BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2016 di
Laboratorium Teknologi Pangan dan Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan Penelitian
Bahan utama adalah daun bangun-bangun segardiperoleh dari pasar
tradisional di Medan, Sumatera Utara.
Adapun antioksidan sintesis yang digunakan adalah vitamin C sebagai
kontrol positif, radikal bebas DPPH (2,2-difenyl-1-picrylhidrazyl) untuk uji
aktivitas antioksidan, n-hexan, metanol, dietil eter dan akuades untuk ekstraksi
senyawa antioksidan serta reagensia untuk analisis proksimat daun
bangun-bangun seperti NaOH, H2SO4 pekat, K2SO4, dan CuSO4.
Alat Penelitian
Pembuatan tepung daun bangun-bangun menggunakan loyang pengering,
oven, blender, dan saringan komersil. Alat untuk ekstraksi meliputi erlenmeyer,
corong kaca, kertas saring (Whatman 41), waterbath, dan corong pisah. Uji
aktivitas antioksidan menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS (Genesys 200),
rotari evaporator dan labu ukur. Analisis proksimat yaitu meliputi neraca analitik
(Sartorius), oven (Memmert), tanur, tabung kjeldahl, soxhlet, pendingin balik,
Metode Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Tahap I :Pembuatan tepung daun bangun-bangun. Tahap 1 pada penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial, yaitu : setiap
petikan dalam satu tangkai dari daun bangun-bangun terdiri dari 3 taraf (P),
yaitu :
P1
P
= petikan 1 (4 daun dari pucuk)
2
P
= petikan 2 (4 daun bagian tengah)
3
Setiap perlakukan dilakukan analisis proksimat dalam 3 kali ulangan
(kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar). = petikan 3 (4 daun bagian bawah)
b. Tahap II : Pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun. Tahap 2 pada
penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial,
yaitu : setiap petikan dalam satu tangkai dari daun bangun-bangun terdiri dari
3 taraf (P), yaitu :
P1
P
= petikan 1 (4 daun dari pucuk)
2
P
= petikan 2 (4 daun bagian tengah)
3
Setiap perlakukan dilakukan analisis rendemen dalam 3 kali ulangan. = petikan 3 (4 daun bagian bawah)
c. Tahap III : Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanolik daun
bangun-bangunfraksi eter dan fraksi air. Pada tahap 3, penelitian menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu:
Faktor I : Konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter dan air (K) yang
terdiri dari 5 taraf, yaitu :
K1
K
= Konsentrasi 10 ppm
K3
K
= Konsentrasi 40 ppm
4
K
= Konsentrasi 80 ppm
5
Faktor II : Petikan dalam satu tangkai dari daun bangun-bangun yang
(P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu : = Konsentrasi 160 ppm
P1
P
= petikan 1 (4 daun dari pucuk)
2
P
= petikan 2 (4 daun bagian tengah)
3
Setiap perlakukan dilakukan 3 kali ulangan (Bangun, 2001). = petikan 3 (4 daun bagian bawah)
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu :
Tahap 1 : Pembuatan tepung daun bangun-bangun
Tahap 2 : Pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun
Peneltian tahap 1 dan 2 menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
nonfaktorial dengan model sebagai berikut :
Ŷij= µ + αi+ ε
dimana :
ij
Ŷij
µ : Efek nilai tengah
: Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i dalam ulangan ke-j
αi ε
: Efek perlakuan ke-i
ij
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
Tahap 3 : Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanolik fraksi eter dan air. Tahap ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktorial dengan model
sebagai berikut:
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ ε
dimana:
ijk
Ŷijk
µ : Efek nilai tengah
: Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf i dan faktor P pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k
αi β
: Efek faktor K pada taraf ke-i
j (αβ)
: Efek faktor P pada taraf ke-j
ij ε
: Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j
ijk
Apabila hasil yang diperoleh berbeda nyata maupun sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least
Significant Range) (Bangun, 1991).
: Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor Ppada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan tepung daun bangun-bangun
Daun bangun-bangun disortasi, trimming, dan dicuci. Daun bangun-bangun
diiris untuk mempercepat pengeringan dalam oven. Irisan daun bangun-bangun
disusun di atas loyang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC dalam waktu 48 jam. Irisan kering daun bangun-bangun dihaluskan dengan blender hingga
menjadi bubuk/tepung, diayak dengan ayakan komersil 60 mesh. Dilakukan
tepung daun bangun-bangun. Skema pembuatan tepung daun bangun-bangun
dapat dilihat pada Gambar 5 (Rusmarilin, 2003).
Pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun
Ekstraksi tepung daun bangun-bangundilakukan untuk memperoleh
ekstrak metanolik. Sebanyak 25 g tepung daun bangun-bangun dimaserasi dalam
pelarut hexan 150 ml (maserasi 48 jam), disaring, dan ampasnya
dikeringanginkan. Ampas dimaserasi dengan pelarut methanol, kemudian
disaring, diperoleh filtrat dan dipekatkan dengan rotari evaporator, diperoleh
ekstrak kental metanolik (Kuncahyo dan Sunardi, 2007).
Pembuatanlarutan ekstrak metanolik fraksi eter dan air
Sebanyak 4 g ekstrak kental metanolik disuspensi dengan 50 ml akuades
dan dipartisi dengan 50 ml dietil eter. Digojok selama 30 detik, dan dibiarkan
memisah akibat adanya perbedaan massa jenis antara fraksi eter (lapisan atas) dan
fraksi air (lapisan bawah). Fraksi eter dan air masing-masing dipekatkan dalam
waterbathselama 2 jam dengan suhu 70°C untuk fraksi eter dan 100°C untuk
fraksi air. Masing-masing ekstrak kental metanolik dibuat konsentrasi 10 ppm, 20
ppm, 40 ppm, 80 ppm, dan 160 ppm, diukur aktivitas antioksidan dengan metode
DPPH. Skema pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun dapat dilihat
pada Gambar 6.
Pembuatan larutan ekstrak metanolik fraksi eter dan air dapat dilihat pada
Gambar 7 dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, dan 160 ppm
Parameter Penelitian
Pengamatan dan pengukuran dilakukan melalui analisis menggunakan alat
di laboratorium (in vitro). Tepung daun bangun-bangun dilakukan analisis
proksimat, yaitu: pengukuran kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,
dan kadar serat kasar. Ekstrak metanolik daun bangun-bangun dan ekstak
metanolik fraksi eter dan airdihitung rendemen dan diukur absorbansi peredaman
radikal bebas DPPH pada ekstrak metanolik fraksi eter dan air berbagai
konsentrasi dan tingkat petikan.
Kadar air (SNI 01–2891–1992)
Ditimbang sampel sebanyak 1-2 gram pada botol timbang yang telah
diketahui bobotnya.Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C
selama 3 jam.Didinginkan dalam desikator dan ditimbang, diulangi beberapa kali
hingga diperoleh bobot yang tetap. Prinsipnya dengan menghitung jumlah air
yang menguap saat dipanaskan dalam oven dan dianggap kadar air yang ada pada
bahan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Kadar air (% bk) =Kehilangan bobot setelah dikeringkan (g) x 100% Bobot setelah dikeringkan (g)
Kadar abu (Sudarmadji, et al., 1996)
Penentuan kadar abu cara kering, dengan mengoksidasikan semua zat
dalam bahan pada suhu tinggi 500-6000C. Sampel ditimbang sebanyak 5 g, dimasukkan dalam cawan porselen dan dibakar dalam tanur.Kemudian zat yang
tersisa di dalam cawan pengabuan ditimbang. Perbandingan bobot zat sisa (abu)
Kadar abu (%) = Bobot abu (g) x 100% Bobot sampel awal (g)
Kadar serat kasar (Apriantono, dkk., 1989)
Sampel sebanyak 2 g yang sudah dikadar lemakkan dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer 300 ml kemudian ditambahkan 100 ml H2SO4 0,325 N.
Hidrolisis dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 105oC. Setelah didinginkan sampel ditambahkan NaOH 1,25 N sebanyak 50 ml, kemudian
dihidrolisis kembali selama 15 menit. Sampel disaring dengan kertas saring
Whatman No. 41 yang telah dikeringkan dan diketahui beratnya. Kertas saring
tersebut dicuci berturut-turut dengan air panas lalu 25 ml H2SO4 0,325 N,
kemudian dengan air panas dan terakhir dengan 25 ml etanol 95%. Kertas saring
dikeringkan dalam oven bersuhu 105o
Kadar serat kasar (%) = Berat Kertas Saring + Serat (g) – Berat Kertas saring (g) x 100%
C selama satu jam, pengeringan dilanjutkan
sampai berat konstan. Kadar serat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Berat Sampel Awal (g)
Kadar proteincara makro kjeldahl (AOAC, 1995)
Ditimbang sampel yang telah dihaluskansebanyak 0,2 g, dimasukkan ke
dalam labu kjeldahl 30 ml selanjutnya ditambahkan 1,5 ml H2SO4 pekat dan 2 g
katalis (CuSO4 dan K2SO4), dan dididihkan selama 2 jam atau sampai berwarna
hijau kebiruan. Labu beserta isinya didinginkan, kemudian isinya dipindahkan ke
dalam alat destilasi dan ditambahkan 15 ml larutan NaOH 40%. Kemudian dibilas
dengan akuades. Erlenmeyer 250 ml berisi H2SO40,025 N dan 2–4 tetes indikator
mengsel (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02% dalam
mengsel, kemudian dilakukan destilasi hingga destilat mencapai 125 ml. Ujung
kondensor kemudian dibilas dengan sedikit air destilat dan ditampung dalam
erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna
ungu menjadi hijau. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama.
Kadar protein = (A-B) x N x 0,014 x 5,18 x 100% Bobot Sampel (g)
A = ml NaOH untuk tittrasi blankoB = ml NaOH untuk titrasi sampel
N = Normalitas NaOH
Kadar lemak (Metode Soxhlet) (AOAC, 1995)
Dipanaskan labu alas datar 250 ml di dalam oven pada suhu 105oC hingga didapat bobot tetap kemudian sampel ditimbang sebanyak 5 gram lalu
dimasukkan ke dalam kertas saring. Kertas saring yang berisi sampel diekstrak
dengan 130 ml hexan dengan menggunakan soxhlet selama 5 jam dan labu lemak
dipisahkan dari alat pengekstraksi lalu diuapkan. Labu dikeringkan dalam oven
60o
Kadar lemak (%) = Bobot akhir labu lemak (g) - Bobot awal labu lemak (g) x 100% C dan ditimbang sampai bobot tetap. Kemudian dihitung kadar lemak sampel
dengan rumus :
Bobot sampel (g)
Rendemen (Kuncahyo dan Sunardi, 2007)
Tepung daun bangun-bangun 25 g dilarutkan dan direndam (maserasi)
dalam pelarut non polar (hexan) 150 ml selama 48 jam.Dilakukan penyaringan,
ampas dikeringkan hingga tidak berbau hexan.Residu dilarutkan dalam metanol
ekstrak kental metanolik.Ekstrak kental metanolik dihitung rendemennya dengan
rumus berikut.
Rendemen (%)= Bobot ekstrak metanolik pekat (g) x 100% Bobot tepung daun bangun-bangun (g)
Sebanyak 4 g ekstrak metanolik disuspensi dengan 50 ml akuades dan
dipartisi dengan 50 ml dietil eter.Dilakukan pemisahan fraksi eter danair.Fraksi
eter dipekatkan dengan waterbathpada suhu 70°Cdan fraksi air pada suhu 100°C
selama2 jam. Ekstrak metanolik fraksi eter dan air hasil pemekatan
masing-masing ditimbang dan dihitung rendemen dengan rumus sebagai berikut :
Rendemen (%)= Bobot ekstrak metanolik pekat fraksi eter/air (g) x 100% Bobot ekstrak metanolik (g)
Uji aktivitas antioksidan fraksi eter dan air (Kuncahyo dan Sunardi, 2007)
Fraksi air dan eter dibuatlarutan (menggunakan pelarut metanol) dengan 5
konsentrasi berbeda (10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, 160 ppm) sebanyak 4 ml,
ditambahkan radikal bebas DPPH 0,1 mM sebanyak 1 ml dimasukkan dalam vial
dikocok. Didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit, kemudian dibaca serapan
aktivitasnya pada panjang gelombang 517 nm. Blanko yang digunakan adalah 4
ml metanol dan 1 ml DPPH 0,1 mM. Kontrol positifsebagai pembanding
digunakan antioksidan sintetis BHT dan vitamin C. Nilai absorbansi (Abs.) yang
diperoleh menunjukkan aktivitas antioksidan senyawa uji (% peredaman).Nilai
IC50
IC50
IC
(Molyneux, 2004)
50 merupakan bilangan yang dapat menunjukkan konsentrasi ekstrak
yang dapat menghambat aktivitas radikal sebesar 50%. Dalam menentukan IC50
dibutuhkan adanya kurva standar dari % inhibisi sebagai sumbu y dan konsentrasi
fraksi antioksidan sebagai sumbu x. IC50 dihitung dengan cara memasukkan nilai
50% ke dalam persamaan kurva standar sebagai sumbu y kemudian dihitung nilai
x sebagai konsentrasi IC50. Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan semakin tinggi
Gambar 10. Skema pembuatan tepung daun bangun-bangun Tepung daun bangun-bangun
Diayak dengan ayakan komersil (60 mesh) Irisan kering diblender hingga menjadi tepung
Disusun di atas loyang dan keringkan dalam oven suhu 500C selama 48 jam (sampai kering)
Diiris tipis
Disortasi, trimming, dan dan dicuci
Analisis proksimat -Kadar air
-Kadar abu -Kadar lemak -Kadar protein - Kadar serat kasar
Daun bangun-bangun
Gambar 11. Skema pembuatan ekstrak metanolik daun bangun-bangun Maserasi dalam pelarut
metanol (1:6) 48 jam Ampas dikeringkan
600C, 30 menit
Disaring Disaring
Maserasi tepung daun bangubangun dalam pelarut n-hexan (1:6) selama 48 jam
Filtrat metanol
Filtrat/ekstrak methanol dipekatkan menjadi ekstrak kental metanolik yang diletakkan pada erlenmeyer dengan rotari evaporatorpada suhu 70°C selama 20 menit
Gambar 12. Skema pembuatan larutan ekstrak metanolik fraksi eter dan air Sebanyak 4 g ekstrak metanolik disuspensi
50 ml akuades dan dipartisi 50 ml dietil eter
Digojok selama 30 detik dan dipisahkan dalam corong pisah
Fraksi eter (lapisan atas), dipekatkan dalam waterbath selama 2 jam dengan
suhu 70 °C, dan dihitung rendemen fraksi kental
Fraksi air (lapisanbawah), dipekatkan dalam waterbath selama 2 jam dengan suhu 100°C, dan dihitung
rendemen fraksi kental
Dibuat larutan uji fraksi air konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm,
80 ppm, 160 ppm Dibuat larutan uji fraksi eter
konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, 160 ppm
Analisis: aktivitas antioksidan (% peredaman radikal bebas DPPH)
dengan kontrol positif vitamin C
Analisis: aktivitas antioksidan (% peredaman radikal bebas DPPH)
dengan kontrol positif vitamin C
HASIL DAN PEMBAHASAN
I : Pembuatan Tepung Daun Bangun-Bangun
Pengeringan dan penepungan daun bangun-bangun dilakukan dengan
tujuan untuk mengurangi kadar air bahan. Kandungan air yang tinggi pada bahan
dapat menghambat proses pemekatan karena titik didih air lebih tinggi daripada
pelarut yang digunakan. Penepungan bertujuan untuk memperbesar luas
permukaan bahan dengan ukuran partikel yang lebih kecil dan seragam, sehingga
ekstraksi pada bahan dapat berlangsung dengan optimum.Hasil analisis proksimat
tepung daun bangun-bangun dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil penelitian yang
dilakukan, diperoleh hasil komposisi kimia tepung daun bangun-bangun yang
memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak
dan kadar serat kasar.
Tabel 2.Komposisi kimia tepung daun bangun-bangun pada bagian pucuk, tengah dan bawah.
Parameter Petikan I
(Pucuk)
Petikan II (Tengah)
Petikan III (Bawah)
Kadar air (%bk) 6,24 ±0,34 6,13 ±0,41 6,74 ±0,11
Kadar abu (%bk) 12,89 ±0,05 13,64 ±0,27 14,05 ±0,05 Kadar lemak (%bk) 3,84±0,48 3,81 ±0,13 5,05 ±0,25 Kadar protein (%bk) 4,41 ±0,37 4,89 ± 0,44 4,04 ±0,87 Kadar serat (%bk) 11,23 ± 1,48 12,09 ±0,89 13,29 ± 0,32
Kadar air (%bk)
Tabel 2 dapat diketahui bahwa perbedaan tingkat petikan daun
bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air
tepung daun bangun-bangun, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. Dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Kadar abu (%bk)
Hasil analisis ragam pada Lampiran 2 dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
tingkat petikan daun bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar abu tepung daun bangun-bangun. Perlakuan P1berbeda
sangat nyata terhadap P2, dan P3.P2 berbeda nyata dengan P3. Adapun hubungan
antara tingkat petikan dengan kadar abu (%bk) tepung daun bangun-bangun dapat
dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Hubungan antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan kadar abu tepung daun bangun-bangun (%bk)
Gambar 13 dapat dilihat bahwa kadar abu tepung daun bangun-bangun 12.8979cC 13.6415
bB 14.0597aA
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0
P1 (Pucuk) P2 (Tengah) P3 (Bawah)
Hubungan antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan kadar abu (%bk)
K
ad
ar
a
b
u
(
%
bangun. Kadar abu tepung daun bangun-bangun terdapat pada bagian tengah,
yaitu sebesar 13,64%, sedangkan pada bagian bawah yaitu sebesar 14,05%. Kadar
abu tepung daun bangun-bangun bagian terendah terdapat pada bagian atas
(pucuk), yaitu sebesar 12,89%. Hal tersebut sesuai dengan Solichatun, dkk.,
(2005), yang menyatakan bahwa pertumbuhan pada akar dapat menjadi petunjuk
pada pertumbuhan untuk ketersediaan air dan unsur hara khususnya nitrogen
dalam tanah.
Kadar abu menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan,
bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen
anorganik tidak. Kadar abu pada daun bangun-bangun segar sebesar 1,6% dengan
kadar air 92,5% (Mahmud, 1995).
Kadar lemak (%bk)
Tabel 2 dapat dilihat bahwa perbedaan tingkat petikan pada daun
bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
lemak tepung daun bangun-bangun. Kadar lemak P3 berbeda sangat nyata dengan
P2 dan P1.Kadar lemak P1 berbeda nyata dengan P2. Adapun hubungan antara
tingkat petikan dengan kadar lemak tepung daun bangun-bangun dapat dilihat
Gambar 14. Hubungan antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan kadar lemak tepung daun bangun-bangun (%bk)
Gambar 14 dapat dilihat bahwa kadar lemak tepung daun bangun-bangun
cenderung meningkat dengan semakin rendah tingkat petikan. Kadar lemak
tepung daun bangun-bangun tertinggi terdapat pada petikan ketiga (bagian
bawah), yaitu sebesar 5,05%, dan kadar lemak terendah terdapat pada petikan
kedua (bagian tengah), yaitu sebesar 3,81%. Kadar lemak pada petikan pertama
(bagian pucuk), yaitu sebesar 3,84%. Mahmud (1995) kadar lemak pada daun
bangun-bangun segar, yaitu sebesar 0,6%, sedangkan Syarief, dkk., (2014) kadar
lemak daun bangun-bangun segar, yaitu sebesar 0,4%. Jika dilihat dari hal
tersebut kadar lemak yang terdapat pada tepung daun bangun-bangun dengan
daun bangun-bangun memiliki perbedaan yang signifikan hal tersebut seperti
literatur Gazali (2014) yang menyatakan bahwa tanaman pada bagian daun
merupakan sumber nabati hijauan yang menganduk lemak yang tinggi, seperti
kandungan lemak daun gamal, yaitu sebesar 4,81%. 0,0
1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0
P1 (Pucuk) P2 (Tengah) P3 (Bawah)
K
ad
ar
le
mak
(%
)
3,8401bB 3,8136bB
Daun bangun-bangun diketahui memiliki kandungan minyak atsiri yang
dapat berfungsi sebagai antiseptik dan memiliki aktivitas yang tinggi untuk
melawan infeksi cacing (Vasquez, dkk., 2000).
Kandungan lemak pada tepung daun bangun-bangun sendiri belum banyak
diketahui, namun kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun
bangun-bangun memiliki manfaat untuk antiseptik dan memiliki potensi terhadap aktivitas
biologis yaitu adanya antioksidan, mencegah kanker, anti tumor dan anti
hipotensif (Agus, 2009).
Kadar protein (%bk)
Tabel 2 dapat diketahui bahwa perbedaan tingkat petikan daun
bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar
protein tepung daun bangun-bangun, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. Dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Kadar serat kasar (%bk)
Tabel 2 dapat diketahui bahwa perbedaan tingkat petikan daun
bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat
kasar tepung daun bangun-bangun, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan. Dapat
II : Pembuatan Ekstrak Metanolik Daun Bangun-Bangun
Tepung daun bangun-bangun dengan petikan 1 (4 daun dari pucuk),
petikan 2 (4 daun bagian tengah), dan petikan 3 (4 daun bagian bawah) diambil
masing-masing 25 g dilarutkan dalam 150 ml n-hexan, kemudian residu diekstrak
menggunakan pelarut metanol untuk mendapatkan ekstrak metanolik. Ekstrak
metanolik yang dihasilkan kemudian dipekatkan hingga dihasilkan ekstrak
metanolik yang kental
Rendemen (%)
Ekstrak kental metanolik yang dihasilkan, kemudian ditimbang beratnya
dan dilakukan perhitungan rendemen pada semua perlakuan pada setiap tingkat
petikan.Rendemen ekstrak kental metanolik dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rendemen ekstrak metanolik
Perlakuan Berat
serbuk (g) Bagian pucuk (P1)
Ulangan 1
Bagian tengah (P2) Ulangan 1
Bagian bawah (P3) Ulangan 1
Tabel 3 dapat diketahui rendemen ekstrak kental metanolik tertinggi
terdapat pada perlakuan bagian bawah, yaitu sebesar 17,97%, sedangkan
rendemen terendah terdapat pada perlakuan bagian pucuk, yaitu sebesar 17,22%.
Lampiran 6 diketahui tingkat petikan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
Ekstrak metanolik yang telah diperoleh selanjutnya disuspensi dengan 50
ml akuades dan dipartisi dengan 50 ml dietil eter.Larutan tersebut dipisahkan
dengan menggunakan corong pisah menjadi dua bagian fraksi, yaitu fraksi eter
dan fraksi air. Fraksi eter merupakan larutan bagian atas, sedangkan fraksi air
merupakan larutan bagian bawah. Fraksi eter dan fraksi air yang telah diperoleh
kemudian dipekatkan, ditimbang beratnya, dan kemudian dilakukan perhitungan
rendemen.Rendemen fraksi eter dan fraksi air dapat dilihat pada Tabel 4 dan
Tabel 5.
Tabel 4. Rendemen ekstrak metanolik fraksi eter Perlakuan Berat ekstrak
metanolik (g)
Berat fraksi (g)
Rendemen (%)
Rataan ± standar deviasi (%) Bagian pucuk (P1)
Ulangan 1
Bagian tengah (P2) Ulangan 1
Bagian bawah (P3)
bB
Keterangan : notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata 1%
Tabel 4 diketahui rendemen tertinggi fraksi eter terdapat perlakuan pada
petikan ketiga (bagian bawah), yaitu sebesar 0,84%, sedangkan rendemen
terendah terdapat pada perlakuan petikan pertama (bagian pucuk), yaitu sebesar
0,70%. Hasil sidik ragam yang terdapat pada Lampiran 7 diketahui bahwa tingkat
petikan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen ekstrak
Gambar 15. Hubungan tingkat petikan daun bangun-bangun dengan rendemen ekstrak metanolik fraksi eter (%)
Gambar 15 dapat kita lihat bahwa rendahnya petikan daun bangun-bangun
dengan rendemen ekstrak metanolik fraksi eter (%) memiliki rendemen yang
paling tinggi pada perlakuan P3 dan rendemen terendah pada P1.Maka semakin
rendah tingkat petikan maka semakin tinggi rendemen yang dimiliki oleh tepung
daun bangun-bangun ekstrak metanolik fraksi eter. Adanya rendemen ekstrak
metanolik fraksi eter meningkat pada P3 (bagian bawah) dan cenderung menurun
pada P1 (bagian pucuk) dikarenakan tanaman pada bagian pucuk sampai pada
bagian tengah lebih banyak mengandung komponen bioaktif, sedangkan pada
bagian bawah sudah mulai mengalami adanya proses pelayuan, sehingga
mengakibatkan adanya proses pembentukan metabolit sekunder dalam tanaman
cenderung berkurang (Lintang, dkk., 2014). 0.7097
0.7968 0.8484
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
P1 P2 P3
Re
nde
m
e
n (
%
)
Tabel 5. Rendemen ekstrak metanolik fraksi air Perlakuan Berat ekstrak
metanolik (g)
Berat fraksi (g)
Rendemen (%)
Rataan ± standar deviasi (%) Bagian pucuk (P1)
Ulangan 1
Bagian tengah (P2) Ulangan 1
Bagian bawah (P3) Ulangan 1
Tabel 5 dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi dari fraksi air terdapat
pada perlakuan P2 (bagian tengah), yaitu sebesar 78,84% dan terendah terdapat
pada perlakuan P3
Fraksi eter rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan P
(bagian bawah), yaitu sebesar 72,30%. Lampiran 8 dapat
diketahui bahwa pengaruh tingkat petikan daun bangun-bangun memberikan
pengaruh berbeda tidak nyata terhadap rendemen ekstrak metanolik fraksi air.
3 (bagian bawah),
dan pada fraksi air terdapat pada perlakuan P2 (bagian tengah).Hal tersebut
dikarenakan rendemen ekstrak metanolik tertinggi dihasilkan dari perlakuan P3
(bagian bawah). Adanya rendemen fraksi eter yang jauh lebih rendah daripada
fraksi air, menunjukkan bahwa adanya kandungan senyawa polar yang lebih besar
pada daun bangun-bangun karena pelarut air yang bersifat polar (Kuncahyo dan
Sunardi, 2007), atau adanya senyawa polar dalam ekstrak metanolik daun
bangun-bangun lebih banyak dibandingkan senyawa yang bersifat semipolar yang dapat
III: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanolik Tepung Daun Bangun- Bangun Fraksi Eter dan Air
Adapun ekstrak kental metanolik fraksi eter dan air masing-masing dibuat
larutan uji dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, dan 160 ppm.
Larutan uji tersebut masing-masing 4 ml ditambahkan dengan radikal bebas yaitu
DPPH 0,1 mM sebanyak 1 ml, kemudian dibaca absorbansinya dengan alat
spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm. Adapun hasil serapan yang
dihasilkan oleh radikal DPPH dapat dinyatakan dengan aktivitas antioksidan (%
peredaman DPPH).Aktivitas antioksidan ekstrak kental metanolik fraksi eter dan
fraksi air dari berbagai tingkat petikan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Aktivitas antioksidan ekstrak metanolik fraksi eter dan fraksi air
Aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH) Perlakuan
Tabel 6 dapat diketahui bahwa ekstrak metanolik daun bangun-bangun
fraksi eter dan fraksi air memiliki aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan %
peredaman radikal DPPH.Adapun senyawa antioksidan yang terkandung dalam
daun bangun-bangun yaitu senyawa flavonoid.Menurut Santosa dan Hertiani
senyawa flavonoid, glikosida flavonol, polifenol, dan minyak atsiri. Menurut
Sirait (2007), adapun flavonoid sendiri pada umumnya pada tanaman berperan
sebagai glikosida, dan gugusan gula yang terdiri atas satu atau lebih gugus
hidroksil fenolik. Flavonoid pada tanaman terdapat pada daun, buah, sari dan akar.
Golongan flavonoid merupakan flavor yang berperan sebagai antioksidan.
Flavonoid adalah satu dari senyawa alami yang paling beragam dan
merupakan senyawa alami fenol yang sangat penting.Flavonoid merupakan
senyawa yang memiliki spectrum yang luas dalam aktivitas biologi dan kimia
termasuk dalam penghambatan radikal bebas.Senyawa ini memiliki sekitar 9000
jenis struktur senyawa yang telah diidentifikasi.Adapun kelompok utama senyawa
utama flavonoid adalah flavon, isoflavon, flavonol, antosianin, katekin dan
khalkon (Lukitaningsih, 2009).
Gambar 16. Struktur kimia flavonoid (Waji dan Sugrani, 2009)
Menurut Kaliappan (2008), daun bangun-bangun dibuktikan sebagai
antiinflamasi karena dapat menghambat respon inflamasi yang diinduksi oleh
adanya siklooksiginase, dan juga sebagai anti kanker dan anti tumor.Daun
bangun-bangun mengandung jenis flavonoid yaitu quercetin, apigenin, luteolin,
salvigenin dan genkwanin.
Flavonoid sendiri merupakan sumber antioksidan seperti alfa tokoferol,
antioksidan dalam buah dan sayuran adalah flavonoid, yang berfungsi sebagai
penangkap anion superoksida, lipid peroksida radikal, oksigen singlet, dan
pengkelat logam. Lintang, dkk., (2014) menyatakan berdasarkan kelarutannya
dalam air. Flavonoid terdiri dari aglikon dan glukosida, dan di alam senyawa ini
dapat ditemukan dalam bentuk 7-O-glukosida.
Surya, dkk., (2013) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daun
bangun-bangun dengan menggunakan empat metode yang berbeda salah satunya
metode DPPH, antara ekstrak methanol dan ekstrak etil asetat dari tanaman daun
bangun-bangun menunjukkan dengan menggunakan pelarut metanol lebih baik
aktivitas antioksidannya dibandingkan dengan menggunakan pelarut etil asetat.
Menurut Kemala (2012) juga menyatakan bahwa aktivitas antioksidan daun
bangun-bangun menggunakan pelarut etil asetat dari ekstrak etanol memiliki
aktivitas toksik yang disebabkan oleh adanya senyawa flavonoid.Penelitian yang
dilakukan oleh Kuncahyo dan Sunardi (2009) terhadap aktivitas antioksidan
belimbing wuluh dengan menggunakan pelarut metanol dengan fraksi eter dan air
memperlihatkan bahwa belimbing wuluh memiliki aktivitas antioksidan.
Pengaruh interaksi antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH)
Daftar analisis sidik ragam dari Lampiran 9 dapat diketahui bahwa
konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter dan tingkat petikan daun bangun-bangun
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas
antioksidan yang dihasilkan. Hasil uji LSR interaksi antara konsentrasi ekstrak
metanolik fraksi eter dengan tingkat petikan daun bangun-bangun terhadap
interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter dengan tingkat petikan
daun bangun-bangun terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 17.
Tabel 7. Uji LSR efek utama interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH)
Jarak LSR Perlakuan Rataan
(%)
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1P1 39,3939 f DE
2 5,719 7,701 K1P2 43,1334 ef D
3 6,010 8,032 K1P3 54,9783 d C
4 6,200 8,254 K2P1 65,3679 bc B
5 6,335 8,416 K2P2 79,50788 a A
6 6,436 8,543 K2P3 35,3535 fg DE
7 6,515 8,646 K3P1 42,9996 ef DE
8 6,578 8,731 K3P2 52,6695 de CD
9 6,632 8,802 K3P3 63,6363 c BC
10 6,675 8,806 K4P1 71,8614 b AB
11 6,711 8,919 K4P2 31,1688 g E
12 6,743 8,966 K4P3 37,9509 fg DE
13 6,768 9,010 K5P1 47,6190 e CD
14 6,790 9,048 K5P2 61,4718 cd BC
15 6,810 9,081 K5P3 72,2943 ab AB
Gambar 17. Hubungan interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter dengan tingkat petikan daun bangun-bangun terhadap aktivitas antioksidan fraksi eter (%)
Gambar 17 dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat petikan dan
semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter maka aktivitas
antioksidan yang dihasilkan cenderung akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil, sehingga ketika konsentrasi senyawa
uji meningkat maka aktivitas antioksidannya meningkat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Lintang, dkk., (2014) yang menyatakan bahwa tanaman daun yang
masih muda berpengaruh pada aktivitas antioksidan yang dihasilkan karena
banyak mengandung senyawa fenolik dan adanya hal tersebut komponen
antioksidan seperti flavonoid akan semakin tinggi pada tanaman yang masih
muda, sehingga adanya kemampuan untuk mereduksi radikal bebas DPPH pada
tanaman yang masih muda akan semakin tinggi dan eter sendiri merupakan
senyawa yang tidak polar (Arief, 2012).
Pengaruh interaksi antara tingkat petikan daun bangun-bangun dengan konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH)
Daftar analisis sidik ragam dari Lampiran 10 dapat diketahui bahwa
konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air dan tingkat petikan daun bangun-bangun
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas
antioksidan yang dihasilkan. Hasil uji LSR interaksi antara konsentrasi ekstrak
metanolik fraksi eter dengan tingkat petikan daun bangun-bangun terhadap
aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH) dapat dilihat pada Tabel 8.Hubungan
interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air dengan tingkat petikan
daun bangun-bangun terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 18.
Tabel 8. Uji LSR efek utama interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air terhadap aktivitas antioksidan (% peredaman DPPH)
Jarak LSR Perlakuan Rataan
(%)
Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1P1 41,0752 fg DE
2 3,274 4,409 K1P2 47,0967 e CD
3 3,441 4,599 K1P3 52,6881 cd C
4 3,550 4,726 K2P1 60,4301 c B
5 3,627 4,819 K2P2 72,0430 a A
6 3,685 4,891 K2P3 37,8494 g E
7 3,730 4,950 K3P1 44,3010 ef D
8 3,766 4,999 K3P2 50,7526 d C
9 3,797 5,040 K3P3 59,7849 c BC
10 3,822 5,042 K4P1 68,817 b B
11 3,842 5,107 K4P2 35,9138 g E
12 3,860 5,134 K4P3 42,3655 f DE
13 3,875 5,159 K5P1 47,5268 e CD
14 3,888 5,180 K5P2 56,1290 cd C
15 3,899 5,200 K5P3 67,7419 b AB
Gambar 18. Hubungan interaksi antara konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air dengan tingkat petikan daun bangun-bangun terhadap aktivitas antioksidan fraksi air (%)
Gambar 18 dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat petikan dan
semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanolik fraksi air maka aktivitas antioksidan
yang dihasilkan cenderung akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi konsentrasi ekstrak kental metanolik fraksi air maka akan semakin banyak
senyawa antioksidan yang terlarut dalam senyawa uji. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Surya, dkk., (2013) yang menyatakan bahwa aktivitas antioksidan
pada daun bangun-bangun pada ekstrak metanol menunjukkan aktivitas
antioksidan yang lebih baik daripada etil asetat.
Disamping itu faktor tanaman atau petikan daun yang masih muda sangat
berpengaruh pada aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Menurut Arief (2012)
yang menyatakan bahwa pada proses pematangan tanaman akan membentuk
metabolit sekunder seperti vitamin dan senyawa volatil, seperti vitamin E yang
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Adanya antioksidan yang banyak,
maka kemampuan antioksidan untuk dapat mereduksi DPPH akan lebih besar.
Nilai IC50
IC
hasil pengujian aktivitas antioksidan (ppm)
50 merupakan bilangan yang dapat menunjukkan konsentrasi ekstrak
yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas 50%.Untuk menentukan nilai IC50
diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier hubungan antara
senyawa (simbol x) dengan adanya aktivitas penangkap radikal rata-rata (simbol
y) dari adanya seri replikasi pengukuran.IC50 digunakan untuk membandingkan
aktivitas antioksidan, nilai IC50 berbanding terbalik dengan kemampuan
antioksidan meredam radikal bebas.Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan
semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Prakarsa, 2010).Nilai IC50
Tabel 9. Nilai IC
vitamin C,
ekstrak metanolik fraksi eter dan air pada tingkat petikan daun bangun-bangun
bagian atas (pucuk), bagian tengah, dan bagian bawah dapat dilihat pada Tabel 9.
50
Senyawa
hasil pengujian aktivitas antioksidan
IC50 (ppm)
Vitamin C 7,93gG
Ekstrak Metanolik Fraksi Eter (FE) P1 46,91
Ekstrak Metanolik Fraksi Eter (FE) P2
fF
50,54 Ekstrak Metanolik Fraksi Eter (FE) P3
cC
53,31 Ekstrak Metanolik Fraksi Air (FA) P1
aA
52,31 Ekstrak Metanolik Fraksi Air (FA) P2
bB
49,96 Ekstrak Metanolik Fraksi Air (FA) P3
dD
47,52eE
Keterangan : - Angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
-Data terdiri dari 3 ulangan
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai IC50 ekstrak metanolik fraksi eter
dan fraksi air pada tiap tingkat petikan daun bangun-bangun lebih tinggi daripada
nilai IC50 pada senyawa kontrol yang digunakan, yaitu vitamin C. Hubungan
Adanya perbedaan senyawa uji (vitamin C, dan ekstrak metanolik fraksi
eter dan air dari daun bangun-bangun dari tiap petikan) menunjukkan pengaruh
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai IC50 (ppm). Berdasarkan nilai IC50,
aktivitas antioksidan dibagi menjadi 4, yaitu antioksidan sangat kuat dengan nilai
IC50 diantara 0 sampai dengan 50 ppm, antioksidan kuat dengan IC50 50-100
ppm, antioksidan sedang dengan IC50 100-150 ppm, dan antioksidan lemah
dengan IC50 antara 151-200 ppm (Setha, dkk., 2013).
Gambar 19. Nilai IC50 aktivitas antioksidan penangkal radikal bebas DPPH
7,93722
46,9100
50,5467 53,3100 52,3167 49,9667
47,5267
0 10 20 30 40 50 60
Vit. C FEP1 FEP2 FEP3 FAP1 FAP2 FAP3
Jenis Senyawa Uji
IC50
(ppm
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat petikan daun bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap kadar abu dan kadar lemak, dan memberikan
pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air, kadar protein dan
kadar serat kasar tepung daun bangun-bangun yang dihasilkan.
2. Tingkat petikan daun bangun-bangun pada bagian pucuk, tengah hingga ke
bagian bawah cenderung menyebabkan terjadinya peningkatan pada kadar air
kadar abu, dan kadar lemak, sedangkan pada kadar serat cenderung menurun.
Pada kadar protein, terjadi kenaikan pada petikan bagian tengah dan menurun
pada petikan bagian bawah.
3. Tingkat petikan daun bangun-bangun memberikan pengaruh berbeda tidak
nyata (P>0,05) terhadap rendemen ekstrak metanolik daun bangun-bangun.
Rendemen ekstrak metanolik daun bangun-bangun cenderung meningkat pada
petikan daun bagian bawah ke bagian daun bagian tengah dan cenderung
menurun pada petikan daun bagian pucuk.
4. Konsentrasi ekstrak metanolik fraksi eter memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata (P<0,01) dan ekstrak metanolik fraksi air memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap aktivitas antioksidan yang dihasilkan.
Semakin tinggi konsentrasi fraksi air dan eter maka aktivitas antioksidan
cenderung semakin tinggi.
5. Tingkat petikan daun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
tingkat petikan daun menyebabkan aktivitas antioksidan cenderung
meningkat.
6. Nilai rata-rata IC50 senyawa vitamin C, dan ekstrak metanolik fraksi eter/air
pada berbagai tingkat petikan (P1, P2, dan P3) berbeda sangat nyata (P<0,01).
Nilai rata-rata IC50 senyawa Vitamin C 7,93 ppm; ekstrak metanolik fraksi
eter (FE) P1 sebesar 46,91 ppm; FE P2 sebesar 50,54 ppm; FE P3 sebesar
53,31 ppm, ekstrak metanolik fraksi air (FA) P1 sebesar 52,31 ppm; FA P2
sebesar 49,96 ppm; FA P3
7. Pada rata-rata nilai IC
sebesar 47,52 ppm.
50
8. Daun bangun-bangun pada petikan bagian atas (pucuk) (P
dapat diketahui aktivitas antioksidan ekstrak
metanolik daun bangun-bangun fraksi eter dan air pada berbagai tingkat
petikan daun memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat kecuali pada
petikan daun bagian bawah.
1) dan petikan
bagian tengah (P2) memiliki komposisi kimia, rendemen ekstrak metanolik,
serta aktivitas antioksidan yang lebih optimum daripada daun bangun-bangun
pada petikan bagian bawah (P3).
Saran
1. Perlu dilakukan adanya analisis komponen bioaktif pada ekstrak metanolik
fraksi eter dan air untuk mengetahui adanya perbedaan komponen senyawa
yang berperan dalam menangkal radikal bebas DPPH.
2. Perlu dilakukan adanya penelitian lebih lanjut secara in vivo efek pemberian
ekstrak metanolik fraksi eter dan air untuk menurunkan efek negatif penyakit