• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Dan Air Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Pada Berbagai Tingkat Petikan Daun Dengan Metode DPPH Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Dan Air Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Pada Berbagai Tingkat Petikan Daun Dengan Metode DPPH Chapter III VI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2016 di

Laboratorium Teknologi Pangan dan Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan utama adalah daun bangun-bangun segardiperoleh dari pasar

tradisional di Medan, Sumatera Utara.

Adapun antioksidan sintesis yang digunakan adalah vitamin C sebagai

kontrol positif, radikal bebas DPPH (2,2-difenyl-1-picrylhidrazyl) untuk uji

aktivitas antioksidan, n-hexan, metanol, dietil eter dan akuades untuk ekstraksi

senyawa antioksidan serta reagensia untuk analisis proksimat daun

bangun-bangun seperti NaOH, H2SO4 pekat, K2SO4, dan CuSO4.

Alat Penelitian

Pembuatan tepung daun bangun-bangun menggunakan loyang pengering,

oven, blender, dan saringan komersil. Alat untuk ekstraksi meliputi erlenmeyer,

corong kaca, kertas saring (Whatman 41), waterbath, dan corong pisah. Uji

aktivitas antioksidan menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS (Genesys 200),

rotari evaporator dan labu ukur. Analisis proksimat yaitu meliputi neraca analitik

(Sartorius), oven (Memmert), tanur, tabung kjeldahl, soxhlet, pendingin balik,

(2)

Metode Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a. Tahap I :Pembuatan tepung daun bangun-bangun. Tahap 1 pada penelitian ini

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial, yaitu : setiap

petikan dalam satu tangkai dari daun bangun-bangun terdiri dari 3 taraf (P),

yaitu :

P1

P

= petikan 1 (4 daun dari pucuk)

2

P

= petikan 2 (4 daun bagian tengah)

3

Setiap perlakukan dilakukan analisis proksimat dalam 3 kali ulangan

(kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar). = petikan 3 (4 daun bagian bawah)

b. Tahap II : Pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun. Tahap 2 pada

penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial,

yaitu : setiap petikan dalam satu tangkai dari daun bangun-bangun terdiri dari

3 taraf (P), yaitu :

P1

P

= petikan 1 (4 daun dari pucuk)

2

P

= petikan 2 (4 daun bagian tengah)

3

Setiap perlakukan dilakukan analisis rendemen dalam 3 kali ulangan. = petikan 3 (4 daun bagian bawah)

c. Tahap III : Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanolik daun

bangun-bangunfraksi eter dan fraksi air. Pada tahap 3, penelitian menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu:

Faktor I : Konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter dan air (K) yang

terdiri dari 5 taraf, yaitu :

K1

K

= Konsentrasi 10 ppm

(3)

K3

K

= Konsentrasi 40 ppm

4

K

= Konsentrasi 80 ppm

5

Faktor II : Petikan dalam satu tangkai dari daun bangun-bangun yang

(P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : = Konsentrasi 160 ppm

P1

P

= petikan 1 (4 daun dari pucuk)

2

P

= petikan 2 (4 daun bagian tengah)

3

Setiap perlakukan dilakukan 3 kali ulangan (Bangun, 2001). = petikan 3 (4 daun bagian bawah)

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu :

Tahap 1 : Pembuatan tepung daun bangun-bangun

Tahap 2 : Pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun

Peneltian tahap 1 dan 2 menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)

nonfaktorial dengan model sebagai berikut :

Ŷij= µ + αi+ ε

dimana :

ij

Ŷij

µ : Efek nilai tengah

: Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i dalam ulangan ke-j

αi ε

: Efek perlakuan ke-i

ij

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

(4)

Tahap 3 : Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanolik fraksi eter dan air. Tahap ini

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktorial dengan model

sebagai berikut:

Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ ε

dimana:

ijk

Ŷijk

µ : Efek nilai tengah

: Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf i dan faktor P pada taraf

ke-j dalam ulangan ke-k

αi β

: Efek faktor K pada taraf ke-i

j (αβ)

: Efek faktor P pada taraf ke-j

ij ε

: Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j

ijk

Apabila hasil yang diperoleh berbeda nyata maupun sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least

Significant Range) (Bangun, 1991).

: Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor Ppada taraf ke-j dalam

ulangan ke-k

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan tepung daun bangun-bangun

Daun bangun-bangun disortasi, trimming, dan dicuci. Daun bangun-bangun

diiris untuk mempercepat pengeringan dalam oven. Irisan daun bangun-bangun

disusun di atas loyang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC dalam waktu 48 jam. Irisan kering daun bangun-bangun dihaluskan dengan blender hingga

menjadi bubuk/tepung, diayak dengan ayakan komersil 60 mesh. Dilakukan

(5)

tepung daun bangun-bangun. Skema pembuatan tepung daun bangun-bangun

dapat dilihat pada Gambar 5 (Rusmarilin, 2003).

Pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun

Ekstraksi tepung daun bangun-bangundilakukan untuk memperoleh

ekstrak metanolik. Sebanyak 25 g tepung daun bangun-bangun dimaserasi dalam

pelarut hexan 150 ml (maserasi 48 jam), disaring, dan ampasnya

dikeringanginkan. Ampas dimaserasi dengan pelarut methanol, kemudian

disaring, diperoleh filtrat dan dipekatkan dengan rotari evaporator, diperoleh

ekstrak kental metanolik (Kuncahyo dan Sunardi, 2007).

Pembuatanlarutan ekstrak metanolik fraksi eter dan air

Sebanyak 4 g ekstrak kental metanolik disuspensi dengan 50 ml akuades

dan dipartisi dengan 50 ml dietil eter. Digojok selama 30 detik, dan dibiarkan

memisah akibat adanya perbedaan massa jenis antara fraksi eter (lapisan atas) dan

fraksi air (lapisan bawah). Fraksi eter dan air masing-masing dipekatkan dalam

waterbathselama 2 jam dengan suhu 70°C untuk fraksi eter dan 100°C untuk

fraksi air. Masing-masing ekstrak kental metanolik dibuat konsentrasi 10 ppm, 20

ppm, 40 ppm, 80 ppm, dan 160 ppm, diukur aktivitas antioksidan dengan metode

DPPH. Skema pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun dapat dilihat

pada Gambar 6.

Pembuatan larutan ekstrak metanolik fraksi eter dan air dapat dilihat pada

Gambar 7 dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, dan 160 ppm

(6)

Parameter Penelitian

Pengamatan dan pengukuran dilakukan melalui analisis menggunakan alat

di laboratorium (in vitro). Tepung daun bangun-bangun dilakukan analisis

proksimat, yaitu: pengukuran kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,

dan kadar serat kasar. Ekstrak metanolik daun bangun-bangun dan ekstak

metanolik fraksi eter dan airdihitung rendemen dan diukur absorbansi peredaman

radikal bebas DPPH pada ekstrak metanolik fraksi eter dan air berbagai

konsentrasi dan tingkat petikan.

Kadar air (SNI 01–2891–1992)

Ditimbang sampel sebanyak 1-2 gram pada botol timbang yang telah

diketahui bobotnya.Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C

selama 3 jam.Didinginkan dalam desikator dan ditimbang, diulangi beberapa kali

hingga diperoleh bobot yang tetap. Prinsipnya dengan menghitung jumlah air

yang menguap saat dipanaskan dalam oven dan dianggap kadar air yang ada pada

bahan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Kadar air (% bk) =Kehilangan bobot setelah dikeringkan (g) x 100% Bobot setelah dikeringkan (g)

Kadar abu (Sudarmadji, et al., 1996)

Penentuan kadar abu cara kering, dengan mengoksidasikan semua zat

dalam bahan pada suhu tinggi 500-6000C. Sampel ditimbang sebanyak 5 g, dimasukkan dalam cawan porselen dan dibakar dalam tanur.Kemudian zat yang

tersisa di dalam cawan pengabuan ditimbang. Perbandingan bobot zat sisa (abu)

(7)

Kadar abu (%) = Bobot abu (g) x 100% Bobot sampel awal (g)

Kadar serat kasar (Apriantono, dkk., 1989)

Sampel sebanyak 2 g yang sudah dikadar lemakkan dimasukkan ke dalam

labu erlenmeyer 300 ml kemudian ditambahkan 100 ml H2SO4 0,325 N.

Hidrolisis dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 105oC. Setelah didinginkan sampel ditambahkan NaOH 1,25 N sebanyak 50 ml, kemudian

dihidrolisis kembali selama 15 menit. Sampel disaring dengan kertas saring

Whatman No. 41 yang telah dikeringkan dan diketahui beratnya. Kertas saring

tersebut dicuci berturut-turut dengan air panas lalu 25 ml H2SO4 0,325 N,

kemudian dengan air panas dan terakhir dengan 25 ml etanol 95%. Kertas saring

dikeringkan dalam oven bersuhu 105o

Kadar serat kasar (%) = Berat Kertas Saring + Serat (g) – Berat Kertas saring (g) x 100%

C selama satu jam, pengeringan dilanjutkan

sampai berat konstan. Kadar serat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Berat Sampel Awal (g)

Kadar proteincara makro kjeldahl (AOAC, 1995)

Ditimbang sampel yang telah dihaluskansebanyak 0,2 g, dimasukkan ke

dalam labu kjeldahl 30 ml selanjutnya ditambahkan 1,5 ml H2SO4 pekat dan 2 g

katalis (CuSO4 dan K2SO4), dan dididihkan selama 2 jam atau sampai berwarna

hijau kebiruan. Labu beserta isinya didinginkan, kemudian isinya dipindahkan ke

dalam alat destilasi dan ditambahkan 15 ml larutan NaOH 40%. Kemudian dibilas

dengan akuades. Erlenmeyer 250 ml berisi H2SO40,025 N dan 2–4 tetes indikator

mengsel (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02% dalam

(8)

mengsel, kemudian dilakukan destilasi hingga destilat mencapai 125 ml. Ujung

kondensor kemudian dibilas dengan sedikit air destilat dan ditampung dalam

erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna

ungu menjadi hijau. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama.

Kadar protein = (A-B) x N x 0,014 x 5,18 x 100% Bobot Sampel (g)

A = ml NaOH untuk tittrasi blankoB = ml NaOH untuk titrasi sampel

N = Normalitas NaOH

Kadar lemak (Metode Soxhlet) (AOAC, 1995)

Dipanaskan labu alas datar 250 ml di dalam oven pada suhu 105oC hingga didapat bobot tetap kemudian sampel ditimbang sebanyak 5 gram lalu

dimasukkan ke dalam kertas saring. Kertas saring yang berisi sampel diekstrak

dengan 130 ml hexan dengan menggunakan soxhlet selama 5 jam dan labu lemak

dipisahkan dari alat pengekstraksi lalu diuapkan. Labu dikeringkan dalam oven

60o

Kadar lemak (%) = Bobot akhir labu lemak (g) - Bobot awal labu lemak (g) x 100% C dan ditimbang sampai bobot tetap. Kemudian dihitung kadar lemak sampel

dengan rumus :

Bobot sampel (g)

Rendemen (Kuncahyo dan Sunardi, 2007)

Tepung daun bangun-bangun 25 g dilarutkan dan direndam (maserasi)

dalam pelarut non polar (hexan) 150 ml selama 48 jam.Dilakukan penyaringan,

ampas dikeringkan hingga tidak berbau hexan.Residu dilarutkan dalam metanol

(9)

ekstrak kental metanolik.Ekstrak kental metanolik dihitung rendemennya dengan

rumus berikut.

Rendemen (%)= Bobot ekstrak metanolik pekat (g) x 100% Bobot tepung daun bangun-bangun (g)

Sebanyak 4 g ekstrak metanolik disuspensi dengan 50 ml akuades dan

dipartisi dengan 50 ml dietil eter.Dilakukan pemisahan fraksi eter danair.Fraksi

eter dipekatkan dengan waterbathpada suhu 70°Cdan fraksi air pada suhu 100°C

selama2 jam. Ekstrak metanolik fraksi eter dan air hasil pemekatan

masing-masing ditimbang dan dihitung rendemen dengan rumus sebagai berikut :

Rendemen (%)= Bobot ekstrak metanolik pekat fraksi eter/air (g) x 100% Bobot ekstrak metanolik (g)

Uji aktivitas antioksidan fraksi eter dan air (Kuncahyo dan Sunardi, 2007)

Fraksi air dan eter dibuatlarutan (menggunakan pelarut metanol) dengan 5

konsentrasi berbeda (10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, 160 ppm) sebanyak 4 ml,

ditambahkan radikal bebas DPPH 0,1 mM sebanyak 1 ml dimasukkan dalam vial

dikocok. Didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit, kemudian dibaca serapan

aktivitasnya pada panjang gelombang 517 nm. Blanko yang digunakan adalah 4

ml metanol dan 1 ml DPPH 0,1 mM. Kontrol positifsebagai pembanding

digunakan antioksidan sintetis BHT dan vitamin C. Nilai absorbansi (Abs.) yang

diperoleh menunjukkan aktivitas antioksidan senyawa uji (% peredaman).Nilai

IC50

(10)

IC50

IC

(Molyneux, 2004)

50 merupakan bilangan yang dapat menunjukkan konsentrasi ekstrak

yang dapat menghambat aktivitas radikal sebesar 50%. Dalam menentukan IC50

dibutuhkan adanya kurva standar dari % inhibisi sebagai sumbu y dan konsentrasi

fraksi antioksidan sebagai sumbu x. IC50 dihitung dengan cara memasukkan nilai

50% ke dalam persamaan kurva standar sebagai sumbu y kemudian dihitung nilai

x sebagai konsentrasi IC50. Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan semakin tinggi

(11)

Gambar 10. Skema pembuatan tepung daun bangun-bangun Tepung daun bangun-bangun

Diayak dengan ayakan komersil (60 mesh) Irisan kering diblender hingga menjadi tepung

Disusun di atas loyang dan keringkan dalam oven suhu 500C selama 48 jam (sampai kering)

Diiris tipis

Disortasi, trimming, dan dan dicuci

Analisis proksimat -Kadar air

-Kadar abu -Kadar lemak -Kadar protein - Kadar serat kasar

Daun bangun-bangun

(12)

Gambar 11. Skema pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun Maserasi dalam pelarut

metanol (1:6) 48 jam Ampas dikeringkan

600C, 30 menit

Disaring Disaring

Maserasi tepung daun bangubangun dalam pelarut n-hexan (1:6) selama 48 jam

Filtrat metanol

Filtrat/ekstrak methanol dipekatkan menjadi ekstrak kental metanolik yang diletakkan pada erlenmeyer dengan rotari evaporatorpada suhu 70°C selama 20 menit

(13)

Gambar 12. Skema pembuatan larutan ekstrak metanolik fraksi eter dan air Sebanyak 4 g ekstrak metanolik disuspensi

50 ml akuades dan dipartisi 50 ml dietil eter

Digojok selama 30 detik dan dipisahkan dalam corong pisah

Fraksi eter (lapisan atas), dipekatkan dalam waterbath selama 2 jam dengan

suhu 70 °C, dan dihitung rendemen fraksi kental

Fraksi air (lapisanbawah), dipekatkan dalam waterbath selama 2 jam dengan suhu 100°C, dan dihitung

rendemen fraksi kental

Dibuat larutan uji fraksi air konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm,

80 ppm, 160 ppm Dibuat larutan uji fraksi eter

konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, 160 ppm

Analisis: aktivitas antioksidan (% peredaman radikal bebas DPPH)

dengan kontrol positif vitamin C

Analisis: aktivitas antioksidan (% peredaman radikal bebas DPPH)

dengan kontrol positif vitamin C

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I : Pembuatan Tepung Daun Bangun-Bangun

Pengeringan dan penepungan daun bangun-bangun dilakukan dengan

tujuan untuk mengurangi kadar air bahan. Kandungan air yang tinggi pada bahan

dapat menghambat proses pemekatan karena titik didih air lebih tinggi daripada

pelarut yang digunakan. Penepungan bertujuan untuk memperbesar luas

permukaan bahan dengan ukuran partikel yang lebih kecil dan seragam, sehingga

ekstraksi pada bahan dapat berlangsung dengan optimum.Hasil analisis proksimat

tepung daun bangun-bangun dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil penelitian yang

dilakukan, diperoleh hasil komposisi kimia tepung daun bangun-bangun yang

memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak

dan kadar serat kasar.

Tabel 2.Komposisi kimia tepung daun bangun-bangun pada bagian pucuk, tengah dan bawah.

Parameter Petikan I

(Pucuk)

Petikan II (Tengah)

Petikan III (Bawah)

Kadar air (%bk) 6,24 ±0,34 6,13 ±0,41 6,74 ±0,11

Kadar abu (%bk) 12,89 ±0,05 13,64 ±0,27 14,05 ±0,05 Kadar lemak (%bk) 3,84±0,48 3,81 ±0,13 5,05 ±0,25 Kadar protein (%bk) 4,41 ±0,37 4,89 ± 0,44 4,04 ±0,87 Kadar serat (%bk) 11,23 ± 1,48 12,09 ±0,89 13,29 ± 0,32

(15)

Kadar air (%bk)

Tabel 2 dapat diketahui bahwa perbedaan tingkat petikan daun

bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air

tepung daun bangun-bangun, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. Dapat dilihat

pada Lampiran 1.

Kadar abu (%bk)

Hasil analisis ragam pada Lampiran 2 dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa

tingkat petikan daun bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar abu tepung daun bangun-bangun. Perlakuan P1berbeda

sangat nyata terhadap P2, dan P3.P2 berbeda nyata dengan P3. Adapun hubungan

antara tingkat petikan dengan kadar abu (%bk) tepung daun bangun-bangun dapat

dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Hubungan antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan kadar abu tepung daun bangun-bangun (%bk)

Gambar 13 dapat dilihat bahwa kadar abu tepung daun bangun-bangun 12.8979cC 13.6415

bB 14.0597aA

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0

P1 (Pucuk) P2 (Tengah) P3 (Bawah)

Hubungan antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan kadar abu (%bk)

K

ad

ar

a

b

u

(

%

(16)

bangun. Kadar abu tepung daun bangun-bangun terdapat pada bagian tengah,

yaitu sebesar 13,64%, sedangkan pada bagian bawah yaitu sebesar 14,05%. Kadar

abu tepung daun bangun-bangun bagian terendah terdapat pada bagian atas

(pucuk), yaitu sebesar 12,89%. Hal tersebut sesuai dengan Solichatun, dkk.,

(2005), yang menyatakan bahwa pertumbuhan pada akar dapat menjadi petunjuk

pada pertumbuhan untuk ketersediaan air dan unsur hara khususnya nitrogen

dalam tanah.

Kadar abu menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan,

bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen

anorganik tidak. Kadar abu pada daun bangun-bangun segar sebesar 1,6% dengan

kadar air 92,5% (Mahmud, 1995).

Kadar lemak (%bk)

Tabel 2 dapat dilihat bahwa perbedaan tingkat petikan pada daun

bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

lemak tepung daun bangun-bangun. Kadar lemak P3 berbeda sangat nyata dengan

P2 dan P1.Kadar lemak P1 berbeda nyata dengan P2. Adapun hubungan antara

tingkat petikan dengan kadar lemak tepung daun bangun-bangun dapat dilihat

(17)

Gambar 14. Hubungan antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan kadar lemak tepung daun bangun-bangun (%bk)

Gambar 14 dapat dilihat bahwa kadar lemak tepung daun bangun-bangun

cenderung meningkat dengan semakin rendah tingkat petikan. Kadar lemak

tepung daun bangun-bangun tertinggi terdapat pada petikan ketiga (bagian

bawah), yaitu sebesar 5,05%, dan kadar lemak terendah terdapat pada petikan

kedua (bagian tengah), yaitu sebesar 3,81%. Kadar lemak pada petikan pertama

(bagian pucuk), yaitu sebesar 3,84%. Mahmud (1995) kadar lemak pada daun

bangun-bangun segar, yaitu sebesar 0,6%, sedangkan Syarief, dkk., (2014) kadar

lemak daun bangun-bangun segar, yaitu sebesar 0,4%. Jika dilihat dari hal

tersebut kadar lemak yang terdapat pada tepung daun bangun-bangun dengan

daun bangun-bangun memiliki perbedaan yang signifikan hal tersebut seperti

literatur Gazali (2014) yang menyatakan bahwa tanaman pada bagian daun

merupakan sumber nabati hijauan yang menganduk lemak yang tinggi, seperti

kandungan lemak daun gamal, yaitu sebesar 4,81%. 0,0

1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0

P1 (Pucuk) P2 (Tengah) P3 (Bawah)

K

ad

ar

le

mak

(%

)

3,8401bB 3,8136bB

(18)

Daun bangun-bangun diketahui memiliki kandungan minyak atsiri yang

dapat berfungsi sebagai antiseptik dan memiliki aktivitas yang tinggi untuk

melawan infeksi cacing (Vasquez, dkk., 2000).

Kandungan lemak pada tepung daun bangun-bangun sendiri belum banyak

diketahui, namun kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun

bangun-bangun memiliki manfaat untuk antiseptik dan memiliki potensi terhadap aktivitas

biologis yaitu adanya antioksidan, mencegah kanker, anti tumor dan anti

hipotensif (Agus, 2009).

Kadar protein (%bk)

Tabel 2 dapat diketahui bahwa perbedaan tingkat petikan daun

bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar

protein tepung daun bangun-bangun, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. Dapat

dilihat pada Lampiran 4.

Kadar serat kasar (%bk)

Tabel 2 dapat diketahui bahwa perbedaan tingkat petikan daun

bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat

kasar tepung daun bangun-bangun, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. Dapat

(19)

II : Pembuatan Ekstrak Metanolik Daun Bangun-Bangun

Tepung daun bangun-bangun dengan petikan 1 (4 daun dari pucuk),

petikan 2 (4 daun bagian tengah), dan petikan 3 (4 daun bagian bawah) diambil

masing-masing 25 g dilarutkan dalam 150 ml n-hexan, kemudian residu diekstrak

menggunakan pelarut metanol untuk mendapatkan ekstrak metanolik. Ekstrak

metanolik yang dihasilkan kemudian dipekatkan hingga dihasilkan ekstrak

metanolik yang kental

Rendemen (%)

Ekstrak kental metanolik yang dihasilkan, kemudian ditimbang beratnya

dan dilakukan perhitungan rendemen pada semua perlakuan pada setiap tingkat

petikan.Rendemen ekstrak kental metanolik dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rendemen ekstrak metanolik

Perlakuan Berat

serbuk (g) Bagian pucuk (P1)

Ulangan 1

Bagian tengah (P2) Ulangan 1

Bagian bawah (P3) Ulangan 1

Tabel 3 dapat diketahui rendemen ekstrak kental metanolik tertinggi

terdapat pada perlakuan bagian bawah, yaitu sebesar 17,97%, sedangkan

rendemen terendah terdapat pada perlakuan bagian pucuk, yaitu sebesar 17,22%.

Lampiran 6 diketahui tingkat petikan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(20)

Ekstrak metanolik yang telah diperoleh selanjutnya disuspensi dengan 50

ml akuades dan dipartisi dengan 50 ml dietil eter.Larutan tersebut dipisahkan

dengan menggunakan corong pisah menjadi dua bagian fraksi, yaitu fraksi eter

dan fraksi air. Fraksi eter merupakan larutan bagian atas, sedangkan fraksi air

merupakan larutan bagian bawah. Fraksi eter dan fraksi air yang telah diperoleh

kemudian dipekatkan, ditimbang beratnya, dan kemudian dilakukan perhitungan

rendemen.Rendemen fraksi eter dan fraksi air dapat dilihat pada Tabel 4 dan

Tabel 5.

Tabel 4. Rendemen ekstrak metanolik fraksi eter Perlakuan Berat ekstrak

metanolik (g)

Berat fraksi (g)

Rendemen (%)

Rataan ± standar deviasi (%) Bagian pucuk (P1)

Ulangan 1

Bagian tengah (P2) Ulangan 1

Bagian bawah (P3)

bB

Keterangan : notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata 1%

Tabel 4 diketahui rendemen tertinggi fraksi eter terdapat perlakuan pada

petikan ketiga (bagian bawah), yaitu sebesar 0,84%, sedangkan rendemen

terendah terdapat pada perlakuan petikan pertama (bagian pucuk), yaitu sebesar

0,70%. Hasil sidik ragam yang terdapat pada Lampiran 7 diketahui bahwa tingkat

petikan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen ekstrak

(21)

Gambar 15. Hubungan tingkat petikan daun bangun-bangun dengan rendemen ekstrak metanolik fraksi eter (%)

Gambar 15 dapat kita lihat bahwa rendahnya petikan daun bangun-bangun

dengan rendemen ekstrak metanolik fraksi eter (%) memiliki rendemen yang

paling tinggi pada perlakuan P3 dan rendemen terendah pada P1.Maka semakin

rendah tingkat petikan maka semakin tinggi rendemen yang dimiliki oleh tepung

daun bangun-bangun ekstrak metanolik fraksi eter. Adanya rendemen ekstrak

metanolik fraksi eter meningkat pada P3 (bagian bawah) dan cenderung menurun

pada P1 (bagian pucuk) dikarenakan tanaman pada bagian pucuk sampai pada

bagian tengah lebih banyak mengandung komponen bioaktif, sedangkan pada

bagian bawah sudah mulai mengalami adanya proses pelayuan, sehingga

mengakibatkan adanya proses pembentukan metabolit sekunder dalam tanaman

cenderung berkurang (Lintang, dkk., 2014). 0.7097

0.7968 0.8484

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

P1 P2 P3

Re

nde

m

e

n (

%

)

(22)

Tabel 5. Rendemen ekstrak metanolik fraksi air Perlakuan Berat ekstrak

metanolik (g)

Berat fraksi (g)

Rendemen (%)

Rataan ± standar deviasi (%) Bagian pucuk (P1)

Ulangan 1

Bagian tengah (P2) Ulangan 1

Bagian bawah (P3) Ulangan 1

Tabel 5 dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi dari fraksi air terdapat

pada perlakuan P2 (bagian tengah), yaitu sebesar 78,84% dan terendah terdapat

pada perlakuan P3

Fraksi eter rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan P

(bagian bawah), yaitu sebesar 72,30%. Lampiran 8 dapat

diketahui bahwa pengaruh tingkat petikan daun bangun-bangun memberikan

pengaruh berbeda tidak nyata terhadap rendemen ekstrak metanolik fraksi air.

3 (bagian bawah),

dan pada fraksi air terdapat pada perlakuan P2 (bagian tengah).Hal tersebut

dikarenakan rendemen ekstrak metanolik tertinggi dihasilkan dari perlakuan P3

(bagian bawah). Adanya rendemen fraksi eter yang jauh lebih rendah daripada

fraksi air, menunjukkan bahwa adanya kandungan senyawa polar yang lebih besar

pada daun bangun-bangun karena pelarut air yang bersifat polar (Kuncahyo dan

Sunardi, 2007), atau adanya senyawa polar dalam ekstrak metanolik daun

bangun-bangun lebih banyak dibandingkan senyawa yang bersifat semipolar yang dapat

(23)

III: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanolik Tepung Daun Bangun- Bangun Fraksi Eter dan Air

Adapun ekstrak kental metanolik fraksi eter dan air masing-masing dibuat

larutan uji dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, dan 160 ppm.

Larutan uji tersebut masing-masing 4 ml ditambahkan dengan radikal bebas yaitu

DPPH 0,1 mM sebanyak 1 ml, kemudian dibaca absorbansinya dengan alat

spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm. Adapun hasil serapan yang

dihasilkan oleh radikal DPPH dapat dinyatakan dengan aktivitas antioksidan (%

peredaman DPPH).Aktivitas antioksidan ekstrak kental metanolik fraksi eter dan

fraksi air dari berbagai tingkat petikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Aktivitas antioksidan ekstrak metanolik fraksi eter dan fraksi air

Aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH) Perlakuan

Tabel 6 dapat diketahui bahwa ekstrak metanolik daun bangun-bangun

fraksi eter dan fraksi air memiliki aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan %

peredaman radikal DPPH.Adapun senyawa antioksidan yang terkandung dalam

daun bangun-bangun yaitu senyawa flavonoid.Menurut Santosa dan Hertiani

(24)

senyawa flavonoid, glikosida flavonol, polifenol, dan minyak atsiri. Menurut

Sirait (2007), adapun flavonoid sendiri pada umumnya pada tanaman berperan

sebagai glikosida, dan gugusan gula yang terdiri atas satu atau lebih gugus

hidroksil fenolik. Flavonoid pada tanaman terdapat pada daun, buah, sari dan akar.

Golongan flavonoid merupakan flavor yang berperan sebagai antioksidan.

Flavonoid adalah satu dari senyawa alami yang paling beragam dan

merupakan senyawa alami fenol yang sangat penting.Flavonoid merupakan

senyawa yang memiliki spectrum yang luas dalam aktivitas biologi dan kimia

termasuk dalam penghambatan radikal bebas.Senyawa ini memiliki sekitar 9000

jenis struktur senyawa yang telah diidentifikasi.Adapun kelompok utama senyawa

utama flavonoid adalah flavon, isoflavon, flavonol, antosianin, katekin dan

khalkon (Lukitaningsih, 2009).

Gambar 16. Struktur kimia flavonoid (Waji dan Sugrani, 2009)

Menurut Kaliappan (2008), daun bangun-bangun dibuktikan sebagai

antiinflamasi karena dapat menghambat respon inflamasi yang diinduksi oleh

adanya siklooksiginase, dan juga sebagai anti kanker dan anti tumor.Daun

bangun-bangun mengandung jenis flavonoid yaitu quercetin, apigenin, luteolin,

salvigenin dan genkwanin.

Flavonoid sendiri merupakan sumber antioksidan seperti alfa tokoferol,

(25)

antioksidan dalam buah dan sayuran adalah flavonoid, yang berfungsi sebagai

penangkap anion superoksida, lipid peroksida radikal, oksigen singlet, dan

pengkelat logam. Lintang, dkk., (2014) menyatakan berdasarkan kelarutannya

dalam air. Flavonoid terdiri dari aglikon dan glukosida, dan di alam senyawa ini

dapat ditemukan dalam bentuk 7-O-glukosida.

Surya, dkk., (2013) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daun

bangun-bangun dengan menggunakan empat metode yang berbeda salah satunya

metode DPPH, antara ekstrak methanol dan ekstrak etil asetat dari tanaman daun

bangun-bangun menunjukkan dengan menggunakan pelarut metanol lebih baik

aktivitas antioksidannya dibandingkan dengan menggunakan pelarut etil asetat.

Menurut Kemala (2012) juga menyatakan bahwa aktivitas antioksidan daun

bangun-bangun menggunakan pelarut etil asetat dari ekstrak etanol memiliki

aktivitas toksik yang disebabkan oleh adanya senyawa flavonoid.Penelitian yang

dilakukan oleh Kuncahyo dan Sunardi (2009) terhadap aktivitas antioksidan

belimbing wuluh dengan menggunakan pelarut metanol dengan fraksi eter dan air

memperlihatkan bahwa belimbing wuluh memiliki aktivitas antioksidan.

Pengaruh interaksi antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH)

Daftar analisis sidik ragam dari Lampiran 9 dapat diketahui bahwa

konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter dan tingkat petikan daun bangun-bangun

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas

antioksidan yang dihasilkan. Hasil uji LSR interaksi antara konsentrasi ekstrak

metanolik fraksi eter dengan tingkat petikan daun bangun-bangun terhadap

(26)

interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter dengan tingkat petikan

daun bangun-bangun terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 17.

Tabel 7. Uji LSR efek utama interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH)

Jarak LSR Perlakuan Rataan

(%)

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - K1P1 39,3939 f DE

2 5,719 7,701 K1P2 43,1334 ef D

3 6,010 8,032 K1P3 54,9783 d C

4 6,200 8,254 K2P1 65,3679 bc B

5 6,335 8,416 K2P2 79,50788 a A

6 6,436 8,543 K2P3 35,3535 fg DE

7 6,515 8,646 K3P1 42,9996 ef DE

8 6,578 8,731 K3P2 52,6695 de CD

9 6,632 8,802 K3P3 63,6363 c BC

10 6,675 8,806 K4P1 71,8614 b AB

11 6,711 8,919 K4P2 31,1688 g E

12 6,743 8,966 K4P3 37,9509 fg DE

13 6,768 9,010 K5P1 47,6190 e CD

14 6,790 9,048 K5P2 61,4718 cd BC

15 6,810 9,081 K5P3 72,2943 ab AB

(27)

Gambar 17. Hubungan interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter dengan tingkat petikan daun bangun-bangun terhadap aktivitas antioksidan fraksi eter (%)

Gambar 17 dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat petikan dan

semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter maka aktivitas

antioksidan yang dihasilkan cenderung akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil, sehingga ketika konsentrasi senyawa

uji meningkat maka aktivitas antioksidannya meningkat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Lintang, dkk., (2014) yang menyatakan bahwa tanaman daun yang

masih muda berpengaruh pada aktivitas antioksidan yang dihasilkan karena

banyak mengandung senyawa fenolik dan adanya hal tersebut komponen

antioksidan seperti flavonoid akan semakin tinggi pada tanaman yang masih

muda, sehingga adanya kemampuan untuk mereduksi radikal bebas DPPH pada

tanaman yang masih muda akan semakin tinggi dan eter sendiri merupakan

senyawa yang tidak polar (Arief, 2012).

(28)

Pengaruh interaksi antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH)

Daftar analisis sidik ragam dari Lampiran 10 dapat diketahui bahwa

konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air dan tingkat petikan daun bangun-bangun

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas

antioksidan yang dihasilkan. Hasil uji LSR interaksi antara konsentrasi ekstrak

metanolik fraksi eter dengan tingkat petikan daun bangun-bangun terhadap

aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH) dapat dilihat pada Tabel 8.Hubungan

interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air dengan tingkat petikan

daun bangun-bangun terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 18.

Tabel 8. Uji LSR efek utama interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH)

Jarak LSR Perlakuan Rataan

(%)

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - K1P1 41,0752 fg DE

2 3,274 4,409 K1P2 47,0967 e CD

3 3,441 4,599 K1P3 52,6881 cd C

4 3,550 4,726 K2P1 60,4301 c B

5 3,627 4,819 K2P2 72,0430 a A

6 3,685 4,891 K2P3 37,8494 g E

7 3,730 4,950 K3P1 44,3010 ef D

8 3,766 4,999 K3P2 50,7526 d C

9 3,797 5,040 K3P3 59,7849 c BC

10 3,822 5,042 K4P1 68,817 b B

11 3,842 5,107 K4P2 35,9138 g E

12 3,860 5,134 K4P3 42,3655 f DE

13 3,875 5,159 K5P1 47,5268 e CD

14 3,888 5,180 K5P2 56,1290 cd C

15 3,899 5,200 K5P3 67,7419 b AB

(29)

Gambar 18. Hubungan interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air dengan tingkat petikan daun bangun-bangun terhadap aktivitas antioksidan fraksi air (%)

Gambar 18 dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat petikan dan

semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air maka aktivitas antioksidan

yang dihasilkan cenderung akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin

tinggi konsentrasi ekstrak kental metanolik fraksi air maka akan semakin banyak

senyawa antioksidan yang terlarut dalam senyawa uji. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Surya, dkk., (2013) yang menyatakan bahwa aktivitas antioksidan

pada daun bangun-bangun pada ekstrak metanol menunjukkan aktivitas

antioksidan yang lebih baik daripada etil asetat.

Disamping itu faktor tanaman atau petikan daun yang masih muda sangat

berpengaruh pada aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Menurut Arief (2012)

yang menyatakan bahwa pada proses pematangan tanaman akan membentuk

metabolit sekunder seperti vitamin dan senyawa volatil, seperti vitamin E yang

(30)

memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Adanya antioksidan yang banyak,

maka kemampuan antioksidan untuk dapat mereduksi DPPH akan lebih besar.

Nilai IC50

IC

hasil pengujian aktivitas antioksidan (ppm)

50 merupakan bilangan yang dapat menunjukkan konsentrasi ekstrak

yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas 50%.Untuk menentukan nilai IC50

diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier hubungan antara

senyawa (simbol x) dengan adanya aktivitas penangkap radikal rata-rata (simbol

y) dari adanya seri replikasi pengukuran.IC50 digunakan untuk membandingkan

aktivitas antioksidan, nilai IC50 berbanding terbalik dengan kemampuan

antioksidan meredam radikal bebas.Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan

semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Prakarsa, 2010).Nilai IC50

Tabel 9. Nilai IC

vitamin C,

ekstrak metanolik fraksi eter dan air pada tingkat petikan daun bangun-bangun

bagian atas (pucuk), bagian tengah, dan bagian bawah dapat dilihat pada Tabel 9.

50

Senyawa

hasil pengujian aktivitas antioksidan

IC50 (ppm)

Vitamin C 7,93gG

Ekstrak Metanolik Fraksi Eter (FE) P1 46,91

Ekstrak Metanolik Fraksi Eter (FE) P2

fF

50,54 Ekstrak Metanolik Fraksi Eter (FE) P3

cC

53,31 Ekstrak Metanolik Fraksi Air (FA) P1

aA

52,31 Ekstrak Metanolik Fraksi Air (FA) P2

bB

49,96 Ekstrak Metanolik Fraksi Air (FA) P3

dD

47,52eE

Keterangan : - Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

-Data terdiri dari 3 ulangan

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai IC50 ekstrak metanolik fraksi eter

dan fraksi air pada tiap tingkat petikan daun bangun-bangun lebih tinggi daripada

nilai IC50 pada senyawa kontrol yang digunakan, yaitu vitamin C. Hubungan

(31)

Adanya perbedaan senyawa uji (vitamin C, dan ekstrak metanolik fraksi

eter dan air dari daun bangun-bangun dari tiap petikan) menunjukkan pengaruh

berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai IC50 (ppm). Berdasarkan nilai IC50,

aktivitas antioksidan dibagi menjadi 4, yaitu antioksidan sangat kuat dengan nilai

IC50 diantara 0 sampai dengan 50 ppm, antioksidan kuat dengan IC50 50-100

ppm, antioksidan sedang dengan IC50 100-150 ppm, dan antioksidan lemah

dengan IC50 antara 151-200 ppm (Setha, dkk., 2013).

Gambar 19. Nilai IC50 aktivitas antioksidan penangkal radikal bebas DPPH

7,93722

46,9100

50,5467 53,3100 52,3167 49,9667

47,5267

0 10 20 30 40 50 60

Vit. C FEP1 FEP2 FEP3 FAP1 FAP2 FAP3

Jenis Senyawa Uji

IC50

(ppm

(32)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tingkat petikan daun bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar abu dan kadar lemak, dan memberikan

pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air, kadar protein dan

kadar serat kasar tepung daun bangun-bangun yang dihasilkan.

2. Tingkat petikan daun bangun-bangun pada bagian pucuk, tengah hingga ke

bagian bawah cenderung menyebabkan terjadinya peningkatan pada kadar air

kadar abu, dan kadar lemak, sedangkan pada kadar serat cenderung menurun.

Pada kadar protein, terjadi kenaikan pada petikan bagian tengah dan menurun

pada petikan bagian bawah.

3. Tingkat petikan daun bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda tidak

nyata (P>0,05) terhadap rendemen ekstrak metanolik daun bangun-bangun.

Rendemen ekstrak metanolik daun bangun-bangun cenderung meningkat pada

petikan daun bagian bawah ke bagian daun bagian tengah dan cenderung

menurun pada petikan daun bagian pucuk.

4. Konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter memberikan pengaruh berbeda

sangat nyata (P<0,01) dan ekstrak metanolik fraksi air memberikan pengaruh

berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap aktivitas antioksidan yang dihasilkan.

Semakin tinggi konsentrasi fraksi air dan eter maka aktivitas antioksidan

cenderung semakin tinggi.

5. Tingkat petikan daun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

(33)

tingkat petikan daun menyebabkan aktivitas antioksidan cenderung

meningkat.

6. Nilai rata-rata IC50 senyawa vitamin C, dan ekstrak metanolik fraksi eter/air

pada berbagai tingkat petikan (P1, P2, dan P3) berbeda sangat nyata (P<0,01).

Nilai rata-rata IC50 senyawa Vitamin C 7,93 ppm; ekstrak metanolik fraksi

eter (FE) P1 sebesar 46,91 ppm; FE P2 sebesar 50,54 ppm; FE P3 sebesar

53,31 ppm, ekstrak metanolik fraksi air (FA) P1 sebesar 52,31 ppm; FA P2

sebesar 49,96 ppm; FA P3

7. Pada rata-rata nilai IC

sebesar 47,52 ppm.

50

8. Daun bangun-bangun pada petikan bagian atas (pucuk) (P

dapat diketahui aktivitas antioksidan ekstrak

metanolik daun bangun-bangun fraksi eter dan air pada berbagai tingkat

petikan daun memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat kecuali pada

petikan daun bagian bawah.

1) dan petikan

bagian tengah (P2) memiliki komposisi kimia, rendemen ekstrak metanolik,

serta aktivitas antioksidan yang lebih optimum daripada daun bangun-bangun

pada petikan bagian bawah (P3).

Saran

1. Perlu dilakukan adanya analisis komponen bioaktif pada ekstrak metanolik

fraksi eter dan air untuk mengetahui adanya perbedaan komponen senyawa

yang berperan dalam menangkal radikal bebas DPPH.

2. Perlu dilakukan adanya penelitian lebih lanjut secara in vivo efek pemberian

ekstrak metanolik fraksi eter dan air untuk menurunkan efek negatif penyakit

Gambar

Gambar 10. Skema pembuatan tepung daun bangun-bangun
Gambar 11. Skema pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun
Gambar 12. Skema pembuatan larutan ekstrak metanolik fraksi eter dan air
Tabel 2.Komposisi kimia tepung daun bangun-bangun pada bagian pucuk, tengah dan bawah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Before you start your work on this example, in the next couple of sections we'll i rst look at the tools that you need to easily work with Three.js and how you can download

Dengan dibuatnya suatu situs untuk pemesanan rumah maka semua proses jual beli didalam suatu perusahaan property menjadi lebih efisien dan mudah bila dibandingkan dengan cara

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa variabel praktik TQM yang terdiri atas (1) Kepemimpinan; (2) Perencanaan strategis; (3) Fokus pada

Begitu hal juga ketika masyarakat mencari informasi dari sebuah instansi atau perusahaan, masyarakat cenderung mencari website instansi tersebut untuk mempercepat

maka tes reliabel dan jika &lt; maka tes tidak reliabel. Perhitungan reliabilitas tes siklus I dilakukan terhadap 15 butir soal yang digunakan menunjukkan bahwa tes belajar

[r]

Dalam proses konversi dari gambar jpeg ke citra grayscale, tahapan yang dilakukan pertama adalah menampung tiap pixel pada gambar ke dalam single array, langkah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kualitas produk dan kepercayaan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan produk The Kanza Accesories di