Chap 2:
Postulate Mekanika Statistik dan
Teori Ensembel
Beberapa Pengertian Dasar Mekanika
Statistik
• Macrostate : keadaan system keseluruhan yang dikarakterisasi oleh besaran
variable makro (nilai rata-ratanya, seperti tekanan P, volume V dan temperature T, untuk system fluid)
• Microstate: konfigurasi tertentu system yang dinyatakan oleh keadaan individual
atom atau molekul penyusun system, misal dinyatakan oleh kecepatan {𝑣𝑘} dan atau posisinya {𝒓𝑘}.
• Untuk satu keadaan microstate terdapat banyak keadaan microstate yang bersesuaian.
• Thermodinamika : mendeskripsikan hubungan microstate (variable makro) secara empiris.
• Mekanika Statistik : menjelaskan hubungan antara macrostate dengan microstate. Hubungan tsb bisa dilakukan melalui konsep entropi S dengan banyaknya keadaan mikro Ω
• Besaran makroskopik akan diperoleh sebagai rata-rata keadaan microstate dengan bobot tertentu (rapat probabilitas).
Pendekatan Pemodelan Mekanika
Statistik
Non Interacting Interacting Distinguishable 1 2 Identical/Non Dist. 3 4 Hal yg dipertimbangkan:1.Apakah partikel bisa dibedakan → klasik /kuantum
2.Apakah ada interaksi antar partikel
→ menentukan kompleksitasnya
Pendekatan klasik: volume Ruang fasa sistem
Ruang Fasa Klasik (Classical Phase Space)
• Model : Gas dalam volum V sejumlah N partikel klasik yang terbedakan.
• Satu keadaan dari sistem ini dikarakterisasi oleh 1 buah koordinat di ruang fasa yang berdimensi 6N yaitu :
(q1,..,qN, p1,…,pN) dengan qk adalah posisi partikel ke-k dan pk: momentum partikel ke-k. Titik ini disebut juga titik fasa (phase point)
• Ruang fasa terdiri dari 6 koordinat (x,y,z, Px,Py,Pz), setiap keadaan 1 partikel diwakili oleh 1 titik.
• Ruang yg berdimensi 6N, dengan koordinat di atas disebut
ruang fasa (Γ). Sketsa gambar berikut ini menunjukkan hubungan ruang fasa dan Γ dalam menggambarkan 1 sistem N partikel yang sama:
Ruang Fasa
dan
r(x,y,z) (Px, py, pz) r1,…,rN P1,…,pN 1 partikel 1 sistem N partikel 1 sistem N partikel saat t tertentu 1 sistem N partikelDinamika sistem N partikel dinyatakan oleh koordinat posisi sebanyak 3N q={q1,…,qN} dan momentum p={p1,p2,…pN},
dengan qk, pk : koordinat vektor posisi dan momentum partikel ke –k.
Misal hamiltonian sistem diberikan oleh : H= H(p1,p2,…pN, q1,q2,…qN,), maka persamaan gerak sistem diberikan oleh (perkomponen): N j q H q q H p j j j j =1,..,3 − = − =
Dinamika Sistem N Partikel (Hamiltonian)
• Spefisikasi keadaan 1 sistem N partikel ini akan diberikan oleh 3N+3N koordinat posisi dan momentum {q,p}.
• Tiap titik di ruang fasa Γ mewakili satu keadaan system pada suatu saat t.
• Evolusi sistem N-partikel ini akan berupa trayektori di ruang fasa Γ.
Jika sistem bersifat konservatif (kekekalan energi), maka berlaku
• Misal gas dengan keadaan makroskopik tertentu (misal P,V,T tertentu) akan terkait dengan sejumlah sangat besar keadaan mikroskopik {q,p} yang semuanya terkait dengan keadaan makroskopik yang sama tsb.
• Kumpulan dari sistem-sistem dengan keadaan
makroskopik yang sama ini disebut sebagai ENSEMBEL.
• Dalam limit thermodinamika (N--> , N/V : berhingga},
maka kumpulan titik-titik di ruang fasa tsb dapat didekati sebagai kontinuum.
• Sehingga jumlah total keadaan mikroskopik di ruang fasa tsb, akan diberikan oleh volume sbb:
: jumlah seluruh keadaan mikroskopik sistem yang berada di dalam volum d3Np d3Nq.
• Dengan fungsi ρ= ρ(q,p,t) disebut fungsi rapat keadaan yg menyatakan jumlah keadaan mikroskopik per satuan
volum di ruang fasa.
• Sehingga deskripsi lengkap evolusi sistem diberikan oleh evolusi fungsi ρ(p,q,t). p qd d t) 3N 3N , , (q p
Kecepatan Evolusi Titik-titik Fasa
Di ruang fasa, titik-titik fasa {q,p} akan bergerak dengan kecepatan yang diberikan oleh vektor kecepatan:
}
,
{
q
p
v
=
• Gerak titik ini di Γ akan terbatas dalam volume di Γ
sebab TOTAL ENERGI dan momentum sistem sudah tertentu dan terbatas.
• Tinjau sekumpulan (ensembel) titik-titik representasi sistem yang terkait dengan makroskopik yang sama di ruang Γ.
• Sejalan dengan t, titik-titik tsb akan bergerak
(mengalir), pergerakan ini digambarkan oleh evolusi dari fungsi kerapatan ρ(q,p,t).
Rata-rata Ensembel
= p q p q p q p q p q N N N N d d t d d t f f 3 3 3 3 ) , , ( ) , , ( ) , ( • Dengan mengetahui ρ ini dapat dihitung rata-rata dari suatu besaran f tertentu (rata-rata ensembel):
• Integral tsb prinsipnya dilakukan di seluruh ruang fasa 6N-D, akan tetapi secara efektif, hanya perlu dilakukan dimana ρ≠0 saja.
• Suatu ensembel disebut stasioner kalau nilai ρ bukan fungsi waktu (t) secara eksplisit, yaitu jika
•
• Untuk ensembel stasioner, maka nilai rata-rata
ensembelnya juga tidak bergantung waktu, jadi <f> independent dari waktu.
0 = t
Tinjau suatu elemen volume dω
dengan luas permukaan σ
di ruang fasa Γ.
Adalah Laju (rate) penambahan jumlah titik dalam elemen volum ω
Sedangkan laju netto arus titik-titik yang menembus keluar permuakaan batas σ:
Teorema Liouville:
Pergerakan Titik Representasi
σ ω n v dσ p q q p t d d d N d N t 3 3 ) , , ( =
• d t v n q p, , ) ˆ (Menurut teorema Divergensi Gauss maka :
Dengan divergensi ruas kanan adalah:
Karena titik-titik representasi dlm ruang fasa kekal (tidak ada sumber atau sumur), maka berlaku hukum kekekalan jumlah titik representasi, sehingga:
Atau:
Pers. Ini harus berlaku tak peduli berapapun ukuran ω, sehingga mestilah: Pers. Kontinutas/Liouville:
Persamaan Kontinuitas/Liouville
= + • N k k k k k 3 1 ) ( p p q q v
• = •nˆd ( v)d v
• − = d d t ( v) 0 ) ( = + •
d t v 0 ) ( = + • t vJadi mestilah:
Tetapi suku terakhir =0, sebab berlaku :
Sehingga: atau
Sedang suku kedua dapat dituliskan sbg:
Teorema Liouville
0 3 1 = + +
= N k k k k k t p p q q 0 3 1 3 1 = + + + +
= = N k k k k k N k k k k k t p p q q p p q q k k k k k k H H p q q q p q = → = 2 k k k k k k H H q p p p q p − = → − = 2 0 = + k k k k p p q q 0 3 1 2 2 = −
= N k k k k k k H H p p q p q k k k k k k k k q H p p H q p p q q − = + Berarti pers kontinutas menjadi:
Atau dapat dituliskan sbg:
Telah dipakai definisi Poisson Bracket :
Berarti secara umum karena dρ/dt=0, maka jumlah titik kekal dan aliran titik tsb seperti fluida incompressible. Jikalau ensembel stasioner
atau dalam Kesetimbangan maka akibatnya: atau {ρ,H}=0
Teorema Liouville
0 3 1 = = + +
= dt d t N k k k k k p p q q 0 3 1 = +
= N k k k k k p p q q 0 = t 0 } , { = + = H t dt d
= − = N k k k k qk H p p H q H 3 1 } , { Solusi dari kondisi stasioner ini adalah (1) jika: ρ independent dari q dan p!
Dengan ω adalah daerah dimana titik-titik fasa (microstate) memenuhi syarat batas persoalannya (macrostate yg sama)
Nilai fungsi rapat keadaan ρ = konstan, artinya sembarang nilai (q,p) punya peluang nilai sama untuk muncul!
Asal di dalam volume ω yg memenuhi syarat batas!
Postulate : Equal Apriori Probability
= lainnya kons 0 ) , ( tan ) , ( q p q p
Ergodisitas
• Nilai rata-rata besaran 𝑓{𝑞, 𝑝} mestinya dihitung menurut nilai 𝑓 𝑡 sepanjang trayektori di ruang fasa ketika system berevolusi :
ҧ
𝑓 = lim
𝑇→∞
1
𝑇 න 𝑑𝑡 𝑓{𝑞 𝑡 , 𝑝 𝑡 }
• Rata –rata ensemble < 𝑓 > dan rata-rata thd waktu (𝑓ҧ) ini akan sama jikalau dalam evolusinya setiap keadaan di permukaan energi konstan dikunjungi sekali (atau sejumlah yg sama)! (Postulate Ergodicitas –
Boltzmannn)
• Secara teoritis, hal ini tidak mungkin sebab trayektori tidak boleh memotong dirinya sendiri! Why?
• Maka kondisi diperlunak : tidak perlu lewat tiap titik di ruang fasa, asal lewat cukup dekat saja (quasi ergodic)
• Jika system memenuhi ergodisitas (atau secara kuasi) maka :
Prinsip Equal Apriori Probability:
Setiap keadaan mikroskopik (microstate) yg berkenaan dengan keadaan makroskopik (macrostate) yang sama (syarat batas), memiliki peluang yang sama untuk muncul atau terpilih.
Akibatnya nilai rata-rata besaran f(q,p) diberikan oleh:
Postulate : Equal Apriori Probability
= f f t d qd p N N 3 3 ) , , ( ) , (q p q p Ensembel mikrokanonikEnsembel Mikrokanonik
1. = Hypersurface 2. = Hypershell 3. = Hypervolumel
f rata-rata ensembel f = rata-rata thd waktu f
= rata-rata thd waktu f 2 perata2an ini independen = rata-rata waktu f dari 1 anggota ensembel untuk t lama sekali = f terukur
= lainnya C 0 ) , ( ) , ( q p q p = = − − /2 3 3 2 / 3 3 ) , , ( E H N N E H N N p qd d C p qd d t p q = volume Hypershell E H E H E H − = ) , ( 2 / ) , ( ) , ( p q p q p q contoh:
Ensembel Mikrokanonik
Jika 0 = volume (fundamental) yg berisi 1 keadaan microstate, maka banyak keadaan untuk “volume” ω adalah:
Kaitan mekanika statistik dengan thermodinamika diberikan oleh definisi entropi :
0
=
=
k
ln
S
Mengapa S=k ln
Ω
• Secara termodinamika, kesetimbangan termal terjadi jika temperatur sistem sama (T1=T2).
• Bagaimana hal ini dipahami di Mekanika Statistik?
• Definisikan Ω (N,V,E)= banyak microstate terkait dengan macrostate dengan nilai besaran (N,V,E) tertentu.
• Tinjau 2 buah sistem makroskopik 1 dan 2 yg dipisah dinding
diathermal. Gabungan sistem 1+2 terisolasi.
• Asumsi • N1, N2 : masing-masing konstan • V1, V2 : masing-masing konstan • E0= E1+E2= konstan N1, E1 V1 N2, E2 V2
Kesetimbangan Thermal Dalam
Mekanika Statistik
• Banyak keadaan sistem-1 : Ω1 (N1 ,V1 ,E1)
• Banyak keadaan sistem-2 : Ω2 (N2 ,V2 ,E2)
• Banyak keadaan sistem 1+2, dimana energi sistem 1: E1 dan sistem 2: E2 adalah:
Ω (E1,E2) = Ω1 (E1)Ω2 (E2) = Ω1 (E1)Ω2 (E0-E1)
• Kesetimbangan tercapai jika nilai E1 memaksimalkan Ω (E1,E2)
• Saat kesetimbangan berarti : dΩ/dE1 =0
0 ) ( ) ( ) ( ) ( 1 1 * 1 2 2 2 2 * 1 1 1 * 1 2 2 1 1 1 1 = + = = = = E E E E E E E E E E E E E
Syarat Kesetimbangan Thermal
• Karena E0=E1+E2, maka saat kesetimbangan thermal :
) ( ) ( ) ( ) ( 1 1 * 2 2 2 2 2 * 1 1 1 2 2 1 1 E E E E E E E E E E = = = 2 2 1 1 2 * 2 2 1 2 * 1 1 1 1 1 ) ( ) ( 1 ) ( ) ( 1 E E E E E E E E E E = = = 2 2 1 1 2 * 2 2 * 1 1 1( ) ln ( ) ln E E E E E E E E = = = 0 ) ( ) ( ) ( ) ( 1 1 1 2 * 2 2 2 2 2 * 1 1 1 * 1 2 2 1 1 1 1 = + = = = = E E E E E E E E E E E E E E E
Kesetimbangan Thermal Dalam
Mekanika Statistik
• Bandingkan dengan kesetimbangan thermal menurut thermodinamika, yaitu T1= T2, dan
• Maka ln Ω sebanding dengan S (entropi thermodinamika). Planck mengusulkan :
• Dengan k: konstanta Boltzmann.
) ( ln E k S = T E S V N 1 , =
Kesetimbangan Thermal Dalam
Mekanika Statistik
• Dalam limit thermodinamika, formulasi yang ekivalen dari bentuk diatas adalah :
• Γ(E) : banyak keadaan dengan H < E
• ρ(E) : density of states (dΩ/dE) atau rapat keadaan
) ( ln E k S = ) ( ln E k S =
Berapa Besar Fundamental Volume
ω
0?
Tinjau kasus Osilator harmonis 1D.
Hamiltonian sistem 1 partikel :
Persamaan geraknya : Dengan solusi umum :
Energi total osilator E :
Persamaan trayektori di ruang fasa (q,p) untuk H=E=konstan → Permukaan 0 = + q m k q m p kq p q H 2 2 1 ) , ( 2 2 + = ) cos( ) (t = A t +0 q 2 2 2 2 1 2 1 A m kA E = = E m p k q E H = + = 2 / 2 2 2 1 2 / 2 2 2 = + mE p k E q Persamaan Ellips 2 m k = 1 2 / 2 2 2 2 = + mE p m E q
• “Volume” (Luas) ellips di ruang fasa
• Luas kulit ellips dengan energi antara E-1/2 dan E-1/2:
Berapa Besar Fundamental Volume
ω
0?
q p mE 2 2 / 2E m mE E m E A = 2 2 / 2 = 2
+ − − = = =
− − 2 ) 2 / 1 ( ) 2 / 1 ( 2 2 / 1 2 / 1 E E dqdp A E H E• Menurut Mekanika Kuantum, energy 1 Osilator Harmonis : En= (n+1/2)ћω
Menghitung Banyak Keadaan (semi klasik)
h A = = 2 Nh
3
=
• Jadi jarak antara 2 energi berdekatan E= ћω
• Berarti nilai terkecil : = ћω
• Luas terkecil di ruang fasa yang berisi 1 status keadaan:
• “Volume” fundamental di ruang fasa yg berisi 1 status keadaan:ω0=h
• Hal ini berlaku umum, (px)terkecil berisi 1 status keadaan = h
• Sehingga secara umum: untuk N partikel dalam V banyak status keadaan Ω:
Banyak Keadaan Ensembel Mikrokanonik
= = − − /2 3 3 3 2 / 3 3 1 ) , , ( E H N N N E H N N p qd d h p qd d t p q
• Jadi banyak status keadaan untuk ensembel mikrokanonik :
• Batasan Volume di ruang fasa di atas dapat diganti menjadi : hypersurface atau hypervolume
Strategi Menerapkan Ensembel
Mikrokanonik
1. Dapatkan Hamiltonian sistem yang terisolasi
2. Tentukan “volume” di ruang fasa yg dipakai (alternative): H= E= konstan = hypersurface
E-/2 < H < E+/2 : hypershell H < E = konstan : hypervolume
3. Hitung banyak keadaan microstate terkait:
Ω, atau ρ atau Γ
Strategi Menerapkan Ensembel
Mikrokanonik
5. Pecahkan persamaan U = fungs (S,V) dengan U=E= energi system
6. Pakai hubungan-hubungan Thermodinamika, misalnya:
7. Pergunakan berbagai hubungan thermodinamika yg lain untuk mendapatkan berbagai besaran thermodinamika yg dikehendaki, misalnya U S V V S T S U P S U T − = − = =
Strategi Menerapkan Ensembel
Mikrokanonik
A = U – TS G = U+PV – TS V V T U C =Partikel Tunggal bebas dalam Volume V
+ + + + = = = mE p p p z y x mE p p p V E H z y x z y x dp dp dp h V p d q d h p qd d t 2 ) ( 3 2 ) ( 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 1 ) , , (q p m p p p H x y z 2 2 2 2 + + = 3 3 4 p Vp = 3 3 1 3 4 ) ( h p V p = mE p2 = 2 3 2 / 3 1 3 ) 2 ( 4 ) ( h mE V E = Hamiltonian Partikel tunggal bebas : Banyak keadaan dalam hypervolume dengan H =<E:
Integralnya = volume bola dalam ruang momentum dengan jari-jari, p2=2mE
Sehingga banyak keadaannya : Atau dalam variabel energi :
Partikel Tunggal bebas dalam Volume V
Density of state (rapat keadaan, thd energi:
Dengan cara serupa akan kita turunkan untuk N partikel bebas dalam ruang volume V.
dE h E m V dE E d dE E g 3 2 / 1 2 / 3 1( ) 2 (2 ) ) ( = =
Gas Ideal dalam Volume V
= = =
+ + mE p p p V N N E H N N N iz iy ix p d q d h p qd d t 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 ) , , (q p
= + + = N i iz iy ix p p p m H 1 2 2 2 2 1Hamiltonian N partikel bebas dalam volume V :
Banyak keadaan dalam hypervolume dengan H =<E:
+ + = mE p p p Nz Ny Nx z y x N N iz iy ix dp dp dp dp dp dp h V 2 1 1 1 3 2 2 2 Gas Ideal dalam Volume V
) 1 2 3 ( ) 2 ( ) ( ) 1 2 3 ( ) ( 2 / 3 2 / 3 3 3 2 / 3 3 + = + = N mE E V N R R V N N N N N N Integralnya = volume hypersphere dalam ruang momentum dengan jari-jari, R2=2mE, sehingga volum hypersphere-nya
adalah :
Dengan Γ(x) : fungsi gamma!
Jadi banyak keadaan dalam hypervolume dengan H <=E:
) 1 2 3 ( ) 2 ( ) ( 2 / 3 2 / 3 3 3 + = N mE h V E N N N N
Hubungan Thermodinamika Gas Ideal
Definisi entropi diberikan oleh
Entropi S : S= k ln Ω
Untuk N besar dapat dipakai aproksimasi Stirling : ln x! xlnx - x + + + = = ln(2 ) 2 3 ln ) 1 2 3 ( ln ) ( ln ) , ( 3 2 / 3 3 mE N h V N N k E k V E S N N 2 3 ) 2 3 ln( 2 3 ln 2 3 )! 2 3 ln( ln 2 3 ) 1 2 3 ( ln 2 / 3 N N N N N N N N + − − = +
Hubungan Thermodinamika Gas Ideal
Sehingga entropi dapat diaproksimasi sbb:
Untuk menurunkan berbagai perilaku thermodinamika, tuliskan E sebagai fungsi E:
Temperature T: atau Persamaan keadaan diperoleh dari :
2 3 3 4 ln ) , ( 2 / 3 2 Nk N h mE V Nk V E S + = Nk U S U T V 3 2 = = − = 1 3 2 exp 4 3 ) , ( 2/3 2 Nk S V N m h V S E U NkT U 2 3 = V NkT V U V U P S = = − = 3 2
Paradox Gibbs
Telah diturunkan entropi Gas Ideal is:
Untuk gas ideal monoatomik telah diperoleh bahwa:
Sehingga S dapat ditulis ulang sbb:
2 3 3 4 ln ) , ( 2 / 3 2 Nk N h mE V Nk V E S + = NkT U E 2 3 = = + = = + = 2 0 0 2 / 3 3 4 ln 1 2 3 2 3 ) ( ) ln( ) , ( h m k s kT T u Ns Vu Nk V E S
Paradox Gibbs
• Sekarang, tinjau sebuah volume V yang disekat 2, masing V1 berisi N1 dan V2 berisi N2, sehingga
V=V1+V2, N=N1+N2.
• Misal kedua gas memiliki massa dan temperature yg sama.
• Kemudian kedua gas tersebut diperbolehkan bercampur! Tentu suku u(T) tetap sama setelah pencampuran.
Pertanyaan : berapa perubahan entropi yang terjadi akibat pencampuran ini ?
Paradox Gibbs
Entropi sistem mula-mula Si = S1+S2
Entropi sistem setelah pencampuran: Sf
Perubahan entropinya : S Karena V>V1 V>V2, maka S>0 0 2 2 / 3 2 2 0 1 2 / 3 1 1
k
ln(
V
u
)
N
s
N
k
ln(
V
u
)
N
s
N
S
i=
+
+
+
0 2 1 2 / 3 2 1 2 1 0 2 / 3)
(
)
)
ln((
)
(
)
ln(
Vu
Ns
N
N
k
V
V
u
N
N
s
Nk
S
f=
+
=
+
+
+
+
i fS
S
S
=
−
)
ln(
)
ln(
)
ln(
)
ln(
)
ln(
2 2 1 1 2 2 1 1V
V
k
N
V
V
k
N
S
V
k
N
V
k
N
V
Nk
S
+
=
−
−
=
Paradox Gibbs
• Padahal kedua volum mengandung gas dengan temperatur sama dan massa sama (sejenis),
• maka ketika dicampur tak ada alasan entropinya bertambah!
• Bayangkan berapa entropinya jika partisi ruang V, banyak?
• Entropi jadi tak terdefinisikan! (Kenapa?)
Solusi Gibbs:
Menghitung jumlah status keadaan salah, mestinya dibagi N! (tanpa ada penjelasan alasannya!)
Buktikan hal ini tidak mempengaruhi fungsi-fungsi thermodinamika yang diperoleh dan mampu