BAB III
HASIL PENELITIAN
TIRIS SOPI DALAM ADAT PERKAWINAN DI ROMKISAR
A. Gambaran Umum Masyarakat Romkisar 1. Sejarah Terbentuknya Desa Romkisar
Hamparan pasir putih yang indah nan memanjang, karang pantai yang
berhempasan sepanjang pantai dan buih ombak berkejaran serta gelombang yang
pecah, lambaian nyiur yang melambai ditepian pantai, seakan melukiskan ada
kehidupan yang sempurna lagi indah yang tercipta di negeri “LELPAU HARYAI
WONDAUW WON HERA”, yang kemudian disebut dengan nama Romkisar. Kisah
yang terukir beratus-ratus tahun silam, seakan melukiskan kehidupan para pelaku
hidup yang menghadirkan sosok negeri Romkisar ditengah suka dan duka kehidupan.
Di atas tanah yang berbatu dan bertabur benih pohon koli, ada kehidupan yang
tercipta sempurna diujung selatan pulau Sermata. Tempat di mana sekelompok
manusia kemudian membangun hidup dalam kebersamaan. Hidup bebas dengan
alam yang kaya seakan mengajak manusia untuk tetap menjaganya, demi tercipta
hidup yang damai dan sejahtera. Karena itu kebersamaan perlu ditata dan diatur,
maka lahirlah hukum adat untuk mengatur dan menjadikan manusia untuk hidup
dalam sebuah keselarasan dalam bingkai kebersamaan.
Kehidupan yang kemudian berpacu dengan suka dan duka yang dihadapi
dengan sentuhan kebersamaan orang basudara, seakan surut dengan berbagai
orang-orang yang ada dalam negeri Romkisar harus mengalami perpindahan tempat tinggal
dari satu tempat ke tempat yang lain sebagai hunian baru. Alasan yang sangat
mendasar adalah bahwa tingkat kematian yang sangat tinggi dalam satu hari.
Perpindahan tempat pertama kali terjadi pada tahun 1945 dari negeri pertama
(Hymna).
Di negeri pertama jumlah jiwanya mencapai 800 jiwa. Pada tahun tersebut
negeri Romkisar berpindah tempat hunian ke negeri yang kedua (Durah). Kemudian
pada tanggal 13 Maret 1961 Negeri ini kembali pindah ke tempat ketiga, dan tempat
ini menjadi tempat hunian terakhir dan sampai sekarang masih ditempati yaitu negeri
Romkisar (Heralma). Perpindahan dari tempat hunian pertama ke hunian kedua
berada dalam pemerintahan negeri Herman Saleky (Up Miru). Kemudian
perpindahan ke tempat hunian ketiga atau hunian terakhir yang ditempati sekarang
berada dibawah pemerintahan Albinus Delly (Up Terry).
Konon di negeri Romkisar pernah diadakan “konfrensi adat” oleh marna-marna (pembesar-pembesar adat zaman dulu) untuk membicarakan masalah adat istiadat
Hnyoli Lyeta (Met Melai tatra Lgona) puncak dari peristiwa sejarah tersebut dengan pembunuhan seorang budak sebagai meterai dan penanaman benda-benda adat
ditandai dengan kulibia yang didalamnya terdapat satu buah gelang emas. dan setelah
hasil keputusan konfrensi dijabarkan di nokhpa rai patatra (jajaran pulau-pulau) yang ada di Kabupaten Maluku Barat Daya. Asal nama Romkisar berasal dari kata
Romkeher, yang terdiri dari 2 suku kata yaitu Roma yang artinya patung batu rumah
dan Keher yang artinya sekelompok orang yang hidup dan mempunyai karakter yang
keberadaan bangsa Portugis di negeri tersebut. Penterjemahan ini sesuai dengan
legenda Roma dan Keher. Jadi Romkisar diartikan sebagai “orang yang hidup dan mempunyai karakter yang keras.”1
2. Letak Geografis
Peta Kabupaten Maluku Barat Daya
Sumber data: Data GEMA MBD, Ambon 2016.
1
Kepulauan Maluku Barat Daya terletak di sebelah barat daya kota Ambon
propinsi Maluku. Kabupaten ini beribukota di Tiakur Kecamatan Moa Lakor.
Kabupaten ini sebelah utara berbatasan dengan laut Banda, sebelah timur berbatasan
dengan kepulauan Tanimbar, sebelah selatan berbatasan dengan laut timur dan selat
Wetar, sebelah barat berbatasan dengan kepulauan Alor.2
Secara georgrafis desa Romkisar membujur dari utara ke selatan dengan luas
1km per segi. Di sebelah utara desa Romkisar terdapat pantai (pasir panjang) yang
hampir sudah dikenal diseluruh pulau Luang Sermata. Desa Romkisar adalah salah
satu desa yang berada di Kecamatan Mdona Hyera kabupaten Maluku Barat Daya.
Desa Romkisar memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah timur berbatasan dengan desa Lelang,
- Sebelah barat berbatasan dengan desa Ello,
- Sebelah utara berbatasan dengan laut, dan
- Sebelah selatan berbatasan dengan hutan.
3. Keadaan Alam/Iklim
Keadaan alam atau iklim di desa Romkisar sama dengan yang umumnya
berlaku di daerah Maluku Barat Daya, yaitu beriklim tropis. Dengan keadaan atau
kondisi iklim yang demikian maka desa Romkisar dipengaruhi oleh dua musim yaitu,
musim kemarau juga disebut musim timur dan musim hujan juga disebut musim
barat. Musim kemarau berlangsung antara bulan April-November, sedangkan musim
hujan dari bulan Desember-Maret.Kedua musim ini silih berganti yang diselinggi
2
oleh musim transisi yang terjadi pada bulan April (peralihan musim barat ke musim
timur) dan bulan November peralihan musim timur ke musim barat).3
4. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data statistik desa Romkisar tahun 2016, maka jumlah penduduk
desa Romkisar seluruhnya adalah 333 jiwa yakni 159 laki-laki dan 174 perempuan.
Total jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 68 Kk.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Nama Desa Laki – Laki Perempuan Jumlah Jumlah KK
Romkisar 159 174 333 68
Sumber data: Data desa Romkisar 2016.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
No Jumlah Menurut Umur Jumlah
1. 0 -3 tahun 41
2. 4– 6 tahun 33
3. 7– 9 tahun 35
4. 10– 12 tahun 26
5. 13 – 15 tahun 20
6. 16 – 45 tahun 117
7. 46 – 59 tahun 36
Sumber data: Data desa Romkisar 2016.
3
Tabel 2, diatas dapat menunjukan bahwa jumlah penduduk dengan tingkat
umur 0-3 tahun, 16-45 tahun merupakan angka tertinggi yanki 41 jiwa dan 117 jiwa
dan tingkat umur 13-15 tahun merupakan angka terkecil yaitu 20 jiwa.4
5. Mata Pencaharian
Berdasarkan data yang diperoleh dari data statistik desa Romkisar maka, ada
anggota masyarakat yang bekerja sebagai petani, peternak, PNS, wiraswasta,
nelayan, tipar, dan tukang kayu.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Desa Romkisar
Jenis Pekerjaan
PNS Petani Peternak Wiraswasta Nelayan Tipar
Tukang Kayu
3 35 5 3 7 11 2
Sumber data: Data desa Romkisar 2016.
Masyarakat Romkisar dapat di kategorikan sebagai masyarakat dengan mata
pencaharian pokok ialah sebagai petani. Pola bertanian masyarakat Romkisar adalah
peladangan, dimana para petani biasanya membuka lahan pada musim kemarau,
antara bulan Agustus sampai Oktober, dan baru dibakar ketika gejalah alam
menunjukan musim hujan segera tiba. Kebun mereka diberi nama sesuai musim,
yaitu kebun barat dan kebun timur. Disebut kebun barat karena hasilnya dipanen
pada musim barat, sedangkan disebut kebun timur karena hasilnya dipanen pada
musim timur.
4
Selain bertani mata pencaharian lain yang digeluti oleh masyarakat adalah tipar
pohon lontar atau koli. Konon, masyarakat setempat menyebutnya dengan iris sageru.5 Hasil dari tipar atau iris ini kemudian disuling menjadi minuman keras, yang istilah tradisional dikenal sebagai arak/sopi. Pekerjaan ini sudah dilakukan sejak turun-temurun sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat.
Pekerjaan lainnya adalah perternakan, di mana ada yang dipelihara di rumah
yaitu babi dan kambing, sedangkan ternak yang lain seperti, sapi dan kuda diternakan
secara tradisional di padang. Jenis tanaman pertanian yang diusahakan adalah
tanaman umur panjang (kelapa, jambu mete) dan tanaman umur pendek
(umbi-umbian, pisang, jagung, kacang-kacangan, dan sayur). Kelapa sering dijadikan kopra,
selain dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak. Pemasaran hasil pertanian yang
ada hanya dilakukan di dalam desa atau menjualnya ke desa-desa tetangga. Kegiatan
ini umunya dikerjakan atau dilakukan oleh kaum perempuan. Sulitnya transportasi
juga berakibat tanaman-tanaman umur pendek yang dikembangkan tidak dapat dijual
di pasar atau ke kota-kota besar (propinsi), semua hasil hanya untuk kebutuhan
sehari-hari dan dikeringkan kaum perempuan untuk disimpan sebagai konsumsi
manakalah musim kemarau panjang tiba.
Keadaan perekonomian masyarakat masih sangat tergantung pada ilkim. Pada
musim penghujan masyarakat memilih bertani, dan musim kemarau mereka hanya
5
berternak. Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan keadaan ekonomi masyarakat
ditentukan oleh jenis mata pencaharian hidup atau pekerjaan pokok yang digeluti.
6. Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian terpenting dari masyarakat, bagian ini menjadi
media transfer untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat bangsa, maupun negara.
Namun keberadaan pendidikan di Romkisar sangat minim, ini terbukti dari
ketersediaan sarana prasarana pendidikan yang terbatas maupun fluktuasi
penerimaan dan kelulusan murid.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Desa Romkisar
Jumlah Lulusan
SD SMP SMA
Perguruan Tinggi D1 – D3 S1
95 13 11 1 4
Sumber data: Data desa Romkisar 2016.
Di desa Romkisar terdapat sebuah sekolah dasar milik pemerintah yaitu SD
Negeri Romkisar. Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1974, sejak didirikan sampai
saat ini, SD Negeri Romkisar telah berhasil menamatkan banyak siswa. Diantara
siswa-siswa yang tamat, ada yang menjadi PNS, dan ada juga yang bekerja sebagai
pegawai swasta maupun pengusaha. Dari SD inilah, siswa-siswa melanjutkan
pendidikan mereka di SMP, SMA bahkan di perguruan tinggi di kota-kota yang lebih
7. Sistem Pemerintahan
Ada dua sistem pemerintahan yang berlaku dalam masyarakat Romkisar, yaitu
pertama pemerintahan yang berdasarkan pada sistem pemerintahan nasional
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1979, sedangkan
sistem yang kedua adalah sistem pemerintahan adat. Dalam hal ini, semua persoalan
yang ada dalam desa terlebih dahulu diselesaikan secara adat jika hal ini tidak
berjalan baik, maka akan ditindak lanjuti sesuai aturan perundang-undangan.6 Sejalan
dengan hal tersebut maka dapat dilihat struktur pemerintahan desa Romkisar sebagai
berikut:
Struktur Pemerintahan Desa Romkisar
Sumber Data: Data desa Romkisar 2016.
Kepala desa dipilih berdasarkan kesepakatan bersama masyarakat secara
musyawarah. Sesuai aturan adat setempat, kedudukan kepala desa berdasarkan pada
garis genelogis secara turun-temurun dari soa7 yang memiliki kedudukan untuk
6
Hasil Wawancara dengan Bpk. R.D.(Pejabat Kepala Desa Romkisar), 5 April 2016.
7
memerintah (soa parentah/marna). Misalnya yang bisa menjabat kursi pemerintahan
desa ialah dari marga Saleky. Dalam sistem pemerintahan dikenal juga badan saniri.8
Badan ini merupakan bentuk kepemimpinan kolektif, sehingga tidak ada person atau
kelompok soa yang dominan terhadap yang lainnya. Masyarakat desa dan dusun
terbagi dalam soa. Setiap soa diketuai oleh seorang kepala soa yang dipilih secara
demokrasi untuk duduk dalam badan saniri. Dalam masyarakat Romkisar juga ada
marinyo9 yang tugasnya masih tampak sampai saat ini. Pada saat-saat tertentu marinyo akan berkeliling desa untuk menyampaikan pemberitahuan kepada
masyarakat. Sampai saat ini desa Romkisar dipimpin oleh:10 UP Rapilta (Kepala Kampung/Soa)
Thomas Keliau ( Pejabat Pemerintah Negeri); 1950-1951
Albinus Delly (Pemerintah Negeri); 1952-19973
8
Badan Saniri, disahkan oleh peraturan tahun 1824, di zaman kolonialisme Belanda. Badan saniri adalah lembaga musyawarah masyarakat sekaligus sebagai lembaga peradilan yang menempatkan aturan-aturan dan memutuskan perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah-masalah adat. Badan saniri juga adalah badan pegawai bagi petuanan (batas-batas tanah) dari setiap anggota masyarakat. Lih. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Sejarah Daerah Maluku
(Jakarta: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 1977), 32.
9
Marinyo adalah orang yang menyampaikan berita dan titah pemimpin desa kepada masyarakat dengan cara berjalan berkeliling kampong sambil tabaos (berteriak) menyapaikan berita atau informasi.
10
Wellem Delly (Pejabat Kepala Desa); 1973-1976
Natanel Ubloa (Kepala Desa); 1976-1992
Enos Delly (Kepala Desa); 1992-2007
Stefanus Saleky (Pejabat Kepala Desa); 2007-2009
Gayus Lowatu (Kepala Desa); 2010-2013
Roni E Delly (Pejabat Kepala Desa); 2013-sekarang.
8. Susunan Masyarakat
Sistem atau susunan masyarakat dimulai dari keluarga sebagai unit terkecil
tetapi sekaligus merupakan inti dari suatu masyarakat. Namun demikian susunan
masyarakat tidak hanya meliputi keluarga sebagai organisasi sosial terkecil
melainkan mencakup kelompok-kelompok sosial yang lebih besar.11 Kelompok
kekerabatan yang melalui garis keturunan yang pokok adalah mata rumah12 atau klan. Kelompok kekerabatan ini secara umum berlaku di daerah Maluku Barat Daya
sebagai daerah yang masyarakatnya terkenal dengan masyarakat adat.
Mata rumah yang berarti seisi rumah, maksudnya adalah rumah yang didiami
bersama-sama oleh orang-orang yang seketurunan. Mata rumah dalam masyarakat
Romkisar memiliki arti geneologis territorial (garis keturunan dalam wilayah hukum
adat). Mata rumah dalam konteks dimaksud adalah khas karena hanya terbatas pada
orang-orang di desa tertentu seperti Romkisar.
Dari nama mata rumah, orang bisa mengetahui hubungan-hubungan
kekerabatan mereka dengan mata rumah di desa dan pulau lain, karena mereka
11Ter Haar,
Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta: Pranja Paramita, 1960), 15.
12
mengetahui sejarah asal-usul mereka. Pada peristiwa-peristiwa adat misalnya,
membangun rumah tua, mengganti atap rumah tua, perkawinan dan sebagainya,
biasanya mereka dipanggil dari tempat-tempat dimaksud, untuk turut serta dalam
peristiwa adat tersebut. Peristiwa adat ini bukan sekedar reuni, melainkan
implementasi dari eksistensi tatanan adat di desa Romkisar.
Mata rumah biasanya memiliki beberapa bidang hubungan sosial yang penting
seperti: mengatur perkawinan, mengatur pemilihan dan penggunaan tanah, serta
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan kepentingan mata rumah tersebut.
Secara tradisional, mata rumah dibedakan pula atas golongan negeri (para leluhur
pendiri negeri) golongan ini memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi karena
memiliki lahan yang lebih luas. Jabatan-jabatan politik di desa Romkisar dikuasai
oleh golongan negeri, karena mereka merupakan ahli waris dari jabatan-jabatan
penting dalam masyarakat seperti, raja atau kepala desa, kepala soa, mata rumah, dan
saniri. Dengan kata lain, jabatan-jabatan penting di dalam masyarakat dipegang oleh
golongan marna atau bangsawan.
Golongan pendatang adalah mereka yang walaupun sama-sama menduduki
desa Romkisar, namun leluhur mereka datang lebih kemudian mereka tidak memiliki
lahan yang begitu luas, maupun jabatan-jabatan penting. Di desa Romkisar mereka
ini memiliki kedudukan atau status sosial di bawah golongan atas (marna), dan tidak
memiliki hak-hak istimewa seperti yang dimiliki golongan marna.13
Desa Romkisar terdiri dari matarumah-matarumah dengan nama rumah tua
masing-masing sebagai mana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Nama Rumah Tua dan Mata Rumah
No Rumah Tua Mata Rumah
1 Tulrehi Warehi Romhera Leopali Wewnihi
2 Letoha Ladiai Pakupun
3 Tutlieta Dohloy Leunupun
4 Uhunana Namnana M’nyetu
5 Aliyoha Letwatu
6 Hurimiaha Torlely Lelgaini
Sumber data: Data desa Romkisar 2016.
Rumah tua memiliki beberapa fungsi yaitu:
Sebagai tempat musyawarah matarumah.
Sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka milik matarumah.
Sebagai tempat memanggil leluhur.
9. Kehidupan Sosial Budaya dan Kekerabatan
Dalam kehidupan masyarakat, sistem kekerabatan masih terlihat kuat apalagi
masyarakat yang masih kental dengan pemberlakuan adat istiadat. Hubungan
kekerabatan yang tercipta antara individu-individu, dan kelompok, atau antar
kelompok tercipta secara erat dan tersistem sebagai satu kesatuan yang sistemik.
Sistem kekerabatan menjadi isu menarik karena masyarakat budaya selalu
diperhadapkan pada sistem yang melilitnya untuk melakukan seluruh aktivitasnya.
Sistem kekerabatan tentunya akan berkontribusi bagi pembangunan
membangun satu sama lain atas dasar hubungan kekerabatan itu sendiri, mengeratkan
persatuan antara satu dengan yang lain, mengeleminir konflik atau tegangan yang
terjadi antara satu dengan yang lain atas dasar persaudaraan, bahkan pelaksanaan
upacara perkawinan, misalnya selalu berbicara tentang keterlibatan kerabat, baik
kerabat pihak laki-laki maupun kerabat pihak perempuan.14
Kehidupan sosial budaya masyarakat Romkisar sangat kental dengan adat oleh
sebab itu semua persoalan yang dihadapi masyarakat diselesaikan melalui jalur adat.
Salah satu hal yang unik dalam masyarakat Romkisar adalah tiris sopi. Masyarakat Romkisar dalam kehidupan sehari-hari selalu mempraktekkan berbagai ritual adat
tergantung dari besar-kecilnya atau masalah yang dihadapi masyarakat, maka semua
persoalan diselesaikan melalui tiris sopi.
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur
sosial. Menyer Fortes seperti yang dikutip oleh Suriyaman mengemukakan bahwa,
sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat digunakan untuk menggambarkan
struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit
sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau
hubungan perkawinan.15
Persekutuan hukum adat yang bersifat genelogis adalah suatu kesatuan
masyarakat yang teratur, yang para anggotanya terikat pada satu garis keturunan
yang sama dari satu leluhur, baik secara langsung karena hubungan (keturunan) atau
secara tidak langsung karena pertalian perkawinan atau pertalian adat. Masyarakat
genelogis dibedakan dalam tiga macam, yaitu yang bersifat patrilineal (garis
14
Resa Dandirwalu, Pengantar Antropologi: Buku Ajar, (Papua: Aseni, 2014), 8-9.
15Suriyaman. Mustari Pide,
keturunan bapak), matrilineal (garis keturunan ibu), dan bilateral atau parental (garis
keturunan orangtua).16
Berdasarkan hukum adat yang bersifat genelogis tersebut maka, hal yang
menarik dalam kehidupan masyarakat Romkisar pula adalah, setiap orang memiliki
“nama hindu” atau nama adat selain nama sesuai akte kelahiran. Nama ini diberikan
pada saat potong pusar anak yang baru dilahirkan. Tidak diketahui bagaimana asal muasal pemberian nama ini, menurut penuturan masyarakat setempat pemberian
nama ini telah dilakukan sejak zaman leluhur mereka. Hal tersebut pula dapat
membangun tali kasih atau kekerabatan dari leluhur untuk setiap generasi sekarang,
kini, maupun yang akan datang.
10. Kehidupan Keberagamaan dan Sistem Kepercayaan
Kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk
menerima apaadanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang
lain. Sistem kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari erat hubungannya dengan
kegiatan-kegiatan dan upacara-upacara yang berbau religius, juga di dalamnya
terdapat unsur-unsur serta rangkaian dan juga alat-alat yang biasa digunakan untuk
sebuah kegaiatan. Menurut Lukes E Durkheim dalam Dian Pertiwi menjelaskan
bahwa, religi merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan
masyarakat yang menjalankan seluruh rangkaian dari sistem kepercayaan tersebut.17
Kepercayaan keagamaan tidak hanya mengakui keberadaan benda-benda dan
makhluk-makhluk sakral, tetapi seringkali memperkuat dan mengokohkan keyakinan
16
Pide, Hukum Adat, 60.
17 Dian Pertiwi, Tradisi Di a Ge lag Dala Keper ayaa Masayarakat Jawa, (Salatiga: Widya
terhadapnya. Kepercayaan-kepercayaan keagamaan tidak hanya melukiskan dan
menjelaskan makhluk-mahkluk sakral, tetapi yang lebih penting dari semuanya itu
adalah, bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut memberitahukan bagaimana alam
gaib ini dapat dihubungkan dengan dunia manusia yang nyata.18
Berbicara mengenai kepercayaan maka, sudah tentu setiap suku atau daerah
memiliki sistem kepercayan tersendiri sebelum hadir atau masuknya agama Kristen
yang saat ini dianut, dan telah diakui oleh pemerintah. Sebelum masuknya agama
Kristen, masyarakat Maluku sudah mempunyai agama yang dapat disebut
“kepercayaan setempat atau kepercayaan asli.” Inti dari agama asli ialah kepercayaan
terhadap animisme dan dinamisme.19 Begitu pula dengan masyarakat Romkisar hal ini ditandai dengan penyembahan kepada pohon-pohon dan batu-batu besar.Terlepas
dari pada itu masyarakat Romkisar percaya bahwa ada “suatu sosok” yang memiliki kuasa atas alam dan segala isinya, mereka tidak mengenalnya tetapi mengakui
kekuasaannya atas kehidupan mereka. Masyarakat Romkisar menyebutnya dalam
bahasa adat “Up Lerlauna” untuk menggambarkan sosok yang asing itu maka
dibuatlah anyaman dari daun kelapa yang diikat dan diletakan di atas “pintu masuk
atau bumbungan rumah.”20
18
Elizabetk. Nottingham, Agama dan Masyarakat; Suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Rajawali, 1985), 13-14.
19
Animisme yaitu suatu kepercayaan mengenai kehadiran hal-hal spiritual dalam benda-benda seperti batu dan pepohonan. Dinamisme yaitu pemujaan terhadap roh (sesuatu yang tidak tampak mata). Mereka percaya bahwa roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu, seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering dimintai tolong untuk urusan mereka. Caranya adalah dengan memasukan arwah-arwah mereka ke dalam benda-benda pusaka seperti batu hitam atau batu merah delima. Ada juga yang menyebutkan bahwa dinamisme adalah kepercayaan terhadap kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu benda. Lih. Pengantar Antropologi, 144.
20
B. Adat Tiris Sopi
a. Sejarah Tiris Sopi
Setiap adat tentunya memiliki sejarah, demikian juga adattiris sopi dalam masyarakat Romkisar. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan bahwa,
tiris sopiberasal dari negeri lama Lelpau Haryai. Sejarah tiris sopi ini terbentuk pada waktu digelarnya konferensi adat oleh tujuh moyang. Sejak zaman dulu ada terjadi
peperangan antara moyang yang satu dengan moyang yang lain di wilayah Lelpau Haryai,namun pada saat itu ada moyang yang membuat konsensus atau kesepakatan untuk dapat mempersatukan perselisihan itu dengan membuat sebuah forum
marna-marna atau pembesar-pembesar adat kemudian ditetapkan sopi sebagai lambang pemersatu atau sebagai materi atau dalam kegiatan-kegiatan ritual adat yang dikenal
dengan nama tiris sopi.21
Menurut salah seorang informan mengatakan bahwa, tiris sopi artinya sebuah akta sumpah adat yang mempertanda mengikat atau mengukuhkan perkawinan kedua
pengantin. Kata tiris artinya, menitik, meneteskan, sedangkan sopi adalah lambang kekuatan yang sangat sakral, sehingga tiris sopi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan dalam bentuk doa khusus untuk adat, karena masyarakat meyakini bahwa
ketika melakukan ritual tiris sopi maka ada kekuatan yang keluar dari ritual tersebut.22
Berdasarkan deskripsi data di atas, maka dapat dikatakan bahwa tiris sopi
adalah suatu model pembentukan karakter yang didasarkan pada kebiasaan atau adat
istiadat dari para leluhur yang hidup di desa Romkisar beratus-ratus tahun yang lalu.
21 Hasil wawancara dengan Bpk. A.P. (Saniri Soa Barat), 12 April 2016. 22
Tiris sopi ini sekaligus menunjukkan identitas masyarakat Romkisar yang beradab. Masyarakat Romkisar yang pada awalnya hidup di negeri Lelpau Haryai ternyata
tetap mempertahankan budaya tiris sopi walaupun mereka sudah berpindah dari negeri Lelpau Haryai ke desa Romkisar yang merupakan desa baru. Alasan tetap
melestarikan budaya tiris sopi ini karena bagi mereka, tiris sopi mengandung nilai-nilai positif, dan melalui tiris sopi pula masyarakat Romkisar hidup rukun dan saling mengasihi satu dengan yang lain teristimewa dapat memperkuat tatanan kehidupan
keluarga bagi pasangan yang baru menikah.
b. Deskripsi Adat Tiris Sopi
Ritual tirisi sopi adalah salah satu acara adat yang dimiliki oleh masyarakat Romkisar dan harus dilaksanakan oleh masyarakat Romkisar dan acara ini dibuat
oleh leluhur (tete nene moyang) sejak dahulu kala sampai sekarang dan kapanpun.
Adat ini dilakukan setelah perkawinan disahkan oleh lembaga keagamaan maupun
sipil, begitupun sebaliknya bisa dilakukan sebelum disahkan oleh kedua lembaga
tersebut.
Sebelum pelaksanaan adat tiris sopi dilakukan, maka cara yang dilakukan terlebih dulu ialah dengan acara masuk minta istri, di dalam acara masuk minta
dibicarakan berbagai hal yaitu menyangkut persiapan perkawinan, penentuan tanggal
perkawinan, dan lain sebagainya. Bagi masyarakat Romkisar tidak ada yang
namanya harta kawin sebab adat mereka adalah adat masuk, atau adat jatuh
mama/ibu. Namun, ketika dalam perjalanan rumah tangga ada terjadi perceraian
maka harta hidup atau harta cerai adalah sebagai berikut.23
23
1. Emas
2. Babi
3. Sopi
Dengan ketentuannya adalah dihitung berapa jumlah anak, pulihkan nama baik
keluarga atau orang tua, dihitung desa ketika laki-laki tersebut berasal dari satu
pulau, sementara laki-laki yang berasal dari luar pulau maka dihitung tanjung dan 1
tanjung atau 1 desa dibayar dengan 1 buah emas, begitu pula dengan jumlah anak
dan orang tua, maka biasanya diperkirakan emas yang harus dibayar oleh seorang
suami yang membuang istrinya sebanyak 40 buah. Sedangkan sopi dan babi juga
ditanggungkan saat proses pengurusan adat berlangsung atau suami tersebut yang
memberi makan dan minum 1 desa (kampung) Romkisar.24
c. Tata Cara Pelaksanaan Ritual Tiris Sopi
Masyarakat Romkisar memahami identitas diri mereka sebagai masyarakat
yang memiliki ikatan persaudaran yang kuat melalui adat tiris sopi.25 Pemahaman tersebut turut membangun atau membentuk cara pandang dan perilaku hidup yang
memahami eksistensi sebuah kebudayaan yang dimiliki bersama. Penekanan nilai
adat tiris sopi terletak pada penghargaan bagi suami istri untuk diberikan nasihat adat dari tua-tua adat, agar mereka saling mengasihi, menghargai, menghormati satu
dengan yang lain maupun dengan semua orang baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Alasan masyarakat Romkisar tetap melakukan adat tiris sopi ini pula disebabkan perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang menikah, tidak
selamanya berasal dari satu desa atau pulau (Luang Sermata), sering terjadinya
24 Hasil wawancara dengan Ibu. T.P, 20 April 2016. 25
perkawinan silang, sehingga dalam pelaksanaan adat tersebut untuk sekaligus
memperkenalkan istri atau suami kepada masyarakat luas namun yang lebih
khususnya untuk memperkenalkan budaya atau adat tiris sopi bagi mereka. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan salah satu informan mengatakan bahwa,
terjadinya pergeseran nilai adat tiris sopi di Romkisar pada zaman dulu dan sekarang ini dikerenakan banyak pasangan yang tidak tahu adat atau tidak mengerti adat.26 Sehingga hal tersebut penting sekali dilakukan demi menasihatkan pasangan mudah
yang menikah untuk tunduk pada aturan adat yang berlaku di Romkisar.
Dalam proses perkawinan adat ada beberapa hal yang perlu penulis paparkan
yaitu, pertama pengantin laki-laki sebelum keluar dari rumah yang nantinya akan
diarak-arakan ke rumah pengantin perempuan dengan diantar oleh keluarga besar
maupun kerabat dari pihak laki-laki, maka sebelumnya ia terlebih dulu diberikan
nasihat adat oleh tua-tua adat (pihak laki-laki) di rumahnya. Biasanya adat dilakukan
yaitu pengantin perempuan berada disalah satu rumah tua diujung desa (kampung),
begitu pula pengantin laki-laki. Dengan alasan tersebut bahwa, ketika sang pengantin
laki-laki berjalan menuju ke rumah pengantin perempuan atau rumah calon istrinya,
maka dalam perjalanan laki-laki tersebut memaknai perjalanan hidup yang begitu
panjang yang akan diarumi oleh baterah rumah tangganya, begitupula dengan sadar
ia telah terlepas dari tanggung jawab kedua orang tuanya sehingga ia benar-benar
mampu bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya kelak nanti. Selain dari
pemaknaan diri, hal tersebut juga merupakan adat bagi masyarakat Romkisar sejak
dulu kalah sampai saat ini.
26
Gambar 1: Proses pengantin laki-laki diantarkan ke rumah pengantin perempuan.
Sumber data: Dokumen pribadi.
Hal yang kedua bahwa dalam proses tersebut, pada setiap gapura atau pintu
lorong jalan diberikan 3 tanda yaitu gapura tersebut dihiasi atau dipampang anyaman
daun kelapa yang dibuat melingkar dan disampingnya diletakan 1 buah drom kosong.27 Dalam ketentuan adat, gapura atau pintu-pintu tersebut dijaga oleh salah seorang tua adat dari pihak perempuan untuk menanyakan asal usul dari pihak
laki-laki, drom kosong tersebut fungsinya adalah akan dipukul (dibunyikan) oleh penjaga
pintu ketika keluarga pengantin laki-laki mengantarkan anak mereka ke rumah
pengantin perempuan. Hal tersebut menandakan sebuah larangan sebelum dapat
mengetahui asal-usul maupun tujuan dari pengantin laki-laki tersebut. Pada setiap
pintu ada balasan pertanyaan oleh penjaga pintu dari pihak perempuan kepada pihak
laki-laki, adalah sebagai berikut.28 Pihak perempuan:
Hoi omlyameni, ommuplin nyori let di upni matromni, eranina radera, omkokona myaryarni lo-lo la de.
27Sebuah tong kosong yang adalah tempat bahan bakar minyak (BBM) berupa minyak tanah. 28
Artinya: Mengapa kamu datang dan buat ribut di kampung atau desa ini,
tidakkah kamu tahu bahwa penghuni kampung atau desa ini sedang
istirahat/tidur?
Pihak laki-laki:
Li-li mamau, kinkini mar-mar, mnyor-mnyori tam-tama, marna yana muwena, amai di a li nana matnana germ or-mnyori ai mnyor-mnyori etlah let di pe a mawahaka.
Artinya: Saya mohon maaf kepada tuan-tuan yang ada di kampung atau desa
ini, tapi saya melihat bahwa di desa ini ada air dan api (gadis, calon mempelai
perempuan), sehingga saya datang untuk mencari dia.
Pada ke 3 gapura atau pintu disepanjang jalan pertanyaannya sama, seperti
yang telah penulis paparkan di atas, namun pada gapura atau pintu yang terakhir
istilah yang digunakan ialah pelabuhan terakhir di mana, di depan rumah pengantin
perempuan dibuat sebuah tenda besar dan pertanyaannya pun berubah yaitu;29 Pihak perempuan:
Hoi, hemide mmiplin nyohri aucaka tuini matni herni gaini, mimyai de kokni rarayaini rehi.
Artinya: Siapa kamu tidakkah kamu tahu bahwa saya yang menjaga pelabuhan
ini, mengapa kamu datang dengan ribut-ribut.
29
Gambar 2: Proses saat pengantin laki-laki ditanyakan asal-usulnya.
Sumber data: Dokumen pribadi.
Setelah pihak perempuan menanyakan demikian kemudian mereka
dipersilahkan masuk dan duduk di bawah tenda depan rumah pengantin perempuan,
setelah itu diberikan sopi lalu diminum bersama, istilah setempat yaitu berteduh
sebentar dan akan melanjutkan perjalanan lagi, kemudian setelah itu mereka
melanjutkan prosesi adat selanjutnya.
Gambar 3: Pengantin laki-laki tiba di rumah pengantin perempuan.
Sumber data: Dokumen pribadi.
Hal yang terakhir yaitu, ketika pengantin laki-laki tiba di depan pintu rumah
perempuan, namun mereka juga belum diperbolehkan masuk ke dalam rumah atau
dan syair lagu yang dinyanyikan secara berbalasan baik dari tua-tua adat pihak
Artinya: Saya punya tempat ini tidak baik, saya tidur di lantai
Orang-orang yang ada gagah perkasa, punya kekayaan, kelebihan,
mengapa kamu berani datang dan membuka pintu rumah saya untuk
masuk, sehingga saya menerima kamu masuk ke dalam rumah saya,
dan kita kawin (menikah) baik-baik.
Setelah selesai berbalasan pantun dari pengantin laki-laki dan perempuan ada juga
syair lagu yang dinyanyikan.31
30Hasil wawancara dengan Bpk. Al.P. (Tokoh Adat), 16 April 2016. 31
Mhur talotno pai lyo le e.. Lair maha aa gedi..
Tetia terna pai tiane, mhur tia lotna ai lyo lan po
Tipi tru o, tapitie, tetiaretna pai tia, tipi trua taporane… Ai… tipi trua tapitio… li….li… lye…
Ai… tipi trua tapora, pora mau..maune… Lair maha aa..gedi, rurum toa maa gedine ee…
Artinya: Nona ee…. Saya ini jadi tali atau tangga.
Lalu saya datang untuk kita berdua kawin (menikah), kita kawin baik-baik.
Perempuan:
Ina po… huraryaumu maha gedi Hurayaumu, oo… ma..a.. gedi ee… Ina leli rar yaumu a..a.. gedine… Huuu… raryaumu ma..a.. gedi po.. Weinyano..o.. rurum to..o..e..e….
Leli raryaumu a..a.. gedi nyarnyar, lair mahane..
Weinyana..rurum to..a.. po mapi tru…o.. tapitie Nyanyari lair maha, mapi trua taporane.. Mami trua tapi..tiyo, lilieeye..
Mami trua tapora, pora mau..maune.. huraryaumu a..a.. gedi..
Leliraryaumu..ma..a…gedine…
Artinya: Nyong eee… saya ini (nama), saya tunggu nyong, terlalu lama.
Saya tunggu datang ambil saya lalu kita berduakawin(menikah) dan menyatuh
Gambar 4: Proses berbalasan pantun dan lagu adat di rumah pengantin wanita.
Sumber data: Dokumen pribadi.
Setelah selesai berbalasan pantun dan lagu adat maka pihak laki-laki telah
diperbolehkan untuk masuk, atau pintu rumah pengantin perempuan dibukakan bagi
mereka. Kemudian pengantin pria dipersilahkan duduk pada kursi pengantin yang
telah disiapkan, sementara itu salah seorang tua adat dari pihak perempuan
menjemput pengantin perempuan di kamar dan dibawah keluar lalu menunjukan
kepada pihak laki-laki, dan menanyakan apakah gadis atau perempuan (calon istri)
ini yang dicari? Ketika mereka menjawab iya, maka perempuan itu lalu ditempatkan
atau duduk bersama laki-laki (calon suami) pada kursi pengantin tersebut, yang
didamping oleh dua orang gadis yang membawakan pot bunga. Setelah itu prosesi
adat boleh berjalan dimana, dalam ruangan adat tersebut kedua pengantin diberikan
nasihat oleh tua-tua adat, dan setelah itu acara adat diakhiri dengan sumpah sopi adat
Gambar 5: Perkenalan gadis atau calon istri.
Sumber data: Dokumen pribadi.
Tata cara pelaksanaan tiris sopi ini dilakukan, dimana kedua pengantin berdiri sambil memegang tangan lalu pemimpin adat meneteskan sopi ke atas tangan kedua pengantin atau mempelai sekaligus diberikan minum dan sisanya dituangkan di atas
kaki mereka sambil mengatakan doa adat sebagai berikut:
Doa yang pertama merupakan ungkapan syukur terhadap Tuhan dan Datuk Leluhur. Mekadile Orgahi Ora, wut meha lai meha meka tutu meka wawu mek kohi meka hara nana rimormiori mek holi mek lete noh kerna din ore up ulu tiagara ulu ama ulu yei ulu meka la ulu pe hitarge de ulu tara la mahlima mariai di nome upa ama er tehi liola hrapar liola mai noh kerna di wawnu. Artinya: segala syukur bagi Tuhan yang telah menciptakan dunia ini dan manusia, dan juga telah memberikan
nafas hidup bagi manusia yang hidup di dunia ini, begitu pula para datuk leluhur
yang terlebih dulu menciptakan adat istiadat melalui ritual tiris sopi dalam perkawinan yang ada di desa ini, dan yang telah menunjukan jalan sehingga generasi
pahakra totpene mimrio mahlimi di tut le honi tela wali, Kalwedo. Artinya: Kemudian sopi ini diberikan pertanda mempersatukan perkawinan ini, agar tidak
terjadi perceraian, dan hidup bahagia, Tuhan memberkati selalu.32
Gambar 6: Proses Perkawinan Adat.
Sumber data: Dokumen pribadi.
Proses perkawinan tersebut berlangsung dari pagi hingga sore hari dan ditutup
dengan makan bersama, dan malamnya diadakan acara melantai yaitu; seka adat,
dansa, maupun bergoyang sampai fajar pagi.33 Gambaran data di atas, menunjukkan
bahwapelaksanaan tata cara ritual tiris sopi yang berlaku dalam masyarakat Romkisar, adalah hal terpenting karena melalui pelaksanaan ritual tiris sopi
masyarakat mendapat nasihat dari tua-tua adat, sehingga mereka bisa hidup rukun
satu terhadap yang lain. Alasan mengapa tiris sopi dilakukan di dalam upacara adat perkawinan, adalah agar pemuda pemudi khususnya pasangan suami-isteri yang
hendak melangsungkan perkawinan mereka dapat hidup saling menghargai dan
mengasihi satu dengan yang lain. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa, tiris sopi
32
Hasil wawancara dengan Bpk. M.S dan Al.P. Sebagai Tokoh Masyarakat dan Tokoh Adat, 19 April 2016.
33
tidak dapat dilaksanakan di dalam acara-acara umum di dalam desa Romkisar,
karena hal tersebut dianggap sakral secara adat oleh masyarakat.34 Maka peneliti
dapat menyimpulkan ritual tiris sopi dapat dijadikan sebagai model pembinaan yang digunakan para tua-tua adat di desa Romkisar sejak para leluhur mendiami desa
tersebut untuk membentuk karakter masyarakat Romkisar lebih khusus anak mudah
sampai saat ini.
Gambar 7: Akta sumpah sopi adat/tata cara ritual tiris sopi.
Sumber data: Dokumen pribadi.
d. Perkembangan Tiris sopi Sampai Sekarang
Sesuai dengan hasil penelitian diketahui bahwa, tiris sopi seperti yang dilaksanakan pada sejak dulu kalah dalam forum-forum adat yang kemudian
diwariskan kepada generasi sekarang agar dapat mengajarkan mereka untuk hidup
saling menghargai, hormat, menghormati, menyayangi, dan mengasihi. Seiring
34
dengan berjalannya zaman maka makna sakralitas yang terkadung dalam, tiris sopitelah mengalami pergeseran. Sebagaimana John Tarekar mengatakan bahwa, nilai sakralitas berubah atau bergeser dikarenakan adanya perkawinan silang, dan
pergaulan bebas. Perkawinan silang dapat mengubah tatanan hidup orang basudara,
di mana ada laki-laki atau perempuan yang kawin masuk ke Romkisar dengan
pembawaan karakter hidup dari tempat asalnya yang selalu dipertahankan, sehingga
akan memunculkan perilaku negatif yang dapat mengubah perilaku tradisi. Selain itu
juga pergaulan bebasdapat merubah nilai dan makna tiris sopi teristimewa bagi kaum pemuda yang selalu mengikuti perkembangan IPTEK perubahan zaman.35
Sesuai dengan deskripsi data di atas, maka dapat dikatakan segala sesuatu tidak
ada yang abadi. Semua berputar sesuai dengan perkembangan zaman. Begitu pula
tiris sopi yang merupakan media dalam membentuk karakter masyarakat Romkisar turut mengalami pergeseran akibat pengaruh ilmu dan teknologi dewasa ini hal ini
nampak dalam perilaku hidup generasi sekarang. Sehingga hal tersebut tidak bisa
dibiarkan begitu saja melalui arus zaman yang berputar, namun sebagai manusia
yang berpegang teguh pada adat dan budaya senantiasa patuh dalam
mempertahankan kearifan lokal yang dimiliki demi membangun sebuah tatanan
kehidupan sebagai orang yang basudara atau segandong.
Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam hidup manusia, maka
sesudahnya itu orang yang telah menjalani perkawinan akan mengharapkan suatu
kebahagiaan dalam rumah tangganya. Bagi masyarakat Romkisar momen
perkawinan sangat berarti bagi pasangan yang baru menikah ketika mereka
menjalankan adat ritual tiris sopi sebab mereka percaya melalui ritual tersebut mereka mendapatakan kebahagiaan yang luar biasa, hidup rukun sebagai suami istri
maupun bersama keluarga besar mereka. Tidak hanya kehidupan yang rukun yang
dibingkai dalam keluarga namun lebih dari pada itu, adanya nilai kehidupan sosial
yang tinggi yang terbingkai bersama sebagai masyarakat yang mampu menghargai
warisan leluhur. Namun seiring dengan berputarnya waktu, nilai-nilai sosial yang
begitu mengikat kehidupan orang basudara di Romkisar mengalami pergesaran
makna.
Salah satu contohnya ialah, pada zaman dahulu setiap kegiatan yang dilakukan
dengan jalur adat seperti orang kawin, pengatapan rumah, pekerjaan rumah tua,
resepsi penutupannya dilakukan dengan jalur adat seperti berbalas pantun dalam
bahasa tanah.36 Pada acara makan bersama, semua makan dirakhi dengan duduk bersilah (makan dirakhi hampir sama dengan makan patita tidak pandang bulu).
Caranya daun kelapa di buka di atas tanah dan semua makanan dan minuman
disajikan, kemudian semua duduk untuk makan. Akhir dari acara makan bersama ini,
ada kata-kata nasihat atau pesan dan kesan yang disampaikan oleh orang tua-tua.
Pada zaman sekarang acara-acara perkawinan yang dilakukan, setelah melalui
jalur adat, resepsinya diadakan dansa-dansa, joget, disko dan sebagainya. Hal ini
mengindikasikan bahwa, tiris sopi telah dipengaruhi oleh perkembngan zaman, sehingga pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter
masyarakat Romkisar sebagai masyarakat adat. Pengaruh tersebut nampak dalam
cara hidup, khususnya hubungan antara orang tua dan anak di dalam keluarga,
36
maupun hubungan antar anggota masyarakat di desa Romkisar. Walaupun demikian
kenyataannya, sebagai masyarakat yang berbudaya tiris sopi masih tetap dipegang oleh mayarakat sebagai salah satu anugerah Tuhan yang berguna untuk membentuk
karakter masyarakat Romkisar khususnya muda-mudi.
e. Makna Tiris Sopi Bagi Masyarakat Romkisar
Masyarakat Romkisar adalah salah satu desa yang masih memegang erat
adat-istiadat yang berlaku dari zaman dulu hingga sekarang ini, hal ini terbukti masih
diberlakukan adat tiris sopi yang berfungsi mengikat pasangan suami istri dalam membangun sebuah rumah tangga, serta saling mengasihi, menghormati satu dengan
yang lain antar anggota keluarga maupun masyarakat seutuhnya.37
Masyarakat Romkisar memaknai ritual tiris sopi sebagai sebuah kewajiban yang harus dipenuhi karena lewat tiris sopi ada sebuah berkat yang diterima. Dalam ritual tiris sopi, sopi merupakan alat atau sarana yang dipakai untuk menjalankan ritual adat tersebut. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan maka dalam ritual tiris sopi ada mengandung makna-makna khusus. Menurut hasil wawancara dilapangan, maka makna dilakukannya ritual tiris sopi dalam sebuah pernikahan adat adalah lebih memperkuat hubungan antara suami-istri.38 Selain itu, maknanya adalah rumah
tangga bahagia dan mendapat berkat.39 Dalam menjalani sebuah kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat jika seseorang benar-benar memaknai arti dari ritual
tiris sopi tersebut dan kemudian mengaplikasikan dalam kehidupannya maka ia akan mendapat perlindungan dari Tuhan dan juga datuk-datuk leluhurnya.
37
Hasil wawancara dengan R.D. (Pasangan muda yang baru menikah), 14 April 2016.
38 Hasil wawancara dengan E.T. (Pasangan mudah yang baru menikah),27 April 2016. 39
Ada dua hal penting yang akan penulis ungkapkan dalam penggalian makna
terhadap ritual tiris sopi. Pertama, tiris sopi dapat memperkuat hubungan antara suami-istri agar tidak terjadi perceraian. Dalam ritual tersebut, kedua pengantin akan
diberikan nasihat agar di dalam mengayomi baterah rumah tangganya mereka selalu
saling menghargai sebagai suami-istri, dan juga menghargai, keluarga, ipar mantu
baik dari pihak suami maupun istri. Misalnya, dalam acara adat pengatapan rumah,
maka suami diberikan tanggung jawab menyumbangkan sopi satu gen, atau babi satu
ekor, dan turut terlibat dalam membantu segala keperluan keluarga sampai selesai
acara tersebut. Sehingga ritual tiris sopi ini lebih mengarah kepada perekat hubungan orang basudara.
Dalam ritual tiris sopi ini, sekaligus dapat memperkenalkan suami atau istrinya kepada keluarga maupun masyarakat, terlebih khusus bagi pasangan pendatang atau
disebutnya perkawinan silang. Perkenalan tersebut sekaligus juga mengarah kepada
penerimaan sang suami atau istri kedalam persekutuan keluarga atau masuk dalam
mata rumah perempuan sebab adat Luang Sermata ialah menurut garis keturunan ibu
(adat jatuh mama). Ritual tiris sopi juga dalam pemahaman masyarakat Romkisar yang penulis dapatkan menjurus kepada adanya kesepakatan hati dari keluarga kedua
belah pihak untuk turut mendoakan kelangsungan kehidupan keluarga yang baru
dibentuk itu.40
Ketika semua keluarga saling mengenal dan menerima sebelum dilakukan tiris sopi dalam perkawinan adat tersebut, maka hubungan kekeluargaan baik dari pihak suami maupun istri telah menyatuh bersama. Sehingga kehidupan keluarga yang
40
akan dibina oleh suami-istri tersebut akan terjalin erat hubungan kekeluargaan pada
kelak nanti, di mana ketika dalam rumah tangga mereka ada hal-hal yang tidak
berkenan, seperti salah paham, yang mengakibatkan terjadinya perkelahian yang
begitu rumit maka kedua persekutuan keluarga ini menyatuh dan menyelesaikan
secara kekeluargaan.41 Sebab akan sangat mungkin terjadi dalam pemahaman orang Romkisar, jika tiris sopi ini tidak dibuat maka akan membawa dampak yang buruk bagi rumah tangga mereka. Karena itu dalam ritual tiris sopi ini, semua hal dari kedua keluarga besar dianggap telah bersatu. Dengan demikian suami-istri dapat
melangsungkan kehidupan keluarganya dengan penuh bahagia.
Oleh sebab itu, dalam pandangan masyarakat Romkisar ritual tiris sopi adalah bentuk tanggung jawab adat yang terakhir bagi pasangan suami istri. Ritual tiris sopi
ini begitu penting, karena masyarakat Romkisar beranggapan bahwa sebelum suami
atau istri harus bertanggung jawab sendiri terhadap keluarga yang baru dibentuknya,
maka sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kehidupan keluarga diwajibkan untuk
membuat ritual tiris sopi. Pemahaman ini yang hingga kini menjadi bagian penting dan keharusan bagi masyarakat Romkisar lebih khususnya bagi generasi muda yang
akan menikah untuk tetap melaksanakan ritual tiris sopi sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab keluarga dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Kedua, ritual tiris sopi adalah kewajiban semua masyarakat Romkisar dalam hal ini pasangan muda yang melangsungkan pernikahan. Meskipun ia berada di
perantauan, kewajiban ini semestinya dilakukan karena sebagai generasi penerus
budaya tiris sopi. Jika tidak, mereka percaya bahwa perjalanan kehidupan keluarga
41
yang akan mereka jalani, akan ditimpah masalah atau kesulitan serta tidak bisa
mendapatkan keturunan, sakit dan lain sebagainya. Dikatakan demikian karena
melalui adat, orang-orang yang masih hidup dan arwah para leluhur dipersatukan.
Penyatuan ini didasarkan pada kepentingan untuk menjaga warisan budaya dari
leluhur.42 Sebab dalam pemahaman masyarakat Romkisar bahwa, para leluhur adalah mereka yang menciptakan adat atau budaya ritual tiris sopi ini, dan manusia yang hidup sekarang adalah pelaksana dari adat atau budaya tersebut. Mereka yang
mematuhi adat akan berhasil, baik dalam mata pencaharian dalam rumah tangga
maupun anak cucu mereka akan sukses dengan masa depan yang dicita-citakan,
sedangkan yang tidak patuh terhadap adat, akan mengalami kesulitan dalam rumah
tangga mereka.43
Karena itu melalui ritual tiris sopi masyarakat Romkisar beranggapan bahwa para leluhur atau tete nene moyang mereka menyatuh di dalam ritual tersebut.
Sehingga tanggung jawab melaksanakan tiris sopi bukan sekedar tuntutan adat bagi pasangan suami istri yang menikah semata, namun lebih dari pada itu terdapat
kepercayaan yang kuat bahwa para leluhur juga menyatuh dengan kehidupan mereka
kelak nanti. Sehingga akan menjaga dan melindungi mereka dari berbagai macam
kesulitan hidup, apabila pasangan suami istri yang telah menikah berencana untuk
membuat tiris sopi, bagi salah satu ritual adat (membuat kuburan orang mati dll), maka harus dibuat. Jika tidak maka akanada berbagai kemalangan ataupun kesulitan
hidup. Misalnya sakit sampai mengalami kematian, rumah rangga mereka selalu
ditimpa konflik atau masalah yang berujungnya bisa terjadi perceraian. Masyarakat
42 Hasil wawancara dengan ibu. T.D, 21 April 2016.s 43
Romkisar percaya bahwa pertama kesulitan hidup itu datangnya dari Sang Pencipta
hidup (Uplera), dan kedua mereka percaya bahwa kelulitan atau masalah itu juga
datang dari para leluhur. Oleh karena itu, tiris sopi haruslah menjadi kewajiban bagi setiap generasi di Romkisar.44 Telah dikatakan sebelumnya bahwa, ritual tiris sopi
adalah sebuah warisan dari para leluhur yang harus dilakukan oleh setiap generasi
muda masa sekarang, kini, maupun yang akan datang, oleh sebab dalam ritual tiris sopi tersebut ada makna dalam kehidupan sosial yang didapat yaitu;
Pertama, adanya rasa kebersamaan yang dimiliki oleh masyarakat Romkisar
yang dibangun dengan leluhur dari zaman dulu sampai saat ini. Sehingga dengan
melakukan ritual tiris sopi, secara sadar bahwa mereka telah dimasukan ke dalam kebersamaa keluarga besar. Hal ini begitu penting bagi kehidupan masyarakat yang
memiliki adat dan budaya, sebab ketika dalam setiap perjalan hidup ini, mereka
mengakui bahwa masih banyak hal yang mereka akan alami, entah itu baik atau
buruk, sehingga sudah menjadi kewajiban dari semua orang dalam hal ini keluarga
untuk turut membantu dan meringankan setiap beban yang dihadapi. Masyarakat
Romkisar sebetulnya cukup menyadari bahwa perjalanan kehidupan keluarga yang
baru dibina, akan diterpa oleh berbagai kesulitan hidup nantinya. Karena itu,
kebersamaan yang dibangun melalui ritual tiris sopi ini sebetulnya menandakan adanya kemauan bersama dalam menanggung kesusahan keluarga yang bersangkutan
sebagai kebersamaan yang dibingkai dalam masyarakat Romkisar.45
Kedua, membangun relasi (nyolileta) artinya sifat mengasihi, dalam kehidupan
sosial yaitu mereka saling mengasihi, baik dalam lingkup keluarga maupun lingkup
44 Hasil wawancara dengan Bpk. Al.P, (Tokoh Adat), 18 April 2016. 45
masyarakat, relasi kekeluargaan ini tidak hanya dibangun pada pelaksanaan ritual
triris sopi saja, namun terlihat dalam hidup keseharian mereka terlebih khusus pasangan suami istri, karena dalam ritual adat tersebut mereka disatukan dalam
ikatan kekeluargaan dan memiliki tanggung jawab bersama dalam hubungan dengan
keluarga maupun dalam masyarakat. Sebab dalam kebersamaan kekeluargaan,
masyarakat Romkisar tidak hanya sekedar berkumpul dan bersatu secara fisik, tetapi
mereka pun memiliki rasa solider yang tinggi terhadap satu dengan yang lain, solider
atau solidaritas itu nampak dalam sikap saling menghargai, tolong-menolong, serta
saling menghormati.
Ketiga, hal mengenai kerja sama atau gotong royong. Dalam kehidupan sosial
masyarakat Romkisar sangat terlihat jelas ketika seluruh keluarga saling sibuk dalam
mengurus sebuah pesta adat baik itu perkawinan, pengatapan rumah, dan lain-lain,
maka semua masyarakat kampung atau desa berbondong-bondong baik laki-laki
maupun perempuan datang dan membantu keluarga tersebut. Misalnya dalam
menyiapkan proses adat mulai dari pemasangan sebuah atau tenda, mengambil kayu
bakar di hutan, serta ada yang diberi tanggung jawab untuk menanggungkan berbagai
hal baik dari materi maupun fisik. Hal tersebut dilakukan bersama-sama sampai pada
akhir acara yaitu pembongkaran tenda dan sebagainya, sehingga hal tersebut jelas
bahwa masyarakat Romkisar memiliki rasa kebersamaan yang sangat tinggi sebagai
orang yang beradat.46
Dalam perspektif penulis, pemahaman masyarakat Romkisar terhadap ritual
tiris sopi dapat dikatakan sebagai sebuah kekuatan yang hadir sebagai suatu
46
kenyataan hidup komunitas masyarakat ini. Dalam artian bahwa, pemahaman ini
berasal dari para leluhur (tete nene moyang) yang menggambarkan tentang
kenyataan dari pola hidup mereka dimasa dulu, atau realitas yang sudah ada sejak
lama. Bahwa realitas masyarakat Romkisar dengan ritual tiris sopi yang ada pada masa dulu sering dipakai dan dijadikan sebagai media komunikasi dengan para
leluhur yang kemudian dimaknai kembali oleh masyarakat Romkisar sebagai
komunitas yang telah ada dimasa selanjutnya, yang melihat adat sebagai sesuatu
yang sakral. Ritual tiris sopi dengan keberadaannya kemudian berfungsi sebagai pemaknaan kembali identitas sekaligus merupakan simbol pengikat bagi pasangan
mudah yang baru menikah di Romkisar secara dalam membangun interaksi dan
solidaritas sosial dengan hidup berkekeluargaan antara satu dengan yang lainnya
lebih khusus membangun keluarga yang tunduk pada aturan adat yaitu saling
menghargai ipar mantu, maupun saling tolong menolong.
Sesuai dengan hasil penelitian diketahui bahwa tiris sopi juga mengandung nilai-nilai positif. Nilai-nilai yang berada dalam tiris sopi itu positif untuk itu harus dilaksanakan, agar dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka harus saling
menghargai, menghormati, serta saling mengasihi kepada sesama manusia sebab
melalui nilai-nilai yang terkandung dalam ritual tiris sopi ini, masyarakat bisa hidup rukun dan damai.47 Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa, nilai-nilai ritual tiris sopi ini juga mengajarkan setiap orang agar taat kepada adat istiadat. Sebab adat
47
istiadat merupakan bagian dari norma hukum yang mengatur setiap nilai-nilai adat
yang berlaku dalam masyarakat.48
Ketika peneliti mewawancarai mantan kepala desa bapak Enos Delly, diketahui
bahwa, adat tiris sopi ini harus dikembangkan atau dilestarikan agar tidak hilang atau pudar. Sebab merupakan satu dasar atau fondasi yang harus ditanamkan dan
dilestarikan oleh generasi sepanjang sejarah. Sebab apabila tiris sopi tidak dilestarikan, maka masyarakat Romkisar akan kehilangan identitasnya sebagai
masyarakat yang berbudaya.
Berdasarkan deskripsi di atas maka, dapat dikatakan bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam ritual tiris sopi merupakan teladan yang mesti dilakukan oleh masyarakat Romkisar, teristimewa anak-anak, pemuda-pemudi, sebab mereka
merupakan penerus generasi budaya tersebut. Selanjutnya ada yang mengatakan
bahwa, di dalam ritual tiris sopi juga para tua-tua adat menasihati anak-anak muda agar mentaati nasihat orang tua mereka.49 Hal ini sangat relevan dengan apa yang
terdapat di dalam Alkitab khususnya kitab Amsal yang memberi tekanan pada
hikmat dan didikan.
Ketika penulis mewawancarai salah satu informan diperoleh informasi bahwa,
tiris sopi sangat dibutuhkan untuk menasihati para muda-mudi agar hidup sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat Romkisar. Menurut
informan tersebut, melalui upacara perkawinan adat, tua-tua adat memperoleh
kesempatan untuk mendidik muda-mudi dan juga masyarakat Romkisar pada
48 Hasil wawancara dengan Ibu. S.D. (Pasangan mudah yang baru menikah), 25 April 2016. 49
umumnya, untuk hidup beretika yaitu saling menghargai antara orang tua dan anak.50 Dalam momen tersebut tua-tua adat menggunakan tiris sopi sebagai media pembentukan karakter. Selain itu melalui tiris sopi dapat ditemukan suatu cara atau model untuk mengembangkan karakter masyarakat Romkisar.
Deskripsi data di atas menunjukkan bahwa, tiris sopi adalah suatu upacara adat yang di dalamnya mengandung norma-norma atau aturan-aturan yang mengikat
masyarakat Romkisar sebagai masyarakat adat. Nilai-nilai tersebut diwarisi turun
temurun, atau diwariskan dari para leluhur sampai generasi sekarang ini. Karakter
masyarakat Romkisar didasarkan pada tiris sopi. Dalam pengertian, bagi pasangan yang baru menikah memiliki cara hidup dalam masyarakat atau di mana saja mereka
berada selalu berpegang pada nilai-nilai yang timbul dari ritual tiris sopi. Singkatnya, karakter hidup masyarakat Romkisar harus menunjukan nilai-nilai sopan santun,
saling menghargai dan saling mengasihi yang lahir dari ritual tiris sopi yang dilaksanakan melalui upacara adat perkawinan, maupun upacara-upacara adat
lainnya.
f. Sikap Masyarakat Romkisar Terhadap Adat Tiris Sopi
Bagi masyarakat Romkisar pelaksanaan adat tiris sopimerupakan ketentuan adat yang harus dilaksanakan oleh seluruh anak-anak negeri Romkisar yang telah
menikah. Masyarakat Romkisar adalah bagian dari salah satu kelompok komunitas
yang begitu menghargai para leluhur bahkan mereka sangat takut kepada para
leluhur, mereka percaya bahwa jika adat ini tidak dilakukan, mereka akan mengalami
musibah dan sebagainya. Menurut salah satu informan mengatakan bahwa, jika adat
50
ini tidak dilakukan maka dampak yang terjadi yaitu mendapat sangsi dari leluhur
seperti sakit, tidak mempunyai keturunan, dan akan terjadi pertengkaran dalam
keluarga yang membuat terjadi sebuah perceraian dan sebagainya, mereka percaya
akan hal ini karena para leluhur biasanya datang kepada mereka melalui mimpi untuk
menginhgatkan mereka. Hal inilah yang membuat masyarakat Romkisar sangat takut
dan percaya kepada leluhur mereka.51
Selain takut kepada para leluhur, sikap masyarakat Romkisar juga sangat
menghormati dan menghargai, karena ketika mereka melakukan adat tiris sopi, mereka tidak hanya melakukan kewajiban sebagai komunitas adat tetapi mereka juga
belajar untuk mengucap syukur.52 Para leluhur mewariskan adat tiris sopi sehingga mengajarkan masyarakat adat untuk hidup saling menghargai, menghormati,
mengasihi dan tunduk pada aturan adat. Berdasarkan deskripsi data di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa, ritual tiris sopi bagi masyarakat Romkisar mengandung sebuah kekuatan supernatural yang dapat melindungi mereka dari segala marabahaya
baik secara fisik maupun mental.
Dalam hubungan dengan adat tiris sopi kebersamaan mereka tidak hanya terbatas pada proses memberi dan menerima maupun ada relasi yang baik dalam
membangun kekeluargaan diantara mereka namun lebih dari itu membangun sebuah
kebersamaan dalam masyarakat dari zaman dulu (leluhur) sampai pada saat ini. Dan
hal tersebut diharapkan berjalan terus dalam membingkai kehidupan generasi muda
pada masa sekarang, kini, maupun yang akan datang untuk tetap menghargai serta
meneruskan warisan budaya dari leluhur mereka.
51 Hasil wawancara dengan Ibu A. T, 29April 2016. 52
g. Pemahaman Majelis Jemaat terhadap Ritual Tiris Sopi
Menurut Roni Delly selaku majelis jemaat Romkisar yang merupakan unsur
gereja mengatakan bahwa ritual tiris sopi sangat didukung oleh gereja, sebab gereja juga ada dalam Negara dan UU sebagian diambil dari adat. Pada prinsipnya majelis
jemaat juga mengakui bahwa ketika agama tidak ada di tempat maka dilakukan ritual
tersebut dalam pengertian bahwa ritual tiris sopi hadir lebih mendahului agama.53 Selain itu juga ada yang mengatakan bahwa, ritual tiris sopi dimaknai sama dengan baptisan kudus yang sakral di mana sopi yang diteteskan sebanysak tiga kali menandahkan dalam Nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.54 Ada juga nilai-nilaiyang
muncul yang dapat menggambarkan nilai keagamaan yakni, rasa takut akan Tuhan,
saling mengasihi satu dengan yang lain.55
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa gereja sangat mendukung
pelaksanakan kegiatan adat ritual tiris sopi, karena di dalam ritual tersebut ada nilai-nilai keagamaan yang muncul dan membawa sebuah perubahan hidup bagi
masyarakat Romkisar sesuai dengan ajaran gereja. Bagi masyarakat Romkisar
leluhur merupakan sumber kebaikan tertinggi, selain mereka harus mengakui bahwa
ada Sang Pencipta yang pertama yang dari padaNya mengalir berkat-berkat dalam
rumah tangga keluarga mereka, namun mereka juga mengakui bahwa leluhur juga
memberikan berkat maupun jalan keluar ketika mereka ada dalam berbagai persoalan
hidup, dimana leluhur mewariskan sebuah keputusan atau aturan adat yang
membingkai tatanan kehidupan bersama dalam suatu totalitas yang harmonis dan
utuh yaitu mereka hidup saling berbagi, menghargai, menghormati. Segala ketetapan
53
Hasil wawancara dengan Bpk. R.D. (Majelis Jemaat Romkisar), 24 April 2016.
54 Hasil wawancara dengan Bpk. A.K. (Majelis Jemaat Romkisar), 26 April 2016. 55
yang diberikan dan ditinggalkan oleh leluhur merupakan suatu kebijaksanaan, sebuah
keutamaan untuk mengadakan peraturan dalam berbagai tindakan yang menyangkut
kebajikan bersama. Dalam hal ini, tiris sopi dengan segala keberadaannya mempunyai kekuatan dan pengaruh yang sangat mengikat karena ia berasal atau
bersumber dari para leluhur, oleh karena itu ia sakral dan pelanggran terhadapnya
akan menimbulkan sangsi.56
Masyarakat Romkisar adalah komunitas yang hidup dalam satu desa yang
kental akan sejarah dan budaya atau mereka hidup berdasarkan pada tatanan nilai
budaya yang diwariskan oleh para leluhur. Tatanan nilai budaya itu mengambil
bentuk dalam adat, tradisi atau kebiasaan juga berkaitan dengan religi yang mereka
percaya sebagai warisan leluhur yang telah mendasar dan mengukuhkan
kebersamaan semua masyarakat. Mereka menyadari bahwa ada kekuatan lain yang
lebih berkuasa atas dirinya, dan suatu kekuatan itu bersifat sakral. Pengakuan
terhadap kuasa Tuhan hadir dalam setiap pandangan mereka, akan tetapi kekuatan
lain selain itu ialah kekuatan yang berasal dari roh para leluhur sebagai bagian dari
kehidupan yang pernah ada sebelum mereka ada sebagaimana yang dikenal lewat
adanya ritual tiris sopi. Bagi masyarakat Romkisar, segala unsur yang ada di adat, baik itu berupa emas, sopi, maupun berupa benda-benda lain yang ditinggalkan para
leluhur memiliki kekuatan-kekuatan supranatural dan diyakini menjadi media
kehadiran roh-roh leluhur.57
Sehingga ritual tiris sopi ini merupakan ritual yang begitu banyak memiliki nilai-nilai sakral dan religius, ritual yang dilakukan masyarakat Romkisar ini penuh
56 Hasil wawancara dengan ibu. S.D, 19 April 2016. 57
dengan nuansa religius, karena didalamnya mereka juga mempelajari hal-hal yang
diajarkan oleh ajaran agama, dan sesuai dengan informasi yang penulis dapatkan
dilapangan bahwa, majelis jemaat Romkisar juga mengakui hal tersebut, sebab
mereka secara sadar mengakui bahwa ketika belum ada agama yang masuk di
Romkisar maka nilai-nilai adat lebih dulu mengajarkan manusia tentang hal-hal yang
baik, moral, perilaku, sopan santun, saling mengasihi, menghargai dan menghormati
sesama manusia, dapat dibangun melalui tradisi adat tersebut.
Dalam rangka itu maka lembaga gereja sepenuhnya memiliki kesamaan dengan
adat di Romkisar. Dalam pelaksaan perkawinan gereja wajib memberikan sakramen
pernikahan yang berlangsung di gereja setelah itu dari segi adat atau budaya akan
melaksanakan juga pernikahan adat yang dikenal dengan ritual tiris sopi. keduanya sama-sama melakukan kewajiban pernikahan secara bersama namun dalam gereja
dilakukan untuk mengukuhkan atau mengikat status suami istri untuk menjadi satu
dengan dilandasi atas nama Sang Pencipta hidup (Tuhan Allah) dengan lambang
yang dipakai adalah cicin pernikahan. Sedangkan dalam adat, pernikahn dilakukan untuk mengikat suami istri juga yang dibangun atau dilandasi atas nama leluhur (tete
nene moyang) dengan lambang yang dipakai atau pengikat mereka adalah sopi. Bagi masyarakat Romkisar ketika mereka tidak melakukan ritual tiris sopi, maka mereka akan mengalami penderitaan dan lain sebagainya begitupula dengan gereja ketika
tidak melangsungkan pernikahan maka kelaknya bisa terjadi perselingkuhan bahkan