• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR LIMBAH IKAN LEMURU (Sardinella sp.) TERHADAP KEPADATAN POPULASI Spirulina platensis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR LIMBAH IKAN LEMURU (Sardinella sp.) TERHADAP KEPADATAN POPULASI Spirulina platensis."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

22

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR LIMBAH IKAN LEMURU

(Sardinella sp.) TERHADAP KEPADATAN POPULASI Spirulina platensis.

EFFECT OF PROVISION LEMURU (Sardinella sp.) FISH WASTE

LIQUID FERTILIZER ON POPULATION DENSITY Spirulina platensis

Myrna Budi Resmawati, Endang Dewi Masithah dan Laksmi Sulmartiwi

Fakultas Perikanan dan Kelautan - Universitas Airlangga

Kampus C Mulyorejo – Surabaya 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

Natural feed is one important factor as the basis for the fulfillment of

nutrition during early life of fish larvae. One of plankton that can be given to the

larvae of

Spirulina platensis

. Nutrients is one important element in the growth of

S. platensis

. Meeting the nutrient requirements for

S. platensis

is very dependent

on the availability in the culture medium. Lemuru (

Sardinella

sp.)

fish waste can

be utilized as raw material for a complete organic fertilizer because it contains

nitrogen and phosphorus needed for growth of

S. platensis.

The purpose of this study to determine the effect of adding lemuru

(

Sardinella

sp.)

fish waste liquid fertilizer on the growth of

Spirulina platensis

and to determine the optimal dose of lemuru (

Sardinella

sp.)

fish waste liquid

fertilizer

that can enhance the growth of

Spirulina

platensis

. The study was

conducted at the Laboratory of Education Faculty of Fisheries and Marine

Fisheries, Airlangga University, Surabaya. Data analysis using Analysis of

Variance (ANOVA), if there any different, it could be continued with Duncan

Multiple Range Test to know best treatment which 8 treatments and 3

replicantions. The main parameters observed are the population of

S. platensis

,

while supporters of the observed parameters are temperature, pH, and salinity.

The results showed that the addition of lemuru (

Sardinella

sp.)

fish waste

liquid fertilizer can increase the growth population of

S. platensis

. The addition of

lemuru (

Sardinella

sp.)

fish waste liquid fertilizer 0.25 ml/L in the culture

medium can result in growth population of

S. platensis

high of 58,917x10

3

unit/ml. Water quality parameters during the study remained within the tolerance

limit for the growth of

S. platensis

, which is pH 7-8, the water temperature ranges

between 30-32

o

C, salinity between 25-34 ppt.

Keywords :

Spirulina platensis

, lemuru fish waste liquid fertilizer, nutrient

PENDAHULUAN

Ketersediaan fitoplankton sangat dibutuhkan terutama pada usaha

pembenihan udang dan ikan. Pakan alami merupakan salah satu faktor yang

penting sebagai dasar pemenuhan gizi pada saat awal kehidupan larva ikan. Salah

satu plankton yang dapat diberikan pada larva yaitu

Spirulina platensis

. Arlyza

(2005) menyatakan fitoplankton jenis blue-green alga dapat memanfaatkan

(2)

bahan-23

bahan organik yang ada pada limbah perairan.

S. platensis

merupakan fitoplakton

jenis blue green alga yang memanfaatkan nitrogen dan fosfor untuk

pertumbuhannya. Nutrien merupakan salah satu unsur penting dalam

pertumbuhan

S. platensis

. Nutrien dibagi menjadi dua jenis yaitu makro nutrien

antara lain N, P, S, K, Si dan C dan mikro nutrien yang terdiri Fe, Mo, Cu, Ca,

Mn, Zn, dan Co (Kaplan

et al,

1986

.

). Nitrogen merupakan salah satu contoh

makro nutrien yang sangat berperan sebagai penyusun senyawa dalam sel,

termasuk protein dan klorofil untuk fotosintesis (Chrismadha dkk., 2006).

Pemenuhan kebutuhan nutrien untuk

S. platensis

sangat bergantung pada

ketersediaannya dalam medium kultur (Kurniasih, 2001). Selama ini, kultur pakan

alami skala laboratorium menggunakan pupuk Walne sebagai media

pemeliharaan. Mahalnya harga pupuk Walne menjadi dasar pencarian sumber

nutrien alternatif yang berasal dari alam. Salah satunya dengan menggunakan

limbah sehingga dapat menekan biaya untuk penggunaan pupuk.

Ikan merupakan bahan yang cepat membusuk. Karena hal ini begitu ikan

tertangkap, maka proses pengolahan dalam bentuk pengawetan dan pengolahan

harus segera dilakukan. Selama pengolahan ikan, masih banyak bagian-bagian

dari ikan, baik kepala, ekor dan jenis-jenis ikan yang tertangkap tetapi tidak

mempunyai nilai ekonomi dibuang. Limbah yang terbuang secara langsung

menyebabkan gangguan lingkungan di kawasan pesisir. Menurut Ditjen

Perikanan Budidaya (2005) limbah ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pupuk organik lengkap. Menurut Card

et. al

(2008) pengolahan limbah ikan

lemuru sebagai pupuk menggunakan metode hidrosilat protein ikan memiliki

kandungan nitrogen 2,1% dan fosfor 0,73% .

Kandungan nitrogen dan fosfor pada pupuk cair limbah ikan lemuru

(

Sardinella

sp.) diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrien untuk

pertumbuhan populasi

S. platensis

. Berdasarkan hal ini penelitian tentang

penggunaan pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) sebagai nutrien untuk

meningkatkan pertumbuhan populasi

S. platensis

perlu dilakukan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk

cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) terhadap pertumbuhan

Spirulina platensis

(3)

dan untuk mengetahui dosis optimal pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) yang dapat meningkatkan pertumbuhan

Spirulina platensis

Materi dan Metode

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di Laboratorium

Pendidikan Fakultas Perikanan dan kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

Materi penelitian yang akan digunakan terdiri atas bahan dan alat penelitian.

Bahan penelitian yang akan digunakan adalah

S. platensis

, pupuk cair limbah ikan

lemuru (

Sardinella

sp.) produksi Universitas Jember, air laut dan air tawar,

aquades, alkohol, khlorin dan Na Thiosulfat. Peralatan yang akan digunakan

dalam penelitian adalah toples kaca, aerator, selang aerator, gelas ukur,

Erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, mikroskop,

Sedgewich Rafter

(50 mm x 20

mm x 1 mm),

Handtally Counter

,

autoclave

, oven, refraktometer, pH universal,

termometer, timbangan digital analitik, dan lampu TL 15 Watt

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL), sebab dalam penelitian ini semua dikondisikan sama

kecuali perlakuan (Kusriningrum, 2008) yaitu konsentrasi pupuk cair limbah ikan

ikan lemuru (

Sardinella

sp.). Pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) yang

digunakan untuk penelitian ini merupakan pupuk komersil produksi Universitas

Jember. Pupuk ini digunakan untuk tanaman dengan dosis 1-2 ml/L, dosis inilah

yang menjadi dasar untuk penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan

menggunakan pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) dengan 5 perlakuan

yaitu konsentrasi 1 ml/L (perlakuan A), 2 ml/L (perlakuan B), 3 ml/L (perlakuan

C), 4 ml/L (perlakuan D), pupuk Walne digunakan sebagai kontrol pertumbuhan

pada perlakuan E.

Hasil penelitian pendahuluan tersebut didapatkan bahwa konsentrasi yang

menghasilkan pertumbuhan

S. platensis

terbaik adalah 1 ml/L. Dosis ini yang

menjadi dasar dosis untuk penelitian utama. Pada dosis 2 ml/L

S. platensis

masih

dapat tumbuh dengan baik tetapi menghasilkan pertumbuhan dibawah perlakuan

1 ml/L dan perlakuan kontrol Walne maka dosis penelitian utama ditentukan

sampai batas akhir 1,5 ml/L.

(4)

25

Penelitian utama menggunakan pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) dengan 8 perlakuan yaitu konsentrasi 0,25 ml/L (perlakuan A), 0,5 ml/L

(perlakuan B), 0,75 ml/L (perlakuan C), 1 ml/L (perlakuan D), 1,25 ml/L

(perlakuan E), 1,5 ml/L (perlakuan F), pupuk Walne digunakan sebagai kontrol

pertumbuhan (perlakuan G) dan dosis 0 ml/L sebagai kontrol pertumbuhan

(Perlakuan H). Setiap perlakuan mendapatkan 3 kali ulangan.

Media kultur yang digunakan dalam penelitian adalah air laut (30 ppt)

sebanyak 0,5 liter dan pupuk cair ikan sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan.

Selanjutnya, media kultur diberi aerasi dan bibit

S. platensis

dimasukkan dengan

kepadatan 10

4

unit/ml (Suryati, 2002).

Lingkungan kultur

S. platensis

yang diharapkan dalam penelitian adalah

suhu 25 - 35

o

C, salinitas 20-70 ppt, pH 7,2-9,5 yang merupakan lingkungan kultur

terbaik

S. platensis

. Photoperiod 12 jam dalam keadaan terang dan 12 jam dalam

keadaan gelap

(Jain

et.al

., 2011).

S. platensis

murni diperoleh dari Balai Besar Budidaya Pengembangan Air

Payau Jepara. Bibit

S. platensis

dimasukkan ke dalam media dengan kepadatan

10

4

unit/ml. Penghitungan jumlah bibit

S. platensis

untuk kultur menggunakan

rumus (Edhy dkk., 2003):

1

2

2

1

N

V

N

V



ï‚´

Keterangan:

V1 = Volume bibit untuk penebaran awal (ml) N1 = Kepadatan bibit/ stock S. platensis (unit/ ml) V2 = Volume media kultur yang dikehendaki (ml)

N2 = Kepadatan bibit S. platensis yang dikehendaki (unit/ ml)

Parameter Pengamatan

Parameter utama dalam penelitian adalah populasi

S. platensis

.

Penghitungan populasi

S. platensis

dilakukan setiap hari selama 7 hari.

Pertumbuhan populasi dihitung dengan menggunakan

Sedgewich Rafter

dengan

bantuan mikroskop dan

Handtally Counter

. Perhitungan dilakukan dengan rumus

(Ekawati, 2005):

n

d

N



2

ï‚´

)

2

/

(

14

,

3

1000

(5)

Keterangan:

N = Kepadatan S. platensis (unit/ ml) d = Diameter bidang pandang (mm)

n = Jumlah rata-rata S. platensis per bidang pandang (unit/ ml)

Hasil dan Pembahasan

Data harian yang diperoleh selama penelitian pengaruh penambahan

pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) terhadap kepadatan populasi

S. platensis

dianalisis dengan dengan analisis varian (ANAVA) dan uji jarak

berganda Duncan (Lampiran 3). Hasil analisis varian (ANAVA) menunjukan

bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) pada tiap perlakuan

terhadap pertumbuhan populasi

S. platensis

dengan pemberian pupuk cair limbah

ikan lemuru (

Sardinella

sp.) dengan konsentrasi berbeda. Karena terdapat

perbedaan pada tiap perlakuan maka dilakukan uji jarak Duncan dengan derajat

kepercayaan 0,05 untuk mengetahui perbedaan diantara semua perlakuan. Data

pertumbuhan populasi dengan dapat dilihat pada Tabel 1., sedangkan grafik

pertumbuhan populasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Data Pertumbuhan Populasi

Spirulina platensis

(10

3

unit/ml) dengan

Penambahan Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru (

Sardinella

sp.) Hari

Pertama Hingga Hari Ketujuh

Perlakuan

Kepadatan

Spirulina platensis

(10

3

unit/ml) pada

Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7 A 19,554a 21,932ab 39,830a 49,936a 58,917a 51,656a 49,108a B 17,516ab 23,185ab 33,376b 36,327b 46,221b 37,834bc 33,185b C 14,395b 24,182a 25,584c 42,654 b 41,762bc 40,233b 34,734b D 19,788a 25,308a 32,569b 40,870b 40,722c 33,015c 30,785b E 14,352b 15,626bc 24,225c 40,340b 33,440d 31,444c 28,960b F 13,907b 18,747b 24,395c 41,337b 36,836cd 33,461c 26,115b G 13,333b 21,359ab 23,609c 40,955b 37,771cd 33,630c 30,616b H 2,522c 2,820c 3,528d 5,261 c 4,875e 4,518d 4,301c

Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang

nyata (p < 0,05)

Perlakuan A = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru

(

Sardinella

sp.) dengan dosis 0,25 ml/L

Perlakuan B = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru

(

Sardinella

sp.) dengan dosis 0,5 ml/L

Perlakuan C = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru

(

Sardinella

sp.) dengan dosis 0,75 ml/L

(6)

27

Perlakuan D = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru

(

Sardinella

sp.) dengan dosis 1 ml/L

Perlakuan E = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru

(

Sardinella

sp.) dengan dosis 1,25 ml/L

Perlakuan F = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru

(

Sardinella

sp.) dengan dosis 1,5 ml/L

Perlakuan G = Pemberian pupuk

walne

dengan dosis 1ml/L

(kontrol)

Perlakuan H = Tanpa pemberian pupuk

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Populasi

Spirulina platensis

(10

3

unit/ml) Setelah

Penambahan Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru (

Sardinella

sp.) Hari

Pertama Hingga Hari Ketujuh

Grafik populasi

S. platensis

(Gambar 1.) dalam penelitian ini memiliki 4

fase perkembangan sebagaimana kultur fitoplankton yaitu fase adaptasi,

eksponensial, stasioner dan kematian. Fase adaptasi berlangsung singkat yaitu

antara hari pemasukan inokulan sampai hari pertama. Pada hari pertama, kultur

S.

platensis

sudah masuk pada fase eksponensial. Fase eksponensial ini terjadi dari

hari pertama sampai hari keempat pada perlakuan C, D, E, F, G, H dan hari

pertama sampai hari kelima pada perlakuan A dan B. Fase stasioner tidak terlihat

jelas seperti yang terjadi pada fase adaptasi. Setelah mengalami puncak populasi

pada hari kelima dan keenam, perlakuan mengalami fase kematian.

Pada perlakuan C, D, E, F, G, H puncak populasi didapatkan pada hari ke

empat sedangkan pada perlakuan A dan B puncak populasi didapatkan pada hari

ke lima. Populasi terbaik diperoleh oleh perlakuan A dengan kepadatan

58,917x10

3

unit/ml dan terendah pada perlakuan H dengan kepadatan 5,261x10

3

unit/ml.

(7)

Pertumbuhan

S. platensis

selain dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien juga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari

selama masa pemeliharaan. Pengukuran suhu dan pH dilakukan dua kali sehari

pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran salinitas dilakukan hanya pada

pagi hari. Kisaran kualitas air selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Kisaran Kualitas Air Selama Masa Pemeliharaan

Kualitas air

Kisaran

Suhu

30-32

o

C

pH

7-8

Salinitas

25-34 ppt

Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) dengan dosis

yang berbeda dalam media kultur menghasilkan populasi

S. platensis

yang

berbeda nyata (p<0,05) pada masing-masing perlakuan (ANAVA). Hal ini

dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan

S. platensis

dipengaruhi oleh

ketersediaan nutrien. Tersedianya nutrien dalam jumlah yang optimal pada media

kultur, akan mengakibatkan pertumbuhan

S. platensis

yang maksimal (Hilman

dan Zainal, 1997). Pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) merupakan

pupuk organik yang mengandung unsur nutrien seperti nitrogen, fosfor dan

komposisi nutrien lain yang identik dengan kebutuhan

S. platensis

sehingga

memiliki potensi sebagai pupuk dalam kultur

S. platensis.

Puncak populasi

S. platensis

pada perlakuan A menghasilkan populasi

S. platensis

terbaik pada hari ke 4. Hal ini diduga karena nutrien yang diberikan

sesuai dengan kebutuhan nutrien

S. platensis

untuk pertumbuhannya.

Pertumbuhan

Spirulina

ditandai dengan bertambahnya unit

Spirulina

,

bertambahnya unit

Spirulina

merupakan salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk melihat pertumbuhan kultur

Spirulina

(Kedebe, 1997).

Pertumbuhan populasi tiap perlakuan setelah inokulasi pada media kultur

meningkat setiap harinya. Hasil penelitian Oktafiana (2007) menunjukkan setelah

penambahan pupuk, nitrogen akan terurai sempurna.

Unsur nitrogen diperlukan untuk membantu proses pembentukan klorofil,

fotosintesis, protein, lemak dan persenyawaan organik lainnya (Salundik dan

(8)

29

Simamora, 2006). Unsur fosfor diperlukan untuk pembentukan ATP dan berperan

dalam penyerapan ion oleh alga (Khul, 1974). Rasio nitrogen dan fosfor

berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton karena perubahan rasio nitrogen

dan fosfor akan menyebabkan perubahan pertumbuhan pada fitoplankton. Pupuk

cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) yang digunakan pada penelitian ini

memiliki rasio nitrogen dan fosfor sebesar 1: 2, sedangkan rasio nitrogen dan

fosfor untuk cyanophyta adalah <10 dan 1 (Edhy dkk., 2003). Kelebihan fosfor

pada pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) diduga tidak memberikan

pengaruh pada pertumbuhan

S. platensis

karna tidak termanfaatkan oleh

S. platensis.

Pada perlakuan F dosis pupuk yang digunakan terlalu banyak sehingga

menghambat pertumbuhan

S. platensis

. Hal ini diduga karena unsur nitrogen

dalam pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) lemuru dalam bentuk NH

3

(ammonia), NH

3

yang terlalu banyak dalam media kultur dapat bersifat racun,

mengakibatkan fitoplankton mencapai kondisi jenuh sehingga akan mengganggu

aktivitas dalam proses metabolisme (Wardhany, 2008). Pertumbuhan populasi

S. platensis

menggunakan pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) dengan

dosis yang optimal lebih baik dibandingkan pupuk Walne sebagai kontrol. Hal ini

diduga karena nutrien yang terkandung pada pupuk cair limbah ikan lemuru

(

Sardinella

sp.) dosis optimal sesuai dengan kebutuhan nutrien

S. platensis

.

Pada Gambar 1 tampak bahwa pertumbuhan

S. platensis

yang dikultur

pada pupuk cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) terdiri dari empat fase yaitu,

fase adaptasi, ekponensial, stationer dan kematian. Fase adaptasi kurang dari 24

jam terjadi setelah penambahan inokulan ke dalam media kultur. Pada fase ini

ukuran sel meningkat. Organisme mengalami metabolisme tetapi belum

mengalami pembelahan (Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995). Pada penelitian ini

fase adaptasi berjalan dengan cepat pada semua perlakuan, hal ini ditandai dengan

meningkatnya populasi

S. platensis

pada hari pertama. Manurut Kabinawa (2006)

fase adaptasi yang berjalan baik dan cepat karena inokulan yang diinokulasikan

pada media berasal dari stok fase eksponensial.

Tahap awal dalam pertumbuhan plankton setelah fase adaptasi adalah fase

eksponensial. Fase eksponensial kultur

S. platensis

dengan pemberian pupuk cair

(9)

limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) berlangsung dari hari pertama dan puncak

populasi didapat pada hari yang berbeda, pada perlakuan A dan B terjadi pada hari

ke lima dan pada perlakuan perlakuan C, D, E, F, G, H terjadi pada hari keempat.

Fase eksponensial yang terjadi pada penelitian ini sesuai dengan pendapat

Kabinawa (2006) yang menyatakan fase eksponensial terjadi setelah 30-40 jam

setelah inokulasi. Pada fase eksponensial fitoplankton dapat beradaptasi dengan

lingkungan pertumbuhannya sehingga memiliki waktu penggandaan sel yang

lebih singkat dibanding pada fase sebelumnya, sehingga mengalami puncak

pertumbuhan. Pembelahan sel yang cepat dikarnakan jumlah nurien mencukupi

kebutuhan nutrien

S. platensis

dan lingkungan kultur yang sesuai. Pada fase ini

dilakukan pemanenan karna merupakan populasi terbaik.

Fase stasioner pada

S. platensis

terjadi pada waktu kurang dari 24 jam

yaitu antara hari keempat (sesaat setelah puncak fase eksponensial) dan hari

kelima pada perlakuan C, D, E, F, G, H dan antara hari kelima (sesaat setelah

puncak fase eksponensial) dan hari keenam pada perlakuan A dan B. Fase

stationer terjadi karna ketersediaan unsur nitrogen yang besar sehinga

memungkinkan biosintesis dan metabolisme sel yang cepat, namun setelah habis

digunakan tidak mampu mencukupi pertumbuhan sel sehingga cepat mengalami

penurunan (Kabinawa, 2006).

Fase kematian dimulai pada hari ke enam pada perlakuan C, D, E, F, G, H

dan pada hari ketujuh pada perlakuan Adan B. Fase kematian disebabkan karena

padatnya populasi menyebakan populasi menjadi menurun sehingga terjadi

persaingan dalam mendapatkan CO

2

dan nutrien. Sesuai dengan pendapat (Lavens

dan Sorgeloos, 1996) yang menyatakan bahwa kematian sel dapat disebabkan

oleh mulai berkurangnya nutrien yang tersedia sehingga tidak mampu mendukung

pertumbuhan sel. Akibatnya laju kematian sel lebih besar dibandingkan dengan

laju pertambahan sel.

Pertumbuhan

S. platensis

yang baik selain dipengaruhi oleh kandungan

nutrisi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di dalam media pemeliharaan.

Faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan

S. platensis

adalah suhu air,

suhu ruangan, salinitas dan pH (Cornet

et al

, 1992).

(10)

31

Hasil pengukuran suhu air selama penelitian berkisar antara 30-32

o

C. Suhu

air dalam media pemeliharaan

S. platensis

ini masih dalam kondisi sesuai untuk

pertumbuhannya karena menurut

dengan pernyataan Isnansetyo dan Kurniastuty

(1995) menyatakan, suhu optimal untuk

S. platensis

skala laboratorium adalah

25 -35

o

C. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses metabolisme.

Kenaikan suhu sampai batas tertentu dapat mempercepat proses metabolisme

(Suriawiria, 1985).

Nilai pH merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan

S. platensis.

Nilai pH yang berada pada ambang batas normalnya dapat

menurunkan kecepatan tumbuh dari fitoplankton. Hasil pengukuran pH pada

media pemeliharaan

S. platensis

selama penelitian adalah 7-8. Hasan (2008)

menyebutkan bahwa pH yang optimal untuk pertumbuhan

S. platensis

berkisar

antara 7,2-9,5. Kesimpulannya bahwa, pH selama pemeliharaan masih dalam

kondisi yang optimal untuk pertumbuhan

S. platensis

.

Salinitas merupakan konsentrasi garam terlarut pada satuan air. Fluktuasi

salinitas menyebabkan aktivitas sel terganggu (Kusriani dan Yuli, 2005). Hasil

pengukuran salinitas pada media pemeliharaan

S. platensis

berkisar antara 25 - 34

ppt. Salinitas dalam media pemeliharaan

S. platensis

ini masih dalam kondisi baik

untuk pertumbuhannya karena menurut

dengan pernyataan BBL Lampung (2002)

menyatakan bahwa salinitas yang optimal untuk pertumbuhan

S. platensis

adalah

berkisar antara 25 – 35 ppt.

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah penambahan pupuk

cair limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) ke dalam media kultur berpengaruh

terhadap pertumbuhan populasi

Spirulina platensis

. Penambahan pupuk cair

limbah ikan lemuru (

Sardinella

sp.) dengan konsentrasi 0.25 ml/L menghasilkan

populasi

Spirulina platensis

tertinggi sebesar 58,917x10

3

unit/ml

Daftar Pustaka

Arlyza, I. S. 2005. Isolasi Pigmen Biru Phycocyanin dari Mikroalga

Spirulina

platensis

. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia 2005. Pusat Penelitian

Oceanografi – LIPI. No 38 : 79 – 92.

(11)

Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai

Budidaya Laut lampung. 49 hal.

Cahyaningsih, S., A.N.M. Muchtar, S.J.Purnomo, I. Kusumaningrum, Pujiati, A.

Haryono, Slamet, dan Asniar. 2009. Juknis Produksi Pakan Alami.

Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan

Budidaya Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 35 hal

Card, A., D. Whiting, C. Wilson and J. Reeder. 2009. Organic fertilizers

.

Colorado State University Extension.

Cornet J. F., C. G. Dussap and G. Dubertret. 1992. A Structured Model for

Simulation of Cultures of the Cyanobacterium

Spirulina platensis

in

Photobioreactors: I. Coupling Between Light Transfer and Growth

Kinetics. Biotechnol. Bioeng. 40, 817D825.

Crismanda, T., L. Panggabean dan Yayah. 2000. Pengaruh Konsentrasi Nitrogen

dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan, Kandungan Protein, Karbohidrat dan

Fikosianin pada Kultur

Spirulina fusiformis.

Ditjen. Perikanan Budidaya Departemen Kelauatan dan Perikanan RI. 2005.

Pemanfaatan Limbah Ikan Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik. Jakarta.

DKP RI. http://www.dkp.go.id/content.php?c=1824 [12 Mei 2005].

Edhy, W. A, J. Pribadi dan Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT.

Centralpertiwi Bahari. Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton

dalam Budidaya Udang. Mitra Bahari. Lampung. hal. 3-29.

Ekawati, A. W. 2005. Diktat Kuliah Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan

Universitas Brawijaya. Malang. hal. 3-48.

Hasan M. R.. 2008. A Review on Culture, Production and Use of

Spirulina

as

Food for Humans and Feeds for Domestic Animals and Fish. FAO

Fisheries and Aquaculture Circular. ISBN 978-92-5-106106-0

Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan

Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta. hal. 34-85.

Jain, S., Shikha and S.G.Singh. 2011. Potentiality of Petha (Benincasa hispida)

Waste for the Growth of Spirulina platensis.Department of Botany St.

John’s College, Agra - 282 002, Uttar Pradesh, India.

Kabinawa, K. 2006. Spirulina, Ganggang Penggempur Semua Penyakit.

AgroMedia Pustaka. Jakarta.

(12)

33

Kaplan, D., A. E. Richmond, Z. Dubinsky and S. Aaronson. 1986. Alga Nutrition.

In

: A. Richmond (Eds). CRC Handbook of Microalgal Mass Culture. CRC

Press, Inc. Florida. p. 147-198.

Kedebe, E. 1997. Response of

Spirulina platensis

from Lake Chitu, Ethiophia to

Salinity Stress from Sodium Salts, J. Appl.Phycol.,9, hal 551-558.

Kusriani dan E. Yuli. 2005. Buku Ajar Planktonologi. Fakultas Perikanan

Universitas Brawijaya. Malang. hal. 1 – 41.

Kusriningrum, R. 2008. Perancangan Percobaan. Universitas Airlangga.

Surabaya. hal. 43-51.

Lavens, P and Sorgeloos, (1996). Manual on the Production and Use of Live Food

for Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper No. 361, Rome. 295pp.

Oktafiana, D.J. 2007. Pemanfaatan Blotong Kering Sebagai Pupuk untuk

Pertumbuhan Populasi

Spirulina platensis

. Skiripsi. Program Studi

Budidaya Perairan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.

Surabaya. 49 hal.

Salundik dan Simamora, S. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos.

AgromediaPustaka. Jakarta. hal.10.

Suriawiria, U. 1987. Biomassa Alga Peran dan Manfaat Chlorella, Kursus Singkat

Dasar Teknologi Fermentasi. PAU Bioteknologi ITB. Bandung.

Suryati. 2002. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Gula (LCPG) Untuk

Pertumbuhan

Spirulina sp.

. Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas

Brawijaya. Malang. 74 hal.

Wardhany, D. K dan F. Ayuningtyas. 2008. Pengolahan Limbah Cair Pabrik

Pupuk Urea Dengan Menggunakan Proses Gabungan

Nitrifikasi-denitrifikasi dan Mikroalga. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik.

Universitas Diponegoro. Semarang. 6 Hal.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tingkat partisipasi terhadap Program Desa Mandiri Pangan (DMP) di Kelurahan Padang Serai Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu

Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan umpan balik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa dalam suatu

Dapatan kajian menunjukkan daya tahan dari aspek keyakinan diri melalui pelajar bandar dan luar bandar berada pada tahap yang tinggi dengan skor min 3.78 dan

Aturan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi kaitannya dengan gratifikasi, dapat disimpulkan bahwa tidak benar dalam atuan tersebut melarang memberikan hadiah

Bukti keramik dari Malangke, lokasi pusat istana Luwu yang pertama, menunjukkan bahwa daerah tersebut baru ditempati oleh pendatang Bugis sekitar tahun 1300..

Bahwa berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor: 649.NJ.27/I&lt;P12004 tanggal 30 Oktober 2004, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat melaksanakan

Meliputi ﻂﯿﺤﻣ Mensucikan ﮫﮭﯾﺰﻨﺗو.. disaksikan di alam semesta ﺔﯿﻧ ﻮﻜﻟ ﻰﻨﻌﻤﻟا ﻲﻠﻤﺠﻟا اﺬھ ﻞﯿﻗ مﻼﻜﻟا نﺎﻛ ﺬﻟا لﻮﺻأ ﺮﯾﺮﻘﺗ هداﺮﻔﻧاو ﮫﯾﺰﻨﺗو ّﷲ ﺪﯿﺣﻮﺗ ﻦﻣ ﻦﯾ

Dari analisis permasalahan yang ada, kami merancang suatu sistem yang dapat membantu user atau calon mahasiswa dalam memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan