• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tutur Medang Kemulan: Analisis Struktur dan Fungsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tutur Medang Kemulan: Analisis Struktur dan Fungsi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

436

Tutur Medang Kemulan:

Analisis Struktur dan Fungsi

I Wayan Agus Wirawan1*, I Wayan Suardiana2, Putu Sutama3 123

Prodi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Unud

1

[e-mail: e-mail:aguswirawan108@gmail.com] 2[e-mail: i.suardiana@yahoo.co.id] 3 [e-mail: sutama_udayana@yahoo.com]

*Corresponding Author

Abstract

This research investigate about Tutur Medang Kemulan. Tutur Medang Kemulan laden with tutur knowledge, which was in its manuscript consist of many advices and important information for Balinese people. The objective of this research was to describe the structure and the function which exist in Tutur Medang Kemulan. The theory of this research was structural theory according to Teeuw, and function theory by Ratna and Damono.

The method of this research was divide into 3 steps such as, in data preparing used literature study method, which supported by reading tecnique, translating and noted. In data analysis step, the method which was used is qualitative method which was supported by analytic descripive technique, and in data anaysis present step used informal method, which was supported by deductive and inductive technique.

The result which was gain by this present study is the form structure consist by: kind of language and language style. Content structure consist by: main part, middle part, and last part. Besides that there are also had the function of Tutur Medang Kemulan such as, the function in education or knowledge level is the knowledge function about Sang Watugunung story, knowledge function about self-control, knowledge function about philosophy, and as a function of Balinese regulation social settings.

Keyword : tutur, structure, function

1. Pendahuluan

Keberadaan kesusastraan Bali Tradisional (klasik) di masyarakat lebih popular dari pada kesusastraan Bali Anyar (modern), yang sangat berpengaruh pada hal ini adalah kecenderungan masyarakat Bali dalam mempergunakan kesusastraan Bali Tradisional dimana masyarakat Bali sangat tidak bisa dilepaskan oleh kehidupan beragama mereka dan adat istiadat yang merupakan sebuah gabungan faktor yang membentuk kebudayaan Bali sendiri

(2)

437

Tutur Medang Kemulan merupakan salah satu dari sekian banyak lontar tutur yang memuat tentang ajaran Siwa. Dilihat dari bahasa yang digunakan dan teks – teks sloka yang ada di dalamnya, maka tampaklah bahwa lontar Medang Kemulan termasuk lontar tua, tetapi lebih muda dibandingkan dengan lontar – lontar yang memuat ajaran Siwa yang lainnya seperti; Tattwa Jnana, Buana Kosa, Ganapati Tattwa, dan Wraspati Tattwa. Tutur Medang kemulan menguraikan tentang percakapan Sang Hyang Dharma Siddhi dengan Sang Hyang Siddhi Mantra, tentang asal muasal aksara semua, tentang Catur Dasa Manu dan pemerintahannya, tentang keberadaan kitab – kitab sastra serta pengarangnya, begitu juga tentang Catur Wariga yang dikaitkan dengan kelahiran Sang Watugunung.

2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut.

a. Bagaimanakah struktur yang membangun Tutur Medang Kemulan? b. Bagaimanakah fungsi dari Tutur Medang Kemulan dalam kehidupan sosial

masyarakat Bali?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini terdapat dua tujuan diantaranya tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini yakni untuk dapat memberikan masukan-masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu sastra, serta berusaha menggali dan menyebarluaskan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam naskah-naskah lontar. Sedangkan, tujuan khusus dalam penelitian ini yakni (1). untuk mendeskripsikan struktur Tutur Medang Kemulan, (2). untuk mendeskripsikan fungsi Tutur Medang Kemulan dalam kehidupan sosial masyarakat Bali.

4. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode dan teknik yang digunakan, yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) tahap pengolahan data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis

(3)

438

data.Pada tahap penyediaan data dipergunakan metode simak.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) teknik pencatatan, dan (2) teknik terjemahan. Pada tahap pengolahan data, metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif dan ditunjang dengan deskriptif analitik. Pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode informal, yang dibantu dengan teknik deduktif dan induktif.

5. Hasil dan Pembahasan

5.1Analisis Struktur Tutur Medang Kemulan a) Bentuk Teks Tutur Medang Kemulan

Dalam mengalisis suatu wacana, perlu diketahui dahulu jenis wacana yang dihadapi agar proses pengkajian, pendekatan, dan teknik-teknik analisisnya tidak keliru. Dengan dasar pertimbangan tersebut (Mulyana, 2005 : 47) mengklasifikasikan wacana berdasarkan Berdasarkan bentuk, terdiri dari wacana naratif, wacana procedural, wacana ekspositori, wacana Hortatori, wacana Dramatik, wacana Epistoleri dan wacana Seremonial. Medang Kemulan dapat digolongken ke dalam wacana Ekspositori karena isi dari Medang Kemulan bersifat menjelaskan sesuatu secara informative. Hal tersebut diperkuat dengan salah satu bagian isi Medang Kemulan yang berisi suatu penjelasan mengenai keberadaan pustaka – pustaka suci beserta siapakah yang menciptakan masing – masing pustaka suci tersebut. Sang Hyang Dharmasiddhi memberikan penjelasan mengenai pencipta masing – masing pustaka suci tersebut seperti tampak dalam kutipan berikut :

Muwah sumawur sira Sang Hyang Siddhyajnana; “ingke manih mami atana, syapa kang magawe pustaka kang sawiji – wiji, ah wiwistarakena juga de sira”. Manga ling Sang Hyang Dharmasiddhi.

Sumawur Sang Hyang Siddhimantra; “Om, Kunang kang agawe Brahmanda Purana, Wahyadhyadmika, Weda Catur, Jitaksara, Sang Hyang Tatwajnana ta sira anggawe. Kunang Astadasa Parwa, Asta Dasa Pandita, sira anggawe. Hana Ekawakya Bhinedasruti, Ingaranan Ekawakya, nga., duk king atita tekeng gami, matra wwang sojar ing manu, manu swaraning wwang jana tekeng gami, ika manu Ekawakya ngaran, padha wruh ring anuju rasa tunggal.

Kunang bhiniseka angreng – ngreng, swara ika sruti ngaran. Kang agawe sloka sruti, hana pandita uttama, wruh ring sesining rat kabeh, muwah Bhur Bhuwah Swah, sakeng angening wahananya, wruh ring luwang – luwanging Bhur Bhuwah Swah, luwangning lintang tranggana sitangsu lawan

(4)

439 aditya, wruh sira saking adnyana wahana, ya tika sira maka ngaran Bhagawan Dwipayana, sira magawe saucaping sloka sruti, ring bhano sastra kabeh. Mangkana caritanya dangu”. Mangka ling Sang Hyang Siddhimantra.

b) Struktur Isi Tutur Medang Kemulan

Struktur atau sering juga disebut komposisi atau susunan unsur cerita sebuah teks dapat dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu (1) bagian awal atau exordium, (2) Isi atau confirmation, (3) akhir atau peroration (Luxemburg, dkk, 1984: 101).

1. Bagian Awal (Exordium)

Bagian ini merupakan awal sebuah teks. Pada bagian awal berisi tentang Doa awal sebelum menuturkan isi dari Teks Tutur Medang Kemulan, dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“Om Awighnamastu” Kṣamasvamāṃ siddhar midhyaṃ, Samitaṇyaṃ siddhyaṃ mantraṃ, Varaṇaṃ jīvaṃ akṣaraṃ, Sarva purānaṃ ghaṇithaṃ. Paṇḍitaḥ veda paragaṃ, Sarva vyatraṃ gaṇatikaṃ, Sarva vedaḥ tu paṇḍitaḥ, Varaṇaṃ jāti tattvajnāṃ.

2. Bagian Tengah/Isi (Confirmation atau Argumentation)

Dalam Teks Tutur Medang kemulan isi atau confirmation diawali dengan penjelasan tentang asal mula aksara dan pemerintahan Sang Hyang Catur Dasa Manu, dilanjutkan dengan keberadaan kitab-kitab sastra serta pengarangnya, dan Catur Wariga yang dikaitkan dengan kelahiran Sang Watugunung.

3. Bagian Akhir (Peroratio)

Bagian akhir teks disebut dengan peroration. Bagian akhir dari Teks Tutur Medang Kemulan menyatakan Teks Tutur Medang Kemulan selesai di tulis oleh pengawi atau pengarang, dapat dilihat pada kutipan berikut:

Iti Tutur Mĕdang Kemulan Samāpṭa

5.2Analisis Fungsi Tututr Medang Kemulan a. Fungsi Pendidikan

Tutur Medang Kemulan sebagai sebuah naskah tutur dapat dijadikan sebagai

salah satu benteng pendidikan moral dengan sifatnya yang universal meskipun tidak terlepas dari agama dan adat istiadat. Hal ini dikarenakan dalam Tutur Medang

(5)

440

membentuk moral itu sendiri serta beberapa fungsi pengetahuan lainnya dalam membentuk moral, yaitu sebagai berikut:

1.Fungsi Pengetahuan Tentang Kisah Sang Watugunung

Dalam Tutur Medang Kemulan dijelaskan bagaimana wariga itu tercipta erat kaitannya dengan kelahiran Sang Watugunung. Kelahiran Sang Watugunung yang merupakan anak dari Bhagawan Kulagiri yang memiliki dua istri yaitu Diah Sintakasih yang merupakan putri dari Bhagawan Gadiswara dan Diah Sanjiwartya yang merupakan putri Dang Hyang Pasupati. Sang Watugunung yang besar menjadi raja di daerah Emalaya hingga dalam 27 hari dapat menguasai 27 kerajaan lainnya dan atas saran raja bawahannya Sang Watugunung menyerang kerajaan Kundadwipa yaitu tempat kedua ibunya memerintah hingga setelah dikalahkan kedua ratu tersebut dijadikan istri oleh Sang Watugunung yang merupakan ibunya sendiri. Karena kejadian ini terjadi guncangan yang hebat di bumi hingga sampai dikutuklah Sang Watugunung oleh Dewa Siwa atas perbuatannya yang memeperistri ibunya sendiri seperti dalam ketipan Tutur Medang Kemulan Sebagai berikut:

“Oh mogha kita Watugunung, ambĕkĕna bañcana, tar yogya ulah ta, tan surud ambĕk poraka, mogha ta parātra de Sang Hyang Narāyaṇa, muwah sahananing pratakjana kabeh tan dadi ngamet babu tĕmĕn, babu sodaran, tumin tĕmĕn, kawaluan, babu dimisan, kaponakan ring nyama, rĕrama ring misan, suta sodaran mwang putu, ika tan yogya ingalap ginawe swami. Sahananing wong mangkana, wĕnang danṇḍa linĕbok ring udadi mahājro, pinanganing iwak agung. Kunang jiwanya tan amangguh siddha yajña, linĕbok ring Cambragohmuka, gĕla – gĕla de Kingkarabala, tĕkeng pañyadmanya tan amangguh citta rahayu, mogha hina salawasnya urip”. Mangka sapanya Sang Hyang Tripuruṣa. Ri wus mangkana sinangtang rāt.

2.Fungsi Pengetahuan Tentang Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk tidak melakukan yang tidak baik dan tidak patut dilakukan. Di dalam teks Tutur Medang Kemulan terdapat ajaran yang menekankan dalam pengendalian diri yang dapat dilihat dalam kutipan Tutur Medang kemulan sebagai berikut:

Muwah pidhartaning Tri Kāya Pariśuddha, uñcarana, pagĕh ing dharmabrata. Pidhartaning Rājanīti, pagĕh ing mangkunĕgara. Pidhartan ganal adĕmit, angucaping wwang māmbĕk apunggung. Akṣara Samuścayakṛti, Ādigama, Tretāgama, pidhartanya Dewa daṇḍa, angĕñcani dudu abĕnĕr prĕtakjana kabeh.

(6)

441 3.Fungsi Pengetahuan Tentang Filsafat

Kata tattwa merupakan istilah filsafat yang didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai, yakni kebenaran sejati yang hakiki dan tertinggi (Sudharta, 1985: 4). Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran (Poedjwijatna, 1980: 10). Dalam Tutur Medang Kemulan terdapat tattwa yang merupakan dasar dari semua tattwa, yang dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Mwang pidhartan Tattwajñāna, angĕwĕtwang trang ya ambĕking wwang, ika maka kānana tri ning ambĕk, Drĕdaṣyu, Caṇṭya, Poraka. Pidhartan Gana Alit, ambĕk apunggung ngaran, duk ika sima pakĕñca. Pidhartan akṣara Samuścaya Pitutur, angucaping solah wwang kabeh. Mangka tattwanya ling ira Sang Hyang

Siddhimantra. Bhaṭāra Brahmā agwe Akṣara Tattwajṇāna.

b. Fungsi Pengatur Pranata Sosial Masyarakat Bali

Dalam Tutur Medang Kemulan fungsi pengatur pranata masyarakat khususnya masyarakat Bali banyak dibahas, selain sebagai pemahaman tentang larangan pernikahan sedarah, Tutur Medang Kemulan juga mengandung ajaran agama hindu yang tujuannya adalah terwujudnya kehidupan sosial masyarakat dengan individu yang berbudi pekerti sesuai ajaran kitab sastra agama. Salah satunya dapat kita lihat pada kutipan berikut:

Kunang pidhartan sojaring manu, Ekaśwara ngaran, ring jagat kabeh,

ekaśwaraning wwang. Pidhartan Aji Akṣara, witning Ekākśara, pañcākṣara. Pidhartan Dyātmika, ika ngawĕtwang japa mantra kabeh. Muwah pidhartaning Tri Kāya

Pariśuddha, uñcarana, pagĕh ing dharmabrata. Pidhartaning Rājanīti, pagĕh ing mangkunĕgara. Pidhartan ganal adĕmit, angucaping wwang māmbĕk apunggung. Akṣara Samuścayakṛti, Ādigama, Tretāgama, pidhartanya Dewa daṇḍa, angĕñcani dudu abĕnĕr prĕtakjana kabeh. Bhagawan Romaharṣaṇa anggawe ika kabeh.

6. Simpulan

Teks Tutur Medang Kemulan dibangun oleh struktur bentuk dan struktur isi. Struktur bentuk terdiri dari bahasa Teks Tutur Medang Kemulan dan gaya bahasa yang terdapat didalamnya. Struktur isi Teks Tutur Medang Kemulan dapat dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu (1) bagian awal atau exordium, (2) Isi atau confirmation, (3) bagian akhir atau peroration. Bagian awal atau exordium dalam Teks Tutur Medang

Kemulan dijelaskan mengenai pengarang mengawali tulisannya dengan mengucapkan

mantra memohon anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dilanjutkan dengan penjelasan mengenai isi dari Teks Tutur Medang Kemulan yang dibagi menjadi

(7)

442

beberapa episode yaitu: diawali dengan penjelasan tentang asal mula aksara dan pemerintahan Sang Hyang Catur Dasa Manu, dilanjutkan dengan keberadaan kitab-kitab sastra serta pengarangnya, dan Catur Wariga yang dikaitkan dengan kelahiran Sang Watugunung. Bagian akhir atau peroration akhir dari Teks Tutur Medang Kemulan

adalah berupa penggalan kata yang menyatakan Teks Tutur Medang Kemulan selesai di tulis oleh pengawi atau pengarang. Fungsi yang terdapat dalam teks Tutur Medang

Kemulan dibagi menjadi dua yaitu fungsi pendidikan atau pengetahuan dan fungsi

pengatur pranata sosial masyarakat. Fungsi pendidikan ada tiga yaitu pengetahuan tentang Kisah Sang Watugunung, pengetahuan tentang Pengendalian Diri, dan pengetahuan tentang Filsafat. Fungsi pengatur pranata sosial masyarakat Bali, yaitu berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan yang dalam hal ini penerangan dan pendidikan seperti apa yang terkandung dalam Tutur Medang Kemulan, seperti pendidikan tentang tata aturan bagaimana bertingkah laku, pengetahuan dan penjelasan mengenai bentuk pernikahan dengan kelangsungan kehidupan masyarakat Bali, dan pendidikan tentang ajaran agama hindu

7. Daftar Pustaka

Luxemburg, Jan Van, dkk.1984. Pengantar Ilmu Sastra (Diindonesiakan oleh Dick Hartono).Jakarta: PT Gramedia.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis

Wacana. Yogyakarka : Tiara Wacana.

Poedjwijatna. 1980. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Pembangunan.

Sudharta, Tjok Rai. 1985. " Catur Paramita" dalam majalah Warta Hindu Dharma. Denpasar: Parisadha Hindu Dharma

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan : Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan Penataan Ruang Kantor/Penyesuaian Prototype Pengadilan Agama Praya Lokasi : Jalan Jenderal Ac.

Dari data diatas didapatkan hasil uji statistic Willcoxon bahwa pada kelompok perlakuan hasil pre dan post menunjukkan bahwa p value (0,005) < α (0.05), sehingga

Maka pada paper ini akan diulas perbedaan-perbedaan antara SDM Laki-laki dan Perempuan yang akan menimbulkan tindakan manajemen yang baik agar hambatan yang timbul dari perbedaan

  “The prac�ce of designing,  manufacturing, using, and  disposing of computers, servers,  and associated subsystems—

Hotel Arrahman merupakan perusahaan jasa yang didirikan dijalan Suntung Ardi. Hotel Arrahman merupakan salah satu hotel yang cukup menjadi pilihan konsumen ketika ingin

Rumusan Masalah yang akan diteliti adalah bagaimana kelayakan finansial dari usaha pengolahan limbah dari kotoran sapi menjadi biogas di peternakan sapi Pondok

pasangan mengetahui tentang apa itu keharmonisan keluarga itu, menurut ketiga pasangan suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh ini keluarga harmonis adalah

meminta kepada seorang perempuan untuk menjadi istrinya dengan cara- cara yang umum berlaku ditengah-tengah masyarakat. Setiap pasangan yang sudah melakukan khitbah