• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Nomor : 11 Tahun 2011 Tanggal : 25 Nopember 2011

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

TAHUN 2005-2025

(2)

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

1.1. Latar Belakang I - 1

1.2. Dasar Hukum Penyusunan I - 2

1.3. Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan Lainnya

I - 5

1.4. Sistematika Penulisan I - 6

1.5. Maksud dan Tujuan I - 7

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II – 1

2.1. Aspek Geografi dan Demografi II - 1

2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat II - 15

2.3. Aspek Pelayanan Umum II - 29

2.4. Aspek Daya Saing II - 53

BAB III ANALISIS ISU-ISU STARATEGIS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025

III - 1

3.1. Permasalahan Pembangunan III - 1

3.2. Isu-isu Strategis III - 12

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2005 -2025

IV - 1

4.1. Visi IV - 1

4.2. Misi IV - 1

BAB V ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA

PANJANG TAHUN 2005–2025 V - 1

5.1. Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

V - 1 5.2.Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Jangka Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

V - 38

(3)

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan pelaksanaannya diperlukan suatu pedoman yang memberikan arah pembangunan yang hendak dilaksanakan untuk meningkat kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pelayanan umum dan meningkatkan daya saing daerah. Pembangunan diselenggarakan dengan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan materil dan spirituil. Untuk itu diperlukan suatu dokumen perencanaan, yang disusun melalui lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: (1) politik; (2) teknokratik; (3) partisipatif; (4) atas-bawah (top-down); dan (5) bawah-atas (bottom-up). Selain itu Perencanaan Pembangunan Daerah perlu disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menentukan bahwa RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Provinsi dan RPJP Nasional. Secara lebih teknis RPJP Daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

RPJP ini merupakan kesinambungan dari perencanaan pembangunan daerah yang ada sebelumnya yang memberikan arah, acuan dan sebagai landasan pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dala kurun waktu dua puluh tahun ke depan.

Pendahuluan

(4)

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dasar Hukum dalam penyusunan Rencana Pembangunan jangka panjang (RPJP) Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko, Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2755);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonsia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

(5)

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4690);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran

(6)

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dana Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

(7)

1.3. Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan Lainnya.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), mengaturkan bahwa penyusunan RPJP daerah harus dilakukan dengan mengacu pada RPJP Nasional. Hal ini guna menjamin sinergisitas antar pembangunan nasional dan pembangunan daerah dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi pembangunan nasional.

Dilain sisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah merupakan acuan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disamping dengan memperhatikan RPJM Nasional. Secara grafis, keterkaitan antara RPJP Nasional dengan RPJP dan RPJMD dapat dilihat pada gambar berikut.

15

Alur Perencanaan dan Penganggaran

RPJM Daerah RPJP Daerah RKP RPJM Nasional RPJP Nasional RKP Daerah Renstra KL Renja -KL Renstra SKPD Renja -SKPD RAPBN RAPBD RKA-KL RKA -SKPD APBN Rincian APBN APBD Rincian APBD Diacu

Pedoman Dijabarkan Pedoman

Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diperhatikan Dijabar kan Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Diacu Diacu

Diserasikan melalui Musrenbang

UU SPPN Pe m eri ntah Pu sa t Pe m eri ntah D ae rah UU KN

(8)

1.4. Sistematika Penulisan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2005-2025 disusun dalam tata urut sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

1.3. Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan Lainnya

1.4. Sistematika Penulisan 1.5. Maksud dan Tujuan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat 2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.4. Aspek Daya Saing

BAB III ANALISIS ISU-ISU STARATEGIS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025

3.1. Permasalahan Pembangunan 3.2. Isu-isu Strategis

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2005 -2025

4.1. Visi 4.2. Misi

BAB V ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005–2025

5.1. Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

5.2.Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

(9)

1.5. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 – 2025, selanjutnya disebut RPJPD, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan RPJMD, masyarakat, dan dunia usaha di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

(10)

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai Timur Provinsi Jambi, tepatnya antara 0o53’ – 01o41’ Lintang Selatan dan antara 103o23’ – 104o21’ Bujur Timur. Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Selat Berhala dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo.

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Gambaran Umum Kondisi Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

Bab 2

(11)

Sebelum dilakukan pemekaran, secara administrasi dan politik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat tergabung dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang ketika itu terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan dengan 120 (seratus dua puluh) desa/kelurahan. Setelah dilakukan pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Tungkal Ilir, Tungkal Ulu, Pengabuan, Betara dan Merlung dengan jumlah desa sebanyak 52 (lima puluh dua) desa dan 5 (lima) kelurahan. Luas wilayah keseluruhan adalah seluas 5.503,5 Km2 atau sekitar ± 26,68 % dari total luas Provinsi Jambi.

Dan untuk lebih jelasnya luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat per kecamatan dan jumlah Kelurahan/Desa dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.1.

Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebelum Pemekaran Kecamatan Tahun 2007.

No Kecamatan Ibukota Luas Penduduk Kelurahan/Desa (Km) (Jiwa) Kel. Desa Jml.

1 Tungkal Ulu PelabuhanDagang 1.576,40 55.411 1 16 17 2 Merlung Merlung 1.601,60 32.036 - 19 19 3 Tungkal Ilir Kuala Tungkal 252,90 44.799 4 7 11 4 Pengabuan Teluk Nilau 1.197,80 81.621 - 8 8 5 Betara Mekar Jaya 874,80 31.593 - 9 9

Jumlah 5.503,50 245.460 5 59 64

Sumber : Tanjab Barat dalam Angka 2007

Kondisi sebagaimana digambarkan dalam Tabel 2.1. merupakan pembagian wilayah administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebelum pemekaran kecamatan. Setelah pemekaran kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2008 sebagaimana ditetapkan dalam Perda Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Batang Asam, Kecamatan Renah Mendaluh, Kecamatan Muara Papalik, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan Kuala Betara dan Kecamatan Senyerang. Jumlah kecamatan dimekarkan menjadai 13 kecamatan, dan desa dimekarkan menjadi 70 desa/kelurahan seperti terlihat pada Tabel 2.2 dibawah.

(12)

Tabel 2.2.

Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Setelah Pemekaran Kecamatan Tahun 2008.

Kecamatan Kecamatan Ibu Kota (Km2) Luas Penduduk (Jiwa) Desa Kelurahan Jumlah

1. Tungkal Ulu Pelabuhan Dagang 345,69 12,049 6 1 7 2. Merlung Merlung 311,65 12,986 7 1 8 3. Batang Asam Kebun Dusun 1.042,37 17,209 5 1 6 4. Tebing Tinggi Tebing Tinggi 342,89 23,659 4 1 5 5. Renah Mendaluh Lubuk Kambing 473,72 10,568 5 1 6 6. Muara Papalik Rantau Badak 336,38 8,191 4 1 5 7. Pengabuan Teluk Nilau 440,13 23,392 3 1 4 8. Senyerang Senyerang 426,63 22,147 6 1 7 9. Tungkal Ilir Tungkal IV Kota 100,31 62,210 2 4 6 10. Bram Itam Bram Itam Kiri 312,66 15,762 3 1 4 11. Seberang Kota Tungkal V 121,29 9,932 3 1 4 12. Betara Mekar Jaya 570,21 20,982 3 1 4 13. Kuala Betara Betara Kiri 185,89 11,659 3 1 4 Jumlah 5.009,82 250,746 54 16 70

Sumber : Tanjab Barat dalam Angka 2008

Setelah pemekaran kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2008 sebagaimana ditetapkan dalam Perda Nomor 8 Tahun 2008, jumlah kecamatan meningkat dari 5 kecamatan menjadi 13 kecamatan, jumlah kelurahan meningkat dari 5 kelurahan menjadi 16 kelurahan, sedangkan jumlah desa berkurang dari 59 menjadi 54 desa. Namun secara keseluruhan jumlah desa/kelurahan meningkat dari 64 desa/kelurahan menjadi 70 desa/kelurahan.

Adapun jumlah kecamatan dan desa/kelurahan setelah pemekaran adalah sebagaimana digambarkan pada tabel berikut.

(13)

Tabel 2.3.

Nama dan Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

NO KECAMATAN IBU KOTA DESA/KELURAHAN

1 TUNGKAL ILIR Tungkal IV Kota 1. Kel. Tungkal IV. Kota

2. Kel. Tungkal III 3. Kel. Tungkal Harapan 4. Kel. Tungkal II

5. Desa Tungkal I 6. Desa Teluk Sialang

2 SEBERANG KOTA Tungkal V 1. Kel. Tungkal V

2. Desa Tungkal IV. Desa 3. Desa Kuala Baru 4. Desa Teluk Pulai Raya

3 BRAM ITAM Bram Itam Kiri 1. Desa Bram Itam Kiri

2. Desa Bram Itam Kanan 3. Desa Tanjung Senjulang 4. Desa Pembengis

4 TUNGKAL ULU Pelabuhan Dagang 1. Kel. Pelabuhan Dagang

2. Desa Badang

3. Desa Tanjung Tayas 4. Desa Kuala Dasal 5. Desa Pematang Pauh 6. Desa Taman Raja 7. Desa Brasau

5 TEBING TINGGI Tebing Tinggi 1. Desa Tebing Tinggi

2. Desa Purwodadi 3. Desa Suka Damai 4. Desa Adi Jaya 5. Desa Kelagian

6 BATANG ASAM Kebun -Dusun 1. Desa Dusun Kebun

2. Desa Sri Agung 3. Desa Suban 4. Desa Tanjung Bojo 5. Desa Kampung Baru 6. Desa Lubuk Bernal

7 MERLUNG Merlung 1. Desa Merlung

2. Desa Lubuk Terap 3. Desa Penyabungan 4. Desa Tanjung Paku 5. Desa Tanjung Benanak 6. Desa Bukit Harapan 7. Desa Adi Purwa 8. Desa Pinang Gading

8 RENAH MENDALUH Lubuk Kambing 1. Desa Lubuk Kambing

2. Desa Pulau Pauh 3. Desa Rantau Benar 4. Desa Lampisi 5. Desa Cinta Damai

6. Desa Sungai Rotan

9 MUARA PAPALIK Rantau Badak 1. Desa Rantau Badak

2. Desa Dusun Mudo 3. Desa Intan Jaya 4. Desa Bukit Indah 5. Desa Kemang Manis

(14)

NO KECAMATAN IBU KOTA DESA/KELURAHAN

10 BETARA Mekar Jaya 1. Desa Mekar Jaya

2. Desa Makmur Jaya 3. Desa Pematang Lumut 4. Desa Serdang Jaya

11 KULATA BETARA Betara Kiri 1. Desa Betara Kiri

2. Desa Sungai Dualap 3. Desa Betara Kanan 4. Desa Sungai Gebar

12 PENGABUAN Teluk Nilau 1. Kel. Teluk Nilau

2. Desa Parit Pullin 3. Desa Sungai Serindit 4. Desa Mekar Jati

13 SENYERANG Senyerang 1. Desa Senyerang

2. Desa Sungai Kayu Aro, 3. Desa Teluk Ketapang 4. Desa Sungai Rambai 5. Desa Margo Rukun 6. Desa Lumahan 7. Desa Kempas Jaya Sumber: Setda Kab. Tanjung Jabung Barat, 2009

Secara topografi Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10–500 meter dari permukaan laut.

Tabel 2.4.

Rata-rata Ketinggian Ibukota Kecamatan dari Permukaan Air Laut Dirinci menurut Wilayah Tanah Usaha dalam Km2 Tahun 2008.

Kecamatan Ketinggian dari Permukaan Laut

Jumlah 0-25 m (Ha) 25-500 m (Ha) >500 m (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Tungkal Ulu - 160.529 4.870 165.399 2. Merlung - 98.783 7.040 105.823 3. Batang Asam * * * * 4. Tebing Tinggi * * * * 5. Renah Mendaluh * * * * 6. Muara Papalik * * * * 7. Pengabuan 87.1553 - - 87.155 8. Senyerang * * * * 9. Tungkal Ilir 56.255 - - 56.255 10 Bram Itam * * * * 11. Seberang Kota * * * * 12. Betara 76.650 - - 76.650 13. Kuala Betara * * * * Jumlah 220.060 259.312 11.910 491.282 % 44,79 52,78 2,42 100,00

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk

Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat 2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008

(15)

Berdasarkan lereng dan ketinggian, maka disusunlah Wilayah Tanah Usaha yang merupakan arahan teknis, areal-areal mana yang dapat dan boleh diusahakan tanpa mengganggu dan merusak sumber daya alam, terutama tanah dan air.

Untuk membangun Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berbasis pertanian dengan orientasi agribisnis dan agroindustri yang bermuara pada Ekonomi Kerakyatan, maka kabupaten ini dibagi dalam 3 (tiga) wilayah.

1. Wilayah Basah, di wilayah ini dikembangkan padi, sayur-sayuran, palawija tambak/kolam keramba dan pengembangan peternakan unggas, terutama bebek.

2. Wilayah Basah/Kering, pengembangan padi, palawija termasuk sayur-sayuran dan ternak seperti kambing dan ayam.

3. Wilayah Kering, pengembangan ternak besar dan perkebunan.

Berdasarkan klasifikasi dan luas lereng, maka wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dibagi menjadi empat klasifikasi kemiringan yaitu 0 - 2% dimana wilayah yang terluas berada di Kecamatan Pengabuan dan Betara, total luas wilayah dengan kemiringan tersebut adalah 269.055 Ha atau 54,77 persen dari total wilayah. Klasifikasi 2-15% seluas 147.830 Ha atau 30,09 persen dari total wilayah, kemudian klasifikasi 15-40% seluas 53.857 Ha atau 10,96 persen dan klasifikasi diatas 40 persen seluas 20.540 Ha atau 4,18 persen dari total wilayah.

(16)

Tabel 2.5.

Klasifikasi dan Luas Lereng Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008.

Kecamatan Klasifikasi dan Luas Lereng Jumlah

(Ha) 0 - 2 %

(Ha) 2 – 15 % (Ha) 15 – 40 % (Ha) > 40 % (Ha)

1. Tungkal Ulu 58.780 64.819 23.370 18.430 165.399 2. Merlung 630 74.546 28.537 2.110 105.823 3. Batang Asam * * * * * 4. Tebing Tinggi * * * * * 5. Renah Mendaluh * * * * * 6. Muara Papalik * * * * * 7. Pengabuan 86.735 420 - - 87.155 8. Senyerang * * * * * 9. Tungkal Ilir 51.070 4.855 330 - 56.255 10 Bram Itam * * * * * 11. Seberang Kota * * * * * 12. Betara 71.840 3.190 1.620 - 76.650 13. Kuala Betara * * * * * Jumlah 269.055 147.830 53.857 20.540 491.282 % 54,77 30,09 10,96 4,18 100,00

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk

Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat 2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008

Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat jenis tanah dan penyebarannya di masing-masing kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sebagian besar atau 65,03 persen jenis tanah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah jenis tanah podzolik, kemudian 14,52 persen adalah jenis tanah organosol dan 11,98 persen adalah tanah endapan sebagaian besar jenis tanah ini terdapat Kecamatan Tungkal Ilir, Pengabuan dan Betara. Jenis tanah ini relatif lebih subur, sehingga sesuai untuk sektor pertanian, terutama untuk padi, sayur-sayuran dan tanaman muda lainnya. Selanjutnya untuk jenis tanah gleisol luasnya hanya 8,47 persen atau 41.630 Ha,

(17)

sedangkan untuk jenis tanah andosol dan latosol tidak terdapat diseluruh kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Tabel 2.6.

Penyebaran Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008.

Kecamatan Organosol Tanah Jenis Tanah Jumlah

Endapan Podzolik Gleisol Andosol Latosol

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 1. Tungkal Ulu 20.000 12.000 125.249 8.150 - - 165.399 2. Merlung - - 105.823 - - - 105.823 3. Batang Asam * * * * * * * 4. Tebing Tinggi * * * * * * * 5. Renah Mendaluh * * * * * * * 6. Muara Papalik * * * * * * * 7. Pengabuan 30.600 - 29.525 27.030 - - 87.155 8. Senyerang * * * * * * * 9. Tungkal Ilir 11.130 28.105 15.070 1.950 - - 56.255 10 Bram Itam * * * * * * * 11. Seberang Kota * * * * * * * 12. Betara 9.620 18.737 43.793 4.500 - - 76.650 13. Kuala Betara * * * * * * * Jumlah 71.350 58.842 319.460 41.630 - - 491.282 % 14,52 11,98 65,03 8,47 100

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk

Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat 2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008

Kabupaten ini beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 26.9o C, suhu minimun adalah 21,9oC dan maksimum 32o C. Curah hujan rata-rata berkisar antara 2000– 3500 mm/tahun atau rata berkisar antara 223–241,6 mm/bulan dengan hari hujan berkisar antara 11–13 hari/bulan. Artinya distribusi hujan bulanan cukup merata. Puncak bulan basah terjadi pada bulan Nopember– Januari dan bulan kering pada bulan Juni sampai dengan Agustus sebagaimana daerah lain yang ada di Provinsi Jambi.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.

(18)

a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung yaitu kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya binaan, nilai sejarah, dan budidaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.

Luas kawasan lindung di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 45.831,72 Ha, atau 8,33 % dari luas areal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Luas dan penyebaran masing-masing kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 2.7. dibawah ini.

Tabel 2.7.

Luas Kawasan Lindung Kabupaten Tanjung Jabung Barat

NO JENIS KAWASAN PERKIRAAN

LUAS (HA)

% THD LUAS

KAB.

I KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KAWASAN BAWAHANNYA

15.965,00 2,90

1 Hutan Lindung Gambut 15.965,00 2,90

II KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT

20.989,00 3,81

1 Sempadan Pantai 14.000,00 2,54

2 Sempadan Sungai 6.989,00 1,27

III KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA

8.877,72 1,62 1 Taman Nasional Bukit Tigapuluh 8.790,72 1,60 2 Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur 87,00 0,02 LUAS KAWASAN LINDUNG 45.831,72 8,33 LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG

JABUNG BARAT

500.982,00

Sumber : Hasil Analisis, 2010

b. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan, dan sumberdaya manusia.

(19)

Tabel 2.8.

Luas Kawasan Budidaya Kabupaten Tanjung Jabung Barat

No Jenis Kawasan Perkiraan

Luas (Ha)

% thd luas Kab.

1 Hutan Produksi 171.165,14 31,53

2 Hutan Produksi Terbatas 44.082,69 8,12 3 Pertanian dan Non Pertanian 302.853,60 55,78

LUAS KAWASAN BUDIDAYA 518.101,43 95,43

LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

500.982,00

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Dalam kawasan budidaya terdapat pula kawasan andalan yang merupakan keterpaduan dan keterkaitan berbagai kegiatan produksi dan kawasan fungsional yang mempunyai dampak terhadap perkembangan perekonomian daerah.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Menurut data/informasi yang diperoleh bencana alam yang dikategorikan besar dan yang menimbulkan korban jiwa belum pernah terjadi, dalam kurun waktu beberapa tahun ini, Secara umum wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikenali memiliki beberapa potensi bahaya yang dapat menimbulkan bencana yakni potensi bencana banjir yang sering terjadi di Desa Lubuk Bernai dan sepanjang sungai di Betara Kiri, serta potensi bencana kebakaran yang sering dialami di Kota Kuala Tungkal.

2.1.4. Demografi

Jumlah penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan, namun jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan peningkatan kualitasnya justru dapat menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu masalah kependudukan harus mendapat perhatian yang serius, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai modal pembangunan.

Pada tahun 2007 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah 245.460 jiwa. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat relatif tinggi, dengan rata-rata pertumbuhan tahun 2003-2007 sebesar 1,90%. Mengenai

(20)

jumlah dan perkembangan penduduk Tanjung Jabung Barat per kecamatan dapat digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.9.

Jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat perkecamatan Sebelum Pemekaran Kecamatan Tahun 2002-2007

No Kecamatan

Penduduk (Jiwa) Pert.

Rata-rata (%) 2003 2004 2005 2006 2007 1 Tungkal Ulu 50.833 52.641 54.907 55.297 55.411 2,18 2 Merlung 27.747 26.995 30.046 32.684 32.036 3,66 3 Tungkal Ilir 43.332 78.526 78.545 80.934 44.799 0,84 4 Pengabuan 76.749 44.694 44.727 44.781 81.621 1,55 5 Betara 29.027 31.957 33.022 31.528 31.593 2,14 Jumlah 227.688 234.813 241.247 245.224 245.460 1,90 Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2007

Dilihat dari pertumbuhan penduduk perkecamatan, antara satu kecamatan dengan yang lainnya tidak sama, dengan tingkat pertumbuhan tertinggi berada di Kecamatan Merlung (3,66) dan terendah di Kecamatan Tungkal Ilir (0,84%). Secara umum tingkat pertumbuhan rata-rata penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode 2003-2007 dapat dikatakan cukup tinggi yaitu sebesar 1,90% pertahun. Sedangkan pertumbuhan penduduk selama periode 2003-2008 sebesar 1,95%, artinya pertumbuhan rata-ratanya lebih tinggi dibanding periode 2003-2007. Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini tidak saja disebabkan oleh tingkat kelahiran, akan tetapi juga disumbang oleh migrasi penduduk dari luar ke dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai akibat semakin membaiknya kondisi perekonomian dan sosial di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Setelah dilakukan pemekaran kecamatan pada tahun 2008, penyebaran penduduk per kecamatan semakin baik, hanya Kecamatan Tungkal Ilir yang kepadatan penduduknya relatif tinggi yaitu 620,18 jiwa per KM2 dengan penyebaran penduduk sebesar 24,81 persen dari total penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat ada di Kecamatan Tungkal Ilir.

(21)

Tabel 2.10.

Banyaknya Penduduk, Kepadatan dan Penyebaran Penduduk serta Luas Wilayah Menurut Kecamatan dalam Kab. Tanjung Jabung Barat 2008.

Kecamatan Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km2 Penyebaran Penduduk (%) Luas Daerah/Area (Km2) 1. Tungkal Ulu 12.049 34,85 4.81 345,69 2. Merlung 12.986 41,67 5.18 311,65 3. Batang Asam 17.209 16,51 6.86 1.042,37 4. Tebing Tinggi 23.659 69,00 9.44 342,89 5. Renah Mendaluh 10.568 22,31 4.21 473,72 6. Muara Papalik 8.191 24,35 3.27 336,38 7. Pengabuan 23.392 53,15 9.33 440,13 8. Senyerang 22.147 51,91 8.83 426,63 9. Tungkal Ilir 62.210 620,18 24.81 100,31 10. Bram Itam 15.762 50,41 6.29 312,66 11. Seberang Kota 9.932 81,89 3.96 121,29 12. Betara 20.982 36,80 8.37 570,21 13. Kuala Betara 11.659 62,72 4.65 185,89 Jumlah Total 250.746 50,05 100.00 5.009,82

Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009.

Perkembangan jumlah penduduk yang cepat akan berpengaruh terhadap tingkat kepadatan pada suatu wilayah. Berkenaan dengan hal ini, dengan luas wilayah 5.503,5 km2, dan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 250.746 jiwa, maka dilihat dari sisi kepadatannya termasuk daerah yang belum padat penduduknya, yaitu rata-rata 50 jiwa per Km.

Meskipun demikian dilihat dari trend perkembangannya cenderung semakin meningkat kepadatannya, dimana pada tahun 2007 tingkat kepadatan penduduknya sebesar 44,6 penduduk per km2, pada tahun 2008 meningkat menjadi 50,05 per km2. Perkembangan kepadatan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2003-2008 dapat dilihat pada tabel berikut.

(22)

Tabel 2.11.

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Tanjab Barat Tahun 2003-2008.

No Tahun Jumlah Penduduk Kepadatan

1 2003 227.688 41,4 2 2004 234.813 42,6 3 2005 241.247 43,8 4 2006 245.224 44,6 5 2007 245.460 44,6 6 2008 250.746 50,05

Sumber : BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009

Dilihat dari sisi jenis kelamin dan kelompok umur, perkembangan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode 2003-2008 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 2.12.

Jumlah Penduduk Kabupaten Tanjab Barat Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2003-2008.

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2003 122.481 105.207 227.688 2 2004 118.779 116.034 234.813 3 2005 129.019 112.228 241.247 4 2006 126.351 118.873 245.224 5 2007 125.298 120.162 245.460 6 2008 132.113 118,633 250.746

Sumber : BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009

Berdasarkan data tersebut, maka perkembangan penduduk berdasar jenis kelamin menunjukkan, bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar di banding dengan jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2006 penduduk perempuan terdiri dari 48,48% sedang penduduk laki-laki 51,52%, kemudian pada tahun 2007 jumlah penduduk perempuan persentasenya meningkat menjadi 48,95%, sedangkan penduduk laki-laki menurun menjadi 51,05% dari

(23)

total penduduk. Pada tahun 2008 rasio penduduk laki-laki meningkat menjadi 52,69 persen, sedangkan rasio penduduk perempuan menurun menjadi 47,31 persen.Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penduduk laki-laki secara signifikan dibandingkan penduduk laki-laki.

Dilihat dari kelompok umur, penduduk Kabupten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2008 dapat digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.13.

Jumlah Penduduk Kab.Tanjab Barat Berdasarkan Jenis Kelamin dan kelompok umur Tahun 2008.

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) 0 - 4 14.501 13.942 28.443 5 - 9 13.291 12.802 26.093 10 - 14 13.713 11.566 25.279 15 - 19 13.531 12.545 26.076 20 - 24 11.729 11.353 23.082 25 - 29 11.121 11.086 22.207 30 - 34 11.617 10.720 22.337 35 - 39 10.906 8.864 19.770 40 - 44 8.567 7.248 15.815 45 - 49 6.772 5.154 11.926 50 - 54 5.906 4.670 10.576 55 - 59 3.268 2.726 5.994 60 - 64 2.963 2.071 5.034 65 - 69 1.761 1.526 3.287 70 - 74 1.273 1.190 2.463 75 + 1.194 1.170 2.364 Jumlah Total 132.113 118.633 250.746

Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009

Berdasarkan data di atas, maka sebagian besar penduduk Kabupaten

Tanjung Jabung Barat tergolong dalam kelompok penduduk usia remaja 10-14 tahun 11,73%, balita 0-4 tahun sebesar 10,74% dan anak-anak 5-9

tahun sebesar 10,32%. Jika dikaitkan dengan usia produktif dapat dikatakan, bahwa sebagian besar penduduk merupakan kelompok penduduk pada usia tidak produktif. Di sisi lain sebagian besar merupakan penduduk usia sekolah dan rentan terhadap masalah kesehatan.

(24)

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.2.1. Perekonomian Daerah

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dari dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunannya dimasa yang akan datang.

Kondisi ekonomi makro pada tahun 2007 dan 2008 telah memberikan fondasi yang relatif baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009 ini. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 7,94%, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan karena krisis global dimana harga terhadap komoditi perkebunan mengalami penurunan sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi 5,99%. Demikian juga pertumbuhan sektoral kelompok primer diperkirakan juga meningkat dari 9,65% tahun 2007 menjadi 9,76% tahun 2008. Pertumbuhan sektoral kelompok sekunder dan tersier diperkirakan juga meningkat masing-masing dari 6,18% dan 8,10% tahun 2007 menjadi 6,27% dan 8,31% tahun 2008.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama tahun 2004-2008, yang ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 rata-rata pertumbuhannya sebesar 7,42 persen dengan migas. Sedangkan rata-rata pertumbuhan PDRB tanpa migas selama periode yang sama sebesar 6,60 persen pertahun.

Berdasarkan data diatas, maka dapat dikatakan kontribusi sektor migas telah berkontribusi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 dengan dan tanpa migas periode 2004-2008.

(25)

Tabel 2.14

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat Atas Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2004 – 2008 (Juta Rupiah)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 344.268,56 368.162,18 397.001,08 430.208,43 459.866,69 2. Pertambangan & Penggalian 157.000,42 184.166,50 208.379,04 233.571,07 252.264,49 3. Industri Pengolahan 531.197,88 548.550,22 579.419,89 612.610,09 632.890,23 4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.446,05 7.297,83 8.168,86 8.898,96 9.678,91 5. Bangunan 13.344,25 15.634,12 18.450,55 21.962,35 24.998,89 6. Perdag., Hotel & Restoran 231.185,72 251.572,45 278.077,93 307.421,43 333.294,80 7. Pengangkutan & Komunikasi 51.060,73 55.176,45 60.060,16 65.601,50 71.662,80 8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh 31.177,97 32.400,30 33.620,15 34.921,91 37.152,97 9. Jasa-Jasa 135.348,68 155.303,40 163.020,65 170.140,82 176.440,33 PDRB Dengan Migas 1.501.030,26 1.618.263,45 1.746.198,31 1.885.336,56 1.998.250,11 PDRB Tanpa Migas 1.357.157,28 1.449.331,08 1.545.346,83 1.657.842,69 1.752.229,76

Sumber: BPS Kab. Tanjab Barat, 2009

PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan migas menurut harga konstan, tahun 2004 adalah sebesar Rp 1.501,03 milyar, tahun 2008 sebesar Rp. 1.998,25 milyar, atau naik sebesar Rp 497,22 milyar atau angka ini naik sebesar 33,13 % dibandingkan dengan tahun 2004 atau naik rata-rata sebesar 7,42 % pertahun, sedangkan PDRB tanpa migas menurut harga konstan pada tahun 2004 sebesar Rp 1.357,16 milyar, pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp.1.752,33 milyar, atau tumbuh rata-rata sebesar 6,59% pertahun .

(26)

Tabel. 2.15.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 (%)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 GR

(%)

1. Pertanian 5,40 6,94 7,83 8,36 6,89 7,51

2. Pertambangan & Penggalian 35,96 17,30 13,15 12,09 8,00 12,59

3. Industri Pengolahan 2,00 3,27 5,63 5,73 3,31 4,48

4. Listrik, Gas & Air Bersih 13,57 13,21 11,94 8,94 8,76 10,70

5. Bangunan 32,29 17,16 18,01 19,03 13,83 16,99

6. Perdag., Hotel & Restoran 4,64 8,82 10,54 10,55 8,42 9,58

7. Pengangkutan & Komunikasi 7,80 8,06 8,85 9,23 9,24 8,84

8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh 7,32 3,92 3,76 3,87 6,39 4,48

9. Jasa-Jasa 18,17 14,74 4,97 4,37 3,70 6,85

PDRB Dengan Migas 7,95 7,81 7,91 7,97 5,99 7,42

PDRB Tanpa Migas 5,46 6,79 6,62 7,28 5,69 6.60 Keterangan GR = Pertumbuhan Rata-rata (%)

Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, 2009

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2003-2007 untuk PDRB dengan Migas rata-rata sebesar 7,91% dan tanpa Migas sebesar 6,54%. Laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor bangunan rata-rata sebesar 21,47%, sektor pertambangan dan Penggalian rata-rata sebesar 19,26%, sementara Industri Pengolahan mengalami laju pertumbuhan terendah selama periode 2004-2008 yaitu rata-rata sebesar 4,14% pertahun.

Jika dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi antara Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Provinsi Jambi, dengan Migas, selama tahun 2004-2008, maka pertumbuhan ekonomi Tanjung Jabung Barat lebih tinggi yaitu rata-rata sebesar 7,42 persen, sedangkan Provinsi Jambi hanya mencapai 5,91 persen. Namun pertumbuhan PDRB harga konstan tanpa migas, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi relatif lebih tinggi yaitu rata-rata sebesar 6,66 persen, sedangkan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tanpa migas rata-rata sebesar 6,54 persen pertahun pada periode yang sama.

(27)

Tabel. 2.16.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Tanjung Jabung Barat dan Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 (Juta Rupiah).

Uraian PDRB 2004 2005 2006 2007 2008 (%) GR Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dgn Migas 1.501.030,26 1.618.263,45 1.746.198,31 1.885.336,56 1.998.250,11 7,42 Pert. (%) 7,95 7,81 7,91 7,97 5,99 Tp Migas 1.357.157,28 1.449.331,08 1.545.346,83 1.657.842,69 1.752.229,76 6,60 Pert. (%) 5,46 6,79 6,62 7,28 5,69 Provinsi Jambi Dgn Migas 11.953.885 12.619.972 13.363.622 14.275.161 15.296.726,8 6,36 Pert. (%) 5,38 5,57 5,89 6,82 7,16 Tp Migas 10.509.102 11.175.333 11.788.959 12.775.067 13.715.412,4 6,88 Pert. (%) 6,47 6,34 5,49 8,36 7,36

Keterangan GR = Pertumbuhan Rata-rata (%)

Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, 2009 dan BPS Provinsi Jambi, 2009

Tabel 2.17. memperlihatkan bahwa persentase kontribusi sektor migas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat lebih tinggi di banding dengan Provinsi Jambi, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat menjadi modal utama bagi pengembangan daerah, namun perlu upaya peningkatan infrastruktur untuk dapat meningkatkan investasi di sektor tersebut.

b. Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi pada hakekatnya muncul sebagai konsekuensi logis dari adanya perbedaan laju pertumbuhan antara sektor produksi dan komponen permintaan agregat. Proses perubahan struktur itu sendiri dapat diidentifikasi melalui pergeseran kegiatan ekonomi, yakni dari sektor primer ke sektor industri, utilitas dan jasa. Keempat kelompok sektor utama ini masing-masing memiliki tingkat produktivitas, laju pertumbuhan produksi, dan laju pertumbuhan proporsi terhadap PDRB yang berbeda satu sama lainnya. Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 – 2008.

(28)

Tabel 2.17.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2004 – 2008 (Juta Rupiah)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 577.052 656.449 719.865 832.114 1.007.712

2. Pertambangan & Penggalian 321.477 519.664 620.387 798.722 1.003.418

3. Industri Pengolahan 764.753 897.221 987.772 1.136.901 1.260.245

4. Listrik, Gas & Air Bersih 15.189 18.748 22.331 27.571 32.809

5. Bangunan 21.579 27.272 39.689 51.349 64.492

6. Perdag., Hotel & Restoran 338.321 380.740 422.500 494.634 628.693

7. Pengangkutan & Komunikasi 80.690 91.349 106.633 122.901 143.648

8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh. 60.921 75.701 80.683 89.436 104.469

9. Jasa-Jasa 266.799 318.204 355.647 393.469 434.316

PDRB Dengan Migas 2.446.780 2.985.348 3.355.506 3.947.097 4.679.802

PDRB Tanpa Migas 2.148.625 2.493.907 2.767.435 3.184.801 3.720.954

Sumber: BPS Kab. Tanjab Barat, 2009

PDRB dengan migas atas harga berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp 2.446,78 milyar, tahun 2008 sebesar 4.679,80 milyar, atau meningkat Rp 2.233,02 milyar selama kurun waktu 5 tahun. Sedangkan PDRB tanpa migas tahun 2004 sebesar Rp 2.148,63 milyar, tahun 2008 sebesar Rp 3.720,95 milyar atau meningkat Rp 1.572,33 milyar. Perbandingan ini menunjukkan bahwa ekploitasi sumberdaya minyak dan gas yang selama ini diupayakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat bekerjasama dengan pihak swasta telah berkontribusi walaupun relatif masih kecil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pada tabel berikut dapat dilihat kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2008.

(29)

Tabel. 2.18.

Kontribusi Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kab. Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku

Periode 2004-2008 (%).

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 SR (%)

1. Pertanian 23,58 21,99 21,45 21,08 21,53 21,93

2. Pertambangan & Penggalian 13,14 17,41 18,49 20,24 21,44 18,14

3. Industri Pengolahan 31,26 30,05 29,44 28,80 26,93 29,30

4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,62 0,63 0,67 0,70 0,70 0,66

5. Bangunan 0,88 0,91 1,18 1,30 1,38 1,13

6. Perdag., Hotel & Restoran 13,83 12,75 12,59 12,53 13,43 13,03

7. Pengangkutan & Komunikasi 3,30 3,06 3,18 3,11 3,07 3,14

8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh 2,49 2,54 2,40 2,27 2,23 2,39

9. Jasa-Jasa 10,90 10,66 10,60 9,97 9,28 10,28

PDRB Dengan Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

PDRB Tanpa Migas 87,81 83,54 82,47 80,69 79,51

Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, 2009. Keterangan SR= Kontribusi rata-rata (%)

Selama periode 2004-2008 telah terjadi pergeseran struktur ekonomi

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Urutan tiga besar sektor terbesar pembentuk PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004 adalah sektor industri pengolahan (31,26%), sektor pertanian (23,58%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,83%). Pada tahun 2008 urutan tiga besar adalah sektor industri pengolahan (29,30%), sektor pertanian (21,93%), dan sektor pertambangan dan penggalian (18,14%).

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode 2004-2008, maka kontribusi sektor juga mengalami perkembangan yang relatif cepat, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian dari 23,58 persen tahun 2004 menurun menjadi 21,93 persen tahun 2008. Sedangkan sektor pertambangan mengalami kenaikan dari 13,14 persen tahun 2004 menjadi 18,14 persen tahun 2008. Keadaan ini memperlihatkan terjadi pergeseran struktur ekonomi di sektor primer. Kontribusi sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan dari 31,26 persen tahun 2004 menjadi 29,30 persen tahun 2008, namun satu hal yang menggembirakan kontribusi sektor jasa mengalami peningkatan dari 10,90 persen pada tahun 2004 menjadi 10,28 persen pada tahun 2008, sektor lain yang mengalami peningkatan adalah sektor bangunan dari 0,88 persen

(30)

tahun 2004 menjadi 1,13 persen tahun 2007, sedangkan sektor lainnya kontribusinya relatif tetap.

Disisi lain kontribusi sektoral kelompok primer pada tahun 2008 relatif meningkat yaitu dari 40,52% tahun 2007 meningkat menjadi 40,52% tahun 2008. Demikian juga kelompok tersier meningkat dari 28,29% tahun 2007 menjadi 28,31% tahun 2008. Namun kontribusi sektoral kelompok sekunder menurun dari 31,27% tahun 2007 menjadi 31,17% tahun 2008.

Keadaan ini menggambarkan terjadi perubahan kontribusi sektoral yang mengarah kepada peningkatan sektor primer terutama tambang dan sektor jasa. Hal ini berarti terjadi perubahan kesempatan kerja dari sektor pertanian ke sektor jasa. Jika hal ini berjalan sesuai dengan teori, maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan lebih tinggi yang juga dibarengi dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.

Penurunan kontribusi sektor pertanian pada PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari 23,46% tahun 2003 menjadi 21,40% tahun 2007, yang disebabkan antara lain dari kurang bergairahnya sektor pertanian dewasa ini karena tidak seimbangnya biaya produksi dengan pendapatan petani akibat menurunnya nilai tukar komoditi pertanian terhadap produk manufaktur, sementara alat-alat dan kebutuhan pertanian semakin mahal, disisi lain subsidi input maupun subsidi output di tingkat petani semakin berkurang bahkan terjadi penghapusan subsidi di beberapa sektor pertanian.

Sektor Pertambangan dan Penggalian dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan yang sangat tajam dalam kontribusi PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari 6,41% tahun 2003 meningkat menjadi 19,05% pada tahun 2007 atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 17,47% selama periode 2003-2007. Hal ini disebabkan banyaknya investor asing yang berminat menanamkan investasinya dalam sektor Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Tanjung Barat.

Kontribusi sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan dengan kontribusi rata-rata 30,65% tetapi sektor ini masih sebagai sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Kebutuhan masyarakat akan Listrik, Gas dan Air Bersih terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung

(31)

Barat. Hal ini disebabkan masyarakat ingin mendapatkan kehidupan yang layak nyaman dan sejahtera. Berkenaan dengan itu pertumbuhan dibidang Listrik, Gas dan Air Bersih mengalami peningkatan kontribusi pada PDRB dari 0,44% tahun 2003 menjadi 0,71% pada tahun 2007 atau kontribusi rata-rata sebesar 0,65%.

Kontribusi di sektor Bangunan terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat relatif konstan, namun dari pembangunan gedung-gedung di Merlung, Tebing Tinggi dan Kota Kuala Tungkal cukup pesat, terutama kebutuhan akan bangunan perumahan untuk hunian, bangunan gedung-gedung perkantoran, industri, pertokoan dan lain-lain. Pertumbuhan sektor ini juga akan meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak dan retribusi bangunan.

Kontribusi di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tidak mengalami pertumbuhan yang berarti, bahkan mengalami penurunan yaitu dari 16,75% pada tahun 2003, turun menjadi 12,73% di tahun 2007 atau kontribusi rata-rata sebesar 13,40%. Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi masih berdampak pada sektor perdagangan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Pengangkutan dan Komunikasi merupakan salah satu penunjang bagi meningkatnya perekonomian daerah. Masyarakat membutuhkan sarana pengangkutan dan komunikasi dalam melakukan interaksi dengan daerah lain untuk memasarkan produk-produk unggulan serta potensi yang ada di daerah tersebut. Namun jalan Jambi-Kuala Tungkal yang rusak berat telah menurunkan arus barang dan jasa dari Jambi ke Kuala Tungkal dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi di sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami penurunan dari 3,45% tahun 2003 menjadi 3,16% pada tahun 2007 dengan kontribusi rata-rata sebesar 3,23%. Dengan demikian infrastruktur jalan yang rusak tersebut telah berpengaruh pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dari Kuala Tungkal ke kota lainnya.

Kontribusi di sektor Keuangan Persewaan dan Jasa persewaan mengalami sedikit peningkatan terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal ini dikarenakan penerimaan retribusi daerah dan penerimaan pajak daerah semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi daerah.

(32)

Pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 2,38%, dimana pada tahun 2003 kontribusinya sebesar 2,04% dan naik menjadi 2,30% pada tahun 2007.

Banyaknya Jasa Industri, Jasa Tenaga Kerja dan Nilai Investasi yang terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah meningkatkan nilai PDRB bagi daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor jasa rata-rata pertahunnya sebesar 10,44%, dimana kontribusinya pada tahun 2003 sebesar 8,25% meningkat menjadi 10,10% pada tahun 2007.

Minyak dan Gas Bumi merupakan suatu potensi yang besar bagi modal dasar pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dengan kekayaan alam itu banyak investor luar dan dalam negeri berniat menanamkan modalnya di daerah tersebut. Hal ini akan mendatangkan devisa yang besar bagi pemerintah daerah pada masa mendatang.

c. PDRB Per Kapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat

PDRB per kapita sebagai satu salah indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Lebih jauh penggunaan indikator ini dapat memberi pentunjuk sampai sejauhmana keberhasilan pemerintah daerah dalam memanfaatkan anggaran pembangunan dan belaja daerah (APBD) secara efektif dan efisien untuk meningkat pendapatan perkapita masyarakatnya.

Dalam konteks pembangunan ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama tahun 2003-2007 PDRB perkapita menunjukkan perkembangan yang sangat berarti, dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita, kemampuan keuangan daerah, tingkat investasi, perkembangan industri dan sebagainya. Namun demikian harus dilihat hubungan kemajuan ekonomi tersebut dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pada Tabel 2.15. dibawah ini dapat dilihat perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan tahun 2000.

(33)

Tabel. 2.19.

Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2004 - 2008 (Ribu

Rupiah) PDRB Perkapita Harga Berlaku 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%) Dengan Migas 10,420 12,375 13,683 16,080 18,664 15,69 Pertumbuhan (%) 24,68 18,76 10,58 17,52 16,06 Tanpa Migas 9,150 10,338 11,285 12,975 14,840 12,85 Pertumbuhan (%) 11,59 12,97 9,17 14,97 14,37 PDRB Perkapita Harga Konstan 2000 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%) Dengan Migas 6,392 6,708 7,121 7,681 7,969 5,67 Pertumbuhan (%) 6,98 4,93 6,16 7,86 3,75 Tanpa Migas 5,780 6,008 6,302 6,754 6,988 4,86 Pertumbuhan (%) 1,45 3,94 4,90 7,18 3,47 Sumber : BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004-2008

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

PDRB perkapita harga berlaku Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan migas pada tahun 2003 mencapai Rp 8.541,7 juta meningkat menjadi Rp 15.516,8 juta tahun 2007 atau tumbuh rata-rata sebesar 16,09 persen pertahun, sedangkan tanpa migas hanya tumbuh sebesar 19,53 persen. Hal ini menunjukkan peranan sektor migas dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat relatif besar dan terus meningkat.

PDRB perkapita harga konstan tahun 2000 Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan migas pada tahun 2003 sebesar Rp 6.107,2 juta meningkat menjadi Rp 7.936,7 juta tahun 2007 atau tumbuh rata-rata sebesar 6,77 persen pertahun selama periode tersebut. Kemudian PDRB perkapita tanpa migas pada tahun 2003 sebesar Rp 2.160 juta meningkat menjadi Rp 6.979 juta tahun 2007 atau tumbuh rata-rata sebesar 34,07 persen pertahun. Keadaan ini memperlihatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 7,91 persen pertahun telah mampu meningkat PDRB perkapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat baik dengan harga berlaku maupun harga konstan ataupun baik tanpa migas ataupun dengan migas.

(34)

d. Kestabilan Harga (Inflasi)

Tingkat kestabilan harga (inflasi) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2006 menurun tajam dibanding inflasi tahun 2005 yang mencapai 16,62 persen. Dengan mengacu pada Indeks Harga 9 Bahan Pokok pada bulan Januari tahun 2006 sebesar 130,77. Indeks harga 9 bahan pokok tersebut terus mengalami peningkatan dan pada bulan desember tahun 2006 sebesar 138,50 atau meningkat sebesar 7,73 atau pertumbuhan indeks harga 9 bahan pokok di Kuala Tungkal meningkat rata-rata 0,59 persen perbulan.

Kenaikan harga BBM pada bulan Oktober tahun 2005 dan bulan Mei tahun 2008 juga telah mempengaruhi daya beli masyarakat, sehingga secara kumulatif inflasi tahun 2005 mencapai 16,50 persen. Namun laju inflasi tahun 2006 telah turun menjadi 10,66 persen, dan tingkat inflasi pada tahun 2007 sebesar 6,50 persen, penurunan tingkat inflasi ini didorong oleh faktor-faktor eksternal yang semakin baik. Laju inflasi tahun 2008 ini diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2006 yaitu sekitar 8,5 persen, namun tingkat inflasi Tanjung Jabung Barat ini lebih rendah dari tingkat inflasi Provinsi Jambi. Kondisi ini didorong oleh pertumbuhan sektor produksi Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang relatif baik serta didorong oleh faktor-faktor eksternal yang semakin baik dibandingkan Provinsi Jambi. Pada tabel berikut dapat dilihat tingkat kestabilan harga pada Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2004-2008.

Tabel 2.20.

Kestabilan Harga Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

DESKRIPSI Realisasi

2004 2005 2006 2007 2008

Kestabilan Harga: - Inflasi Nasional (%) - Inflasi Provinsi Jambi

- Inflasi Kab. Tanjung Jabung Barat 6,40 7,25 7,45 17,11 16,50 16,62 6,60 10,66 7,73 6,50 7,44 6,50 11,10 11,57 8,30

Sumber : BPS Indonesia, BPS Provinsi Jambi 2007, 2008 dan 2009

Kenaikan harga BBM sebesar 20-30% pada bulan Mei tahun 2008, secara langsung telah meningkatkan harga-harga kebutuhan bahan pokok, biaya transportasi dan biaya-biaya lainnya, sekaligus juga telah meningkatkan

(35)

jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2008 ini yang telah mencapai 17.701 rumah tangga. Kenaikan harga-harga ini secara langsung telah mendorong peningkatan inflasi, sehingga tingkat inflasi tahun 2008 ini akan lebih tinggi dari tahun 2007. Oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu mengkaji dan menerapkan strategi dan kebijakan yang tepat untuk menekan kenaikan tingkat inflasi melalui manajemen inflasi yang tepat. Pemerintah daerah harus dapat menahan laju kenaikan inflasi dan secara bertahap diharapkan dapat diturunkan menjadi 5 - 6 persen pada tahun 2011, sehingga tingkat inflasi menjadi rendah. Dengan tingkat inflasi yang rendah dan stabil diharapkan tingkat pertumbuhan ekonomi akan relatif lebih tinggi dan berkualitas, sehingga dapat mengurangi jumlah rumah tangga miskin. Pencapaian sasaran inflasi tersebut harus didukung oleh relatif stabilnya harga-harga melalui penyediaan barang-barang kebutuhan masyarakat, hal ini juga dapat terbantu jika nilai kurs rupiah relatif stabil dan tingkat suku bunga yang relatif rendah dan stabil.

Inflasi pada tahun 2008 ini diperkirakan akan meningkat dampak dari krisisis global yang bermula dari Negara Amerika Serikat, pada bulan Oktober 2008 ini nilai kurs rupiah sudah berada diatas Rp 10.000,- perdollar dan tingkat inflasi nasional sudah diatas 2 digit. Demikian juga dengan tingkat inflasi Provinsi Jambi sampai bulan Oktober 2008 ini sudah mencapai 12 persen, namun tingkat inflasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat diperkirakan pada tahun 2008 ini tidak melampaui 2 digit atau dibawah 10 persen.

2.2.2. Pendidikan

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak kandungan hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Program pembanguan SDM yang dilakukan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama ini telah mampu meningkatkan kualitas SDM menjadi semakin baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya indek pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dari 68,2 di tahun 2002 menjadi 70,2 di tahun 2004, 71,06 tahun 2006 dan 71,44 pada tahun 2007 (Sumber BPS, 2008).

(36)

Meskipun terjadi peningkatan IPM Kabupten Tanjung Jabung Barat, namun perkembangan tersebut sangat rendah, di tambah lagi dilihat dari baseline pertumbuhannya memang masih rendah, akibatnya dibandingkan dengan IPM Kabupaten lainnya dalam provinsi Jambi, IPM Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada pada posisi menempatai urutan ke 5 dari sepuluh kabupaten kota dalam Provinsi Jambi. Rendahnya IPM Kabupaten Tanjung Jabung Barat membawa konsekuensi pada rendahnya kualitas dan produktifitas penduduk. Oleh karena itu tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan di bidang kependudukan, kesehatan, pendidikan dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Taraf pendidikan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat dari indikator angka melek huruf, rata-rata lama bersekolah dan partisipasi pendidikan berdasarkan usia sekolah. Mengenai angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas, pada tahun 2007, angka melek huruf penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat rata-rata sebesar 97,90%. Rata-rata lama bersekolah penduduk usia 10 tahun ke atas, pada tahun 2007 mencapai selama 7,50 tahun. Kemampuan membaca masyarakat Tanjung Jabung Barat 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.153.

Tabel 2.21.

Kemampaun membaca penduduk berumur 10 tahun ke atas Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2008

Kemampuan Membaca Jenis Kelamin Jumlah % Laki-Laki % Perempuan % Huruf Latin 90.199 51,58 84.656 48,42 174.855 89.37 Huruf Arab 48.814 52,55 44.076 47,45 92.890 4.75 Huruf Lainnya 1.596 67,61 765 32,39 2.361 1.21 Tidak Dapat 1.919 20,97 7.233 79,03 9.151 4.68

(Sumber : Susenas 2008, BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat)

(37)

2.2.3. Kepemudaan dan Budaya

Untuk bidang kepemudaan dan olahraga belum adanya prestasi tingkat nasional ataupun internasional yang berhasil dicapai oleh atlet dan pemuda dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Untuk itu program pembangunan kepemudaan dan olahraga diarahkan untuk meningkatkan capaian prestasi olahraga dan serta menciptakan kualitas dan partisipasi pemuda dalam pembangunan.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam dan potensial untuk dikembangkan sehingga budaya tersebut kedepan dapat menjadi penciri dan cermin kemajuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

2.2.4. Agama

Agama memegang peran penting dalam pelaksanaan pembangunan, oleh karean itu pembangunan kehidupa beagama terus digalakkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bahkan agama merupakan salah satu pilar dalam pembangunan Tanjung Jabung Barat. Mengeni komposisi pemeluk agama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat digambarkan sebagai berikut. Jumlah penduduk kabupaten Tanjung Jabung Barat sampai tahun 2007 berjumlah 245.460 jiwa, berdasarkan agama yang dianut, terdapat jumlah penduduk yang beragama Islam sebanyak 20.7828 jiwa (85%), yang beragama Kristen Katolik sebanyak 967 jiwa, Kristen Protestan 2136, yang beragama Budha dan Hindu sebanyak 912 jiwa dan lain-lain sebanyak Khonghuchu 1.021 jiwa.

Sampai dengan tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah membantu sebanyak 270 Masjid dan 256 Mushola, 3 buah Gereja dan 1 Vihara serta memberikan bantuan oprasional kepada sekolah MI dan Pesantren serta memberikan insentif terhadap penyelenggaraan pengajian antara Magrib dan Isya dan juga memberikan bantuan insentif untuk imam, khatib, bilal, dan odim masjid di ibu kota kecamatan dalam Kaupaten Tanjung Jabung Barat.

Jumlah masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang melaksanakan ibadah haji dari tahun ke tahun sesuai dengan jumlah koata yang diperoleh Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pada tahun 2005, jumlah

(38)

jemaah haji Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 367 orang, selanjutnya pada tahun 2006 dan 2007 naik masing-masing sebanyak 241 dan 254 orang.

Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam pembangunan dibidang keagamaan, namun dalam upaya penciptaan kualitas kehidupan beragama masih ditemui berbagai permasalahan seperti: a) Masih kurangnya Pemahaman, Penghayatan, dan Pengamalan Ajaran Agama di Masyarakat; b) Belum optimalnya Pelayanan Kehidupan Beragama; c) Kurang berperannya lembaga-lembaga sosial keagamaan, dan d) Belum optimalnya kerukunan antar dan intern umat beragama.

2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.3.1 Pendidikan

Sebaran jumlah sekolah, murid dan Guru berdasarkan tingkat sekolah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat disajikan pada Tabel 2.155. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi kesenjangan yang sangat tajam antara jumlah murid Taman Kanak-kanak (TK) dengan murid Sekolah Dasar. Jumlah murid TK jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan murid SD sehingga dapat diduga bahwa akses untuk mendapatkan pendidikan dini (TK) masih sangat terbatas di Tanjung Jabung Barat. Kondisi ini diperkuat dengan jumlah sekolah TK yang juga jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah SD.

Perbandingan antara jumlah murid SD dan SMTP juga jauh berbeda, dapat diduga bahwa angka putus sekolah setelah menamatkan SD cukup tinggi di Tanjung Jabung Barat. Demikian juga dengan murid yang melanjutkan pendidikan dari SMTP ke SMTA. Data ini juga didukung bahwa lama bersekolah rata-rata penduduk Tanjung Jabung Barat adalah 7,50 tahun

(39)

Tabel 2.22.

Banyaknya Gedung Sekolah, Murid dan Guru Menurut Tingkat Sekolah dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007/2008

Tingkat Sekolah Sekolah Murid Guru

Taman Kanak-kanak 30 1.349 93 Sekolah Dasar 203 36.534 2.082 S M P 47 7.256 524 S M A 18 4.196 350 Jumlah 2007/2008 298 49.335 3.049 2006/2007 296 48.863 … 2005/2006 290 48.672 2.299 2004/2005 270 44.157 2.071 2003/2004 261 44.938 2.102 2002/2003 258 43.227 2.044

(Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Sebaran sekolah, gedung dan ruang belajar pada masing-masing kecamatan di Tanjung Jabung Barat disajikan pada Tabel 2.157. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa fasilitas pendidikan dari tingkat TK hingga SMTA terbanyak ditemukan di Kecamatan Tungkal Ilir dan Tungkal Ulu. Kecamatan yang paling sedikit memiliki fasilitas pendidikan adalah Muara Papalik, Bram Itam, Seberang Kota dan Kuala Batara.

(40)

Tabel 2.23.

Banyaknya Gedung dan Ruang Belajar

Menurut tingkat Sekolah (Negeri dan Swasta) dan Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007/2008.

Kecamatan J u m l a h Sekolah Dasar J u m l a h SLTP J u m l a h SLTA Gedung Ruang Gedung Ruang Gedung Ruang

1. Tungkal Ulu 11 64 7 * * * 2. Merlung 10 77 6 * * * 3. Batang Asam 12 64 2 * * * 4. Tebing Tinggi 16 110 2 * * * 5. Renah Mendaluh 10 59 3 * * * 6. Muara Papalik 10 74 0 * * * 7. Pengabuan 25 123 7 * * * 8. Senyerang 23 469 1 * * * 9. Tungkal Ilir 31 225 9 * * * 10. Bram Itam 11 62 - * * * 11. Seberang Kota 10 53 - * * * 12. Betara 18 97 7 * * * 13. Kuala Betara 17 82 1 * * * Jumlah 2007/2008 204 1.559 * * * * 2006/2007 200 1.205 36 313 18 126 2005/2006 203 1.206 - 17 99 2004/2005 201 1.111 18 114 17 89 2003/2004 195 1.078 20 206 15 67 2002/2003 195 1.392 15 163 12 68

)* data tidak tersedia

(Sumber: Tanjung Jabung Dalam Angka, 2009)

Tanjung Jabung Barat dalam Angka tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah ruang belajar di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih didominasi oleh ruang belajar tingkat Sekolah Dasar yang diikuti oleh Sekolah Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA). Walaupun demikian, perbandingan antara ruang belajar untuk usia dini, dasar dan menengah masih sangat jauh. Untuk itu perlu kembali dibangun fasilitas fisik sekolah khususnya ruang belajar untuk sekolah menengah (SLTP dan SLTA) dan pendidikan usia dini.

Kecuali sarana fisik berupa ruang belajar, sekolah baik yang baru dibangun ataupun yang telah ada harus juga dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan dengan koleksi buku yang mencukupi, ruang praktikum dengan

Gambar

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tabel 2.17. memperlihatkan bahwa persentase kontribusi sektor migas  di Kabupaten Tanjung Jabung Barat lebih tinggi di banding dengan  Provinsi  Jambi, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
Tabel  2.158.  Dari    data  tersebut  terlihat  bahwa  pendidikan  yang  dibina  oleh  Departemen  Agama  ini  cukup  diminati  oleh  masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah penelitian terhadap kasus-kasus ensefalopati bilirubin klasik di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, serta laporan-laporan terbaru tentang neuropati

Www.Hakekat.Com - Hakekat Tersembunyi Syi'ah Rafidhoh 2 Sudah menjadi kebiasaan kawan-kawan syi'ah, ketika dihadapkan dengan nukilan dari literatur induk syi'ah yang

Kerjasama antara Amerika Serikat dengan Indonesia dalam FATCA dilakukan merupakan bentuk dari kebijakan yang dibuat oleh Amerika Serikat yang pada mulanya dibuat

Dari hasil pengujian tarik diatas, diketahui bahwa optimasi ketebalan konstruksi sandwich yang terlihat pada grafik hasil pengujian terletak diantara ketebalan

Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air

BDKDVD ODWLQ NUHGLW EHUDVDO GDUL NDWD µ FUHGHUH¶ , yang artinya adalah percaya. Sejalan dengan itu, berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Jalur bagi calon peserta didik yang berdomisili di luar zona paling banyak 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima, kecuali