wajib pajak (volun-tarily compliance). Contoh, semua pembayaran yang dilakukan kepada pemasok (suppliers), apabila dilakukan melalui transfer bank dapat digunakan sebagai pajak masukan (tax credit), sedang bila dibayar dengan kas tidak bisa dianggap sebagai pajak masukan. Aturan tersebut diberlakukan agar semua transaksi perusahaan dapat dilacak (traceable). (Anonim, http://www.executive.govt.nz/96-99/ compliance/chapter7.htm).
Pemerintah New Zealand mendorong para wajib pajak melakukan transaksi melalui bank atau media elektronik bertujuan agar data wajib pajak dapat dipelajari dan diteliti oleh Pemerintah. Aparat pajak tidak lagi mempelajari dokumen-dokumen fisik tetapi sudah menganalisis data melalui basis data yang terse bar di berbagai lokasi. Analisis data digital ter-sebut memakan waktu lebih singkat dibanding dengan analisis data secara manual.
AIm, Jackson, McKee (1992). AIm, Jackson, dan McKee (1992) menindaklanjuti penelitian yang dilakukan oleh Yankelovich, Skelly, and White, Inc. (1984) yang menemukan bahwa 52% pembayar pajak (taxpayers) di Amerika Serikat merasa bahwa perlakuan IRS terhadap mereka tidak konsisten pada kondisi yang relatifsama. AIm, Jackson, dan McKee menggunakan penelitian laboratorium dengan sampel yang terdiri atas 25 percobaan yang masing-masing terdiri atas 15 orang mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengantar Ekonomi. Penelitian dilakukan dengan memberikan pendapatan kepada masing-masing sampel dan mereka diminta untuk melaporkan pendapatannya tersebut. Penelitijuga menggunakan
Akuntabilitas 190
tarif pajak, kemungkinan peserta untuk diperiksa (audit), dan bilaketahuan curang maka mereka akan didenda.
Ha~ilpenelitianAlm, Jackson, dan McKee (1992) menunJukkan bahwa sanksi untuk diperiksa ber- pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan seorang Wajib Pajak. Namun ada hal yang menarik dari hasil penelitian tersebut yaitu apabila wajib pajak menerima imbal balik dari Pemerintah berupa public goods, tingkat kepatuhanjustru menurun (meskipun dalam jumlah yang kecil). Witte dan Woodbury (1985), dan Dubin dan Wilde (1988). Salah satu kesulitan yang mendasar dalam penetapan pajak yang terutang sesungguhnya adalah tidak adanya data dan informasi yang lengkap dan terpercaya mengenai wajib pajak. Sehingga timbul kecenderungan wajib pajak dengan sengaja menyembunyikan informasi
tentang perilaku ketidakpatuhannya. Kondisi tersebut juga menyulitkan riset empiris yang bertujuan menguji kepatuhan wajib pajak (Komalasari dan Nashih, 2005). Informasi yang dilaporkan oleh para wajib pajak belum tentu menunjukkan informasi yang benar
mengenai dirinya. Untuk meningkatkan kualitas informasi tersebut, perlu dicocokkan dengan informasi lain, misalnya data sensus, atau data lain yang dimiliki oleh pemerintah. (Witte dan Woodbury 1985).
Selanjutnya, Witte dan Woodbury (1985) dan Dubin dan Wilde (1988) dengan menggunakan data milik IRS dan menghubungkan data sensus menyimpulkan bahwa tingkat kepatuhan penyampaian SPT lebih tinggi: pada daerah yang lebih banyak penduduk kulit putihnya dan proporsi penduduk yang berumur lebih dari 65 tahun lebih besar; pada karyawan perusahaan manufaktur atau pabrik. Sebaliknya, pada daerah yang sebagian besar penduduknya berkulit putih, persentase kepatuhan perpajakan lebih tinggi bila dibanding dengan
daerah-daerah lain. Hasil tersebut akan semakin signifikan bila proporsi penduduk senior (senior citizens) lebih besar.
Hasil yang agak unik adalah karyawan pabrik relatiflebih taat dalam melaporkan pajaknya dibanding karyawan jenis lainnya (termasuk para profesional seperti dokter, akuntan, pengacara, dan bankir). Tidak dapat diketahui mengapa para karyawan pabrik tersebut lebih patuh, apakah karena mereka memang bemiat jujur dalam melaporkan pajak penghasilannya, atau karena mereka tidak pintar dalam memanipulasi pajak, seperti para pekerja kantor dan para profesional. Andreoni et al. 1998. Tinggi (rendah) tingkat kepatuhan wajib pajak dapat diketahui dari besar (kecil) selisih antara pajak yang benar-benar diterima oleh negara dan pajak yang seharusnya diterima. Semakin besar (kecil) selisih tersebut
19\ HUTAGAOL, WINARNO, PRADIPTA
menunjukkan tingkat kepatuhan yang tinggi (rendah). Tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih rendah akan menimbulkan selisih antara jumlah pajak yang dibayar oleh wajib pajak denganjumlah pajak yang seharusnya dibayar semakin besar. Selisih tersebut merupakan kesempatan penerimaan pajak yang hilang (tax revenueforgone), karenajumlah tersebut seharusnya diterima oleh Pemerintah tetapi kenyataannya tidak. Untuk mengetahui besamya selisih tersebut memang tidak mudah. Untuk mengetahui selisih antara pajak yang dilaporkan/ dibayar dan pajak yang seharusnya dibayar (terutama oleh wajib pajak orang pribadi), di Amerika Serikat diperkenalkan suatu program yang disebut Taxpayer Compliance Measurement Program (TeMP). Dengan program tersebut, Inland Revenue Service, Otoritas Pajak di Amerika Serikat, melakukan pemeriksaan secara acak (random audit) atas pelaporan SPT. Persentase wajib pajak yang dilakukan pemeriksaan pada tahun 1965 mencapai 4,75% dan pada tahun 1990 cuma 0,8%. Pada tahun-tahun berikutnya meningkat, tetapi tidak lebih dari 1,75% (Alm, 1991). Meskipun tidak sepenuhnya dapat mengungkap Wajib Pajak potensial yang masih tersembunyi, namun program tersebut menghasilkan informasi terpercaya tentang tingkat kepatuhan Wajib Pajak (Andreoni et al. 1998). Pada tahun 1988,
misalnya, diketahui sebanyak 40% wajib pajak orang pribadi membayar pajaknya terlalu rendah, 53% membayar dengan benar, dan 7% lebih membayar pajak.
AIm, Bahl, Murray (1991), besamya tarifpajak dan penghasilan dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. AIm, Bahl, Murray (1990) melakukan penelitian atas data para wajib pajak di Jamaika, dan
menyimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak ditentukan oleh 2 (dua) hal, yaitu tarif pajak dan penghasilan. Semakin rendah tarif pajak, semakin patuh wajib pajak, demikian pula semakin besar penghasilan seseorang, semakin patuh. Orang dengan penghasilan yang tinggi perlu dikenai tarif pajak yang lebih tinggi pula (Booker, 1945). Meskipun demikian, dapattetjadi para wajib pajak membagi penerimaannya agar tidak termasuk ke dalam persentase pengenaan pajak yang tinggi (Goolsbee, 2000), misalnya penghasilan tahun tersebut sebagian dilaporkan
sebagai penghasilan tahun berikutnya.
Di Jepang, reformasi perpajakan dilakukan dengan menetapkan tariftunggal pajak menjadi 20% pada tahun 1989 (Harta, 1992). Selain itu, tarip pajak penghasilan diturunkan dari tingkat tertinggi sebesar 88% menjadi 65%. Penerimaan pajak langsung terse but secara total sedikit menurun, tetapi penerimaan pajak tidak langsung justru meningkat
Akuntabilitas
tajam. AIm (1991) juga menyimpulkan bahwa semakin tinggi tarif pajak, orang cenderung mengecilkan penghasilan yang dilapork~n kepad~ otoritas pajak. Berdasarkan data dan mformasl mengenai kepatuhan wajib pajak dan hasil evaluasi-nya, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut: wajib pajak yang memiliki penghasilan (income) yang semakin besar cenderung lebih patuh, penerapan tarif yang lebih rendah mendorong kepatuhan wajib pajak ketimbang penerapan tarif pajak yang tinggi, penerapan sanksi perpajakan mendorong kepatuhan
wajib pajak, persepsi wajib pajak mengenai penggunaan uang pajak secara transparan dan
akuntabilitas oleh Pemerintah mendorong kepatuhan wajib pajak, perlakuan perpajakan yang adil (level of playing fields) mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, Data-base yang lengkap dan akurat berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan penegakan hukum dan juga kepatuhan wajib pajak.
Selanjutnya kepatuhan wajib pajak berpengaruh pada penerimaan pajak.
Wajib pajak yang memiliki penghasilan besar cenderung untuk lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena yang berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan kewajiban perpajakannya. Namun jika sistem administrasi otoritas perpajakan dari suatu negara lemah dalam artian tidak mampu mengawasi kepatuhan substansi pembayaran pajak dari wajib pajak, maka hal tersebut dapat mendorong wajib pajak
tersebut tidak patuh. Penerapan tarif pajak yang rendah mendorong kepatuhan wajib pajak karena jumlah kewajiban pembayaran pajak tidak memberatkannya. Selain itu, wajib pajak beranggapan bahwa jumlah pajak yang dibayar sesuatu yang wajar
karena Pemerintah telah menyediakan fasilitas umum yang dibutuhkan dalam menggerakkan perekonomian. Penerapan sanksi perpajakan baik administrasi (denda, bunga dan kenaikan) dan pidana (kurungan atau penjara) mendorong kepatuhan wajib pajak. Namun penerapan sanksi harus konsisten dan berlaku terhadap semua wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan. Persepsi wajib pajak bahwa uang pajak digunakan oleh Pemerintah secara transparan dan akuntabilitas mendorong kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila uang pajak nantinya
diperuntukkan untuk membiayai pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) serta pembangunan. Penerapan perlakuan perpajakan
yang adil terhadap wajib pajak mendorong kepatuhan wajib pajak karena hal tersebut menciptakan persaingan yang sehat dalam dunia us aha. Sebaliknya perlakukan perpajakan yang diskriminasi justru
Vol. 6,2007
mengakibatkan rendahnya kepatuhan Wajib Pajak. Database yang lengkap dan akurat mendorong kepatuhan wajib pajak karena database menyediakan data dan informasi mengenai seluk beluk usaha wajib pajak termasuk kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajaknya secara akurat dan real-time. Sehingga hal
terse but mendorong kepatuhan sukrela karena wajib pajak tidak dapat menghindar dari kewajiban perpajakannya. Selain itu, database sangat
membantu fiskus untuk dapat mengenali usaha dan perilaku wajib pajak (knowing your taxpayers) yang dilayani dan sekaligus mengawasi kepatuhannya. Pada akhirnya, kepatuhan wajib pajak berpengaruh pada penerimaan negara dari sektor pajak (tax
revenue) karena bilakepatuhan wajib pajak meningkat dalam artian melakukan pemenuhan kewajiban pembayaran pajak sesuai ketentuan yang berlaku
maka tax coverage ratio akan meningkat dan juga realisasi penerimaan pajak.
SIMP ULAN
Kesinambungan penerimaan negara dari sektor pajak diperlukan karena penerimaan pajak merupakan
sumber utama penerimaan APBN. Untuk menjamin hal tersebut, kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu kunci keberhasilan Pemerintah dalam meng-himpun penerimaan pajak. Berdasarkan hasil penelitian terdapat variabel-variabel yang ber- pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu besarnya penghasilan, sanksi perpajakan, persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan akuntabilitas, perlakuan perpajakan yang adil, penegakan hukum, dart Database. Selanjutnya,
kepatuhan wajib pajak berpengaruh atas penerimaan negara dari sektor pajak. Dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak, Pemerintah seyogianya mempercepat proses terwujudnya pemerintahan yang
good governance dan menjelaskan secara berkala kepada masyarakat (public) mengenai alokasi penggunaan uang pajak.
Diseminasi kebijakan dan perlakuan perpajakan secara berkesinambungan dilaksanakan dengan mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat misalnya tokoh-tokoh masyarakat, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi pengusaha, pedagang maupun profesi. Penyempurnaan perangkat
aturan yang tidak mendorong dunia usaha yang kondusif misalnya aturan yang menimbulkan diskriminasi usaha atau yang mendorong wajib pajak menjadi tidak patuh. Dalam rangka pengenalan
kegiatan usaha wajib pajak (knowing your
Akuntabilitas 192
kegiatan pendukung (supporting activities) yaitu kemitraan dengan dunia usaha (industry part-nership), aktivitas himbauan (leverage activity), dan kunjungan ke lokasi usaha wajib pajak (spot audit).
Melaksanakan penegakkan hukum secara konsisten dan sesuai ketentuan yang berlaku. Mengembangkan sistem pengelolaan data yang lengkap, akurat, terintegrasi dan teJjamin kerahasian-nya (database management system) sehingga dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan, pengawasan, intensifikasi penerimaan pajak maupun
ekstensifikasi. Untuk penelitian selanjutnya (juture research) disarankan melakukan dengan metode penelitian kuantitatif (quantitative research) agar
lebih memberikan hasil yang lebih obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Aim, James; Roy Bahl; Matthew N. Murray, 1990. Tax Structure and Tax Compliance, The Review of Economics and Statistics, Vol. 72, NO.4. (Nov.), pp. 603-613
Aim, J., B. R. Jackson dan M. McKee, 1992, Estimating the Determinants of Taxpayer Compliance with Experimental Data, National Tax Journal, 45 (March),
107-114
Aim, James, Bahl, Roy; Murray, Matthew N., 1990, Tax Structure and Tax Compliance, The Review of Economics and Statistics, Vol. 72, NO.4. (Nov., 1990), pp.603-613
Aim, James, 1991, A Perspective on the Experimental Analysis of Taxpayer Reporting, The Accounting
Review, Vol.66, NO.3. (July), pp. 577-593
Andreoni, James; Erard, Brian; dan Feinstein, Jonathan, 1998, Tax Compliance, Journal of Economic Literature, Vol.36, NO.2., pp. 818-860
Aprianto, Anton, 2007, Aparat Pajak Dijatuhi Sanksi, Tempo Interaktif, 28 Februari
Bailey, R. W., 1983, Human Error in Computer Systems, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall
Ballou, Donald P., Harold L. Pazer, 1985, Modeling Data and Process Quality in Multi-Input, Multi-Output InformationSystems, Management Science, Vol.31, No.
2. (Feb.), pp. 150-162
Booker, H. S., 1945, Income Tax and Incentive to Effort, Economica, New Series, Vol. 12, No. 48. (Nov.), pp. 243-247
Choiruman, Ahmad, 2004, Pemeriksaan Pajak Masa Depan,
http://www.indodigest.com/indonesia-special-thoughts-106.html
Departemen Keuangan, 2006, Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal dan Kerangka Ekonomi Makro RAPBN, www.depkeu.go.id
Dubin, Jeffrey A., Wilde, Louis L., 1988, An Empirical Analysis of Federal Income Tax Auditing and
193 HUTAGAOL, WINARNO, PRADIPTA
Akuntabilitas
Feinstein, Jonathan S., 1991, An Econometric Analysis of Income Tax Evasion and Its Detection, The RAND
Journal of Economics, Vol. 22, NO.1. (Spring), pp. 14-3 5
Giles, D., 1998, The Underground Economy: Minimizing the Size of Government' in Grubel H, ed, "How to Spend the Fiscal Dividend: The Optimal Size of Government, Fraser Institute, Vancouver (http:// www.executive.govt.nz/96 - 9 9 I c om p1ian e el chapter7.htm#figure2)
Goolsbee, Austan, 2000, What Happens When You Tax the Rich? Evidencefrom Executive Compensation, The Journal of Political Economy, vol. 108, NO.2 (April), pp.352-378
Hatta, Tatsuo, 1992, The Nakasone-Takeshita Tax Reform: A Critical Evaluation, The American Economic
Review, Vol. 82, No.2, Papers and Proceedings ofthe Hundred and Fourth Annual Meeting of the American Economic Association (May), pp. 231-236
Hutagaol, John, 2005, Self Assessment: Imp1ementasi & Kendalanya, Jurnal Perpajakan Indonesia, v. 4, no. 4 (p.24-27)
___ ,2006, Implementasi Kebijakan Pemeriksaan Pajak dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan, Jurnal Akuntansi, v. X, 3, pp. 334-343
___ ' #1 (tanpa tahun), Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui penerapan strategi pelayanan dan penegakan hukum, bahan kuliah Seminar Doktoral
Perpajakan, PIA FEUI Semester Genap TA2006/2007
____ , #2 (tanpa tahun), Menuju Administrasi Perpajakan yang Modem, bahan kuliah Seminar Doktoral Perpajakan, PIA FEUI Semester Genap TA
2006/2007
Johnston, H. Russell; Michael R. Vitale, 1988, Creating Competitive Advantage with Interor-ganizational Information Systems, MIS Quarterly, Vol. 12, NO.2.
(June), pp. 153-165
Komalasari, Puput Tri dan Nashih, Moh., 2005, Degree of Tax Payer Compliance and Tax Tariff: The. Testing on the Impact of Income Types, makalah SNA 2005 Kurniawan, Richard, 2004, Sadar Pajak, Kunci
Pembangunan", Juara II pada Lomba Karya Tulis Perpajakan Nasional, Dirjen Pajak-Fisip VI
Michael Brostek, 2007, Tax Compliance: Multiple Approaches Are Needed to Reduce the Tax Gap, GAO
Mustafa, Zaenal, 2006, Modernisasi integritas pajak", Bisnis-Indonesia, 3 April, http;llwww.fiskal.
depkeu. go. id/bapekki Ikl i pi detai lkl ip. as p? klipID=N835819222
Pikiran Rakyat, 2005, Modernisasi Pajak Belum Bergaung, 29 Agustus
Poernomo, Hadi, 2004, Pemberantasan KKN Melalui Pajak, www.pajak.go.id
Purnomo, Abdi, 2004, Ancaman Paksa Badan Naikkan Setoran Pajak, Tempo Interaktif, 23 Maret
Reinganum, Jennifer F.; Wilde, Louis L., 1988,A Note on Enforcement Uncertainty and Taxpayer Compliance,
The Quarterly Journal of Economics, Vol. 103, NO.4. (Nov.), pp. 793-798
Robin Burgess; Nicholas Stem, 1993, Taxation and Development, Journal of Economic Literature, Vol. 31, No. 2. (June), pp. 762-830
Sekaran, Uma, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, ed. 4, New York: John Wiley & Sons
Silvia A. Madeo; Albert Schepanski; Wilfred C. Uecker, 1987, Modeling Judgments of Taxpayer Compliance, The Accounting Review, Vol. 62, NO.2. (Apr.), pp. 323-342
Situmorang, Hotsaritua, 2006, Wajah Bam Direktorat Jenderal Pajak Melalui Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar, www.pajak.go.id. 24 November
Winarno, Wing Wahyu, 2006, Sistem Informasi Akuntansi, ed. 2, Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Witte, Ann D. dan Woodbury, Diane F., 1985, The Effect of Tax L aws and Tax Administration on Tax Compliance: The Case of the
u.s.
Individual Income Tax, National Taxation Journal, vol. 38(1), pp. 1-13 ___ ' NIK, Kunci Akses Pe1ayanan Publik, TempoInteraktif, 28 November 2006
___ ' Perluasan Pajak Berbasis Kerja Ditunda, Tempo Interaktif, 15 Febmari 2007
___ ' Aparat Pajak Dijatuhi Sanksi, Tempo Interaktif, 21 Maret 2007
___ ' Netting New Taxpayers, The Jakarta Post, 8 March 2007
___ ,' Program Ekstensifikasi: Ditjen Pajak Jaring 400 Ribu NPWP Bam, Investor Daily, 31 Juli 2007