• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 OBYEK PENELITIAN. 3.1 Basement (Music and Recording Studio) Sound Production House

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 OBYEK PENELITIAN. 3.1 Basement (Music and Recording Studio) Sound Production House"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

OBYEK PENELITIAN

3.1 “Basement (Music and Recording Studio)” Sound Production House 3.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan

Organisasi ini pertama kali berdiri dengan nama Studio Lain (Music and Recording) pada tahun 2004. Studio tersebut didirikan di daerah Pangkalan Jati oleh pemiliknya yaitu Bayu Djoyo Gondokusumo bersama partner nya yaitu Wisnu. Awal tahun 2006 organisasi ini pindah ke Cinere dan merubah nama menjadi Lain Music Studio. Pada tahun 2007, setelah sempat mendirikan Q Studio di daerah Fatmawati yang fokus untuk studio rekaman, akhirnya pemilik dan parter nya memutuskan untuk membuat menggabungkan konsep Lain dan Q Studio dan membangun Sound Production House bernama Basement (Music and Studio Recording) di daerah Cilandak yang berdiri sampai saat ini

Berikut adalah logo yang digunakan oleh perusahaan ini:

(2)

Gambar 3.1.2 Logo “Basement (Music and Recording Studio)” (2007-2012)

Gambar 3.1.3 Logo Singkat “Basement (Music and Recording Studio)” (2007-2012)

3.1.2 Profil Perusahaan

Basement Music and Recording Studio merupakan sebuah rumah produksi suara yang berpengalaman dalam memproduksi karya suara yang berkualitas. Nama Basement sendiri memiliki arti bahwa studio ini merupakan dasar yang kuat bagi keberhasilan dan kepuasan yang akan diraih, baik dari hasil karya suara yang dihasilkan, lingkungan, ataupun dari berbagai kesempatan serta relasi yang diciptakan oleh tempat ini. Basement memiliki konsep yang santai dan

(3)

kekeluargaan sehingga setiap orang datang dari kalangan biasa ataupun profesional dapat saling berbagi informasi.

Perusahaan ini memiliki dua studio musik dan satu studio rekaman. Di bidang music production, Basement melayani proses rekaman beragam musik dan jenis rekaman, mulai dari perekaman instrumen, vokal, pembuatan demo, mixing dan mastering dengan standar demo ataupun standar edar, hingga pembuatan mini album dan album.

Selain bergerak di bidang jasa pelayanan di bindang produksi musik bagi para musisi, penyewaan studio musik dan sound system, Basement juga melayani sound production lainnya yang dibutuhkan oleh media massa ataupun suatu organisasi, dari proses perekaman hingga pengemasan yang bersih dari noise dan sesuai dengan konsep yang diinginkan oleh orang yang melakukan proses perekaman ataupun konsep yang diinginkan oleh media massa atau perusahaan yang menugasinya. Oleh karena beragamnya kebutuhan client, Basement hingga saat ini melayani berbagai jenis sound production yang dibutuhkan oleh berbagai media massa dan perusahaan, seperti:

1. Jingle

Jingle merupakan logo berupa audio bagi suatu produk, perusahaan, atau event. Oleh karena itu, jingle mencirikan hal yang sama dengan logo visual yang diperlihatkan kepada khalayak. Durasi jingle hanya sebentar dan memuat nama dari suatu produk, perusahaan, atau event yang bersangkutan, serta beberapa kalimat yang sangat mencirikan hal tersebut, biasanya diiringi oleh musik yang sesuai sebagai backsound yang berfungsi untuk menarik perhatian pendengar.

(4)

2. Layanan perekaman Voice Over

Voice over merupakan rekaman yang hanya berisikan suara si perekam. Perekaman ini dilakukan biasanya untuk pesan yang berdurasi lama atau pesan berisikan informasi yang padat, sehingga pesan tersebut dapat disampaikan dengan lebih rapi dan bebas dari noise. Beberapa bentuk voice over yang diproduksi oleh Basement seperti:

a. Percakapan (dubbing) untuk film dan pertunjukan b. Program radio

c. E-Learning

d. Pelatihan perusahaan 3. Iklan

Untuk meletakkan iklan pada spot media massa diperlukan iklan yang berkualitas dan berdurasi sesuai dengan perencanaan penempatan spot iklan tersebut. Perekaman voice over untuk iklan di Basement selama ini ditujukan untuk iklan komersial yang akan disiarkan di radio dan televisi, serta iklan non-komersial berbagai perusahaan dan organisasi yang ditujukan bagi karyawan internal.

3.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam

(5)

struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.(organisasi.org) Hal tersebut diperjelas dengan adanya empat elemen yang terdapat di dalam sebuah struktur organisasi, yaitu:

1. Adanya spesialisasi kegiatan kerja 2. Adanya standardisasi kegiatan kerja 3. Adanya koordinasi kegiatan kerja 4. Besaran seluruh organisasi

Sebuah organisasi perusahaan memerlukan pengetahuan dan kerjasama organisasi yang baik untuk dapat berkompetisi. Menjaga hubungan vertikal dan horizontal dari sebuah struktur organisasi sangat dipentingkan. Semua posisi di sebuah organisasi saling mendukung dan memiliki kepentingan serta tujuan yang sama. (Grana, 2003) Di dalam jurnal tersebut juga disebutkan bahwa berlangsungnya proses interaksi dan pengetahuan yang cukup di dalam sebuah organisasi perusahaan dapat membentuk sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi yang baik bagi berjalannya sistem yang berlaku di perusahaan.

Basement mempunyai struktur organisasi yang sederhana dan tidak rumit, dikarenakan oleh pekerjaan yang ada di dalam perusahaan ini dapat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terlalu banyak jumlahnya. Struktur perusahaan yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut:

(6)

Berikut adalah penjelasan dari struktur organisasi tersebut:

1. Sebagai seorang owner, Bayu merupakan pemilik dan penggerak utama dari Basement. Oleh karena banyaknya link yang dimiliki dan merupakan orang yang terlama di perusahaan ini, maka Bayu juga memerankan posisi sebagai Public Relation.

2. Partner kerja disini merupakan seseorang yang turut bekerja sama dalam banyak hal serta memberikan modal dan fasilitas bagi perusahaan ini.

3. Operational Manager di perusahaan ini merupakan seseorang yang menjembatani hubungan pemilik dengan pekerja lainnya dan juga para

Owner: Bayu Partner: Wisnu

Oprational Manager: Yudhi Sound Engineer: Karis Studio Operator : Isak Audio Operator: Mike

Gambar 3.1.3.1 Struktur Organisasi Rumah Produksi Suara “Basement (Music and Recording Studio)”

(7)

pelanggan. Posisi ini memiliki sejumlah pekerjaan dan tanggung jawab antara lain:

a. Mengatur jadwal kegiatan yang berlangsung di perusahaan dan memantau jalannya kegiatan tersebut.

b. Memberikan jobdesk kepada sound engineer, audio operator, dan studio operator, serta mengawasi kegiatan mereka

c. Mencatat kegiatan, pesan atau saran dari pengguna studio, pengeluaran dan pemasukan perusahaan, lalu melaporkannya kepada pemilik perusahaan. 4. Sound engineer berperan penting dalam menghasilkan karya yang baik. Proses

recording, sound editing, hingga mixing dan mastering menjadi tugas utama dari sound engineer di Basement.

5. Audio operator bertugas untuk membantu Sound Engineer saat bekerja dan harus mengerti tentang sound system serta pengaturannya karena juga akan bertugas mengurus penyewaan sound system

6. Studio Operator mengurus penggunaan studio dan perawatan peralatannya serta menjalani arahan dari Operaational Manager dan masukan dari Sound Engineer

3.1.4 Visi dan Misi Perusahaan

Visi adalah pandangan jauh ke depan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan atau organisasi tentang gambaran masa depan yang diinginkan. Sedangkan misi adalah pernyataan tentang tujuan dan sasaran yang ingin dicapai secara lebih terfokus.

(8)

Visi dari rumah produksi suara Basement Music and Recording Studio adalah dapat menjadi dasar yang kuat bagi para musisi, pekerja media, dan penikmat hasil karya suara di Indonesia untuk berkembang dan menghasilkan karya terbaik. Sedangkan misi dari rumah prodksi suara Basement Music and Studio Recording adalah:

1. Menjadi rumah produksi suara yang semakin berkualitas dan terpercaya bagi masyarakat pada umumnya dan musisi pada khususnya

2. Memperluas target konsumen hingga tingkat nasional dan internasional

3.2 Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam pembuatan skripsi ini. Riset kualiatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, sehingga bila data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Dalam metode kualitatif, yang paling ditekankan adalah kualitas atau kedalaman persoalan dibahas, bukan kuantitas atau banyaknya data. (Kriyantono, 2006).

Untuk melihat bagaimana peran Sound Engineer secara mendalam, penulis menggunanakan jenis metode studi kasus dan memilih penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif. Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunakan utuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis.

(9)

Oleh karena dalam penelitian ini memerlukan berbagai macam instrumen pengumpulan data, periset dapat menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dan yang lainnya. (Kriyantono, 2006) Bersumber dari buku yang sama, bahwa dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Untuk penelitian studi kasus ini, penulis meneliti peran seorang Sound Engineer menggunakan metode pengumpulan data wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi literatur, lalu menguraikannya secara deskriptif, yang merupakan deskripsi detail mengenai topik yang diteliti.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian, maka data yang penuli kumpulkan adalah data kualitatif yang merupakan data yang berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat narasi-narasi. Data ini berhubungan dengan kategorisasi dan karakteristik. Berdasarkan sumbernya, data kualitatif dikelompokkan menjadi data historis, data teks, data kasus, dan data pengalaman individu. (Kriyantono, 2006)

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data pengalaman individu dan data hasil observasi penulis sebagai data kualitatif nya. Dari data kualittif tersebut dapat diketahui data tentang motif menjadi seorang pekerja, dalam hal ini adalah Sound Engineer, lalu kebiasaannya dalam melakukan pekerjaan, kebiasaan para pelanggan, bagaimana perasaannya mengenai pekerjaan tersebut, bagaimana proses pekerjaan tersebut dan hal-hal yang harus dilalui termasuk faktor luar yang

(10)

dapat mempengaruhi hasil karya, hingga berbagi saran, pendapat, dan definisi-definisi menyangkut pekerjaan tersebut menurut pengalamannya.

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan dalam mengumpulkan data. Berdasarkan penjabaran tentang data pengalaman individu sebelumnya, maka metode penelitian yang digunakan penelitian kualitatif ini adalah melalui wawancara mendalam (depth interview) yang dilakukan kepada Sound Engineer dari rumah produksi suara Basement yang bernama Kharisma, diiringi dengan melakukan observasi di tempat yang sama dengan unit analisis nya adalah organsasi tersebut dan melihat cara organisasi tersebut (khususnya depatemen kerja Sound Engineerng) beraktivitas, serta melakukan studi literatur terhadap hal terkait dengan objek penelitian.

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan secara lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut:

1. Wawancara mendalam (depth interview)

Merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Wawancara mendalam ini biasanya dikombinasikan dengan observasi partisipan. (Kriyantono, 2006) Untuk mendapatkan wawancara yang mendalam, wawancara dibiarkan berjalan informal sehingga informal dapat dengan bebas memberikan jawaban. Kriyantono dalam bukunya juga mengatakan bahwa sebuah metode wawancara memiliki karakteristik untuk digolongkan menjadi wawancara mendalam. Karakteristik dari wawancara mendalam tersebut dan diterapkan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

(11)

a. Menggunakan subjek yang sedikit atau bahkan satu atau dua orang saja. Di dalam penelitian skripsi ini hanya menggunakan satu subjek yaitu Sound Engineer dari rumah produksi suara Basement.

b. Menyediakan latar belakang secara detail mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Dari wawancara ini terelaborasi elemen dalam jawaban, yaitu opini, nilai-nilai (values), motivasi, pengalaman-pengalaan, maupun perasaan informan.

c. Wawancara mendalam memperhatikan pesan verbal dan nonverbal yang diberikan oleh informan.

Saat melakukan penelitian, selain mempehatikan, merekam, dan mencatat jawaban verbal yang diberikan oleh Kharisma, penulis juga memperhatikan respons nonverbal yang muncul, seperti saat informan memberikan isyarat tidak nyaman setelah mengutarakan jawaban yang berarti pesan yang sempat terucap harus di off-record. Off-record permintaan untukk tidak memasukkan pesan yang terucap namun karena alasan tertentu, tidak diinginkan oleh informan untuk direkam atau disebarluaskan.

d. Wawancara mendalam biasanya dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali-kali. Bahkan bila perlu pewawancara turut melibatkan diri secara dekat untuk mengetahui pola keseharian informan.

Dalam hal ini, penulis berada di unit kerja yang sama dengan informan selama kurang lebih dua bulan. Selama rentan waktu itu, penulis melakukan penelitian, wawancara, dan observasi terhadap informan dan aktivitas yang dilakukannya di dalam perusahaan.

(12)

e. Wawancara mendalam sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara atau keakraban antara pewawancara dengan informan, sehingga wawancara dapat berlangsung terus.

Dalam hal keakraban, penulis menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan informan sehingga bila penulis ingin mendapatkan jawaban yang lebih lengkap atas pertanyaan yang sama, penulis dapat mengajukan pertanyaan kembali. Hal ini juga berguna untuk menguji keyakinan informan dalam menjawab pertanyaan.

2. Observasi

Metode observasi dalam hal ini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung (tanpa mediator) suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan oleh objek tersebut. (Kriyantono, 2006) Dijelaskan juga oleh Rachmat Kriyantono dalam bukunya, bahwa dalam riset dikenal dua jenis metode observasi yaitu observasi non-partisipan dan partisipan. Berikut merupakan sebuah gambar yang dapat membantu memahami jenis observasi:

Gambar 3.3.1 Jenis-Jenis Observasi (Wimmer and Dominic, 2000)

Overt

Covert

Observer Participant

1 2

(13)

a. Kuadran 1 disebut peneliti yang tampak (Overt-Observer). Penelitian ini menrupakan jenis observasi dimana peneliti hanya sebagai pengamat (Observer) dan kehadiran serta maksudnya dikethui oleh yang diteliti. b. Kuadran 2 disebut partisipan yang tampak. (Overt-Participant) karena

peneliti tidak hanya mengamati namun juga berpartisipasi dalam aktivitas yang diteliti. Jenis penelitian inilah yang penulis gunakan.

c. Kuadran 3 berisikan situasi dimana peneliti terbatas sebagai Observer namu subjek yang diteliti tidak menyadari bahwa sedang diteliti (covert/tertutup)

d. Kuadran 4 peneliti berperan sebagai partisipan namun subjek yang diteliti juga tidak menyadari bahwa sedang diteliti.

Berdasarkan gambar dan penjelasan dari tabel tersebut maka dapat diperjelas bahwa observasi partisipan merupakan metode observasi dimana peneliti juga menjadi partisipan yang ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh yang diteliti, dan kehadirannya dapat diketahui atau tidak. Sedangkan observasi non-partisipan adalah metode observasi yang perisetnya hanya melakukan observasi danpa melakukan kativitas yang dilakukan oleh yang diteliti, baik kehadirannya diketahui ataupun tidak.

Berdasarkan definisi tersebut, observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipan dengan masuk ke dalam lingkungan kerja subjek penelitian yaitu Sound Engineer di rumah produksi suara Basement, dan melakukan aktivitas yang serupa sehingga dapat merasakan langsung profesi yang diteliti. Penulis memilih untuk melakukan penelitian yang tampak (overt)

(14)

karena penulis juga perlu melakukan metode wawancara mendalam, informan yang diteliti sadar akan adanya penelitian yang sedang berlangsung.

Tindakan yang dilakukan dalam observasi dan wawancara mendalam dibedakan dalam tabel berikut (Berger, 2000 dalam Kriyantono, 2006) :

Dimensi Wawancara Observasi

Waktu Masa lampau dan sekarang (past and present)

Sekarang dan sedang berlangsung (present and in

progress) Jenis

Data

Sikap (attitudes), motivasi (motivation), dan pernyataan

verbal

Tindakan (actions), perilaku (behavior), interaksi (interactions), percakapan (conversation), konteks (context) Metode Bertanya (asking), mendengar

(hearing), dan memeriksa (probing)

Mengamati (seeing), dan mendengarkan (hearing)

Tabel 3.3.1 Perbedaan Wawancara dan Observasi oleh Berger

Metode pengambilan data lainnya adalah studi literatur, yang merupakan studi pencarian data di berbagai sumber untuk mendukung penelitian atau memperkuat pernyataan informan. Studi literatur bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendukung konsep penelitian serta dapat memberikan latar belakang terhadap permasalahan yang diteliti. Penulis melakukan studi literatur

(15)

dengan mencari data di berbagai sumber buku dan sumber tertulis lainnya, serta menggunakan jaringan internet untuk memperoleh data dari berbagai situs yang ada.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam metode observasi adalah dengan membuat kategori-kategori tertentu dengan Filling System (Wimmer & Dominic): Tindakan (actions), perilaku (behavior), interaksi (interactions), percakapan (conversation). Setelah itu penulis memperkuat hasil tersebut dengan hasil analisis data wawancara mendalam dan bantuan dari teori yang didapat dari studi literatur.

Metode analisis data wawancara mendalam yang dilakukan oleh penulis adalah membuat pengkodingan (analisis) hasil wawancara. Pengkodingan tediri atas tiga tahapan, yaitu:

1. Pengkodingan Terbuka (Open Coding)

Dalam tahap ini tidak hanya sekedar membuat transkrip wawancara dengan meringkas hasil wawancara, melainkan mulai menemukan kata kunci dengan metode reduksi data. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. (Patilima, 2005) 2. Pengkodingan Terporos (Axial Coding)

Merupakan pembuatan prosedur penempatan data kembali dengan cara membuat kaitan antar kategori dari hasil wawancara dengan menggunakan kata kunci yang sudah dipilih sesuai topik oleh penulis. Dalam pembuatan

(16)

kategori, kategori mencangkup semua transkrip wawancara dan tidak ada tumpang tindih antar kategori

3. Pengkodean Terpilih (Selective Coding)

Dalam pengkodingan ini dilakukan penyederhanaan data dengan menggabungkan semua kategori sehingga menghasilkan suatu tema yang menyimpulkan tujuan dari penelitian ini.

3.5 Validitas Data

Untuk melakukan metode analisis data yang membandingkan, mencocokkan, atau menguatkan metode satu dan lainnya, penulis menggunakan Analisis Triangulasi, yang melakukan analisis jawaban wawancara mendalam informan dengan meneliti kebenarannya dengan sumber data yang lainnya. Bersumber kepada buku Teknik Praktis Riset Komunikasi (Dwidjowinoto dalam Kriyantono, 2006:72), berikut adalah analisis triangulasi yang dilakukan penulis dalam penelitian ini:

1. Triangulasi Sumber

Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Dalam hal ini peneliti membandingkan dan menggabungkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada Sound Engineer dan Owner Basement, serta mengaitkannya dengan hasil observasi.

(17)

2. Triangulasi Teori

Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu. Dalam landasan teori, penulis menjabarkan lebih dari satu teori yang dipergunakan untuk mendukung penelitian ini.

3.6 Permasalahan yang Dibahas

Rumah produksi suara memiliki tenaga ahli untuk mengoperasikan fasilitas yang ada dan memproduksi suara yang berkualitas yang akan berpengaruh pada keberhasilan perusahaan. Basement memiliki seorang Sound Engineer yang melakukan tugas tersebut. Maka hal permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Definisi dan peran yang dimainkan seorang Sound Engineer 2. Tugas yang dilakukan oleh Sound Engineer

3. Produksi yang dihasilkan oleh Sound Engineer bagi perusahaan 4. Perbedaan kualitas hasil produksi

Gambar

Gambar 3.1.1 Logo “Lain Music Studio” (2006)
Gambar 3.1.2 Logo “Basement (Music and Recording Studio)”
Gambar 3.1.3.1 Struktur Organisasi Rumah Produksi Suara
Gambar 3.3.1 Jenis-Jenis Observasi  (Wimmer and Dominic, 2000)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian mengenai atribut produk yang diinginkan konsumen, dapat disimpulkan ada 4 atribut yang merepresentasikan keinginan konsumen terhadap produk

Selain komponen konsumsi rumah tangga, komponen PDRB Penggunaan yang mengalami peningkatan peranan pada triwulan III tahun 2014 dibandingkan dengan triwulan II

Pewangi Laundry Rejang Lebong Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI TARGET MARKET PRODUK NYA:.. Kimia Untuk Keperluan

Shinto juga tidak memilik kitab suci, simbol ataupun nabi sebagai penemu atau penyebar agama pertama kali, jadi Shinto lahir dan berkembang secara alami dalam masyarakat,

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING LANGKAH KAKI DENGAN SENSOR MPU6050 BERBASIS ANDROID beserta seluruh isinya

Dalam menemukan analisis pengeluaran orang tua untuk biaya sekolah peserta didik di sekolah dasar, dengan unsur-unsur pokok yang ditemukan sesuai dengan

Penggunaan daun gamal (Gliricidia sapium), guna mempercepat kematangan buah pisang Raja Sere dan Emas yang dilakukan Yulianingsih dan Dasuki (1989), menyatakan bahwa daun gamal