• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kapasitas Masyarakat dan Coping Strategies Dalam Menghadapi Ancaman Bencana Erupsi Gunungapi Kelud Di Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Kapasitas Masyarakat dan Coping Strategies Dalam Menghadapi Ancaman Bencana Erupsi Gunungapi Kelud Di Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DAN

COPING STRATEGIES

DALAM MENGHADAPI ANCAMAN

BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KELUD DI DESA

MODANGAN, KECAMATAN NGLEGOK

KABUPATEN BLITAR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh: WAHYU BUDIATI

E 100 170024

PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

KAJIAN TINGKAT KAPASITAS MASYARAKAT DAN COPING

STRATEGIES DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA ERUPSI

GUNUNGAPI KELUD DI DESA MODANGAN,ECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR

Abstrak

Desa Modangan merupakan salah satu daerah rawan terhadap erupsi Gunungapi Kelud, yang terletak di Kawasan Rawan Bencana I (KRB I) dan Kawasan Rawan Bencana II (KRB II). Terdapat beberapa bahaya primer di kawasan ini, seperti jatuhan piroklastik, gas vulkanik, aliran lava, dan air danau kawah. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis kapasitas masyarakat (2) mengetahui hubungan antara jenis kelamin, pekerjaan, usia, dan pendidikan terhadap tingkat kapasitas masyarakat, dan (3) mengdentifikasi coping strategies dalam menghadapi bahaya vulkanik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pembobotan, analisis regresi logistik ordinal, dan analisis diskripstif pengetahuan lokal masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kapasitas masyarakat di Desa Modangan dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu tingkat kapasitas tinggi dan tingkat kapasitas sedang. Dusun Karanganyar Timur dan Dusun Bulu memiliki tingkat kapasitas tinggi (18.4 dan 18), sedangkan Dusun Modangan dan Dusun Karanganyar Barat memiliki tingkat kapasitas sedang (17.2 dan 16.4). Berdasarkan analisis regresi logistik ordinal, ada empat faktor yang mempengaruhi tingkat kapasitas masyarakat di Desa Modangan dengan tingkat signifikasi 5%. Model statistik ini menghasilkan koefisien Negelkerke 0.558. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin, pekejaan, usia, dan pendidikan berpengaruh besar (55.8%) terhadap tingkat kapasitas masyarakat. Selanjutnya, berdasarkan analisis diskriptif, Desa Modangan menerapkan empat jenis coping strategies yaitu ekonomi, teknologi, budaya, dan budaya/kultural.

Kata kunci: Erupsi vulkanik, kapasitas masyarkat, coping strategies

Abstract

Modangan Village is one of the volcanic prone areas of Kelud Volcano, which is located in prone region I (KRB/Kawasan Rawan Bencana I) and disaster-prone region II (KRB/Kawasan Rawan Bencana II). There are several primary volcanic hazards in this region, such as pyroclastic flow, volcanic gases, lava flow, and the volcanic lake. The purpose of this research are (1) to analyze the capacity of the community (2) to identify the relationship between gender, occupation, age, and education with the capacity level of community, and (3) to identify the coping strategies of community in term of facing the volcanic hazards. The method used in this research was a survey research with purposive sampling technique. Data were collected using questionnaires, in-depth interviews, observations, and

(6)

2

documentations. This research was applied weighting overlay analysis, ordinal logistic regression, and descriptive analysis of community local knowledge. The result showed that the level of community capacity in Modangan Village can be divided into two classes, i.e., high and medium capacity levels. Karanganyar Timur and Bulu Subvillage have high capacity level (18.4 and 18.3), while Modangan and Karanganyar Barat Subvillage have medium capacity level (17.2 and 16.4). Base on the logistic ordinal regression analysis there are four main factors that affect the level of community capacity in Modangan Village, with the significance level of 5%. This statistical model also provided 0.558 of Negelkerke coefficient. The value indicates that gender, occupation, age, and education highly contribute (55.8%) to the local community capacity. Furthermore, based on the descriptive analysis, Modangan Village applies four types of coping strategies, such as economic, technological, cultural, and socio-cultural.

Keywords: volcanic eruption, community capacity, coping strategies 1. PENDAHULUAN

Gunungapi Kelud merupakan salah satu gunungapi berdanau kawah dipuncaknya, tipe erupsi eksplosif, dan berada di skala 4 VEI (Vulcanic Exploisivity Index). Nama Gunungapi Kelud berasal dari singkatan bahasa Jawa ‘ke’ (kebak) dan ‘lud’ (ludira) artinya banyak merenggut korban jiwa. Risiko bencana meningkat terutama untuk penduduk terpapar yang masuk ke dalam zona KRB (Kawasan Rawan Bencana). Desa Modangan merupakan salah satu desa yang masuk di KRB I dan KRB II dengan kategori bahasa erupsi primer atau langsung. Menurut dokumen kajian risiko bencana Desa Modangan tahun 2017, terdapat tujuh jenis ancaman bencana yaitu angina putting beliung, banjir bandang, banjir lahar hujan, erupsi Gunungapi Kelud, gempa bumi, tanah longsor, dan kekeringan. Potensi Ancaman tertinggi dari ketujuh bencana adalah erupsi Gunungapi Kelud.

Menurut UU No.24 Tahun 2007, risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilang rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Risiko bencana dapat diturunkan dengan meningkatkan kapasitas atau kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kapasitas merupakan salah satu fungsi dari komponen risiko bencana. Kapasitas menurut Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (2007) adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri mencegah, menanggulangi, meredam, serta dengan cepat memulihkan diri akibat bencana.

(7)

3

John Twigg (2015) dalam bukunya yang berjudul Disaster Risk Reduction menyatakan bahwa

manusia yang tinggal di daerah rawan bencana memiliki metode tersendiri untuk melindungi diri dan mata pencaharian dalam menghadapi bencana, yaitu pengetahuan yang berasal dari masyarakat serta tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat disebut pengetahuan lokal atau pengetahuan tradisional. Aplikasi dari pengetahuan lokal dalam menghadapi bahaya dan ancaman lainnya yang kemudian disebut sebagai coping strategies. Strategi coping merupakan bagian dari kapasitas masyarakat, dikaji untuk upaya peningkatan kapasitas dan pengurangan risiko bencana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis tingkat kapasitas masyarakat Desa Modangan dalam menghadapi ancaman bencana erupsi Gunungapi Kelud; (2) mengetahui hubungan faktor usia, pekerjaan, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terhadap tingkat kapasitas masyarakat Desa Modangan dalam menghadapi erupsi; dan (3) mengidentifikasi coping strategies yang dilakukan masyarakat Desa Modangan dalam menghadapi ancaman erupsi.

2. METODEPENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan unit analisis dalam penelitian survei adalah individu (Masri dalam Effendi, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Modangan. Desa Modangan merupakan salah satu desa di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar yang secara geografis terletak pada 7˚21’ - 7˚31’ LS dan 110˚10’ - 111˚40’ BT. Desa Modangan terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Karanganyar Timur, Dusun Karanganyar Barat, Dusun Bulu, dan Dusun Modangan. Luas total wilayah Desa Modangan adalah 107,418 km2. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

(8)

4 2.1Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner, pedoman wawancara, kamera, alat perekam, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Peta Rupa Bumi Kecamatan Nglegok dan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kelud 2014.

(9)

5 2.2Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yaitu batas dusun diperoleh dari survei lapangan serta tingkat kapasitas masyarakat diperoleh dari kuisioner dan wawancara mendalam. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Slovin sebagai berikut.

n = 𝑁

1+𝑁𝑒2 (1)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Berdasarkan rumus tersebut jumlah responden adalah 167 yang tersebar di empat dusun Desa Modangan. Wawancara mendalam kepada beberapa informan kunci yang dapat memberikan gambaran dan informasi yang lebih detil. Data Sekunder yaitu Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kelud 2014, Peta RBI Kecamatan Nglegok, dan Data Monografi Desa Modangan yang didapatkan dari instansi terkait.

2.3Analisis Data

2.3.1 Analisis Tingkat Kapasitas Masyarakat

Analisis pengharkatan digunakan untuk menentukan tingkat kapasitas masyarakat dengan memberikan skor pada kuisioner. Analisis pengharkatan digunakan untuk menentukan tingkat kapasitas masyarakat dengan memberikan skor pada kuisioner yaitu skor 1 untuk jawaban “YA” dan skor 0 untuk jawaban “TIDAK”. Setiap pertanyaan dipandang memiliki bobot yang sama sehingga skor suatu indeks adalah jumlah dari skor pertanyaan kuisioner. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui tingkat kapasitas masing-masing responden meliputi empat indikator yaitu indikator umum (B1) rentang nilai bobot adalah antara 0-3, indikator mitigasi (B2) rentang nilai bobot yaitu antara 0-11, indikator persiapan (B3) rentang nilai bobot yaitu antara 0 -7, indikator bertahan hidup / penyelamanatan diri (B4) rentang nilai bobot yaitu antara 0 -5. 2.3.2 Analisis Hubungan Jenis Kelamin, Pekerjaan, Usia, dan Tingkat Pendidikan

Terhadap Tingkat Kapasitas Masyarakat

Variabel terikat tingkat kapasitas masyarakat terdiri dari tiga tingkatan data ordinal, tingkat kapasitas rendah, tingkat kapasitas sedang, dan tingkat kapasitas tinggi. Variabel bebas yang digunakan berskala data nominal dan ordinal, yaitu usia (0-24 tahun, 25-50 tahun, >50 tahun); pekerjaan (petani, PNS, ibu rumah tangga, pengusaha, karyawan, lain-lain); pendidikan (SD, SMP, SMA, perguruan tinggi); dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Masing-masing

(10)

6

variabel terikat dan tidak terikat di terjemahkan menjadi angka sebagai input analisis di SPSS, nilai signifikasi yang digunakan adalah 5%.

2.3.3 Analisis Identifikasi Coping Strategies

Analisis diskriptif untuk mengidentifikasi strategi coping yang ada di dalam masyarakat, informasi didapatkan dari wawancara mendalam informan kunci. Hasil analisis kemudian membagi coping strategies menjadi empat tipe coping yaitu ekonomi, teknologi, dan budaya. 3. HASILDANPEMBAHASAN

3.1Karakteristik Responden

Jumlah laki-laki dari 167 responden adalah 110 dan perempuan jumlahnya 57 yang tersebar di empat dusun Di Desa Modangan. Usia responden dibedakan menjadi tiga yaitu kurang dari 25 tahun, antara 25-50 tahun, dan lebih dari 25 tahun dengan jumlah responden berturut-tururt adalah 39, 92, dan 36. Responden dengan riwayat pendidikannya SMA berjumlah 77 responden, SMP berjumlah 52 responden, SD berjmlah 23 responden, dan perguruan tinggi berjumlah 15 responden. Pekerjaan responden dibagi menjadi tujuh jenis pekerjaan yaitu Ibu Rumah Tangga (19 responden), karyawan (33 responden), pelajar (26 responden), petani (36 responden), PNS (9 responden), wiraswasta (37 responden), dan lain-lain (7 responden).

3.2Tingkat Kapasitas Masyarakat Desa Modangan

Kapasitas masyarakat Desa Modangan dalam menghadapi ancaman erupsi di ukur menggunakan empat indikator yaitu indikator umum, indikator mitigasi, indikator persiapan, dan indikator bertahan hidup. Tingkat kapasitas masyarakat dihitung dengan membuat nilai rata-rata dari 167 responden yang dijadikan sampel. Hasil perhitungan nilai rata-rata-rata-rata kapasitas masyarakat setiap dusun seperti pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Tingkat Kapasitas Masyarakat Desa Modangan No. Dusun Skor Tingkat Kapasitas

1 Karanganyar Timur 18.4 Tinggi

2 Karanganyar Barat 16.4 Sedang

3 Bulu 18.3 Tinggi

4 Modangan 17.2 Sedang

Sumber: Pengolahan Data, 2018

Berdasarkan tabel 1 tersebut, tingkat kapasitas masyarakat Desa Modangan terbagi menjadi dua kategori yaitu sedang dan tinggi. Tingkat kapasitas sedang adalah Dusun Karanganyar Barat dan Dusun Modangan sedangkan tingkat kapasitas tinggi adalah Dusun Karanganyar Timur dan Dusun Bulu. Dusun Karanganyar Timur memiliki tingkat kapasitas tinggi. Peta tingkat kapasitas masyarakat Desa Modangan disajikan pada gambar 2 berikut.

(11)

7

3.3Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kapasitas Masyarakat

Faktor yang diprediksikan berhubungan terhadap tingkat kapasitas dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Pengujian dilakukan decara parsial dan pengujian serentak menggunakan regresi logistik ordinal. Hasil uji parsial disajikan pada tabel 2 berikut.

Gambar 2. Peta Tingkat Kapasitas Masyarakat Desa Modangan dalam menghadapi Bencana Erupsi Gunungapi Kelud

(12)

8

Tabel 2. Uji Parsial Estimate Std. Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Y [Kapasitas = 1] -4.160 .464 80.483 1 .000 -5.069 -3.251 [Kapasitas = 2] -.477 .196 5.956 1 .015 -.860 -.094 X1 [JK=1] -1.880 .371 25.721 1 .000 -2.606 -1.153 [JK=2] 0a . . 0 . . . Y [Kapasitas = 1] -4.673 1.293 13.068 1 .000 -7.206 -2.139 [Kapasitas = 2] .884 .823 1.155 1 .282 -.728 2.496 X2 [Pekerjaan=1] 1.002 .887 1.275 1 .259 -.737 2.741 [Pekerjaan=2] 2.138 1.149 3.465 1 .063 -.113 4.390 [Pekerjaan=3] -.679 1.009 .453 1 .501 -2.658 1.299 [Pekerjaan=4] 1.225 .887 1.907 1 .167 -.514 2.964 [Pekerjaan=5] 2.198 .926 5.629 1 .018 .382 4.013 [Pekerjaan=6] -3.520 1.333 6.970 1 .008 -6.134 -.907 [Pekerjaan=7] 0a . . 0 . . . Y [Kapasitas = 1] -4.405 .572 59.224 1 .000 -5.527 -3.283 [Kapasitas = 2] -.589 .347 2.888 1 .089 -1.269 .090 X3 [Usia=1] -2.497 .549 20.716 1 .000 -3.572 -1.422 [Usia=2] -.402 .404 .988 1 .320 -1.195 .391 [Usia=3] 0a . . 0 . . . Y [Kapasitas = 1] -5.232 .856 37.388 1 .000 -6.909 -3.555 [Kapasitas = 2] -1.878 .761 6.090 1 .014 -3.369 -.386 X4 [Pendidikan=1] -2.301 .866 7.052 1 .008 -3.999 -.603 [Pendidikan=2] -2.503 .812 9.507 1 .002 -4.094 -.912 [Pendidikan=3] -1.864 .794 5.513 1 .019 -3.419 -.308 [Pendidikan=4] 0a . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is redundant. *) Signifikan untuk α=5%

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu jenis kelamin, pekerjan, usia, dan pendidikan adalah signifikan dimana nilainya <0.05 terhadap variabel deependen sehingga keempat variabel tersebut ada hubungan dalam menentukan tingkat kapasitas masyarakat Desa Modangan dalam menghadapi bencana erupsi Gunungapi Kelud. Hasil penelitian mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2014), yang dalam penelitiannya umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat kapasitas masyarakat.

Pengujian serentak dilakukan dengan memasukkan variabel yang signifikan pada pengujian parsial, dalam penelitian ini semua variabel independen signifikan. Hasil uji serentak disajikan pada tabel 3 berikut.

(13)

9

Tabel 3. Uji Serentak Variabel Signifikan Parameter Estimates

Estimate Std. Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Threshold [Kapasitas = 1] -7.760 1.868 17.264 1 .000 -11.421 -4.100 [Kapasitas = 2] -1.637 1.505 1.183 1 .277 -4.585 1.312 Location X1 X2 X3 X4 [JK=1] -1.936 .516 14.072 1 .000 -2.948 -.924 [JK=2] 0a . . 0 . . . [Pekerjaan=1] 1.118 .925 1.462 1 .227 -.694 2.931 [Pekerjaan=2] 1.780 1.528 1.358 1 .244 -1.214 4.774 [Pekerjaan=3] .591 1.196 .244 1 .621 -1.753 2.936 [Pekerjaan=4] 1.617 .956 2.861 1 .091 -.257 3.490 [Pekerjaan=5] 2.536 .996 6.481 1 .011 .584 4.488 [Pekerjaan=6] -1.893 1.475 1.647 1 .199 -4.784 .998 [Pekerjaan=7] 0a . . 0 . . . [Usia=1] -1.721 .794 4.691 1 .030 -3.278 -.164 [Usia=2] -.378 .528 .512 1 .474 -1.412 .657 [Usia=3] 0a . . 0 . . . [Pendidikan=1] -2.830 1.227 5.320 1 .021 -5.234 -.425 [Pendidikan=2] -1.734 1.139 2.320 1 .128 -3.966 .497 [Pendidikan=3] -1.818 1.087 2.800 1 .094 -3.949 .312 [Pendidikan=4] 0a . . 0 . . .

Link function: Logit.

a. This parameter is set to zero because it is redundant.

Besar nilai odds ratio kategori masing-masing variabel dengan mencari nilai exp dari estimate. Berdasarkan tabel 3 semua variabel memiliki nilai signifikan <0.05, sehingga diputuskan bahwa semua variabel secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat kapasitas masyarakat. Nilai odds ratio untuk variabel jenis kelamin kategori perempuan mempunyai nilai sebesar 0.15 (exp -1.936) yang artinya perempuan berisiko memiliki kapasitas rendah sebesar 0.15 kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Usia 25-50 tahun mempunyai nilai sebesar 0.68 (exp -.378) yang artinya usia 25-50 tahun berisiko memiliki kapasitas tinggi dibandingkan kapasitas sedang dan rendah sebesar 0.68 kali lebih kecil dibandingkan usia >50 tahun. Jika dilihat nilai estimate usia adalah semakin rendah kategori usia (urutan kategori paling rendah usia <25 tahun dan paling tinggi 50 tahun) maka nilainya semakin negatif yang artinya risiko untuk memiliki kapasitas tinggi semakin rendah. Pendidikan SD berisiko memiliki kapasitas tinggi dibandingkan kapasitas sedang dan rendah sebesar 0.05 kali lebih kecil dibandingkan perguruan tinggi. SMP berisiko memiliki kapasitas tinggi dibandingkan kapasitas sedang dan rendah sebesar 0.17 kali lebih kecil dibandingkan perguruan tinggi. SMA berisiko memiliki kapasitas tinggi dibandingkan kapasitas sedang dan rendah sebesar 0.16 kali lebih kecil dibandingkan perguruan tinggi. Berlaku cara interpretasi yang sama untuk variabel pekerjaan. Variabel independen usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan tingkat pendidikan mempengaruhi

(14)

10

tingkat kapasitas masyarakat secara global sebesar 55.8% dan sisanya yaitu 44.2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

3.4Hasil Identifikasi Coping Strategies Masyarakat Desa Modangan dalam Menghadapi Erupsi

Upaya pengurangan risiko bencana diupayakan untuk mengadopsi dan memperhatikan kearifan lokal dan pengetahuan lokal/tradisional yang ada dan berkembang di masyarakat (Hendarsah, 2012). Coping strategies adalah strategi penanggulangan terhadap bencana yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan pengetahuan lokal yang tumbuh pada masyarakat tersebut. Bentuk penanggulangan dapat dilakukan sebelum terjadi bencana, selama terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana. Pada penelitian ini jenis coping strategies terdiri dari ekonomi, teknologi, sosial, kultural. Hasil penelitian yang berbeda dengan pembagian jenis strategi coping bencana banjir di Namibia (Chipman, 2014), yang hanya dibagi menjadi tiga jenis yaitu ekonomi, sosial, dan kultural. Perbedaan tersebut dipenngaruhi oleh lokasi dan jenis bencana yang berbeda. Penjelasan jenis strategi coping pada daerah penelitian adalah sebagai berikut.

3.4.1 Ekonomi

Aspek ekonomi terdapat beberapa coping strategies yaitu (1) penitipan hewan ternak (biasanya terbatas pada ternak besar dan ternak besar seperti kambing, sapi) ditempat yang aman dan jika diprediksikan erupsi cukup besar hewan ternak dititipkan di tengkulak; (2) panen dini pada beberapa komoditas pertanian yang memungkinkan; (3) penitipan surat penting di kantor desa; (4) pemulihan ekonomi dengan mengolah hasil pertanian dengan bahan baku yang mudah didapatkan seperti talas yang diolah kembali menjadi keripik talas dan dipasarkan kembali; (5) upaya ekstrim coping strategies adalah dengan menjual aset berharga yang masih tersisa sebagai upaya recovery.

3.4.2 Teknologi

Aspek teknologi terdapat beberapa coping strategies yaitu (1) memperkuat tembok rumah dengan membangun menggunakan batako; (2) membangun atap dengan standar kegunungapian, di Desa Modangan atap jenis ini disebut "serotong" sebelumnya rumah di Desa Modangan bertipe atap "petang pyak" atau seperti gunung api, lancip diatas dan datar di kanan kirinya; (3) pembangunan saluran air yang berfungsi ganda yaitu sebagai upaya penanggulangan terhadap material erupsi cairan dan sebagai irigasi.

(15)

11 3.4.3 Sosial

Aspek sosial terdapat beberapa coping strategies yaitu (1) bersama-sama membersihkan material erupsi yang mengenai rumah-rumah, fasilitas umum, jalan-jalan, dan lainnya; (2) gotong royong membersihkan desa yang disebut juga "nyadran".

3.4.4 Kultural

Aspek kultural terdapat beberapa coping strategies yaitu (1) selamatan di perempatan desa yang disebut “baritan” bertujuan agar diberikan keselamatan dari berbagai gangguan termasuk dari berbagai bencana dan musibah yang dapat dating sewaktu-waktu; (2) tanda-tanda untuk melihat bencana melalui alam masih digunakan seperti kata pepatah “Sidhem Premanem tan ono sabawane kutu-kutu walang atetogo” yang artinya malam ketika gunung mau meletus terasa sangat sepi, bahkan suara binatang seperti jangkrik atau walang yang biasanya ada, pada waktu itu sepi da hening, binatang-binatang di lereng gunung turun ke desa, dan hawa terasa panas tidak seperti biasanya, dan keyakinan yang ada dimasyarakat bahwa gunung meletus pada hari pasaran Jawa “wage”; (3) penyediaan meja khusus disetiap rumah untuk berlindung dari letusan karena larangan berlindung dibawah gedung, bangunan yang terbuat dari besi, asbes, dan seng. Cara menyelamatkan diri versi tradisional seketika letusan mengeluarkan kerikil maupun batu adalah dengan mengeluarkan meja kayu yang berstruktur keras dan kuat ke tempat lapang dan aman dari kamungkinan bangunan yang roboh, kemudian diselubungi menggunakan terpal, sehingga kolong meja dapat digunakan sebagai tempat berlindung sekeluarga.

Coping strategies atau strategi penanggulangan akan lebih baik jika di kombinasikan dengan

ilmu modern dan dikaji secara ilmiah karena pada beberapa kondisi kepercayaan tradisional dapat menambah kerentanan. Coping strategies harus dinilai secara rasional dan ilmiah berdasarkan keefektifannya untuk menentukan pendekatan yang paling tepat untuk setiap situasi dalam upaya pengurangan risiko bencana sejalan dengan yang diungkapkan Twigg (2015) dalam bukunya yang berjudul Disaster Risk Reduction. Pemahaman coping strategies adalah upaya untuk memahami budaya, adat istiadat, pemikiran lokal yang berada di masyarakat untuk

(16)

12

kemudian dirumuskan upaya pengurangan risiko yang tepat di masyarakat tersebut berupa kombinasi ilmu modern dan tradisional.

4. PENUTUP

Tingkat kapasitas masyarakat Desa Modangan dalam mengadapi bencana erupsi terbagi menjadi dua kelas yaitu tingkat kapasitas tinggi dan tingkat kapasitas sedang. Dusun Karanganyar Timur (nilai skor 18.4) dan Dusun Bulu (nilai skor 18.3) memiliki tingka kapasitas tinggi sedangkan Dusun Karanganyar Barat (nilai skor 16.4) dan Dusun Modangan (nilai 17.2) memilki tingkat kapasitas sedang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kapasitas masyarakat di Desa Modangan pada tingkat signifikasi 5% adalah jenis kelamin, pekerjaan, usia, dan tingkat pendidikan. Koefisien determinasi Negelkerke sebesar 0.558 yang artinya variabel jenis kelamin, pekerjaan, usia, dan tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat kapasitas masyarakat secara global sebesar 55.8% dan sisanya yaitu 44.2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Coping strategies di Desa Modangan terdapat empat bentuk coping yaitu aspek ekonomi,

aspek teknologi, aspek sosial, dan aspek budaya. Coping strategies memiliki kekurangan atau keterbatasan sehingga diperlukan kajian secara ilmiah supaya tidak menambah kerentanan dan dapat mengurangi risiko bencana.

PERSANTUNAN

Terima kasih kepada masyarakat Desa Modangan atas bantuan dan kerjasamanya pada kegiatan survei dan pengambilan data untuk penelitian ini.

Terima kasih kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Blitar yang telah memberikan data serta kesempatan untuk bertukar pikiran.

DAFTAR PUSTAKA

BAKORNAS PB. 2007. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Di Daerah.

Jakarta: Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana

BPBD Kabupaten Blitar. 2017. Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Desa Modangan.

Blitar: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Blitar

Chipman Mushabati, Lameck Frank. 2014. “Flood Risk Perceptions and Coping Strategies of Residents in the Kabbe Constituency of the Zambezi Region (Namibia)”. (Thesis). Namibia: The Unversity of Namibia

(17)

13

Hendarsah, Haruman. 2012. “Pemetaan Partisipatif Ancaman, Strategi Coping, dan Kesiapsiagaan dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang”. Jurnal Sosiokonsepsia Vol.1, No.3

Setiawan, Heru. 2014. “Analisis Tingkat Kapasitas dan Strategi Coping Masyarakat Lokal dalam Menghadapi Bencana Longsor – Studi Kasus Di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah”. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol.11, No.1

Twigg, John. 2015. Disaster Risk Reduction. London: Overseas Development Institute Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Gambar

Gambar 1. Konstalasi Daerah Penelitian
Tabel 1. Tingkat Kapasitas Masyarakat Desa Modangan  No.  Dusun  Skor  Tingkat Kapasitas
Gambar 2. Peta Tingkat Kapasitas Masyarakat Desa Modangan dalam  menghadapi Bencana Erupsi Gunungapi Kelud
Tabel 2. Uji Parsial
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pemisahan unggas sakit dan pengalaman beternak ≤ 10 tahun merupakan faktor risiko yang mempunyai hubungan signifikan dengan

tinggi,penyakit paru dan batuk-batuk yang lama,konstipasi yang lama,kencing manis maupun penyakit jantung,dan riwayat operasi sebelumnya.. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga

merupakan pendekatan pembelajaran yang membangun kegiatan interasi antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan dengan cara

mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;. Meminta keterangan dan bah an bukti

1) Secara struktural, kawasan permukiman didalam RTRW Kabupaten Kaur masih perlu mendeliniasi kawasan menurut configurasi kawasan perkotaan dan perdesaan, sehingga dapat

Pada penelitian memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui kelayakan Modul Ajar Kompetensi Menata Sanggul Dendeng Modifikasi di SMK Jurusan Tata Kecantikan Rambut yang meliputi

Hutan Kota adalah suatu lahan yang ditumbuhi pohon- pohon diwilayah perkotaan di atas tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan

Pada Tabel II ditunjukkan nilai periode dominan, faktor amplifikasi, dan ke- las tanah lokasi penempatan sensor seismik, sedangkan pada Gambar 3 ditunjukkan sebaran 22 stasiun