• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Perawat (Quality of Nursing Work Life) Dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Perawat (Quality of Nursing Work Life) Dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA PERAWAT

(QUALITY OF NURSING WORK LIFE) DENGAN

KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH INDRASARI RENGAT

TESIS

Oleh

NINA SELVIA ARTHA

127046054/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA PERAWAT

(QUALITY OF NURSING WORK LIFE) DENGAN

KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH INDRASARI RENGAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

NINA SELVIA ARTHA

127046054/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal: 19 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs.Heru Santosa, MS., Ph.D Anggota : 1. Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes

(5)
(6)

Judul Tesis : Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Perawat (Quality of Nursing Work Life) Dengan Kepuasan

Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari

Rengat

Nama Mahasiswa : Nina Selvia Artha

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kualitas kehidupan kerja adalah cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia karena akan memberikan kontribusi bagi keberhasilan

organisasi dan dampak positif untuk organisasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui gambaran kualitas kehidupan kerja perawat dan

kepuasan pasien serta untuk mengetahui hubungan kualitas kehidupan kerja

perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional

untuk menganalisis hubungan kualitas kehidupan kerja perawat dengan kepuasan

pasien. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada diruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat yaitu sebanyak 79

orang perawat dan pasien yang dirawat inap saat dilakukan penelitian sebanyak

(7)

(total sampling) dan metode pengambilan sampel pasien adalah dengan

convenience sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk

melihat kualitas kehidupan kerja perawat dan kepuasan pasien. Analisis bivariat

dengan uji chi-square untuk menganalisis hubungan kualitas kehidupan kerja

perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas kehidupan kerja perawat

berada pada kategori tinggi (78,5%). Kepuasan pasien mayoritas berada pada

kategori puas (65,8%), sedangkan hasil analisis data dengan uji chi square

diperoleh nilai p < 0,05 (p = 0,033) yang berarti ada hubungan antara kualitas

kehidupan kerja perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah

Indrasari Rengat. Rekomendasi penelitian ini adalah terus meningkatkan

penerapan kualitas kehidupan kerja perawat dengan cara pembinaan kerja

perawatan, monitoring, dan evaluasi secara berkelanjutan agar kinerja perawat

terus dapat ditingkatkan.

(8)

Thesis Title : Correlation Between the Quality of Nursing Work Life and Patients’ Satisfaction at Indrasari Rengat

Regional General Hospital

Name of Student : Nina Selvia Artha Study Program : Master of Nursing Field of Specialization : Nursing Administration

Year : 2014

ABSTRACT

The quality of work life is the correct way to increase the quality of human

resources because it contributes to the success of an organization and has positive

impact on the organization. The objective of the research was to find out the

description of the quality of nursing work life and patients satisfaction and to find

out the correction between the quality of nursing work life and patient satisfaction

at Indrasari Rengat Regional General Hospital. The research is kuantitatif used

and cross sectional design which was aimed to analyze the correlation between the

quality of nursing work life and patient satisfaction. The samples were all 79

nurses in the inpatient wards of Indrasari Rengat Regional General hospital and

79 inpatients. The method of taking the samples for the nurses was by using total

sampling technique, and for the patient was by using convenience sampling

technique. The data were analyzed by using univariate analysis and bivariate

(9)

nursing work life of the majority of nurses (78,5%) was in good category and the

satisfaction of the majority of patients (65.8%) was also in good category. The

result of chi square test showed that p < 0.05 (p = 0.033) which indicated that

there was the correlation between the quality of nursing work life and patient

satisfaction. It is recommended that the implementation quality ofnursing work

life should be maintained by developing, monitoring, and evaluating continuously

so that the performance of the nurse can be improved.

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena

dengan berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

judul “Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Perawat (Quality of Nursing Work

Life) dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat’’,

sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister

Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan bagi penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Keperawatan di

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Setiawan,

S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan kepada pembimbing I

Bapak Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D dan pembimbing II Bapak Mula Tarigan,

S.Kp, M.Kes yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat sejak awal penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner

Siagian, M.Si dan Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku tim penguji yang

(11)

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan Rumah

Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat yaitu Ibu Drg. Siska Listianti yang telah

memberikan izin penelitian kepada penulis, kepada Ka.Bag TU yaitu Bapak

Ibrahim Alimin, SKM, MPH dan Kepala Bidang Keperawatan yaitu Dr.

Rizalwan, M.Kes, beserta jajarannya, kepala ruangan rawat inap beserta stafnya

yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini serta pasien rawat inap yang telah

dengan sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada

orang tua dan mertua tercinta atas doa dan dukungannya, kepada suami Alsopa,

S.S yang senantiasa mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis, juga

kepada kedua putriku tercinta Najla As Shofia dan Kayla Afifah atas kesabaran

dan kemandiriannya yang luar biasa.

Akhirnya tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan

mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Angkatan II 2012/2013 dan semua pihak yang telah

banyak membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan tesis ini

dimasa yang akan datang.

Medan, Agustus 2014

Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nina Selvia Artha

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Sidimpuan, 20 Juli 1977

Alamat rumah : Jl. Lintas Rengat - P.Reba. Komplek Patin.

Kabupaten Indragiri Hulu - Riau

No. Hp / Email : 085278735853 / ninaselvia77@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SDN 15 Padang Sidempuan 1990

SMP SMP Negeri I Padang Sidempuan 1993

SMA SMA Negeri 4 Padang Sidempuan 1996

Diploma III D.III Keperawatan Fakultas Kedokteran 1999

Universitas Sumatera Utara

S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas 2003

Kedokteran USU

Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas 2003

Kedokteran USU

S2 Program Studi Ilmu Keperawatan 2014

Fakultas Keperawatan USU

(13)

Riwayat Pekerjaan :

Tahun 2004 – Sekarang : Dosen tetap di Akademi Kesehatan Provinsi

Riau

Tahun 2005 - 2007 : Dosen tidak tetap di Akademi Kebidanan

Indragiri Rengat.

Tahun 2006 - 2008 : Staf Dinas Kesehatan Kab. Indragiri Hulu

Kegiatan Akademik Selama Studi:

Workshop “Menganalisis Data Kualitatif dengan Metode Contents Analysis &

Sofware WEFT-QDA “, Medan 18 Desember 2012 , sebagai peserta.

Seminar Keperawatan “Nursing Leadersif Menyongsong Asean Community 2015

“, Medan 30 Januari 2013, sebagai panitia.

Seminar “Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan

Bidang Kesehatan”, Medan 18 Desember 2012 , sebagai peserta

International Nursing Conference “The Application of Caring Science in Nursing

Education Advanced Research and Clinical Practice”, Medan tanggal 1-2

April 2013, sebagai peserta.

Seminar dan Workshop Keperawatan “Aplikasi Knowledge Management Dalam

Administrasi Keperawatan Rumah Sakit ”, Medan tanggal 13-14 Mei 2013,

sebagai panitia.

Lokakarya “Menyiapkan Naskah Untuk Publikasi Jurnal Nasional

Terakresitasi/Jurnal Internasional Bereputasi”,angkatan ke-3, Medan 06

(14)

DAFTAR ISI

2.1.Kualitas Kehidupan Kerja Perawat ... 11

2.2.Kepuasan pasien ... 19

2.3.Landasan Teoritis ... 29

2.4.Kerangka Konsep ... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34

3.1.Jenis Penelitian ... 34

3.2.Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian ... 34

3.3.Populasi dan Sampel ... 35

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5.Variabel dan Definisi Operasional ... 38

3.6.Metode Pengukuran ... 39

3.7.Metode Analisis Data ... 41

3.8.Pertimbangan Etik ... 41

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... ... 43

4.1Gambaran singkat lokasi penelitian ... 43

4.2Karakteristik responden ... 45

4.3Analisis Univariat ... 47

(15)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 52

5.1 Kualitas kehidupan kerja perawat di RSUD Indrasari Rengat ... 52

5.2 Kepuasan pasien di RSUD Indrasari Rengat ... 56

5.3 Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Perawat dengan Kepuasan Pasien ... 59

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA……… 63

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jumlah Sampel Tiap Ruang Rawat Inap ... . 36 Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel Peneltian………... 38

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Perawat di Rumah

Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat ... . 45

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pasien di Rumah

Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat ... . 46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kualitas kehidupan kerja Perawat di Rumah

Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat ... . 47

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat . 48

Tabel 4.5 Distribusi Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah

Indrasari Rengat ... . 49

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Kepuasan Pasien

di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat ... . 49

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 68

a. Penjelasan Menjadi Responden (Perawat) ... 69

b. Lembar Persetujuan (Informed Consent) ... 70

c. Kuesioner Kualitas Kehidupan Kerja Perawat ... 71

d. Penjelasan Menjadi Responden (pasien) ... 76

e. Lembar Persetujuan (Informed Consent) ... 77

f. Kuesioner Kepuasan Pasien ... 78

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian……….. 81

a. Surat Pengambilan Data Dari Dekan Fakultas Keperawatan . 82

b. Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan……….. 83

c. Surat Izin Penelitian Dari Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat ... 84

d. Surat Izin Melaksanakan Uji Reliabilitas Dari Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat ... 85

e. Surat Selesai Penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat ... 86

(19)

Judul Tesis : Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Perawat (Quality of Nursing Work Life) Dengan Kepuasan

Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari

Rengat

Nama Mahasiswa : Nina Selvia Artha

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kualitas kehidupan kerja adalah cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia karena akan memberikan kontribusi bagi keberhasilan

organisasi dan dampak positif untuk organisasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui gambaran kualitas kehidupan kerja perawat dan

kepuasan pasien serta untuk mengetahui hubungan kualitas kehidupan kerja

perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional

untuk menganalisis hubungan kualitas kehidupan kerja perawat dengan kepuasan

pasien. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada diruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat yaitu sebanyak 79

orang perawat dan pasien yang dirawat inap saat dilakukan penelitian sebanyak

(20)

(total sampling) dan metode pengambilan sampel pasien adalah dengan

convenience sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk

melihat kualitas kehidupan kerja perawat dan kepuasan pasien. Analisis bivariat

dengan uji chi-square untuk menganalisis hubungan kualitas kehidupan kerja

perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas kehidupan kerja perawat

berada pada kategori tinggi (78,5%). Kepuasan pasien mayoritas berada pada

kategori puas (65,8%), sedangkan hasil analisis data dengan uji chi square

diperoleh nilai p < 0,05 (p = 0,033) yang berarti ada hubungan antara kualitas

kehidupan kerja perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah

Indrasari Rengat. Rekomendasi penelitian ini adalah terus meningkatkan

penerapan kualitas kehidupan kerja perawat dengan cara pembinaan kerja

perawatan, monitoring, dan evaluasi secara berkelanjutan agar kinerja perawat

terus dapat ditingkatkan.

(21)

Thesis Title : Correlation Between the Quality of Nursing Work Life and Patients’ Satisfaction at Indrasari Rengat

Regional General Hospital

Name of Student : Nina Selvia Artha Study Program : Master of Nursing Field of Specialization : Nursing Administration

Year : 2014

ABSTRACT

The quality of work life is the correct way to increase the quality of human

resources because it contributes to the success of an organization and has positive

impact on the organization. The objective of the research was to find out the

description of the quality of nursing work life and patients satisfaction and to find

out the correction between the quality of nursing work life and patient satisfaction

at Indrasari Rengat Regional General Hospital. The research is kuantitatif used

and cross sectional design which was aimed to analyze the correlation between the

quality of nursing work life and patient satisfaction. The samples were all 79

nurses in the inpatient wards of Indrasari Rengat Regional General hospital and

79 inpatients. The method of taking the samples for the nurses was by using total

sampling technique, and for the patient was by using convenience sampling

technique. The data were analyzed by using univariate analysis and bivariate

(22)

nursing work life of the majority of nurses (78,5%) was in good category and the

satisfaction of the majority of patients (65.8%) was also in good category. The

result of chi square test showed that p < 0.05 (p = 0.033) which indicated that

there was the correlation between the quality of nursing work life and patient

satisfaction. It is recommended that the implementation quality ofnursing work

life should be maintained by developing, monitoring, and evaluating continuously

so that the performance of the nurse can be improved.

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki

peran yang sangat penting dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Salah satu profesi di rumah sakit yang turut berperan

dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan adalah

keperawatan. Standar evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan

akan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus

menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit

(Aditama, 2004).

Hakikat dasar mutu pelayanan kesehatan adalah untuk memenuhi

kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan yang apabila dapat

dipenuhi akan menimbulkan rasa puas (Azwar, 2006). Mutu pelayanan kesehatan

lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan

pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, perhatian dan keramah

tamahan petugas dalam melayani pasien, serta kesembuhan penyakit yang diderita

oleh pasien. Pelayanan kesehatan yang bermutu akan tergantung pada proses

pelaksanaan kegiatan itu sendiri, sumber daya pemberi pelayanan, faktor

lingkungan yang mempengaruhi dan manajemen pelayanan (Wijono,1999).

Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang

(24)

rata-rata pasien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

pelayanan yang telah ditetapkan (Azwar, 2006). Pelayanan kesehatan yang

berkualitas merupakan hak setiap pasien. Hal ini memacu para penyelenggara

pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit untuk secara serius berupaya

meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Saat ini merupakan masa

keunggulan konsumen termasuk kesehatan harus berorientasi pada kepuasan

pasien atau konsumen. Aspek-aspek kepuasan pasien terdiri dari pelayanan medis,

informasi, makanan, fasilitas akomodasi, lingkungan, pelayanan keperawatan, dan

jadwal visit ke pasien (Gadalean, Chepte & Constantin, 2011).

Kepuasan pasien adalah indikator utama dari pelayanan keperawatan yang

berkualitas meliputi kepedulian kepada pasien dan memahami kebutuhannya.

Kepuasan pasien mengacu pada kesan subjektif pasien dan keluarganya mengenai

pengalaman mereka di rumah sakit (Khan, Hassan, Anwar, Babar & Babar, 2007).

Terciptanya kepuasan pasien dapat memberi beberapa manfaat diantaranya adalah

hubungan antara organisasi rumah sakit dan klien menjadi harmonis, menjadi

dasar yang baik bagi kunjungan ulang pasien. Kepuasan klien akan menambah

loyalitas terhadap pelayanan rumah sakit sehingga akan senantiasa melanjutkan

untuk kembali ke rumah sakit tersebut dan menggunakan produk jasa pelayanan

untuk masa yang akan datang. Sementara bila tidak puas akibatnya adalah

timbulnya keluhan, tuntutan dan klaim dari pasien (Wijono, 1999).

Masalah perawat yang sering terjadi di rumah sakit adalah menyangkut

pelayanan keperawatan yang meliputi kinerja dan sikap perawat dalam

(25)

disiplin, perhatian, tanggung jawab yang kurang terlaksana dengan baik karena

rendahnya motivasi kerja (Rivai,Veitzhal, Basri, 2005).

Khan, Hassan, Anwar, Babar & Babar (2007) dalam penelitiannya di

Rumah Sakit Dera Ismail Khan Pakistan menunjukkan bahwa sejumlah masalah

keperawatan perlu diatasi, perawat harus tahu faktor yang mempengaruhi

kepuasan pasien untuk dapat meningkatkan pelayanannya. Pada penelitiannya

diperoleh hasil bahwa mayoritas pasien tidak puas dengan pelayanan keperawatan

yang diberikan perawat, yaitu berkenaan dengan perilaku atau sikap perawat saat

memberikan pelayanan keperawatan yaitu sebanyak 99% pasien merasa tidak

nyaman berbicara dengan perawat, 84% memiliki pengalaman negatif karena

perawat tidak memperhatikan keluhan mereka terutama malam hari dan 84%

memiliki persepsi negatif terhadap perawatan fisik yang diberikan oleh perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Yahya (2013) diruang rawat inap Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa kualitas

pelayanan keperawatan mempunyai hubungan yang sangat positif dan signifikan

dengan kepuasan pasien, dapat disimpulkan bahwa semakin baik kualitas

pelayanan keperawatan pada pasien, maka akan semakin baik pula tingkat

kepuasannya, dan sebaliknya jika kualitas pelayanan kepada pasien kurang baik

maka kepuasan pasien akan menurun.

Suatu rumah sakit yang terorganisir dengan baik dan mempunyai

perlengkapan medis yang baik, akan tetapi jika asuhan keperawatan yang

diberikan tidak berkualitas tinggi, maka rumah sakit tersebut akan gagal dalam

(26)

daya dengan proporsi terbesar dari tenaga kesehatan lain di rumah sakit dan

memberikan tanggung jawab untuk pelayanan yang optimal dan berkualitas

terhadap pasien (Brooks & Anderson, 2005). Sebagai ujung tombak pelayanan

rumah sakit, perawat dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi

setiap pasien (Aditama, 2004). Mengingat peran perawat yang begitu besar dan

penting dalam kondisi keinginan dan kebutuhan konsumen yang terus berubah,

meningkat dan beragam maka sebuah organisasi harus betul-betul memperhatikan

sumber daya manusia ini secara maksimal (Nawawi, 2003)

Dimasa lalu, perusahaan tidak begitu banyak perduli tentang pelanggan

mereka dengan beberapa alasan diantaranya adalah karena terbatasnya pemberi

pelayanan, disamping itu pertumbuhan pasar yang begitu cepat mengakibatkan

mereka tidak perlu kuatir untuk mengembangkan nilai pasar pada kepuasan

pelanggan. Situasi sekarang sudah berubah, seiring dengan perkembangan zaman

yang semakin kompetitif mempengaruhi kepuasan pelanggan dan loyalitas

pelanggan yang lebih tinggi sehingga perusahaan dan organisasi beralih ke

strategi pemasaran baru yang lebih memperhatikan kepuasan pelanggan. Salah

satu strategi yang dilakukan demi tercapainya kepuasan pelanggan tersebut adalah

dengan memperhatikan kualitas kehidupan kerja karyawannya (Gilaninia,

Alipour, Deldar, 2013).

Semakin meningkatnya persaingan dari fasilitas pelayanan kesehatan,

maka organisasi pelayanan kesehatan juga harus terus meningkatkan produktivitas

kerjanya demi kelangsungan hidup organisasi agar tercapainya kepuasan pasien.

(27)

kualitas kehidupan kerja karyawannya (Brooks & Anderson, 2005). Peningkatan

lingkungan kerja dan menyediakan fasilitas kerja yang memadai menjadi faktor

yang signifikan yang akan mendukung kualitas kehidupan kerja perawat yang

dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan (Ross, 2012).

Nawawi (2003) menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja ada

hubungannya kepuasan pelanggan. Beliau mengemukakan bahwa perusahaan

yang berusaha mewujudkan kualitas kehidupan kerja, bila dilihat dari sudut

pandang konsumen, maka pada umumnya konsumen tersebut akan memperoleh

dan meningkat kepuasannya. Artinya bahwa jika kualitas kehidupan kerja tidak

terwujud maka kepuasan konsumen tidak dapat tercapai, walaupun tercapai

namun tidak terjadi peningkatan.

Perawat secara konsisten melaporkan bahwa kualitas kehidupan kerja

mereka telah memburuk selama bertahun-tahun, yang mana keadaan tersebut

mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan (Beaudoin & Edgar, 2003).

Hasil analisis lingkungan kerja perawat oleh WHO (2003) dibeberapa negara Asia

termasuk Indonesia, menemukan bahwa lingkungan kerja perawat belum optimal

seperti pendapatan perawat yang rendah, fasilitas kesehatan yang buruk dan tidak

aman bagi staff perawat, rasio perawat pasien yang tidak optimal, hubungan tim

kerja yang perlu penguatan, kekerasan terhadap perawat, kurangnya perlindungan

dalam pekerjaan dan beberapa fasilitas yang tidak memuaskan.

Molyneux (2011) mengemukakan bahwa perawat dirumah sakit adalah

sebagai garis pertahanan pertama dalam perawatan pasien, secara signifikan lebih

(28)

rumah sakit dengan perawat yang tidak puas dengan lingkungan tempat kerja,

memiliki pasien yang tidak puas dengan perawatan mereka, dengan kata lain

bahwa jika lingkungan tempat kerja perawat baik maka akan berpengaruh

terhadap kepuasan pasien dengan perawatan yang diberikan.

Lee, Mchugh, Sloane, Cimiotti, Flynn, Neff & Aiken (2009)

mengemukakan bahwa lingkungan kerja perawat yang kurang berkualitas dapat

menyebabkan tingkat kepuasan pasien yang lebih rendah, dan lingkungan kerja

yang mendukung perawat memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan

mereka dengan baik dan memberikan perawatan yang lebih baik pula.

Penelitian Vahey, Aiken, Sloane, Clarke & Vargas (2004) untuk melihat

pengaruh lingkungan kerja perawat terhadap kepuasan pasien didapatkan bahwa

perbaikan lingkungan kerja perawat dirumah sakit mempunyai potensi secara

bersamaan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, resiko turnover perawat dan

meningkatkan kepuasan pasien dengan perawatan yang diberikan.

Almalki, Fitzgeral & Clark (2012) mengemukakan bahwa perawat tidak

puas dengan kualitas kehidupan kerja mereka yang mana hal ini mempengaruhi

keterampilan dan kualitas pelayanan perawatan yang mereka berikan.

Ketidakpuasan kualitas kehidupan kerja yang dimaksud disini adalah berkenaan

dengan gaji atau financial yang adil atau seimbang, jam kerja yang nyaman dan

sepadan dengan tugas yang diberikan, rasa aman terhadap pekerjaaan,

keselamatan lingkungan kerja, rasa bangga terhadap institusi, serta kesempatan

(29)

Penelitian Restegari, Khani, Ghalriz & Eslamian (2010) berkenaan dengan

kualitas kehidupan kerja hubungannya dengan kinerja perawat, menunjukkan

bahwa ada hubungan langsung dan signifikan antara kinerja perawat dengan

semua aspek. Gilaninia, et al (2013) dalam penelitiannya tentang manajemen

pelanggan hubungannya dengan kualitas kehidupan kerja (quality of work life)

adalah bahwa ada hubungan antara manajemen pelanggan dengan pengembangan

karir, kondisi kerja yang aman, menciptakan kesempatan bagi pertumbuhan dalam

organisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2012) terkait dengan kualitas

kehidupan kerja perawat yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas

kehidupan kerja (quality of work life) terhadap kinerja perawat pelaksana di rumah

sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, dengan hasil penelitian bahwa dari

sembilan komponen kualitas kehidupan kerja perawat, ada empat yang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat yaitu keterlibatan

karyawan, pengembangan karir, kompensasi yang seimbang dan rasa bangga

terhadap institusi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan

dilingkungan pelayanan kesehatan yaitu di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari

Rengat. Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat adalah Rumah Sakit Umum

milik pemerintah daerah kabupaten Indragiri Hulu. Memiliki visi menjadi rumah

sakit yang mandiri dengan pelayanan berkualitas dan berkeadilan tahun 2015.

Indikator pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat adalah

(30)

tahun 2012, terjadi peningkatan sebesar 1,89 % namun BOR masih dibawah

standar, dimana nilai idealnya adalah 60-85 % menurut Depkes. Length of Stay

(LOS) 2,66 hari pada tahun 2011 menjadi 2,86 pada tahun 2012. Turn Over

Interval (TOI) sebesar 4,17 tahun 2011 menjadi 3,61 pada tahun 2012 dan Groos

Death Rate (NDR) pada tahun 2012 sebesar 8,28.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keperawatan dikatakan

bahwa sering dilakukan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan rumah

sakit, disamping itu rumah sakit juga memberikan kesempatan kepada pegawai

dalam hal peningkatkan pendidikan. Fasilitas jaminan keamanan dan keselamatan

kerja belum ada. Sistem penggajian telah ditetapkan oleh pemerintah baik

pegawai negeri sipil maupun pegawai honorer, namun dari hasil wawancara

terhadap beberapa orang perawat mangatakan bahwa gaji yang diperoleh belum

mencukupi kebutuhan, karena walaupun ada insentif namun insentif yang didapat

tidak berdasarkan kinerja dan posisi atau jabatan di rumah sakit. Berdasarkan data

dan fenomena tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan

kualitas kehidupan kerja perawat (quality of nursing work life) dengan kepuasan

pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indra Sari Rengat.

1.2 Permasalahan

Sehubungan dengan meningkatnya persaingan dari fasilitas pelayanan

kesehatan, maka organisasi pelayanan kesehatan harus terus meningkatkan

produktivitas kerjanya bagi kelangsungan hidup organisasi. Keadaan ini dapat

(31)

menciptakan kepuasan pasien. Namun peningkatan produktivitas ini tidak dapat

dicapai dengan mengorbankan kualitas kehidupan kerja perawat (quality of

nursing work life), karena jika kualitas kehidupan kerja perawat tidak terwujud

maka dapat mempengaruhi kepuasan pasien.

Berdasarkan fenomena dan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan kualitas hidup kerja perawat (quality of nursing work life)

dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

diungkapkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas kehidupan kerja perawat (quality of nursing work

life) di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat

2. Untuk mengetahui kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari

Rengat

3. Untuk mengetahui hubungan kualitas kehidupan kerja perawat (quality of

nursing work life) dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah

Indrasari Rengat.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara kualitas kehidupan kerja perawat (quality of nursing

work life) dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari

(32)

1.5 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat memberikan masukan positif bagi pihak managemen rumah sakit

dalam merencanakan dan menentukan langkah serta strategi dalam

pengambilan keputusan untuk membuat program perbaikan kualitas

kehidupan kerja perawat dan kepuasan pasien.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan (Nursing Education)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif bagi

institusi pendidikan fakultas keperawatan khususnya magister ilmu

keperawatan Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan referensi

kepustakaan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terkait

konsep kualitas kehidupan kerja perawat dan kepuasan pasien.

3. Bagi Perkembangan Riset Keperawatan.

Dapat menambah khazanah keilmuan dan dapat digunakan sebagai evidence

(33)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas Kehidupan Kerja Perawat (Quality of Nursing Work Life) 2.1.1.Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja

Menurut Robbin (2007) kualitas kehidupan kerja merupakan sebuah

proses dimana organisasi memberi respon pada kebutuhan karyawan dengan cara

mengembangkan mekanisme untuk mengijinkan para karyawan memberikan

sumbang saran penuh dan ikut serta mengambil keputusan dan mengatur

kehidupan kerja mereka dalam suatu perusahaan.

Menurut Cascio (2003) kualitas kehidupan kerja karyawan merupakan

salah satu tujuan penting dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pegawai.

Kualitas kehidupan kerja adalah persepsi karyawan tentang kesejahteraan dan

fisiknya ketika bekerja. Ada dua pandangan mengenai maksud dari kualitas

kehidupan kerja. Pertama, kualitas kehidupan kerja adalah sejumlah keadaan dan

praktek dari organisasi (contoh: pengayaan penyelia yang demokratis, keterlibatan

pekerja, dan kondisi kerja yang nyaman). Sementara yang kedua, kualitas

kehidupan kerja adalah persepsi karyawan bahwa mereka ingin rasa aman, mereka

merasa puas, dan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang

sebagai layaknya manusia.

Kualitas kehidupan kerja (quality of work life) mengungkapkan

pentingnya penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Dengan

(34)

agar secara tehnis dan manusiawi membawa kepada quality of work life yang

lebih baik. Quality of work life merumuskan bahwa setiap proses kebijakan yang

diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi

keinginan dan harapan karyawan mereka (Luthans, 1995).

Menurut Lau & Bruce (1998), quality of work life didefinisikan sebagai

strategi tempat kerja yang mendukung dan memelihara kepuasan karyawan

dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi kerja karyawan dan organisasi serta

keuntungan untuk pemberi kerja.

Jewell & Siegall (1998) mengemukakan bahwa berbagai macam

komponen dari kesejahteraan karyawan secara umum yang lebih penting adalah

lingkungan kerja yang aman dan sehat, hubungan yang baik dengan supervisor,

dukungan dan persahabatan dengan rekan kerja, pekerjaan yang sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan individu, derajat kepuasan dengan situasi kerja, dan

kesempatan untuk bertumbuh dan pengembangan pribadi. Istilah yang digunakan

untuk menjelaskan hasil interaksi individu, pekerjaan, organisasi global dan

multidimensi ini adalah kualitas kehidupan kerja.

2.1.2. Pengertian Kualitas Kehidupan kerja Perawat

Menurut Brooks & Anderson (2005) kualitas kehidupan kerja perawat

adalah sejauh mana perawat merasa puas mengenai kebutuhan pribadi mereka

(pertumbuhan, kesempatan, keamanan) serta persyaratan organisasi (peningkatan

produktivitas, penurunan turnover) melalui pengalaman mereka dalam organisasi

(35)

2.1.3 Tujuan Kualitas Kehidupan Kerja Perawat (Quality of Nursing Work Life)

Hall (2003) menyatakan, untuk mempertahankan dan meningkatkan

kualitas kehidupan kerja yang dialami oleh perawat professional mengharuskan

perawat lebih terampil dan produktif dalam pekerjaan mereka. Kualitas kehidupan

kerja perawat dirumah sakit yang sangat rendah akan mengakibatkan tingginya

ketidakhadiran perawat dan turnover. Namun dengan meningkatnya kualitas

kehidupan kerja, kinerja staff meningkat, stress berkurang, absensi menurun dan

turnover juga akan menurun.

Kualitas kehidupan kerja perawat yang positif dapat mendukung

perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan memberikan kontribusi pada

kelanjutan system perawatan kesehatan (Horrigan, Lightfoot, Lariviere & Jaclin,

2013)

Perusahaan yang berusaha mewujudkan kualitas kehidupan kerja melalui

manajemen pengendalian mutu dan manajemen dengan pendekatan sumber daya

manusia, keberhasilannya dapat dilihat dari indikator-indikator yaitu dari sudut

pekerja, prosedur operasional, konsumen dan financial. Bila dilihat dari sudut

pekerja, maka keikutsertaan dalam bekerja akan memberikan dan meningkatkan

perasaan puas sehingga semakin aktif dalam bekerja, tingkat kehadiran semakin

tinggi, bersedia bekerja secara sukarela, merasa merugi bila tidak hadir, dan selalu

terdorong untuk menyampaikan saran untuk peningkatan produktivitas. Bila

dilihat dari sudut prosedur operasional dalam bekerja, maka tingkat reliabilitas

(36)

sedang kepuasan konsumen positif, persentase produk sampai tepat pada

waktunya semakin meningkat. Disamping itu penyampaian produk pada

konsumen yang tepat juga meningkat, keterlibatan terutama dalam ketaatan pada

waktu melaksanakan proses kerja semakin tinggi, inventarisasi asset

organisasi/perusahaan semakin sempurna, pembiayaan (cost) terhindar dari

pembiayaan kualitas yang buruk atau gagal, karena semakin baiknya kontrol,

seleksi dan pelatihan, selalu relevan dengan usaha meningkatkan sumber daya

manusia yang kompetitif. Dari sudut konsumen, pada umumnya konsumen akan

memperoleh dan meningkat kepuasannya, klaim atau keluhan konsumen semakin

menurun, kecenderungan konsumen menggunakan produk dan jasa perusahaan

semakin meningkat dan meluas. Dari sudut Finansial, pemasaran produk dan atau

jasa semakin meluas/menyebar, semakin banyak pekerja yang ikut memasarkan

produk atau jasa dari perusahaan, asset perusahaan semakin meningkat, penjualan

secara kuantitas terus meningkat (Nawawi, 2003)

2.1.4 Komponen Kualitas Kehidupan Kerja Perawat

Ross (2012) mengemukakan bahwa ada delapan komponen kualitas

kehidupan kerja perawat yang dapat diidentifikasi, yang pertama adalah

kompensasi yang layak dan adil, maksudnya adalah bahwa petugas kesehatan

harus menerima gaji yang wajar untuk pekerjaan yang mereka lakukan dan

mereka butuhkan untuk percaya bahwa gaji yang mereka terima adil. Manager

perawat mengidentifikasi pentingnya hadiah uang, seperti gaji yang kompetitif,

bonus kinerja, remunerasi, tunjangan seperti cuti diperpanjang, promosi, fasilitas

(37)

berdasarkan prestasi dapat meningkatkan kinerja seseorang yaitu dengan system

pembayaran karyawan berdarkan prestasi kerja.

Kedua adalah memberikan kesempatan untuk memanfaatkan,

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mereka untuk melaksanakan

fungsi-fungsi tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Maksudnya bahwa perawat

harus diberdayakan agar mereka percaya bahwa mereka bisa membuat perubahan

penting yang akan secara signifikan memajukan praktek keperawatan professional

dan meningkatkan kesehatan pasien. Menurut Pratama (2012) keterlibatan

karyawan dapat meningkatkan kinerja perawat di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan. Melibatkan perawat dalam setiap pengambilan keputusan

yang mempengaruhi mereka dan hubungan mereka dengan pekerjaan, tugas dan

organisasi, akan membuat mereka lebih bertujuan bahkan merasa memiliki

terhadap keputusan yang telah dibuat.

Ketiga yaitu kesempatan di masa mendatang untuk pertumbuhan lanjutan

dan keamanan. Keempat Interaksi sosial atau dukungan sosial. Interaksi

sosial/dukungan sosial di tempat kerja dapat mengurangi depresi dan stres, yang

mana hal ini dapat membantu untuk memberikan solusi untuk masalah pekerjaan.

Kerja tim yang efektif sangat penting di pelayanan kesehatan. Kepercayaan juga

merupakan syarat penting dalam hubungan apapun, dan itu juga berlaku bagi

hubungan ditempat kerja. Komponen kelima adalah rasa hormat dari manajemen,

rekan kerja dan pasien. Bentuk ekuitas dan pekerja mengharapkan hak untuk adil

dalam segala hal misalnya promosi, penghargaan, dan keamanan kerja. Keenam

(38)

dapat melakukan lebih baik untuk pasien ketika keseimbangan antara pekerjaan

dan kehidupan diluar pekerjaan dapat dicapai. Komponen ketujuh yaitu relevansi

sosial dari pekerjaan. Pekerjaan harus dilakukan untuk kepentingan semua dalam

organisasi dan masyarakat. Relevansi sosial dari pekerjaan, adalah tanggung

jawab sosial organisasi, misalnya untuk menghormati hak asasi manusia dan pada

harga diri karyawan. Kurangnya pengakuan atas kerja perawat dalam institusi,

media, dan di masyarakat umum dapat menyebabkan perawat merasa diremehkan

atas kontribusi mereka untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Apapun

kedudukan orang tersebut, yang penting bagi mereka adalah dapat merasakan

bahwa pekerjaan bermakna dan berharga. Terakhir adalah kondisi kerja yang

aman dan sehat, termasuk lingkungan fisik dan psikologis. Keselamatan kerja

menjadi salah satu prioritas tertinggi yang dihadapi organisasi pada umumnya dan

manajemen sumber daya manusia pada khususnya.

Menurut Cascio (2003), usaha perusahaan untuk memperbaiki kualitas

kehidupan kerja adalah upaya untuk memperbaiki komponen (1) Keterlibatan

karyawan (Employee participation), contohnya dengan membentuk tim

peningkatan kualitas, membentuk tim keterlibatan karyawan dan mengadakan

pertemuan partisipasi karyawan (2) Pengembangan karir (Career development),

contohnya dengan mengadakan peningkatan pendidikan dan pelatihan, evaluasi

kinerja dan promosi (3) Penyelesaian masalah (Conflic resolution), contohnya

manajemen membuka jalur formal utuk menyampaikan keluhan atau

permasalahan (4) Komunikasi (Communication), komunikasi secara terbuka baik

(39)

(Wellness), contohnya jaminan keselamatan, program rekreasi, proses konseling.

(6) Rasa aman terhadap pekerjaan (Job security), contohnya program pensiun dan

status karyawan tetap (7) Keselamatan lingkungan kerja (Safe environment),

contohnya perusahaan membentuk komite keselamatan tim gawat darurat, dan

program keselamatan (8) Kompensasi yang seimbang (Equitable compensation),

contohnya perusahaan memberikan gaji dan keuntungan yang kompetitif. Menurut

Hasibuan (2000) besarnya kompensasi mencerminkan status, pengakuan dan

tingkat pemenuhan kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan bersama

keluarganya (9) Rasa bangga terhadap institusi (Pride), contohnya perusahaan

memperkuat identitas dan citra perusahaan, meningkatkan partisipasi masyarakat,

dan lebih peduli terhadap lingkungan.

2.1.4. Aktivitas yang Dilakukan Untuk Memperbaiki Kualitas Kehidupan Kerja

Kualitas kehidupan kerja mempengaruhi kualitas kehidupan karyawan.

Kualitas kehidupan kerja merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

manajemen sumber daya manusia untuk memartabatkan karyawannya dalam

lingkungan kerja (Kossen, 1987). Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan untuk memperbaiki kualitas kehidupan kerja bagi karyawan pertama

yaitu partisipasi (participation). Partisipasi ini ada dua bentuk yaitu partisipasi

horizontal yaitu interaksi karyawan dengan teman sekerja dan tim sedangkan

partisipasi vertikal yaitu keterlibatan dalam membuat keputusan dengan atasan.

Tujuannya adalah untuk menyediakan lingkungan dimana karyawan memiliki

(40)

lingkungan kerjanya dan menyesuaikan kepribadiannya dengan tuntutan kerja

sebagaimana halnya dengan menyesuaikan pekerjaannya dengan diluar

pekerjaaannya. Kedua adalah Job design. Kepuasan kerja dan performa kerja

yang berimplikasi negatif terhadap organisasi dan menurunkan kualitas kehidupan

kerja. Oleh karena itu, mendesain ulang kerja dalam batasan produksi dapat

meningkatkan kualitas kehidupan kerja dan mempertahankan atau meningkatkan

produktivitas. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan karakteristik pribadi

karyawan dengan karakteristik pekerjaan. Salah satu bentuk job design adalah job

enrichment, dimana dengan meningkatkan tanggung jawab karyawan baik dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan pekerjaaan, dan dengan memberikan

kesempatan untuk membuat keputusan tentang metode dan prosedur yang akan

dilaksanakan, atau dengan memberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung

dengan klien atau departemen lain, semuanya dapat meningkatkan kualitas

kehidupan kerja. Ketiga adalah team building. Tim merupakan salah satu bentuk

kelompok, dimana setiap anggota menganut kepribadian kelompok yang ditandai

dengan cohesiveness, beliefs, value and norm dan goal. Kerja tim dapat

meningkatkan dan memaksimalkan kerjasama anggota tim dan meningkatkan

pembelajaran karyawan untuk mempelajari keahlian karwayan lain terutama cara

(41)

2.2. Kepuasan Pasien

2.2.1 Pengertian kepuasan

Kepuasan adalah suatu keadaan yang dirasakan oleh seseorang

(klien/pasien) setelah ia mengalami suatu tindakan atau hasil dari tindakan yang

memenuhi harapan-harapannya (Hartono, 2010)

Menurut Kotler (2002) Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau

hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari

kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak

puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi

harapan pelanggan amat puas atau senang.

Oliver (2007) menyatakan bahwa kepuasan merupakan respon pelanggan

terhadap dipenuhinya kebutuhan dan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan

fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila

kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai

harapan, maka pelanggan akan sangat puas, sedangkan bila kinerja melebihi

harapan pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh

pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari

berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif

terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.

Nursalam (2012) menyebutkan kepuasan adalah perasaan senang

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas

(42)

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan

merupakan perasaan senang, puas seseorang karena antara harapan dan kenyataan

dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi.

2.2.3. Pengertian Kepuasan Pasien

Singh (1989) berpendapat bahwa kepuasan pasien adalah sebagai evaluasi

individu terhadap kualitas pelayanan dalam situasi perawatan medis tertentu.

Kepuasan pasien adalah persepsi, sikap pasien terhadap pelayanan

keperawatan, dan merupakan kriteria hasil evaluasi dari kualitas pelayanan

keperawatan (Risser, 1975).

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai

akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

membandingkannya dengan apa yang diharapkannya ( Pohan, 2004).

Kepuasan pelanggan adalah perasaan pelanggan terhadap suatu jenis

pelayanan yang didapatkan ( zeithaml, Berry, Leonardo & Parasuraman, 1996)

Kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap kesesuaian

antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah

pemakaian (Rangkuti, 2006)

2.2.4. Manfaat Kepuasan Pasien

Menurut Hasan (2008) perencanaan, implementasi, dan pengendalian

program kepuasan pelanggan memberikan mamfaat yaitu pertama reaksi terhadap

produsen berbiaya rendah. Maksudnya adalah bahwa persaingan pemotongan

harga dianggap oleh banyak perusahaan menjadi senjata ampuh untuk meraih

(43)

yang lebih mahal untuk pelayanan dan kualitas yang lebih baik. Strategi fokus

pada kepuasan pelanggan merupakan alternatif dalam upaya mempertahankan

pelanggan untuk menghadapi para produsen berbiaya rendah Kedua adalah

mamfaat ekonomis. Berbagai studi menunjukkan bahwa mempertahankan dan

memuaskan pelanggan saat ini jauh lebih murah dibandingkan terus menerus

berupaya menarik atau memprospek pelanggan baru. Ketiga adalah reduksi

sensivitas harga. Pelanggan yang puas terhadap sebuah perusahaan cenderung

lebih jarang menawar untuk setiap pembelian individualnya.

2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Muninjaya (2004) mengemukakan bahwa kepuasan pasien dipengaruhi

beberapa faktor yang pertama adalah pemahaman pengguna jasa tentang jenis

pelayanan yang akan diterimanya. Dalam hal ini aspek komunikasi memegang

peranan penting karena pelayanan kesehatan adalah high personnel contact.

Kedua adalah empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.

Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat

kepatuhan pasien (complience). Ketiga adalah biaya (cost). Tingginya biaya

pelayanan dapat dianggap sebagai sumber masalah bagi pasien dan keluarganya,

menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan tehnologi kedokteran

yang ditawarkan oleh petugas kesehatan. Akibatnya biaya perawatan menjadi

lebih mahal. Informasi terbatas yang dimiliki oleh pihak pasien dan keluarganya

tentang perawatan yang diterima dapat menjadi sumber keluhan pasien. Keempat

adalah penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan

(44)

petugas kesehatan (assurance). Ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan

dokter juga termasuk dalam faktor ini. Keenam adalah keandalan dan

keterampilan (reliability) petugas kesehatan dalam memberikan perawatan.

Ketujuh yaitu kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien

(responsiveness).

Tjiptono (2011) mengemukakan bahwa kepuasan pasien ditentukan oleh

beberapa faktor yaitu kinerja (performance), keistimewaan tambahan, keandalan,

kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), daya tahan, servis

dan estetika. Bila dipandang dari sudut kinerja yaitu bahwa wujud dari kinerja ini

adalah kecepatan pelayanan, kemudahan dalam menerima pelayanan dan

kenyamanan yang diberikan oleh perawat dalam memberikan jasa pengobatan

terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan

dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan

memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.

Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik

sekunder atau karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya

kelengkapan interior dan eksterior, seperti televisi, air conditioner (AC), sound

system, dan sebagainya. Keandalan (reliability), dipengaruhi oleh kemampuan

yang dimiliki oleh perawat didalam memberikan jasa keperawatannya yaitu

dengan kemampuan dan pengalaman yang baik terhadap pelayanan keperawatan

dirumah sakit. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification),

yaitu sejauh mana karakteristik pelayanan memenuhi standar-standar yang telah

(45)

produk tersebut digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur

ekonomis dalam pengggunaan peralatan rumah sakit, misalnya: peralatan bedah,

alat transportasi, dan sebagainya. Service (ability), meliputi kecepatan,

kompetensi serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang

diberikan oleh perawat dapat memberikan penangan yang cepat dan kompetensi

yang tinggi terhadap keluhan pasien sewaktu-waktu. Estetika, merupakan daya

tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca indra, misalnya: keramahan

perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap dan modern, desain arsitektur rumah

sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk,

dan sebagainya.

Menurut Zeithaml & Binner dalam Jasfar (2012) terdapat bermacam macam

faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan yaitu aspek barang dan jasa

,aspek emosi pelanggan, aspek pengaruh kesuksesan dan pelanggan lain, keluarga

dan rekan kerja. Kepuasan pelanggan terhadap barang dan jasa dipengaruhi secara

signifikan oleh penilaian pelanggan terhadap fitur barang dan jasa. Aspek emosi

pelanggan. Emosi atau perasaan dari pelanggan dapat mempengaruhi persepsinya

terhadap barang dan jasa. Aspek pengaruh kesuksesan pelanggan terkadang

dikagetkan oleh sebuah hasil suatu jasa dimana bisa lebih baik atau lebih buruk

dari yang diharapkan. Aspek persepsi atas persamaan atau keadilan maksudnya

adalah pelanggan akan bertanya tanya pada diri mereka sendiri apakah mereka

sudah dilayanai secara adil dibandingkan pelanggan lain, apakah pelanggan lain

mendapatkan perlakuan yang lebih baik, harga yang lebih murah, atau kualitas

(46)

Menurut Parasuraman, et al. (1990) menilai bahwa kualitas pelayanan

dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan berfokus pada aspek fungsi dari proses

pelayanan yaitu: tangibles (bukti fisik), reliability (keandalan), responsiveness

(tanggung jawab), assurance (jaminan), empathy (empati).

Tangibles (bukti fisik) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik,

yang mencakup kemutakhiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi

sumber daya manusia perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan

jenis jasa yang diberikan. Reliability (keandalan) adalah pelayanan yang disajikan

dengan segera dan memuaskan, hal ini merupakan aspek-aspek keandalan system

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan

pelayanan dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang

dialami pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu

pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan dan keakuratan penanganan.

Responsiveness (tanggung jawab) adalah keinginan untuk membantu dan

menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan

informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan

administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu

pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat. Assurance (jaminan)

adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan

keamanan yang meliputi kemampuan staf, kesabaran staf, dan rasa aman selama

berurusan dengan staf. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan memberikan

(47)

kepada konsumen, pemahanan akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap

kepentingan dan kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen.

2.2.6. Pengukuran Kepuasan Pasien

Hartono (2010) mengemukakan bahwa ada empat cara yang dapat dilakukan

rumah sakit untuk mengukur kepuasan pasien, yang pertama adalah melihat

indicator hasil pelayanan yaitu dengan menghitung Bed Occupatincy Rate (BOR),

ALOS (Average Length of Stay) dan Turn Over Interval (TOI). Ukuran ini

merupakan ukuran yang tidak langsung (indirect) dan sebenarnya tidak cukup.

Dalam situasi yang tidak ada pesaing, ukuran ini tidak mencerminkan keadaan

sesungguhnya, karena pasien tidak memiliki pilihan lain. Kedua yaitu menampung

keluhan dan saran, misalnya dengan menyediakan kotak saran, pembagian

formulir tanggapan/komentar, membentuk komite pengawas perawat. Ketiga

adalah menyelenggarakan panel pasien yaitu dengan cara membentuk kelompok

kecil pasien untuk membahas hal-hal yang sudah baik dan

kekurangan-kekurangan dari rumah sakit guna disampaikan kepada rumah sakit dan yang

keempat yaitu menyelenggarakan survey kepuasan pasien. Cara ini merupakan

pelengkap bagi cara cara lain tersebut diatas. Cara ini dapat dilakukan sendiri oleh

rumah sakit atau diborongkan kepada organisasi lain.

Kotler (2002), mengemukakan ada empat metode untuk mengukur kepuasan

pelanggan yang pertama adalah sistem keluhan dan saran. Pelanggan diberi

kesempatan untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan terhadap

pelayanan yang diberikan. Kedua adalah Survei kepuasan pelanggan, dengan cara

(48)

satisfaction), pertanyaan yang berkaitan dengan besarnya harapan pelanggan

terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka rasakan (dirrived

dissatisfaction) dan pelanggan diminta untuk menilai berbagai atribut dari

penawaran dan juga diminta untuk menilai kinerja perusahaan tersebut sesuai

atribut masing- masing. Ketiga yaitu Gost shopping (mystery shopping), yaitu

dengan cara perusahaan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan sebagai

pelanggan pada pesaing dan yang keempat adalah analisa kehilangan pelanggan

(lost costumer analysis) yaitu dengan cara perusahaan menghubungi pelanggan

yang berhenti membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari penyebabnya.

2.2.7 Indikator kepuasan pasien

Pohan, (2004) menyatakan indikator kepuasan pasien pada pelayanan dapat

diukur dengan kepuasan terhadap akses layanan, mutu layanan, proses layanan

dan sistem layanan. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan akan dinyatakan

tentang sikap dan pengetahuan tentang sejauh mana kesehatan itu tersedia pada

waktu dan tempat saat dibutuhkan. Adanya kemudahan memperoleh layanan

kesehatan, baik dalam keadaan biasa ataupun keadaan gawat darurat, dan

sejauhmana pasien mengerti bagaimana system layanan kesehatan itu bekerja,

keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan.

Kepuasan terhadap mutu layanan artinya adalah adan rasa kepuasan

terhadap mutu layanan kesehatan akan ditunjukan dengan adanya kompetensi

dokter atau profesi layanan kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien. Hal

lain yang menimbulkan kepuasan adalah keluaran dari peyakit atau bagaimana

(49)

Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar

manusia. Hal ini akan ditentukan dengan melakukan pengukuran sejauh mana

ketersediaan rumah sakit menurut penilaian pasien, persepsi tentang perhatian dan

kepedulian dokter dan profesi layanan kesehatan lain, tingkat kepercayaan dan

keyakinan terhadap dokter, tingkat pengertian tentang kondisi dan diagnosis dan

sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter atau rencana

pengobatan.

Kepuasan terhadap system layanan kesehatan ditentukan oleh sikap

terhadap fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan, system perjanjian

termasuk menunggu giliran dan waktu tunggu, lingkup dan sifat keuntungan dan

layanan kesehatan yang ditawarkan.

2.2.8 Aspek aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien.

Griffith (2007) mengatakan ada beberapa aspek yang mempengaruhi rasa

puas pada pasien yaitu yang pertama adalah sikap pendekatan perawat pada pasien

yaitu sikap perawat ketika pasien pertama kali datang kerumah sakit. Kedua

adalah kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah

dilakukan oleh perawat pada pasien, seberapa jauh pelayanan perawatan yang

berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan

kelangsungan perawatan pasien selama berada dirumah sakit. Ketiga prosedur

yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien maupun prosedur tindakan

pengobatan atau perawatan yang dimulai sejak masuk rumah sakit selama

(50)

berkaitan dengan waktu yang disediakan untuk konsultasi, menyampaikan

masalah atau keluhan, dan waktu berkunjung bagi keluarga. Kelima yaitu fasilitas

umum seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan minuman, privasi dan

kunjungan. fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan terhadap pemenuhan

kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang disediakan dan privasi

ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang berkunjung di rumah sakit.

Keenam yaitu fasilitas ruang rawat inap untuk pasien yang harus dirawat. Fasilitas

ruang rawat inap ini disediakan berdasarkan permintaan pasien yang dikehendaki.

Ketujuh adalah hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien

yaitu perawatan yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berupa

operasi , kunjungan dokter atau perawat.

Risser (1975) menjelaskan tiga dimensi perilaku perawat terhadap

kepuasan pasien yaitu, praktik profesional (technical-professional), hubungan

saling percaya (trusting relationship), hubungan pendidikan (educational

relationship). Praktik profesional (technical-professional) yaitu perilaku perawat

yang mampu mencapai tujuan sesuai dengan perannya, sebagai contoh adalah

pengetahuan perawat dalam pemeriksaan fisik kepada pasien, dan keahlian dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan. Hubungan saling percaya (trusting

relationship) yaitu kemampuan berkomunikasi secara langsung maupun tidak

langsung dengan baik, misalnya perhatian kepada pasien, mendengarkan

keluhan-keluhan pasien, dan rasa sensitif kepada pasien. Hubungan pendidikan

(51)

termasuk di dalamnya seperti aktifitas dalam menjawab pertanyaan pertanyaan,

penjelasan dan demonstrasi tindakan

2.3 Landasan Teoritis

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien

merupakan nilai subyektif pasien terhadap pelayanan yang diberikan setelah

membandingkan dari hasil pelayanan yang diberikan dengan harapannya.

Kepuasan pasien pada penelitian ini didasari teori yang dikembangkan oleh

Biering, at al (2006). Semakin meningkatnya persaingan dari fasilitas pelayanan

kesehatan, maka organisasi pelayanan kesehatan harus terus meningkatkan

produktivitas kerjanya bagi kelangsungan hidup organisasi demi tercapainya

kepuasan pasien, namun peningkatan produktivitas tidak dapat dicapai dengan

mengorbankan kualitas kehidupan kerja karyawanya (Brooks & Anderson,

2005). Perusahaan yang berusaha mewujudkan kualitas kehidupan kerja yang

berintegrasi dengan manajemen dengan pendekatan sumber daya manusia akan

dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Kualitas kehidupan kerja dalam

penelitian ini didasari teori Cascio (2003) yang menyatakan kualitas kehidupan

kerja dapat didefenisikan sebagai persepsi karyawan tentang kesejahteraan dan

fisiknya ketika bekerja.

2.3.1.Teori Keperawatan Betty Nauman Model System.

Paradigma keperawatan teori Neuman disajikan dalam empat model yaitu

(52)

sebagai profesi unik karena berkaitan dengan semua variabel yang mempengaruhi

respon seseorang terhadap stres (Neuman dalam Tomey & Alligood, 2006) .

Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara

utuh. Tujuan keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok

dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Perawat

mengkaji, mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada

variabel-variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Tindakan

keperawatan terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.

Neuman system model berfokus pada respon klien terhadap lingkungan

aktual dan potensial, intervensi pencegahan keperawatan sekunder dan tersier

untuk perawat, pencapaian dan mempertahankan system kesehatan optimal klien.

Teori ini menganggap seluruh keperawatan sebagai suatu system dengan batas

batas yang harus jelas diidentifikasi dan didefenisikan sebelum bagian-bagian

individu dapat dianalisa. Setelah batas batas diidentifikasi dan ditetapkan, seluruh

hubungan dapat diidentifikasi yaitu mencakup perawatan dirumah sakit sebagai

system keperawatan keseluruhan, dengan berinteraksi dengan setiap bagian

termasuk lingkungan perawat, kepuasan pasien dan kualitas yang dirasakan dari

pelayanan yang disampaikan (Fawcett dan Neuman, 2011)

Sistem model ini berlaku untuk perawat dilingkungan rumah sakit, seperti

pengakuan atas perubahan peran, fungsi dan kondisi. Agar system keperawatan

(rumah sakit) menjadi sukses, stress lingkungan kerja dan tuntutan pekerjaan

harus dipenuhi oleh staff perawat. Stress lingkungan kerja perlu ditangani jika

(53)

terhadap kualitas pelayanan sehingga seluruh system dapat ditingkatkan dan

berhasil sebagai perawatan kesehatan. Model ini juga menunjukkan fleksibilitas

yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan internal dan eksternal yang dihadapi

profesi keperawatan.

Dampak dari kualitas kehidupan kerja yang buruk salah satu diantaranya

adalah timbulnya stress di tempat kerja. Stess kerja merupakan istilah umum yang

menunjuk pada tekanan dan masalah yang dialami oleh setiap orang dalam

kehidupan kerjanya. Konsep stress mengandung dua makna yaitu positif dan

negatif. Jika orang dapat mengatur atau mengelola stress dengan baik maka secara

psikologis akan menumbuhkan semangat dan motivasi untuk bekerja. Sebaliknya

jika stress terlalu berlebihan akan menyebabkan terganggunya kesehatan baik

secara fisik maupun nonfisik (Neuman, 2002 dalam Tomey & Alligood, 2006) .

Stress yang sering dikeluhkan orang biasanya merupakan suatu perasaan

tegang atau tekanan yang dialami ketika tuntutan yang dihadapi melebihi

kekuatan yang ada pada diri kita. Saat ini, reaksi stress pada umumnya

berhubungan dengan ancaman finansial, emosional, mental, dan sosial. Oleh

karena itu pimpinan suatu organisasi perlu mengelola stress agar karyawan

mampu bekerja produktif sehingga kinerja organisasi dapat dicapai secara

maksimal.

2.4. Kerangka Konsep

Kerangka teori dalam penelitian ini didasarkan pada teori kualitas

(54)

oleh Cascio dan Risser dapat disimpulkan bahwa kualitas kehidupan kerja perawat

merupakan suatu pengaturan tempat kerja perawat yang mampu meningkatkan

kualitas hasil dari pelayanan keperawatan sehingga tercapai kepuasan pasien.

Pelayanan kesehatan tergantung pada kapasitas dan kualitas sumber daya

manusia. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien berhubungan erat dengan

kualitas kehidupan kerja yang dialami oleh perawat. Kualitas kehidupan kerja

yang rendah dapat mengakibatkan menurunya kinerja perawat dalam memberikan

pelayanan kepada pasien yang mengakibatkan ketidakpuasan pasien dalam

menerima pelayanan yang diberikan. Agar pelayanan memiliki kualitas dan

memberikan kepuasan kepada pasien maka perlu diperhatikan komponen kualitas

kehidupan kerja perawat yaitu keterlibatan karyawan, pengembangan karir,

penyelesaian masalah, komunikasi, fasilitas yang didapat, rasa aman terhadap

pekerjaan, keselamatan lingkungan kerja, kompensasi yang seimbang dan

perasaan bangga terhadap institusi.

Gambaran yang jelas dan terarah akan alur penelitian ini adalah dengan

memperhatikan tinjauan pustaka dan landasan teori. Digambarkan dalam

(55)

Variabel Independen

Variabel dependen

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian Kualitas kehidupan kerja perawat (quality of nursing work life):

• Keterlibatan karyawan

(employee participation)

• Pengembangan karir (career

development)

• Penyelesaian masalah (conflict resolution)

• Komunikasi (communication)

• Fasilitas yang didapat (wellness)

• Rasa aman terhadap pekerjaan

(job security)

• Keselamatan lingkungan kerja

(safe environment).

• Kompensasi yang seimbang

(equitable compensation)

Gambar

Tabel  3.1 Jumlah Sampel Pasien Tiap Ruang Rawat Inap (n=79)
Tabel  3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Perawat  di Rumah
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pasien di Rumah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa variabel pelayanan spiritual yang diberikan perawat memiliki hubungan dengan kepuasan pasien diabetes melitus di Rumah Sakit

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PERAWAT PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PASIEN TENTANG PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN KEPUASAN PELANGGAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA SIDOARJO Tesis,

Hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa manajemen rumah sakit harus memperhatikan kualitas kehidupan kerja perawat karena akan berpengaruh terhadap kepuasan dan kinerja

Hubungan komponen quality of work life dengan kinerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit Bhakti Yudha Depok.. Participative producyivity and quality of

Judul Tesis : Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.. Nama Mahasiswa :

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada petugas laundry di Rumah Sakit Umum Daerah Indrasari Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pengumpulan linen oleh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien diruang rawat inap Rumah Sakit Islam Aisyiyah