• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG DENGAN DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN 1 BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG DENGAN DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN 1 BANTUL"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG DENGAN

DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN

KAKI DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KASIHAN 1 BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: HASRULLAH

20120320065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG DENGAN

DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN

KAKI DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KASIHAN 1 BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: HASRULLAH

20120320065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hasrullah

NIM : 2012 032 0065

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftra Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 24 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk semua keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan Kakakku, semoga kalian senang

dan bangga dengan karyaku ini.

Terima kasih untuk semua dukungan kalian baik itu doa, moral, maupun dukungan

material karena tanpa itu semua, aku tidak akan pernah sampai di tahap ini

walaupun ini belumlah tahap akhir melainkan ini adalah tahap permulaan untuk

menuju kesuksesan kelak dan semoga aku bisa membalas semua kebaikan kalian dan

membuat kalian bangga.

Terima kasih juga untuk sahabat-sahabatku dan semua teman-teman kampus maupun

teman-teman luar kampus yang telah memberikan segala bentuk dukungan kepadaku

sehingga semua hal bisa berjalan dengan lancar. Dan terimakasih juga buat kekasihku

Opi Ernawati S Ora yang selalu mendukukungku ketika aku sedih, senang dan

susah.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal kaya tulis ilmiah yang berjudul “gambaran tingkat pengetahuan orang

dengan diabetes mellitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes mellitus diwilayah kerja puskesmas kasihan 1 Bantul, Yogyakarta”.

Tujuan dari penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh derajat sarjana keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terwujudnya proposal karya tulis ilmiah ini, tidak terlepas dari bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penghargaan dan ungkapan terima kasih dari peneliti kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan menyusun proposal karya tulis ilmiah ini.

2. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan do’a, semangat dan dukungan

dalam penyelesaian proposal ini.

3. Dr. H. Ardi Pramono, Sp An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(7)

vi

5. Fahni Haris, S.Kep, NS., M.Kep selaku pembimbing yang senantiasa dengan ikhlas meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, membimbing, mengarahkan, membantu dan memberikan nasehat serta saran yang membangun kepada penulis dalam menyusun proposal karya tulis ilmiah ini. 6. Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan bersedia meluangkan waktunya demi kelancaran sidan proposal peneliti.

7. Keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, semangat dan dukungan dalam penyelesaian proposal ini,

8. Teman-teman seangkatan dan teman-teman kos ijo (Satria, Jahar, Apip, Sukir, bang Duan, Ega, Bintang dan Tutut) yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang besar dalam menyelesaikan proposal ini.

Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun peneliti menyadari masih ada kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyajian materi. Untuk penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan dan peningkatan kualitas dalam penulisan dimasa mendatang. Akhir kalam, penulis berharap semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan serta penelitian ini dapat diteruskan lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

E. Penelitian Terkait ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus ... 9

1. Definisi Diabetes Mellitus ... 9

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 10

3. Komplikasi Diabetes Mellitus ... 10

4. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ... 13

B. Pengetahuan ... 15

1. Definisi Pengetahuan ... 15

2. Tingkat Pengetahuan ... 14

3. Faktor-faktor pengetahuan ... 17

C. Perawatan Kaki Dibetes Mellitus ... 20

1. Definisi Perawatan Kaki Dibetes Mellitus ... 20

2. Faktor-faktor Perawatan Kaki Dibetes Mellitus ... 21

3. Penatalaksanaan Perawatan Kaki Dibetes Mellitus ... 25

D. Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

D. Variabel ... 33

(9)

viii

F. Instrumen Penelitian... 34

G. Jalannya Penelitian ... 35

1. Tahap Persiapan ... 35

2. Tahap Pelaksanaan ... 36

H. Pengolahan Data... 37

I. Analisa Data ... 38

J. Etika Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

1. Gambaran Karakteristik Responden ... 41

2. Gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul ... 44

B. Pembahasan ... 48

C. Kelemahan dan Kekuatan Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

(10)

ix

DAFTAR SKEMA

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1Kisi-kisi kuesioner ... 36

Tabel 4.1 Deskripsi responden berdasarkan usia ... 39

Tabel 4.2 Deskripsi responden berdasarkan Jenis kelamin ... 39

Tabel 4.3 Deskripsi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

Tabel 4.4 Deskripsi responden berdasarkan Pekerjaan ... 40

Tabel 4.5 Deskripsi responden berdasarkan Lama Menderita ... 41

Tabel 4.6 Frekuensi jawaban responden ... 42

Tabel 4.7 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia ... 42

Tabel 4.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.9 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel 4.10 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan Pekerjaan ... 44

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Surat Pengantar Survey Pendahuluan

Lampiran 5 Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian

Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian di puskesmas Kasihan 1 Bantul Lampiran 7 Surat Keterangan izin ke lurah Desa Taman Tirto

(13)
(14)

xii

Hasrullah (2016) Gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes mellitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas Kasihan 1 Bantul

Pembimbing : Fahni Haris, S.Kep, NS., M.Kep

INTISARI

Latar Belakang : Diabetes melitus (DM) adalah penyakit multi sistem kronik yang berhubungan dengan ketidak normalan produksi insulin, ketidak mampuan penggunaan insulin atau keduanya. Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling kompleks dan menuntut banyak perhatian maupun usaha dalam pengelolaannya dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya, karena penyakit diabetes melitus tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikelola.

Tujuan : Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes melitus.

Metode : Jenis penelitian ini non experiment yaitu descriptive analytic dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 276 orang. Metode sampling yang digunakan yaitu cluster sampling dengan jumlah sampel 45 orang. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini diadopsi dari Diani (2013) dengan 64 pertanyaan dan menggunakan analisis univariat.

Hasil : Dari penelitian ini didapatkan bahwa dari 45 orang responden dengan tingkat pengetahuan baik 5 (11,1%), tingkat pengetahuan sedang 31 (68,9%) dan tingkat pengetahuan kurang 9 (20,0%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penderita diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas Kasihan 1 Bantul dalam kategori sedang.

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan penderita diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas Kasihan 1 Bantul dalam kategori Sedang.

(15)

xiii

Hasrullah (2016) The Level Knowledge of People With Diabetes Mellitus Chiropody in the Region of Bantul at Kasihan 1 Health Center

Supervisor : Fahni Haris, S. Kep, NS., M.Kep

ABSTRACT

Background: Diabetes Mellitus (DM) is chronic multisystem disease associated with abnormal insulin production, inability to use insulin or both of them. Diabetes mellitus is the most complex disease and demands a lot of attention or efforts in its treatment compared with other chronic disease, because diabetes mellitus is incurable but nanageable. Diabetes mellitus became a serious health problem in the world because the prevalence is increased rapidly.

Objective :To know the level knowledge of people with diabetes mellitus in doing

diabetes mellitus chiropody.

Method : This research used descriptive analytic with cross sectional approach. Amount of the population used in this research was 276 persons. Sampling method used cluster sampling with amount of sampelwas 45 persons. The questionnaire used in this research adopted from Diani (2013) with 64 question and used variation analysis.

Results : This research showed that from 45 respondents with diabetes mellitus, there were 5 persons (11,1%) in good category, 31 persons (68,9%) in moderate category. And 9 persons (20,0) in less category. It showed that the level knowledge of people with diabetes mellitus at Bantul at in Kasihan 1 health center was moderate.

Conclusion : Level knowledge of people with diabetes mellitus at Bantul at in Kasihan 1 health center was moderate.

(16)

1

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit multi sistem kronik yang berhubungan dengan ketidak normalan produksi insulin, ketidak mampuan penggunaan insulin atau keduanya (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Camera, 2011; American Diabetes Association, 2011). Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling kompleks dan menuntut banyak perhatian maupun usaha dalam pengelolaannya dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya, karena penyakit diabetes melitus tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikelola. Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan yang serius diseluruh dunia karena prevalensi yang meningkat cepat (Lewis et al., 2011).

(17)

dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi penderita DM di Yogyakarta sebanyak 72.207 jiwa dan penyakit DM termasuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Yogyakarta (RISKESDAS, 2013). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Bantul tahun 2013 menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus di Puskesmas se-Kabupaten Bantul sebanyak 5558 orang dan menempati urutan ke 6 sebagai 10 besar penyakit di Puskesmas (DINKES DIY, 2014).

Diabetes melitus dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala yang sangat bervariasi, jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut maupun kronik (Waspadji, 2009). Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah masalah pada kaki diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka, dan akan cepat berkembang menjadi ulkus kaki (Monalisa & Gultom, 2009). Masalah kaki diabetik yang rumit dengan berbagai pengobatan yang sering memakan waktu dan biaya yang besar, memberi dorongan bagi kita bahwa semua usaha harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kaki diabetik.

(18)

maupun jaringan lain sehingga menyebabkan luka sulit sembuh. Berkurangnya daya tahan tubuh yang terjadi pada penderita diabetes melitus juga lebih rentan terhadap infeksi. Upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk mencegah luka kaki secara dini penting sekali untuk menghindari kerusakan lebih lanjut dan tidak timbul ulkus yang dapat mengakibatkan tindakan amputasi. Infeksi atau luka kecil harus ditangani dengan serius. Sepatu yang tidak pas harus cepat diganti karena bisa menimbulkan luka (Monalisa & Gultom,2009).

Penyuluhan kesehatan merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menambah penngetahuan pada seseorang agar mampu mengubah perilaku kesehatanya yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan penelitian Diani tahun 2013 diperoleh bahwa klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan selatan dengan fokus masalah pengetahuan klien tentang perawatan kaki sebagian besar baik. Klien mayoritas berusia lebih dari 55 tahun berjenis kelamin terbanyak perempuan. Lamanya menderita diabetes melitus yang kurang 5 tahun sebagian besar berpendidikan rendah.

(19)

dengan jumlah penderita 276 orang yang sesuai dengan kriteria peneliti. Hasil wawancara dari 5 penderita diabetes melitus di wilayah puskesmas Kasihan 1 bantul didapatkan bahwa kelima pasien belum mengetahui tentang perawatan kaki diabetes melitus dengan baik diantaranya ialah responden pertama belum mengetahui berapa kali memerikasa kaki, responden kedua belum mengetahui cara memeriksa kaki, responden ketiga belum mengetahui yang harus di perhatikan saat memeriksa kaki, responden keempat belum mengetahui cara pemotongan kuku dan responden kelima belum mengetahui bagian kaki yang boleh diberikan pelembab dan bagian yang tidak boleh diberikan pelembab. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang sudah dijabarkan, maka penelitian dilakukan di Bibis, Tirto, Ngebel, Kembaran dan Kasihan. Tempat penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 karena Puskesmas Kasihan 1 adalah Puskesmas yang memiliki kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tetapi di Puskesmas Kasihan 1 belum ada program khusus untuk menangani pasien DM selain pemberian obat.

Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang dengan Diabetes Melitus dalam Melakukan Perawatan Kaki Diabetes Melitus.

B. Rumusan Masalah

(20)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes melitus.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien berdasarkan (Usia, Jenis kelamin, pekerjaan, lama menderita dan Pendidikan) pada penderita diabetes melitus.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi puskesmas puskemas Kasihan 1 Bantul sebagai bahan pertimbangan untuk menambah program, khususnya untuk pasien DM dalam peningkatan pengetahuan perawatan kaki DM.

2. Bagi responden

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi responden untuk dapat mengetahui tingkat pengetahuannya dalam melakukan perawatan kaki.

3. Bagi peneliti

(21)

4. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan masukan untuk gambaran peneliti selanjutnya E. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang sama tentang gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes. Di bawah ini adalah penelitian terkait dengan penelitian ini.

1. Diani (2013), judul “Pengetahuan Dan Praktik Perawatan Kaki Klien

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kalimantan Selatan”. Tujuan penelitian adalah

mengetahui hubungan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes mellitus tipe 2 di Kalimantan selatan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain descriptive correlational bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Rancangan penelitian yang digunakan pendekatan cros sectional study dengan meneliti pengetahuan dan praktik perawatan kaki. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah reponden yang pengetahuan baik lebih besar dan jumlah responden berdasrkan praktik perawatan kaki baik juga lebih besar.

2. Juwitaningtyas (2014), judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Diabetes Melitus Dalam Pencegahan

Luka Kaki Diabetik Di Desa Mranggen Polokarto Suharjo” tujuan

(22)

melitus tentang pencegahan luka kaki diabetik di Desa Mranggen Polokarto Sukoharjo. Desain penelitian yang digunakan adalah desain

Quasi Eksperiment dan menggunakan rancangan penelitian Pretest and

Posttest control Group Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 63

responden yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu 32 kelompok eksperimen dan 31 kelompok kontrol, teknik pengambilan sampel dengan total

random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Paired

Sample t-test dan Independen sample t-test. Berdasarkan hasil penelitian

pengetahuan responden dari kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan sedang pada penilaian pretest. Pengetahuan responden kedua kelompok mengalami peningkatan (tinggi) pada penilaian post test.

3. Widhiarsi (2012), judul penelitian “Hubungan Antara Pengetahuan Pasien tentang Penyakit Diabetes Mellitus dengan Depresi Pada Pasien Kaki

Diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD dr. Moewardi” tujuan penelitian ini

(23)
(24)

9 1. Definisi Diabetes Meliitus

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang kronis, yang dapat menimbulkan komplikasi yang bersifat kronis (Tiara, Sukawana & Suidrayasa, 2012). Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Septiyanti, Damanik & Arneliwati, 2013). Diabetes ditandai oleh kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang disebabkan karena kurangnya kadar insulin secara relatif maupun absolut (Hasdianah, 2012). Indikator seseorang mengalami diabetes apabila kadar gula dalam darah mencapai > 200 mg/dl (Kurniawan & Indra 2010).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes melitus menurut Hasdianah (2012) yaitu: a) Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang terjadi akibat kurangnya

kadar insulin dalam darah karena sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas. Diabetes ini dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.

(25)

gangguan sekresi hormon insulin dan resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan karena disfungsinya glukosa dengan faktor hormon resisten sehingga sel jaringan khususnya hati menjadi tidak peka terhadap insulin. Diabetes tipe ini banyak menghasilkan insulin tetapi mengalami disfungsi.

c) Diabetes (gestasional) adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan dan akan pulih setelah peroses kelahiran. Resistensi insulin merupakan kondisi dimana sensitivitas insulin berkurang. Sensitivitas insulin adalah kemampuan hormon insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skeletal dan jaringan adiposa. Setelah pangkreas melakukan kompensasi terus-menerus, maka terjadi kelelahan sel beta pangkreas (dekompensasi) sehingga produksi insulin menurun.

3. Komplikasi Diabetes

Pada penderita Diabetes melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pangkreas dapat menghentikan produksi insulin, keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemia yang mengakibatkan syndrom hiperglikemia

hiperosmoler nonketotik (HHNK) dan pada jangka panjang menyebabkan

(26)

makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit

vaskuler perifer (Hasdianah, 2012).

Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh serta dapat menyebabkan arteroskelosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer sehingga akan memudahkan terjadinya luka kaki diabetik (ulkus diabetikus). Komplikasi yang paling sering terjadi dari penyakit diabetes adalah luka kaki diabetik (Tiara, Sukawan, Suidrayasa 2012). Black & hawks (2009) membagi komplikasi diabetes melitus menjadi dua kelompok, yaitu komplikasi akut dan kronis.

(27)

(perubahan sensori, kejang dan hemiparesis). Sedangkan hipolikemik terjadi kalau kadar glukosa darah kurang dari 50-60 mg/dl, yang dapat diakibatkan oleh pemberian insulin atau obat diabetes oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

b) Komplikasi kronis terdiri atas komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Kompikasi makrovaskular adalah kondisi aterosklorosis yang terjadi pada pembuluh darah besar yang dapat menimbulkan penyakit coronary artery disease, penyakit

cerebrovaskuler, hipertensi penyakit vaskuler perifer dan infeksi.

(28)

4. Penatalaksanaan Diabetes Militus

a. Dalam mengelola diabetes selalu dimulai dengan pendekatan non

farmakologis yaitu berupa edukasi, perencanaan makan/diet, kegiatan

jasmani dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih kemudian diikuti pendekatan farmakologis atau pemakaian obat insulin (waspadji, 2009). Tujuan terapi pada setiap diabetes adalah mencapai kadar glukosa normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik ada lima konponen dalam penatalaksanaan diabetes, yaitu terapi nutrisi (diet), latihan, pemantauan, terapi farmakologi dan pendidikan (smeltzer et al., 2010).

(29)

memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan (Tomey, Marriner, Alligoods, & Raile (2006).

Klien dengan dibetes dapat mencapai sejahtera/kesehatan yang optimal dengan mengetahui perawatan kaki yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri dan dapat melaksanakannya. Oleh karena itu, perawat menurut teori tentang perawatan diri sangat berperan sebagai pendukung/pendidikan bagi klien yang menderita diabetes melitus terkontrol untuk tetap mempertahankan kemampuan optimalnya dalam mencapai sejahtera. Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh klien dengan diabetes melitus menurut Orem disebut dengan kurang perawatan diri. Menurut Orem peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk merawat dirinya dalam hal ini adalah bagaiman klien melakukan perawatan kaki untuk mencegah timbulnya kaki diabetik.

(30)

B. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu setelah orang melakukan pengindraan pada objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian pengetahuan diperoleh dari indra penglihatan/mata dan indra pendengaran/telinga. Pengetahuan atau kognitiv merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda–beda (Notoatmodjo, 2011).

2. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan manusia dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2010) :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima b) Memahami (comprehension)

(31)

materi tersebut secara benar. Orang yang lebih paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mangunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat di artikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, perinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada

f) Evaluasi (Evaluation)

(32)

Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri,atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-Faktor Pengetahuan

Menurut notoatmodjo (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor internal 1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitanya dengan pendidikan dimana diharapkan sesorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseoraang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

(33)

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang dalam sesuatu obyek juga mengandung 2 aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak obyek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tertentu.

2) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional dan serta pengalaman belajar selama bekerja, dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dalam bidang kerja.

3) Usia

(34)

b) Faktor eksternal

1) Media massa/Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(imunediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi yang baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

2) Sosial Budaya dan Ekonomi

(35)

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

3) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap peroses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu

C. Perawatan Kaki Diabetes 1. Definisi

Perawatan atau tindakan adalah wujud dari sikap yang nyata. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,antaara lain adalah fasilitas. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan merupakan komponen penting dari prawatan kaki.pemeriksaan kaki tiap hari adalah langkah pertama untuk menemukan masalah cedera awal untuk mendapatkan perawatan kaki yang tepat. Kaki harus dilihat setiap hari setelah mandi dan sebelum menggunakan sepatu dan kaos kaki. gunakan cermin dan letakkan di lantai untuk melihat kaki (Heitzman, 2010).

(36)

harus memeriksa kaki mereka setiap hari. Akan tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana melakukan ini dengan benar atau apa yang mereka eveluasi (Heitzman, 2010). Permasalahan kaki merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada orang dengan diabetes melitus. Masalah kaki juga merupakan masalah yang umum pada klien dengan diabetes melitus dan hal ini menjadi cukup berat akibat adanya ulkus dan infeksi, bahkan akhirnya dapat menyebabkan amputasi. Terjadinya ulkus di antaranya adalah akibat ketidak patuhan dalam melakukan tindakan pencegahan, pemeriksaan kaki, serta kebersihan, kurang melaksanakan pengobatan medis, aktivitas klien yang tidak sesuai, kelebihan berat badan, penggunaan alas kaki yang tidak sesuai, kurangnya pendidikan klien, pengontrolan glukosa darah dan perawatan kaki (Diani, 2013).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawatan kaki a) Usia

(37)

b) Jenis kelamin

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain melakukan pekerjaan sehari-hari,dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa di mungkinkan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas wanita sering kali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderung bertindak atas pertimbangan rasional. Penelitian hasnian dan seikh (2009) Gender menunjukkan ada hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan dan perawatan kaki.

c) Pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah. Seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak di peroleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.pengetahuan seseorng tentang suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negativ. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap dan tindakan seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang di ketahui akan mnumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Diani, 2013).

(38)

pengetahuan tentang perawatn kaki. Menurut Desalu et al. (2011) klien yang memiliki pendidikan rendah secara signifikan memiliki pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Pengetahuan tentang perawatan kaki yang tepat secara positif dipengaruhi oleh pendidikan klien sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Bijoy et al. (2012) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa pendidikan secara statistik menunjukkan hubungan yang sangat signifikan dengan pengetahuan klien tentang perawatan kaki.

d) Pekerjaan

(39)

e) Lama Menderita Diabetes

Klien yang mengalami diabetes lebih lama, memiliki perawatan kesehatan diri yang lebih tinggi dibandingkan klien yang memiliki lama diabetes melitus lebih pendek (Bai, Chiou & Chang, 2009). Klien yang mengalami diabetes yang lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama menjalani penyakit tersebut sehingga klien dapat memahami tentang hal-hal terbaik yang harus dilakukannya tentang perawatan kaki dalam kehidupannya sehari-hari dan melakukan kegiatan tersebut secara konsisten dan penuh rasa tanggung jawab.

f) Penghasilan

Status sosial ekonomi rendah secara signifikan memiliki pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki (Desalu. 2011). Penelitian Bijoy et al. (2012) status sosial ekonomi rendah dan status sosial ekonomi tinggi menunjukkan hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan tentang perawatan kaki.

g) Penyuluhan perawatn kaki

(40)

Penyuluhan bertujuan untuk menunjang perubahan perilaku, meningkatkan pemahaman penderita akan perawatan kaki yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal dan penyesuaian keadaan psikologis. Edukasi diabetes yang dilakukan secara adekuat akan meningkatkan kemampuan penderita diabetes melitus untuk melakukan perawatan kesehatan diri secara konsisten sehingga akan tercapai pengontrolan kadar glukosa darah secara optimal dan komplikasi diabetes melitus dapat diminimalkan (Basuki. 2009).

3. Penatalaksanaan Perawatan Kaki

Menurut Waspadji (2009) penatalaksanaan perawatan kaki dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

(41)

b) Pencegahan Sekunder (pencegahan dan pengelolaan ulkus atau ganggren diabetik yang sudah terjadi). Pencegahan sekunder, upaya-upaya yang termasuk dalam pencegahan sekunder yaitu: Mechanical control (pressure control), wound control, microbiological control.

Pencegahan ini dilakukan khususnya pada klien diabetes melitus dengan masalah kaki komplikasi yaitu kombinasi insenstivitas, iskemia dan atau deformitas.

c) Pencegahan tersier (pencegahan agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi penyulit). Pencegahan tersier, upaya yang dilakukan untuk mencegah lebih lanjut terjadinya kecacatan kalau penyakit sudah terjadi seperti amputasi tungkai bawah. Pengelolaan konservatif dangan medikamentosa, debridemen, mengatasi infeksi. Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang dikembangkan oleh National Institutes of

Health dan American Diabetes Association untuk mencegah

terjadinya cidera (Heitzman, 2010), yaitu: 1) Kaki Bersih, Kering dan Lembut

(42)

2) Perawatan Kulit

Klien diabetes melitus harus menggunakan alas kaki, baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. Mengenakan pakaian hangat, pada musim dingin menggunakan kaos kaki katun untuk mlindungi kulit dari cuaca dingin dan basah. Kaos kaki tidak memiliki lubang atau bersambung, memiliki jahitan tebal, atau memiliki ban elastis yang menyebabkan cedera pada kulit. Kaos kaki harus diganti setiap hari untuk mencegah kelembaban dari keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit.

3) Perawatan kuku

Kuku harus dipotong lurus untuk menhindari lesi pada kuku. Klien yang mengalami kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki mereka, atau memiliki kuku kaki menebal harus dibantu oleh orang lain atau perawat kesehatan untuk memotong kuku kaki. Menghilangkan kalus untuk mengurangi tekanan dibawah tulang dan dapat membantu membebaskan beban tekanan setempat untuk mengurangi kemungkinan pembentukan ulkus.

4) Sepatu

(43)

sepatu yang pada bagian jari kakinya yang sempit, sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari bahan yang lembut dengan tempat tumit kaki, bantalan dan fleksibilitas pada bola kaki, kotak jari kaki yang mendalam dan luas, dan dukungan lengkungan yang baik. Sepatu harus diperiksa setiap hari untuk melihat adanya benda asing, dan daerah kasar. Mengubah sepatu beberapa kali sehari untuk memfariasikan tekanan pada kaki. Tekanan sepatu yang terlalu ketat atau terlalu longgar dapat menyebabkan iritasi mekanis. Sepatu harus disimpan pada udara kering pada malam hari untuk mencegah penumpukan air, yang dapat menyebabkan iritasi kulit lebih lanjut.

Adapun menurut Smeltzer et al. (2010) tipe atau cara melakukan perawatan kaki adalah :

a) Memelihara kadar glukosa darah dalam batas normal bersama tim kesehatan yang memberikan perawatan diabetes.

b) Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka, lecet, bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk memeriksa bagian dasar kaki, dan periksa adanya perubahan suhu.

(44)

digosok-gosok, dan tidak memeriksa suhu air dengan kaki, gunakan termometer atau siku.

d) Menjaga kulit agar tetap halus dan lembut dengan memberikan pelembab diatas dan dibawah kaki, tetapi tidak diantara jari kaki. e) Menggunakan batu apung untuk melembutkan kapalan (callus). f) Memotong kuku kaki setiap minggu atau ketika diperlukan :

memotong kuku jari kaki lurus dan bagian tepi kuku dihaluskan. g) Menggunakan sepatu dan kaos kaki setiap waktu, tidak berjalan

tanpa alas kaki, memakai sepatu yang nyaman, cocok serta dapat melindungi kaki, selalu memeriksa bagian dalam sepatu sebelum dipakai pastikan permukaannya lembut dan tidak terdapat objek atau benda kecil.

h) Lindungi kaki dari panas atau dingin, memakai sepatu pada area yang panas, memakai kaos kaki pada waktu malam jika kaki dingin.

i) Mempertahankan aliran darah ke kaki, meninggikan kaki ketika duduk, gerakan jari dan sendi kaki keatas dan kebawah selama 5 menit, selama 2 atau 3 kali sehari. Jangan meyilangkan kaki dalam jangka waktu yang lama, dan tidak merokok.

(45)

kesehatan mengenai perawatan kaki, tidak melakukan pengobatan sendiri untuk mengobati masalah kaki.

D. Kerangka konsep

Keterangan :

: Variable yang diteliti : Variable yang tidak diteliti : Hasil yang diteliti

Pengetahuan perawatan kaki DM

Variabel counfounding  Usia

 Jenis kelamin  Pendidikan

 Lama diabetes melitus  Pengasilan

 Pekerjaan

 Penyuluhan perawatan kaki

Kurang Sedang Baik Diabetes

(46)

31

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen yaitu descriptive

analytic dengan pendekatan cross sectional, dimana waktu pengukuran

observasi data variabel dependen hanya satu kali dalam satu waktu untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul (Nursalam, 2013).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien DM yang sudah terdiagnosa dan berobat di Puskesmas Kasihan I Bantul. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Kasihan I Bantul, jumlah pasien DM dilaporkan sebanyak 276 Orang pada tahun 2014-2015. 2. Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

cluster sampling. Besar sampel dalam penelitian sebanyak 15% dari

(47)

menjadi 45 orang (Arikunto, 2013). Sampel diambil dari wilayah dengan penderita DM terbanyak agar dapat mewakili populasi yang ada. sampel diambil dari Desa Bangunjiwo yang didalamnya ada Bibis 10 responden, Tirto 8 responden dan Desa Tamantirto yang didalamnya ada Ngebel 9 responden, Kembaran 12 responden dan Kasihan 6 responden.

Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan mempunyai kriteria eksklusi yaitu sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Klien diabetes melitus yang pernah atau tanpa komplikasi ulkus diabetik.

2. Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent. 3. Mampu membaca dan menulis

4. Berkomunikasi dengan baik sehingga dapat diberikan penjelasan mengenai pelaksanaan danpenelitian

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengisi kuesioner tidak lengkap.

2. Membatalkan menjadi responden. C. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi

(48)

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016. D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu dan didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2013). Variabel pada penelitian ini adalah gambaran tingkat pengetauan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes melitus.

E. Definisi Operasional

Tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes adalah tingkat kemampuan orang dengan diabetes melitus dalam menggunakan pengetahuan tentang frekuensi pemeriksaan kaki, apa saja yang diperiksa pada kaki, perawatan kuku kaki, tindakan yang dilakukan jika terdapat masalah-masalah kaki, jenis kaos kaki dan sepatu, serta kondisi-kondisi harus dilakukan konsultasi dengan dokter/ahli Keperawatan kaki. Pengetahuan diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala data ordinal yaitu mengkategorikan hasil pengukuran berupa prosentasi jawaban yang benar dari seluruh pertanyaan yaitu kategori baik 76-100%, sedang 56-76% dan kurang ≤56% (Arikunto 2012)

F. Instrumen Penelitian

(49)

hasilnya lebih baik sehingga data dapat lebih mudah untuk diolah (Saryono, 2011). Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner berupa daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, ada dalam bentuk cheklist sehingga responden tinggal mengisi dan memberi

cheklist pada pilihan yang sesuai. Kuesioner pada penelitian ini diadopsi dari

penelitian Diani yang sudah valid dengan hasil uji reliabilitas pengetahuan di peroleh r alpha cronbach’s 0,963 (r alpha>0,361) dengan judul Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki Klien diabetes melitus Tipe-2 di Kalimantan Selatan. Data yang dikumpulkan yaitu :

a. Kuesioner tentang karakteristik responden

Kuesioner ini berisi identitas data responden yang terdiri dari inisial, usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes, pendidikan, pekerjaan dan riwayat mendapatkan penyuluhan tentang perawatan kaki DM. Data di kuesioner ini digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden.

b. Kuesioner tentang pengetahuan orang dengan diabetes tentang perawatan kaki.

(50)

jumlahkan. Skala yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal. Rentang nilai yang mungkin diperoleh adalah antara 0-64 dengan kategori baik (76-100%), sedang (56-75%) dan kurang (≤56%).

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner pengetahuan penderita diabetes dalam melakukan perawatan kaki

Aspek Butir soal Jumlah

frekuensi pemeriksaan kaki, 1 5

apa saja yang diperiksa pada kaki, 1 5

perawatan kuku kaki, 2 8

tindakan yang dilakukan jika terdapat masalah-masalah kaki

4 18

jenis kaos kaki dan sepatu, 3 12

kondisi-kondisi yang harus dilakukan konsultasi dengan dokter/ahli keperawatan kaki.

3 16

G. Jalannya penelitian 1. Tahap Persiapan

(51)

Peneliti kemudian membuat surat izin penelitian dan mengajukan etik penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah etik keluar dengan nomor 196/EP-FKIK-UMY/Vl/2016 Peneliti kemudian membuat surat izin penelitian pada pemerintah daerah tempat penelitian, yang dimulai dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA). Peneliti mendapatkan ijin dari BAPPEDA dengan nomor ijin penelitian 070/Reg/3287/S1/2016 dan BAPPEDA juga memberikan surat tembusan ke wiliyah tujuan peneliti. 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai dengan peneliti meminta izin kepada kepala desa Tamantirto dan Bangunjiwo, setelah itu peneliti berkunjung ke dukuh tiap wilayah untuk meminta izin dan mencari alamat responden.Peneliti berkunjung ke rumah responden kemudian menjelaskan maksud kedatangan dan melakukan wawancara singkat, jika responden memenuhi kriteria inklusi peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner.

(52)

berfungsi untuk menjaga kerahasian dan keaslian data responden. Peneliti meminta pada responden mengisi kuesioner dengan jujur karena hasil kuesioner tidak diketahui oleh siapapun karena tidak mencantumkan nama dan hasil penelitian hanya diketahui oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan. Setelah semua kuesioner terkumpul, peneliti mengecek kelengkapan dan mengolah data-data yang sudah diisi oleh para responden dan mengalisa data menggunakan analisis univarite dan tidak melakukan analisis bivariate karena penelitian ini bersifat deskriptif. Selanjutnya, data dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu pengetahuan baik, jika prosentase skor jawaban 76%-100%, Pengetahuan sedang, jika skor jawaban 56%-75% dan pengetahuan kurang, jika skor jawaban ≤56%. Tahap akhir peneliti menyusun laporan yang meliputi hasil penelitian, pembahasan dan perumusan kesimpulan.

H. Pengolahan Data

Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah pertama yakni mengedit dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden dengan memeriksa kelengkapan data, kejelasan penulisan jawaban dan kebenaran jawaban responden yang telah terkumpul. Kuesioner yang tidak jelas atau tidak lengkap akan peneliti tanyakan kembali kepada responden.

(53)

pada definisi operasional. Langkah ketiga peneliti mulai mengolah data dari hasil pengkodean dengan bantuan aplikasi komputer untuk pengolahan data statistik. Kemudian langkah keempat Peneliti memeriksa kembali data yang telah dimasukkan. Setelah dipastikan tidak ada kesalahan, maka dilanjutkan dengan tahap akhir yakni penyajian data. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel berupa prosentase kemudian dijelaskan dengan keterangan dalam bentuk narasi.

I. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariate dan tidak melakukan analisis bivariate karena penelitian ini bersifat deskriptif. Variabel dalam penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan perawatan kaki DM dalam melakukan perawatan kaki DM. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan profil responden dan karakteristik data disajikan dalam bentuk tabel dan presentase. Data diprosentasekan dengan menggunakan rumus:

P = hasil presentase

F = hasil pencapaian atau skor total responden n = hasil pencapaian maksimal responden

Selanjutnya, data dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu:

a. Pengetahuan baik, jika prosentase skor jawaban 76%-100% b. Pengetahuan sedang, jika skor jawaban 56%-75%

(54)

Penelitian ini juga akan membandingkan karakteristik responden berdasarkan rentang usia, jenis kelamin, status pekerjaan, pendidikan dan lama menderita dengan menggunakan crosstab.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Etika penelitian diproses dan didapatkan dari Komisi Etik dan Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat permohonan dan persetujuan dari instansi, badan atau lembaga yang terkait untuk melaksanakan penelitian. Masalah etik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden penelitian. Tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

2. Kerahasiaan nama (Anonymity)

Anonymity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak

(55)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

(56)

41

Puskesmas Kasihan I merupakan satu dari dua puluh tujuh puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas Kasihan I terletak di Jalan Bibis, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, kurang lebih berjarak 5 km dari ibukota kecamatan. Secara administrative Puskesmas Kasihan I memiliki 2 wilayah kerja, yaitu Desa Bangunjiwo dan Tamantirto.

Puskesmas Kasihan I memiliki program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) untuk pasien DM. Prolanis adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup yang optimal. Kegiatan dalam program ini seperti pemeriksaan rutin terhadap pasien DM, senam dan pemberian pendidikan kesehatan tentang diabetes serta cara melakukan perawatan kaki diabetes. Puskesmas Kasihan I mulai mengadakan kegiatan ini pada bulan November 2015 dan rencananya dilaksanakan satu kali dalam sebulan, tetapi saat ini program PROLANIS belum berjalan dengan optimal setiap bulannya.

1. Karakteristik Responden a. Usia

(57)

berusia 46-55 tahun, responden berusia 56-65 tahun dan responden berusia ≥ 65 tahun. Berikut sajian data responden berdasarkan usia : Tabel 4.1 Deskripsi responden berdasarkan usia

No Usia Frekuensi (f) Persentase (%)

1 36 - 45 tahun 11 24.4

2 46 - 55 tahun 14 31.1

3 56 - 65 tahun 17 37.8

4 > 65 tahun 3 6.7

Total 45 100.0

Sumber: olah data primer 2016

Berdasarkan penjelasan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang mayoritas menderita DM berusia antara 56 - 65 tahun sebanyak 17 orang (37,8%).

b. Jenis Kelamin.

Pada penelitian ini, responden penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin, dibagi kedalam 2 golongan yaitu responden pria dan responden wanita. Berikut sajian data responden berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 4.2 Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Pria 17 37.8

2 Wanita 28 62.2

Total 45 100.0

Sumber: olah data primer 2016

Berdasarkan penjelasan tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden wanita yang menderita DM sebanyak 28 orang (62,2%). c. Tingkat Pendidikan

(58)

SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Berikut sajian data responden berdasarkan tingkat pendidikan :

Tabel 4.3 Deskripsi responden berdasarkan tingkat tendidikan No Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 SD 20 44.4

2 SMP 6 13.3

3 SMA 16 35.6

4 PT 3 6.7

Total 45 100.0

Sumber: olah data primer 2016

Berdasarkan penjelasan tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menderita DM memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 20 orang (44,4%).

d. Pekerjaan

Pada penelitian ini, responden penelitian berdasarkan pekerjaan dibagi kedalam 2 golongan yaitu responden tidak bekerja dan responden bekerja. Berikut sajian data responden berdasarkan pekerjaan:

Tabel 4.4 Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Tidak Bekerja 30 66. 7

2 Bekerja 15 33.3

Total 45 100.0

Sumber: olah data primer 2016

(59)

e. Lama Menderita

Pada penelitian ini, responden penelitian berdasarkan lama menderita dibagi kedalam 2 golongan yaitu responden lama menderita 3-10 tahun dan responden lama menderita 11-20 tahun. Berikut sajian data responden berdasarkan lama menderita :

Tabel 4.5 Deskripsi responden berdasarkan lama menderita No Lama Menderita Frekuensi (f) Persentase (%)

1 1-10 tahun 20 44.4

2 11-20 tahun 25 55.6

Total 45 100.0

Sumber : olah data primer 2016

Berdasarkan penjelasan tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden penderita DM yang lama menderita 11-20 tahun sebanyak 25 orang (55,6%).

2. Gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki DM di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, jawaban dari responden dilakukan rekapitulasi kemudian digunakan untuk menguji gambaran tingkat pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki daibetes di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul.

(60)

Tabel 4.6 tingkat pengetahuan responden terhadap perawatan kaki diabetes melitus

F %

Kurang 9 20.0

Sedang 31 68.9

Baik 5 11.1

Total 45 100.0

Sumber : olah data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan persentase tertinggi yaitu 31 orang (68,9%) menunjukan bahwa nilai indeks pengetahuan orang dengan diabetes terhadap perawatan kaki diabetes melitus adalah “sedang”.

Tabel 4.7 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia

Kategori 36-45 46-55 56-65 >65

F % f % f % F %

Kurang 1 9.1 2 14.3 5 29.4 1 33.3

Sedang 9 81.8 9 64.3 11 64.7 2 66.7

Baik 1 9.1 3 21.4 1 5.9

Total 11 100.0 14 100.0 17 100.0 3 100.0 Sumber : olah data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa pada kelompok usia responden 36-45 tahun terdapat 9 orang (81,8%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang. Pada kelompok usia responden 46 -55 tahun terdapat 9 orang (64,3%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang”. Dan pada kelompok usia responden 56-65 tahun terdapat 11 orang (64,7%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang”. Terahir pada kelompok usia responden >65 tahun tidak ada orang yang memimiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “baik” dan

“kurang”, hanya terdapat 2 orang (66,7%) memiliki tingkat pengetahuan

(61)

Tabel 4.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin

Kategori Laki-laki Perempuan

F % f %

Kurang 4 23.5 5 17.9

Sedang 10 58.8 21 75.0

Baik 3 17.6 2 7.1

Total 17 100.0 28 100.0

Sumber : olah data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin laki-laki terdapat 10 orang (58,8%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang”. pada jenis kelamin perempuan terdapat 21

orang (75,0%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang”. Tabel 4.9 Distribusi pingkat pengetahuan responden berdasarkan

pendidikan Sumber : olah data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan terakhir SD terdapat 15 orang (75,0%) memiliki tingkat pengetahuan dengan dengan kategori “sedang”. Dan responden dengan

pendidikan terakhir SMP terdapat 4 orang (66,7%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang”, sedangkan responden yang

(62)

tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang”, dan tidak ada yang

memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “kurang”.

Tabel 4.10 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan

Kategori Tidak bekerja Bekerja

f % f %

Kurang 6 20.0 3 20.0

Sedang 23 76.7 8 53.3

Baik 1 3.3 4 26.7

Total 30 100.0 15 100.0

Sumber : olah data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.10, dapat dilihat bahwa responden yang tidak bekerja terdapat 23 orang (76,7%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang” Dan responden yang bekerja terdapat 8 orang (53,3%)

memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang”.

Tabel 4.11 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan lama menderita

1-10 11-20

f % F %

Kurang 5 25.0 4 16.0

Sedang 14 70.0 17 68.0

Baik 1 5.0 4 16.0

Total 20 100.0 25 100.0

Sumber : olah data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.11, dapat dilihat bahwa responden yang lama menderita 1-10 tahun terdapat 14 orang (70,0%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori “sedang” Dan responden yang lama

(63)

B. Pembahasan

Pengetahuan orang dengan diabetes melitus dalam melakukan perawatan kaki diabetes merupakan hal perlu yang diketahui untuk menunjang kesehatannya, terutama masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah. Dapat dilihat pada tabel 4.6 menunjukkan 31 orang (68,9%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori sedang. Hal ini didukung oleh Gultom (2012) dimana responden dalam penelitiannya didominasi oleh usia lansia awal berada dalam kategori pengetahuan sedang. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden yaitu:

a. Usia

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan jumlah responden yang yang mempunyai pengetahuan sedang yang didominasi oleh rentang usia 36-65 (dewasa akhir-lansia akhir) tahun sebanyak 31 orang. Menurut peneliti hal ini dikarenakan usia 36-65 tahun adalah usia dewasa akhir-lansia akhir dimana pada usia ini akan terjadi penurunan fungsi dan daya ingat seseorang sehingga lebih sulit menerima informasi dan akhirnya dapat terjadi salah paham tentang informasi yang diberikan.

(64)

dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara jelas menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan.

Penelititian ini sejalan dengan Lestari (2013) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan fungsi dan daya ingat seseorang sehingga lebih sulit menerima informasi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasihah dan Sifia (2013) yang menyatakan bahwa semakin cukup umur seseorang maka tingkat pengetahuan dan kematangan dalam berfikir akan semakin baik.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan jumlah responden yang mempunyai pengetahuan sedang didominasi oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden dan sisanya laki-laki sebanyak 10 responden. Hal ini dikarenakan responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang memiliki banyak kesibukan, seperti mengurus anak, mengatur rumah tangga, dan menyelesaikan pekerjaan rumah sehingga menjadi hambatan responden dalam mengakses informasi tentang perawatan kaki DM. Responden juga memiliki pengetahuan yang kurang tentang bagaimana cara mengakses informasi dari internet, dimana internet merupakan alat mengakses informasi yang sangat efektif dalam mencari berbagai macam informasi khususnya tentang perawatan kaki DM.

(65)

dengan banyaknya hambatan dalam mengakses informasi seperti kondisi masyarakat yang belum produktif, cara berproduksi dan pola perekonomian yang dijalankan masih tradisional, sistem dan pola kerja yang telah ada masih bersifat tradisi/turun temurun, perekonomian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (belum berorientasi pasar) dan mata pencaharian masyarakat di sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan penelitian Irawan (2010) mengatakan bahwa pengetahuan masyarakat di negara berkembang terutama perempuan lebih rendah berkaitan dengan hambatan dalam mengakses informasi. Hal berbeda disebutkan dalam penelitian Kristianto, et. al., (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan perempuan tentang masalah kesehatan mayoritas baik, hal ini berkaitan dengan kesadaran perempuan akan pentingnya masalah kesehatan.

c. Pendidikan

(66)

mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Robert Chambers (2007), menjelaskan bahwa kemiskinan yang dialami oleh masyarakat negara berkembang, khususnya masyarakat pedesaan dikarenakan oleh faktor pendidikan yang rendah.

Hal ini sejalan dengan penelitian Phitri dan Widyaningsih (2013) bahwa pengetahuan responden dengan pendidikan terakhir SD dan SMA berada dalam kategi cukup. Hal tersebut berbeda dengan penelitian Gultom (2012) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikannya SMA sehinggan kemampuan serta pemahaman tentang manajemen DM dinilai rendah.

Seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorng tentang suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap dan tindakan seseorang terhadap obyek tertentu. Hal ini didukung oleh pendapat Diani (2013) mengatakan semakin banyak aspek positif dari obyek yang di ketahui akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut

(67)

pendidikan rendah secara signifikan memiliki pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Pengetahuan tentang perawatan kaki yang tepat secara positif dipengaruhi oleh pendidikan klien sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Bijoy et al. (2012) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa pendidikan secara statistik menunjukkan hubungan yang sangat signifikan dengan pengetahuan klien tentang perawatan kaki.

Hal lain disampaikan Riyanto (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, dan paparan informasi. Pengetahuan responden dalam penelitian ini sedang karena sebagian besar responden belum pernah mendapat paparan atau penyuluhan kesehatan mengenai perawatan kaki DM. Berbeda dengan hasil penelitian Ifada (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan tingkat pengetahuan seseorang karena budaya, lingkungan, dan pengaruh orang lain dapat lebih mendominasi pembentukan pengetahuan seseorang.

d. Pekerjaan

(68)

mendapatkan pengetahuan bila dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja karena jarangnya terjadi interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan yang didapatkan juga lebih sedikit. Menurut Ratnawati (2009) pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik.

Nasihah dan Sifia (2013) menyatakan bahwa mereka yang tidak bekerja tingkat pengetahuannya sedang yaitu sebesar 65%, hal ini karena saat seseorang bekerja dia akan lebih mudah mendapatkan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuannya. Hal ini sejalan disampaikan dalam penelitian Melati (2012) menyatakan bahwa pengetahuan responden yang tidak bekerja berada dalam kategori sedang.

(69)

e. Lama Menderita Diabetes Melitus

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan jumlah responden yang mempunyai pengetahuan sedang didominasi rentang lama menderita 1-10 tahun sebanyak 14 orang dan rentang lama menderita 11-20 tahun sebanyak 17 orang. Menurut peneliti seseorang lama menderita diabetes melitus merupakan pengalaman bagi penderita. Responden yang mengalami diabetes yang lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama menjalani penyakit tersebut sehingga responden dapat memahami tentang hal-hal terbaik yang harus dilakukannya tentang perawatan kaki dalam kehidupannya sehari-hari dan melakukan kegiatan tersebut secara konsisten dan penuh rasa tanggung jawab.

John locke (1993) menyatakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman pancaindra. Menurut Webster’s Ninth New Collegiate

Dictionary (1991) pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang

(70)

C. KELEMAHAN DAN KEKUATAN PENELITIAN 1. Kelemahan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hanya mengetahui gambaran pengetahuan berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama menderita saja dan tidak ada intervensi dari peneliti 2. Kekuatan Penelitian

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner pengetahuan penderita diabetes  dalam melakukan perawatan kaki
Tabel 4.2 Deskripsi  responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 Deskripsi responden berdasarkan tingkat tendidikan
Tabel 4.5 Deskripsi  responden berdasarkan lama menderita
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Mengetahui hubungan perawatan kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kejadian ulkus diabetik di RSUD Dr. Metode : Jenis penelitian adalah analitik

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perawatan kaki pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kejadian ulkus diabetik di RSUD

Penerapan program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kepercayaan diri ( self-efficacy ) serta perilaku perawatan kaki pada

Tabel 9 Hubungan keyakinan kemampuan diri (self-efficacy) terhadap perilaku perawatan kaki pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Gamping 1

Populasi penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2 yang merupakan populasi target dan pasien kaki diabetes merupakan populasi terjangkau yang akan diteliti

Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Luka Ganggren dengan Mengangkat Jaringan Mati pada Pasien Diabetes Melitus di Ruang Aqsha II

Perilaku perawatan kaki adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan pasien diabetes melitus dalam melakukan untuk perawatan kaki sebagai upaya pencegahan primer terjadinya luka

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pre test dan post test penderita DM tentang Perawatan Kaki dan Senam Kaki Diabetes Pengetahuan Pre Test % Post Test % Baik Sedang 6 13 24 52