ABSTRAK
Bahasa gambaran merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kesusasteraan tradisional. Di GMIT, bahasa gambaran itu tampil dalam berbagai momen termasuk juga dalam perkawinan di Suku Amanuban, Timor Tengah Selatan. Salah satu elemen dalam perkawinan di Suku Amanuban adalah tuturan adat yang disebut dengan natoni.1 Natoni diucapkan dalam bahasa resmi orang Timor yang dianggap sakral dan dilakukan oleh semua kalangan masyarakat Timor termasuk orang-orang Kristen di GMIT. Syair-syair natoni yang dituturkan oleh penutur (a tonis), penyahut (a tutas) dan pendamping (am naubat) dengan cara berbalasan di setiap tahap perkawinan mengandung banyak bahasa gambaran yang memiliki makna tertentu. Tidak hanya bahasa gambaran yang memiliki makna untuk kelangsungan hidup pasangan suami istri tetapi benda-benda budaya yang digunakan dalam proses perkawinan pun memiliki makna tertentu. Tulisan ini bertujuan untuk memahami makna bahasa-bahasa gambaran dan benda-benda budaya dengan menggunakan kajian teori semantik, simbol dan bahasa gambaran atau metafora serta prinsip dan nilai-nilai perkawinan Kristen. Penelitian membuktikan bahwa bahasa-bahasa gambaran dan benda-benda budaya tersebut mencerminkan gambaran ideal masyarakat Timor terkhususnya Suku Amanuban dan juga gambaran ideal pasangan suami istri Kristen. Dengan demikian, GMIT secara khusus gereja-gereja di Kecamatan Amanuban Tengah perlu berperan aktif untuk mendalami dan memperkenalkan prinsip dan nilai perkawinan Kristen yang terkandung dalam bahasa-bahasa gambaran serta benda-benda budaya dalam natoni perkawinan sehingga masyarakat Suku Amanuban dan pada umumnya masyarakat Timor dapat memahami bahwa natoni perkawinan tidak hanya menjadi media untuk menyatukan laki-laki dan perempuan serta kedua keluarga secara adat tetapi juga menjadi media untuk mengenal Firman Tuhan tentang prinsip dan nilai-nilai perkawinan Kristen.
Kata kunci: Bahasa gambaran, natoni, makna, nilai dan prinsip, perkawinan, simbol.
1Natoni berasal dari kata dasar toni yang berarti sahut, jawab, respon yang jika ditambah akhiran ‘s’
berubah makna menjadi tuturan. Jadi, natoni merupakan kegiatan menuturkan syair-syair yang mengandung maksud tertentu secara berbalasan.