• Tidak ada hasil yang ditemukan

Green Cities Model Perspektif Ekonomi Is

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Green Cities Model Perspektif Ekonomi Is"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Kesimpulan-kesimpulan Disertasi ini juga memperkuat penelitian hasil dari para penelitian Chamhuri Siwar dan Rabiul Islam, 2012 : Hubungan pembangunan berkelanjutan dan pencapaian diperlukan kebijakan silang antara ekonomi, lingkungan dan sosial.

Richard Register, 1987: Dengan mengeluarkan istilah “ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity Berkeley: building cities for healthy future, pembangunan kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya.

Umar Chapra, 2006. pembangunan eco-city dibangun dan dirancang tanpa harus menciptakan ketidak seimbangan makro ekonomi dan eksternal hal ini juga umat muslim juga tidak mungkin merealisasikan tujuan-tujuan pemenuhan kebutuhan pokok dan mencapai peluang usaha dan kesempatan kerja yang tinggi tanpa menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia dalam pertumbuhan suatu perkotaan dengan tingkat efisiensi maksimal dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.

(2)

ini tidak dijalankan maka kehancuran bumi dan ketimpangan kesejahteraan akan menjadi bom waktu.

Disertasi ini menggunakan analisis komparatif yakni membandingkan model pembangunan kota berkelanjutan (Eco-City) di wilayah kawasan Asia Tenggara yakni negara Malaysia, Thailand dan Indonesia, selain itu juga membandingkan tingkat kesejahteraan ekonomi dan tingkat partisipasi pelaku ekonomi dan pembangunan dari ke tiga negara yang sebagai objek dari disertasi ini.

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah Propinsi dan Kabupaten/Kota yang begitu banyak di bandingkan dengan negara lain di dunia, dimana saat ini Indonesia memiliki 33 Propinsi, 399 Kabupaten, 98 Kota, 6994 Kecamatan, 8309 Kelurahan, 72944 Desa, 1.913.578,68 Luas Wilayah (Km2) dan 251.857.940 Jumlah Penduduk

(Jiwa).1

Sebagai negara yang memiliki wilayah yang begitu luas Indonesia diharapkan memiliki pemerintah yang kredibel mampu dalam mengelola wilayah pemerintahan yang ada, baik dalam konteks pembangunan maupun tata kelola pelayanan public yang maksimal. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan pasal 34, Pasal 33 berbunyi Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara dan Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal 34 berbunyi Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.2

Pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat perkotaan di Indonesia merupakan agenda pokok yang dicanangkan oleh Pemerintahan President Susilo Bambang Dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, serta

1Buku Induk Kode Data Wilayah 2013 - Kementerian Dalam Negeri,

(3)

pencanangan Hari Badak Internasional tahun 2012, Indonesia mengangkat Tema “Ekonomi Hijau; Ubah Perilaku, Tingkatkan Kualitas Lingkungan”. Tema ini menyesuaikan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia “Green Economy; Does It Include You?” Menurut SBY, ekonomi hijau yang dimaksud adalah pembangunan untuk mencapai tiga sasaran besar. Yakni ekonomi terus tumbuh dan memberikan lapangan kerja serta mengurangi kemiskinan, tanpa mengabaikan perlindungan lingkungan, khususnya fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati, berbagai bentuk kebijakan, perencanaan dan program, di berbagai sektor pembangunan ekonomi,”3

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio+20 telah menghasilkan dokumen berjudul "The Future We Want," yang berisi visi bersama para kepala negara maupun pemerintahan untuk memperbaharui komitmen terhadap

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development), perekonomian, sosial dan lingkungan hidup. Mereka menyadari bahwa untuk mengaplikasikan pembangunan yang berkelanjutan diperlukan dukungan dari seluruh pihak agar tercipta pembangunan berkelanjutan disegala aspek. Sebagai langkah lanjut, Indonesia menghimbau segera diwujudkannya green economy di setiap negara.4

Konsumen dan para ahli pembangunan berkelanjutan dunia sepakat, ekonomi hijau berdampak positif bagi lingkungan dan kualitas hidup masyarakat. Hal ini terungkap dari hasil dua survei global yang diterbitkan di London, Survei yang dilakukan oleh The Regeneration Project bekerja sama dengan Program Lingkungan PBB (UNEP) ini meneliti 17.000 konsumen di 17 negara dan 1.600 ahli pembangunan berkelanjutan dari 117 negara. Hasilnya, konsumen di seluruh dunia berpendapat ekonomi hijau akan berperan

3Tribun Rabu, 06 Juni 2012, Pidato President Dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, pemerintah kembali menganugerahkan penghargaan Adipura dan Kalpataru, serta pencanangan Hari Badak Internasional tahun : | Prinsip ekonomi hijau, insya Allah, juga kita gulirkan pada proses penetapan berbagai bentuk kebijakan, perencanaan dan program, di berbagai sektor pembangunan ekonomi.

(4)

lebih efektif dibanding ekonomi tradisional dalam semua sisi yang diuji. Sebanyak 70% konsumen yakin ekonomi hijau akan berperan lebih baik dalam melindungi lingkungan. Sebanyak 68% konsumen juga yakin ekonomi hijau akan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Konsumen juga percaya ekonomi hijau akan meningkatkan kualitas hidup (61%) dan bisa memerlambat efek perubahan iklim (61%). Konsumen di negara-negara yang memiliki Produk Domestik Bruto lebih rendah lebih optimis atas dampak positif ekonomi hijau terhadap pertumbuhan ekonomi (58%) dan kualitas hidup masyarakat (70%). Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP menyatakan: “Ekonomi hijau adalah kunci menuju pola pembangunan yang berkelanjutan dan menghapus kemiskinan.5

Laju pertumbuhan penduduk perkotaan semakin meningkat dan aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh semua pelaku ekonomi di daerah perkotaan yang ada di Indonesia terus mengalami peningkatan, Dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan perlu adanya penataan manajemen perkotaan secara terpadu dengan konsep kota hijau (Eco-City). Eco-City secara harfiah dapat diartikan sebagai kota hijau, yang diharapkan akan tumbuh kembang. Eco-City atau juga sering disebut Green City mempunyai 8 komponen yaitu green planning and design, green open space, green waste, green transportation, green water, green energy, green building dan green community.6

Ide kota yang berkelanjutan (sustainable city) dimunculkan oleh Richard Register dengan mengeluarkan istilah “ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity Berkeley: pembangunan kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya. Kota yang berkelanjutan atau biasa disebut sustainable city adalah sebuah kota yang di desain

5 www.hijauku.com, 2010: Ekonomi Hijau Lebih Efektif Memicu Perubahan | Hijauku.com ...

(5)

dengan mempertimbangkan dampak pada lingkungan sekitar. Dengan kata lain kota yang sustainable adalah kota yang memperhatikan keseimbangan harmonis antara perkembangan kotanya, dengan perkembangan linkungannya. Jika keseimbangan ini rusak, maka munculah ketidakberlanjutan sistem dalam suatu kota.7

Menurut Mountain Association for Community Economic Development (MACED), isu sustainabilitas terbatas pada tiga aspek, yaitu ekonomi, ekologi, dan ekuisitas. Ekonomi dilihat dari bagaimana ketahanan ekonomi suatu kota dalam menghadapi permasalahan ekonomi masa kini dan masa depan, mampukah manajemen kota menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat serta mampukah melakukan pembiayaan keberlangsungan kotanya menggunakan pendapatan dari kotanya sendiri. Ekologi berbicara tentang perlunya melindungi serta melestarikan aset-aset alam, dan equisitas berbicara tentang bagaimana ketersediaan kesempatan yang memadai bagi berbagai elemen masyarakat untuk berpartisipasi mengembangkan kotanya, baik dari kesempatan berekonomi, ataupun membuat kebijakan sosial.8

Masyarakat internasional telah banyak menyuarakan kepedulian untuk perbaikan lingkungan di perkotaan. Terakhir pada Global Green City Summit Forum tanggal 26 September 2011 di Xi’an-RR China telah mendeklarasikan hal-hal berikut: (1) Pada setiap pembangunan sistem perkotaan harus memperhatikan unsur alami termasuk sumberdaya lokal dan climate change, (2) Perlu adanya penanganan lingkungan kota yang bijaksana secara terintegrasi, hal mana sungai, danau, hutan kota harus dilindungi dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan unsur alami dan keseimbangan ekologi, (3) Menerapkan kontrol yang ketat terhadap

7 Iqbal Permana Putra, 2010, Sustainable city (Kota yang berkelanjutan),

http://iqbalpermanaputra.wordpress.com/2010/10/19/sustainable-city/.hal.1

8 Iqbal Permana Putra, 2010, Sustainable city (Kota yang berkelanjutan),

(6)

kebiasaan pembuangan atau pengelolaan sampah yang buruk untuk menghindari terjadinya polusi yang membahayakan, (4) Mengembangkan sistem transportasi yang ramah lingkungan, (5) Pemerintah, perusahaan dan masyarakat bekerjasama bahu- membahu membangun tatanan aktifitas ekonomi dengan tetap melaksanakan persyaratan perlindungan terhadap lingkungan, dan (6) Semua pihak terus aktif menyuarakan ‘Low carbon consumption’ yang melekat dalam konsep Eco-City. 9

Pentingnya manajemen pembangunan kota hijau dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat perkotaan dalam negara Islam di Indonesia telah dibuktikan hasil konferensi antarbangsa muslim untuk perubahan iklim yang digelar di Kota Bogor 9-10 April 2010, telah mendeklarasikan Kota Bogor sebagai kota hijau (Green City) atau “Al Khaer City”. Ada empat kota di negara muslim yang dideklarasikan sebagai kota hijau, yakni Bogor, Madinah (Arab Saudi), Sale (Maroko), dan Sanaa (Yaman). Konferensi antarbangsa muslim memiliki agenda pembahasan diantaranya pertama membahas masalah perubahan iklim dan aksi yang bisa dilakukan oleh umat Islam se-dunia. Agenda kedua, pembentukan Asosiasi Masyarakat Muslim untuk Aksi Perubahan Iklim (Muslim Association for Climate Change Action/MACCA), yang diharapkan akan menjadi organisasi payung yang akan memandu kegiatan dan mengimplementasikan rencana aksi tujuh tahun tersebut pada berbagai negara dan masyarakat muslim di dunia. Sedangkan agenda ketiga, yaitu dideklarasikannya empat kota di negara muslim sebagai kota hijau (Green City atau “Al Khaer City”, salah satunya adalah Kota Bogor. Konferensi diikuti oleh 14 negara yang mewakili komunitas muslim. Ke 14 negara tersebut antara lain Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam, Malaysia, India, Afrika, Saudi Arabia, Iran, Kuwait, Mesir, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Spanyol, Filipina, dan tuan rumah Indonesia.10

Pemakmuran bumi dan kesejahteraan sosial ekonomi umat yang ada di wilayah perkotaan merupakan salah satu

9 Pedoman Green City seri peran serta masyarakat dan pelaku usaha Direktorat Pasca Panen Florikultura 2011. Halaman 3.

(7)

nilai utama yang menjadi prinsip dasar pembangunan kota yang berkelanjutan, kualitas hidup masyarakat diakui sebagai isu sentral, keadilan dan inklusivitas dengan sumber daya yang didistribusikan , kesempatan yang diberikan , dan keputusan yang dibuat. Ini mencakup penyediaan kesempatan kerja yang sebanding dan pelayanan sosial, termasuk pendidikan, kesehatan dan keadilan . Gagasan ini dapat menjadi relevan di dalam masyarakat, bangsa dan bernegara. Isu penting yang berkaitan dengan pencapaian keadilan dan kesejahteraan sosial termasuk pengentasan kemiskinan, lapangan kerja dan distribusi pendapatan , gender , etnis dan inklusivitas usia , akses ke sumber daya keuangan dan alam, dan kesempatan antargenerasi. Orang-orang miskin mungkin merasa tak berdaya dan terisolasi, dan menghadapi masalah meresap dan sistematis berkaitan dengan mata pencaharian aman, malnutrisi dan kesehatan buruk, buta huruf, ketidakamanan masyarakat yang terkait dengan kekerasan dan perselisihan, dan korupsi. Pembangunan daerah perkotaan dengan konsep Eco-City tetap mengacu kepada konsep-konsep pembangunan daerah berkelanjutan yang merupakan indikator untuk pembangunan. Gagasan pembangunan berkelanjutan memiliki sifat dasar , dan berfungsi sebagai dasar untuk konsep-konsep baru dan inovatif lainnya dan prinsip-prinsip yang timbul dalam konvensi lingkungan . Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) adalah pembangunan yang berlangsung selama waktu yang lama. Gagasan pembangunan daerah berkelanjutan (Sustainable Regional Development) mengacu pada integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam praktek pembangunan daerah . Kedua, indikator saat ini dianggap sebagai memiliki peran yang semakin penting dalam pembangunan berkelanjutan atau pembangunan daerah yang berkelanjutan dan dapat memberikan bimbingan penting bagi pengambilan keputusan dalam berbagai cara. konsep kebijakan kualitatif, yang membutuhkan operasionalisasi kuantitatif memberikan kontribusi yang signifikan terhadap realisasi pembangunan daerah secara berkelanjutan.11

(8)

Para pembantu kepala negara, dalam hal ini menteri-menteri bidang teknis, sosial-ekonomi, bidang strategis-moral-hukum, dan bidang politis dan pemerintahan) yang menerjemahkannya menjadi agenda kebijakan nasional. Tujuh agenda prioritas pembangunan dalam bidang: (1) penciptaan lapangan kerja, (2) ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan, (3) kota-kota yang berkelanjutan, (4) energi, (5) air, (6) pemanfaatan laut, serta (7) kesiapan menghadapi bencana wajib mampu diwujudkan di lapangan dan dunia nyata. Di sinilah tanggung jawab para pemimpin sebagai khalifah di bumi yang amat dibutuhkan masyarakat.12

Cepatnya transformasi perkotaan tidak sesederhana untuk mengelolanya. Di satu sisi, kota telah lama dianggap sebagai katalis utama pertumbuhan ekonomi dan simbol kemajuan peradaban. Kota adalah tempat yang baik dalam berinovasi, di mana ide-ide cerdas tidak hanya berkembang, tetapi juga bersaing satu sama lain untuk mencari efisiensi yang lebih tinggi dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Kota juga tempat di mana konflik spasial terjadi, menuntut layanan perkotaan kepada masyarakat demi pertumbuhan ekonomi, tetapi sering dengan mengorbankan kerusakan lingkungan. Tantangan untuk kota di Indonesia bahkan akan lebih serius akibat perubahan iklim dan sumber daya yang terbatas. pendekatan untuk menjawab tantangan perkotaan tidak boleh parsial , namun terintegrasi dalam kerangka perencanaan yang memadai.

" Kami menyadari bahwa , jika direncanakan dengan baik dan dikembangkan termasuk melalui perencanaan dan pendekatan manajemen terpadu, kota dapat mempromosikan ekonomi, sosial , dan masyarakat lingkungan yang berkelanjutan . Dalam hal ini , kami menyadari perlunya pendekatan holistik untuk pembangunan perkotaan dan pemukiman manusia.13

Environmental Biology, 6(3): 967-980, 2012 ISSN 1995-0756

12

Bustanul Arifin, 2012. Ekonomi Hijau: Evolusi Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Ekonomi Hijau: Evolusi Konsep Pembangunan Berkelanjutan

(9)

Pendekatan holistik dan manajemen pembangunan kota hijau (Eco-City) guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat kota tetap dilaksankan dengan baik dari semua pelaku pelaku ekonomi, dalam tinjauan ekonomi makro syariah pelaku ekonomi terdiri dari pemerintah, pelaku usaha, rumah tangga dan masyarakat. secara garis besar, kota hijau adalah dimana semua kontruksi buatan manusia seperti jalan dan bangunan berpadu dalam harmoni yang seimbang dengan lingkungan, masyarakat dan perekonomian dan semuanya dikelola oleh pemerintah yang bertanggung jawab, terbuka kepada rakyatnya serta bekerjasama dengan masyarakat melalui partisipatif.14

Beberapa literatur yang dapat digunakan untuk menentukan atribut kota hijau yang di perhatikan dalam manajemen perencanaan pembangunan perkotaan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, diantaranya sebagai berikut:

1. Lima kota hijau menurut Platt

1. Kepekaan dan kepedulian masyarakat

2. Beradapatasi terhadap karakteristik Bio-Geofisik kawasan

3. Lingkungan yang sehat bebas dari pencemaran lingkungan yang membahayakan kehidupan

4. Effisiensi dalam penggunaan sumberdaya dan ruang 5. Memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan 2. Lima kota hijau menurut Kurokawa

1. Menciptakan suatu jenjang ruang terbuka hijau (RTH) kota wilayah

2. Menghindari atau mengendalikan urban sprawl (ekspansi penduduk kota beserta aktifitasnya kekawasan pinggiran yang mengakibatkan peralihan fungsi lahan dari pertanian ke perkotaan).

3. Pengembangan usaha untuk menggurangi sampah dan limbah serta pengembangan daur ulang (Reduce, Reuse dan Recycle)

4. Pengembangan sumber energi alternatif (Misalnya Biomas, Matahari, Angin dan Ombak).

(10)

5. Pengembangan sistem transportasi berkelanjutan (Misalnya pembangunan pendestarian dan jalur sepeda).

3. Tujuh atribut kota hijau menurut United Nation Urban Enviromental Accord (UNUEA)

1. Energi : Efisien energi, Energi terbarukan dan Perubahan iklim

2. Pengurangan limbah : Tanpa limbah, Peningkatan tanggung jawab produsen dan Tanggung jawab konsumen

3. Transportasi: Transportasi umum, Mobil bersih dan Pengurangan kemacetan

4. Urban desain: Green building, Perencanaan kota dan Green jobs

5. Urban nature : Ruang terbuka hijau, Restorasi habitat dan Konservasi cagar alam

6. Kesehatan lingkungan : Pengurangan bahan beracun, Sistem makan sehat danUdara bersih

7. Air : Akses air bersih, Konservasi sumberdaya air dan Pengurangan limbah15

Secara umum konsep pembangunan kota adalah 1. Kota yang berpihak pada beberapa aspek penting yakni Pro pertumbuhan growth), Pro penciptaan pekerjaan (pro-job), Berpihak pada kemiskinan; yang harus diminimalkan dan dihilangkan poor) dan Pro lingkungan (pro-environment). 2. Kota yang memanfaatkan secara optimal sumberdaya, yang memiliki keunikan budaya, dan sistim lingkungan dengan jasa yang dimilikinya (kota tropis di Indonesia), 3. Kota yang cerdas (smart).16

Visi Perkotaan Nasional adalah terwujudnya kota yang layak huni, berkeadilan, mandiri, dan berdaya saing secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat perkotaan, sesuai dengan karakter potensi dan budaya lokal pada tahun 2024. Sementara misinya adalah:

1) Meningkatkan pemerataan pembangunan kota-kota

15 Kementrian Pekerjaan Umum, Program pengembangan Kota Hijau (P2KH) panduan pelaksanaan 2011 hal-07

(11)

sesuai fungsinya dalam sistem perkotaan nasional 2) Meningkatkan pengembangan ekonomi kota yang

produktif, atraktif, dan efisien, dengan memanfaatkan potensi unggulan dan daya dukung sumber daya.

3) Mengembangkan sarana dan prasarana perkotaan yang memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) serta mengedepankan pembangunan sosial dan budaya masyarakat.

4) Meningkatkan kualitas tata ruang kota yang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta menjamin daya tahan kota terhadap ancaman bencana dan dampak perubahan iklim.

5) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan tata kelola pemerintahan kota yang transparan, akuntabel, dan partisipatif serta mengedepankan proses komunikasi dan interaksi publik dalam perencanaan dan pembangunan kota. 17

Dalam konteks manajemen pembangunan perkotaan, pembangunan infrastruktur merupakan hal yang sangat penting, seperti halnya pembangunan infrastruktur kota hijau (Eco-City). Pada zaman Rasulullah Saw, Rasulullah Saw membangun infrastruktur berupa : sumur umum, pos, jalan raya dan pasar. Pembangunan infratruktur ini dilanjutkan oleh khalifah Umar ibn Khattab r.a, dimana Umar ibn Khattab r.a mendirikan kota besar yaitu Basrah sebagai pintu masuk perdagangan dengan Romawi dan kota Kuffah sebagai pintu masuk perdagangan dari Persia, Khalifah Umar ibn Khattab r.a juga membangun kanal dari Fustat ke Laut Merah, sehingga orang yang membawa gandum ke Kairo tidak perlu lagi naik onta karena mereka bisa menyeberang dari Sinai langsung menuju laut merah. Umar ibn Khattab r.a juga menginstruksikan kepada gubernurnya di Mesir untuk membelanjakan minimal 1/3 dari pengeluarannya untuk infrastruktur. Pada zaman pemeritahan islam tersebut tidak ada masalah bagi orang-orang non-muslim untuk ikut dalam pembangunan negara Islam.18

(12)

Perkembangan dan permasalahan perkotaan yang dihadapi oleh Rasullulah Saw beserta sahabat-sahabatnya pada 14 abad yang silam, tentulah sangat berbeda dengan saat kehidupan di abad 21, pada zaman Rasullulah belum ada mobil, kereta api, sepeda motor, pabrik-pabrik maupun gedung bertingkat, dengan kondisi sekarang konsep pembangunan kota hijau merupakan konsep hijrah yang baik untuk dilakukan dalam menata sistem perkotaan yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat perkotaan, untuk itulah dalam manajemen pembangunan perkotaan perlu mengkedepankan fikih perkotaan dalam menjawab segala permasalahan perkotaan di lingkungan masyarakat muslim khususnya Indonesia yang kebetulan kaum muslimin terbesar di dunia. 19

Pembangunan kota hijau di Indonesia dilaksanakan dengan komitmen keseriusan dari pelaku pembangunan yang ada, komitmen dan keseriusan merubah kota yang bersih, tertata rapi, aman, nyaman, ramah lingkungan dan penuh dengan nilai seni bisa diwujudkan untuk membantu kelancaran proses pertumbuhan ekonomi perkotaan yang tetap memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, bila komitmen itu dilanggar yang tidak mengikuti aturan-aturan (perintah-perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya) oleh tangan manusia dalam hal ini masyarakat perkotaan dilingkungan masyarakat muslim maka akan menerima akibat dari perbuatannya seperti banjir, tanah longsor, gempa, penyakit menular dan penyakit sosial lainnya, hal ini allah berfirman:

“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota Dia mengutus di kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat kami kepada mereka: dan tidak pernah (pula) kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman.” (Al-Qashash:59)20

18Adiwarman Karim, 2007 halaman 299, Ekonomi Makro Islam, Edisi Kedua, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta

19Dyayadi, 2008. Halaman 30. Tata Kota Menurut Islam: Konsep Pembangunan Kota Yang ramah lingkungan, Estetik dan berbasis sosial, Pustaka Al-Kausar

(13)

Nabi Muhammad lahir untuk melakukan berbagai perubahan radikal dan meyeluruh, untuk mereformasi secara total kehidupan manusia yang penuh dengan ketimpangan itu. Agama yang diajarkan membawa aspirasi dan ide tentang tauhid, demokrasi (politik) dan keadilan sosial (ekonomi). Sesuai dengan tingkat perkembangan pemikiran dan tahapan pertumbuhan sosial saat itu, Nabi memberikan petunjuk-petunjuk operasional dan teladan-teladan nyata melalui sunnah-nya, Keadilan sosial dalam pertumbahan ekonomi masyarakat perkotaan yang ada saat ini di Indonesia belum sesuai dengan harapan, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi perkotaan yang berkeadilan dan berkelanjutan sesuai dengan konsep kota hijau ( Eco-City) pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan perlu menjadi pertimbangan dengan pendekatan ekonomi islam, Ekonomi Islam sebagai suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan maqashid (tujuan-tujuan syariah), tanpa mengekang kebebasan individu, menciptakan ketidakseimbangan makroekonomi dan ekologi yang berkepanjangan, atau melemahkan solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan moral masyarakat”.21

Media Indonesia menyajikan hasil survei Litbang Media Group, terhadap 480 responden yang diambil secara acak dari daftar pemilik telefon enam kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar) (Halida, 2008). Responden ditanya bagaimana pendapatannya sekarang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apakah dirasakan semakin berat atau ringan? Mayoritas responden (73%) merasakan bahwa pemenuhan kebutuhan sehari-hari semakin berat; sebanyak 21% responden merasakan sama saja; dan hanya 6% yang merasakan semakin ringan. Ketika ditanyakan apakah sekarang ini mendapatkan pekerjaan baru dirasakan semakin sulit atau semakin mudah, sebagian besar responden (89%) merasakan sekarang makin sulit mencari pekerjaan baru; sebanyak 5% responden merasakan sama saja; 4%

(14)

merasakan makin mudah; dan 2% tidak tahu. Hasil survei ini tidak berbeda dengan laporan mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk tahun 2007/2008 dari United Nations Development Programme (UNDP). Peringkat IPM Indonesia tahun 2007 berada di urutan 107 dari 177 negara. Selain semakin jauh tertinggal oleh Singapura (peringkat 25), Brunei Darussalam (30), Malaysia (63), Thailand (78), dan Filipina (90), peringkat Indonesia juga sudah terkejar oleh Vietnam (105) yang pada tahun 2006 berada di peringkat 109. Tanpa perbaikan strategi pembangunan ekonomi dan sosial secara mendasar dalam membangun kota yang berkelanjutan, peringkat IPM Indonesia tidak menutup kemungkinan segera disusul oleh Laos (130), Kamboja (131) dan Myanmar (132) di tahun-tahun mendatang.22 Sebanyak 112 pemerintah kabupaten/kota di

Indonesia, berkomitmen menjadikan daerahnya sebagai "Kota Hijau." Hal itu, diungkapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.23

Pembangunan perkotaan berbasis eco-city implementasi dan implikasinya dengan tujuan akhir pada prinsip pembangunan ekonomi masyarakat perkotaan yang berkeadilan dan berkelanjutan guna mencapai suatu kesejahteraan baik secara ekonomi maupun keberlangsungan dalam hidup, Pertarungan ideologi pada Abad ke-20 antara kapitalisme dan sosialisme berdampak pada miliaran umat manusia. Meskipun kapitalisme dianggap lebih unggul, sesungguhnya ideologi ini telah gagal memberi kesejahteraan bagi kemanusiaan. Di Barat dan bahkan di negara muslim sendiri telah melupakan bahwa ada satu sistem yang bisa menjadi alternatif, yaitu sistem negara kesejahteraan Islami (Islamic welfare state). Islam bukan hanya sekadar agama. Ia mencakup pandangan dan cara hidup secara total. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi peradaban dan harkat martabat kemanusiaan yang memadukan antara aspek material dan spiritual, keduniawian dan keukhrowian. Pada puncaknya, Islam bertujuan menciptakan sebuah sistem dimana prinsip

22Suharto, Edi,2007: Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik: Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial Dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Bandung:Alfabeta.

(15)

keadilan berada di atas keuntungan segelintir atau sekelompok orang.24

Oleh karena itu, dalam konteks kebijakan sosial yang berkeadilan, peran negara dan masyarakat tidak dalam posisi yang paradoksal. Melainkan, dua posisi yang bersinergi. Bahkan di Indonesia, komitmen dan peran negara dalam pelayanan sosial seharusnya diperkuat dan bukannya diperlemah, seperti diusulkan kaum neoliberalisme pemuja pasar bebas. Pada era desentralisasi sekarang ini, penguatan negara mencakup juga pembagian peran yang jelas antara pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah Daerah (Pemda) dalam hal ini Pemda Kota diharapkan memiliki agenda kebijakan sosial yang sesuai dengan kondisi perkotaannya. Pemberian wewenang yang lebih luas kepada Pemda tidak hanya dimaknakan sekadar peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) secara ekonomi, tanpa kepedulian dan keadilan terhadap penanganan “PAD” (Permasalahan Asli Daerah) secara sosial.25

Pilar pembangunan Eco-City dalam aspek lingkungan perkotaan juga diajarkan dalam ekonomi makro islam dan fiqih perkotaan, Tidak diragukan lagi,bahwa hidup dan kehidupan manusia terkait erat dengan ruang dan waktu. Allah menciptakan ruang dan waktu melalui penciptaan langit dan bumi, atau bumi dang langit, sebagaimana dapat dipelajari bersama, baik melalui ayat-ayat yang berbentuk (qauliyyah) maupun ayat-ayat yang bersifat kaunniyah (alam) yang jumlah ayatnya didalam Alquran terbilang banyak, oleh para ahli tafsir ditaksir sekitar 150 sampai 170 ayat.26

Alquran telah menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk ditugaskan untuk memakmurkan bumi beserta isinya dan diberikan amanah sebagai khalifah dimuka bumi, hal demikian telah di firmankan oleh Allah Swt:

24Suharto, Edi,2007: Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik: Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial Dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Bandung:Alfabeta.

25Suharto, Edi,2007: Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik: Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial Dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Bandung:Alfabeta.

(16)

نن مممم مكك أنممشن نأن ونممهك هكرك غن ههلنلإإ مم مككلن امن هنللل ااودكبك مۥۥ يي ين ٱ يعٱ يوإ قنينل لن اقن حااح لإصنل هكاخيم ن أن دنومكثن ىل لنإإون۞ مميجبب إ مم يرإقن يبمرن نبب ل إإ لنإإ ااووبكوتك ملثك هكوركفإ تن فن اهنيفإ ككرنمن تن ون ضاههيي يغ يسٱ يم يع يسٱ إ ير يلٱأن ٦١

حكلإممصنل ينل ااولكاممقن

اننوعك ممتن اممملمم ممشيد ككك ن يممفإلن انننلإإون اننؤكابناءن دكبك ين امن دنبك نل نأن اننىلهن تنأن ذنهنل لن قن اووحجك من اننيفإ تيع يع ين ۥا يب ير ن نكك قنيد

يرإمك هإ لنإإبك يي

٦٢

61. Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)"

62. Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami" (Qs.Hud (11) 61-62).27

Eco-City merupakan kota hijau menerapkan pembangunan yang berkelanjutan, Dalam UU 32 tahun 2009, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan” (Pasal 1 ayat (3)). Definisi ini masih senafas dengan definisi umum tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. UU 32 tahun 2009 tidak memberi definisi tentang ekonomi lingkungan hidup yang hendak diwujudkan itu seperti apa. Tanpa mendefinisikan apa yang hendak dicapainya, UU 32 tahun 2009 memberikan instrumen untuk mencapai apa yang belum jelas tersebut. Instrumen ekonomi lingkungan hidup hanya menyebut isu “pelestarian fungsi lingkungan hidup, tetapi apakah issue masyarakat adil, makmur dan

(17)

pemerataan dapat teratasi, terutama problematika bangsa ini perihal kemiskinan dan pengangguran. 28

Syaratnya, pembangunan ekonomi terkhusus diwilayah perkotaan bukan lagi mengejar pertumbuhan tinggi, tetapi optimalisasi pertumbuhan. Pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan berdampak pada masyarakat sosial berupa kemiskinan dan ketimpangan serta lingkungan dalam wujud perubahan iklim dan merosotnya keanekaragaman hayati. Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) untuk menurunkan hingga separuh jumlah orang miskin pada 2015 cenderung tidak akan tercapai. Akar kerusakan sosial dan lingkungan adalah gagalnya pasar menampung kebutuhan sosial dan lingkungan dalam pasar ekonomi. Jasa sosial dan lingkungan tidak punya nilai karena tidak punya ”harga pasar”. Udara, misalnya, dianggap barang bebas sehingga orang merasa bebas mencemari.29

Menurut pandangan Islam, hutan, air, dan energi adalah milik umum. Ini didasarkan kepada hadits Rasulullah SAW: ‘‘Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api“ (HR Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah) (Imam Asy Sayukani, Nayl al Authar, halaman 1140), Maka, pengelolaannya tidak boleh diserahkan kepada swasta (corporate based management) tapi harus dikelola sepenuhnya oleh negara (state based management) dan hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam berbagai bentuk. Untuk pengelolaan barang tambang dijelaskan oleh hadits riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abyadh bin Hamal yang menceritakan, saat itu Abyad meminta kepada Rasul SAW untuk dapat mengelola sebuah tambang garam. Rasul meluluskan permintaan itu, tapi segera diingatkan oleh seorang sahabat. “Wahai Rasulullah, tahukah engkau, apa yang engkau berikan kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu yang bagaikan air mengalir (ma’u al-‘iddu)” Rasulullah kemudian bersabda, “Tariklah tambang tersebut darinya”. Ma’u al-‘iddu adalah air yang karena jumlahnya sangat banyak digambarkan mengalir terus menerus. Hadits tersebut menyerupakan tambang garam yang kandungannya sangat banyak dengan air yang mengalir.30

Pembangunan berkelanjutan Indonesia harus beralih dari sekadar pembangunan ekonomi tetapi juga sosial, dan

28Uu 32 Tahun 2009 (Pplh) Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

29www.undp.or.id United Nations Development Project: Millennium Development Goals

(18)

lingkungan. Bukan hanya pemerintah, dunia usaha juga harus mengubah paradigmanya dari hanya mencari untung menjadi keuntungan berkelanjutan dengan kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan. Hanya dengan mengikutsertakan masyarakat serta menjaga kohesi sosial dan membangun demokrasi substansial sesuai baik dari tujuan pembangunan yang berkelanjutan (SDGs maupun tujuan pembangunan millennium (MDGs), tujuan pembangunan millennium (MDGs) adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular ainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.31

Untuk mencapai eco-city tujuan pembangunan yang berkelanjutan (SDGs) dengan landasan ekonomi makro syariah, pembangunan eco-city dibangun dan dirancang tanpa harus menciptakan ketidak seimbangan makro ekonomi dan eksternal hal ini juga umat muslim juga tidak mungkin merealisasikan tujuan-tujuan pemenuhan kebutuhan pokok dan mencapai peluang usaha dan kesempatan kerja yang tinggi tanpa menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia dalam pertumbuhan suatu perkotaan dengan tingkat efisiensi maksimal dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.32

Penduduk miskin di Indonesia masih tinggi yaitu mencapai 30 juta orang. Jumlah ini lebih banyak dari total penduduk Australia maupun Malaysia.33 Pusat Pembangunan

(Development Center) OECD setiap tahunnya

31www.undp.or.id United Nations Development Project: Millennium Development Goals.

32Chapra, M. Umer, 2006, Hal:215, Islam dan Tantangan Ekonomi, Penerbit Gema Insani.Depok.

33

Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung, Jumlah Orang Miskin di RI Lebih Banyak dari Penduduk Malaysia. Jumlah Orang Miskin di RI Lebih Banyak dari Penduduk Malaysia.

(19)

mempublikasikan Outlook Perekonomian Asia Tenggara, yang memonitor tantangan ekonomi makro jangka pendek dan tren ekonomi jangka menengah di Asia Tenggara, serta memiliki fokus tematik yang bervariasi dari tahun ke tahun (“Pertumbuhan berwawasan lingkungan” di tahun 2011 dan “Mengurangi kesenjangan pembangunan” di tahun 2012), Strategi pertumbuhan berwawasan lingkungan, yang menawarkan cara untuk menurunkan tingkat kemiskinan sekaligus menjaga, kelestarian lingkungan, semakin diminati oleh negara-negara ASEAN. Dalam Rapat Menteri Energi ASEAN Ke-28 pada bulan Juli 2010, para menteri memastikan kembali komitmen mereka untuk memperkuat usaha-usaha penanggulangan perubahan iklim dan meningkatkan kerjasama energi ASEAN menuju perekonomian rendah karbon dan pertumbuhan berwawasan lingkungan. Outlook Perekonomian Asia Tenggara edisi 2011, telah memformulasikan kebijakan dan rekomendasi untuk membantu negara-negara ASEAN menyesuaikan rencana pengembangan jangka menengahnya agar sejalan dengan pertumbuhan berwawasan lingkungan serta menyusun suatu strategi pertumbuhan berwawasan lingkungan di tingkat regional.34

Mencapai kemakmuran global, keterbukaan sosial, dan kesejahteraan penduduk dunia adalah tujuan utama dari OECD. Misi kami adalah untuk membangun ekonomi dunia yang lebih stabil, bersih, dan adil. Dengan adanya huruf ‘D’ pada OECD untuk kata development, kami berusaha untuk berkontribusi dalam pembangunan negara-negara di seluruh dunia, melalui analisa dan usulan kebijakan yang berlandaskan fakta serta berbagi pengetahuan dan praktik terbaik (best practice).35

B. Permasalahan

1) Identifikasi Masalah

Penjelasan yang diuraikan dalam latar belakang dari kajian dan penelitian yang sudah di deskripsi diatas pentingnya akan pembangunan kota hiju (Eco-City) di

34 OECD, 2012. Aktif bersama Asia Tenggara, fokus utama: Indonesia

(20)

wilayah kawasan Asia Tenggara Negara yang tergabung dalam Asosiasi Masyarakat Muslim untuk Aksi Perubahan Iklim (Muslim Association for Climate Change Action/MACCA) yakni Malaysia, Indonesia dan Thailand belum masuk dalam MACCA. Berlandaskan pembangunan secara makro ekonomi syariah sesuai dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan (SDGs) yang berkeadilan dan berkelanjutan demi pemakmuran bumi dan tercapainya kesejateraan sosial ekonomi masyarakat perkotaan di tiga negara tersebut. Ekspolarasi dan fakta ketimpangan pembangunan di wilayah perkotaan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sesungguhnya belum sesuai dengan syariat islam yang di ajarkan dalam Alquran dan Al-Hadist dari semua aktor pembangunan atau pelaku ekonomi di Indonesia yang sebagaian masyarakat atau penduduk muslim terbesar di dunia, ekplorasi dan fakta permasalahan yang bisa di indentifikasi yang berlandaskan pada makro ekonomi syariah pembangunan Eco-City adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) 1) Aspek ekonomi

a. Sektor informal perkotaan, pedagang kaki lima, pedagang asongan, penjual koran pengemis anak jalanan

b. Pengangguran c. Penduduk miskin

d. Kemacetan transportasi e. Infrastruktur

f. Efisiensi Energi 2) Aspek sosial

a. Lokalisasi PSK, Panti pijat dan diskotik terselubung

b. Kriminalitas c. Penyakit menular d. Pemukiman kumuh e. Urbanisasi

f. Kepekaan dan kepedulian masyarakat 3) Aspek lingkungan

(21)

b. Banjir dan tanah longsor e. Sampah dan kebersihan kota f. Ruang terbuka hijau

g. Kesehatan lingkungan dan akses air bersih

2. Peran aktor pembangunan atau pelaku ekonomi yakni pemerintah, rumah tangga, masyarakat dan civil society serta pelaku usaha dalam membangun komitmen dan partisipasi bersama sesuai dengan fungsi, tugas dan peran masing-masing dan mewujudkan kota hijau (eco-city) dimana tujuan pembangunan berkelanjutan dengan pendekatan makro ekonomi syariah dalam akselerasi pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia di Malaysia, Thailand dan Indonesia dapat terwujud.

2) Pembatasan Masalah

Hasil dari identifikasi permasalahan yang sudah di identifikasi merupakan perspektif yang akah menjadi fokus dan kajian penelitian yang menjadi suatu batasan adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana implementasi pembangunan Eco-City model pembangunan berkelanjutan kawasan perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan Indonesia.

b. Bagaimana kontribusi, komitmen dan peran aktor pembangunan dan pelaku ekonomi, belum mampu secara maksimal dalam menerapkan implementasi pembangunan Eco-City model pembangunan berkelanjutan kawasan perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan Indonesia.

3) Perumusan Masalah

Dari masalah penelitian yang telah dibatasi, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(22)

bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan Indonesia ?

2. Bagaimana kontribusi, komitmen dan peran aktor pembangunan dan pelaku ekonomi, belum mampu secara maksimal implementasi pembangunan Eco-City model pembangunan berkelanjutan kawasan perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ada tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum

1. Membuktikan Implementasi pembangunan Eco-City sebagai model pembangunan berkelanjutan (SDGs) kawasan perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan Indonesia.

2. Membuktikan kontribusi, komitmen dan peran aktor pembangunan dan pelaku ekonomi, belum mampu secara maksimal implementasi pembangunan Eco-City model pembangunan berkelanjutan kawasan perkotaan sebagai akselerasi pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat manusia dalam tinjauan makro ekonomi syariah di kawasan perkotaan Asia Tenggara Malaysia, Thailand dan Indonesia.

b. Tujuan khusus

(23)

landasan perencanaan dan pengembangan kawasan perkotaan secara makro ekonomi syariah. 2. Membuktikan belum adanya kontribusi, komitmen

dan peran aktor pembangunan dan pelaku ekonomi dalam mewujudkan kota hijau (Eco-City) yang berkeadilan dan berkelanjutan.

3. Memberikan sumbangan konseptual dan kontekstual berdasarkan temuan dan fakta dalam memwujudkan kota hijau (Eco-City) yang aman, nyaman, bersih dan mandiri guna menwujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dengan tetap memperhatikan lingkungan guna kehidupan generasi yang akan datang.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah di tetapkan diatas, maka manfaat penelitian ini memiliki dua hal, teoritis dan praktis:

a. Manfaat teoritis, yakni untuk

1) Memperkuat nilai intelektualitas dalam melihat, mengevaluasi dan memberi solusi kontekstual dan konseptual pentingya manajemen pembangunan Eco-City bukan hanya pada tataran konsep global, akan tetapi dalam tinjaun makro ekonomi syariah sudah menggajarkan dan menggajurkan tentang pembangunan perkotaan yang seimbang dan berkeadilan.

2) Memberikan kontribusi dan kapasitas keilmuan di bidang makro ekonomi syariah dalam pembangunan kota hijau yang berkeadilan dan berkelanjutan (eco-city).

b. Manfaat praktis, yakni untuk

(24)

2) Memberikan dorongan dan motivasi kepada masyarakat islam perkotaan baik secara individu maupun kelompok agar dalam implementasi menjalani kehidupan dimana kota sebagai tempat tinggal agar mampu dijaga, dirawat dan memandirikan kota untuk generasi yang akan datang.

3) Memudahkan dan memberikan penyerahan kepada aktor pembangunan dan pelaku ekonomi baik dalam hal pengambilan keputusan, kebijakan, aturan dari pemerintah dan pelaku usaha maupun adanya partisipasi rumah tangga dan masyarakat dalam menciptakan kota hijau (Eco-City) yang berkeadilan dan berkelanjutan.

E. Tinjauan Pustaka

Studi-studi tentang pembangunan perkotaan baik secara holistik terkhusus tinjauan makro ekonomi syariah belum banyak dilakukan dalam konsep pembangunan kota berkelanjutan (Eco-City) terutama di Indonesia, Tata kota menurut islam konsep pembangunan kota.36 Tantangan

global mengenai perkotaan yang dihadapi dewasa ini.37

Peraturan menteri dalam negeri tahun 200838

Undang-36 Buku ini menjelaskan permasalahan perkotaan yang ada di Indonesia perlu dicari solusi adalah kemacetan lalu lintas dan sarana prasarana tidak memadai,pemukiman kumuh dan keterbatasan lahan, sektor informal perkotaan, lokalisasi PSK, panti pijat plus dan diskotik yang terselubung, kriminalitas kota, banjir dan tanah longsor, sampah dan kebersihan kota,pengangguran, kepadatan penduduk, penyakit menular dan urbanisasi. Djayadi, Tata kota menurut islam konsep pembangunan kota yang ramah lingkungan lingkungan, estetik dan berbasis sosial, (Pustaka Al-Kautsar, 2008, 46-47).

37 Sesuai dengan kajian La Grange dan Rochford tentang “ Rangking of Science andTechnology-Related Global Problems (1996) mencakup butir-butir sebagai berikut: Pengadaan Perumahan Massal, Tata Guna Lahan yang jelek, Pengunaan dan Penyalahgunaan Teknologi, Pertumbuhan Penduduk, Pasokan Air Bersih, Pencemaran Udara dan Keterbatasan Energi, Budihardjo, Eko: Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan. (Penerbit PT.Alumni 2011) h.168-169

(25)

undang No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup39 Program pengembangan

kota hijau (P2KH) Panduan Pelaksanaan 2011, Kementerian Pekerjaan Umum40.

Pengembangan perkotaan sekarang ini ditandai dengan berbagai fasilitas fisik seperti bangunan, gedung-gedung, jalan, jembatan dan prasarana lainnya yang pada umumnya belum memperhatikan betul tentang pentingnya penghijauan di sekitarnya. Direktorat Jenderal Hortikultura menyelenggarakan program pengembangan hortikultura berbasis perkotaan, dimana salah satu diantaranya adalah program “Green City” yaitu di 10 (sepuluh) kota besar yaitu Tangerang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Denpasar dan Makassar. Penerapan Green City di beberapa kota ini diharapkan dapat membantu perbaikan kualitas lingkungan.41

Wilayah perkotaan bagian dari suatau wilayah pemerintahan dalam suatu negara, terdiri dari masyarakat, wilayah dan pemerintahan.42 Mengkaji permasalahan sosial ruang baru bagi kebutuhan industri, perdagangan dan jasa, menyediakan ruang bagi kepentingan pengembangan wilayah di masa depan.

39 BAB IV PEMANFAATAN Pasal 12 Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH, Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersusun, pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan: keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup; keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.

40 Kota yang ramah lingkungan memanfaatkan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air, energi mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingungan alami dan buatan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak kepada pada prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan, hal. 6.

41 Direktorat Budidaya dan Pasca Panen, 2011. Pedoman Green City Seri Peran Serta Masyarakat dan Pelaku Usaha.

(26)

ekonomi perkotaan di Indonesia dengan pendekatan fiqih islam43 di Cina kota besar Yangzhou dan Chanzhou ingin

berkembang sebagai eco-cities44. Ide kota yang

berkelanjutan (sustainable city) dimunculkan oleh Richard Register dengan mengeluarkan istilah “ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity Berkeley: building cities for healthy future, pembangunan kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya. Tokoh lain yang memvisikan hal yang sama adalah seorang arsitek bernama Paul F. Downtown (pendiri perusahaan Ecopolis Pty Ltd) 45.

Pertumbuhan ekonomi perkotaan membutukan lingkungan politis yang dapat menciptakan insentif untuk investasi, lingkungan sosial harus mendukung rasa keamanan dalam

bertempat tingga dan hidup bersama, Wilayah dalam pengertian ketatanegaraan Islam adalah setiap teritorial dalam kawasan suatu muslim, baik daratan, lautan maupun udara. Setiap warga negara islam memiliki hak penuh untuk hidup dan mendapatkan sumber kehidupan. Pemerintahan dalam pengertian ketatatnegaraan islam adalah badan-badan negara yang memiliki kekuasaan untuk memerintah didalam wilayah negara islam” Ija Sutana: 2010, Pemikiran Ketata Negaraan Islam, Pustaka Setia, h.90-91

43 Masalah kependudukan (Meredam pembengkakan kota) (Al-Isra :31), Masalah penduduk miskin dan pengemis (Al-Baqarah:177, Adz-Dzariyat:19, Al-Takatsur:1-5, Al-Hadit:7, Al-An’am: 53), Tindakan kejahatan (Jinayah) di Perkotaan (Baqarah:178, Maidah:45, Al-Isra:17:33), Pelanggaran terhadap norma masyarakat, (Al-Isra:32), Kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas, (Al-An’am:142, Quraisy:2, Nuh:20), Masalah pengelolaan sampah: Ketika seorang berjalan disuatu jalan, kemudian didapatinya sepotong duri di jalan itu, lalu dibuangnya, Allah berterimakasih kepadanya dan mengampuni dosanya.: (HR Bukhari), Masalah lingkungan hidup,(Ar-rum:41, A’raf:56, Baqarah:205, An-Naml:61, Ar-Ra’d:17, Baqarah:74, Hijr:22, Al-Kahfi:41, Al-Furqon:48, Al-A’raf:160 dan Al-Mursalat:27), Djayadi: 2008, Tata Kota Menurut Islam, Konsep Pembangunan Kota yang Ramah Lingkungan, Estetik dan Berbasis Sosial, Penerbit: Al-Kautsar, h.59-248.

44 Pendekatan praktis eco-cities menurut Wong Rusong kepala Chinese Academy of Science Tanah dan Air adalah mendominasi dan mendorong perekonomian perekonomian suatu negara, karena itu kita harus berupaya untuk mendorong dan melindungi lingkunga, Deutche Gesellschaft For Technische Zusammenarbeit (GTZ), Focus-Fascination-Future: Designing Tomorrow’s Cities, 2005.p.19.

(27)

berinvestasi dan sistem hukum yang melindungi hak-hak pemilik. Pertumbuhan perekonomian suatu perkotaan membuthkan investasi dalam infrastruktur, infrastruktur merupakan komponenen yang perlu ditata, infrastruktur adalah jenis modal yang bukan dimiliki oleh perusahaan atau perorangan, jalan raya atau tol bisa membuat kendaraan pengangkut menjadi lebih meningkat produktivitasnya46.

Pembangunan kota yang berkeadilan dan berkelanjutan memerlukan perencanaan pembangunan, kegunaan perencanaan dalam negara-negara islam yang memiliki alasan yang kuat47. Hasil karya dari penelitian

terdahulu yang mengangkat tema pembangunan kota yang berkelanjutan (Sustanaible City) terdiri dari :

1. Teguh Kurniawan, 2003: Kondisi saat ini pemerintah kota terpilih dalam mengelola sampah berbahaya, polusi udara perkotaan dan pembuangan limbah masih dilakukan secara tidak layak, karena disebabkan keterbatasan SDM, Infrastrukur perlengkapan, Kebijakan yang tepat dan layak, Partisipasi masyarakat dan tidak diperioritaskan dalam dokumen-dokumen perencanaan kota dan Neraca kualitas lingkungan hidup daerah.48

2. Chamhuri Siwar dan Rabiul Islam, 2012 : Memahami hubungan pembangunan berkelanjutan dan pencapaian diperlukan kebijakan silang antara ekonomi, lingkungan dan sosial yang memerlukan metedologi baru berdasarkan jenis pendekatan statistik, kebijakan pembangunan yang secara akurat mencerminkan kompleksitas pilihan dunia nyata mengenai integrasi ekonomi, lingkungan dan pembangunan sosial. 49

46 Adiwarman Karim, 2007, Ekonomi Makro Islami PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.h.287

47 Walaupun penduduk di negara-negara islam ini banyak tersebar diseluruh dunia, namun pada umumnya masih keterbelakangan, penduduk muslim dunia bertambanh dengan begitu cepat, sehingga dibeberapa negara islam hal ini menghambat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, Abdul Manan, 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam PT. Dana Bakti Prima Yasa. h.376-379

48 Teguh Kurniawan, 2003, Manajemen kota berkelanjutan di Indonesia: Indikator dalam upaya pengembangan kebijakan kota berkelanjutan oleh pemerintah kota di Indonesia (studi kasus pada kota Depok, Bogor dan Bandung), Universitas Indonesia.

49 1Chamhuri Siwar and 2Rabiul Islam, 2012. Concepts, Approach and Indicators for Sustainable Regional Development. 1

(28)

3. Asanga Gunawansa, 2011: Pengembangan Ecocities merupakan salah satu respon baru untuk perubahan iklim. Tergambar dalam perkembangan tersebut adalah penciptaan kota yang responsif terhadap lingkungan sekitar dalam hal pengendalian polusi, penggunaan lahan yang berkelanjutan, mitigasi perubahan iklim dan adaptasi terhadap kondisi iklim yang berubah. Pengembangan kota atau konversi kota menjadi Ecocities bukan tugas yang mudah. Sumber daya keuangan dan teknologi yang sangat besar diperlukan untuk perkembangan seperti pemerintah mengandalkan partisipasi sektor swasta dalam pembangunan dan Proses pengelolaan kota tersebut. Konsep pengembangan Ecocities bukan hanya berhasil menyelesaikan sebuah proyek, tetapi juga pemeliharaan jangka panjang dan penerimaan oleh masyarakat. Dengan demikian, selain masalah keberlanjutan lingkungan, kelayakan finansial proyek, pertimbangan budaya, kebutuhan masyarakat, kapasitas untuk pemeliharaan masa depan kota, dan ketersediaan regulasi yang sesuai dan Kerangka administratif untuk administrasi kota.50

4. Joss, Simon, 2011 : Upaya untuk berinovasi dalam perkotaan yang keberlanjutan dalam beberapa dekade terakhir memuncak dalam sebuah fenomena baru: eco-city. Dalam penjelasan diatas peran penting yang dimainkan baik sebagai penyebab, dan solusi potensial untuk, perubahan iklim global dan urbanisasi yang pesat, konsep dan praktek eco-city telah sejak awal 2000-an memperoleh arti global dan menjadi semakin utama dalam kebijakan-keputusan. Studi ini memberikan analisis perkembangan eco-city kontemporer dengan sistematis memetakan beberapa inisiatif baru di tingkat global, mengevaluasi karakteristik kunci (termasuk jenis pengembangan, tahap implementasi dan modus) dan mendiskusikan faktor-faktor (seperti perkembangan teknologi, branding budaya, dan politik kepemimpinan)

UKM, Bangi, Darul Ehsan, Selangor, Malaysia. 2School of Economics, Finance and Banking, College of Business, Universiti Utara Malaysia, 06010 Sintok, Kedah Darul Aman, Malaysia.

(29)

yang mendorong dan inovasi kondisi tantangan dan peluang masa depan.51

5.Meine Pieter van Dijk, 2012 : Kota, menyadari tantangan lingkungan mereka , telah memperkenalkan kebijakan dan program untuk menangani isu-isu seperti perubahan iklim dan polusi. Kebijakan ditemukan dalam kasus tersebut adalah: penutupan siklus air untuk tidak kehilangan air, penghematan energi merangsang dan mengurangi emisi gas rumah kaca , mengurangi limbah dan menempatkan di tempat pengelolaan sampah terpadu, mengembangkan kebijakan transportasi terpadu, Ini adalah tantangan untuk mencapai tujuan pembangunan dari para pemangku kepentingan dalam rangka manajemen perkotaan, yang didefinisikan sebagai pelaksanaan rencana perkotaan. Bukti yang dikumpulkan dari delapan eco-cities di China dengan menggunakan berbagai indikator Analisis menunjukkan bahwa pendekatan kota-kota di China sering tidak didasarkan pada visi strategis di tingkat kota tetapi melibatkan kegiatan di tingkat lingkungan , bangunan atau rumah tangga . Dalam prakteknya fokus eco-cities sering pada satu atau dua isu sektoral. Kata kunci : Eco -city, kebijakan ekologi, masalah air, hemat energi, kebijakan transportasi, manajemen perkotaan52.

6. Amr Zaghloul Taha Elfeky,Nadia Saber El-Baghdady, Mohamed Assem Hanafy, 2012 : Hasil penelitiannya bahwa situasi saat ini Kota Assiut di Mesir kurang Berkelanjutan, baik dalam aspek Ekonomis, aspek Lingkungan, dan Sosial. fakta menunjukkan kota Assiut baru prinsip-prinsip prinsip prinsip pembangunan keberlanjutan yang digunakan di wilayah perkotaan pembangunan kota berkelanjutan adalah satu solusi

Namun banyak penelitian dan tes diperlukan untuk

mengembangkan kota baru Assiut yang berkelanjutan.53

51 Joss, Simon, 2011. Eco-cities: the mainstreaming of urban sustainability; key characteristics and driving factors.International Journal of Sustainable Development and Planning, 6 (3). pp. 268-285. ISSN 1743-7601.

52 Meine Pieter van Dijk, 2012, Chinese Eco-Cities, An Integrated Sectoral Approach Or An Ecocities Approach?, Professor at UNESCO-IHE & EUR in the Netherlands.

(30)

7.Derek Antrobus, 2011 : Pergeseran cara kita berpikir tentang isu-isu lingkungan, pada khususnya tentang perubahan iklim, yang disebut oleh para akademisi' modernisasi ekologi' atau disebut ' kota tangguh’ Ini sekaligus merupakan konsekuensi dan penyebab wilayah kota akibat dari skala pragmatis pemerintahan. Penelitian dilakukan studi kasus Greater Manchester di barat laut Inggris untuk menunjukkan bagaimana berpikir pada lingkungan itu berpusat di sekitar ' modernisasi ekologi ' dengan penekanan pada kesempatan bisnis, berkaitan dengan pindah ke ekonomi rendah karbon. pendekatan ini telah ditingkatkan dengan fokus baru pada ketahanan. Studi kasus contoh proyek Ecocities , infrastruktur hijau dan risiko banjir menunjukkan bagaimana kepedulian terhadap ketahanan. Ini kemudian akan kembali masalah energi untuk menunjukkan bagaimana kekhawatiran baru telah mempengaruhi strategi rendah karbon .Kata kunci : Daerah kota, perubahan iklim; modernisasi ekologi , ketahanan54.

8. Richard Register, 1987: Dengan mengeluarkan istilah “ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. Ecocity Berkeley: building cities for healthy future, pembangunan kota yang sekarang membutuhkan jenis pembangunan yang tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja, tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup manusia di dalamnya55

Berdasarkan karya penelitian terdahulu dari para peneliti eco-city yang telah dijelaskan diatas, posisi peneliti sependapat teori atau temuan dari Richard Register, Amr Zaghloul Taha Elfeky,Nadia Saber El-Baghdady, Mohamed Assem Hanafy dan Chamhuri Siwar dan Rabiul Islam yang menjelaskan pembangunan eco-city terintegrasi dengan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan akan tetapi menurut pendapat peneliti model pembangunan Ecocity untuk

(Case Study: City Of Assiut Department of Architecture, Faculty of Engineering, Alexandria University, Egypt. Corresponding author: a_z_taha@hotmail.com

54 Derek Antrobus, 2011: Smart green cities: from modernization to resilience?, Office of the Lead Member for Planning, Salford City Council, Salford Civic Centre, Chorley Road, Swinton, Salford M27 5AD, UK

(31)

akselerasi kemakmuran bumi dan kesejahteran ekonomi umat perlu juga memperhatikan aspek politik dan teknologi sebagai komponen pendukung tambahan dalam pembangunan berkelanjutan dengan pendekatan makro ekonomi syariah.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Di lihat dari fokus kajian dari objek dan orientasi yang hendak dicapaipenelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), Penelitian kepustakaan mengandalkan datanya dari buku, jurnal, arsip, dokumen dan tulisan-tulisan lain. Dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, kinii makna perpustakaan telah meluas ruang lingkupnya, yakni mencakup media seperti internet, film, dokumenter dan cyber-library. Penelitian ini fokus pada kajian pada sumber-sumber data perpustakaan dalam makna yang luas. Namun demikian, penelitian ini juga sangat membutuhkan fakta dan data lapangan. Data lapangan tetap akan membantu dalam memperkaya bobot dari penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan pada ruang perpustakaan, dimana data yang akan diambil berhubungan objek dan orientasi fokus kajian dari penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan bersifat dokumentatif baik menggunakan fasilitas teknologi informasi ataupun bersifat data softcopy ataupun hardcopy, dimana data yang tersebut di bagi dalam 2 kelompok data yakni data primer (primary data/mafahim awaliyah) dan data sekunder (secondary data/mafahim far’iyyah).

3. Teknik Analisa Data

(32)

pembangunan islam, yang content analysisnya di sinergikan pada sumber Alquran-Hadist dan karya-karya relevan yang memiliki hubungan dengan pembangunan makro ekonomi dalam islam.

Untuk mengartikulasi dan mempermudah penelitian ini, peneliti akan melakukan analisis komparatif untuk mendapatkan suatu kesimpulan melalui perbandingan-perbandingan dengan konsep yang relevan dari pemikiran-pemikiran dari model pembangunan eco-city sebagai kota berkelanjutan guna mencapai pemakmuran bumi dan kesejahteraan ekonomi umat di wilayah kawasan Asia Tenggara yakni Malasyia, Thailand dan Indonesi. Kajian peneliti ini tetap memperhatikan khasanah filsafat islam yang terdiri dari tiga logika (manthiq) yaitu logika konsep (manthiq tashawwuri), logika proposisi (manthiq qadhiyah) dan logika silogisme (mathiq qiyas).

G. Sistematika Penulisan

Desertasi ini terdiri dari dari delapan bab dan masing-masing bab memiliki sub judul. Bab Pertama Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan yang di bagi pada pembahasan identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, kemudian bercerita tujuan Penelitian yang dibagi menjadi dua bagian tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan praktis, tinjauan pustaka dan Metode Penelitian yang dibagi dalam bagian jenis penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisa data.

(33)

tentang pembangunan kota berkelanjutan, konsep keadilan dan kesejahteraan kontemporer dan islam serta peran tanggung jawab pelaku ekonomi dalam pembangunan.

Bab ketiga membahas tentang model pembangunan eco-city di Negara Malaysia di tinjau dari spek ekonomi, sosial, lingkungan, politik dan teknologi.

Bab keempat membahas tentang model pembangunan eco-city di negara Thailand di tinjau dari spek ekonomi, sosial, lingkungan, politik dan teknologi.

Bab kelima membahas tengang model pembangunan eco-city di negara Indonesia di tinjau dari spek ekonomi, sosial, lingkungan, politik dan teknologi

Bab keenam membahas tentang pemakmuran bumi dalam perspektif religiusitas.

Bab ketujuh membahas tentang kesejaheteran ekonomi umat di kawasan Asia Tenggara dari negara Malaysia, Thailand dan Indonesia.

Bab kedelapan membahas tentang peran dan tanggung jawab pelaku ekonomi dalam pembangunan eco-city dalam konsep islam yang terdiri dari peran dan tanggung jawab pemerintah, peran dan tanggung jawab pelaku usaha, peran dan tanggung jawab masyarakat dan peran dan tanggung jawab rumah tangga di tiga negara kawasan asia tenggara yakni Malaysia, Thailand dan Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Lewat buku ini, Ward menegaskan bahwa tafsiran teistik mengenai evolusi dan penemuan sains alam jauh lebih dapat dipertanggungjawabkan dan postulat tentang Tuhan, dengan akibat

Rebranding merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk mengubah atau memperbarui sebuah brand yang telah ada agar menjadi lebih baik dengan

KBSUK generasi ke-dua merupakan keturunan dari generasi pertama, dimana setiap masing- masing individu pohon memiliki nomor famili, sehingga benih yang digunakan untuk pembuatan

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta Nabi Muhammad SAW atas syafaatnya sehingga penelitian yang berlangsung dari bulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian jus buah tomat merah dapat meningkatkan jumlah sperma tetapi tidak dapat meningkatkan motilitas sperma, Jus buah

Gregory (1985) - Morfologi atau persekitaran fizikal adalah Gregory (1985) - Morfologi atau persekitaran fizikal adalah fungsi proses yang beroperasi dalam persekitaran, dan

Dengan demikian dapat disimpulkan: Pertama, bahwa sikap mahasiswa akan sangat dipengaruhi oleh simpul-simpul yang paling dekat dengan lingkup hidupnya dan dalam