• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG (Cassia alata L.) DAN KETEPENG KECIL (Cassia tora L.)TERHADAP Plasmodium Falciparum SECARA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG (Cassia alata L.) DAN KETEPENG KECIL (Cassia tora L.)TERHADAP Plasmodium Falciparum SECARA IN VITRO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

83

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG (Cassia alata L.) DAN KETEPENG

KECIL (Cassia tora L.)TERHADAP Plasmodium Falciparum SECARA IN VITRO

Murni*, Gunawan, Brian Janitra Balai Litbang P2B2 Donggala

Jalan Masitudju No 58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia *Email: Murni_amiruddin@yahoo.co.id

Received date: 3/9/2014, Revised date: 13/11/2014, Accepted date: 14/11/2014

EFFECTIVENESS OF KETEPENG (Cassia alata L.) AND SMALL KETEPENG (Cassia tora L.) ETHANOL EXTRACT ON Plasmodium falciparum IN VITRO

ABSTRAK

Tanaman Ketepeng (Cassia alata L.) dan Ketepeng Kecil (Cassia tora L.) merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai macam kegunaan, diantaranya untuk mengobati malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun ketepeng dan ketepeng kecil terhadap P. falcifarum secara in vitro yang dihubungkan dengan periode waktu dengan pengenceran bertingkat dari larutan uji. Penelitian dilakukan dengan tahapan: pengambilan sampel tanaman, pembuatan ekstrak dan uji aktivitas anti malaria secara in vitro. Kontrol positif menggunakan klorokuin dan kontrol negatif menggunakan P. falciparum tanpa penambahan ekstrak uji. Ekstrak etanol daun ketepeng (Cassia alata L) menunjukkan penurunan jumlah pertumbuhan P. falciparum pada pengenceran 10-8. Ekstrak etanol daun ketepeng dan ketepeng kecil tidak menunjukkan penghambatan pertumbuhan terhadap P. falciparum.

Kata kunci: ekstrak, Cassia alata L., Cassia tora L., Plasmodium falciparum

ABSTRACT

Ketepeng (Cassia alata L.) and small ketepeng (Cassia tora L.) are medicinal plants with variety of uses, including for treating malaria caused by Plasmodium falciparum. This research aims to determine the effectiveness of the ethanol extract ketepeng and small ketepeng against P. falcifarum in vitro associated with a period of time with terraced dilution of test solutions. Research carried out in phases: sampling plant, extract preparation, and in vitro antimalarial activity assay. Positive control using chloroquine and negative controls using P. falciparum without any treatment. Ethanol extract ketepeng (Cassia alata L) showed a decrease in the number of P. falciparum growth in the dilution. Ethanol extract of ketepeng and small ketepeng did not show growth inhibition against P. falciparum.

Keywords: extract, Cassia alata L., Cassia tora L., Plasmodium falciparum

-8 10

3

PENDAHULUAN yang serius dan mematikan. Penyakit infeksi

Malaria merupakan salah satu penyakit malaria oleh P. falciparum merupakan penyebab infeksi parasit yang utama di dunia. Setiap tahun kesakitan dan kematian tertinggi di antara jenis

300–500 juta kasus malaria menyebabkan 2 juta malaria yang lain. Hal ini karena infeksi 1

kematian. Penyebab malaria adalah parasit dari P. falciparum cenderung mengakibatkan komplikasi genus Plasmodium. Ciri utama genus ini adalah seperti malaria serebral, anemia, hipoglikemia, gagal siklus hidup terjadi dalam dua inang yang berbeda. ginjal dan edema pulmonal nonkardiak. Pada hati, Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk malaria menyebabkan komplikasi fatal hepatitis Anopheles betina, yang bertindak sebagai vektor malaria, yaitu sindrom menyerupai hepatitis seperti perantara penyebaran parasit. Siklus aseksual terjadi hepatomegali, ikterik dan penurunan fungsi yang

2 4

dalam tubuh manusia. dapat menyebabkan disfungsi hati.

Ada empat jenis parasit yang menyebabkan Penyebaran penyakit malaria dapat malaria pada manusia yaitu Plasmodium vivax, dikendalikan dengan beberapa cara, yaitu mencegah Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum dan kontaminasi dari lingkungan, memutuskan siklus Plasmodium malariae. Walaupun semuanya hidup parasit, mengendalikan perkembangan vektor menyebabkan sakit berat, namun P. falciparum perantara dengan menggunakan insektisida, bertanggung jawab atas hampir seluruh komplikasi mencegah terjadinya infeksi, dan mencegah

BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 83-88

7

populasi vektornya. Pengendalian vektor adalah METODE

upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh Penelitian ini merupakan jenis penelitian vektor dengan meminimalkan habitat vektor, deskriptif dengan pendekatan cross sectional. menurunkan kepadatan dan umur vektor, Penelitian dilakukan Bulan Januari-Februari 2011. mengurangi kontak antara vektor dengan manusia Populasi adalah seluruh rumah di Kelurahan serta memutus rantai penularan penyakit. Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren. Pengendalian vektor DBD yang paling efisien dan Sampel penelitian untuk Kelurahan Sendangmulyo efektif adalah dengan memutus rantai penularan sejumlah 435 rumah, Kelurahan Terboyo Wetan melalui pengendalian jentik. Pelaksanaannya di sebanyak 80 rumah, dan Kelurahan Pesantren masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan sebanyak 43 rumah. Jumlah total sampel adalah 558 Sarang Nyamuk (PSN) DBD dalam bentuk kegiatan rumah. Teknik pengambilan sampel adalah 3M plus. Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara purpossive sampling. Survei jentik dilakukan lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), dengan single larva, yaitu dengan mengambil satu apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan

8

penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. Proses Pengamatan vektor DBD penting dilakukan identifikasi dilakukan di laboratorium terpadu untuk mengetahui penyebaran, kepadatan nyamuk, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas habitat utama jentik, dan dugaan risiko terjadinya Diponegoro. Pengambilan jentik dilakukan di dalam penularan. Kepadatan populasi nyamuk Ae. aegypti dan luar rumah. Jentik yang diperoleh dimasukkan dapat diketahui dengan melakukan survei nyamuk, ke dalam botol plastik dan diberi label.

jentik, dan perangkap telur. Ukuran yang dipakai Kepadatan populasi nyamuk (density figure) untuk mengetahui kepadatan jentik Ae. aegypti dihitung dengan cara menggabungkan hasil HI, CI, adalah ABJ, House Index (HI), Container Index (CI), BI sehingga diperoleh kategori tingkat kepadatan

9

dan Breteau Index (BI). jentik sebagai berikut:

Berdasarkan status endemisitas, pada tahun

7,11 2010 di Kota Semarang terdapat kelurahan dengan Tabel 1. Larva Indeks kriteria endemis, sporadis, dan potensial.

Desa/kelurahan dikatakan endemis jika dalam tiga tahun terakhir, setiap tahun terjangkit penyakit DBD. Desa/kelurahan yang dalam tiga tahun terakhir terjangkit penyakit DBD tetapi tidak setiap tahun masuk kriteria sporadis. Sedangkan desa/kelurahan potensial yaitu desa/kelurahan yang dalam tiga tahun terakhir tidak pernah terjangkit penyakit DBD, tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain, dan persentase rumah yang

10

ditemukan jentik lebih dari 5%. Kelurahan

Sendangmulyo termasuk daerah endemis, Berdasarkan tabel di atas, density figure dapat Kelurahan Terboyo Wetan adalah daerah sporadis, dikategorikan menjadi:

dan Kelurahan Pesantren merupakan daerah a. DF = 1, artinya kepadatan rendah

potensial. b. DF = 2-5, artinya kepadatan sedang

11 Penelitian ini bertujuan mengetahui c. DF = 6-9, artinya kepadatan tinggi perbedaan kepadatan jentik nyamuk di daerah

endemis, sporadis, dan potensial DBD. Dengan HASIL

demikian dapat diketahui seberapa besar potensi Berdasarkan survei jentik yang dilakukan ketiga daerah tersebut dalam penularan DBD yang diperoleh data mengenai jumlah rumah yang berbeda strata endemisitasnya. Data yang diperoleh diperiksa, jumlah rumah positif jentik, jumlah dapat berguna dalam menentukan daerah prioritas kontainer diperiksa, dan jumlah kontainer positif program kegiatan pengendalian vektor DBD di jentik. Dari data tersebut, dapat dihitung ABJ, HI, daerah endemis, sporadis, maupun potensial. CI, dan BI.

Density Figure (DF) House Index(HI) Container Index(CI) Breteau Index(BI) 1 1 – 3 1 – 2 1 – 4 2 4 – 7 3 – 5 5 – 9 3 8 – 17 6 – 9 10 – 19 4 18 – 28 10 – 14 20 – 34 5 29 – 37 15 – 20 35 – 49 6 38 – 49 21 – 27 50 – 74 7 50 – 59 28 – 31 75 – 99 8 60 – 76 32 – 40 100 – 199 9 > 77 > 41 > 200

(2)

84

pematangan parasit melalui kemoprofilaksis dan Kelompok senyawa kuinon terbesar yang terdapat di 3

vaksinasi. Masalah yang timbul saat ini adalah alam adalah antrakuinon. Distribusi antrakuinon 8 munculnya resistensi plasmodium terhadap obat dalam dunia tumbuh- tumbuhan cukup terbatas. malaria dan insektisida. Selain itu, pemanasan Berikut adalah struktur kimia dari identifikasi global turut berperan dalam meningkatnya kasus kuinon.

malaria.

Pengobatan malaria yang ideal adalah pengobatan untuk membunuh parasit dalam darah, membunuh sporozoit dan bentuk-bentuk ekstra eritrositer untuk mencegah relapse dan membunuh gametosit untuk mencegah terisap oleh nyamuk sehingga tidak terjadi penularan kepada orang lain. Namun sampai saat ini belum ada obat yang memenuhi kriteria tersebut. Berbagai macam obat telah dipergunakan namun kendala utama adalah toksisitas dan efek samping seperti hemoglobinuria

Gambar 1. Struktur kimia benzukuinon, dan blackwater fever, disamping resistensi parasit naftokuinon, dan antrakuinon terhadap obat seperti klorokuin, quinine, fansidar

5

dam mefloquine. Sampai saat ini penggunaan tanaman

Timbulnya resistensi Plasmodium sp. tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal terhadap malaria mendorong para peneliti mencari baik dari daun, batang maupun akar yang anti malaria baru untuk menggantikan anti malaria mempunyai kandungan dan efek farmakologi. Oleh yang tidak efektif lagi. Salah satu usaha menemukan karena itu, perlu adanya pembuktian secara ilmiah anti malaria baru adalah melalui penelitian terhadap apakah ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng tanaman obat yang digunakan secara tradisional kecil (Cassia tora L.) dapat dijadikan obat malaria

6

oleh masyarakat untuk mengobati malaria. secara in vitro.

Ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kecil (Cassia tora L.) adalah tanaman perdu yang efektivitas ekstrak etanol daun ketepeng (Cassia mudah tumbuh. Sebagian masyarakat menggunakan alata L.) dan ketepeng kecil (Cassia tora L.) tanaman ini sebagai obat tradisional, diantaranya terhadap P. falciparum secara in vitro.

sebagai anti parasit, laktan, anti helminth, kudis, 7

influenza, bronchitis, dan malaria. Tanaman ini

METODE mempunyai kandungan kimia di antaranya rein

aloe-Pelaksanaan penelitian dibagi dalam 3 tahap. emodina, rein aloe-emodina-diantron, rein, aloe

Tahap pertama adalah pengambilan sampel emodina, asam krisofanat, (dihidroksi metil

tanaman ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng anthraquinone), tannin. Berdasarkan penelitian

kecil (Cassia tora L.) di Dolo, Kabupaten Sigi, sebelumnya, kandungan kimia yang terdapat dalam

Sulawesi Tengah. Tahap kedua adalah proses akar tananaman ketepeng ini adalah 3-formil-1, 2,8

8

pembuatan ekstrak. Determinasi untuk memastikan trihidroksiantrakuinon. Sedangkan tanaman

spesies tanaman dan proses ekstraksi tanaman kepeteng kecil (Cassia tora L.) mengandung

ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng kecil chryzophanol, emodin, aloe-emodin, rhein,

(Cassia tora L.) dilakukan di Instalasi Sumber physcion, obtusin, aurantio-obtusin, robrubusarin,

9

daya Hayati Balai Litbang P2B2 Donggala. Tahap torachryson, toralactone, vitamin A. Kuinon adalah

ketiga adalah uji aktivitas anti malaria secara in senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar

vitro dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri

Pusat Teknologi keselamatan dan Metrologi atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan

Radiasi. Badan Tenaga Atom Nasinal, Jakarta. dua ikatan rangkap karbon-karbon. Kuinon dewasa

ini digunakan sebagai zat/senyawa yang bersifat anti Bahan yang digunakan dalam penelitian ini malaria. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat adalah kultur P. falciparum 3D7, ekstrak kental dibagi atas 4 kelompok yaitu: benzukuinon, daun ketepeng (Cassia alata L.), ekstrak kental naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. daun ketepeng kecil (Cassia tora L.). Alat yang

71

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH

ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

Eva Lestari* , Corry Laura J. Sianturi , Retno Hestiningsih , M. Arie Wuryanto Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Jl. Selamanik No. 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

*E_mail: evalestari.epid@gmail.com

Received date: 25/7/2014, Revised date: 06/11/2014, Accepted date: 07/11/2014 LARVAE DENSITY OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) VECTOR Aedes sp.

IN ENDEMIC, SPORADIC AND POTENTIAL AREA IN ,

CENTRAL JAVA PROVINCE

SEMARANG CITY

1 1 2 2

1

2

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Kota Semarang merupakan daerah endemis DBD dengan jumlah kasus sebanyak 5.538 kasus, IR 36,75/10.000 penduduk dan CFR 0,8% (tahun 2010). Data kepadatan vektor dapat digunakan untuk menentukan tindakan pengendalian vektor yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung HI, CI, BI, DF, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) Aedes sp. di daerah endemis, sporadis dan potensial DBD. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode pelaksanaan survei jentik dengan single larva. Populasi adalah seluruh rumah di Kelurahan Sendangmulyo, Terboyo Wetan, dan Pesantren. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka HI (53,75%), CI (30,77%), BI (75%), dan DF (7) tertinggi di Kelurahan Terboyo Wetan (sporadis). Angka ABJ di semua lokasi penelitian < 95%. Kepadatan jentik daerah sporadis lebih tinggi dibanding daerah endemis DBD. Kepadatan jentik tidak berkorelasi dengan stratifikasi endemisitas wilayah DBD.

Kata kunci: kepadatan jentik, endemis, sporadis, potensial, DBD

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever is a communicable disease caused by the dengue virus and transmitted by Aedes aegypti. Semarang City is an DHF endemic area with 5.538 cases, IR 36,75/10.000 population and CFR 0,8% (in 2010). The vector density data can be used to determine the appropriate vector control. The purpose of this study was to calculate HI, CI, BI, DF and figures larva free (ABJ) of Aedes sp in endemic, sporadic, and potential area. This study was descriptive with cross sectional study. Larvae survey with single larvae method. The population of this study are all of houses in Sendangmulyo, Terboyo Wetan, and Pesantren. The sample had taken by purpossive sampling method. The result of study showed that HI (53.75%), CI (30.77%), BI (75%) and DF (7) highest in Terboyo Wetan (sporadic area). ABJ at all research location < 95%. The density of larvae in sporadic area was higher than endemic areas. The density of larvae was not correlated with stratification of dengue endemicity region.

Keywords: larvae density, endemic, sporadic, potential, DHF

PENDAHULUAN Kota Semarang termasuk daerah endemis

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah DBD, tahun 2010 menempati peringkat pertama di penyakit menular yang disebabkan oleh virus Jawa Tengah. Pada tahun 2008 terdapat 5.249 kasus

1

Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. dengan IR 36,08/10.000 penduduk dan CFR 0,3%. DBD dapat menyerang semua golongan umur dan Pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam 3.883 kasus dengan IR 26,21/10.000 penduduk dan dekade terakhir ini dilaporkan ada kecenderungan CFR 1,1%, tetapi pada tahun 2010 meningkat

2

kenaikan proporsi penderita pada orang dewasa. k e m b a l i m e n j a d i 5 . 5 3 8 k a s u s d e n g a n 6

Penyebaran DBD terutama terjadi di kota-kota besar IR 36,75/10.000 penduduk dan CFR 0,8%.

yang padat penduduknya dengan mobilitas tinggi Upaya untuk mengatasi permasalahan DBD 3,4

sehingga sering terjadi kejadian luar biasa (KLB). melalui penelitian untuk mencari vaksin dan obat Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat antivirus telah dilakukan, akan tetapi sampai saat ini dari tahun ke tahun dengan daerah penyebaran hasilnya belum memuaskan. Alternatif lain yang

5

(3)

digunakan adalah ekstraktor, inkubator, oven, gelas cara jumlah eritrosit yang terinfeksi terhadap desikator, dan mikroskop. 1000 eritrosit. Sebagai kontrol digunakan kultur P.

falciparum tanpa senyawa uji dan dianggap mempunyai pertumbuhan 100%. Aktivitas Uji aktivitas anti malaria

antiplasmodium dinyatakan sebagai IC50 Uji aktivitas anti plasmodium in vitro (Inhibitory Concentration) yaitu kadar yang dilakukan dengan metode mikroskopis yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan parasit

11 12

dikembangkan oleh Desjardins. Parasit dengan hingga 50% . kadar parasetimia 1% diambil dengan cara

disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan HASIL

1500 rpm. Supernatan dibuang dengan pipet Ekstrak kental daun ketepeng dan ketepeng pasteur dan menghitung sisa endapan lalu kecil yang diperoleh dari proses ekstraksi dengan menambahkan growthmedium yang volumenya metode maserasi. Sebanyak 150 gram ketepeng dan disesuaikan dengan jumlah parasit yang akan 150 gram ketepeng kecil digunakan sebagai bahan digunakan. Slide apusan darah tipis dibuat untuk anti plasmodium terhadap P. falciparum. Uji anti mengetahui jumlah parasit sebelum diberikan plasmodium dilakukan dengan pengenceran

perlakuan. bertingkat ekstrak kental daun ketepeng (Cassia

alata L) dan ketepeng kecil (Cassia tora L). Sebagai Uji anti plasmodium dilakukan dengan

pembanding, digunakan klorokuin sebagai kontrol memakai lempeng sumur mikro (plate) 96 lubang.

positif dan sebagai kontrol negatif yaitu pengujian Setiap sumur berisi 200 ìL medium lengkap

tanpa adanya bahan uji untuk melihat pertumbuhan dengan eritrosit 5 %. Memasukkan sediaan ekstrak

parasit 100 %. Hasil persentase parasitemia dapat etanol daun ketepeng (Cassia alata L.) dan

dilihat pada Tabel 1. ketepeng kecil (Cassia tora L.) masing-masing

Tabel 1 menunjukkan ekstrak etanol daun sebanyak 25 uL dan dilakukan pengenceran

-4 -5 -6 -7 -8 -9 ketepeng (Cassia alata L.), menunjukkan bertingkat (10 , 10 , 10 , 10 , 10 , 10 ).

penurunan jumlah pertumbuhan P. falciparum pada Kemudian 50 ul suspensi P. falciparum dengan

-8

pengenceran 10 , sedangkan pada pengenceran kadar parasetimia 1 % dimasukkan ke dalam setiap

yang lainnnya tidak menunjukkan penghambatan sumur. Kultur yang mengandung senyawa uji

pertumbuhan terhadap P. falciparum. Ketepeng selanjutnya diinkubasi selama 48 jam pada

kecil (Cassia tora L.) menunjukkan hasil serupa desikator berisi lilin (candle jar) yang nantinya

dengan ketepeng (Cassia alata L.), yaitu akan dimasukkan dalam inkubator.

-4 -5 -7 -8 -9

pengenceran 10 , 10 , 10 , 10 , 10 tidak Setelah diinkubasi selama 48 jam, kultur

memberikan efek penghambatan terhadap dipanen dan dibuat apusan darah tipis. Sebanyak 20

pertumbuhan P. falciparum. uL (1 tetes) pada slide, tetesan darah digeser

dengan kaca slide lain. Apusan tipis dicelup

PEMBAHASAN dalam metanol 1 % (fiksasi) selama 1 detik,

Daun ketepeng (Cassia alata L.) dan kemudian dikeringkan. Larutan Giemsa dibuat

ketepeng kecil (Cassia tora L.) merupakan tanaman dengan perbandingan 1:10 dalam syringe,

bolak-perdu yang tingginya sampai 3 meter. Tumbuh liar di balik. Setelah slide kering, melakukan pewarnaan

ladang-ladang atau di tempat-tempat lain yang (slide diteteskan Giemsa sampai seluruh

tanahnya agak lembab sampai setinggi kira-kira permukaan slide tertutup). Slide kemudian

1.400 meter di atas permukaan laut. Daun ketepeng diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.

(Cassia alata L.) berkhasiat sebagai obat kudis dan Setelah 30 menit, membilas Giemsa dengan air

obat malaria. Kandungan daun ketepeng (Cassia mengalir dan slide dikeringkan. Minyak imersi

alata L.) mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, (immerse oil) diteteskan pada daerah monolayer

tanin, dan antrakuinon. Daun ketepeng kecil (Cassia (apusan darah tipis) untuk memudahkan

tora L.) berkhasiat sebagai obat kudis, obat malaria, pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran

dan obat panu. Daunnya mengandung saponin, 1000x. Nilai parasitemia dihitung dari pengamatan

flavonoida, dan polifenol. Kedua tanaman ini secara mikroskopis. Nilai parasitemia ini selanjutnya

empiris digunakan oleh masyarakat sebagai obat digunakan untuk menghitung persentase

13 penurun panas pada anak yang sedang sakit. penghambatan pertumbuhan P. falciparum dengan

(4)

86

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis, (Cassia tora L.) tidak menunjukkan penghambatan didapatkan bahwa baik ketepeng (Cassia alata L.) pertumbuhan terhadap P. falciparum.

maupun ketepeng kecil (Cassia tora L.) tidak

menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan SARAN

P. falciparum. Hal ini disebabkan oleh pengenceran Perlu dilakukan pengujian terhadap tanaman bahan uji yang digunakan terlalu encer sehingga lain yang berpotensi sebagai anti malaria yang lebih

tidak mampu memberikan efek penghambatan efektif dalam menghambat pertumbuhan dari terhadap P. falciparum. Selain itu, kondisi P . falciparum.

P. falciparum pada saat pengujian belum mencapai

kondisi optimum, sehingga IC50 sulit ditentukan UCAPAN TERIMA KASIH

karena panghambatan pertumbuhan P. falciparum Ucapan terima kasih disampaikan kepada tidak mencapai 50%. Berdasarkan literatur, untuk Kepala Badan Litbang Kesehatan atas dukungan menentukan IC50 dapat dilakukan dengan menarik dana sehingga penelitian ini dapat terlaksana, garis axis pada angka 50 pada kurva linear dengan Sekretariat Risbinkes Pusat dan Kepala Balai

1

bantuan program microsoft excel. Litbang P2B2 Donggala, atas disetujuinya usulan penelitian ini. Terima kasih kami ucapkan kepada Bahan uji pembanding, klorokuin pada

-9

Prof. Gemini Alam, kepala Laboratorium Fitokimia, konsentrasi 10 menunjukkan angka pertumbuhan

P. falciparum mencapai 100%. Namun, mengalami Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin atas -8 -7 -6 -5 -4

bimbingannya dalam pelaksanaan pengerjaan penurunan pada pengeceran 10 , 10 , 10 , 10 , 10

ekstrak tanaman uji. Terima kasih juga kami dengan pertumbuhan 91%, 76%, 65%, 55%, dan

ucapkan kepada Bapak Dr. Mukh. Syaifuddin dan 37%. Berdasarkan penelitian sebelumnya,

kawan-kawan di Laboratorium Biologi Molekuler, klorokuin dapat dibuktikan mampu memberikan

P. falciparum. PTKMR, BATAN atas bimbingan dan arahannya efek penghambatan pertumbuhan

dalam pelaksanaan uji in vitro. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka nilai IC 50

adalah 2 x 10-4 ug/mL.

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN 1. Kandun N. Pencegahan dan pemberantasan penyakit

Hasil uji laboratorium ekstrak etanol daun menular lingkungan pemukiman. Jakarta: ketepeng (Cassia alata L.) dan ketepeng kecil Departemen Kesehatan; 1995.

Tabel 1. Hasil Persentase Parasitemia Cassia alata L., Cassia tora L., Klorokuin dan Kontrol

Bahan Uji Konsentrasi Parasitemia (%) Average

(%) Grow Rate (%) P1 P2 Cassia alata L. 10-4 0.78 0.76 0.77 98 10-5 0.76 0.74 0.75 96 10-6 0.64 0.7 0.67 86 10-7 0.68 0.66 0.67 86 10-8 0.6 0.64 0.62 79 10-9 0.7 0.6 0.65 83 Cassia tora L. 10-4 0.7 0.72 0.71 91 10-5 0.74 0.72 0.73 94 10-6 0.7 0.84 0.77 98 10-7 0.8 0.56 0.68 87 10-8 0.82 0.54 0.68 87 10-9 0.7 0.68 0.69 88 Klorokuin 10-4 0.3 0.28 0.29 37 10-5 0.4 0.46 0.43 55 10-6 0.52 0.5 0.51 65 10-7 0.62 0.56 0.59 76 10-8 0.7 0.72 0.71 91 10-9 0.8 0.76 0.78 100 Kontrol 0.76 0.8 0.78 100 69

s e r t a d a l a m u p a y a p e n c e g a h a n y a n g 7. Pemerintah Kabupaten Bantul. Profil Kabupaten 12

direkomendasikan oleh tenaga kesehatan setempat. Bantul tahun 2011.

Penerimaan perilaku baru yang didasari oleh 8. Handayani TE, Purwanti OS. Pengaruh pendidikan pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, akan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap menjamin perilaku tersebut dilaksanakan secara masyarakat tentang pencegahan tuberkulosis paru di berkesinambungan. Perilaku yang tidak didasari Dusun Kayangan Kecamatan Karanganyar oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan Kabupaten Karanganyar. [Diakses 1 Oktober 2014].

13

berlangsung lama. Peningkatan pengetahuan Diunduh dari: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/ masyarakat diharapkan dapat menjadi domain untuk bitstream/handle/123456789/3636/TRI%20ETIK% perubahan sikap maupun perilaku kesehatan. 20-%20OKTI%20Fix.pdf?sequence=1.

9. Sungkar S, Rawina W, Agnes K. Pengaruh KESIMPULAN

penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan Penerapan pendidikan kesehatan dengan

masyarakat dan kepadatan Aedes aegypti di metode ceramah kombinasi efektif meningkatkan

Kecamatan Bayah,Provinsi Banten. Makara pengetahuan tentang pencegahan leptospirosis.

Kesehatan. 2010; 14 (2): 81-5.

10. Utari R. Taksonomi Bloom: apa dan bagaimana SARAN

menggunakannya. [Diakses 1 Oktober 2014]. P e n y u l u h a n t e n t a n g p e n c e g a h a n

Diunduh dari: http://www.bppk.depkeu.go.id/ leptospirosis perlu dilaksanakan secara rutin di

w e b p k n / a t t a c h m e n t s / a r t i c l e / 7 6 6 / 1 -wilayah Desa Argosari dan Wukirsari untuk

Ta k s o n o m i % 2 0 B l o o m % 2 0 - % 2 0 R e t n o - o k meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap

mima+abstract. pdf. pencegahan leptospirosis.

11. Ircham M dan Eko S. Pendidikan kesehatan bagian

UCAPAN TERIMA KASIH dari promosi kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya;

Kami mengucapkan terima kasih kepada 2008. Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

12. Pai HH, Hong YJ and Hsu HL. Impact of a Short-Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga, Drs.

Term Community-Based Cleanliness Campaign on Ristiyanto, M.Kes, Farida D. Handayani, M.Sc,

the Sources of Dengue Vectors: An Entomological Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul beserta

a n d H u m a n B e h a v i o r S t u d y. J o u r n a l o f staf, Kepala Puskesmas Sedayu dan Imogiri II

Environmental Health. 2006; 68 (6): 35-8. beserta staf, Kepala Desa Argosari dan Kepala Desa

13. Green L and Kreuter M. Health promotion planning: Wukirsari, tokoh masyarakat dan responden serta

an educational and ecological approach. Mountain semua pihak yang telah berpartisipasi aktif terhadap

View CA: Mayfield; 2005. pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Levett PN. Leptospirosis. Clin Micribiol Rev. 2001; 14 (2): 296-326.

2. Assimina Z and Fotoula B. Leptospirosis: epidemiologi and preventive measures. HSJ-Health Science Journal. 2008; 2 (1): 78-82.

3. Notoatmojo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.

4. Azwar S. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011.

5. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta; 2008.

6. Budiarto. Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2002.

(5)

2. Hiswani. 2004. Gambaran penyakit dan vektor 9. Depkes RI. 2000. Parameter standar umum ekstrak malaria di Indonesia [Diakses 15 September 2010]. tumbuhan obat. Jakarta; 2000. h. 10-11.

Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id//fkm- 10. Anonim. Tanaman obat-ketepeng kecil [Diakses 10 hiswani11.pdf. S e p t e m b e r 2 0 1 0 ] . D i u n d u h d a r i : 3. Wright, C. W. 2005. Traditional antimalarials and http:/www.tanamanobat.com/aneka_tanaman_obat/

the development of novel antimalarial d r u g s 11. Mustofa. Aktivitas antiplasmodial in vivo dan [ c i t e d 2 0 1 0 S e p t 1 9 ] . Av a i l a b l e f r o m : mekanisme aksi senyawa turunan fenantrolin-1,10. http://digilib.unimus.ac.id/anikinaya.pdf. [Diakses 2 Desember 2012]. Diunduh dari: 4. World Health Organization. Initiative for vaccine http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/MUSTOFA_

research, state the art of vaccine research and 142_-_149.pdf

development. 2005. [Cited 2010 Sept 19]. Available 12. Syamsudin. 2007. Aktivitas antiplasmodium dari dua from http:/www.who.int/vaccinesdocuments/ fraksi ekstrak n-heksan kulit batang asam gandis 5. Sandjaja B. Parasitologi kedokteran buku I: (Garcinia parfivolia Miq.) [Diakses 28 Oktober

protozoologi kedokteran. Jakarta: Prestasi Pustaka 2010]. Diunduh dari: http://www.news-medical.net/ Publisher; 2007. 13. Gunawan. Uji daya anthelmintika in vitro infusa daun 6. Program pemberantasan malaria di Kalimantan dan ketepeng kecil (Cassia tora L.) serta skrining Sulawesi. [Diakses 16 September 2010]. Diunduh fitokimianya. [Diakses 21 Desember 2011]. Diunduh dari: http://www.perdhaki.org/ dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/

7. Kusmardi. 2007. Efek imunolator ekstrak daun 14. Lembaga Eijkman. Workshop: pewarnaan giemsa ketepeng cina (Cassia alata L.) terhadap aktivitas dan bioassays.

dan kapasitas fagositosis makrofag. Makara Kesehatan. 2007; 11 (2): 27-30.

8. Aryanti. 2007. Uji daya antimalaria Artemisia spp. terhadap Plasmodium falciparum. [Diakses 1 S e p t e m b e r ] . D i u n d u h d a r i : http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/5._17-2-2007-aryanti.pdf.

68

Sebagian besar responden berusia 20-40 informasi yang disampaikan dapat berasimiliasi di tahun. Responden laki-laki lebih banyak daripada masyarakat. Sikap terbentuk oleh pengaruh faktor

4

perempuan. Pekerjaan responden paling banyak sosial budaya di masyarakat. Responden di lokasi adalah buruh tani, petani, dan ibu rumah tangga. penelitian adalah masyarakat perdesaan. Sebagian besar responden memiliki latar belakang Karakteristik masyarakat perdesaan adalah

pendidikan rendah. masyarakat tradisional yang memegang norma

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada budaya leluhur, hubungan interpersonal kuat, butuh perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada rerata waktu untuk menerima hal baru, dan adanya tokoh 11 pengetahuan responden sebelum dan sesudah adat/agama yang menjadi panutan di masyarakat. intervensi. Hal ini berarti ada peningkatan Adopsi hal baru kepada masyarakat tradisional pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan secara tidak langsung juga mengubah kebiasaan penyuluhan. Pada variabel sikap diketahui tidak ada maupun pola pikir yang dilakukan secara turun perbedaan yang signifikan (p>0,05) pada sikap temurun di lingkungan tempat tinggalnya. Hasil responden baik sebelum maupun sesudah studi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

penyuluhan. Provinsi Banten yang menyebutkan bahwa

p e n g g u n a a n m e t o d e p e n y u l u h a n m a m p u

PEMBAHASAN meningkatkan pengetahuan responden namun

Berdasarkan hasil penelitian, metode belum dapat mengubah sikap maupun perilaku 9

penyuluhan berhasil meningkatkan pengetahuan responden.

responden. Hal tersebut diketahui dari analisis P e n g e t a h u a n a d a l a h h a s i l p r o s e s statistik yang menunjukan ada perbedaan nyata pada penginderaan manusia (panca indera) terhadap skor variabel pengetahuan sebelum dan sesudah objek tertentu yang dipengaruhi oleh intensitas mendapat penyuluhan. Hasil studi ini sejalan dengan pesan dan persepsi terhadap objek. Pengulangan beberapa penelitian sebelumnya yang juga pesan kesehatan diperlukan untuk memperkuat 3 menunjukan peningkatan pengetahuan responden informasi pada ranah kognitif responden. setelah menerima informasi dari metode Keterbatasan penelitian ini adalah ceramah

8, 9

penyuluhan. kesehatan yang diberikan oleh tim peneliti kepada

Pada analisis uji beda diketahui tidak ada responden hanya sebanyak satu kali sehingga sangat perbedaan yang signifikan pada variabel sikap memungkinkan responden dapat melupakan sebelum dan sesudah responden mendapatkan informasi yang diberikan atau terjadi salah persepsi metode penyuluhan dengan ceramah. Hasil tersebut dari isi pesan penyuluhan di masa mendatang. Di berarti bahwa responden telah memiliki wilayah penelitian, sebagian besar responden pengetahuan tentang tindakan pencegahan memiliki latar belakang pendidikan rendah sehingga leptospirosis tetapi pengetahuan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan responden belum mampu untuk mengubah sikap responden. dalam memahami informasi terutama tentang Menurut teori taksonomi Bloom, ranah kognitif pencegahan leptospirosis yang dapat disebut sebagai responden setelah mendapat penyuluhan masih hal baru di lokasi penelitian. Tingkat pendidikan berada dalam tahap dasar (lower order skills) yaitu mempengaruhi kemampuan individu dalam tingkat mengetahui dan memahami informasi, memahami pesan kesehatan. Semakin tinggi tingkat belum sampai pada tingkat untuk menerapkan pendidikan seseorang maka akan lebih mudah

11 pengetahuan ke dalam praktek atau situasi yang menerima suatu informasi.

10

baru. Tujuan awal kegiatan promosi kesehatan

B e r d a s a r k a n s u r v e i p e n d a h u l u a n , dalam penanganan KLB adalah untuk mengajak masyarakat di Desa Argosari dan Wukirsari baru masyarakat agar lebih waspada terhadap bahaya mengenal penyakit leptospirosis setelah munculnya penyakit dan melakukan tindakan pencegahan KLB sehingga upaya pencegahan leptospirosis secara dini (early awareness). Studi di wilayah dapat dianggap sebagai suatu inovasi untuk perdesaan di China menggunakan penyuluhan untuk masyarakat di Desa Argosari dan Wukirsari. menghilangkan salah persepsi masyarakat tentang Pencegahan leptospirosis merupakan hal yang baru pencegahan penyakit setelah terjadi peningkatan di masyarakat tersebut sehingga memerlukan jumlah kasus yang cukup tinggi. Hasilnya terbukti peningkatan upaya promosi kesehatan agar mampu menarik perhatian masyarakat untuk ikut

(6)

88

yang kosong dari responden, skoring, entri data ke HASIL

komputer dan analisis data. Skor pengetahuan Desa Argosari merupakan salah satu desa di diukur dengan kuesioner sebanyak 21 pertanyaan. Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Kecamatan Jawaban salah dinilai 0 dan benar dinilai 1. Skor Sedayu berada di sebelah barat laut dari ibukota minimal untuk pengetahuan adalah 0, sedangkan Kabupaten Bantul dan berbatasan dengan skor maksimal adalah 21. Skor sikap diukur dari 14 Kabupaten Sleman. Secara keseluruhan Kecamatan pernyataan, dengan bentuk jawaban dalam skala Sedayu berada di dataran rendah. Iklim di wilayah likert dengan 3 skala. Skor minimal untuk Kecamatan Sedayu tergolong panas. Desa Wukirsari pernyataan sikap adalah 14 sedangkan skor terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.

maksimal adalah 42. Luas wilayah lebih kurang 15 km2, dibagi menjadi

H a s i l u j i n o r m a l i t a s d a t a d e n g a n 16 dusun dan 91 rumah tangga (RT). Mayoritas menggunakan Kolmogorov Smirnov menunjukkan penduduk di kedua wilayah tersebut bekerja sebagai

7 bahwa pada variabel pengetahuan p<0,05 yang petani.

berarti data berdistribusi tidak normal, sedangkan D i s t r i b u s i r e s p o n d e n b e r d a s a r k a n variabel sikap p>0,05 berarti bahwa data karakteristik demografi disajikan pada Tabel 1. berdistribusi normal. Analisis data menggunakan uji Jumlah responden yang bersedia mengikuti Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan rerata penyuluhan sebanyak 61 orang yaitu 33 orang di variabel pada pengukuran sebelum dan sesudah Desa Argosari dan 28 orang di Desa Wukirsari.

6 intervensi.

.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Karakteristik Jumlah (sampel=61) % Umur 20- 40 tahun 39 63,9 > 40 tahun 22 36,1 Jenis kelamin Laki-laki 37 60,7 Perempuan 24 39,3 Pendidikan Rendah 47 77,1 Menengah 13 21,3 Tinggi 1 1,6 Pekerjaan Petani 16 26,2 Peternak 1 1,6 Pedagang 3 4,9 Karyawan 8 13,1 Buruh tani 21 34,5

Ibu rumah tangga 11 18,1

Tidak bekerja 1 1,6

Tabel 2. Perbandingan Rerata Skor Pretest dan Post Test

Variabel Pre-test Post-test Rerata selisih mean p value

Pengetahuan

Mean ±SD 34,74±3,79 35,89±4,09 0,36 0,002

Sikap

Mean ±SD 35,84±3,43 36,20±3,23 1,15 0,311

Gambar

Tabel 1. Hasil Persentase Parasitemia Cassia alata  L. , Cassia tora  L. , Klorokuin dan Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti model pembelajaran team quiz dengan

banyak memberi petunjuk penting. Beberapa suara yang akan sangat berguna untuk memberikan petunjuk kepada para penyan-dang tunanetra misalnya seperti suara berba -gai binatang,

Yayasan merupakan badan usaha yang diakui sebagai badan hukum di Indonesia, masalah pembubaran Yayasan di Indonesia sekalipun telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 16

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi praktek sanitasi dan higienis dalam pengolahan/penanganan makanan yang berbasis daging sapi dan menetapkan titik

Maka pada siklus II ini peneliti melakukan pelatihan dan pembimbingan dengan menjelaskan sub sub bagian yang harus ada pada program, dan banyak tanya jawab,

dibangun berdasarkan gejala humor dan amanatnya sebagai satu kesatuan pemaknaan. Gejala humor dalam kumpulan cerita Abu Nawas didominasi pada pengembangan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/IX/1990 maka parameter kimia yang diperiksa untuk sampel air limbah adalah pH, DO, BOD, COD, nitrat,

Dalam penetapan target pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Way Kanan agar berpedoman kepada