• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sebaran Karbon Monoksida (CO) dari Sumber Transportasi di Jalan Sisingamangaraja Dengan Metode Gaussian Line Source Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sebaran Karbon Monoksida (CO) dari Sumber Transportasi di Jalan Sisingamangaraja Dengan Metode Gaussian Line Source Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) Chapter III V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan metode kuantitatif dengan cara menghitung jenis dan jumlah kendaraan untuk mendapatkan laju emisi. Selanjutnya laju emisi dimasukkan ke dalam persamaan untuk mendapatkan konsentrasi CO dari sumber bergerak. Kemudian akan dilakukan pemantauan konsentrasi CO di lapangan untuk membandingkan hasil pemodelan dengan konsentrasi sebenarnya.

Tahapan dalam penelitian ini dimulai dari studi literatur, survei lapangan, pengumpulan data sekunder, pengambilan data primer, menghitung konsentrasi polutan menggunakan metode Gaussian Line Source, sampling kualitas udara di lapangan, uji validitas, membandingkan hasil konsentrasi yang didapatkan dengan baku mutu PP Nomor 41 tahun 1999, dan visualisasi menggunakan aplikasi SIG. Diagram alir penelitian dan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(2)

Kecepatan Angin

Perbandingan dengan Baku mutu PP no. 41 tahun 1999

Pemetaan dengan aplikasi SIG Pemodelan Pola Dispersi dengan

Gaussian Line Source Validasi

Laju Emisi Stabilitas Atmosfer

Windrose

Jumlah dan Jenis Kendaraan MULAI

Tujuan dan Urgensi Penelitian

Observasi Lapangan

Pengumpulan Data Primer

Konsentrasi CO di Lapangan Studi Literatur

Pengumpulan Data Sekunder

(3)
(4)

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Jumlah dan jenis kendaraan

Untuk mendapatkan laju emisi, jumlah dan jenis kendaraan dihitung di lokasi sampling (traffic counting) kemudian dikalikan dengan faktor emisi masing-masing jenis kendaraan.

2. Jarak

Variasi jarak dari sumber emisi akan mengakibatkan perbedaan hasil konsentrasi CO.

3. Konsentrasi CO hasil pemantauan

Variasi konsentrasi CO hasil pemantauan digunakan sebagai pembanding hasil pemodelan dengan hasil pemantauan langsung di lapangan.

4. Kondisi Meteorologi

Kondisi meteorologi seperti mempengaruhi persebaran pencemaran udara

3.3 Lokasi Penelitian

1. Lokasi Pengamatan Jumlah dan Jenis Kendaraan

Lokasi pengamatan jenis dan jumlah kendaraan adalah Jalan Sisingamangaraja (di depan Indogrosir) Kecamatan Medan Amplas. Jalan ini dipilih sebagai wilayah pengamatan karena merupakan jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Medan dengan kota dan kabupaten lain di Provinsi Sumatera Utara sehingga menjadi salah satu titik terpadat lalu lintas di Medan.

Panjang jalan yang menjadi sampel adalah sepanjang 200 m, yaitu dimulai dari titik pemberhentian lampu lalu lintas sampai 200 m kearah timur. Pada segmen jalan ini terdapat 2 jalur dan 5 lajur. 3 lajur menuju ke arah pusat Kota Medan dan 2 lajur menuju ke arah batas Kota Medan. Total lebar jalan yang diamati adalah 10 m. Lokasi pengamatan jumlah dan jenis kendaraan dapat dilihat pada gambar 3.3.

(5)

2. Lokasi Pengukuran CO di Lapangan

Dasar pertimbangan lokasi pengukuran CO dilapangan yaitu arah angin dominan. arah angin dominan Kota Medan berdasarkan data dari BMKG adalah dari utara ke selatan, maka lokasi pengukuran CO adalah di sebelah selatan sumber emisi. Perhitungan konsentrasi CO dilakukan di tepi jalan (roadside), pada jarak 100 meter, 300 meter, dan 500 meter dengan titik koordinat seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Koordinat sampling CO di Lapangan

Titik Pengamatan X Y Keterangan Lokasi

Roadside 466889,17 391146,71 Tepi jalan

300 meter 466872,54 390864,76 Pemukiman

500 meter 466865,38 390672,65 Pemukiman

600 meter 466855,92 390533,83 Pemukiman

Sumber : Survey dan analisa, 2016

(6)
(7)

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis dan Sumber Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah jenis dan jumlah kendaraan yang didapatkan dari pengamatan langsung di lapangan, hasil konsentrasi CO pemantauan langsung, serta kondisi meteorologi berupa arah angin, kecepatan angin, suhu dan kelembapan udara pada sampling di lapangan.

3.4.2 Jenis dan Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data meteorologi kota medan berupa arah angin, kecepatan angin, dan intensitas penyinaran matahari dalam rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir yang didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Medan serta Peta Kota Medan yang didapatkan dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara.

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Pengumpulan Data Primer 1. Volume lalu lintas

a. Pengamatan lalu lintas dilakukan pada jam sibuk (peak hour), waktu pengamatanhari Sabtu tanggal 15 Oktober 2016. Jam 09.00-10.00 WIB untuk mewakili waktu pagi dan jam 13.05-14.05 WIB untuk mewakili waktu siang. Waktu pengukuran ini disesuaikan dengan jam sibuk lalu lintas, yaitu jam 06.00-09.00 untuk pagi hari dan 12.00-14.00 untuk waktu siang.

(8)

c. Jenis kendaraan yang diamati antara lain: 1). Sepeda motor dan becak motor

2). Mobil penumpang, meliputi mobil pibadi, angkot, dan kendaraan roda empat lain yang digunakan untuk mengangkut orang

3). Truk, adalah semua jenis truk 4). Bus.

2. Konsentrasi CO di lapangan

a. Pengukuran konsentrasi CO dilapangan dilakukan dengan hari dan jam yang sama dengan pengukuran volume lalu lintas untuk mendapatkan hubungan yang kongkrit antara kondisi sumber emisi dan kualitas udara ambien.

b. Pengukuran konsentrasi CO bekerja sama dengan Laboratium Fisika Udara Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kota Medan. c. Prosedur pengukuran mengacu pada PERMENLH No. 12 Tahun 2010 yaitu

menggunakan metode pengukuran Non-Dipersive Infra Red (NDIR) Analyzer

d. Prinsip kerja Non-Diprersive Infra Red (NDIR) Analyzerberdasarkan SNI 7119.10:2011 yang menyatakan alat analisis gas CO bekerja atas dasar sinar infra merah yang terabsorbsi oleh analit. Sinar infra merah yang digunakan adalah sinar infra merahnon dipersive. Gas nol (zero gas) dan contoh uji masuk dalam sel pengukuran dalam jumlah yang tetap dan diatur oleh katup selenoid yang bekerja dalam rentang waktu tertentu. Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah. Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO.

e. Alat yang digunakan adalah portable CO Monitor dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:

Merk Quest technologies AQ50000 Pro

Prinsip langsung Secara kimia

Prinsip deteksi Sensoring

Metode deteksi Deteksi elektrokimia

Aplikasi Analisa gas

Dimensi 15 x 10,5 x 6 in (38 x26,7 x 15 cm)

Berat 2 lbs (9 kg)

Peralatan daya Baterai NiMH rechargeable, AA alkaline, dan AC adapter

Kondisi operasi 0 sampai 50o C (32 sampai 122o F)

(9)

f. Penempatan alat saat pengukuran di lapangan mengacu pada Lampiran VI PermenLH tahun 2010 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Udara terbuka dengan sudut terbuka 120o terhadap penghalang antara lain: bangunan dan pohon tinggi

2) Ketinggian sampling inlet dari permukaan tanah untuk partikel dan gas minimal 2 m.

g. Konsentrasi gas CO dibaca langsung dari pencatat (recorder) dengan satuan ppm. Konversi ke satuan µg/Nm3 menggunakan rumus sebagai berikut (SNI, 2011):

C2 = C1x 28

24,45 x 1000 3.1

Keterangan:

C2 : konsentrasi CO dalam udara ambien (µg/Nm3) C1 : konsentrasi CO dalam udara ambien (ppm) 28 : berat molekul CO

24,45 : volume gas pada kondisi normal 25oC, 760 mmHg (L).

3. Koordinat lokasi pengamatan dan pemantauan

Koordinat lokasi diambil setiap kali melakukan pengamatan dan pemantauan menggunakan Global Positioning System (GPS) HandheldGarmin jenis GPSmap 78CS.

4. Data meteorologi

a. Data meteorologi yang dibutuhkan adalah arah angin, kecepatan angin, suhu udara, dan kelembapan udara.

b. Arah dan kecepatan angin diukur menggunakan anemometer dengan spesifikasi sebagai berikut:

Merk KRISBOW KW0600662

Aliran udara 0-999,900 ft3/menit

Percepatan udara 1-30 m/dt

Akurasi ±3%±0,20% m/s

Dimensi 163 x 45 x 34 (mm)

Berat 257 (g)

(10)

c. Suhu dan kelembapan udara diukur menggunakan higrotermometer dengan spesifikasi sebagai berikut:

Merk Extech 445702

Rentang suhu 14 – 140o F (-10 – 60o C) Rentang kelembapan relatif 10 -90% RH

Aplikasi Jam, termometer dan higrometer

Dimensi 109 x 71 x 20(mm)

3.5.2 Pengumpulan Data Sekunder 1. Data meteorologi

Data meteorologi didapatkan dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Medan yang beralamat di Jalan Ngumban Surbakti No. 15, Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang.

2. Peta Kota Medan

Peta Kota Medan yang dibutuhkan adalah peta administrasi, dan jaringan jalan. Peta ini didapatkan dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara.

3.6 Teknik Pengolahan Data

3.6.1 Menghitung Konsentrasi CO dengan Pemodelan Gaussian Line Source Perhitungan ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Perhitungan laju emisi

Laju emisi dihitung menggunakan Persamaan 2.11 dan faktor emisi kendaraan mengacu pada faktor emisi nasional pada Tabel 2.3.

2. Arah angin dominan

(11)

3. Kecepatan angin efektif

Arah dan kecepatan angin efektif (ū) juga diperhitungkan dalam aplikasi model ini.

Arah angin selanjutnya dihitung agar tegak lurus terhadap masing-masing ruas jalan. Kecepatan angin efektif dihitung menggunakan Persamaan 2.12. Kecepatan angin yang diperoleh merupakan kecepatan angin yang telah tegak lurus terhadap ruas jalan.

4. Stabilitas atmosfer

Menentukan kelas stabilitas atmosfer berdasarkan penyinaran matahari dan kecepatan angin, mengacu pada kelas stabilitas atmosfer seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kelas Stabilitas Atmosfer

Catatan :

a. Keadaan awan adalah fraksi dari langit yang tertutup awan

b. Untuk kondisi A-B, B-C, C-D, rata-ratakan nilai yang diperoleh dari setiap kelas.

c. A = Sangat tidak stabil; B = Sedang; C = Sedikit tidak stabil; D = Netral, E = Agak sedikit stabil; F = Stabil.

Sumber : Turner, 1970 dalam Cooper dan Alley, 1994

5. Perhitungan panjang jalan dan lokasi reseptor

Lingkup kajian dalam penelitian ini adalah 1 (satu) segmen jalan sepanjang ± 200 m. Bentuk jalan yang diamati dapat dilihat pada peta lokasi yang terpadat padaGambar 3.3.

Nilai x adalah jarak antara sumber emisi dengan reseptor yang tegak lurus dengan titik dasar sumber emisi dan berada di area downwind (arah berhembusnya angin). Nilai x selanjutnya digunkakan untuk menentukan parameter penyebaranFLLS berdasarkan kondisi stabilitas atmosfer.

Panjang jarak garis yang sejajar ruas jalan yang diamati dinyatakan sebagai nilai y1 dan y2.

KecepatanAngin (m/dt)

Pagi/Siang IntensitasSinarMatahari MalamKeadaanAwan

(12)

6. Menghitung konsentrasi CO

Konsentrasi (C) karbon monoksida (CO) dihitung dengan Persamaan 2.9, Persamaan 2.6 untuk mendapatkan nilai B, dan lampiran 1 untuk mengetahui nilai distribusi gaussian. Dalam penelitian ini akan dihitung konsentrasi CO pada jarak 0 m sampai 2.000 m dari sumber dengan interval 100 m.

3.6.2 Uji Validasi

Validasi dalam penelitian ini menggunakan Persamaan 2.15 sampai Persamaan 2.19 dengan ketentuan hasil penelitian dinyatakan valid apabila:

1. NMSE dalam kisaran 0,5

2. FB dalam rentang -2 sampai dengan 2 3. Nilai R dan d mendekati 1

4. Fa2 sekitar 50%.

3.6.3 Analisis Komparatif

Setelah didapatkan hasil konsentrasi kabon monoksida, maka selanjutnya akan dibandingkan dengan baku mutu kulitas udara ambienmenurut PP Nomor 41 tahun 1999. Baku mutu CO untuk pengukuran 1 jam adalah 30.000 µg/m3 (Lampiran II).

3.6.4 Analisis Spasial Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)

(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volume Lalu Lintas Jalan Sisingamangaraja

Pengamatan volume lalu lintas dilakukan pada hari Sabtu pukul 09.00 WIB – 10.00 WIB. Segmen jalan yang diamati adalah Jalan Sisingamangaraja depan Indogrosir sepanjang ±200 m. Jalan Sisingamangaraja merupakan jalan yang menghubungkan Kota Medan dengan kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara dan berstatus jalan nasional sehingga mengakibatkan lalu lintas di jalan ini relatif padat. Total jumlah kendaraan yang melintas pada waktu pagi adalah sebanyak 7.591 unit/jam, dan total jumlah kendaraan yang melintas pada waktu siang adalah 7.433 unit/jam, jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan data volume lalu lintas Jalan Sisingamangaraja yang didapatkan dari Dishub Kota Medan tahun 2015 yaitu sebanyak 8.208 kendaraan/jam. Untuk lebih jelasnya, volume lalu lintas Jalan Sisingamangaraja saat pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Volume Lalu Lintas Jalan Sisingamangaraja

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, dapat dilihat pada waktu pagi jenis kendaraan yang paling mendominasi adalah mobil penumpang sebanyak 52,40%, kemudian sepeda motor sebanyak 41,54%, truk juga banyak melintasi jalan ini yaitu sebanyak 5,43% di waktu pagi dan bus merupakan jumlah yang paling sedikit yaitu 0,63%. Sedangkan

(14)

pada waktu siang, jumlah mobil penumpang lebih sedikit dibandingkan pagi yaitu sebanyak 49,12%, sementara sepeda motor lebih banyak dibandingkan waktu pagi yaitu 45,15%, jumlah truk juga menurun menjadi 5% , dan jumlah bus meningkat menjadi 0,73%.

Banyaknya jumlah kendaraan penumpang pribadi seperti mobil, sepeda motor, yang melewati jalan ini dikarenakan adanya aktivitas warga di sekitar Kecamatan Medan Amplas untuk menuju dan kembali dari pusat kota serta banyaknya aktivitas masyarakat Kota Medan pulang dan pergi ke luar kota pada hari libur. Bus yang melewati jalan ini adalah bus antar provinsi dan bus Bandara Kuala Namu. Jumlah bus yang melewati jalan ini dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat Kota Medan pulang dan pergi ke luar kota. Sedangkan kendaraan pengangkut barang seperti truk juga banyak melintasi jalan ini dikarenakan banyaknya transfer barang masuk dan keluar Kota Medan.

4.2 Laju Emisi CO

Laju emisi CO didapatkan dengan cara mengalikan jumlah dan jenis kendaraan dengan faktor emisi nasional yang terdapat didalam KLH (2013) tentang Pedoman Teknis Penyusunan Inventarisasi Emisi Pencemar Udara Perkotaan, kemudian dikalikan dengan waktu pengamatan, waktu pengamatan dalam penelitian ini adalah 1 jam. Perhitungan laju emisi CO dari sumber transportasi di Jalan Sisingamangaraja adalah sebagai berikut.

Diketahui data seperti pada tabel 4.1 dibawah ini

Tabel 4.1 Data Volume Lalu Lintas dan Faktor Emisi

Jenis Kendaraan

Jumlah Kendaraan

(unit/jam) Faktor Emisi CO (g/km) b

(15)

Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam Persamaan 2.11, maka didapatkan total laju emisi untuk waktu pengukuran pagi adalah sebagai berikut

Q = (∑ni=1EFi x V) x t

Perhitungan laju emisi untuk waktu pengukuran siang juga dilakukan seperti perhitungan laju emisi untuk waktu pengukuran pagi.

Laju emisi dari sumber transportasi di Jalan Sisingamangaraja untuk waktu pengukuran pagi dan siang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2 Laju Emisi CO

NO Waktu Laju Emisi (µg/m.s)

1 Pagi 49.171,7

2 Siang 46.943,1

Sumber: Perhitungan, 2016

Dari Tabel 4.2 di atas, dapat dilihat laju emisi CO pada pagi hari adalah 49.171,7 µg/m.s dan pada siang hari adalah 46.943,1 µg/m.s. Jumlah tersebut merupakan total seluruh emisi yang disumbangkan dari sektor transportasi di Jalan Sisingamangaraja, sedangkan untuk persentase emisi yang disumbangkan berdasarkan jenis kendaraan dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3 di bawah ini.

(16)

Gambar 4.2 Persentase Laju Emisi dari Kendaraan Pagi Hari

Gambar 4.3 Persentase Laju Emisi dari Kendaraan Siang Hari

Variasi jumlah emisi yang disumbangkan oleh setiap jenis kendaraan dipengaruhi oleh variasi jumlah dan faktor emisi. Walaupun jumlah sepeda motor hampir sama dengan jumlah mobil penumpang, namun mobil penumpang menyumbangkan emisi tiga kali lebih banyak dibandingkan sepeda motor, hal ini disebabkan faktor emisi dari mobil penumpang lebih tinggi daripada faktor emisi sepeda motor.

(17)

4.3 Kondisi Meteorologi

Faktor meteorologi mempengaruhi persebaran pencemaran udara, dalam penelitian ini faktor meteorologi yang diperhitungkan adalah distribusi angin dan stabilitas atmosfer. Distribusi angin di dapatkan dari arah dan kecepatan angin, sedangkan stabilitas atmosfer didapatkan dari kecepatan angin dan intensitas penyinaran matahari. Data arah angin, kecepatan angin, dan intensitas penyinaran matahari merupakan data sekunder yang didapatkan dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Medan.

4.3.1 Distribusi Angin

Distribusi angin yang diperhitungkan dalam penelitan ini adalah arah dan kecepatan angin dominan yang di gambarkan dengan windrose. Data yang digunakan adalah data arah dan kecepatan angin rata-rata bulanan tahun 2011-2015 dari stasiun Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Medan. Diagram windrose dapat dilihat pada Gambar 4.4. Dari Gambar dapat dilihat arah angin dominan dari arah utara (0o) sampai arah timur (90o) dan kecepatan angin rata-rata adalah 2,25 m/s.

(18)

Tidak semua arah angin tegak lurus terhadap Jalan Sisingamangaraja, hanya yang berasal dari arah utara saja yang tegak lurus, sedangkan yang berasal dari timur memiliki sudut 360o terhadap jalan. Kecepatan angin rata-rata adalah 2,25 m/detik dikategorikan berkecepatan sedang. Kecepatan angin mempengaruhi pergerakan polutan CO di atmosfer. Jika angin berhembus cepat, maka jarak persebaran polutan akan semakin jauh.

Kecepatan angin yang digunakan dalam perhitungan adalah kecepatan angin pada saat sampling yaitu 2,45 m/detik untuk waktu pengukuran pagi dan 2,58 m/detik untuk waktu pengukuran siang.

4.3.2 Stabilitas Atmosfer

Stabilitas atmosfer dipengaruhi oleh radiasi matahari dan kecepatan angin. Berdasarkan data kecepatan angin dan penyinaran matahari tahun 2011-2015 yang didapatkan dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Medan yang kemudian dibandingkan dengan tabel kelas stabilitas atmosfer yang dijelaskan pada Tabel 3.2 pada bab sebelumnya kelas stabilitas atmosfer wilayah kajian seperti pada Gambar 4.5. Dari Gambar 4.5 dapat dilihat kelas stabilitas atmosfer didominasi oleh kelas B Sebanyak 60%, A-B sebanyak 35%, dan A sebanyak 5%. Berdasarkan hal tersebut maka kelas stabilitas yang akan digunakan untuk perhitungan lebih lanjut adalah kelas B.

(19)

Gambar 4.5 Persentase Kelas Stabilitas Atmosfer Sumber Data: BMKG, 2011-2015 (data telah diolah) 4.4 Konsentrasi CO di Sekitar Jalan Sisingamangaraja

Pengukuran kulitas udara di sekitar Jalan Sisingamangaraja dilakukan oleh operator dari Laboratorium Fisika Udara Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kota Medan dan titik sampling adalah pada bahu jalan ±7m dari tengah jalan, pada jarak ±300 m dari roadside, pada jarak ±500 m dari roadside, dan pada jarak ±600 m dari roadside. Hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada lampiran III.

Hasil pengukuran yang didapatkan dalam satuan ppm, kemudian di konversikan kedalam µg/Nm3 dengan mengacu pada ketetapan yang terdapat pada SNI 7119.10.2:2011 tentang Udara Ambien-Bagian 10: Cara Uji Kadar Karbon Monoksida (CO) Menggunakan Metode Non Dispessive Infra Red (NDIR). Hasil pengukuran konsentrasi CO dalam satuan µgN/m3 dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini.

5%

35%

60%

A

A-B

B

(20)

Gambar 4.6 Konsentrasi CO hasil Pengukuran

Gambar 4.6 menunjukkan konsentrasi CO hasil pengukuran masih berada dibawah baku mutu udara ambien. Konsentrasi CO tertinggi yaitu pada tepi jalan (roadside) untuk sampling pagi hari sebesar 18.323 µg/Nm3 dan 17.177 µg/Nm3 untuk sampling siang hari. Pada lokasi berikutnya konsentrasi CO cenderung turun dikarenakan jaraknya dari sumber emisi semakin jauh. Namun pada titik 600 m konsentrasi CO cenderung naik dikarenakan adanya pengaruh sumber emisi lain berupa sumber transportasi. Pengukuran pada titik 600 m dilakukan berdekatan dengan jalan pada area perumahan warga, jarak antara lokasi sampling dengan jalan tersebut ±2m.

Konsentrasi CO pada waktu pagi lebih tinggi dibandingkan siang hari, hal ini berkaitan dengan jumlah kendaraan dan total beban emisi di pagi hari lebih besar dibandingkan pada waktu siang.

4.5 Analisa Hasil Pemodelan Finite Length Line Source (FLLS)

Data beban emisi dan kondisi meteorologi selanjutnya digunakan sebagai input untuk pemodelan FLLS dan diolah dengan menggunakan software Ms. Excel. Contoh perhitungan dapat di jelaskan sebagai berikut.

1. Berdasarkan pengamatan di lapangan segmen jalan yang diamati berbentuk seperti pada Gambar 4.7 dan data seperti di bawah ini.

(21)

Gambar 4.7 Geometri Jalan

2. Bedasarkan perhitungan pada subbab sebelumnya diketahui laju emisi dari sumber Q = 49.171,7 µg/m.detik, kecepatan angin u = 2,45 m/detik, jarak dari sumber emisi x = 300 m = 0,3 km, dan ketinggian pengukuran H = 2 meter. Nilai H adalah nilai ketinggian pengukuran berdasarkan PermenLH no. 12 Tahun 2010 Lampiran VI Tentang Pedoman Teknis Pemantauan Kualitas Udara Ambien, ketinggian sampling dari permukaan tanah untuk partikel dan gas minimal 2 m.

3. Kestabilan atmosfer berada pada kelas B, maka berdasarkan tabel 2.4 dapat ditentukan nilai konstanta a, b, c, d, dan f sebagai berikut: a = 156, b = 0,894, c = 106,6, d = 1,149, dan f = 3,3.

4. Untuk menghitung kecepatan angin efektif menggunakan Persamaan 2.12, dengan demikian, u efektif = 2,45 m/detik x sin 114,5 = 2,38 m/detik.

5. Untuk menghitung parameter penyebaran horizontal (σy)dan parameter penyebaran

vertikal (σz) menggunakan Persamaan 2.13 dan 2.14. maka:

σy = a xb = 156 (0,3)0,894 = 53,171

σz = c xd + f = 106,6 (0,3)1,149 + 3,3 = 30,028.

(22)

6. Sehingga, berdasarkan Lampiran 1, nilai G1 adalah 0,03 dan nilai G2 adalah 0,97. 7. Kemudian menghitung nilai K menggunakan Persamaan 2.5. untuk z =0, dan H = 2

m, didapatkan:

Selanjutnya konsentrasi pada jarak 300 m dihitung menggunakan Persamaan 2.9 dan didapatkan hasil sebagai berikut berikut:

C = 2752,128

√2π (0,97−0,03)

C = 1.293,501 µg/Nm3

Konsentrasi yang dihitung adalah konsentrasi pada roadside (± 7 meter dari pertengahan badan jalan) sampai jarak 2.000 m. Hasil konsentrasi untuk jarak 7 meter sampai 2.000 m dari sumber emisi dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan 4.9 di bawah ini.

Gambar 4.8 Konsentrasi CO Hasil Pemodelan FLLS Pagi

(23)

Gambar 4.9 Konsentrasi CO Hasil Pemodelan FLLS Siang

Berdasarkan Gambar 4.8 dan 4.9 semakin jauh jarak dari sumber maka konsentrasi pencemar semakin menurun. Hal ini membuktikan bahwa jarak mempengaruhi persebaran polutan. Konsentrasi tertinggi pada pagi hari adalah pada jarak 0,007 km atau 7 m dari sumber emisi yaitu sebanyak 20.340 µg/Nm3. Sedangkan di waktu siang dengan jarak yang sama konsentrasi CO adalah sebanyak 18.340 µg/Nm3. Pada waktu pagi konsentrasi terendah adalah pada 2 km atau 2.000 m dari sumber dengan konsentrasi sebanyak 49,497 µg/Nm3 dan pada pagi hari dan 44,629 µg/Nm3 pada siang hari.

(24)

4.6 Validasi Hasil Pemodelan CO

Validasi hasil pemodelan CO dengan hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dibawah ini. Analisa CO dapat diterima apabila hasil validasi mendekati kriteria yang telah ditetapkan seperti yang di jelaskan pada Kumar et al., 2003 dalam Paramitadevi, 2014.

Tabel 4.3 Validasi Statistik Hasil Pemodelan CO Pagi

NO Lokasi Penelitian Cobs Cpred da NMSEb Rc FBd Fa2e (%) Rata-Rata 11.738,24 5.676,118 Standar Deviasi 3.997,942 8.472,483 Sumber : Survey dan Analisa, 2016

Keterangan :

Model dapat diterima apabila:

a. willmot’s index of agreement mendekati 1 b. Normalize Mean Square Error dalam kisaran 0,5 c. Koefisien korelasi pearson mendekati 1

d. Fraction Bias dalam rentang -2 sampai dengan 2 e. Persentase 0,5≤ Cobs/Cpred ≤2 sekitar 50%

Tabel 4.4 Validasi Statistik Hasil Pemodelan CO Siang

NO Lokasi Penelitian Cobs Cpred da NMSEb Rc FBd Fa2e (%)

1 Roadside 17.177,91 18.340,031

0,84 0,02 0,93 -1,41 34 2 300 m 10.306,75 1.166,272

3 500 m 4.580,777 555,547 4 600 m 6.871,166 409,4057

Rata-Rata 9.734,151 5.117,814 Standar Deviasi 4.756,349 7.639,127 Sumber : Survey dan Analisa, 2016

Keterangan :

Model dapat diterima apabila:

a. willmot’s index of agreement mendekati 1 b. Normalize Mean Square Error dalam kisaran 0,5 c. Koefisien korelasi pearson mendekati 1

d. Fraction Bias dalam rentang -2 sampai dengan 2 e. Persentase 0,5≤ Cobs/Cpred ≤2 sekitar 50%.

(25)

Nilai NMSE kurang dari 0,5 dan Fa2 kurang dari 50% untuk pengukuran pagi dan siang menandakan nilai eror dan bias pada data kecil dari 0,5. Nilai R mendekati 1 menunjukkan hasil pemodelan memiliki hubungan linear dengan hasil pengukuran. Nilai FB sebesar -1,41 dan -1,02 masih dalam rentang yang diperbolehkan.

Menurut (Heist et al.2013; Paramitadevi, 2014 Schnelle dan Dey, 2003) formula kepulan Gaussian untuk sumber emisi di permukaan apabila dibandingkan dengan hasil observasi memiliki tingkat keakuratan sebesar 10%-20%. Berdasarkan 50% dari nilai Fa2 keakuratan penelitian ini adalah sebesar 16,5%-17%, angka masih dalam rentang kriteria tersebut.

4.7 Perbandingan Konsentrasi CO hasil Pemodelan, Pengukuran di Lapangan, dan Baku Mutu

Perbandingan konsentrasi CO hasil pemodelan, konsentrasi CO hasil pengukuran dan baku mutu kualitas udara ambien nasional (Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara) disajikan pada Gambar 4.10 dan 4.11 berikut.

Gambar 4.10 Konsentrasi CO vs Baku Mutu Hasil Pengukuran Pagi

(26)

Gambar 4.11 Konsentrasi CO vs Baku Mutu Hasil Pengukuran Siang

Gambar 4.10 dan 4.11, memperlihatkan konsentrasi CO baik hasil perhitungan maupun hasil pengukuran masih berada dibawah baku mutu yang telah di tetapkan. Konsentrasi CO maksimal adalah ±17.000 µg/Nm3 sampai ±20.000 µg/Nm3 atau sekitar 15 ppm- 17 ppm. Menurut Wardhana (2004) konsentrasi CO 10 ppm – 20 ppm di udara mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO di dalam darah sebanyak 2,1% sampai 3,7% dan mengakibatkan gangguan pada tubuh berupa gangguan sistem saraf sentral dan gangguan pancaindra jika terpapar dalam waktu ±8 jam.

Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin jauh jarak dari sumber maka Cprediksi lebih rendah dari Cobservasi. Hal ini dikarenakan dalam perhitungan FLLS diasumsikan laju emisi dan kondisi meteorologi dianggap konstan, serta perhitungan FLLS mengabaikan pengaruh sumber emisi yang lain. Sedangkan pada konsentrasi sebenarnya (Cobservasi) kondisi meteorologis sangat bervariasi dan akan mempengaruhi persebaran polutan, serta adanya pengaruh sumber emisi lain selain sumber dari transportasi di Jalan Sisingamangaraja.

Grafik juga menunjukkan bahwa trend konsentrasi hasil perhitungan dan hasil pengukuran langsung di lapangan adalah sama untuk titik sampling roadside,300 m dari jalan dan 500 m dari jalan. Hasil tersebut membuktikan adanya hubungan linear antara hasil perhitungan dan pengukuran langsung di lapangan yang juga dibuktikan oleh nilai koefisien korelasi Pearson (R) sangat mendekati 1.

(27)

Konsentrasi CO di udara ambien di sekitar jalan Sisingamangaraja (depan Indogrosir) Medan masih berada dibawah baku mutu udara ambien nasional, namun jika dibandingkan dengan Tabel 2.2 konsentrasi CO pada roadside dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti gangguan sistem syaraf sentral dan gangguan pancaindra jika terpapar secara terus-menerus dalam waktu 8 jam. Untuk itu perlu dilakukan tindakan pengendalian pencemaran seperti menanam pohon yang dapat menyerap CO di sekitar tepi jalan agar konsentrasi CO yang sampai pada reseptor tidak mengganggu kesehatan manusia

4.8 Analisis Spasial Menggunakan Aplikasi SIG

Analisis spasial menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis dilakukan dengan cara memasukkan koordinat sampling dan hasil konsentrasi, baik konsentrasi yang didapatkan melalui perhitungan maupun konsentrasi yang didapatkan dari pengukuran langsung di lapangan. Hasil analisa dapat dilihat pada Gambar 4.12 sampai 4.15.

Gambar 4.12 dan 4.13 menunjukkan peta isopleth konsentrasi hasil pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan Gambar 4.14 dan 4.15 adalah peta isopleth konsentrasi hasil perhitungan. Wilayah yang terkena dampak sebaran CO adalah Kelurahan Harjosari 2 sampai pada daerah perbatasan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan hasil perhitungan, konsentrasi maksimal berada pada wilayah yang dekat dengan jalan dan semakin jauh jarak dari sumber konsentrasi akan semakin kecil, sedangkan berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi maksimal juga berada pada wilayah yang dekat dengan sumber, namun pada jarak 600 meter konsentrasi CO lebih besar dari pada jarak 500 meter.

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

1. Laju emisi yang dihasilkan dari sumber transportasi di Jalan Sisingamangaraja pada saat pengukuran yaitu hari Sabtu 15 Oktober 2016 adalah 49.171,7 µg/m.s pada pagi hari dan 46.943,1 µg/m.s pada siang hari.

2. Berdasakan perhitungan dengan metode gaussian line source Finite Length Line Source hasil konsentrasi maksimal adalah 20.340 µg/Nm3 pada waktu pagi dan 18.340 µg/Nm3 pada waktu siang, sedangkan konsentrasi minimal yaitu pada jarak 2.000 meter dari sumber sebanyak 49,497 µg/Nm3 pada pagi hari dan 44,629 µg/Nm3 pada siang hari.

3. Berdasarkan hasil pengukuran langsung dilapangan hasil konsentrasi maksimal adalah 18.323,11 µg/Nm3 pada waktu pagi dan 17.177,91 µg/Nm3 pada waktu siang, sedangkan konsentrasi minimal yaitu pada jarak 500 meter dari sumber sebesar 8.016, 36 µg/Nm3 dan pada pagi hari dan 4.580,78 µg/Nm3 pada siang hari.

4. Berdasarkan hasil pemetaan dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis, CO dari sumber transportasi di Jalan Sisimangaraja (depan Indogrosir) tersebar ke arah selatan yaitu ke wilayah Kelurahan Harjosari 2.

5. Menurut hasil validasi dengan wilmott’s index antara hasil perhitungan dan pengukuran langsung di lapangan memiliki nilai d sebesar 0,69-0,84 menunjukkan tingkat kesesuaian yang tinggi, nilai R sebesar 0,93-0,96 menununjukkan antara pemodelan dan pengukuran di lapangan memiliki hubungan linear. Keakuratan antara hasil pemodelan dan pengukuran di lapangan sebesar 16,5%-17% masih dalam kriteria pemodelan Gaussian yakni 10%- 20%

5.2 Saran

1. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan sampling pada arah datangnya angin untuk mengetahui background concentration

2. Perlu dilakukan penelitian dengan mengambil sampling time series yaitu pagi, siang, dan malam untuk mendapatkan rata-rata konsentrasi harian.

3. Perlu dikaji lebih lanjut dan dilakukan penambahan titik sampling untuk mewakili jalan Sisingamangaraja secara keseluruhan.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Air Penelitian
Gambar 3.2 Diagram Fishbone Penelitian
Tabel 3.1 Koordinat sampling CO di Lapangan
Tabel 3.2 Kelas Stabilitas Atmosfer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dikembangkan sebuah aplikasi data mining untuk estimasi harga jual suatu properti dengan membandingkan kemiripan spesifikasi rumah yang dituju

Hasil uji koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0,528, arti dari koefisien ini adalah bahwa pengaruh yang diberikan oleh kombinasi variabel Kompetensi kepribadian

Sedangkan bagi orang Umalulu yang telah beralih ke agama Kristen, ke-Kristen-an bukan suatu hal yang perlu dipermasalahkan lagi karena mereka masih tetap dapat menjalankan

Penulis mengharapkan agar Karyawan PT Kamaltex Karangjati dapat memberikan informasi dengan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jawaban yang saudara berikan

Oleh karena itu, menurut Benhabib, baik kalangan konservatif maupun progresif dalam hal ini terjebak pada tiga premis epistemologis yang keliru, yaitu: (1) bahwa kebudayaan

Dalam hal ini peran Badan Permusyawaratan Nagari adalah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari yang bertujuan untuk membangun kemajuan nagari

[r]

Analisa Kondisi Meteorologi dan Konsentrasi Polutan di Jakarta Karbon Monoksida (CO) Hasil analisis CO untuk kota Jakarta menunjukkan bahwa fluktuasi parameter meteorologi (radiasi,