• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

168

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG RANCANGAN

TAHUN 2011 NOMOR 5

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

NOMOR 5 TAHUN 2011

TENTANG

PEMBENTUKAN DESA SIMPANGTIGA KECAMATAN PATIA,

DESA GANGGAENG KECAMATAN PICUNG, DESA BOJENWETAN KECAMATAN SOBANG DAN DESA RAMAYA KECAMATAN MENES DI WILAYAH

KABUPATEN PANDEGLANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PANDEGLANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penataan wilayah serta terwujudnya peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta atas dasar aspirasi masyarakat Desa Turus Kecamatan Patia, Desa Bungurcopong Kecamatan Picung, Desa Bojen Kecamatan Sobang dan Desa Tegalwangi Kecamatan Menes, maka perlu adanya pemekaran Desa;

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan serta Pasal 5 huruf f Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa/Kelurahan dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan, pembentukan desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu dibentuk Desa Simpangtiga Kecamatan Patia, Desa Ganggaeng Kecamatan Picung, Desa Bojenwetan Kecamatan Sobang dan Desa Ramaya Kecamatan Menes di wilayah Kabupaten Pandeglang yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

(2)

169

Mengingat :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan;

10.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 3 Seri: E-1);

11.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 4 Seri : D-2); 12.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 5 Tahun 2007

tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 5 Seri: E-2);

13.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 6 Seri: D-3);

(3)

170

14.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2008 Nomor 1);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG dan

BUPATI PANDEGLANG MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DESA

SIMPANGTIGA KECAMATAN PATIA, DESA GANGGAENG KECAMATAN PICUNG, DESA BOJENWETAN KECAMATAN SOBANG DAN DESA RAMAYA KECAMATAN MENES DI WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1.

Daerah adalah Kabupaten Pandeglang.

2.

Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3.

Bupati adalah Bupati Pandeglang.

4.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

5.

Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

6.

Camat adalah Camat di Wilayah Kabupaten Pandeglang.

7.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8.

Dusun/Kampung adalah bagian dari wilayah Kepala Desa dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat di wilayah kerjanya dan ditetapkan oleh Pemerintah Desa.

9.

Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa.

10.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(4)

171

11.

Kepala Desa adalah Kepala Desa di Wilayah Kabupaten Pandeglang.

12.

Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa.

13.

Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

14.

Pembentukan Desa adalah penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.

15.

Desa induk adalah desa asal yaitu Desa Turus Kecamatan Patia, Desa Bungurcopong Kecamatan Picung, Desa Bojen Kecamatan Sobang dan Desa Tegalwangi Kecamatan Menes yang berdasarkan aspirasi masyarakat dan hasil penelitian terhadap potensi Desa, dinilai layak untuk diadakan pembentukan desa baru.

16.

Desa Simpangtiga Kecamatan Patia, Desa Ganggaeng Kecamatan Picung, Desa Bojenwetan Kecamatan Sobang dan Desa Ramaya Kecamatan Menes adalah sebagai hasil pembentukan dari Desa Induk yang ditingkatkan menjadi Desa yang berdiri sendiri.

17.

Batas adalah tanda pemisah antara desa yang bersebelahan baik berupa batas alam maupun batas buatan.

18.

Batas alam adalah unsur-unsur alami seperti gunung, sungai pantai, danau dan sebagainya, yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai pantai, danau dan sebagainya, yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas Desa.

19.

Batas buatan adalah unsur-unsur buatan manusia seperti pilar batas, jalan, rel kereta api, saluran irigasi dan sebagainya yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas Desa.

20.

Batas Desa adalah batas wilayah yurisdiksi pemisah wilayah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan suatu desa dengan desa lain.

BAB II

TUJUAN PEMBENTUKAN DESA Pasal 2

Pembentukan Desa didasarkan pada aspirasi masyarakat dengan tujuan meningkatkan kemampuan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pelayanan terhadap masyarakat, serta menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.

BAB III

PEMBENTUKAN DAN WILAYAH Bagian Kesatu

Pembentukan Desa Pasal 3

Dengan Peraturan Daerah ini, dibentuk Desa Simpangtiga Kecamatan Patia yang merupakan pemekaran dari Desa Turus Kecamatan Patia, Desa Ganggaeng yang merupakan pemekaran dari Desa Bungurcopong Kecamatan Picung, Desa Bojenwetan yang merupakan pemekaran dari Desa Bojen Kecamatan Sobang dan Desa Ramaya yang merupakan pemekaran dari Desa Tegalwangi Kecamatan Menes.

(5)

172

Bagian Kedua Wilayah Desa Simpangtiga

Pasal 4

(1) Wilayah Desa Simpangtiga seluas + 480 Ha yang meliputi : a. Kampung Kubang Gintung Satu;

b. Kampung Kubang Gintung Dua; c. Kampung Pasir Ipis;

d. Kampung Ciririgi Simpangtiga; e. Kampung Ciririgi Lebaksalam; f. Kampung Ciririgi Aip;

g. Kampung Kimiskam; h. Kampung Nabeng; i. Kampung Kebon; j. Kampung Pasir Luhur.

(2) Wilayah Desa Simpangtiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Desa Turus Kecamatan Patia.

(3) Dengan dibentuknya Desa Simpangtiga, maka wilayah Desa Turus dikurangi dengan wilayah Desa Simpangtiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sehingga wilayah Desa Turus menjadi seluas + 627 Ha yang meliputi :

a. Kampung Pasir Kandang; b. Kampung Pasir Pujit; c. Kampung Kikeder; d. Kampung Turus; e. Kampung Padali;

(4) Pusat Pemerintahan Desa Simpangtiga Kecamatan Patia berkedudukan di Kampung Nabeng.

(5) Dengan dibentuknya Desa Simpangtiga, maka wilayah Kecamatan Patia menjadi: a. Desa Turus;

b. Desa Patia;

c. Desa Pasir Gadung; d. Desa Cimoyan; e. Desa Idaman;

f. Desa Babakan Keusik; g. Desa Surianeun; h. Desa Rahayu; i. Desa Ciawi; j. Desa Simpangtiga.

(6)

173

Bagian Ketiga Wilayah Desa Ganggaeng

Pasal 5

(1) Wilayah Desa Ganggaeng seluas ± 400 Ha yang meliputi : a. Kampung Cimoyan Hilir;

b. Kampung Pasir Gintung; c. Kampung Pasir Kadu; d. Kampung Lebak Picung; e. Kampung Ganggaeng; f. Kampung Babakan; g. Kampung Sukaseuri;

h. Kampung Kubang Badak;dan i. Kampung Pasir Lame;

(2) Wilayah Desa Ganggaeng sebagaimana dimaksud pada ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Desa Bungurcopong Kecamatan Picung.

(3) Dengan dibentuknya Desa Ganggaeng, maka wilayah Desa Bungurcopong dikurangi dengan wilayah Desa Ganggaeng sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sehingga wilayah Desa Bungurcopong menjadi seluas + 425 Ha yang meliputi :

a. Kampung Sungkelang; b. Kampung Cimoyan; c. Kampung Lebak Buluh; d. Kampung Bungurcopong; e. Kampung Pamatang Timur;dan f. Kampung Pamatang Barat;

(4) Pusat Pemerintahan Desa Ganggaeng Kecamatan Picung berkedudukan di Kampung Ganggaeng.

(5) Dengan dibentuknya Desa Ganggaeng, maka wilayah Kecamatan Picung menjadi: a. Desa Pasirsedang; b. Desa Cililitan; c. Desa Kadupandak; d. Desa Kolelet; e. Desa Ciherang; f. Desa Pasirpanjang; g. Desa Kadubera; h. Desa Bungurcopong;dan i. Desa Ganggaeng.

(7)

174

Bagian Keempat Wilayah Desa Bojenwetan

Pasal 6

(1) Wilayah Desa Bojenwetan seluas ± 517 Ha yang meliputi : a. Kampung Sumurbatu Lor;

b. Kampung Sumurbatu Kidul; c. Kampung Jengkol;dan d. Kampung Sukamukti.

(2) Wilayah Desa Bojenwetan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Desa Bojen Kecamatan Sobang.

(3) Dengan dibentuknya Desa Bojenwetan, maka wilayah Desa Bojen dikurangi dengan wilayah Desa Bojenwetan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sehingga wilayah Desa Bojen menjadi seluas ± 607 Ha yang meliputi :

a. Kampung Bojen Kulon; b. Kampung Bojen Pasar; c. Kampung Bojen Lebak;dan d. Kampung Kendal Jaya.

(4) Pusat Pemerintahan Desa Bojenwetan Kecamatan Sobang berkedudukan di Kampung Sumurbatu Lor.

(5) Dengan dibentuknya Desa Bojenwetan, maka wilayah Kecamatan Sobang menjadi: a. Desa Sobang; b. Desa Kutamekar; c. Desa Kertaraharja; d. Desa Bojen; e. Desa Pangkalan; f. Desa Teluklada; g. Desa Cimanis;dan h. Desa Bojenwetan. Bagian Kelima Wilayah Desa Ramaya

Pasal 7

(6) Wilayah Desa Ramaya seluas ± 133,2 Ha yang meliputi : a. Kampung Cibinglu;

b. Kampung Cimeong 1; c. Kampung Cimeong 2; d. Kampung Kadukolecer; e. Kampung Cibongkok Barat; f. Kampung Cibongkok Timur; dan g. Kampung Nanggerang.

(8)

175

(7) Wilayah Desa Ramaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), semula merupakan bagian dari wilayah Desa Tegalwangi Kecamatan Menes.

(8) Dengan dibentuknya Desa Ramaya, maka wilayah Desa Tegalwangi dikurangi dengan wilayah Desa Ramaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sehingga wilayah Desa Tegalwangi menjadi seluas ± 162,9 Ha yang meliputi :

a. Kampung Karangmulya; b. Kampung Leuweungkolot; c. Kampung Kaducukang; d. Kampung Koranji; e. Kampung Tegalwangi; f. Kampung Sawah;

g. Kampung Kacapi Amis; dan h. Kampung Tegalbaros.

(9) Pusat Pemerintahan Desa Ramaya Kecamatan Menes berkedudukan di Kampung Cibinglu.

(10)Dengan dibentuknya Desa Ramaya, maka wilayah Kecamatan Menes menjadi: a. Desa Muruy; b. Desa Cilabanbulan; c. Desa Kadupayung; d. Desa Menes; e. Desa Sindangkarya; f. Desa Cigandeng; g. Desa Kananga; h. Desa Alaswangi; i. Desa Sukamanah; j. Desa Purwaraja; k. Desa Tegalwangi; l. Desa Ramaya. BAB IV BATAS WILAYAH Bagian Kesatu

Batas Wilayah Desa Simpangtiga dan Desa Turus Kecamatan Patia Pasal 8

(1) Desa Simpangtiga mempunyai batas wilayah, sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Babakankeusik; b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pasirgadung;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pasirlancar Kecamatan Sindangresmi; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Turus.

(9)

176

(2) Desa Turus mempunyai batas wilayah, sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Patia;

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Simpangtiga;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pasir Loa Kecamatan Sindangresmi; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Pasir Kadu.

(3) Batas Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tertuang dalam peta administrasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Batas Wilayah Desa Ganggaeng dan Desa Bungurcopong Kecamatan Picung

Pasal 9

(1) Desa Ganggaeng mempunyai batas wilayah, sebagai berikut : a.Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pasirsedang; b.Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bungurcopong; c.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sindangresmi; d.Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pasirpanjang.

(2) Desa Bungurcopong mempunyai batas wilayah, sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pasirsedang;

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kadupandak;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sindangresmi; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ganggaeng.

(3) Batas Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tertuang dalam peta administrasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga

Batas Wilayah Desa Bojenwetan dan Desa Bojen Kecamatan Sobang Pasal 10

(1) Desa Bojenwetan mempunyai batas wilayah, sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Gombong dan Desa Teluklada; b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kertaraharja;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kutamekar; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bojen.

(2) Desa Bojen mempunyai batas wilayah, sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Gombong; b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojenwetan; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kutamekar; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mekarsari.

(10)

177

(3) Batas Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tertuang dalam peta administrasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat

Batas Wilayah Desa Ramaya dan Desa Tegalwangi Kecamatan Menes Pasal 11

(1) Desa Ramaya mempunyai batas wilayah, sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pasireurih; b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rawasari; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kondangjaya; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tegalwangi. (2) Desa Tegalwangi mempunyai batas wilayah, sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Menes; b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pasireurih; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kondangjaya; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Alaswangi.

(3) Batas Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tertuang dalam peta administrasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB V

PELAKSANAAN PEMERINTAHAN

Pasal 12

(1) Untuk memimpin jalannya Pemerintahan Desa Simpangtiga Kecamatan Patia, Desa Ganggaeng Kecamatan Picung, Desa Bojenwetan Kecamatan Sobang dan Desa Ramaya Kecamatan Menes diangkat penjabat Kepala Desa.

(2) Untuk menyelenggarakan Pemerintahan Desa Simpangtiga Kecamatan Patia, Desa Ganggaeng Kecamatan Picung, Desa Bojenwetan Kecamatan Sobang dan Desa Ramaya Kecamatan Menes, agar segera dibentuk Badan Permusyawaratan Desa yang anggotanya berasal dari wakil penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.

(3) Penjabat Kepala Desa menjalankan tugas dan kewajiban selaku Kepala Desa sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku sampai terpilihnya kepala Desa hasil pemilihan.

(4) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh perangkat desa.

(11)

178

Pasal 13

(1) Mekanisme penyerahan, pembiayaan, personil, perlengkapan dan hal-hal lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan desa serta pengaturan lebih lanjut mengenai pembagian kekayaan masing-masing desa diatur kemudian dengan Peraturan Bupati.

(2) Mekanisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh Kecamatan masing-masing dan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14

Hal-hal yang mengatur tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa Simpangtiga Kecamatan Patia, Desa Ganggaeng Kecamatan Picung, dan Desa Bojenwetan Kecamatan Sobang dan Desa Ramaya Kecamatan Menes disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan desa serta dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan perundang undangan yang berlaku.

Pasal 15

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 7 harus telah berjalan efektif paling lambat tanggal 1 Januari 2013.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(12)

179

Pasal 17

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang.

Ditetapkan di Pandeglang pada tanggal 8 Desember 2011 BUPATI PANDEGLANG, Cap/ttd

ERWAN KURTUBI

Diundangkan di Pandeglang pada tanggal 8 Desember 2011

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG,

Cap/ttd

DODO DJUANDA

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji t diperoleh nilai t-hitung (6,735) > t-tabel (2,405), hasil tersebut diartikan Ha: diterima dan Ho: di tolak, sehingga

Prizadeŕosŕ smo ocenili s pomočjo 4 kategorij glede na spo- sobnosŕ vprašanih, v kakšni meri lahko skrbijo zase.. Zaključek: Hudo nevro(psihološko)toško okvaro in

Bahas secara singkat cara penggunaaan pH meter dan teknik kromatografi, kesimpulan yang dapat Anda ambil dari bagian pembuatan buffer fosfat serta poin-poin yang boleh Anda

Pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur melalui kenaikan besar dalam volume atau nilai produksi barang dan jasa yang secara otomatis akan dapat meningkatkan

penggunaannya direncanakan tidak untuk segelintir orang saja. f) Seorang muslim harus takut kepada Allah SWT beserta yaumul hisab di akhirat nanti. g) Zakat yang

BELANJA BARANG BELANJA MODAL BELANJA BANTUAN SISA.

Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau