Borang Portofolio Kasus Medis No. ID dan Nama Peserta dr.Diego havidsyah
No.ID dan Nama Wahana RSUD Prof.DR.M.A.Hanafiah SM Batusangkar
Topik Artritis Gout
Tanggal (kasus) 29 April 2016
Nama Pasien Tn.Y No.RM 00.72.39
Tanggal Presentasi Pendamping dr.Dinny Indria Sari
Tempat Presentasi Ruang Komite Medik RSUD Prof.DR.M.A Hanafiah SM Batusangkar
Objektif Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi Pasien Lakilaki umur 50 tahun datang ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan bengkak, berbenjol dan nyeri di pergelangan kaki kanan. Nyeri dirasakan semakin bertambah dan terasa terus menerus sehingga pasien tidak dapat menggerakkan kakinya. Selain nyeri, pasien juga mengeluh adanya rasa panas pada daerah yang bengkak. Keluhan nyeri dirasakan pertama kali sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Pada saat itu nyeri dirasakan masih hilang timbul. Keluhan nyeri juga disertai dengan rasa kaku di sendisendi tersebut.
Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Artritis gout
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Data Pasien Nama : Tn.Y No.Registrasi :007239
Nama RS : RSUD Prof.DR.M.A Hanafiah SM Batusangkar
Telp : Terdaftar Sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Artritis Gout
2. Riwayat Pengobatan :Pasien mengobati sendiri keluhannya dengan menggunakan jamu jamuan yang dibeli diwarung. Setelah beberapa bulan mengonsumsi jamujamuan tersebut, pasien mengeluh adanya nyeri ulu hati, mual dan muntah. Riwayat muntah
darah disangkal, riwayat BAB berdarah disangkal.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien menyangkal menderita tekanan darah
tinggi,penyakit paru dan batuk-batuk yang lama,konstipasi yang lama,kencing manis maupun penyakit jantung,dan riwayat operasi sebelumnya
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini 5. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tinggal bersama keluarga sendiri, istri dan 3 orang anak di rumah kontrakan
7. Riwayat Imunisasi :
-8. Riwayat Kebiasaan : Merokok 1-2 bungkus perhari
Daftar Pustaka : 1. Resmisari T, Liena, editors. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2007. p.250 2. Tehupeiory ES. Artritis Pirai (Artritis Gout). In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.2557 3. Price,Sylvia.A dan Wilson,Lorraine.M. Gout. In: PATOFISIOLOGI. Edisi 6. Jakarta : EGC:2005.p.14024 29 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta : Interna Publishing; 2009. 5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; p. 317. 6. Price,Sylvia.A dan Wilson,Lorraine.M. Gout. In: PATOFISIOLOGI.Edisi 6.Jakarta : EGC:2005.p.14024 6. Underwood JCE. General and Systemic Pathology. 4th ed. USA: Elsevier; 2004. P. 72930 Hasil Pembelajaran :
1. Anamnesis Artritis Gout
2. Diagnosis Artritis Gout 3. Tatalaksana Artritis Gout
4. Komplikasi Artritis Gout
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio 1.
Subjektif :
Pasien datang ke Poliklinik Interne dengan keluhan :
Bengkak, berbenjol dan nyeri di pergelangan kaki kanan.
Nyeri dirasakan semakin bertambah sehingga pasien tidak dapat menggerakkan kakinya.
Rasa kaku di sendisendi pergelangan kaki kanan
Keluhan nyeri dirasakan pertama kali sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Pada saat itu nyeri dirasakan masih hilang timbul.
2. Objektif :
a.Vital sign
-Keadaan umum :Tampak sakit sedang -Kesadaran : Compos mentis
-Vital Sign
Tekanan darah :100/70 mmHg Nadi : 80 x/menit regular
Pernafasan : 22 x/menit Suhu : 38,2º C
- Berat badan : 60 kg - Tinggi badan : 168 cm - Status Gizi : cukup
b.Pemeriksaan sistemik
Kulit: Teraba hangat,tidak ikterik,tidak sianosis.
Kepala : Bentuk normal,rambut hitam,tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,pupil isokor,diameter 2 mm, Reflek cahaya +/+ Normal. THT : Tidak ada kelainan.
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah. Leher : JVP 5-2 cmH2O
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB pada leher,axilla dan inguinal.
Thoraks :
Paru : Inspeksi : Simetris
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler,ronkhi (-),wheezing (-) Jantung : Inspeksi :iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V Perkusi : Batas jantung dalam batas normal Auskultasi : irama teratur,bising tidak ada Abdomen : Inspeksi : Perut distensi (-)
Defense muscular (-) Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Inspeksi : Merah dan berbenjol benjol pada pergelangan kaki kanan hingga ibu jari kaki kanan
Palpasi : teraba hangat
c. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin : (7-03-2016) Hb : 10,8 gr/dl Leukosit : 12100 /µl Trombosit : 253.000 /µl Hematokrit : 32,6 % Ureum : 41 mg/dl Creatinin :0,79 mg/dl Uric Acid : 7,4 mg/dl 2. Darah rutin : (9-03-2016) Ureum : 25 mg/dl Creatinin : 1,52 mg/dl Uric Acid : 7,0 mg/dl GDR : 158
3. Assesment (penalaran klinis) :
Telah di laporkan seorang Pasien Laki laki 50 tahun, datang ke poliklinik Penyakit dalam RS.Prof.DR.M.A.Hanafiah.SM dengan keluhan Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan bengkak, berbenjol dan nyeri di pergelangan kaki kanan. Nyeri dirasakan semakin bertambah dan terasa terus menerus sehingga pasien tidak dapat menggerakkan kakinya. Selain nyeri, pasien juga mengeluh adanya rasa panas pada daerah yang bengkak. Keluhan nyeri dirasakan pertama kali sejak sekitar 4 bulan yang lalu. Pada saat itu nyeri dirasakan masih hilang timbul. Keluhan nyeri juga disertai dengan rasa kaku di sendisendi tersebut.
Dari pemeriksaan fisk di dapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang kesadaran composmenis, tekanan darah 100/70 mmhg, Denyut Nadi 80x/Menit, Pernafasan 22x/memit dengan suhu 38,20C. pada pergelangan kaki kanan dijumpai merah, bengkak dan berbenjol
benjol.
Pasien didiagnosa klinis dengan Artritis Gout terinfeksi. Didiagnosa banding dengan Rheumatoid arthritis, septik artritis, pseudoartritis dan hemathrosis.
Pada pasien ini diberikan IVFD Asering8 jam/kolf, inj metil prednisolon 2x125gr, inj keterolac 2x30 mg, paracetamol 3x500mg, cefixime 2x100 mg, Recolfar 2x0,5 mg
4.Plan :
Diagnosa klinis :Artritis gout terinfeksi Therapy :
- IVDF Aseing 8 jam/kolf – 20 gtt/i - Inj metil prednisolon 2x125 mg - Inj keterolac 2x30 mg
- Paracetamol 3x500 mg po - Cefixime 2x100 mg po - Recolfar 2x0,5 mg po
5.Follow uptanggal 8 -9 maret 3016 terapi lanjut
6.Follow up tanggal 10 maret 2016
pasien diizinkan pulang dengan membawa obat
metilprednisolon 4 mg 2x1 cefixim 2x100 mg lansoprazol 2x1 tab ulsidex 2x500 mg recolfar 2x1 paracetamol 3x1
GOUT/ ASAM URAT/ PIRAI
DEFINISI
Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis). Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang menyerang penduduk indonesia. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal asam urat1didalam persendian.Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan.8 Gout merupakan kelainan metabolisme purin bawaan yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat serum dengan akibat penimbunan kristal asam urat di sendi.( Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 2004 ) Meskipun secara klasis gout relatif jarang, merupakan bentuk ringan dari penyakit, yang sering lolos saat di diagnostik, mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya. Gout adalah penyakit yang didominasi oleh lakilaki, rasio menjadi 20:1. Ini mungkin ada selama masa muda, namun kejadian puncaknya setelah usia 40 tahun, dan perempuan jarang menderita penyakit ini sebelum menopause. Gout arthritis terutama melibatkan sendi peripheral dari kaki dan tangan, sejauh ini keadaan yang paling umum adalah sendi metatarsophalangeal dari kaki.3
EPIDEMIOLOGI
Artritis gout umumnya dijumpai pada lakilaki dari semua usia, paling sering pada dekade kelima atau keenam, namun pada perempuan umumnya dijumpai pada usia lanjut (lansia) atau sesudah menopause. Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya artritis gout antara lain: penyakit komorbiditas seperti kegemukan, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan diet tinggi purin serta konsumsi alkohol. Di samping itu obatobatan tertentu dapat menyebabkan penurunan ekskresi asam urat. (contohnya: obat diuretik yang digunakan pada penderita sakit jantung atau pirazinamid yang digunakan pada penderita TBC). ETIOLOGI Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat di golongkan menjadi 2, yaitu: a. Penyakit gout primer. Penyebabnya kebanyakandiketahui (idiopatik). Hal ini di duga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat. Atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. b. Penyakit gout sekunder.
1) Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pola makan yang tidak terkontrol, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang berkadar purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, yang merupakan unsur pembentukan protein.
2) Produksi asam urat juga dapat meningkat. Karena penyakit pada darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia, anemia hemolitik), obatobatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12, diuretika, dosis rendah asam salisilat).
4) Intoksikasi (keracunan timbal).
5) Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik. Dimana akan ditemukan mengandung bendabenda keton (hasil buangan metabolisme lemak) dengan kadar yang tinggi. Kadar bendabenda keton yang meninggi akan menyebabkan kadar asam urat juga ikut meninggi.8
Tidak semua orang dengan peningkatan asam urat dalam darah (hiperuremia) akan menderita penyakit asam urat. Namun ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit asam urat, diantaranya:3
a. Pola makan yang tidak terkontrol. Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang dengan berat badan yang berlebihan (obesitas). c. Suku bangsa tertentu. Menurut penelitian, suku bangsa di dunia yang paling tinggi prevalensinya terserang asam urat adalah orang maori di Australia. Prevalensi orang maori terserang penyakit asam urat tinggi. Sedangkan di Indonesia prevalensi tertinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado Minahasa karena kebiasaan atau pola makan ikan dan mengkonsumsi alkohol. d. Peminum alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine ikut berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan di dalam darah.
e. Seseorang yang berumur ≥ 45 tahun biasanya pada lakilaki, dan perempuan saat umur menepouse.
f. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit asam urat. g. Seseorang kurang mengkonsumsi air putih.
i. Seseorang yang menggunakan obatobatan dalam jangka waktu lama. j. Seseorang yang mempunyai penyakit diabetes mellitus.
PATOFISIOLOGI
Pada penyakit goutarthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi: 1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik 2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal 3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek enzimenzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan). 4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin • Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. • Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal. • Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa cara: 1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a. • Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan (sendi dan membran sinovium). • Fagositosis terhadap kristal memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B. • Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif. 2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator proinflamasi seperti IL1, IL6, IL8, dan TNF. • Mediatormediator ini akan memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk
menghasilkan protease.
• Protease ini akan menyebabkan cedera jaringan.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout.
FAKTOR RESIKO
Selama ini gout hanya dikaitkan dengan masalah diet dan konsumsi jenis
obat tertentu yang dapat menyebabkan hiperurisemia, tetapi ternyata terdapat
berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko gout. Penggunaan diuretik
thiazide, cyclosporine, dan asam asetilsalisilat dosis rendah (<1 g per hari) dapat menyebabkan hiperurisemia, sedangkan asam asetilsalisilat dosis tinggi (≥ 3 g per hari) bersifat urikosurik. Faktorfaktor yang berkaitan dengan hiperurisemia dan asam urat antara lain adalah: resistensi insulin, sindrom metabolik, obesitas,insufisiensi ginjal, hipertensi, gagal jantung kongestif, transplantasi organ.
Risiko kejadian gout meningkat pada orang yang banyak mengonsumsi makanan
dengan kandungan purin tinggi (terutama daging dan makanan laut), etanol
(terutama alkohol), minuman ringan, dan fruktosa. Risiko kejadian gout menurun
pada mereka yang banyak mengonsumsi kopi, produk susu, dan vitamin C (yang menurunkan kadar asam urat). Faktor pemicu untuk flare (eksaserbasi akut) berulang meliputi penggunaan diuretik, konsumsi alkohol, menjalani rawat inap, dan menjalani tindakan operasi. Terapi untuk menurunkan kadar asam urat (misal: allopurinol) mungkin dapat memicu timbulnya serangan gout akut, mungkin disebabkan oleh perpindahan asam urat yang disimpan dalam jaringan tubuh (terjadi fluktuasi kadar asam urat).
MANIFESTASI KLINIS
adalah sebagai berikut :2 a. Nyeri hebat pada malam hari, sehingga penderita sering terbangun saat tidur. b. Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan teraba panas. Keadaan akut biasanya berlangsung 3 hingga 10 hari, dilanjutkan dengan periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang dapat terjadi berulang kali dan makin lama makin berat. Dan bila berlanjut akan mengenai beberapa sendi dan jaringan bukan sendi. c. Disertai pembentukan kristal natrium urat yang dinamakan thopi. d. Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis. Manifestasi Klinis untuk artritis Gout dibagi berdasarkan 4 stadium : 1. Hiperurisemia Asimptomatik Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia (kadar asam urat serum tinggi) tanpa adanya manifestasi klinik gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan akut arthritis gout, atau urolitiasis, dan biasanya setelah 20 tahun keadaan hiperurisemia asimptomatik. Terdapat 1040% subyek dengan gout mengalami sekali atau lebih serangan kolik renal, sebelum adanya serangan arthritis.
2. Artritis Gout Akut
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 4060 tahun pada lakilaki,
dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan bentuk
tidak lazim arthritis gout, yang mungkin merupakan manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau penggunaan siklosporin.
Pada 8590% kasus, serangan berupa arthritis monoartikuler dengan
predileksi MTP1 yang biasa disebut podagra. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah, disertai lekositosis dan peningkatan laju endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya di dapatkan pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat
membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun.
Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat mengenai sendisendi yang lain seperti pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama. Faktor pencetus serangan akut antara lain trauma lokal, diet tinggi purin, minum alkohol, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian diuretik, pemakaian obat yang meningkatkan atau menurunkan asam urat. Diagnosis yang defini tif/gold standard, yaitu ditemukannya kristal urat (MSU) di cairan sendi atau tofus.
3. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium gout akut, dimana secara klinik tidak muncul tandatanda radang akut, meskipun pada aspirasi cairan sendi masih ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progresif. Stadium ini bisa berlangsung beberapa tahun sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Dan tanpa tata laksana yang adekuat akan berlanjut ke stadium gout kronik.
4. Artritis Gout Kronik = Kronik Tofaseus Gout
Stadium ini ditandai dengan adanya tofi dan terdapat di poliartikuler, dengan
predileksi cuping telinga, MTP1, olekranon, tendon Achilles dan jari tangan. Tofi
sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi di sekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta menimbulkan deformitas. Selain itu tofi juga sering pecah dan sulit sembuh, serta terjadi infeksi sekunder. Kecepatan pembentukan deposit tofus tergantung beratnya dan lamanya hiperurisemia, dan akan diperberat dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan diuretik.
Pada beberapa studi didapatkan data bahwa durasi dari serangan akut pertama kali sampai masuk stadium gout kronik berkisar 342 tahun, dengan rata rata 11,6 tahun. Pada stadium ini sering disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun/gagal ginjal kronik. Timbunan tofi bisa ditemukan juga pada miokardium, katub jantung, system konduksi,beberapa struktur di organ mata terutama sklera, dan laring. Pada analisa cairan sendi atau isi tofi akan didapatkan Kristal MSU, sebagai kriteria diagnostik pasti. Gambaran radiologis didapatkan erosi pada tulang dan sendi dengan batas sklerotik dan overhanging edge.
DIAGNOSIS
Berdasarkan diagnosis dari American Rheumatism Association (ARA), seseorang dikatakan menderita asam urat jika memenuhi berikut:7 1) Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam cairan sendi. 2) Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam thopi, di tentukan berdasarkan pemeriksaan mikroskopik terpolarisasi. kimiawi dan dengan sinar terpolarisasi 3) Di dapatkan 6 dari 12 kriteria di bawah ini : . a) Terjadi serangan arthritis akut lebih dari satu kali. . b) Terjadi peradangan secara maksimal pada hari pertama gejala atau serangan datang. . c) Merupakan arthritis monoartikuler (hanya terjadi di satu sisi persendian). . d) Sendi yang terserang berwarna kemerahan.
. e) Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak. . f) Serangan nyeri unilateral (di salah satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal. . g) Serangan nyeri unilateral pada sendi tarsal (jari kaki). . h) Adanya topus (Deposit besar dan tidak teratur yang berasal dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi. . i) Terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (lebih dari 7mg/dL). . j) Pada gambaran radiologis tampak pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
. k) Pada gambaran radiologis tampak kista subkortikal tanpa erosi.
. l) Hasil kultur cairan sendi menunjukkan nilai negative. Bengkak, kemerahan, panas dan rasa nyeri yang hebat pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki (podagra) adalah tanda khas gout. Keadaannya dapat amat menyerupai arthritis sepsis, tetapi tidak ada tanda tanda infeksi sistemik. Kadar asam urat dalam serum dapat meningkat. Kadangkadang sendi pergelangan kaki, atau salah satu jari kaki, dapat terkena terutama setelah suatu cedera kecil. Nyeri dibawah tumit akibat fasiitis plantaris adalah manifestasi lain dari gout, meskipun kaitannya mungkin sulit dibuktikan dalam suatu kasus khusus.
Diagnosa asam urat dilakukan dengan pemeriksaan lewat laboratorium, pemeriksaan radiologis, dan cairan sendi. Selain itu, kita juga bisa melakukan diagnosa melakukan diagnosa melalui roentgen.1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Seseorang dikatakan menderita asam urat ialah apabila pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas 6 mg/dL untuk pria dan lebih dari 5,5 mg/dL untuk wanita. Bukti adanya kristal urat dari cairan sinovial atau dari topus melalui mikroskop polarisasi sudah membuktikan, bagaimanapun juga pembentukan topus hanya setengah dari semua pasien dengan gout.1 Pemeriksaan gula darah dilakukan untuk mendeteksi ada dan tidaknya penyakit diabetes mellitus. Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui normal dan tidaknya fungsi ginjal.Sementara itu pemeriksaan profil lemak darah dijadikan penanda ada dan tidaknya gejala aterosklerosis.
b. Pemeriksaan Cairan Sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop. Tujuannya ialah untuk melihat kristal urat atau monosodium urate (kristal MSU) dalam cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis arthritis yang terjadi perlu dilakukan kultur
cairan sendi. Dengan mengeluarkan cairan sendi yang meradang maka pasien akan merasakan nyeri sendi yang berkurang. Dengan memasukkan obat ke dalam sendi, selain menyedot cairan sendi tentunya, maka pasien akan lebih cepat sembuh. Mengenai metode penyedotan cairan sendi ini, ketria mengatakan bahwa titik dimana jarum akan ditusukkan harus dipastikan terlebih dahulu oleh seorang dokter. Tempat penyedotan harus disterilkan terlebih dahulu, lalu jarum tersebut disuntikkan dan cairan disedot dengan spuite.5 Pada umumnya, sehabis penyedotan dilakukan, dimasukkan obat antiradang ke dalam sendi. Jika penyedotan ini dilakukan dengan cara yang tepat maka pasien tidak akan merasa sakit. Jarum yang dipilih juga harus sesuai kebutuhan injeksi saat itu dan lebih baik dilakukan pembiusan pada pasien terlebih dahulu. Jika lokasi penyuntikan tidak steril maka akan mengakibatkan infeksi sendi. Perdarahan bisa juga terjadi jika tempat suntikan tidak tepat dan nyeri hebat pun bisa terjadi jika teknik penyuntikan tidak tepat. Selain memeriksa keadaan sendi yang mengalami peradangan, dokter biasanya akan memeriksa kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi adalah sangat sugestif untuk diagnosis gout arthritis. Namun, tidak jarang kadar asam urat ditemukan dalam kondisi normal. Keadaan ini biasanya ditemukan pada pasien dengan pengobatan asam urat tinggi sebelumnya. Karena, kadar asam urat sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh pengobatan maka kadar standar atau kadar normal di dalam darah adalah berkisar dari 3,5 – 7 mg/dL.5
Pemeriksaan cairan sendi ini merupakan pemeriksaan yang terbaik. Cairan hasil aspirasi jarum yang dilakukan pada sendi yang mengalami peradangan akan tampak keruh karena mengandung kristal dan selsel radang. Seringkali cairan memiliki konsistensi seperti pasta dan berkapur. Agar mendapatkan gambaran yang jelas jenis kristal yang terkandung maka harus diperiksa di bawah mikroskop khusus yang berpolarisasi. Kristalkristal asam urat berbentuk jarum atau batangan ini bisa ditemukan di dalam atau di luar sel. Kadang bisa juga ditemukan bakteri bila terjadi septic arthritis. b. Asam Urat Serum Pengukuran asam urat serum adalah tes yang paling disalahgunakan dalam diagnosis gout. Kehadiran hiperurisemia dengan tidak adanya gejala tidak
diagnostik gout. Selain itu, sebanyak 10% pasien dengan gejala karena asam urat yang normal mungkin memiliki kadar serum asam urat pada saat serangan mereka. Dengan demikian, diagnosis yang benar gout dapat terjawab jika cairan sendi tidak diambil. situasi yang menurunkan kadar asam urat dapat memicu serangan gout. Sekitar 58% penduduk telah meningkatkan kadar asam urat serum (> 7 mg / dL), tetapi hanya 520% pasien dengan hyperuricemia terkena gout. Dengan demikian, tingkat asam urat tinggi serum tidak menunjukkan atau memprediksi asam urat. Seperti disebutkan di atas, asam urat didiagnosis berdasarkan penemuan kristal urat dalam cairan sinovial atau jaringan lunak. Lebih penting lagi, beberapa pasien dengan radang sendi ini menular dengan sendi bengkak panas dan tingkat asam urat serum tinggi dan beresiko jika salah mendiagnosis dari cairan sinovial dengan tidak menyingkirkan artritis septik. c. Asam Urat dalam Urin
Sebuah evaluasi 24jam asam urat dalam urin umumnya dilakukan jika terapi uricosuric sedang dipertimbangkan. Jika pasien mengeluarkan lebih dari 800 mg asam urat dalam 24 jam saat makan diet biasa, mereka overexcretors dan dengan demikian overproducers asam urat. Pasienpasien ini (sekitar 10% pasien dengan gout) membutuhkan allopurinol bukan probenesid untuk mengurangi kadar asam urat. Pasien yang mengekskresikan lebih dari 1100 mg dalam 24 jam harus menjalani pemantauan fungsi ginjal dekat karena risiko batu dan nefropati urat. d. Pemeriksaan Darah
Pengukuran glukosa berguna karena pasien dengan gout berada pada peningkatan risiko diabetes mellitus. Hati studi fungsi penting karena hasil abnormal dapat mempengaruhi pemilihan terapi. Pemeriksaan leukosit akan
menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batasnormal yaitu 5000 10.000/mm3. e. Pemeriksaan dengan Roentgen S elain keempat diagnosa tersebut, kita juga bisa melakukannya dengan cara Roentgen. Pemeriksaan ini baiknya dilakukan pada awal setiap kali pemeriksaan sendi. Dan, jauh lebih efektif jika pemeriksaan roentgen ini dilakukan pada penyakit sendi yang sudah berlangsung kronis. Pemeriksaan roentgen perlu dilakukanuntuk melihat kelainan baik pada sendi maupun pada tulang dan jaringan
di sekitar sendi. Seberapa sering penderita asam urat untuk melakukan pemeriksaan roentgen tergantung perkembangan penyakitnya. Jika sering kumat, sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen ulang. Bahkan kalau memang tidak kunjung membaik, kita pun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI).9 Foto polos mungkin menunjukkan temuan yang konsisten dengan gout, tapi temuan ini tidak diagnostic utama. Pada awal penyakit, radiografi seringkali normal atau hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Temuan radiografi karakteristik asam urat, yang umumnya tidak muncul dalam tahun pertama onset penyakit, terdiri dari menekanout erosi atau daerah litik dengan pinggiran menggantung.
Karakteristik erosi yang khas dari gout tetapi tidak rheumatoid arthritis meliputi : ∙ Pemeliharaan ruang sendi ∙ Tidak adanya osteopenia periarticular ∙ Lokasi di luar kapsul sendi PENGOBATAN Pengobatan diperoleh dengan menggunakan resep dokter. Obat obatannya antara lain:3 1) Obat Anti Inflamasi NonSteroid (OAINS), yang berfungsi untuk mengatasi nyeri sendi akibat proses peradangan. 2) Kortikosteroid, yang berfungsi sebagai obat anti radang dan menekan reaksi imun. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan dibagian sendi yang sakit. 3) Imunosupresif, yang berfungsi untuk menekan reaksi imun. Obat ini jarang digunakan karena efek sampingnya cukup berat yaitu dapat menimbulkan penyakit kanker dan bersifat racun bagi ginjal dan hati 4) Suplemen antioksidan yang diperoleh dari asupan vitamin dan mineral yang berkhasiat untuk mengobati asam urat. Asupan vitamin dan mineral dapat diperoleh dengan mengkonsumsi buah atau sayuran segar atau orange, seperti
wortel.
Selain obatobatan tersebut, pengobatan secara medis dapat juga dilakukan melalui program rehabilitasi. Rehabilitasi ini berfungsi untuk mengembalikan kemampuan penderita seperti semula sehingga dapat menjalankan kehidupan seharihari dengan lancar. Caranya adalah dengan mengistirahatkan sendi yang sakit, melakukan pemanasan atau pendinginan, dan memanfaatkan arus listrik untuk meningkatkan ambang rasa sakit.9 Manajemen Artritis Gout serangan akut : a) Sendi yang terkena harus diistirahatkan dan terapi obat antiinflamasi analgesik dimulai segera, dan berlanjut selama 12 minggu b) NSAID oral shortacting pada dosis maksimum adalah obat pilihan ketika tidak ada kontraindikasi c) Pada pasien dengan peningkatan risiko tukak lambung, pendarahan atau perforasi, coreseptor agen pelindung lambung harus mengikuti pedoman standar untuk penggunaan NSAID dan coxib. d) Colchicine dapat menjadi alternatif yang efektif tetapi lambat untuk bekerja daripada NSAID. Untuk mengurangi risiko efek samping (terutama diare) harus digunakan dalam dosis 500 mg / hari. e) Allopurinol tidak boleh dimulai selama serangan akut tetapi pada pasien yang sudah boleh menggunakan allopurinol, harus dilanjutkan dan serangan akut harus ditangani secara konvensional f) analgesik opiat dapat digunakan sebagai tambahan. g) kortikosteroid intraartikular sangat efektif dalam monoarthritis gout akut, baik dalam bentuk oral, im atau iv kortikosteroid bisa efektif pada pasien yang tidak dapat mentoleransi NSAID, dan pada pasien yang refrakter terhadap pengobatan lain. h) Jika digunakan obat diuretik untuk mengobati hipertensi, dan agen anti hipertensi, terapi alternatif harus dipertimbangkan, tetapi pada pasien dengan gagal jantung, terapi diuretik tidak harus dihentikan. Manajemen Artritis Gout yang Berulang, Interkritikal dan Kronis. a) Kadar Asam Urat plasma harus dijaga dibawah, 300mol / L. b) Dalam kasus yang berbahaya, terapi harus dimulai setelah serangan kedua, atau bila serangan lebih lanjut terjadi dalam 1 tahun.
c) Obat juga harus ditawarkan kepada pasien dengan tophi, pasien insufisiensi ginjal pasien dengan batu asam urat untuk pasien yang perlu untuk melanjutkan pengobatan dengan diuretik.
d) Menunda untuk menurunkan obat asam urat sampai 12 minggu setelah peradangan akut.
e) Pengobatan jangka panjang untuk gout yang berulang biasanya harus dengan allopurinol, dimulai pada dosis 50100 mg / hari dan meningkat 50100 mg bertahap setiap beberapa minggu, disesuaikan jika perlu untuk perbaikan fungsi ginjal, sampai terapi Target (SUA <300mol / l) tercapai (dosis maksimum 900 mg).
f) Agen uricosuric dapat digunakan sebagai obat lini kedua pada pasien yang kadar asam uratnya dibawah standar atau pada pasien yang tidak tolerir dengan allopurinol. Obatobatan yang bisa diberikan adalah sulphinpyrazone (200800 mg / hari) pada pasien dengan fungsi ginjal normal atau benzbromarone (50200 mg / hari) pada pasien dengan ringan / sedang insufisiensi ginjal. g) Colchicine 0,5 mg harus diikuti dengan pemberian obat allopurinol atau uricosuric, terus sampai 6 bulan. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi colchicine, NSAID atau coxib dapat diganti asalkan tidak ada kontraindikasi, tapi durasi NSAID atau coxib harus dibatasi sampai 6 minggu. h) Aspirin dalam dosis rendah (75150 mg / hari) memiliki efek signifikan pada asam urat plasma, dan bisa digunakan untuk profilaksis kardiovaskular. Namun, aspirin dalam dosis analgesik (6002400 mg / hari) mengganggu ekskresi asam urat dan harus dihindari. [10]
Terapi nonFarmakologis
Terapi non‐obat merupakan strategi esensial dalam penanganan gout. Gout
adalah gangguan metabolik, yang dipengaruhi oleh diet, asupan alkohol, hiperlipidemia dan berat badan. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif. Nutrisi untuk penderita artritis gout 1. Pembatasan purin 2. Kalori sesuai dengan kebutuhan 3. Tinggi karbohidrat 4. Rendah protein 5. Rendah lemak
6. Tinggi cairan 7. Tanpa alcohol KOMPLIKASI Bila Diobati, Artritis Gout jarang menimbulkan ancaman kesehatan jangka panjang. Bila tidak diobati, asam urat bisa berkembang menjadi gangguan kronis menyakitkan dan melumpuhkan. Serangan gout kronis dapat merusak tulang rawan dan tulang, menyebabkan disfungsi sendi ireversibel dan cacat. Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2006 gout menunjukkan bahwa 66 % orang dengan gout dianggap rasa sakit menjadi yang terburuk yang pernah mereka alami, sementara sekitar 75 % mengklaim bahwa suarup membuat berjalan sangat sulit dan sekitar 70 persen melaporkan masalah bermain olahraga atau bahkan menempatkan di kaus kaki dan sepatu. Jika gout tidak diobati, tophi (gumpalan kristal urat) dapat tumbuh sampai berukuran sebesar bola golf dan menyebabkan berbagai masalah pada sendi dan organ. Batu ginjal terjadi pada 1040 persen pasien gout dan sekitar 25 persen dari mereka dengan hyperuricemia kronis mengembangkan penyakit ginjal, yang kadangkadang berujung pada gagal ginjal.
Meskipun perlu dicatat bahwa dalam kebanyakan kasus penyakit ginjal datang pertama dan menyebabkan konsentrasi tinggi asam urat sekunder karena berkurangnya penyaringan. Kondisi lain yang berkaitan dengan gout jangka panjang termasuk katarak, sindrom mata kering dan komplikasi paruparu.
Rata rata, setelah serangan awal, diramalkan 62 % yang tidak diobat akan mendapat serangan ke 2 dalam 1 tahun, 78 % dalam 2 tahun, 89 % dalam 5 tahun serta 93 % dalam 10 tahun. Seiring perjalanan waktu, pasien yang tidak diobati dengan serangan berulang akan mempunyai periode interkritikal yang lebih pendek, meningkatnya jumlah sendi yang terserang, dan meningkatkan disability. Diperkirakan 1020 % pasien dengan pengendalian yang jelek atau tidak diobati akan mengalami perkembangan tofi dan 29 % nefrolitiasis pada kurang lebih 11 tahun setelah serangan awal. KESIMPULAN Asam urat darah adalah hasil pemecahan dari protein yang secara khusus disebut purin dan selanjutnya 75 persen asam urat dibuang oleh tubuh melalui urine. Peningkatan kadar asam urat dapat terjadi akibat produksi lebih banyak dari pada pembuangan asam urat. Penyakitnya sendiri tidak bisa dicegah, tetapi beberapa faktor pencetusnya bisa dihindari (misalnya cedera, alkohol, makanan kaya protein).10
Untuk mencegah kekambuhan, dianjurkan untuk minum banyak air, menghindari minuman beralkohol dan mengurangi makanan yang kaya akan protein. Banyak penderita yang memiliki kelebihan berat badan, jika berat badan mereka dikurangi, maka kadar asam urat dalam darah seringkali kembali ke normal atau mendekati normal. Pastikan sepatu tidak terlalu ketat atau teralu longgar. Upayakan ibu jari kaki dapat digerakkan dengan mudah. Trauma ringan pada ibu jari kaki dapat memicu serangan gout. Beberapa penderita (terutama yang mengalami serangan berulang yang hebat) mulai menjalani pengobatan jangka panjang pada saat gejala telah menghilang dan pengobatan dilanjutkan sampai diantara serangan.Kolkisin dosis
rendah diminum setiap hari dan bisa mencegah serangan atau paling tidak mengurangi frekuensi serangan. Mengkonsumsi obat anti peradangan nonsteroid secara rutin juga bisa mencegah terjadinya serangan. Kadang kolkisin dan obat anti peradangan nonsteroid diberikan dalam waktu yang bersamaan.4
Tetapi kombinasi kedua obat ini tidak mencegah maupun memperbaiki kerusakan sendi karena pengendapan kristal dan memiliki risiko bagi penderita yang memiliki penyakit ginjal atau hati. DAFTAR PUSTAKA 1) Suresh E.Diagnosis and management of gout: a rational approach. Postgrad Med J 2005;81:572–579 . 2) Fiona Marion McQueen, Quentin Reeves, Nicola Dalbeth. New insights into an old disease: advanced imaging in the diagnosis and management of gout. Postgrad Med J 2013;89:87–93. doi:10 3) Tom G. Rider, Kelsey M. Jordan. The modern management of gout.Rheumatology2010;49:5– 14 4) Dalbeth N., Merriman T. Crystal ball gazing: new therapeutic target for hyperuricaemia and gout. Rheumatology 2009;48:222–226 5) Wortmann RL. Gout and hyperuricemia. Kelley`s Textbook of Rheumatlogy. 8th ed.Philadeplhia:Saunders;2001.p. 1481506. 6) Robert B. Salter, MD. Textbook of Disorders and Injuries of the
Musculoskeletal System.3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins. USA:1999.p247250. 7) Poor G, Mituszova M. History, Classification and epidemiology of crystal related artropathies. Rheumatology. 2rd ed. Edinburg: Elsevier;2003.p.1893 1901. 8) Tehupeiroy ES. Artrtritis pirai (arthritis gout). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.hal.1218 20. 9) A. Graham Apley, Louis Solomon. Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 7. Jakarta: Perpustakaan Nasional;1995.hal.214. 10) Wortmann RL. Gout and Other Disorders of Purine Metabolism. New York.2005, pp. 2079 20