• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanto (2001:265) menyatakan bahwa dividen adalah aliran kas yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanto (2001:265) menyatakan bahwa dividen adalah aliran kas yang"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dividen

2.1.1Pengertian dan Bentuk-Bentuk Dividen

Riyanto (2001:265) menyatakan bahwa dividen adalah aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investors. Menurut Hanafi (2004:361), dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen diberikan atas rekomendasi direksi perusahaan dan mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).

Dividen yang dapat dibayarkan kepada para pemegang saham memiliki beberapa jenis, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan bersangkutan. Berikut ini adalah jenis- jenis dividen menurut Brigham dan Houston (2006: 95):

1. Cash Dividend (Dividen Tunai)

Cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya cash dividend lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain.

2. Stock Dividend (dividen saham)

Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend juga harus disarankan

(2)

saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan

3. Property dividend (dividen barang)

Property dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan ini haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan.

4. Scrip Dividend

Scrip dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waku tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang scrip.

5. Liquidating dividend

Liquidating dividend adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Sundjaja dan Balian (2003: 380) menjelaskan bahwa dividen tunai yang diharapkan oleh para investor merupakan variabel pengembalian utama yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan investor. Dividen tunai yang dibagikan

(3)

oleh perusahaan menjadi sumber aliran kas sekaligus menjadi informasi yang menggambarkan kinerja perusahaan pada saat ini dan masa mendatang.

2.1.2 Teori Kebijakan Dividen

Van Horne dan Wachowicz (2007 : 270) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak terpisahkan didalamkeputusan pendanaan perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 390), kebijakan dividen merupakan suatu rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen. Kebijakan dividen diformulasikan untuk dua tujuan dasar dengan memperhatikan : (1) maksimalisasi kekayaan pemilik perusahaan, dan (2) pembiayaan yang cukup.

Brigham dan Houston (2001: 66) mengatakan suatu kebijakan dividen dikatakan sudah optimal apabila kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan dapat menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan.

Terdapat banyak teori yang berkembang dan berkaitan dengan kebijakan dividen. Teori- teori tersebut atara lain sebagai berikut.

1. Dividen Irrelevance Theory

Teori ini disebut juga dengan teori “MM” karena teori ini pertama kali dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modgiliani. Miller dan Modgiliani (1961) mengemukakan teori “MM” yang menjelaskan bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut teori ini, nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, bukan

(4)

ditentukan oleh pendapatan perusahaan yang dibagikan dalam bentuk dividen.

Modigliani dan Miller (1961) mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut.

1. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan. 2. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi.

3. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividend payout ratio.

4. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang.

5. Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor.

2. Bird in Hand Theory

Teori ini dikemukakan oleh Myron J. Gordon dan John Lintner. Gordon dan Lintner dalam Brigham dan Houston (2001: 67) mengemukakan bahwa para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang diperoleh dari hasil laba yang ditahan dibandingkan apabila mereka menerima keuntungan dalam bentuk pembagian dividen. Para investor lebih menghargai pendapatan yang diperoleh dari pembagian dividen karena memiliki risiko yang lebih kecil.

(5)

3. Teori Preferensi Pajak

Brigham & Houston (2001: 67-68) menjelaskan suatu teori yang berhubungan dengan pajak yang harus ditanggung oleh para pemegang saham. Para investor lebih menyukai untuk menerima pembagian dividen yang rendah dibandingkan dividen yang tinggi. Teori ini berdasarkan adanya perbedaan pajak antara dividen dan capital gain, oleh karena itu para pemegang saham atau investor lebih menyukai capital gain dari pada dividen, karena capital gain dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan.

4. Signaling Theory

Teori ini didasari oleh kesenjangan informasi yang dimiliki antara manajer dan investor. Manajer yang berperan sebagai agen yang mengelola perusahaan cenderung memiliki informasi yang lebih baik dibanding para investor, sehingga untuk menjembatani kesenjangan informasi ini manajer akan menggunakan dividen sebagai alat untuk menyampaikan informasi tentang kinerja perusahaan kepada para pemegang saham. Al-Malkawi (2008).mengatakan bahwa dividen juga menjadi suatu kabar baik ataupun sinyal positif bagi para pemilik perusahaan tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang dan juga sebaliknya . Pada penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Modgiliani (1961) menyatakan bahwa kenaikan atas dividen lebih besar daripada yang telah diperkirakan, hal itu merupakan “sinyal” bagi investor bahwa manajemen dari suatu perusahaan memperkirakan peningkatan

(6)

laba pada masa mendatang, sedangkan penurunan dividen menjadi tanda bahwa perkiraan laba yang rendah.

5. Smoothing theory

Teori ini dikembangkan oleh Lintner (1962) yang menjelaskan bahwa jumlah dividen dipengaruhi oleh keuntungan sekarang pada saat ini dan pembagian dividen pada tahun sebelumnya.

Menurut Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :

a. Kebijakan dividen yang stabil

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.

b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.

c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan

Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan

(7)

dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

d. Kebijakan dividen yang fleksibel

Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

2.2 Variabel-variabel yang Digunakan dalam Penelitian 2.2.1 Dividend Payout Ratio (DPR)

Menurut Riyanto (2001:266), dividend payout ratio adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai cash dividend. Menurut Husnan (2001 : 316), perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividend payout ratio merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham. Semakin tinggi tingkat DPR yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham. Rumus untuk menghitung Dividend Payout Ratio adalah (Martono, 2001:253).

(8)

DPR = dividen per lembar saham laba per lembar saham 2.2.2 Leverage

Menurut Sutrisno ( 2009:198) leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Rasio leverage dapat digunakan untuk menunjukkan solvabilitas suatu perusahaan. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER atau debt to equity ratio. Menurut Sartono (2001:66) debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan.

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya (Sutrisno, 2009: 218). Semakin tinggi debt to equity ratio yang dimiliki suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung membagikan dividen dalam jumlah yang kecil pada pemegang sahamnya. Rasio DER dapat dirumuskan dengan dengan perhitungan sebagai berikut (Van Horne dan Wachowicz, 2005:209).

DER = 𝑡𝑡otal hutang

total ekuitas pemegang saham

Hadiwidjaja (2008) mengatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan pada dua pilihan yaitu: (1) perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo dan

(9)

menggantikannya dengan surat berharga lain atau (2) perusahaan dapat melunasi utang tersebut. Ketika perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi hutang yang dimiliki perusahaan maka akan berdampak pada berkurangnya jumlah dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan karena laba yang diperoleh akan digunakan untuk membayar hutang perusahaan.

2.2.3 Free Cash Flow

Menurut Jensen (1986) aliran kas bebas (free cash flow) merupakan kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif dilakukan. Perusahaan yang memiliki free cash flow yang berlebih memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain karena mereka dapat memanfaatkan kesempatan yang mungkin tidak diperoleh oleh perusahaan lain. Perusahaan juga memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi situasi yang buruk karena mereka memiliki sumber dana internal yang berlebih. Perusahaan yang memiliki free cash flow (aliran kas bebas) berlebih dapat menggunakan kas yang berlebih tersebut untuk membayar hutang, pembelian kembali saham, pembayaran dividen atau disimpan untuk kesempatan investasi perusahaan masa mendatang.

Menurut Kieso et al (2007: 212), free cash flow merupakan jumlah dari discretionary cash flow yang dimiliki perusahaan untuk membeli tambahan investasi, melunasi hutang, membeli treasury stock atau penambahan sederhana atas likuiditas perusahaan. Para pemegang saham akan berharap kelebihan kas yang ada pada perusahaan akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dengan membagikan dividen. Oleh karena itu perusahaan

(10)

yang memiliki free cash flow yang besar memiliki kemungkinan yang besar untuk membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Semakin besar free cash flow, maka semakin kayalah perusahaan itu, karena ia memiliki kas yang cukup untuk membayar utang, dan dividennya (White ,2003: 27). Free Cash Flow dalam rasio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (White et al, 2003:27).

FCF = 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑡𝑡𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂 𝐶𝐶𝑂𝑂𝐶𝐶ℎ𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 −𝐷𝐷𝑂𝑂𝐷𝐷𝑂𝑂𝐷𝐷𝑂𝑂𝑂𝑂𝐷𝐷 𝑇𝑇𝐹𝐹𝑡𝑡𝑂𝑂𝐹𝐹 𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶𝑂𝑂𝑡𝑡

2.2.4 Firm Size

Ukuran perusahaan (firm size) merupakan salah satu alat atau skala untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat ditentukan oleh beberapa hal, antara lain, total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan perusahaan, dan lain-lain. Menurut Sartono (2010: 249), perusahaan besar yang sudah wellestablished akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Keown et al (2000: 621-624) menjelaskan bahwa sebagian besar perusahaan kecil atau baru tidak memiliki akses ke pasar modal, sehingga mereka harus sangat bergantung pada dana internal. Sebagai akibatnya, rasio pembayaran dividen perusahaan kecil atau baru jauh lebih rendah daripada perusahaan besar dan milik publik.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat ukuran perusahaan adalah total asset yang dimiliki perusahaan. Sebuah perusahaan besar akan lebih mudah mengakses ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil lebih sulit untuk mengaksesnya (Marietta dan Sampurno, 2013). Semakin besar suatu perusahaan,

(11)

maka akan semakin mudah akses informasinya, dengan kata lain kemungkinan perusahaaan untuk memperoleh dana lebih besar ketimbang perusahaan yang hanya memiliki informasi yang tergolong lebih sedikit.

Dalam penelitian ini ukuran perusahaan ( Firm Size) diproyeksikan oleh besarnya nilai total asset yang dimiliki perusahaan. Firm size diukur dari nilai buku total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

Firm Size = Total Assets 2.2.5 Profitability

Menurut Sutrisno (2009:16) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya. Profitabilitas merupakan alat analisis untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada.

Menurut Husnan (2001 : 316), perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk menciptakan laba yang tinggi memiliki kecenderungan yang tinggi untuk membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Dalam penelitiannya Marietta dan Sampurno (2013), menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen perusahaan.

(12)

Menurut Syamsudin (2011: 59) terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur priofitabilitas perusahaan seperti, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin , Total Asset Turnover, Return on Asset (Return on investment), Return on Equity, Return on Common Stock, Earning per Share, Dividen per Share, dan Book Value per Share.

ROA (Return on Asset) merupakan rasio yang mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan.Rasio ini dihitung berdasarkan rumus berikut (Sartono, 2001:122).

ROA = Laba Bersih Total Aktiva

Marietta dan Sampurno (2013) mengatakan bahwa ROA merupakan salah satu dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dalam mengelola memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan ROA untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan yang menjadi objek penelitian.

2.2.6 Growth

Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Riyanto, 2001:268). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang pesat akan membutuhkan dana investasi yang lebih besar. Riyanto (2001:267) mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin cepat mengakibatkan makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Peluang-peluang pertumbuhan yang lebih besar akan mengurangi pembayaran dividen, karena laba yang dihasilkan digunakan untuk investasi guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu,

(13)

pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh kuat pada kebijakan penahanan laba, atau dengan semakin besar pertumbuhan perusahaan, maka semakin kecil jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.

Besarnya growth opportunity sebuah perusahaan akan berpengaruh pada jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi dan lain-lain, yang berpengaruh pada besaran DPR yang dialokasikan oleh perusahaan (Marietta dan Sampurno, 2013). Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Hal ini kemungkinan akan mengurangi besaran dividen yang akan diterima investor.

Pertumbuhan perusahaan dapat diukur melalui total asset yang dimiliki perusahaan. Rasio pertumbuhan asset (asset growth) perusahaan dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan suatu perusahaan. Rasio pertumbuhan asset perusahaan diukur dengan persentase perubahan asset dari suatu periode ke periode berikutnya.

Growth = 𝑇𝑇𝐹𝐹𝑡𝑡𝑂𝑂𝐹𝐹 𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶𝑂𝑂𝑡𝑡𝐶𝐶 (𝑡𝑡) – 𝑇𝑇𝐹𝐹𝑡𝑡𝑂𝑂𝐹𝐹 𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶𝑂𝑂𝑡𝑡 (𝑡𝑡−1) 𝑇𝑇𝐹𝐹𝑡𝑡𝑂𝑂𝐹𝐹 𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶𝑂𝑂𝑡𝑡𝐶𝐶 (𝑡𝑡−1)

2.3 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap dividend payout ratio, diantaranya adalah:

1. Amajrit Gill, Nahum Biger, dan Rajendra Tibrewala (2010)

Gill et al (2010) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada 266 perusahaan jasa dan manufaktur di Amerika Serikat pada tahun

(14)

2007dengan metode yang digunakan adalah analisis OLS. Variabel-variabel yang digunakan dalam memprediksi DPR adalah corporate profitability, cash flow, tax, sales growth, market to book value,dan debt to equity ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel profitability, cash, tax, growth, MTBV, D/E berpengaruh secara signifikan terhadap standard payout ratio perusahaan jasa dan manufaktur dan profitability, cash, tax, growth, MTBV, D/E berpengaruh secara signifikan terhadap adjusted payout ratio perusahaan jasa dan manufaktur sedangkan secara parsial growth berpengaruh negatif signifikan terhadap standart payout pada perusahaan jasa. Variabel profitability dan tax berpengaruh positif signifikan terhadap standart payout pada perusahaan manufaktur. Variabel D/E berpengaruh positif signifikan terhadap adjusted payout pada perusahaan jasa dan variabel MTBV berpengaruh positif signifikan terhadap adjusted payout pada perusahaan manufaktur.

2. Mohammed Amidu dan Joshua Abor (2006)

Amidu dan Abor (2006) dalam penelitiannya pada perusahaan yang tercatat di Ghana Stock Exchange menemukan adanya hubungan positif antara profitabilitas, cash flow, dan tax terhadap kebijakan dividen. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung akan membagikan dividen yang lebih besar sebagai sinyal kepada para pemegang saham bahwa perusahaan dalam kondisi yang profitable dan memiliki prospek yang baik di masa datang. Sementara itu growth dan kesempatan investasi yang diproksikan dengan market to book value dinyatakan berpengaruh negatif. Perusahaan yang memiliki

(15)

kesempatan investasi yang lebih baik akan memilih mengalihkan dananya untuk berinvestasi sehingga deviden yang dibagikan menjadi lebih kecil.

3. Sisca Christiaty Dewi (2008)

Dewi (2008) menguji pengaruh antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di BEI tahun 2002-2005. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional, kebijakan hutang, dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi dapat mengurangi biaya keagenan sehingga menyebabkan perusahaan cenderung membagikan dividen yang rendah. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan sedangkan variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan.

4. Triani Pujiastuti (2008)

Pujiastuti (2008) dalam penelitiannya tentang kebijakan dividen menguji pengaruh insider ownership, shareholder dispersion, collateralizable assets, debt dan free cash flow. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur dan jasa yang terdaftar di BEI periode 2000-2005. Dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda hasil yang diperoleh adalah shareholder dispersion memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan variable insider ownership dan debt berpengaruh negatif dan signifikan. Sementara itu variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen

(16)

5. Bram Hadianto dan Herlina (2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Hadianto dan Herlina (2010) berjudul “Prediksi Arus Kas Bebas, Kebijakan Utang, dan Profitabilitas Terhadap Kemungkinan Dibayarkannya Dividen”. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah model regresi logistik dengan sampel emiten pembentuk indeks Kompas 100 yang tercatat pada tahun 2007. Variabel dependen pada penelitian ini adalah dividen, dan variabel independennya adalah arus kas bebas, kebijakan utang, dan profitabilitas. Variabel free cash flow, tidak dapat memprediksi perusahaan dalam membayar dividen atau dengan kata lain variabel arus kas bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen dan memiliki pengaruh negatif. Variabel kebijakan utang dan profitabilitas memiliki hubungan positif terhadap kebijakan dividen.

6. Juliet D’souza (1999)

Juliet D’souza dalam penelitiaanya yang berjudul “Agency Cost, Market Risk, Investment Opportunities And Dividend Policy- An Internasional Perspective”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression analyses) dengan sampel 349 perusahaan pada periode penelitian 1995-1997. Penelitian ini menggunakan deviden payout ratio sebagai variabel dependen dan variabel independennya adalah market risk, IOS, growth dan market to- book-value. Pada hasil penelitian ini agency cost mempunyai hubungan yang negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Market risk (beta) dan investment opportunities memiliki hubungan yang yang negatif dengan

(17)

kebijakan dividen. Sedangkan growth rate dan market to-book value memiliki hubungan negatif yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

7. Lisa Marlina dan Clara Danica (2009)

Marlina dan Danica (2009) dalam penelitiannya yang berjudul“Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to equity ratio, dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio”. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan non probability sampling dan diperoleh 24 perusahaan. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regersi linier berganda (multiple linear regression). Diperoleh hasil bahwa variabel cash position (CP) dan return on assets (ROA) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR). Sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu debt to equity ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR). 8. Unzu Marietta dan Djoko Sampurno (2013)

Marietta dan Sampurno (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth, Firm Size, Debt to equity ratio Terhadap Dividend Payout Ratio” ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel Return On Assets, Firm Size, DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Sedangkan variabel Cash Ratio memiliki hasil positif tidak signifikan dan variabel Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan

(18)

9. Rini Dwiyani Hadiwidjaja (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Hadiwidjaja (2008) berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Indonesia”. Sampel penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001 hingga 2005. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, Cash Ratio, Debt to equity ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Tax Rate, dan Dividend Payout Ratio. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel ROI memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap DPR. Variabel tax rate memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan. Sedangkan variabel lainnya yaitu cash ratio, DER , dan NPM memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap DPR.

Berikut ini tabel 2.1 merupakan rangkuman dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012”.

(19)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode

Penelitian Hasil Penelitian 1. Amajrit Gill, Nahum Biger, dan Rajendra Tibrewala (2010) “Determinants of Dividend Payout Ratio : evidence from United States” Dividend payout ratio , profitability, cash flow, tax, growth, market-to book- value, dan debt to equity ratio. Ordinary Least Square (OLS) Secara parsial growth berpengaruh signifikan terhadap standart payout pada perusahaan jasa. Variabel profitability dan tax berpengaruh signifikan positif terhadap standart payout pada perusahaan manufaktur. Variabel D/E berpengaruh signifikan terhadap adjusted payout pada perusahaan jasa dan variabel

MTBV berpengaruh signifikan terhadap adjusted payout pada perusahaan manufaktur. 2. Mohammed Amidu dan Joshua Abor (2006) “Determinants of dividend payout ratios in Ghana” Dividen payout ratio, return on asset, risk, cash flow, tax, institutional holdings, growth, MTBV. Ordinary Least Squares (OLS)

ROA, Cash Flow, Tax berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan Growth danMTBV memilikipengaruh negativedan signifikan, sementara itu variabel Risk dan

Institutional

berpengaruh negatif dan tidak. signifikan.

(20)

Lanjutan Tabel 2.1 3. Sisca Christiaty Dewi (2008) Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Dividend payout ratio, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, debt , ROA,dan ukuran perusahaan. Analisis reg resi linear Berganda Variabel kepemilikan institusional, kebijakan hutang, dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh negative dan tidak signifikan. 4. Triani Pujiastuti (2008) “Agency Cost Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia” Dividen payout ratio, insider ownership, shareholder dispersion, collateral asset, debt,

dan free cash flow. Analisis regresi linear berganda Variabel insider ownership , debt,

dan free cash flow

berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Variabel shareholder disperson dan collateral asset berpengaruhpositif terhadapkebijakan dividen. Variabel insider ownership, shareholder dispersion, dan debt berpengaruh signifikanterhadap kebijakandividen. Sedangkan variabel collateral asset dan free cash flow tidak signifikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen dalam konflikkeagenan.

(21)

Lanjutan Tabel 2.1 5. Bram Hadianto dan Herlina (2010) “Prediksi Arus Kas Bebas, Kebijakan Utang, dan Profitabilitas Terhadap Kemungkinan Dibayarkannya Dividen”. Dividen payout ratio, arus kas bebas, kebijakan utang, dan profitabilitas. Model regresi logistik

Variabel arus kas bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen dan memiliki pengaruh negatif. Variabel kebijakan utang dan profitabilitas Memiliki hubungan positif terhadap kebijakan dividen. 6. Juliet D’Souza (1999) “Agency Cost, Market Risk, Investment Opportunities And Dividend Policy- An Internasional Perspective” Dividend payout ratio, market risk, IOS, growth, market-tobook- value Analisis regresi linier Berganda Agency cost mempunyai hubungan yang negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Variabel

risk (beta) dan

investment opportunity memiliki hubungan yang negative signifikan dengan kebijakan dividen. Sedangkan growth rate dan market took-bookvalue

memiliki hubungan negative tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

(22)

Lanjutan Tabel 2.1 7. Lisa Marlina dan Clara Danica (2009) “Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to equity ratio, dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout RatioDividend payout ratio, cash position, return on assets, debt to equity ratio. Analisis regresi linier berganda Variabel cash position (CP) dan return on assets (ROA) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR). Sedangkan variabel debt to equity ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividenpayout ratio (DPR). 8. Unzu Marietta dan Djoko Sampurno (2013) “Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth, Firm Size, Debt to equity ratio Terhadap Dividend Payout Ratio” DPR, return on assets, firm size, DER, cash ratio, dan growth. Analisis regresi linier berganda Variabel Return On Assets, Firm Size, DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Sedangkan variabel Cash Ratio memiliki hasil positif tidak signifikan dan variabel Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR.

(23)

Lanjutan Tabel 2.1

Sumber: Gill et al (2010), Amidu dan Abor (2006), Dewi (2008), Pujiastuti (2008), Hadianto dan Herlina (2010), D’Souza (1999), Marlina dan Danica (2009), Marietta dan Sampurno (2013), dan Hadiwidjaja (2008)

2.4 Kerangka Konseptual

Dividen merupakan keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham dari hasil investasi pada suatu saham perusahaan. Investor yang menginvestasikan modalnya dengan membeli surat berharga atau saham di pasar modal memiliki tujuan untuk memaksimumkan kekayaan yang diperoleh dari pembagian dividen. Pembagian dividen yang akan dibagikan kepada investor secara umum dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh serta kebijakan pembagian dividen yang ditetapkan oleh perusahaan (Dividen Policy). Jumlah dividen yang dibayarkan relatif terhadap pendapatan perusahaan atau pendapatan tiap lembar disebut rasio pembayaran dividen (Dividend Payout ratio) (Keown,2000:606).

Aspek yang diperhatikan dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan

9. Rini Dwiyani Hadiwidjaja (2008) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Indonesia” Cash Ratio, Debt to equity ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Tax Rate, dan Dividend Payout Ratio Analisis regresi linier berganda Variabel ROI berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Variabel Tax Rate berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap DPR. Sedangkan variabel cash ratio,

DER , dan NPM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR.

(24)

penambahan laba ditahan perusahaan. Maka dari itu sangat penting bagi perusahaan untuk menetapkan suatu kebijakan dividen yang optimal bagi perusahaan. Brigham dan Houston (2001: 66) menyatakan bahwa kebijakan dividen yang optimal perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang memaksimumkan harga saham. Akan tetapi hal yang juga sangat penting dalam kebijakan dividen adalah terdapat masalah-masalah lainnya yang berkaitan dan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan antara lain leverage (DER), free cash flow, firm size, profitability ( ROA), dan growth perusahaan.

Leverage diproksikan dengan debt to equity ratio (DER). Sartono (2001:66) menjelaskan DER merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Semakin besar rasio DER, semakin cenderung

perusahaan mengutamakan pelunasan kewajibannya daripada pembayaran dividend.

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya (Sutrisno, 2009: 218). Dengan semakin tingginya rasio ini perusahaan akan menggunakan laba yang akan diperolehnya untuk membayar kewajibannya di masa yang lalu sehinggga akan berdampak pada semakin kecilnya jumlah dividen yang akan dibagikan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki free cash flow (aliran kas bebas) berlebih dapat menggunakan kas yang berlebih tersebut untuk membayar hutang, pembelian

(25)

kembali saham, pembayaran dividen atau disimpan untuk memanfaatkan kesempatan investasi perusahaan di masa mendatang. Menurut Keown et al (2008 : 214), perusahaan yang memiliki Free Cash Flow dalam jumlah yang tinggi akan lebih baik dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, agar Free Cash Flow yang ada tidak digunakan untuk sesuatu atau proyek-proyek yang tidak menguntungkan (wisted on unprofitable) dengan demikian ketersediaan dana dapat dipakai untuk kemakmuran pemegang saham. Oleh karena itu semakin tinggi free cash flow yang dimiliki perusahaan maka dividen yang dibayarkan akan semakin tinggi.

Firm Size merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Menurut Sartono (2010: 249), perusahaan besar yang sudah wellestablished akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Keown et al (2000: 621-624) menjelaskan bahwa sebagian besar perusahaan kecil atau baru tidak memiliki akses ke pasar modal, sehingga mereka harus sangat bergantung pada dana internal. Sebagai akibatnya, rasio pembayaran dividen perusahaan kecil atau baru jauh lebih rendah daripada perusahaan besar dan milik publik. Semakin besar suatu perusahaan semakin besar pula kemampuan untuk mendapatkan pinjaman, karena perusahaan besar relatif lebih mampu untuk menghasilkan laba, sehingga perusahaan seperti ini cenderung untuk memberikan tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dibanding perusahaan kecil.

Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Menurut Husnan (2001 : 316),

(26)

perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membagikan keuntungan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembagian dividen.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan membutuhkan dana lebih besar dibanding perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Riyanto (2001:267) mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin cepat mengakibatkan makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Kebutuhan dana yang besar itu disebabkan karena perusahaan membutuhkan dana lebih untuk membiayai aktivitas investasi, proyek-proyek perusahaan dan ekspansi usahanya. Keown et al (2000:620) menyatakan bahwa ketika kesempatan investasi perusahaan naik, rasio pembayaran dividen harus turun. Dengan kata lain, ada hubungan terbalik antara besarnya investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Untuk memanfaatkan peluang investasi yang ada maka perusahaan akan membutuhkan dana yang juga cukup besar. Perusahan akan berusaha untuk menghindari penggunakan dana yang berasal dari pihak eksternal karena akan menimbulkan biaya transaksi yang tinggi. Sehingga akan lebih efisien untuk menggunakan dana internal. Perusahaan akan lebih memilih menggunakan aliran kas internal untuk membiayai peluang investasi tersebut dibandingkan menggunakannya untuk pembayaran dividen bagi para pemegang saham. Oleh karena itu perusahaan yang ingin memanfaatkan peluang

(27)

Dividend Payout Ratio Y

yang lebih memilih untuk menahan sejumlah besar laba yang mereka miliki sehingga akan berpengaruh terhadap semakin kecilnya dividen yang dibayarkan.

Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, dapat dibuat suatu kerangka konseptual yang akan menjadi landasan dan arahan dalam melakukan pengumpulan data serta analisisnya. Secara sistematis kerangka konseptual dalampenelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Sumber: Sartono (2010), Keown et al (2008), Husnan (2001), Riyanto (2001), Sartono(2001), dan Keown et al (2000)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

𝑿𝑿

𝟏𝟏

Leverage

𝑿𝑿

𝟐𝟐

Free Cash Flow

𝑿𝑿

𝟑𝟑 Firm Size

𝑿𝑿

𝟒𝟒 Profitability

𝑿𝑿

𝟓𝟓 Growth

(28)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh Leverage, Free Cash Flow, Firm Size, Profitability, dan Growth,terhadap Dividend Payout Ratio pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  NO  Nama  Peneliti  Judul  Penelitian  Variabel  Penelitian  Metode
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

2. Setelah produk terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, dengan cara harga penjualan dikurangi biaya variable produksi dan pemasaran... Melaksanakan system

Arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dalam pengelolaan drainase perkotaan yang mengacu pada RPJPD adalah pengembangan sistem jaringan drainase dengan

menyebabkan brondol buah (daging buah sawit) menjadi lunak dan menyebabkan brondol buah (daging buah sawit) menjadi lunak dan akan memudahkan proses minyak sawit terpisah dari

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan tugas akhir dengan judul “ROADMAP PEMBUATAN LIFE CYCLE INVENTORY (LCI) DATABASE DI INDONESIA” ini bertujuan untuk merancang roadmap pembuatan LCI database di

Penyerahan dilakukan oleh tim pelaksana pengabdian masyarakat kepada pihak Kelompok Tani “Bina Mtani” Desa Lengkong, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember. Alat ini

Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan pembelajaran yang menggunakan metode yang berorientasi praktik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha.. 1.5

Tujuan dari penelitian pada tugas akhir ini berdasarkan rumusan masalah adalah untuk membangun sistem otomatis yang dapat mengklasifikasikan data teks pada hadits yang sudah