• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Risiko Kejadian Dermatitis Atopik pada Siswa Sekolah Dasar di Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Risiko Kejadian Dermatitis Atopik pada Siswa Sekolah Dasar di Medan Chapter III V"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan rancangan penelitian potong lintang (case sectional study).

3.2. Waktu dan tempat penelitian

3.2.1. Waktu penelitian

Penelitian direncanakan dilakukan mulai bulan Februari 2015 sampai dengan Maret 2016.

3.2.2 Tempat penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No 060834 di jalan Mistar, kecamatan Petisah dan Sekolah Dasar Swasta No 3 Muhammadiyah, Kecamatan Setia Budi, Medan.

3.3 Populasi dan sampel penelitian

3.3.1. Populasi target

(2)

3.3.2. Populasi terjangkau

Anak yang berusia 6-12 tahun dengan dermatitis atopik yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri No 060834 dan Sekolah Dasar Swasta No 3 Muhammadiyah, Medan.

3.3.3. Sampel

Sampel penelitian terdiri dari bagian populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4 Besar sampel

Penentuan besar sampel menggunakan perhitungan dengan rumus :

Rumus: 2

n1꞊ n2= Z α 2 p q + Z β P1 q 1 + P 2 q 2

P 1 – P 2 p = P 1 + P 2

2

Zα: deviat baku alfa

Zβ: deviat baku beta

P1-P2 : Selisih minimal yang dianggap bermakna

P2 = proporsi + FR pada kelompok kontrol

P1-P2 = 0,2

P1 = 0,58

q1 =1-p1= 1-0,58=0,42

(3)

2 2 2

q = 1 – p = 1 – 0,45 = 0,55 2 n 1 = n 2 ≥ Z α 2 p q + Z β P1 q 1 + P 2 q 2

P 1 – P 2 2 = 1,96 2. 0,45 . 0,55 + 0,842 0,58 . 0,42 + 0,38 . 0,62

0,2

= 1,37898 + 0,58286

0,2

= 96

Besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok dermatitis atopik dan kontrol adalah 96 orang

3.5Cara pengambilan sampel penelitian

Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara consecutive sampling.

3.6Identifikasi variabel

3.6.1 Variabel bebas : Berat badan lahir, riwayat mendapat ASI, paparan asap rokok, jumlah anggota keluarga, paparan hewan peliharaan dan riwayat keluarga menderita atopi.

3.6.2 Variabel terikat : dermatitis atopik

3.7 Kriteria inklusi dan eksklusi

(4)

1. Anak dengan dermatitis atopi yang berusia 6 sampai 12 tahun.

2. Bersedia ikut serta dalam penelitian dan orang tua menandatangani informed consent.

b. Kriteria eksklusi

1. Anak yang tidak diasuh oleh orang tua kandungnya.

2. Orang tua dari sampel buta aksara.

3.7.2 Kelompok kontrol

Kelompok kontrol adalah individu normal tanpa dermatitis atopik yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang sama dengan kelompok kasus dermatitis atopik.

3.8 Alat dan cara penelitian

3.8.1 Alat-alat penelitian

1. Kuesioner faktor risiko dari ISAAC. 2. Alat tulis.

3.8.2 Cara penelitian

(5)

2. Diberikan surat pemberitahuan kepada orang tua siswa mengenai penelitian yang akan dilakukan, dimana seluruh siswa akan dilakukan pemeriksaan satu persatu.

3. Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing berdasarkan kriteria Hanifin Rajka. Pemeriksaan IgE dan konsul ke bagian mata yang merupakan salah satu poin dalam menilai kriteria minor Hanifin Rajka tidak dilakukan dalam penelitian ini. 4. Siswa yang didiagnosis dermatitis atopik selanjutnya dilakukan

pencatatan dasar begitu pula siswa yang tidak menderita dermatitis atopik .

5. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di sekolah yang dipilih, meliputi identitas penderita, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dermatologis.

6. Orang tua penderita dermatitis atopik yang bersedia dan sudah menandatangani lembar kesediaan partisipasi dalam penelitian, diminta untuk mengisi kuesioner faktor risiko dari ISAAC dengan dipandu oleh peneliti.

7. Orang tua dari siswa yang tidak mengalami dermatitis atopik yang bersedia dan sudah menandatangani lembar kesediaan partisipasi dalam penelitian, akan diberikan kuisioner faktor risiko dari ISAAC dengan dipandu oleh peneliti sebagai sampel kontrol sampai jumlah mencukupi.

(6)

3.9.1 Usia subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari 6 bulan, usia dibulatkan ke bawah.

Cara ukur: wawancara Alat ukur: kuesioner Skala ukur: skala rasio

3.9.2 Dermatitis atopik : Peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (rinitis alergik, asma bronkial). DA pada penelitian ini ditegakkan berdasarkan kriteria Hanifin Rajka.

Cara ukur: observasional. Alat ukur: kuesioner Skala ukur: skala nominal.

3.9.3 Kontrol : Individu normal tanpa dermatitis atopik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sama dengan kelompok kasus dermatitis atopik dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. Kontrol dipilih dari siswa di sekolah yang menjadi tempat penelitian, diutamakan yang merupakan saudara kandung dari sampel kelompok dermatitis atopik.

(7)

3.9.4 Kriteria Hanifin Rajka adalah suatu kriteria untuk mendiagnosis dermatitis atopik, dimana bila terdapat 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.

Cara ukur: observasional Alat ukur: Formulir isian. Skala ukur: skala nominal

3.9.5 Kuesioner faktor risiko dari ISAAC (International Study of asthma and Allergy in Childhood) adalah kuesioner yang dirancang oleh ISAAC yang berisi pertanyaan-pertanyaan standar mengenai faktor-faktor risiko yang berpotensi untuk terjadinya asma dan penyakit alergi lainnya pada anak. Cara ukur: wawancara

Alat ukur: Kuesioner Skala ukur: skala nominal.

3.9.6 Berat badan lahir adalah berat badan bayi baru lahir yang ditimbang segera setelah dilahirkan.

Cara ukur: Wawancara Alat ukur: kuesioner Skala ukur: skala numerik.

3.9.7 Air susu ibu adalah cairan susu yang disekresikan dari payudara setelah ibu melahirkan.

Cara ukur: wawancara Alat ukur: Kuesioner Skala ukur: skala kategorik.

(8)

Cara ukur: wawancara. Alat ukur: Kuesioner Skala ukur: skala kategorik

3.9.9 Jumlah anggota keluarga yaitu jumlah anak dalam suatu keluarga. Cara ukur: wawancara

Alat ukur: Kuesioner Skala ukur:skala kategorik

3.9.10 Paparan hewan peliharaan yaitu kontak dengan hewan seperti anjing, kucing, binatang berbulu lainnya, burung atau lainnya dalam lingkungan rumah.

Cara ukur: wawancara. Alat ukur: Kuesioner Skala ukur: skala kategorik

3.9.11 Riwayat atopi dalam keluarga adalah terdapatnya kondisi ayah atau ibu mengalami penyakit atopi seperti asma, rhinitis alergi, maupun dermatitis atopi.

Cara ukur: wawancara. Alat ukur: Kuesioner Skala ukur:skala nominal. 3.10 Kerangka operasional

Anak berusia 6 sampai 12 tahun (siswa sekolah dasar)

(9)

Gambar 3.1 Diagram kerangka operasional penelitian

3.11 Pengolahan dan analisis data

Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program komputer dan selanjutnya dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan berbagai faktor risiko dengan dermatitis atopi yaitu dengan analisis bivariat,

Kepada orang tuanya diberikan kuesioner faktor risiko dari ISAAC

Kuesioner dikumpulkan

Analisis data

Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Dermatitis atopik

Tidak dermatitis

(10)

selanjutnya untuk menentukan faktor risiko yang paling dominan dilakukan analisis multivariat dengan regresi logistik.

3.12 Ethical Clearance

Penelitian ini telah memperoleh ethical clearance dari Komite Etik Penelitian bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan nomor: 471/KOMET/FK USU/2015.

(11)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pengisian kuesioner faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan dermatitis atopik pada 200 orang subjek penelitian, yang terdiri dari 100 orang subjek yang menderita dermatitis atopik dan 100 orang subjek kontrol. Penelitian dimulai dari bulan Desember 2015 sampai dengan Januari 2016. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 060834 Medan dengan jumlah keseluruhan siswa adalah 378 orang dan SD no 3 Muhammadiyah Medan, dengan jumlah siswa 645 orang. Semua subjek penelitian telah menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, pengisian kuesioner faktor risiko dan selanjutnya telah dinilai hasilnya.

4.1 Prevalensi dermatitis atopik

Dari dua Sekolah Dasar yang menjadi tempat penelitian dengan total keseluruhan siswa 1023 orang, didapatkan anak yang mengalami dermatitis atopik yaitu 100 orang, sehingga prevalensi dermatitis atopik pada anak usia sekolah dasar dalam penelitian ini yaitu 9,77%.

(12)

Pada penelitian Civelek et al pada anak usia 10-11 tahun di Turki pada tahun 2006 mendapatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu 8,1%.11

Pada penelitian Rad pada anak sekolah yang berusia 6-7 tahun di Iran pada tahun 2008 didapatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu 2,7%.42

Pada penelitian Pyun di Korea, mendapatkan prevalensi dermatitis atopik pada anak usia Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari 19,7% pada tahun 1995 menjadi 35,6% pada tahun 2010.5

Pada penelitian Paramita dkk, yang meneliti 143 anak kelas 1 Sekolah Dasar di Semarang pada tahun 2011, didapatkan anak yang menderita dermatitis atopik yaitu sebanyak 7 anak (4,89%).37

4.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek penelitian yang memiliki riwayat dermatitis atopik berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut ini.

4.2.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin DA

n (%)

Kontrol n(%)

Laki –laki Perempuan

53 47

55 45

(13)

Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 100 orang penderita dermatitis atopik terdiri dari 53 orang laki-laki dan 47 orang perempuan. Dalam penelitian ini sampel penderita DA sedikit lebih banyak pada yang berjenis kelamin laki-laki. Menurut Garrido et al di Spanyol pada tahun 2009 menemukan penderita dermatitis atopik sedikit lebih didominasi jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 52% dari sampel.8 Dalam penelitian E. Civelek et al di Turki pada tahun 2011 mendapatkan penderita dermatitis atopik lebih banyak pada laki-laki yaitu sebesar 50,8%.11 Meskipun demikian, beberapa penelitian dalam kepustakaan tidak menemukan hubungan jenis kelamin dengan DA.3

4.2.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia

Tabel 4.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia

Usia(tahun) DA

n (%)

Kontrol n (%)

6 14 17

7 14 19

8 17 22

9 21 17

10 10 7

11 17 11

12 7 7

(14)

Pada penelitian ini umur rata-rata dari sampel adalah 9 tahun. Menurut kepustakaan DA lebih banyak dialami oleh anak-anak terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Dalam penelitian Hua et al pada 1.404 anak DA dengan onset penyakit dalam umur 2 tahun pertama, dilaporkan 48,7% durasi DA kurang dari 4 tahun, akan tetapi 30,2% tetap mengalami DA sampai saat anak berumur diatas 8 tahun.3

4.3 Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya Dermatitis atopik

Faktor-faktor risiko yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu berat badan lahir, riwayat mendapat ASI, paparan asap rokok, jumlah anggota keluarga, paparan hewan peliharaan dan riwayat keluarga menderita atopi.

Analisis bivariat masing-masing variabel faktor risiko tersebut akan dibahas satu persatu, sebagai berikut:

4.3.1 Berat badan lahir

Tabel 4.3 Analisis bivariat berat badan lahir

(15)

Berat badan lahir anak dengan DA umumnya adalah antara 2500-3499 gram yaitu sebesar 61%. Dari hasil uji chi square yang dapat dilihat pada tabel 4.3 didapatkan nilai p lebih besar dari 0,05, yaitu secara berurut p=0,744, 0,983, 0,659 dan 0,763 sedangkan hipotesis diterima apabila p<0,05, maka tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian dermatitis atopik.

Hasil penelitian ini sama dengan yang didapatkan oleh Purvis DJ et al pada tahun 2005 yang meneliti faktor risiko dematitis atopik pada anak berumur 3-5 tahun di New Zealand yang juga tidak menemukan kaitan antara berat badan lahir dengan kejadian dermatitis atopik anak.14

(16)

4.3.2 Riwayat mendapat ASI

Tabel 4.4 Analisis bivariat riwayat mendapat ASI

Faktor Analisis Kelompok Nilai p bulan (33%). Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara riwayat mendapat ASI dengan kejadian dermatitis atopik. Dimana hasil analisis statistik didapat durasi ASI 2-4 bulan menunjukkan hubungan dengan nilai p=0,031, dan durasi 5-6 bulan sampai lebih dari 5-6 bulan berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik dengan nilai p=0,038.

Hal ini sesuai dengan Garrido JB et al, pada tahun 2010 di Spanyol yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan DA pada anak berusia 10-11 tahun mendapatkan adanya hubungan antara DA dan tidak adanya riwayat mendapatkan ASI atau pemberian ASI namun kurang dari 6 bulan.8

(17)

Anak di RS Salatiga didapatkan secara signifikan lebih banyak kejadian DA pada anak dalam kelompok susu formula.44

Penelitian yang dilakukan oleh Yang YW, Tsai dan Lu yang mengumpulkan 27 penelitian dimana hasil dari penelitian-penelitian tersebut bervariasi, kemudian dilakukan penelitian secara meta analisis pada tahun 2009, dan menunjukkan hasil tidak terdapat bukti yang kuat efek perlindungan ASI ekslusif yang diberikan selama minimal 3 bulan.45

4.3.3 Paparan Asap Rokok

Tabel 4.5 Analisis bivariat paparan asap rokok

Faktor Analisis Kelompok Nilai p

DA Kontrol

Riwayat paparan asap rokok

- Ibu

- Lingkungan

0,0% 68,0%

0.0%

51.0% 0.015

Riwayat merokok pada ibu tidak ditemukan pada anak DA, namun riwayat merokok dari lingkungan didapatkan sebesar 68%. Dari analisis bivariat didapatkan paparan asap rokok dari lingkungan berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik pada anak dengan nilai p=0,015.

(18)

Dalam penelitian ini baik pada kelompok penderita DA maupun kelompok kontrol tidak terdapat riwayat merokok saat ibu sedang hamil. Namun terdapat persentase riwayat paparan rokok dari lingkungan yang lebih tinggi pada kelompok DA dibandingkan dengan kontrol. Dari perhitungan statistik didapatkan nilai p=0,015.

Hasil ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Saulite et al pada tahun 2011 yang mengumpulkan penelitian 91 penelitian tentang paparan rokok pasif terhadap dermatitis atopik pada anak mendapatkan adanya hubungan antara paparan rokok pasif terhadap kejadian DA pada anak.21

Begitu juga dengan penelitian Kramer et al pada tahun 2004 mendapatkan anak beresiko tinggi mengalami DA apabila mengalami paparan asap rokok dari lingkungan.47

4.3.4 Jumlah anggota keluarga

Tabel 4.6 Analisis bivariat jumlah anggota keluarga

(19)

Jumlah anggota keluarga anak DA yang paling umum adalah sebanyak 1 orang yaitu sebesar 48%. Pada penelitian ini jumlah anggota keluarga tidak berhubungan dengan kejadian DA pada anak, dengan nilai p=0,928.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Garrido JB et all pada tahun 2009 yang meneliti faktor risiko DA pada anak 10-11 tahun di Spanyol, yang menyatakan tidak adanya kaitan antara DA dengan jumlah anggota keluarga.8

Menurut Strachan DP et al pada tahun 2012 yang mengumpulkan kuisioner ISAAC dari 210.200 anak yang berumur 6-7 tahun yang berasal dari 31 negara dan 33.226 anak yang berumur 13-14 tahun dari 52 negara, didapatkan hasil kejadian dermatitis atopik dan rhinitis alergi lebih rendah pada keluarga yang berukuran lebih besar. Hasil tersebut semakin signifikan pada negara yang lebih maju.48

4.3.5 Paparan hewan peliharaan

Tabel 4.7 Analisis bivariat paparan hewan peliharaan

Faktor Analisis Kelompok Nilai p

DA Kontrol

Paparan hewan peliharaan

- saat tahun pertama

kelahiran - saat sekarang

10,0%

41,0%

15,0%

34,0%

0,285

(20)

Riwayat paparan hewan peliharaan pada kelompok anak dermatitis atopik saat tahun pertama kelahiran yaitu hanya 10%. Riwayat paparan hewan peliharaan pada tahun pertama kelahiran maupun sekarang, tidak berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik pada anak dalam penelitian ini, dengan nilai p berturut-turut yaitu p=0,285 dan p=0,307.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Pohlabeln et al pada tahun 2007 di Jerman, tidak menemukan hubungan antara riwayat paparan hewan peliharaan dengan perkembangan penyakit alergi.29

Berbeda dengan yang ditemukan oleh Roduit C et al, pada tahun 2010 yang menganalisis 1063 orang anak dalam penelitian Kohort, mendapatkan kontak maternal dengan hewan ternak dan kucing selama masa kehamilan menunjukkan efek protektif yang signifikan terhadap kejadian DA dalam 2 tahun pertama kehidupan anak.49

(21)

4.3.6 Riwayat atopi pada keluarga

Tabel 4.8 Analisis bivariat riwayat atopi keluarga

Faktor Analisis Kelompok Nilai p

Pada kelompok anak dengan dermatitis atopik riwayat atopi pada ibu yaitu sebesar 52%, sedangkan riwayat atopi ayah yaitu sebesar 34%. Pada analisis bivariat didapatkan riwayat atopik ibu p=0,011, sedangkan atopi ayah didapatkan p=0,005. Baik riwayat atopi ayah dan ibu berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik anak.

(22)

4.4 Analisis Multivariat

Dari enam variabel independen yang dianalisis. Variabel yang dapat diambil sebagai kandidat untuk diuji multivariat (p< 0,25) yaitu atopi ayah, atopi ibu, paparan rokok lingkungan, dan riwayat ASI. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik, paparan rokok dari lingkungan dan riwayat atopi keluarga baik ayah maupun ibu

Tabel 4.9 Analisis multivariat

Variabel Sig (p) Exp (OR)

Atopi Ibu 0,008 2,247

Atopi ayah 0,006 2,706

Paparan asap rokok 0,019 2,039

Riwayat pemberian ASI 0,078 0,775

(23)

Hal ini sesuai dengan penelitian Kim et al yang pada tahun 2016 mendapatkan riwayat atopi keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi dermatitis atopik anak dengan nilai OR=2,21.50

Demikian pula dengan penelitian Schmitz et al pada tahun 2012 di Jerman, menyatakan bahwa riwayat atopi dari salah satu saja dari orang tua dapat meningkatkan risiko penyakit atopi pada anak dengan OR=2,6.51

Dari tabel diatas variabel riwayat atopi ayah sedikit lebih dominan dibandingkan dengan atopi ibu. Hal ini berbeda dengan penelitian pada umumnya dimana atopi ibu lebih dominan, dalam meningkatkan kejadian dermatitis atopik dan penyakit alergi lainnya.1,3 Hasil dalam penelitian ini dapat dikarenakan sampel lebih banyak memiliki riwayat atopi dari ayah.

Berdasarkan analisis multivariat diatas, anak yang berada dalam lingkungan dengan paparan asap rokok dari lingkungan mengalami kecenderungan risiko terjadinya dermatitis atopik dengan OR=2,03. Hal ini berarti anak yang mengalami paparan asap rokok dari lingkungan memiliki kemungkinan mengalami dermatitis atopik sebesar 2,03 kali lebih besar daripada yang anak yang tidak mengalami paparan asap rokok lingkungan.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Saulyte et al pada tahun 2013, mendapatkan kejadian dermatitis atopik anak dipengaruhi oleh paparan asap rokok dari lingkungan dengan OR=1,07.21Hal yang sama juga dikemukan oleh Shirinde et al pada tahun 2014 yang menganalisis secara multivariat dengan regresi logistik, mendapatkan paparan asap rokok dirumah meningkatkan risiko

(24)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN:

1. Faktor risiko yang berhubungan pada kejadian dermatitis atopik pada anak dalam penelitian ini yaitu riwayat mendapatkan ASI, paparan asap rokok dari lingkungan dan riwayat atopi keluarga.

2. Tidak terdapat hubungan berat badan lahir dengan dermatitis atopik pada anak

3. Terdapat hubungan riwayat pemberian air susu ibu (ASI) dengan dermatitis atopik pada anak.

4. Terdapat hubungan paparan asap rokok lingkungan dengan dermatitis atopik pada anak

5. Tidak terdapat hubungan paparan hewan peliharaan dengan dermatitis atopik pada anak.

6. Tidak terdapat hubungan jumlah anggota keluarga dengan dermatitis atopik pada anak.

7. Terdapat hubungan riwayat atopi keluarga dengan dermatitis atopik pada anak.

8. Prevalensi dermatitis atopik pada anak usia sekolah dasar dalam penelitian ini yaitu 9,77%

9. Berdasarkan analisis multivariat faktor risiko yang paling dominan adalah riwayat atopi keluarga dan paparan asap rokok lingkungan.

SARAN:

1. Polusi lingkungan terutama dalam lingkungan keluarga dapat dikurangi dengan peningkatan kesadaran akan bahayanya asap rokok bagi kesehatan anggota keluarga.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram kerangka operasional penelitian
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia
Tabel 4.3 Analisis bivariat berat badan lahir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan yang positif dan signifikan antara skill

Dalam pasar valuta asing transaksi option valuta asing dapat di artikan sebagai satu instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau

Beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta sudah membangun aplikasi digital library masing- masing.Setiap digital library memiliki ragam dan kualitas layanan yang berbeda.Untuk

 Perencanaan produksi : aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan?.

persicae tersebut sebagai vektor ditunjukkan oleh kapabilitas 5 ekor serangga untuk menularkan virus pada tanaman nilam dan menghasilkan penularan 73.33 % pada

 Atom merupakan partikel terkecil dari suatu unsur yang terdiri dari atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Barang Yang Akan Diserahkan Kepada Masyarakat pada Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Kupang Tahun

Akan tetapi, cara ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal lebih dari