• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIUM TERCEMAR LOGAM Pb DAN Cu TERHADAP PERTUMBUHAN Nannochloropsis salina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MEDIUM TERCEMAR LOGAM Pb DAN Cu TERHADAP PERTUMBUHAN Nannochloropsis salina"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

41

PENGARUH MEDIUM TERCEMAR LOGAM Pb DAN Cu TERHADAP PERTUMBUHAN Nannochloropsis salina

Abd. Wahid Wahab∗, Yusafir Hala, Fibiyanthy Jurusan Kimia Fakultas MIPA

Universitas Hasanuddin

Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan fitoplankton Nannochloropsis salina sebagai biosorben untuk ion logam Pb dan Cu di perairan. Pada penelitian ini pemaparan ion logam Pb dan Cu dengan variasi konsentrasi masing-masing 10, 30, dan 50 ppm dilakukan di awal masa pertumbuhan fitoplankton N. salina dalam Medium Conwy pada salinitas 30 ‰, aerasi dan pencahayaan kontinyu, serta suhu ruangan 20 °C. Konsentrasi ion logam ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA). Pertumbuhan optimum fitoplankton N. salina sebagai kontrol diperoleh pada hari ke-8, sementara pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion logam menunjukkan populasi yang sangat rendah di awal kontak. Pola pertumbuhan meningkat seiring dengan bertambahnya waktu kontak N. salina dengan ion logam. Efisiensi adsorpsi ion logam Pb dan Cu oleh fitoplankton N. salina berbanding terbalik dengan bertambahnya waktu kontak.

Kata kunci: Nannochloropsis salina, ion Pb, ion Cu, bioremoval, SSA

Abstract. This research was conducted with the aim of utilizing phytoplankton Nannochloropsis

salina as biosorbent for Pb and Cu metal ions in water. In this study, exposure to Pb and Cu metal ions

with various concentrations of each of 10, 30, and 50 ppm conducted at the beginning of the growth of phytoplankton of N. salina in Conwy Medium at 30 ‰ salinity, aeration and continuous illumination, as well as room temperature 20 °C. Metals ion concentration was determined by atomic absorption spectrophotometer (AAS). Optimum growth of phytoplankton of N. salina as a control obtained on day 8, while the growth of phytoplankton of N. salina after exposure to metal ions showed very low population in the initial contact. Trend of growth increases with contact time of N. salina with metal ions. The metals ion adsorption efficiency of Pb and Cu by phytoplankton of N. salina inversely with increasing contact time.

Keywords: Nannochloropsis salina, Pb ion, Cu ion, bioremoval, AAS

(2)

42

PENDAHULUAN

Kegiatan industri, pertambangan, pembakaran bahan bakar serta kegiatan domestik lainnya telah meningkatkan kandungan logam berat di perairan laut. Adanya logam berat yang terdistribusi di perairan laut akan meningkatkan kandungan logam yang terakumulasi pada organisme yang hidup di perairan. Logam berat umumnya bersifat racun, korosif, serta sulit terdegradasi di alam. Logam berat juga dapat terakumulasi pada organisme dan mengakibatkan timbulnya efek negatif (Haryoto, 2004). Akan tetapi beberapa logam berat , dengan jumlah yang sangat kecil termasuk esensial bagi tubuh, seperti V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn dan Mo (Housecroft,2005).

Logam berat yang sering ditemukan di lingkungan perairan adalah logam berat Pb, Cr, Cd, Mn, Co, Fe, Zn, dan Ni. Bila konsentrasi logam berat tersebut melebihi ambang batas yang diperbolehkan, maka dapat menimbulkan bahaya karena tingkat toksisitasnya akan mengganggu organisme yang ada diperairan maupun manusia sebagai konsumen, baik langsung maupun tidak langsung (Widowati, 2008).

Masalah pencemaran logam berat khususnya di perairan dapat diatasi melalui beberapa teknik pengolahan limbah, salah satu diantaranya menggunakan teknik bioremoval dengan memanfaatkan fitoplankton. Keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator terhadap perubahan lingkungan perairan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan ekosistem akibat pencemaran (Asrib, 2010).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Astri tahun 2008 tentang fitoplankton Nannochloropsis salina yang menjerap ion Pb pada konsentrasi 40 ppm, dan berdampak pada penurunan jumlah populasi fitoplankton. Hal ini mengindikasikan bahwa ion Pb dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton N.

salina bahkan dapat mematikan

fitoplankton tersebut (Tambung, 2007). Hal ini disebabkan karena pada umumnya fitoplankton mempunyai kemampuan menjerap dan mengakumulasi logam berat dari lingkungannya (Hala, 2010).

Pemanfaatan fitoplankton sebagai biosorben dalam penanganan kontaminasi logam berat di perairan merupakan alternatif dengan resiko yang lebih kecil, lebih murah dan biomassanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan (Arifin, 1997). Fitoplankton N. salina, merupakan salah satu mikroalga yang berfungsi sebagai produsen primer dalam rantai makanan di perairan laut, dengan waktu regenerasi relatif cepat, sehingga interaksinya dengan bahan pencemar di laut dapat menyebabkan perubahan perilaku kehidupan seperti perubahan populasi kecepatan pertumbuhan, biokimia dan morfologinya (Widowati, 2008).

Berkaitan dengan uraian di atas telah dilakukan penelitian tentang kajian dampak medium tercemar logam Pb dan Cu terhadap pertumbuhan N. salina. Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang telah dilakukan oleh Tambung dkk (2007) di mana pemaparan logam berat pada kultur N. salina dilakukan setelah pertumbuhan maksimum dicapai. Tetapi dengan pertimbangan bahwa pemanfaatan

N. salina sebagai biosorben logam berat Pb

dan Cu, maka dalam penelitian ini N.

salina langsung ditumbuhkan pada medium yang telah terkontaminasi logam berat sejak awal. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai salah satu alternatif solusi atas pencemaran logam berat di perairan laut, sehingga kelak dapat dijadikan dasar bagi pemanfaatan N. salina sebagai biosorben sekaligus sebagai alternatif solusi atas kasus pencemaran logam berat di perairan.

(3)

43

BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari Agustus sampai November 2012 di Laboratorium Kimia Analitik serta Laboratarium Kimia Anorganik Universitas Hasanuddin dan Laboratarium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros.

2.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan Medium Conwy dengan komposisi yang tertera pada Lampiran 1, air laut steril, biakan murni N. salina yang semuanya diperoleh dari BPPBAP Maros, Larutan HNO3 p.a., akuabides, alumunium foil, kertas saring Whatman 42.

Larutan induk Pb2+ 1000 ppm, yang dibuat dengan cara menimbang 1,5984 g Pb(NO3)2 dilarutkan dengan HNO3 p.a kemudian diencerkan dengan aquabides dalam labu ukur 1000 mL.

Larutan induk Cu2+ 1000 ppm, yang dibuat dengan cara menimbang 3,8023 g Cu(NO3)2 3H2O dilarutkan dengan HNO3 p.a kemudian diencerkan dengan aquabides dalam labu ukur 1000 mL.

2.3 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium, aerator merk Amara, alat pencacah hemositometer merk Marienfeld LOT-No 4551, hand counter, mikroskop Nikon SE dengan perbesaran sampai dengan 125 kali, sentrifus yang merupakan alat-alat pada Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Unhas, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Buck Scientific model 205 VGP pada

Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Unhas.

2.4 Prosedur Kerja

Penelitian ini di lakukan 3 tahap yaitu: (1) Penentuan pertumbuhan optimum fitoplankton N.salina sebagai kontrol, (2) Pemaparan ion Pb dan Cu pada biakan N.

salina dan penggamatan pertumbuhan

populasi N. salina, dan (3) Pengukuran konsentrasi logam yang terjerap dengan menggunakan SSA.

2.4.1 Pertumbuhan Optimum Fitoplankton N.salina

Pengamatan pertumbuhan N. salina dilakukan dengan menggunakan medium air laut steril dan medium Conwy, pada kondisi: salinitas medium 30 ‰, pencahayaan yang kontinyu, aerasi dan suhu ruangan 20 °C. Pertumbuhan N.

salina dilakukan dengan cara menghitung

jumlah sel N. salina per mililiter medium setiap 24 jam dengan menggunakan hemositometer dan mikroskop.

Pada Gambar 2 ditampilkan kultivasi terkontrol dari fitoplankton N.

salina dengan menggunakan medium

Conwy cair pada kondisi percobaan yang telah ditentukan dengan aerasi. Warna hijau dari kultur menunjukkan adanya pertumbuhan fitoplankton N. salina.

2.4.2 Pemaparan ion Pb dan ion Cu pada biakan N. salina dan perhitungan Populasi N. salina

Erlenmeyer 500 mL disiapkan sebanyak 3 buah. Air laut steril dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 mL, kemudian 1 mL larutan Medium Conwy, 1 tetes vitamin B1 dan B12 dan 2 mL biakan

N. salina ditambahkan ke dalam erlenmeyer tersebut lalu dipaparkan ion Pb dengan konsentrasi masing-masing Pb 10 ppm, 30 ppm dan 50 ppm. Volume medium dicukupkan hingga 500 mL dengan air laut steril. Larutan diaduk dan dihubungkan dengan aerator kemudian erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil

(4)

44 lalu didiamkan dalam ruangan bersuhu tetap dengan cahaya cukup. Pengamatan pertumbuhan N. salina dengan menggunakan hemositometer dilakukan mulai pada hari setelah Pb dipaparkan, dan selanjutnya pengamatan dilakukan setiap hari.

Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap pemaparan ion Cu serta kontrol. Selanjutnya masing-masing larutan disaring dan kandungan ion Pb dan Cu dalam filtrat ditentukan dengan menggunakan SSA.

2.5 Pengukuran Konsentrasi Logam dengan Menggunakan SSA

1. Pembuatan larutan standar.

Sebanyak 1 mL larutan standar logam 1000 ppm dipipet untuk membuat 100 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, selanjutnya ditambahkan akuabides sampai tanda batas. Dibuat larutan standar dengan konsentrasi Pb 1; 2,5; 5; 10; 20; 30 dan 50 ppm, konsentrasi ion Cu 0,5; 1; 2; 3; 5; dan 10 ppm

2. Efisiensi penjerapan ion Pb dan Cu Efisiensi penjerapan ion Pb dan Cu oleh fitoplankton N. salina dihitung berdasarkan perbandingan konsentrasi campuran ion Pb dan Cu yang terjerap, pengukuran konsentrasi dilakukan dengan SSA pada filtrat medium setelah pemaparann. Konsentrasi ion yang terjerap oleh fitoplankton N. salina dapat dihitung menggunakan persamaan (2.1), di mana Cs adalah konsentrasi ion logam yang terjerap oleh fitoplankton, (Co) adalah konsentrasi awal, dan (Cf) adalah konsentrasi ion logam dalam filtrat medium. Untuk mendapatkan nilai efisiensi penjerapan

(Ep) digunakan persamaan (2.2),. Dengan membandingkan nilai Cs dan Co diperoleh nilai Ep. Cs = C0 – Cf ……….… ……….. (1)      100% ………(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Profil Pertumbuhan N. salina

Secara alami pertumbuhan fitoplankton N. salina berlangsung dari populasi rendah, lalu mencapai pertumbuhan optimum, dan akhirnya mengalami penurunan jumlah populasi. Setelah pemaparan logam Pb dan logam Cu dengan konsentrasi masing-masing 10, 30, dan 50 ppm, yang telah dilakukan di awal pertumbuhan dengan populasi 30x104 sel/mL, pengamatan terhadap laju pertumbuhan fitoplankton N. salina dilakukan setiap 24 jam pada kondisi salinitas medium 30 ‰, pencahayaan yang kontinyu, aerasi dan suhu ruangan 20 °C.

Hasil pengamatan laju pertumbuhan

N. salina setiap 24 jam dapat disimak pada

Gambar 1 yang menunjukkan bahwa pertumbuhan kontrol, yaitu perlakuan tanpa penamaparan ion logam, diperoleh pertumbuhan sebesar 91,25x104 sel/mL pada hari ke-8, dan pada hari ke-9 menunjukkan penurunan pertumbuhan yakni 70,25x104 sel/mL. Karena itu hari ke-8 disebut pertumbuhan optimum.

(5)

45

Gambar 1. a). Pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion Pb dan b). Pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion Cu

Pertumbuhan fitoplankton N. salina berlangsung dengan pembelahan sel sehingga jumlah populasinya semakin bertambah dan setelah pertumbuhan optimum dicapai jumlah populasinya pun mengalami penurunan dalam medium. Hal ini diakibatkan karena ketersediaan nutrien dalam medium yang semakin berkurang seiring dengan meningkatnya jumlah

fitoplankton yang hidup dan

mengkonsumsi nutrien tersebut. Jumlah populasi akan semakin menurun dengan adanya bahan organik (fitoplankton) yang mati dan mengendap ke dasar medium yang berperan sebagai kompetitor baru bagi fitoplankton yang masih hidup dalam penggunaan oksigen terlarut dalam lingkungan media pertumbuhan. Oleh karena itu pertumbuhan fitoplankton akan semakin terhambat (Astri, 2008).

Dari Gambar 1 tampak juga bahwa hasil pengamatan pertumbuhan N. salina

setelah pemaparan ion logam menunjukkan pola pertumbuhan yang acak jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena ion-ion logam merupakan material toksik yang sudah tentu menghambat pertumbuhan N. salina.

Setelah pemaparan logam Pb 10, 30, dan 50 ppm pertumbuhan awal fitoplankton N. salina mengalami penurunan yang signifikan toksik terhadap pertumbuhan fitoplankton N. salina

dikarenakan aktivitas fitoplankton N.

salina untuk membelah diri terhambat

dengan adanya logam yang toksik dimana jumlah populasinya sangat jauh dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena ion Pb bersifat toksik, akan tetapi pada pemaparan logam Pb 10 ppm, terjadi kecenderungan meningkatnya populasi sampai hari ke-5 dengan jumlah populasi 15,25x104 sel/mL. Demikian juga dengan kasus pemaparan ion Pb 30 dan 50 ppm, menunjukkan peningkatan jumlah

(6)

46 populasi sampai hari ke-3 dan hari ke-4 dengan jumlah populasi berturut-turut 14,25x104 sel/mL dan 17,0x104 sel/mL. Hal ini disebabkan karena pada akhir proses pertumbuhan, fitoplankton N. salina sudah mati (biomassa) juga mampu menjerap logam. Di samping itu terjadi pembelahan sel baru sehingga populasinya bertambah.

Setelah pemaparan ion Cu dengan konsetrasi berturut-turut 10, 30, dan 50 ppm, pertumbuhan awal dari N. salina hampir sama dengan pertumbuhan kontrol. Hal ini disebabkan karena setelah pemaparan ion Cu jumlah populasi dapat

bertahan karena logam Cu merupakan logam yang esensial dan dibutuhkan dalam tubuh fitoplankton. Pertumbuhan fitoplankton N. salina mengalami penurunan berturut-turut pada hari ke-5, hari ke-4 dan hari ke-3 dengan jumlah populasi 18,00x104 sel/mL, 22x104 sel/mL dan 25,75x104 sel/mL.

3.2 Profil Penjerapan Ion Logam

Berdasarkan persamaan (2), hasil perhitungan efisiensi penjerapan masing-masing ion logam dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. a) Koefisien penjerapan ion Pb, b) Koefisien penjerapan ion Cu

Logam Pb yang dijerap oleh fitoplankton N. salina diawal pertumbuhan mengalami penjerapan logam yang tinggi terutama ion Pb dengan konsentrasi

10 ppm, yaitu sebesar 49,85%, meskipun jika dibandingkan dengan pertumbuhan N.

salina setelah pemaparan logam Pb yang

mengalami penurunan jumlah populasi yang sangat signifikan. Hal ini

(7)

47 mengindikasikan bahwa ion logam dapat

menghambat pertumbuhan dari

fitoplankton N.salina. Di samping itu biomassa fitoplankton N. salina masih dapat menjerap ion logam. Demikian pula dengan penjerapan ion logam setelah pemaparan ion Pb dengan konsentrasi 30 dan 50 ppm, efisiensi penjerapan sedikit lebih rendah dibanding dengan konsentrasi Pb 10 ppm.

Di awal pertumbuhan fitoplankton

N. salina setelah pemaparan logam Cu

dengan konsentrasi 10, 30, dan 50 ppm, efisiensi penjerapan ion logam oleh fitoplankton N. salina cukup tinggi yaitu berturut-turut 49,85%, 13,32 dan 7,73%. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion Cu menunjukkan jumlah populasi yang hampir sama dengan populasi kontrol. Jika dibandingkan dengan ion Pb, jumlah populasi fitoplankton N. salina setelah pemaparan logam Cu relatif lebih tinggi. Hal ini juga disebabkan karena ion Cu adalah termasuk dalam kelompok ion logam yang esensial, tetapi jika konsentrasinya tinggi tetap berpotensi menjadi toksik. Hal ini dapat dilihat pada efisiensi penjerapan ion logam Cu fitoplankton N. salina pada konsentrasi 30 dan 50 ppm yang lebih rendah.

Semakin tinggi konsentrasi ion logam dan semakin lama waktu kontak, menyebabkan efisiensi penjerapan ion logam Pb dan Cu oleh fitoplankton N.

salina semakin menurun. Hal ini disebabkan karena bertambahnya kandungan bahan organik mati dalam medium sebagai akibat semakin banyaknya fitoplankton N. salina yang mati. Kondisi ini diperparah dengan berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air, yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan fitoplankton menjadi tidak terkontrol (blooming).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Adanya ion Pb dan Cu di dalam medium menghambat pertumbuhan fitoplankton N. salina

2. Trend pertubuhan fitoplankton N. salina dalam medium yang tercemar ion logam Pb dan Cu meningkat seiring dengan bertambahnya waktu kontak, walau di awal proses mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol. 3. Efisiensi penjerapan ion logam Pb dan Cu oleh fitoplankton N. salina

berbanding terbalik dengan

bertambahnya waktu kontak.

DAFTAR PUSTAKA

Andarias, I., 1982, Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Populasi

Chlorella sp, Majalah Universitas Hasanuddin, (1-2).

Andersen, R. A., Brett, R. W., Potter, D., and Sexton, J. P., 1998, Phylogeny of the Eustigmatophyceae Based Upon 185 rDNA with Emphasit on

Nannochloropsis, Protist, 14, 61-74. Anonim A, 2009, Gambar Nannochloropsis sp (online), http://rockncritters.co.uk, diakses tanggal 28 September 2011.

Arifin, dan Raya, I., 1997, Studi Interaksi

Antara Kadmium dan Tetracelmis di Lingkungan Perairan Laut,

Laporan Hasil penelitian FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar. Arinardi, O.,H., 1997, Status Pengetahuan

Plankton di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan

(8)

48 Oseonologi-LIPI, Jakarta, 30, 63-64.

Asrib, F., 2010, Fitosorpsi Biologam Pb(II) dan Zn(II) oleh Chaetoceros calcitrans dalam Medium Conwy,

Skripsi tdak dipublikasikan, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Astri., 2008 Pemanfaatan Fitoplankton

Nannochloropsis salina Sebagai Penjerap Logam Berat Pb, Skripsi

tidak dipublikasikan, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Becker, E.W, 1994, Microalgae, Biotechnology and Microbiology,

Cambridge University Press, 293. Chilmawati, D., dan Suminto, 2008,

Penggunaan Media Kultur Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan

Chlorella sp, Jurnal Saintek Perikanan, 4 (1), 42 – 49

Cobbet, C., S., 2000, Phytochelatin Biosynthesis and Function in Heavy Metal Detoxification, Curr. Opin.

Plant. Biol, 30 (4), 211-216.

Darmono, 1995, Logam dalam Sistim

Biologi Makhluk Hidup, Universitas

Indonesia Pers, Jakarta.

de Knecht, J., A., van Dillen, M., Koevoets, P.L., Schat, H., Verkleij, J., A., C., dan Erst, W., H., O., 1994, Phytochelatins in Cadmium

Sensitive and Cadmium Tolerant Siline Vulgaris, Plant. Physiol, 104,

255-261.

Fogg, G. E., 1985, Algae Culture and

Phytoplankton Ecology, 2nd Ed, The University of Wisconsin Press. Ghosal, S., Rogers, M., and Wray, A.,

2000, The Turbulent Life of Phytoplankton, Center for Turbulence Research Proceedings of The Summer Program 2000

(online), diakses : 12 September 2011.

Gonzalez-Davila, M., 1995, The Role of Phytoplankton Cells on The Control of Heavy Metal Concentration in Seawater, Marine Chemistry 48, 215-236.

Grill, E., Winnacker, E., L., dan Zenk, M., H., 1987, Phytochelatins, a class of Heavy metal Binding Peptides from Plants Functionally Analogous to Metallothioneins, Proc. Natl. Acad.

Sci. USA, 84, 439-443

Hala, Y., Taba, P., dan Mariani, M., 2010, Fitosorpsi Bi-Logam Cd(II) dan Cu(II) oleh Chaetoceros Calcitrans Dalam Medium Conwy, Marina

Chimica Acta, 30-35.

Haryoto, dan Wibowo, A., 2004, Kinetika

Bioakumulasi Logam Berat

Kadmium oleh Fitiplankton

Chorella sp Lingkungan Laut Perairan Laut, 5 (2), 89-103.

Herman, D.,Z., 2006, Tinjauan Terhadap

Tailing Mengandung Unsur

Pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan Bijih Logam, Jurnal Geologi Indonesia,

Vol. 1 No. , Maret 2006, 31-36.

Housecroft, C.E., Sharpe, A.G., 2005,

Inorganic Chemistry, 2nd.Ed., Pearson Education, England, 830. Hu H., and Gao K., 2003, Optimization of

growth and fatty acid composition of a unicellular marine picoplankton, Nannochloropsis sp., with enriched carbon sources ,

Biotechnol. Lett., 25 (5), 421–425.

Murtini, J.T., Yennie, Y., and Peranginangin, R. 2003b, Kandungan logam berat pada kerang darah (Anadara granosa), air laut dan sedimen di perairan Tanjung Balai dan Bagan Siapi-api.

J. Penel. Peri Indonesia, 9 (5) : 77–

84.

Nayar, S., Goh, B. P. L., and Chou, L. M., 2004, Environmental Impact of

(9)

49 Heavy Metals From Dredged And Resuspended Sediments on Phytoplankton and Bacteria Assessed in in Situ Mesocoms,

Exotoxicology and Environmental Safety, 59 (2004), 349-369.

Nontji, A., 1987, Laut Nusantara,

Djambatan, Jakarta

Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi logam Berat , PT

Rineka Cipta, Jakarta.

Patabang, A., 2008, Pemanfaatan Fitoplankton Nannochloropsis salina Sebagai Penjerap Logam

Berat Cd, Skripsi tidak

dipublikasikan, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar

Seadragon, 2011, Chorella sp, (online), http://kuliahitukeren. blogspot.com /2011/02/chlorella-sp.html, diakses

tanggal 10 Agustus 2011.

Sembiring, Z., Suharso, Regina, Marta, F., dan Murniyarti, 2008, Studi Proses

Adsorpsi-Desorpsi Ion Logam Pb(II), Cu(II), dan Cd(II) Terhadap Pengaruh Waktu dan Konsentrasi pada Biomassa Nannochloropsis sp. Yang Terenkapsulasi Aqua-gel Silika dengan Metode Kontinyu,

Makalah disajikan dalam seminar Nasional Sains dan Teknologi-II, Universitas Lampung, 17-18 November 2008.

Siregar, T., dan Murtni, J. T., 2005, Kandungan Logam Berat Pada Beberapa Lokasi Perairan Indonesia Pada Tahun 2001 Sampai Dengan 2005, Squalen, 3 (1).

Suhendrayatna, 2001, Bioremoval Logam

Berat dengan Menggunakan

Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan, Makalah disajikan

dalam Seminar on-Air Bioteknologi untuk Indonesia Abad 21, Sinergi Forum- PPI Tokyo Institute of Technology, 1-14 Februari 2001.

Sunardi, 2004, Cara Alternatif untuk

Mengolah Limbah Padat yang Mengandung Merkuri dan Arsen,

Merujuk Kasus Buyat,

http://www.kompas.co.id, diakses tanggal 6 Juli 2011.

Supriharyono, 2000, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supriyanto C., Samin, dan Kamal Z., 2007,

Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA), Makalah

disajikan dalam Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 21-22 November 2007. Tambung, A., Patabang, A., Astri., dan Hala, Y., Taba, P., 2007, Kajian interaksi Ion Logam Pb, Cd, dan Zn

dengan Fitoplankton

Nannochloropsis salina, Marina Chimica Acta, 42-46 dan 61-65.

Widowati, W., Sastiono., A., dan Rumampuk, R., J., 2008, Efek

Toksik Logam, ANDI Yogyakarta,

Yogyakarta.

Wiguna, E., 2010, Nannochloropsis sp, (online),

htpp://EW.blogspot.com/2011/02/N annochloropsis-sp.html, diakses

tanggal 10 September 2011. Yudha, I., G., 2011, Pesisir Kota Makin

Tercemar, (online)

http://www.radarlampung.co.id/rea d/bandarlampung/metropolis/3561 4-pesisir-kota-makin-tercemar,

Gambar

Gambar 1.   a). Pertumbuhan fitoplankton N. salina setelah pemaparan ion Pb dan  b). Pertumbuhan fitoplankton N
Gambar 2. a) Koefisien penjerapan ion Pb, b) Koefisien penjerapan ion Cu

Referensi

Dokumen terkait

Setelah kita menguras otak untuk menyelesaikan tugas dari sekolah, akhirnya perut gue memutuskan untuk laper dan karena udah nggak bisa berkompromi lagi, tanpa malu

beradab, susila. Sebagai suatu subyek etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang

Beberapa contoh resep dan semua zat pembantu yang digunakan dalam proses penyempurnaan harus disu- sun dalam daftar terpisah bersama nama dagang dan sumber setiap produk. Some

Dibandingkan dengan edisi tahun 1938, dalam edisi terbaru ini ada beberapa catatan Pigeaud pada halaman viii sampai dengan xii yang sangat erat hubungannya dengan kebudayaan

Dalam Yohanes 1:7 , kita baca bahwa Yohanes Pembaptis adalah untuk menjadi saksi dari Yesus, dan untuk mempersiapkan jalan dari Tuhan supaya orang-orang boleh

Meskipun pada kenyataannya belum sepenuhnya dapat mengubah kebiasaan makan masyarakat, tetapi pesan-pesan yang didapatkan mampu meningkatkan pengetahuan dan memotivasi

Dengan mengidentifikasi kelemahan pada metode flash, diteliti pengukuran difusivitas panas yang didasarkan pada asumsi-asumsi yang mudah direalisasikan pada bangku percobaan, yaitu :