• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pihak yang bersengketa docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pihak yang bersengketa docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belkang

Pengadilan pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan Kekuasaan kehakiman di Indonesia bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak.

Dimana yang dimaksud sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dibidang perpajakan antara wajib pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau gugatan banding pada Pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan undang-undang penagihan dengan surat paksa.

Pengadilan pajak dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Kedudukan Pengadilan Pajak berada di ibu kota negara. Persidangan oleh Pengadilan Pajak dilakukan di tempat kedudukannya, dan dapat pula dilakukan di tempat lain berdasarkan ketetapan Ketua Pengadilan Pajak.

Susunan Pengadilan Pajak terdiri atas: Pimpinan, Hakim Anggota, Sekretaris, dan Panitera. Pimpinan Pengadilan Pajak sendiri terdiri dari seorang Ketua dan sebanyak-banyaknya 5 orang Wakil Ketua.

Pembinaan serta pengawasan umum terhadap hakkim Pengadilan Pajak dilakukan oleh Mahkamah Agung. Sedangkan pembinaan organisasi, administrasi, dan keuangan ditanggulangi olehKementrian Keuangan.

(2)

merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara.

Adapun dasar untuk menegaskan kedudukan Pengadilan Pajak dalam lingkup peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, adalah berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara nomor 004/PUU-11/2004 dinyatakan, pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.

B. Rumusan Masalah

1. Siapa saja para pihak yang bersengketa?

2. Bagaimana pengertian Kuasa dan Bantuan Hukum? 3. Bagaimana Hak untuk mengajikan Banding dan Gugatan? C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui para pihak yang bersengketa 2. Mengetahui Kuasa dan Bantuan Hukum

3. Mengetahui Hak untuk mengajukan Banding dan Gugatan

(3)

PEMBAHASAN

A. Para Pihak yang Bersengketa

Pengertian sengketa pajak sendiri adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa1.

Dalam peradilan pajak, sengketa pajak terbagi menjadi dua, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. sengketa pajak yang ditimbulkan dari tindakan penagihan, tindakan penagihan pajak diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 yang mengatur tindakan-tindakan yang dapat dilakukan fiskus mengenai tunggakan pajak.

2. Sengketa pajak yang timbul dari keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, disamping ketetapan pajak dan keputusan keberatan

1. Para pihak yang bersengketa

Masalah pajak adalah masalah antara pemerintah sebagai pihak yang berhak memungut pajak (fiscus) dan wajib pajak sebagai pihak yang berkewajiban memebayar pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

a. Wajib Pajak

(4)

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap2.

Kewajiban wajib pajak secara umum yaitu: 1) Mendaftarkan diri menjadi wajib pajak;

2) Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak;

3) Menghitung sendiri pajak yang terhutang;

4) Membyar sendiri pajak yang terutang tanpa mendasarkan pada surat ketetapan pajak;

5) Melaporkan Surat Pemberitahuan.

Sedangkan hak wajib pajak secara umum yaitu:

1) Memperoleh pelayanan dalam hal pendaftaran wajib pajak; 2) Memperoleh pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak; 3) Mengajukan keberatan;

4) Mengajukan banding;

(5)

5) Mengajukan pengurangan atas pajak terutang; 6) Menunjuk kuasa;

7) Memperoleh pengurangan sanksi administrasi.3

b. Fiskus (Pemerintah)

Fiscus berasal dari kata fiscale, yang berarti keranjang berisi uang, atau kantong uang. Seluruh aparatur pajak sebagai wakil negara disebut fiskus. Karena instansi yang berwenang untuk memungut pajak meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sesuai dengan jenis pajak yang dipungut, maka yang menjadi fiskus bisa merupakan pegawai pemerintah pusat maupun pegawai pemerintah daerah.

Untuk jenis pajak pusat yang menjadi pejabat pajak (fiskus) adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak serta Direktorat Bea dan Cukai, yang merupakan bagian dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Sedangkan untuk pajak daerah yang menjadi pejabat pajak adalah pegawai SKPD yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mengelola pajak daerah, baik untuk pajak provinsi maupun untuk pajak kabupaten/kota.

Meskipun diberi kewenangan menjadi fiskus, yang bertanggungjawab dalam keberhasilan pemungutan pajak, tetapi kewenangan setiap pegawai ada batasannya, sesuai dengan jenjang jabatannya pada instansi yang bersangkutan.

Kewenangan fiskus terkait hal-hal berikut:

1) Kewenangan terkait dengan pendaftaran wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak;

2) Kewenangan terkait dengan pembayaran pajak; 3) Kewenangan terkait dengan pelaporan pajak;

(6)

4) Kewenangan terkait dengan Penetapan dan ketetapan pajak; 5) Kewenangan terkait dengan Penagihan pajak;

6) Kewenangan terkait dengan Keberatan dan banding; 7) Kewenangan terkait dengan Pembukuan dan pencatatan; 8) Kewenangan terkait dengan Pemeriksaan pajak;

9) Kewenangan terkait dengan Pengurangan dan pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar;

10) Kewenangan terkait dengan Penetapan ketentuan material perpajakan di bidang PPh, PPN, dan PPnBM;

11) Kewenangan terkait dengan Penetapan ketentuan material perpajakan di bidang PBB dan BPHTB4.

2. Kuasa hukum

Menurut Pasal 34 UU Nomor 14 Tahun 2002, Kuasa hukum adalah para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus. Kuasa hukum adalah seorang yang diberi kuasa penuh untuk mewakili atau mendampingi para pihak yang bersengketa dengan kuasa hukum tertulis untuk mengurus dan memberikan informasi serta bukti-bukti yang diperlukan dalam persidangan pengadilan pajak.

Pada saat mengikuti persidangan sengketa pajak baik banding atau gugatan, para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus.

Adapun syarat-syarat untuk menjadi kuasa hukum harus memenuhi sebagai berikut:

a. Waga Negara Indonesia;

(7)

b. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-undangan perpajakan;

c. Persyaratan lain yang ditetapkan oleh menteri.

Khusus syarat pada butir ke -3 tersebut diatas telah diatur dengan keputusan mentri keuangan No. 576/KMK.04/2000 tentang persyaratan seorang kuasa untuk menjalankan hak dan kewajiban menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan, dan dijelaskan lebih lanjut dengan keputusan Dirjen pajak No KEP-188/PJ/2001 tentang kuasa untuk menjalankan hak dan kewajiban menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Sedangkan apabila kuasa hukum yang mendampingi atau mewakili pemohon banding atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua, pegawai, tau pengampu, persyaratan tidak diperlukan5.

Kuasa hukum yang hadir dipersidangan diwajibkan :

a. Menunjukan identitas berupa surat keterangan terdaftar atau surat ijin sebagai kuasa hukum dari pengadilan pajak.

b. Menunjukan surat kuasa asli bermeterai dari pihak yang diwakilinya atau didampinginya

c. Surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum berlaku 12 bulan sejak tanggal ditetapkan

d. Surat persetujuan dari ketua pengadilan pajak untuk menjadi kuasa hukum diberikan dalam jangka waktu 7 (tujuh) dari persyaratan diri atau permohonan ijin kuas hukum lengkap diterima di sekretariat pengadilan pajak

(8)

e. Kuasa hukum dapat member kuasa untuk mewakilinya dalam suatu persidangan majelis hanya kepada kuasa hukum lainnya, sepanjang dalam surat kuasa yang diterima dari pemohon banding jelas menyatakan adanya kuasa subsitusi.

1) Persyaratan menjadi kuasa hukum bagi pengacara : a) Warga Negara Indonesia

b) Pengacara (berlisensi)

c) Sebagai ahli pajak ( antara lain sertifikat brevet pajak, memiliki NPWP atau SPT PPH pasal 21 pemberi kerja(formulir 1721 A1) )

Tata cara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum bagi pengacara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum setiap pengacara wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a) Wajib mendaftarkan diri kepada sekretariat pengadilan pajak b) Melampirkan fotocopy/salinan :

a) Kartu tanda penduduk

b) Surat izin praktek pengacara (telah terlegalisir)

c) Ahli pajak (brevet konsultan pajak/ijazah yang telah terlegalisir) d) NPWP/SPT PPH Pasal 21 pemberi kerja ( Formulir 1721 A ) e) Pas foto ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar

(9)

a) Warga Negara Indonesia b) Sebagai ahli pajak

c) Memiliki NPWP atau SPT PPH 21 pemberi kerja (formulir 1721 A) Tata cara mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum bagi yang bukan pengacara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum yang bukan pengacara setiap orang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Mengajukan permohonan tertulis kepada sekretaris pengadilan pajak b) Melampirkan fotokopi/salinan dokumen yang telah disahkan

(dilegalisir)

i) Kartu tanda penduduk

ii)Ahli pajak (brevet konsultan pajak)

iii)NPWP/SPT PPH pasal 21 pemberi kerja (formulir 1721 A1)

iv)Pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar

B. Bantuan Hukum dan Kuasa Hukum

(10)

Pada tanggal 30 April 2008, telah diresmikan Lembaga Bantuan Hukum Pajak Indonesia (LBHPI) di Hotel Allson Residence Jakarta. Peresmian dihadiri oleh para pendiri, pembina, pengurus dan pengawas yayasan, serta turut hadir Ketua Pengadilan Pajak Drs. Abdul Anshari Ritonga.

Lahirnya Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI) yang diawali dengan dibentuknya LBH Jakarta serta banyaknya sengketa pajak yang masuk ke Pengadilan Pajak menginspirasi ke-13 pendiri untuk mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Pajak Indonesia (YLBHPI). YLBHPI didirikan di Jakarta dengan Akta Notaris H. Umaran Mansyur, S.H. Nomor 6 tanggal 23 Mei 2007, kemudian disahkan dengan SK Menkumham Nomor C-3798 HT.01.02 tahun 2007 tanggal 29 November 2007.

Pada prinsipnya, LBHPI adalah mitra Administrasi Pajak dalam penegakan hukum pajak, serta mitra Wajib Pajak dalam hal penegakan hukum pajak yang dilaksanakan secara tidak benar sehingga menyebabkan wajib pajak teraniaya.

Berdasarkan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Salinan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-11/PJ/2014 Tentang Bantuan Hukum di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, Pasal 1 menyatakan bahwa :

a. Bantuan Hukum adalah pemberian layanan hukum di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak oleh Unit Bantuan Hukum dalam menangani masalah hukum.

b. Unit Bantuan Hukum adalah Satuan Organisasi Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas memberikan Bantuan Hukum kepada Unit Kerja, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai.

(11)

1) Unit Bantuan Hukum Pusat, yaitu Subdirektorat Bantuan Hukum Direktorat Peraturan Perpajakan II; dan

2) Unit Bantuan Hukum Wilayah, yaitu Subbagian Bantuan Hukum dan Pelaporan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

3) Unit Kerja adalah satuan organisasi kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

d. Pejabat adalah pegawai yang diangkat dalam jabatan struktural/fungsional di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

e. Pegawai adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

f. Pensiunan adalah Pegawai yang telah mencapai batas usia pensiun menurut peraturan perundang-undangan dan diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai.

g. Mantan Pegawai adalah orang yang pernah menjadi Pegawai yang diberhentikan tanpa hak pensiun.

Mengenai Tujuan adanya Lembaga Bantuan Hukum Pajak tercantum dalam pasal 2 yang menyatakan bahwa :

"Bantuan Hukum oleh Direktorat Jenderal Pajak bertujuan untuk menjamin dan memenuhi hak hukum Unit Kerja, Pejabat, Pegawai, Pensiunan dan/atau Mantan Pegawai dalam mendapatkan bantuan penanganan Masalah Hukum".

Sehubungan dengan penyelesaian perkara kasus, dalam pasal 5 dinyatakan bahwa :

(12)

2) Penanganan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. mengkoordinasikan dan/atau menyelesaikan Masalah Hukum melalui jalur di luar pengadilan, antara lain mediasi, konsiliasi atau penelitian ahli.

b. menangani Masalah Hukum di badan peradilan dalam perkara praperadilan, perdata, tata usaha negara, niaga, agama, perpajakan, dan badan peradilan lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

c. menangani Masalah Hukum dalam perkara pidana pada tahap penyelidikan, penyidikan, dan proses persidangan tindak pidana berupa pendampingan saksi atau ahli, konsultasi hukum yang berkaitan dengan tindak pidana, pemahaman tentang ketentuan hukum acara pidana, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberian bantuan hukum.

d. menangani perkara atas permohonan hak uji materiil di Mahkamah Konstitusi atau di Mahkamah Agung.

e. memberikan konsultasi dan pertimbangan hukum berupa pemberian pendapat, kajian, nasihat, dan/atau saran di bidang hukum.

f. memberikan pendapat hukum yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pajak.

(13)

h. membantu penyampaian alasan kepada badan peradilan apabila terdapat putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang tidak dapat dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

3) Penanganan perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d hanya dilaksanakan oleh Unit Bantuan Hukum Pusat.

4) Pemberian Bantuan Hukum dapat dilaksanakan di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pembebanan biaya atas perkara dinyatakan dalam pasal 9, yang menyatakan bahwa: "Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dibebankan pada Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak."

C. Hak Untuk Mengajukan Banding dan Gugatan

Dalam melaksanakan operasionalnya, pembentukan pengadilan pajak dilakukan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Upaya hukum untuk menyelesaikan sengketa yang dapat dilakukan oleh wajib Pajak adalah keberatan, banding, gugatan dan peninjauan kembali. Upaya hukum keberatan atas ketetapan pajak diajukan ke Direktorat Jenderal pajak. Sedangkan upaya hukum banding dan gugatan diajukan ke Pengadilan Pajak. Khusus untuk upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) diajukan ke Mahkamah Agung.

Kewenangan Pengadilan Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 31 dan Pasal 32 UU Pengadilan Pajak, yaitu:

(14)

yang berwenang sepanjang peraturan perundang-undangan yang terkait mengatur demikian, sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 31 Ayat (2) UU Pengadilan Pajak;

2. Dalam hal gugatan, Pengadilan Pajak berwenang memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak, atau keputusan pembetulan, atau keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (2) UU KUP; dan

3. Pengadilan Pajak berwenang mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.

Banding dan Gugatan muncul karena adanya ketidaksetujuan atas Keputusan Keberatan yang telah diajukan, yang kemudian dapat mengajukan Banding ke badan peradilan pajak.

1. Pengertian Banding

Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding.

Banding diajukan dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang di banding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Jangka waktu sebagaimana dimaksud tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan pemohon banding.

2. Syarat Pengajuan Banding

a. Anda dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan;

(15)

c. diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima;

d. dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut; e. terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding. 3. Pencabutan Banding

Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan Bading ke Pengadilan Pajak dapat mencabut permohonan tersebut dengan mengajukan surat pernyataan pencabutan banding kepada pengadilan pajak. Permohonan Banding yang dicabut akan dihapus dari daftar sengketa melalui :

a. Penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang dilaksanakan

b. Putusan Majelis/Hakim tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding.

4. Konsekuensi Banding

Apabila hasil keputusan banding menyatakan “Dikabulkan seluruhnya”, maka tidak ada sanksi maupun denda yang dikenakan. Namun, jika hasil keputusan menyatakan “Dikabulkan sebagian, Ditolak, atau Besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar masih banyak atau Membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung yang menambah pajak yang masih harus dibayar”, maka konsekuensi sanksi yang harus dibayar adalah dikenakan denda 100% dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan

(16)

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Peradilan Pajak di paparkan pengertian gugatan yang terdapat pada pasal 1 ayat 7 yang berbunyi :

“ gugatan adalah upaya hukum yang dapat di lakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap putusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” 6

2. Jangka Waktu

Jangka waktu untuk mngajukan gugatan terhadap pelaksanaan penagihan pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan sedangkan jangka waktu mengajukan gugatan terhadap keputusan salain gugatan selama lamanya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditrima keputusan yang di gugat.

Hal di atas tidak mengikat apabila jangka waktu yang di maksud tidak dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan penggugat terhadap satu pelaksanaan penagihan keputusan di ajukan gugatan.7

3. Pencabutan Gugatan

Dalam pelaksanaan gugatan khususnya dalam lah perpajakan, Undang-undang no 14 tahun 2002 menjelaskan bahwa, gugatan dapat di cabut dengn beberapa catatan, hal tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Penetapan ketuan dalam hal surat pernyataan pencabutan di lakukan sebelum sidang

b. Putusan majelis/hakim tunggal melalui pemeriksaan dalam surat pernyataan pencabutan di ajukan setelah sidang atas persetujuan penggugat.

(17)

c. Gugatan yang telah dicabut melalui penetapan atau petusan sebagimana yang di jelaskan di atas tidak dapat di ajukan kembali dalam peradilan pajak

BABA III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengadilan pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan Kekuasaan kehakiman di Indonesia bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak.

(18)

akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau gugatan banding pada Pengadilan pajak. Itu termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan undang-undang penagihan dengan surat paksa.

Dalam peradilan pajak, sengketa pajak terbagi menjadi dua, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. sengketa pajak yang ditimbulkan dari tindakan penagihan

2. Sengketa pajak yang timbul dari keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan

1. Para pihak yang bersengketa

a. Wajib pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Fiskus (pemerintah)

Seluruh aparatur pajak sebagai wakil negara disebut fiskus. Karena instansi yang berwenang untuk memungut pajak meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sesuai dengan jenis pajak yang dipungut, maka yang menjadi fiskus bisa merupakan pegawai pemerintah pusat maupun pegawai pemerintah daerah.

2. Kuasa Hukum

Menurut Pasal 34 UU Nomor 14 Tahun 2002, Kuasa hukum adalah para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus. Kuasa hukum adalah seorang yang diberi kuasa penuh untuk mewakili atau mendampingi para pihak yang bersengketa dengan kuasa hukum tertulis untuk mengurus dan memberikan informasi serta bukti-bukti yang diperlukan dalam persidangan pengadilan pajak.

(19)

Tata cara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum bagi pengacara untuk mendapatkan surat keterangan terdaftar sebagai kuasa hukum setiap pengacara wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Wajib mendaftarkan diri kepada sekretariat pengadilan pajak 2. Melampirkan fotocopy/salinan :

a. Kartu tanda penduduk

b. Surat izin praktek pengacara (telah terlegalisir)

c. Ahli pajak (brevet konsultan pajak/ijazah yang telah terlegalisir) d. NPWP/SPT PPH Pasal 21 pemberi kerja ( Formulir 1721 A ) e. Pas foto ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar

3. Bantuan Hukum dan Kuasa Hukum

LBH atau OBH adalah sebuah lembaga yang non profit atau tidak mencari keuntungan, lembaga bantuan hukum ini didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan bantuan hukum secara gratis (cuma-cuma) kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan hukum.

Pada prinsipnya, LBHPI adalah mitra Administrasi Pajak dalam penegakan hukum pajak, serta mitra Wajib Pajak dalam hal penegakan hukum pajak yang dilaksanakan secara tidak benar sehingga menyebabkan wajib pajak teraniaya.

Unit Bantuan Hukum terdiri dari:

1.Unit Bantuan Hukum Pusat, yaitu Subdirektorat Bantuan Hukum Direktorat Peraturan Perpajakan II; dan

(20)

3.Unit Kerja adalah satuan organisasi kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

4. Hak Untuk Mengajukan Banding dan Gugatan

Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding.

Banding diajukan dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang di banding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Jangka waktu sebagaimana dimaksud tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan pemohon banding.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Peradilan Pajak di paparkan pengertian gugatan yang terdapat pada pasal 1 ayat 7 yang berbunyi :

“ gugatan adalah upaya hukum yang dapat di lakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap putusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi , Wiratni. 2006. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak, Bandung: PT.Refika Aditama

Diana ,Anastasia dan Lilis Setiawati. 2009 . Perpajakan Indonesia konsep, Aplikasi dan Penuntun Praktis, Yogyakarta : C.V Andi Offset

(21)

Soeroso, 2010. Hukum Acara Khusu. Jakarta : Sinar Grafika

Referensi

Dokumen terkait

Hasil LOMBA HUT RI ke 70 dan para pemenang lomba diputuskan oleh masing-masing Dewan Juri dan ditetapkan oleh Panitia melalui Surat Keputusan yang ditandatangani oleh Ketua

Pos Indonesia (Persero) Cabang Sinjai diaksanakan oleh bagian-bagian yang terkait.Misalnya pemantauan untuk kegiatan penerimaan dan pengeluaran serta pencatatan kas

Dalam upaya menganalisis akuntansi pertanggungjawaban dalam hal pemberian Imbalan Kerja maka teknik analisis yang digunakan adalah mengetahui struktur organisasi

misalnya dengan konversi biomassa menjadi bioetanol. Bioetanol adalah etanol sederhana yang merupakan sumber energi terbarukan dan dihasilkan dari fermentasi komponen

Rangkul Indonesia berbasis elektrik, sehingga konsumen dapat menjalankan kursi roda melalui kendali pada tangan dan secara otomatis kursi roda bisa berjalan dengan

Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika pada indikator kemampuan memahami masalah materi permutasi dan kombinasi di kelas. XI IPA semester ganjil tahun

Temuan penelitian menunjukkan bahwa: 1 Implementasi pendidikan karakter di SDIT Permata Ummat Trenggalek telah terlaksana, hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai karakter yang

1) Marcellina Rasemi W,. SST, M.Pd selaku dosen pembimbing 1 yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam mengerjakan