• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN METODE

CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENGETAHUAN

DAN SIKAP MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Angeline Gloria, Soekidjo Notoatmodjo

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: angeline.gloria@ui.ac.id

Abstrak

Berbagai permasalahan kesehatan reproduksi yang dialami remaja disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan kesadaran akan reproduksi sehat. Penyuluhan kesehatan perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan reproduksi remaja dan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode ceramah dan diskusi kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMP Negeri 281 Jakarta. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Subjek penelitian terdiri dari 27 siswa pada masing-masing kelompok eksperimen (metode ceramah dan diskusi kelompok) dan 31 siswa pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan pengetahuan responden yang bermakna antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok. Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan responden yang bermakna ketika metode ceramah ataupun metode diskusi kelompok dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terdapat perbedaan peningkatan sikap responden yang bermakna antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok. Terdapat perbedaan peningkatan sikap responden yang bermakna ketika metode ceramah ataupun metode diskusi kelompok dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dan metode diskusi kelompok tidak memberikan perbedaan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja.

THE EFFECT OF HEALTH INTERVENTION USING LECTURE AND GROUP DISCUSSION METHODS TOWARDS KNOWLEDGE AND ATTITUDES ON

ADOLESCENT REPRODUCTIVE HEALTH

Abstract

Reproductive health problems adolescents face are mostly caused by lack of knowledge and awareness about healthy reproductive. Health intervention needs to be done to increase knowledge and attitudes on adolescent reproductive health and can be held by methods, such as lecture and group discussion. This study aimed to analyze the difference of using lecture and group discussion to increase student’s knowledge and attitudes on adolescent reproductive health in SMP Negeri 281 Jakarta. The type of research was the quasi experiment with Non Equivalent Control Group design. The subject consists of 27 students in each experiment group (lecture and group discussion) and 31 students in control group. The results showed that there is no significant difference on increasing the knowledge between lecture and group discussion methods. There is significant difference on increasing the knowledge, either using lecture or group discussion methods compared to control group. There is significant difference on increasing the attitudes between lecture and group discussion methods. There is significant difference on increasing the attitudes, either using lecture or group discussion methods compared to control group. Health intervention using lecture and group discussion methods dont give any difference on increasing student’s knowledge and attitudes on adolescent reproductive health.

(2)

Pendahuluan

Menurut WHO, remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa, berlangsung sejak usia 10-19 tahun. Populasi remaja secara global mencapai 1,2 milyar jiwa, dengan proporsi terbesar berada di negara-negara miskin dan berkembang. Berdasarkan hasil sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki populasi remaja mencapai tidak kurang dari 43,5 juta jiwa atau sekitar 18% dari jumlah penduduk Indonesia (Makara Seri Kesehatan, 2013).

Pada masa remaja, terjadi maturasi organ seksual sehingga remaja dapat menjalankan fungsi seksual secara aktif. Proses tersebut juga diikuti oleh maturasi emosi/kejiwaan dan intelegensia remaja, yang ditandai dengan emosi yang labil, ingin mandiri dan bebas, norma sebaya yang kuat dan keinginan untuk mengetahui hal-hal baru sehingga timbul perilaku ingin mencoba-coba. Perubahan tersebut memiliki implikasi terhadap kesehatan remaja, dimana remaja menjadi kelompok yang rentan terhadap berbagai perilaku yang berisiko bagi kesehatan, seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan NAPZA, serta penularan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Permasalahan remaja berkaitan dengan kesehatan tersebut seringkali berakar dari kurangnya informasi, pemahaman, dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi (www.k4health.org). Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi sehingga dapat menghasilkan perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan metode ceramah dan diskusi kelompok.

Beberapa penelitian yang membandingkan penggunaan metode ceramah dan diskusi kelompok dalam pendidikan kesehatan menunjukkan hasil yang bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian Amira Tarigan (2010) mengenai efektivitas metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi pada remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan diketahui bahwa peningkatan pengetahuan dan sikap tertinggi mengenai kesehatan reproduksi terjadi pada kelompok yang mendapat penyuluhan dengan metode diskusi kelompok. Sedangkan, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ida Widyaningsih (2010) mengenai efektivitas metode ceramah dan diskusi kelompok untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia gizi besi, diketahui bahwa

(3)

tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan metode ceramah dan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa masalah penelitian ini adalah belum diketahui perbedaan pengaruh penggunaan metode ceramah dan diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa SMPN 281 Jakarta mengenai kesehatan reproduksi remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode ceramah dan metode diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja.

Tinjauan Teoritis

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sistem pendidikan dalam proses belajar yang dikembangkan oleh Fred Percival dan Henry Wellington pada tahun 1984. Dalam model ini, sistem diartikan sebagai kumpulan dari bagian yang saling berhubungan dan bersama-sama membentuk suatu kesatuan yang lebih besar. Komponen dalam sistem saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga setiap perubahan yang terjadi pada satu komponen atau lebih, akan memengaruhi keadaan sistem secara keseluruhan. Komponen masukan (input) untuk suatu sistem pendidikan terdiri dari orang, informasi, dan sumber lainnya. Proses pendidikan dan belajar adalah suatu sistem yang kompleks, dimana terjadi interaksi berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar (pendidik), metode dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi pelajaran. Sedangkan keluaran adalah hasil proses belajar berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar (Notoatmodjo, 1993). Dalam kaitannya dengan penelitian yang dilakukan, penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap seseorang melalui proses belajar dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu maupun kelompok untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Skema model ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Model Sistem Pendidikan dalam Proses Belajar (Fred Percival dan Henry Wellington, 1984) Masukan (Input) •Target siswa •Manusia •Peralatan •Keuangan •Informasi •Pesan Sistem Proses Belajar atau Pendidikan Keluaran (Output) Siswa dengan penampilan yang lebih baik/maju untuk bidang tertentu.

(4)

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan

Non Equivalent Control Group (Campbell, D.T. 1963). Rancangan Non Equivalent Control Group melibatkan kelompok yang diberikan perlakuan (kelompok eksperimen) dan yang tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel penelitian menggunakan teknik sampling purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian terdiri dari 85 siswa yang dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu 27 siswa pada masing-masing kelompok eksperimen (metode ceramah dan diskusi kelompok) dan 31 siswa pada kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan instrumen berbentuk pre-test dan post-test untuk mengukur pengetahuan dan sikap siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan sikap dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan prosedur uji validitas dan reliabilitas sebelum disebar pada kelompok penelitian. Soal pre-test dan post-test dibuat dari materi penyuluhan yang diadaptasi dari modul KIE Aku Bangga Aku Tahu dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2012. Analisis data yang dilakukan adalah uji kesetaraan responden menggunakan Chi-square, peningkatan pengetahuan dan sikap pada kelompok penelitian menggunakan Paired-Samples T-test, perbedaan peningkatan pengetahuan tinggi dan sikap positif antar kelompok dengan membandingkan selisih persentase siswa yang masuk kategori pengetahuan tinggi dan sikap positif antara hasil pre-test dan post-test dan uji perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap antar kelompok menggunakan Independent Sample T-test.

(5)

Hasil Penelitian

Uji Kesetaraan Responden Penelitian

Tabel 1. Hasil Uji Kesetaraan Responden Penelitian

Variabel Ceramah Diskusi Kel. Kontrol p-value

Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan 17 org (63%) 10 org (37%) 16 org (59,3%) 11 org (40,7%) 17 org (54,8%) 14 org (45,2%) 0,820 Tingkat Pendidikan Ayah  Tinggi (≥SMA)  Rendah(<SMA) 20 org (74,1%) 7 org (25,9%) 22 org (81,5%) 5 org (18,5%) 20 org (64,5%) 11 org (35,5%) 0,345 Tingkat Pendidikan Ibu  Tinggi (≥SMA)  Rendah(<SMA) 17 org (63%) 10 org (37%) 23 org (85,2%) 4 org (14,8%) 17 org (54,8%) 14 org (45,2%) 0,042

Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna pada variabel jenis kelamin antar kelompok penelitian (p-value > 0,05). Dengan kata lain, variabel jenis kelamin setara/homogen antar kelompok. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada variabel tingkat pendidikan ayah antar kelompok penelitian (p-value > 0,05). Dengan kata lain, variabel tingkat pendidikan ayah setara/homogen antar kelompok. Ada perbedaan yang bermakna pada variabel tingkat pendidikan ibu antar kelompok penelitian (p-value < 0,05). Dengan kata lain, variabel tingkat pendidikan ibu tidak setara antar kelompok.

Peningkatan Pengetahuan dan Sikap pada Kelompok Penelitian

Peningkatan pengetahuan pada kelompok penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Peningkatan Pengetahuan pada Kelompok Penelitian

Perlakuan N Min-Max Mean SD p-value Ceramah Pre-test Post-test 27 27 1-8 3-9 4,41 6,63 1,886 1,864 0,001 Diskusi Kelompok Pre-test Post-test 27 27 2-7 2-10 4,56 6,04 1,577 1,911 0,007 Kontrol Pre-test Post-test 31 31 2-7 1-6 4,19 4,42 1,302 1,608 0,482

(6)

Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa secara statistik, ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah ( p-value < 0,05). Ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan metode metode diskusi kelompok (p-value < 0,05). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan hasil pre-test dan post-test tanpa pemberian penyuluhan (p-value > 0,05). Sedangkan, peningkatan sikap pada kelompok penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Peningkatan Sikap pada Kelompok Penelitian

Perlakuan n Min-Max Mean SD p-value Ceramah Pre-test Post-test 27 27 24-50 37-49 42,19 43,07 5,284 3,741 0,332 Diskusi Kelompok Pre-test Post-test 27 27 25-48 29-48 42,48 40,85 4,995 5,412 0,055 Kontrol Pre-test Post-test 31 31 28-42 23-50 36,26 42,94 3,829 5,033 0,001

Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah ( p-value > 0,05). Ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan metode diskusi kelompok (p-value > 0,05). Ada perbedaan yang bermakna antara sikap hasil pre-test dan post-test tanpa pemberian penyuluhan (p-value

< 0,05).

Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tinggi dan Sikap Positif Antar Kelompok

Perbedaan peningkatan pengetahuan tinggi antar kelompok dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tinggi Antar Kelompok

Kelompok n % Siswa Pengetahuan Tinggi Peningkatan

Pre-test Post-test

Ceramah 27 37% 51,9% 14,9%

Diskusi Kelompok 27 51,9% 44,4% -7,5%

(7)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa metode ceramah memberikan peningkatan persentase siswa yang memiliki pengetahuan tinggi terbesar, yakni sebesar 14,9%, lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan pengetahuan tinggi pada kelompok kontrol sebesar 9,6%. Sedangkan metode diskusi kelompok menurunkan persentase siswa yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 7,5%. Sedangkan, perbedaan peningkatan sikap positif antar kelompok penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Perbedaan Peningkatan Sikap Positif Antar Kelompok

Kelompok n % Siswa Sikap Positif Peningkatan

Pre-test Post-test

Ceramah 27 48,1% 59,3% 11,2%

Diskusi Kelompok 27 55,6% 59,3% 3,7%

Kontrol 31 54,8% 58,1% 3,3%

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa metode ceramah memberikan peningkatan persentase siswa yang memiliki sikap positif terbesar, yakni sebesar 11,2%, lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan sikap positif pada metode diskusi kelompok sebesar 3,7% dan kelompok kontrol sebesar 3,3%.

Uji Perbedaan Peningkatan Pengetahuan dan Sikap antar Kelompok

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan pengetahuan antar kelompok penelitian, maka peneliti menguji perbedaan rata-rata selisih skor post-test dan pre-test pada kelompok penelitian dengan menggunakan Independent Sample T-test. Hasil uji dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Uji Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Antar Kelompok Penelitian

No Perlakuan N Mean SD p-value

1  Ceramah Diskusi Kelompok 27 2,22 1,577 0,213 27 1,48 2,607 2  Ceramah  Kontrol 27 2,22 1,577 0,001 31 0,23 1,765 3  Diskusi Kelompok Kontrol 27 1,48 2,607 0,040 31 0,23 1,765

Dari tabel 6 dapat disimpulkan bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode ceramah dan diskusi kelompok (p-value > 0,05). Ada perbedaan peningkatan pengetahuan yang

(8)

bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode ceramah dan kelompok kontrol (p-value < 0,05). Ada perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode diskusi kelompok dan kelompok kontrol (p-value

< 0,05). Sedangkan, untuk mengetahui perbedaan peningkatan sikap antar kelompok penelitian, maka peneliti menguji perbedaan rata-rata selisih skor post-test dan pre-test pada kelompok penelitian dengan menggunakan Independent Sample T-test. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Uji Perbedaan Peningkatan Sikap Antar Kelompok Penelitian

No Perlakuan N Mean SD p-value

1  Ceramah  Diskusi Kelompok 27 0,89 4,677 0,042 27 -1,63 4,208 2  Ceramah  Kontrol 27 0,89 4,677 0,001 31 6,68 5,504 3  Diskusi Kelompok Kontrol 27 -1,63 4,208 0,001 31 6,68 5,504

Dari tabel 7 dapat disimpulkan bahwa secara statistik, ada perbedaan peningkatan sikap yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok (p-value < 0,05). Ada perbedaan peningkatan sikap yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode ceramah dan kelompok kelompok (p-value < 0,05). Ada perbedaan peningkatan sikap yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode diskusi kelompok dan kelompok kontrol (p-value < 0,05).

Pembahasan

Hasil Uji Kesetaraan

Hasil uji kesetaraan menunjukkan bahwa karakteristik responden penelitian yakni jenis kelamin dan tingkat pendidikan ayah setara antar kelompok penelitian, namun tingkat pendidikan ibu tidak setara antar kelompok penelitian. Pada variabel tingkat pendidikan ibu, kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode diskusi kelompok memiliki persentase responden yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan tinggi mencapai 85,2%, jauh lebih tinggi dibandingkan metode ceramah ataupun kelompok kontrol. Walaupun demikian, ketidaksetaraan yang terjadi pada variabel tingkat pendidikan ibu tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil penelitian secara keseluruhan.

(9)

Perbandingan Peningkatan Pengetahuan a. Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok

Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, baik dengan menggunakan metode ceramah maupun metode diskusi kelompok dapat meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan mean pada post-test dan hasil uji statistik yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluham (p-value < 0,05). Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Douglas S.McCall, Executive Director Canadian Association for School Health pada modul “Teaching Sexual Health Education: A Primer for New Teachers, A Refresher for Experienced Teachers.” yang menyatakan bahwa metode ceramah dan

diskusi/kerja kelompok dapat digunakan pada pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan seksual. Namun, tidak ada perbedaan peningkatan pengetahuan responden yang bermakna saat kedua metode tersebut dibandingkan. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amira Permata Sari (2010) mengenai efektivitas metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi pada remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan dan penelitian Sitti Saleha (2009) mengenai perbedaan metode diskusi dengan metode ceramah terhadap pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja yang menyatakan bahwa ada perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada perbedaan peningkatan pengetahuan responden yang bermakna antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok ditolak. Peneliti menduga bahwa terdapat faktor lain yang memengaruhi hasil penelitian, antara lain perbedaan waktu pelaksanaan penelitian, dimana pemberian metode ceramah dilakukan pada pagi hari sedangkan pemberian metode diskusi kelompok dilakukan pada siang hari.

b. Metode Ceramah dan Kelompok Kontrol

Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan metode ceramah dapat memberikan peningkatan pengetahuan responden yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan (kontrol). Saat kedua kelompok tersebut dibandingkan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode ceramah dan kelompok kontrol. Hasil ini sejalan dengan penelitian Serap Topatan dan Nurdan Demirci (2014) mengenai efisiensi pemberian pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja saat periode nifas dan penelitian

(10)

Ardin Prima, et.al (2011) mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi yang menyatakan bahwa kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan reproduksi mengalami peningkatan pengetahuan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Dengan demikian, hipotesis penelitian yaitu ada perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna antara metode ceramah dan kelompok kontrol gagal ditolak.

c. Metode Diskusi Kelompok dan Kelompok Kontrol

Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan metode diskusi kelompok dapat memberikan peningkatan pengetahuan responden yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan (kontrol). Saat kedua kelompok tersebut dibandingkan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode diskusi kelompok dan kelompok kontrol. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Fransisca Putri (2013) mengenai pengaruh program Remaja Ceria menggunakan metode diskusi kelompok terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap terhadap seks pranikah pada remaja putra dan putri yang menyatakan bahwa pemberian program tersebut memberikan peningkatan pengetahuan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Dengan demikian, hipotesis penelitian yaitu ada perbedaan peningkatan pengetahuan responden yang bermakna antara metode diskusi kelompok dan kelompok kontrol gagal ditolak.

Perbandingan Peningkatan Sikap

a. Metode Ceramah dan Metode Diskusi Kelompok

Pemberian penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah memberikan peningkatan rata-rata sikap siswa walaupun perubahan tersebut dinyatakan tidak bermakna secara statistik. Sedangkan, pemberian penyuluhan kesehatan melalui metode diskusi kelompok menurunkan rata-rata sikap siswa walaupun secara statistik perubahan tersebut dinyatakan tidak bermakna. Saat kedua metode tersebut dibandingkan, Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan sikap yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok (p-value < 0,05). Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan ada perbedaan peningkatan sikap responden yang bermakna antara metode ceramah dan metode diskusi kelompok gagal ditolak. Peningkatan rata-rata

(11)

terjadi penurunan rata-rata sikap responden. Hal ini berbeda dengan pernyataan Donald A. Bligh (1998) dalam artikel berjudul “What’s the Use of Lectures?” bahwa metode ceramah tidak seefektif metode diskusi untuk meningkatkan nalar dan mengubah sikap siswa. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Kurt Lewin (1943) berjudul “The Relative Effectiveness of a Lecture Method and a Method of Group Decision for Changing Food Habits

yang menyatakan bahwa diskusi dan keputusan kelompok lebih efektif dalam mengubah sikap dibandingkan metode ceramah. Peneliti menduga bahwa faktor perbedaan waktu pelaksanaan penelitian, dimana pemberian metode ceramah dilakukan pada pagi hari sedangkan pemberian metode diskusi kelompok dilakukan pada siang hari berpengaruh terhadap konsentrasi subjek penelitian dan juga hasil penelitian. Selain itu, sikap awal siswa yang sudah cukup tinggi (mean pre-test di atas 40 dari skala 10-50) sebelum diberikan penyuluhan membuat perubahan sikap setelah diberikan penyuluhan tidak terlalu tinggi.

b. Metode Ceramah dan Kelompok Kontrol

Pemberian penyuluhan kesehatan melalui metode ceramah memberikan peningkatan rata-rata sikap siswa walaupun perubahan tersebut tidak bermakna secara statistik. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan penyuluhan ada perbedaan yang bermakna antara sikap hasil pre-test dan post-test. Saat kedua kelompok tersebut dibandingkan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan sikap yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode ceramah dan kelompok kelompok (p-value < 0,05). Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan ada perbedaan peningkatan sikap responden yang bermakna antara metode diskusi kelompok dan kelompok kontrol gagal ditolak. Peningkatan rata-rata sikap pada kelompok kontrol yang tidak diberikan penyuluhan lebih tinggi dibandingkan kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah. Hasil tersebut berbeda dengan tujuan pendidikan kesehatan, yaitu untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo,2005). Peneliti menduga bahwa faktor perbedaan waktu pelaksanaan penelitian, dimana pemberian metode ceramah dilakukan pada pagi hari sedangkan kontrol dilakukan pada siang hari berpengaruh terhadap konsentrasi subjek penelitian dan juga hasil penelitian. Selain itu, situasi kelas kontrol tidak kondusif saat penelitian karena banyak siswa yang ribut, dan terdapat beberapa siswa yang saling bertanya dan memberikan jawaban saat mengisi pre-test dan post-test turut berpengaruh terhadap hasil penelitian.

(12)

c. Metode Diskusi Kelompok dan Kelompok Kontrol

Pemberian penyuluhan kesehatan melalui metode diskusi kelompok menurunkan rata-rata sikap siswa walaupun perubahan tersebut dinyatakan tidak bermakna secara statistik. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan penyuluhan ada perbedaan yang bermakna antara sikap hasil pre-test dan post-test. Saat kedua kelompok tersebut dibandingkan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan sikap yang bermakna mengenai kesehatan reproduksi remaja antara metode diskusi kelompok dan kelompok kontrol (p-value < 0,05). Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan ada perbedaan peningkatan sikap responden yang bermakna antara metode diskusi kelompok dan kelompok kontrol gagal ditolak. Peningkatan rata-rata sikap pada kelompok kontrol yang tidak diberikan penyuluhan lebih tinggi dibandingkan kelompok yang diberikan penyuluhan dengan metode diskusi kelompok. Hasil tersebut berbeda dengan tujuan pendidikan kesehatan, yaitu untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo,2005). Peneliti menduga bahwa situasi kelas kontrol yang tidak kondusif saat penelitian karena banyak siswa yang ribut, dan terdapat beberapa siswa yang saling bertanya dan memberikan jawaban saat mengisi pre-test dan post-test turut berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:

1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, baik ketika menggunakan metode ceramah maupun diskusi kelompok. Namun, tidak ada perbedaan peningkatan pengetahuan responden yang bermakna ketika dua metode tersebut dibandingkan.

2. Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan responden yang bermakna ketika metode ceramah ataupun metode diskusi kelompok dibandingkan dengan kelompok kontrol. 3. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata sikap responden sebelum dan

sesudah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, baik menggunakan metode ceramah maupun diskusi kelompok. Namun, terdapat perbedaan peningkatan sikap responden yang bermakna ketika kedua metode tersebut dibandingkan.

4. Terdapat perbedaan peningkatan sikap responden yang bermakna ketika metode ceramah ataupun metode diskusi kelompok dibandingkan dengan kelompok kontrol.

(13)

Saran

1. Bagi Puskesmas Kelurahan Kramat Jati I

Dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di sekolah yang berada di wilayah kerja puskesmas dengan target sasaran yang mencakup seluruh siswa sekolah yang dituju.

2. Bagi SMP Negeri 281 Jakarta

 Dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di setiap kelas secara bergantian pada jam ekstrakurikuler setiap hari Sabtu.

 Dilakukan pelatihan peer educator bagi anggota OSIS yang telah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja oleh Puskesmas Kelurahan Kramat Jati I untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam menyebarluaskan informasi dan melakukan edukasi (KIE) kepada siswa lainnya.

3. Bagi Peneliti Lain

 Dilakukan analisis multivariat untuk mengetahui metode mana yang lebih efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja.

 Dilakukan penelitian dengan mengendalikan lebih banyak faktor yang berpotensi mengganggu hasil penelitian.

Daftar Referensi

Adolescent Reproductive Health. www.who.int. (Diakses 31 Desember 2014) Bligh, Donald A. 1998. What’s the Use of Lectures?. UK: Intellect Books.

Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 1991. Kumpulan Materi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Departemen Kesehatan. (Diakses 10 September 2014)

Massolo, Ardin Prima. 2011. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seksual Pranikah di SMAN 1 Masohi tahun 2011. Makassar: Universitas Hasanuddin. (Diakses 11 Januari 2015)

McCall, Douglas S. 2008. Teaching Sexual Health Education: A Primer for New Teacher, A Refresher for Experienced Teacher. www.sexualityandu.ca. (Diakses 9 Januari 2015) Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta. (Diakses 10 September 2014)

Percival, Fred dan Ellington, Henry. 1984. Teknologi Pendidikan (Sudjarwo, Penerjemah). Jakarta: Erlangga.

(14)

Riyatno, Putut. 1999. Efektifitas Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. (Diakses 11 Januari 2015)

Saleha, Sitti. 2009. Perbedaan Metode Diskusi dengan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan Siswa tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Kesehatan Vol. II No 4, 71-78.

Tarigan, Amira Permata Sari. 2010. Efektivitas Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan. Tesis: FKM USU. (Diakses 7 Oktober 2014)

Topatan, Serap dan Nurdan Demirci. 2014. The Efficiency Of Reproduction Health Education Given To Adolescents During The Postpartum Period. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. www.sciencedirect.com (Diakses 9 Januari 2015)

Wardhani, Fransisca Putri Intan. 2013. Pengaruh Program Remaja Ceria terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Sikap terhadap Seks Pranikah pada Remaja Putra dan Putri. Tesis: UGM. (Diakses 9 Januari 2015)

Widyaningsih, Ida. 2010. Efektivitas Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Gizi Besi (Studi di SMA N 2 Semarang). Semarang: FK UNDIP. (Diakses 7 Oktober 2014)

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Kesetaraan Responden Penelitian
Tabel 3. Peningkatan Sikap pada Kelompok Penelitian  Perlakuan  n   Min-Max  Mean  SD   p-value  Ceramah    Pre-test    Post-test  27 27  24-50 37-49  42,19 43,07  5,284 3,741  0,332  Diskusi Kelompok    Pre-test    Post-test  27 27  25-48 29-48  42,48
Tabel 5. Perbedaan Peningkatan Sikap Positif Antar Kelompok
Tabel 7. Uji Perbedaan Peningkatan Sikap Antar Kelompok Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Pendidikan Provinsi bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan SMP dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam proses pemang- gilan dan keikutsertaan pemenang OSN SMP

Dalam percobaan ini didapatkan hasil bahwa penggunaan Abu Batu semakin besar akan menurunkan mutu dari batu bata beton ringan ini semakin turun hal bisa terjadi dikarenakan Abu

Guna Memenuhl Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studl Pada Program Diploma III Fakultas Ekonoml.. UNIVERSiTAS SUMATERA

Admin Verifikator Level1 untuk PNS/CPNS di lingkungan UPTD Laboratorium Puskesmas Kuala Kuayan. Dinas

Penelitian empiris Wijaya dan Dewobroto (2008) membuktikan bahwa ring besar dan tebal dapat bekerja lebih baik dalam menyalurkan gaya pretensioning dari baut mutu tinggi sehingga

Sesuai dengan yang telah dijelaskan bahwa komponen kondisi fisik yang harus dimiliki oleh anggota UKM senam aerobik putri Unusa adalah daya tahan otot jantung,

Dengan demikian, kehadiran suatu statue atau produk hukum yang memuat tentang perlindungan lingkungan hidup berdasarkan prinsip good environmental governance dalam praktik

Membuat falsafah sebagai cara berpikir dan menempatkan sains sebagai cara untuk mengetahui tentang pendidikan, bimbingan dan konseling adalah sesuatu yang